Dibuat Oleh:
1
MATERI : PEMBUATAN LAPORAN KEJADIAN
DOSEN : KOMPOL DARWATI dan IPTU TONI HARTONO, SH
HARI/TANGGAL : RABU, 09 AGUSTUS 2023
2. Pengertian:
a. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang - undang kepada pejabat yang berwenang tentang
telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana (Pasal 1 KUHAP).
b. Pengaduan adalah pemberitahuan yang disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum,
terhadap seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan (Pasal
1 KUHAP).
c. Penyidik adalah Pejabat polri atau Pejabat pns tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh UU untuk melakukan Penyidikan (Pasal 1 butir 1 KUHAP)
d. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal menurut tata cara yang
diatur dalam Uu ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dgn bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya (Pasal 1 butir 2 KUHAP).
e. Penyelidik adalah Pejabat polri yang diberi wewenang oleh UU ini untuk melakukan
Penyelidikan (Pasal 1 butir 4 KUHAP).
f. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan Penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan Penyidikan menurut cara yang diatur dalam UU ini (Pasal 1 butir 5
KUHAP).
g. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai Pelaku tindak pidana (Pasal 1 butir 14 KUHAP).
h. Tertangkap Tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan
tindak pidana, atau dgn segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan,
atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang
melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga
keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan
bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak
pidana itu (Pasal 1 butir 19 KUHAP).
2
i. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri (Pasal 1 butir 26 KUHAP).
3. Laporan Kejadian (LK) adalah suatu laporan tertulis yang dibuat oleh penyidik pegawai
negeri sipil menurut jabatannya tentang suatu kejadian peristiwa yang karena sifatnya
berdasarkan pertimbangan maupun ketentuan hukum yang berlaku, memerlukan tindakan
hukum, pelayanan / pertolongan yang harus dilaksanakan.
b. Syarat Material
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam laporan kejadian yang menyangkut isi / materi
laporan agar dapat menjawab pertanyaan yang mangandung unsur 7 (TUJUH) KAH (SI
ABADI MENDEKAP).
1. Siapakah - Pelapor, Korban, Saksi.
2. Apakah - Apakah yang terjadi
- Apakah perbuatan pidana
3. Dimanakah - Dimanakah tempat kejadiannya
- Dimanakah barang - barang bukti berada
4. Dengan Apakah - Mengandung pengertian agar dapat menjawab pertanyaan
dengan alat perbuatannya
5. Mengapakah - Mengapa Perbuatan Itu Dilakukan
- Bagaimana Akibat Yang Ditimbulkan
6. Bagaimanakah - Bagaimanakah Perbuatan Itu Terjadi
- Bagaimanakah Akibat Yang Ditimbulkan
7. Bilamanakah - Bilamanakah Perbuatan Itu Terjadi
- Bilamanakah Kejadian Itu Dilaporkan.
3
4. Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL)
Setelah menerima surat laporan, penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan
laporan kepada pelapor (pasal 108 ayat (6) KUHAP).
5. Untuk pembuatan tanda penerimaan laporan harus diperhatikan beberapa syarat sebagai
berikut:
a. Syarat Formal:
1. Dibuat petugas PPNS yang menerima laporan, yang didahului pada sudut kiri atas nama
kop kantor/departemen.
2. Ditengah atas ditulis surat tanda penerimaan laporan.
3. Dibawah garis ditulis nomor surat tanda penerimaan laporan tsb (nomor : STPL / / /
200 / dept…).
4. Pada pendahuluan ditulis waktu seseorang yang telah datang melapor.
5. Kemudian ditulis identitas lengkap pelapor.
6. Pada akhir surat tanda penerimaan laporan ditanda tangani oleh petugas /penyidik yang
menerima laporan.
b. Syarat Material: ringkasan laporan yang telah disampaikan dengan berusaha menjawab
pertanyaan 7 (TUJUH KAH).
c. Persyaratan STPL: dibuat rangkap 3 (untuk pelapor, untuk penyidik, untuk arsip)
d. Pada saat penyerahan kepada pelapor dengan buku ekspedisi dan pelapor menandatangani
buku ekspedisi tersebut dan membubuhkan nama terang.
MATERI : KS KUHAP
DOSEN : AKP SISWANTO, SH, M.AP dan IPTU SUTANTO, SH
HARI/TANGGAL : KAMIS, 10 AGUSTUS 2023
2. Fundamental KUHAP
1. Sistem peradilan pidana yang mengutamakan perlindungan hak asasi manusia, dg
menjamin hak-hak tersangka.
2. Pembidangan tugas, wewenang & tanggung jawab.
3. Kedudukan polri sbg penyidik yang mandiri, tdk terlepas dari fungsi penuntutan dan
peradilan.
4. Polri sebagai penyidik utama wajib mengkoordinasikan ppns dg memberikan
pengawasan, petunjuk & bantuan.
5. Adanya pembatasan wewenang yg lebih sempit & pengawasan yg lebih ketat bg penyidik,
demi tegaknya hukum & perlindungan hak asasi.
6. Kewajiban penyidik utk memberikan perlakuan yg layak disertai kewajiban memberikan
perlindungan & pengayoman thd semua pihak scr berimbang.
7. Pendampingan penasihat hukum bagi tsk, pada setiap tingkat pemeriksaan.
3. Azas-azas KUHAP
1. Perlakuan yg sama atas diri semua orang dimuka hukum, dg tdk mengadakan
perbedaan perlakuan.
2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan & penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis olh pejabat yg diberi wewenang oleh uu.
3. Setiap orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan dimuka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah, sbl memperoleh putusan yg tetap.
4. Kpd seorang yg ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan atau karena
kekeliruan mengenai orangnya / hukumnya, wajib diberi gantirugi & rehabilitasi.
5. Peradilan hrs dilakukan dg cepat, sederhana & biaya ringan serta bebas, jujur, & tdk
memihak dlm seluruh tk peradilan.
4
6. Kpd tsk sejak saat dilakukan penangkapan & atau penahanan, wajib diberitahu haknya,
termasuk hak untuk menghubungi & minta bantuan penegak hukum.
7. Pengadilan memeriksa perkara pidana dg hadirnya terdakwa.
8. Sidang pemeriksaan pengadilan terbuka utk umum, kecuali dlm hal tertentu.
9. Pengawasan pelaks putusan pengadilan oleh ketua pengadilan negeri.
6. Wewenang Penyidik:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang tindak pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada TKP
c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa identitas tersangka
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
5
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Menghentikan penyidikan (SP3)
i. Mendatangkan ahli dalam hubungannya dengan perkara
j. Mengadakan tindakan lain yang bertanggung jawab
6
Syarat:
b.adanya gangguan fisik, mental berat yang dibuktikan
dengan surat dokter; atau
c. diancam dengan pidana penjara 9 tahun atau lebih
7
disebut Pra-Penuntutan (Ps.110(2&3))
d. Ketika BP dikembalikan lagi oleh Penyidik ke JPU, dan JPU merasa sudah cukup (P-
21), maka JPU bisa melanjutkan dengan proses pembuatan SURAT DAKWAAN
8
a. Memuat tanggal, dan ditandatangani oleh PU
b. Memuat identitas tersangka, i.e. Nama lengkap, TTL, umur, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan
2) Syarat Materi (Ps.143 (2.b)) – menyebabkan Surat Dakwaan batal demi hukum
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
b. Menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus
delicti)
9
alasan-alasan sebagai berikut:
a. Sah atau tidaknya penangkapan
b. Sah atau tidaknya penahanan
c. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan
d. Sah atau tidaknya penghentian penuntutan
e. Ganti rugi dan rehabilitasi
2) PIHAK yang mengajukan (Ps.79&80 KUHAP)
a. Tersangka, keluarga dan Penasihat Hukum
b. JPU dan pihak ketiga
c. Penyidik dan pihak ketiga
3) CARA mengajukan
a. Membuat permohonan
b. Ditujukan kepada KPN
c. Memuat alasan
d. Apa yang diminta dalam permohonan
20. Penyidik dan JPU dapat MENGHENTIKAN suatu Penyidikan (Ps. 109 (2)KUHAP) atau
Penuntutan (Ps. 140 (2).a KUHAP) dengan salah dari beberapa alasan, yaitu:
a. Kurang cukup bukti
b. Peristiwa tersebut bukan peristiwa pidana
c. Dihentikan demi hukum:
- Ne Bis in Idem
- Tersangka meninggal dunia
- Kadaluwarsa
22. Asas pemeriksaan Persidangan: (tidak dipenuhi di PN, maka putusan hakim batal)
1) Pemeriksaan dilakukan secara lisan
2) Pemeriksaan dilakukan dengan bahasa indonesia
3) Pemeriksaan dilakukan secara langsung/tidak boleh diwakili
4) Pemeriksaan dilakukan secara terbuka untuk umum
10
8) Terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan PLEDOI/PEMBELAAN (*Substansial Kelima)
9) PUTUSAN Hakim (*Substansial Keenam)
- Putusan BEBAS / Vrijspraak
- Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum
- putusan pemidanaan
10) Setelah pembacaan putusan, hakim wajib memberitahukan hak2 terdakwa
- hak untuk menerima
- hak menolak putusan
- hak untuk pikir2 (dalam waktu 7 hari)
11
tidak bersalah
2) Ringkasan Surat Dakwaan dan tuntutan beserta tanggapannya
3) Fakta-fakta dipersidangan
4) Analisis fakta dan analisis yuridis (kecocokan perbuatan yang didakwakan dengan
pasal yang dituduhkan)
5) Kesimpulan, berisi permohonan agar terdakwa dibebaskan atau dihukum seringan-
ringannya
6) Penutup
12
JPU biasanya mempunyai STANDART atau DASAR untuk melakukan Banding
yaitu jika putusan hakim ternyata dibawah 2/3 dari tuntutannya.
Contoh: JPU menuntut Terdakwa selama 9 tahun Penjara, maka JPU mempunyai
patokan untuk tidak melakukan banding (Puas terhadap Putusan), jika Hakim
memberikan Putusannya minimal 6 tahun Penjara (memenuhi 2/3 dari Tuntutan
JPU). Tapi jika ternyata Hakim memutuskan kurang dari 6 tahun, seperti 3 tahun
misalnya, maka JPU akan melakukan Banding
Upaya Banding ini dilakukan melalui perantara PN, yang nantinya akan dikirim
ke PT. Artinya, para Pihak harus mengajukan Banding dan menyerahkan memori
banding kepada PN, dan nantinya PN yang akan mengirimkan segala Berkas
Perkara dan Memori Banding (jika ada) kepada PT.
Setelah perkaranya diputuskan oleh PT, selanjutnya putusan PT tersebut akan
dikirimkan kembali ke PN, dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan
Putusan PT kepada Para Pihak (Terdakwa&JPU).
Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PN ke PT, sejak kasus tersebut
dinyatakan banding
Putusan PT berisi Menguatkan Putusan PN, Membatalkan Putusan PN dengan
mengadili sendiri
B. ALASAN KASASI
Pada Pemeriksaan dalam Tingkat Kasasi, Hakim MA tidak memeriksa Pokok
Perkaranya, tetapi memeriksa dari alasan-alasan sebagai berikut:
- apakah benar peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya
- apakah benar cara mengadili dilaksanakan tidak sesuai dengan UU
- apakah benar Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya
C. PEMERIKSAAN KASASI
Pada pemeriksaan Kasasi di MA, Hakim MA tidak mengadili Pokok Perkara,
sehingga Hakim MA disebut sebagai JUDEX JURIS
Upaya Kasasi diajukan kepada Mahkamah Agung, yang mana Permohonan
Kasasinya akan diajukan melalui PN yang mana nantinya akan disampaikan
kepada MA.
Setelah perkaranya diputuskan oleh MA, selanjutnya putusan MA tersebut akan
dikirimkan kembali ke PN, dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan
Putusan MA kepada Para Pihak.
Hakim MA wajib untuk memutuskan tetap atau tidaknya dilakukan penahanan
13
bagi terdakwa, setelah 3 hari menerima berkas perkara, baik karena wewenang
jabatan maupun atas permintaan terdakwa. Dalam hal terdakwa tetap ditahan,
maka dalam waktu 14 hari setelah penetapan penahanan MA, Hakim MA wajib
untuk memulai pemeriksaan.
Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PT ke MA, sejak kasus tersebut
dinyatakan kasasi
D. PUTUSAN KASASI
Putusan MA berisi Menguatkan Putusan PT, Membatalkan Putusan PT dengan
mengadili sendiri
Putusan (255 KUHAP):
- dalam hal putusan dibatalkan karena peraturan tidak diterapkan, atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinya, maka Hakim MA akan memutuskan
untuk mengadili sendiri
- dalam hal Putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak sesuai dengan UU,
maka Hakim MA akan menetapkan/menunjuk Pengadilan asal untuk
memeriksa lagi bagian yang dibatalkan atau berdasarkan alasan tertentu
menunjuk Pengadilan lainnya yang setingkat
- dalam hal putusan dibatalkan karena Pengadilan/Hakim tidak berwenang
mengadili perkara tersebut, maka Hakim MA akan menetapkan pengadilan
atau hakim lain yang berwenang mengadili perkara tersebut
32. Upaya Hukum Luar Biasa PENINJAUAN KEMBALI (PK) (Pasal 263 – 269 KUHAP)
A. KETENTUAN KHUSUS
Ketua PN harus memeriksa terlebih dahulu (disidangkan) apakah suatu perkara
dapat untuk diajukan PK atau tidak, dengan menghadirkan para Pihak
(Terdakwa & Jaksa)
Upaya PK ini tidak dapat menunda pelaksanaan/eksekusi putusan Kasasi,
karena Putusan Kasasi
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht)
Putusan yang dapat diajukan upaya PK adalah hanya Putusan Pemidanaan
C. BATAS WAKTU
Dalam hal pengajuan Permohonan PK, tidak ada batas waktu bagi para Pihak untuk
mengajukan PK. Yang artinya selama perkara belum Kadaluarsa, para pihak dapat
untuk mengajukan PK ke MA
D. PUTUSAN PK
Putusan PK:
- Putusan bebas
- Putusan lepas dari segala tuntutan JPU
- Putusan tidak dapat menerima tuntutan JPU
- Putusan dengan menerapkan ketetapan pidana yang lebih ringan
Pidana yang dijatuhkan dalam Putusan PK, TIDAK BOLEH melebihi hukuman
pidana yang telah dijatuhkan dalam putusan semula (Putusan Kasasi)
33. Upaya Hukum Luar Biasa KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM (Ps.259 – 262 KUHAP)
Untuk putusan yang sudah Inkracht (berkekuatan hukum tetap) ternyata MASIH
DAPAT untuk diajukan upaya Kasasi, jika Putusan Kasasi tersebut ternyata akan
14
berakibat yang tidak baik terhadap kepentingan hukum.
Maksud dari Kepentingan Hukum adalah jika Hakim MA mengeluarkan Putusan
Kasasi yang tidak tepat, misalnya seperti memutuskan bebas bagi terdakwa yang
sebenarnya terbukti Membunuh, dan untuk menghindari terjadinya Yurisprudensi
yang tidak tepat, yaitu “membebaskan seorang yang terbukti Pembunuh”, maka demi
Kepentingan Hukum tersebut, Putusan Kasasi yang salah tersebut, dapat diajukan
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
Hasil dari Putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum tersebut tidak boleh
MERUGIKAN pihak yang berkepentingan, artinya Terdakwa yang tadinya telah
dibebaskan dari dakwaan pembunuh berdasarkan Putusan Kasasi yang salah
tersebut, harus tetap dibebaskan, yang berubah hanya Putusannya saja
Kasasi Demi Kepentingan Hukum HANYA DAPAT DIAJUKAN oleh JAKSA AGUNG
LAIN LAIN
34. Gugatan Ganti Rugi
Tersangka dapat mengajukan gugatan ganti kerugian melaui Pra-Peradilan
Seorang Terdakwa dapat menuntut ganti rugi akibat penahanannya dengan
digabungkan dengan pemeriksaan pidananya jika masih diperiksa di Pengadilan
Negeri
Jika seorang Terpidana akhirnya mendapat putusan Bebas atau lepas dari segala
tuntutan dari PT atau MA, maka bisa mengajukan gugatan ganti rugi melalui gugatan
perdata
Putusannya berupa PENETAPAN
Hukum pidana adalah sebuah aturan atau hukum yang dapat mengatur pelanggaran dan
kejahatan terhadap kepentingan umum, dan kepada pelakunya dapat diancam hukuman berupa
penderitaan atau siksaan.
Hukum pidana merupakan salah satu jenis hukum yang ada di Indonesia. Hukum adalah
seperangkat aturan yang terdiri dari norma dan sanksi.
Hukum berkaitan erat dengan kehidupan manusia, dan semua kehidupan manusia dibatasi oleh
hukum, sehingga mengacu pada sistem terpenting bagi lembaga penegak hukum untuk
melaksanakan berbagai kekuasaan penegakan hukum.
15
Dengan diterapkan hukum yang ada di Indonesia, warga negara Indonesia wajib menaati
hukum yang ada. Baik itu pidana, perdata dan lainnya.
Bagi orang yang melanggar hukum mengenai kejahatan terhadap kepentingan umum akan
diadili dengan cara hukum pidana. Hukum pidana, sebagai bagian tersendiri dari hukum publik,
merupakan salah satu perangkat hukum yang keberadaannya begitu urgen sejak dahulu kala.
Keberadaan undang-undang ini sangat penting karena merupakan “badan moral” yang
bertanggung jawab untuk menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindakan kriminal,
menjaga stabilitas nasional, dan (serta) merehabilitasi para penjahat.
Undang-undang ini berkembang sebagai jawaban atas tuntutan aktivitas kriminal yang ada di
setiap zaman. Oleh karena itu untuk mengetahui apa itu hukum pidana secara lanjut, berikut
penjelasannya:
Pengertian hukum pidana menurut para ahli
· Mezger: Hukum pidana adalah hukum yang mengikat perbuatan yang memenuhi syarat
tertentu dan menimbulkan akibat pidana.
· PS: hukum pidana adalah larangan atau perintah lengkap yang dalam keadaan tertentu
mengancam negara dengan keji, yaitu kejahatan jika tidak dipatuhi, dan menjadi dasar
pengenaan dan penerapan proses pidana.
· Van Hamel: Hukum pidana adalah kewajiban untuk menegakkan hukum, yaitu seluruh dasar
dan aturan yang dibuat oleh negara dengan melarang apa yang tidak sah dan menimbulkan
penderitaan (penderitaan) bagi mereka yang melanggar larangan tersebut.
Jenis jenis hukum pidana
1. Hukum pidana substantif meliputi peraturan-peraturan yang menetapkan dan merumuskan
tindak pidana, peraturan-peraturan yang memuat syarat-syarat terjadinya suatu kejahatan, dan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hukum pidana. Hukum pidana pokok diatur dalam
KUHP.
2. Hukum pidana mengatur bagaimana Negara dapat menggunakan haknya untuk melakukan
tindak pidana dengan cara memberikan hadiah. Hukum pidana formil disebut juga dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
3. Hukum pidana Umum memuat ketentuan-ketentuan hukum pidana yang berlaku bagi setiap
orang. KUHP, Undang-Undang Lalu Lintas (UULL), dll.
4. Hukum pidana Khusus memuat ketentuan KUHP yang menyimpang dari hukum pidana
umum mengenai golongan, golongan dengan jenis perbuatan tertentu. Sebagai contoh:
hukum pidana Militer
hukum pidana Perpajakan
hukum pidana Ekonomi
hukum pidana Korupsi
16
B. Hukuman tambahan (Bjomende staffen)
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
3. Pengumuman keputusan hakim.
17