Anda di halaman 1dari 36

MENGENAL & MENYELESAIKAN SENGKETA HUKUM

PIDANA UMUM
CURRICULUM VITAE
NAMA : MUHAMAD HAZALI ALFIAN, S.H.
PANGKAT / NRP : IPDA / 85100238
JABATAN : KANIT IDIK IV / HARDABANGTAH
TTL : LEBAK, 16 OKTOBER 1985
DIK UM : S1 ILMU HUKUM
DIK POLRI : 1. SEBA POLRI ANGKATAN 24 TH. 2004
2. SIP ANGKATAN 47 TH. 2018
DIK JUR : 1. DASBA RESERSE MEGAMENDUNG TH. 2007
2. DIKBANGSPES PENYIDIK TP. KORUPSI MEGAMENDUNG TH. 2015
3. DIKBANGSPES PENYIDIK TP. KARHUTLA MEGAMENDUNG TH. 2018.
4. SERTIFIKASI PENYIDIK TH. 2017
PENUGASAN : 1. BANIT TIPIDUM SAT RESKRIM POLRES LEBAK 2005 s.d. 2011.
2. BANIT TIPIKOR SAT RESKRIM POLRES LEBAK 2011 s.d. 2016.
3. KANIT RESKRIM SEK. BANJARSARI RES. LEBAK 2017.
4. BANIT TIPIKOR SAT RESKRIM POLRES LEBAK.
5. KANIT RESKRIM SEK. RANGKASBITUNG RES. LEBAK 2018.
6. KANIT IV HARDABANGTAH SAT RESKRIM POLRES LEBAK s.d. sekarang
Contact Person : 0877-1177-7772
Email : hazalialfian@yahoo.com
DASAR HUKUM
1. UNDANG-UNDANG RI NO. 1 TAHUN 1946
TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PIDANA
2. UNDANG-UNDANG RI NO. 8 TAHUN 1981
TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
ACARA PIDANA
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
Hukum pidana dibagi menjadi 2 (Dua) yaitu :
1. Hukum pidana materiil
2. Hukum pidana formil

Hukum pidana materiil


yaitu kumpulan aturan yang berisi tentang perbuatan apa
saja yang dapat dihukum (KUHP)

Hukum pidana formil


yaitu kumpulan peraturan yang berisi tata cara
bagaimana menghukum perbuatan yang dapat dihukum
tadi (KUHAP)
Istilah Hukum Acara Pidana
• Belanda : strafvordering (tuntutan pidana)
• Inggris : Criminal Procedure Law (prosedur acara pidana)
• AS : Criminal Procedure Rules
Dipakai istilah Rules karena di AS bukan saja UU yang menjadi
sumber formal hukum acara pidana, tetapi juga putusan hakim dan
dibukukan sebagai himpunan (yurisprudensi)

Tujuan Hukum Acara Pidana


Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil
Van Bemellen mengemukakan tiga fungsi hukum acara pidana,
yaitu :
• Mencari dan menemukan kebenaran;
• Pemberian keputusan oleh hakim;
• Pelaksanaan keputusan.
ASAS-ASAS PENTING YANG TERDAPAT DALAM
HUKUM ACARA PIDANA

• Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan


• Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence)
• Asas Oportunitas (Suatu prinsip yg mengijinkan PU utk tdk melakukan
tuntutan terhadap seseorang Tsk, pun dlm hal akan dpt dibuktikan kiranya,
bahwa Tsk benar tlh melakukan suatu TP)
• Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum
• Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hakim
• Peradilan Dilakukan oleh Hakim Karena Jabatannya dan Tetap
• Tersangka / Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum
• Asas Akusator & Inkisitor (Dimuka siding pengadilan, Jaksa &
Terdakwa dianggap sebagai pihak yg bersengketa dimuka
hakim)
• Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan
PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PERADILAN
PIDANA YANG DIATUR DALAM KUHAP

• Tersangka (Pasal 1 butir 14).


• Terdakwa (Pasal 1 angka 15)
• Terpidana (Pasal 1 angka 32)
• Penyelidik (Pasal 1 angka 4)
• Penyidik & Penyidik pembantu (Pasal 1 angka 1)
• JPU (Pasal 1 angka 6 huruf a)
• Penasehut Hukum / Advokat (Pasal 1 angka 13)
• Saksi (Pasal 1 angka 26)
• Keterangan Ahli (Pasal 1 angka 28)
PENGERTIAN
TERSANGKA DAN TERDAKWA
• TERSANGKA adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana.
(butir 14)

• TERDAKWA adalah seorang tersangka yang dituntut,


diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan.
(butir 15)
HAK-HAK TERSANGKA DAN
TERDAKWA
• Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan, dan diadili. (Pasal 50
ayat (1), (2), dan (3))
• Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan dan apa yang didakwakan. (Pasal 51 butir a
dan b)
• Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan
hakim. (Pasal 52)
• Hak untuk menapat juru bahasa. (Pasal 53 ayat (1))
• Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan.
(Pasal 54)
• Hak untuk mendapat nasihat hukum dari penasihat hukum yang ditunjuk
oleh pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan bagi
tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana mati dengan biaya
cuma-cuma.
• Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk
menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya. (Pasal 57 ayat
(2))
• Hak untuk menghubungi dokter bagi tersangka atau terdakwa yang
ditahan. (Pasal 58)
• Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang serumah
dengan tersangka atau terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan
hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan hak untuk berhubungan
dengan keluarga dengan maksud yang sama di atas. (Pasal 59 dan 60)
• Hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan dengan
perkara tersangka atau terdakwa. Untuk kepentingan pekerjaan atau
kekeluargaan. (Pasal 61)
• Hak tersangka atau terdakwa untuk berhubungan surat-menyurat dengan
penasihat hukumnya. (Pasal 62)
• Hak tersangka atau terdakwa untuk menghubungi dan menerima
kunjungan rohaniawan. (Pasal 63)
• Hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli. (Pasal 65)
• Hak tersangka atau terdakwa untuk menuntut ganti kerugian. (Pasal 68)
Penyidik dan Penyelidik
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang untuk melaksanakan penyidikan (Pasal 1
butir 1)
• Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2)
• Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penyelidikan (Pasal 1 butir 4)
1. PELAPOR 15.APABILA JPU MENYATAKAN BERKAS BELUM
2. SENTRA PELAYANAN KEPOLISIAN (SPK) LENGKAP, MAKA MUNCUL P-18 (PERNYATAAN
3. DICARI BUKTI PERMULAAN AWAL BERKAS PERKARA BELUM LENGKAP) DAN P-19
(PETUNJUK DARI JAKSA UNTUK MELENGKAPI
4. DIBUATKAN LAPORAN POLISI (LP) KEKURANGAN BERKAS PERKARA)
5. APABILA BUKTI PERMULAAN BELUM LENGKAP 16.PENYIDIK MELAKUKAN PENYIDIKAN KEMBALI
6. PENYELIDIKAN 17.DILAKUKAN PENGIRIMAN BERKAS PERKARA
7. DENGAN UPAYA PEMANGGILAN SAKSI DAN TAHAP II
PENGUMPULAN BARANG BUKTI 18.APABILA JPU MENYATAKAN LENGKAP, MAKA
8. DIKETAHUI HASIL (PERKARA PIDANA / MUNCUL P-21
PERDATA) 19.PENYIDIK SEGERA MELAKUKAN PENGIRIMAN
9. APABILA DIKETAHUI TERDAPAT UNSUR TERSANGKA DAN BARANG BUKTI KEPADA JPU
PIDANANYA 20.PENUNTUTAN DI PENGADILAN
10.PENYIDIKAN 21.PUTUSAN PENGADILAN
11.DIMULAI DENGAN PEMANGGILAN / 22.PELAKSANAAN PUTUSAN YANG DILAKUKAN
PENANGKAPAN TERSANGKA OLEH JPU
12.PENYIDIK SEGERA MELAKUKAN
PEMBERITAHUAN KEPADA PIHAK KEJAKSAAN
13.MUNCUL P-16 (PENUNJUKKAN JPU)
14.APABILA PROSES PENYIDIKAN TELAH SELESAI,
DILAKUKAN PENGIRIMAN BERKAS PERKARA
TAHAP I
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
• Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menururut cara yang diatur menurut
undang-undang ini

• Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal


dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
DIKETAHUINYA TERJADINYA DELIK
1. Kedapatan tertangkap tangan (Pasal 1 angka
19 KUHAP)
2. Karena laporan
3. Karena pengaduan
4. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau
cara lain sehingga penyidik mengetahui
terjadinya delik seperti membacanya di surat
kabar, mendengar dari radio atau orang
bercerita, dsb.
KEDAPATAN TERTANGKAP TANGAN
Menurut Pasal 1 butir 19 KUHAP, pengertian tertangkap tangan
meliputi :
1. Tertangkap tangan waktu sedang melakukan tindak pidana
2. Tertangkap segera sesudah beberapa saat tindakan itu
dilakukan
3. Tertangkap sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukan delik
4. Tertangkap sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya
atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak
pidana itu
LAPORAN & PENGADUAN
Terdapat perbedaan antara laporan dan pengaduan :
1. Pengaduan hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja
yang disebut dalam undang-undang dan dalam kejahatan
tertentu saja. Laporan dapat dilakukan oleh siapa saja
terhadap semua macam delik
2. Pengaduan dapat ditarik kembali sedangkan laporan tidak
dapat. Bahkan seseorang yang melaporkan orang lain telah
melakukan delik padahal tidak benar, dapat dituntut
melakukan delik laporan palsu
3. Pengaduan mempunyai jangka waktu tertentu untuk
mengajukan (Pasal 74 KUHP) sedangkan laporan dapat
dilakukan setiap waktu
4. Sebenarnya pengaduan itu merupakan suatu permintaan
kepada penuntut umum agar tersangka dituntut
PENGADUAN

• Pengaduan yang absolut (absolute


klachtdelikt)

• Pengaduan yang relatif (relative klachtdelikt)


• Pengaduan yang absolut
Hanya dapat dilakukan penyidikan jika telah ada
pengaduan. Jadi, delik itu sendiri menentukan
apakah delik aduan atau tidak.
Contoh :
 Pasal 284 KUHP, perzinahan.
 Pasal 287 KUHP, bersetubuh dengan perempuan di
bawah umur.
 Pasal 293 KUHP, membujuk anak di bawah umur
untuk berbuat cabul.
 Pasal 310-321 KUHP, penghinaan.
• Pengaduan yang relatif
Pada umumnya deliknya sendiri merupakan delik
biasa, tetapi ditinjau dari orang yang melakukannya,
maka menjadi delik aduan. Oleh karena itu, berbeda
dengan yang absolut, maka pada yang relatif ini
penyidikan dapat dilakukan meskipun tidak ada
pengaduan. Hanya pada tingkat penuntutan, barulah
barulah diperlukan adanya pengaduan yang tertulis
yang dilampirkan pada berkas perkara.

Jika pengaduan tertulis itu tidak dilampirkan, maka


hakim dapat menolak tuntutan jaksa
PENANGKAPAN & PENAHANAN
• Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa
pengekangan kebebasan sementara waktu tersangka atau
terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal
serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
(Pasal 1 butir 20)
• Jangka waktu penangkapan tidak lama. Dalam hal tertangkap
tangan, penangkapan hanya berlangsung antara ditangkapnya
tersangka sampai ke pos polisi terdekat. Sesudah sampai di
kantor polisi atau penyidik, maka polisi atau penyidik dapat
menahan jika delik yang dilakukan ditentukan tersangkanya
dapat ditahan.
• Penahanan adalah penempatan tersangka
atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini. (Pasal 1 butir 21)

• Menahan seseorang berarti orang itu diduga


keras telah melakukan salah satu delik yang
tercantum dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP
• Penahanan (Pasal 21 ayat 4 KUHAP) tersebut
hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau
percobaan maupun pemberian bantuan dalam
tindak pidana tersebut dalam hal ini :
a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih;
b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1),
Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372,
Pasal 378, Pasal 379a, Pasal453, Pasal 454, Pasal
455, Pasal 459, Pasal 480, dan Pasal 506 KUHP.
• Penahanan (Pasal 21 ayat 1 KUHAP) –
SUBJEKTIF, PENYIDIK DPT MELAKUKAN PENAHANAN
APABILA PENYIDIK :
a. Dikhawatirkan Tsk melarikan diri;
b. Merusak atau menghilangkan barang bukti
c. Mengulangi perbuatan TP.
PEJABAT YANG BERWENANG MENAHAN & LAMANYA
PENAHANAN

Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik 20 hari


Perpanjangan oleh penuntut umum 40 hari
Penahanan oleh penuntut umum 20 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 30 hari
Penahanan oleh hakim pengadilan negeri 30 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 60 hari
Penahanan oleh hakim pengadilan tinggi 30 hari
Perpanjangan oleh ketua pengadilan tinggi 60 hari
Penahanan oleh mahkamah agung 50 hari
Perpanjangan oleh ketua mahkamah agung 60 hari
MACAM MACAM BENTUK
PENAHAHAN
• HIR mengenal hanya satu bentuk penahanan yaitu
penahanan di rumah tahanan atau penjara
• KUHAP menurut Pasal 22 mengenal selain
penahanan di rumah tahanan negara, dikenal juga
penahanan rumah dan penahanan kota.
• Ketentuan tentang penahanan ini dalam KUHAP
dijelaskan adanya perbedaan penghitungan masa
penahanan pada penjatuhan pidana dalam ketiga
macam bentuk penahanan tersebut
PRA
PENUNTUTAN
• PRAPENUNTUTAN / PENELITIAN
JAKSA
(P-18) (P-19)
Berkaitan dengan wewenang penuntut umum yang
tercantum dalam Pasal 14 butir b bahwa penuntut
umum mengadakan prapenuntutan apabila ada
kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan
memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan
penyidikan dari penyidik.
CONTOH PENYELESAIAN
SENGKETA HUKUM DILUAR
SIDANG PENGADILAN
• PERKARA ANAK HARUS DILAKUKAN
DIVERSI (UNTUK ANCAMAN
HUKUMAN DIBAWAH 7 TAHUN)
• PERZINAHAN (285 KUHP), CURI DLM
KELUARGA (367 KUHP), DLL (DELICK
ADUAN)
BUKU KESATU / PERATURAN UMUM

BAB I LINGKUNGAN BERLAKUNYA HUKUM PIDANA ……. PSL 1 – 9 KUHP


BAB II HUKUMAN-HUKUMAN …..…….………………………… PSL 10 – 43 KUHP
BAB III PENGECUALIAN, PENGURANGAN & PENAMBAHAN
HUKUMAN ……..………………………………………….. PSL 44 – 52 KUHP
BAB IV PERCOBAAN …………………….………………………… PSL 53 – 54 KUHP
BAB V TURUT SERTA MELAKUKAN PERBUATAN YG DPT
DIHUKUM ……………………….………………………….. PSL 55 – 62 KUHP
BAB VI GABUNGAN PERBUATAN YG DPT DIHUKUM ….…… PSL 63 – 71 KUHP
BAB VII MEMASUKKAN & MENCABUT PENGADUAN …....…… PSL 72 – 75 KUHP
BAB VIII GUGURNYA HAK MENUNTUT HUKUMAN …………..… PSL 76 – 85 KUHP
BAB IX ARTI BEBERAPA SEBUTAN DLM KUHP …………….… PSL 86 – 102 KUHP
PERATURAN PENGHABISAN ………………………….... PSL 103 KUHP
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB I KEJAHATAN THD KEAMANAN NEGARA ………………. PSL 104 – 129 KUHP
BAB II KEJAHATAN TDP MARTABAT KEDUDUKAN PRE -
SIDEN & WAKIL PRESIDEN ….……………………….…… PSL 130 – 139 KUHP
BAB III KEJAHATAN THD NEGARA & KEPALA / WAKIL KE -
PALA NEGARA YG BERSAHABAT ……………..…….. PSL 139a – 145 KUHP
BAB IV KEJAHATAN THD KEWAJIBAN & HAK NEGARA .…… PSL 146 – 153 KUHP
BAB V KEJAHATAN THD KETERTIBAN UMUM …………….…. PSL 153bis – 181 KUHP
BAB VI PERKELAHIAN SATU LAWAN SATU …………..….…… PSL 182 – 186 KUHP
BAB VII KEJAHATAN YANG MENDATANGKAN BAHAYA BAGI
KEAMANAN UMUM MANUSIA ATAU BARANG ....…… PSL 72 – 75 KUHP
BAB VIII KEJAHATAN TERHADAP KEKUASAAN UMUM .…..… PSL 76 – 85 KUHP
BAB IX SUMPAH PALSU & KETERANGAN PALSU ………….… PSL 86 – 102 KUHP
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB X MEMALSUKAN MATA UANG …..…………...……..……. PSL 244 – 252 KUHP


BAB XI MEMALSUKAN METERAI & MEREK …………………… PSL 253 – 262 KUHP
BAB XII MEMALSUKAN SURAT-SURAT .………..……………….. PSL 263 – 276 KUHP
BAB XIII KEJAHATAN THD KEDUDUKAN WARGA …………….. PSL 277 – 280 KUHP
BAB XIV KEJAHATAN THD KESOPANAN …………..……………. PSL 281 – 303 KUHP
BAB XV MENINGGALKAN ORANG YG PERLU PERTOLONGAN PSL 304 – 309 KUHP
BAB XVI PENGHINAAN …………………………………………...…… PSL 310 – 321 KUHP
BAB XVII MEMBUKA RAHASIA ………………………………..…..… PSL 322 – 323 KUHP
BAB XVIII KEJAHATAN THD KEMERDEKAAN SESEOARNG ….… PSL 324 – 337 KUHP
BAB XIX KEJAHATAN THD JIWA ORANG ………………………… PSL 338 – 350 KUHP
BAB XX PENGANIAYAAN ……………………………………………. PSL 351 – 358 KUHP
BAB XXI MENGAKIBATKAN ORANG MATI ATAU LUKA KARENA
SALAHNYA ………………………………………………….. PSL 359 – 361 KUHP
BUKU KEDUA / KEJAHATAN

BAB XXII PENCURIAN …………….……...…………...……..……. PSL 362 – 367 KUHP


BAB XXIII PEMERASAN DAN ANCAMAN ………………………. PSL 368 – 371 KUHP
BAB XXIV PENGGELAPAN .......................………..……………….. PSL 372 – 377 KUHP
BAB XXV PENIPUAN ……………………………………………….. PSL 378 – 395 KUHP
BAB XXVI MERUGIKAN PENAGIH UTANG ATAU ORANG YANG
BERHAK …………………………………………………… PSL 396 – 405 KUHP
BAB XXVII MENGHANCURKAN ATAU MERUSAKKAN BARANG PSL 406 – 412 KUHP
BAB XXVIII KEJAHATAN YANG DILAKUKAN DALAM JABATAN PSL 413 – 437 KUHP
BAB XXIX KEJAHATAN PELAYARAN………………………..…..… PSL 438 – 479 KUHP
BAB XXIXA KEJAHATAN PENERBANGAN …………………………. PSL 324 – 337 KUHP
BAB XXX PERTOLONGAN (JAHAT) ………..……………………… PSL 338 – 350 KUHP
BAB XXXI KETETAPAN YG TERPAKAI BERSAMA BG BERBAGAI-BAGAI BAB,
MENGENAI TERULANGNYA PERLAKUAN KEJAHATAN PSL 351 – 358 KUHP
BUKU KETIGA / PELANGGARAN

BAB I PELANGGARAN TTG KEAMANAN UMUM BAGI


ORANG & BARANG & KESEHATAN UMUM ……….…... PSL 489 – 502 KUHP
BAB II PELANGGARAN TTG KETERTIBAN UMUM .…………... PSL 503 – 520 KUHP
BAB III PELANGGARAN TTG KEKUASAAN UMUM ………….... PSL 521 – 528 KUHP
BAB IV PELANGGARAN TTG KEDUDUKAN WARGA ……….…. PSL 529 – 530 KUHP
BAB V PELANGGARAN TTG ORANG YG PERLU DITOLONG PSL 531 KUHP
BAB VI PELANGGARAN TTG KESOPANAN …………..…..…….. PSL 532 – 547 KUHP
BAB VII PELANGGARAN TTG POLISI DAERAH …………..……... PSL 548 – 551 KUHP
BAB VIII PELANGGARAN DILAKUKAN DALAM JABATAN ......… PSL 552 – 559 KUHP
BAB IX PELANGGARAN DALAM PELAYARAN ……..……….….. PSL 560 – 569 KUHP

35

Anda mungkin juga menyukai