Anda di halaman 1dari 53

PTK

( PENELITIAN TINDAKAN KELAS )

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AL- QUR’AN HADITS

MELALUIPEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS XI MA AL- HIKMAH

BANGIL PASURUANTAHUN PELAJARAN

2021/2022

Disusun Oleh :

ENDANG SUSILAWATI, S.Pd.I.

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN PASURUAN

Madrasah Aliyah Al- Hikmah Bangil

Jl. Plaosan No. 725 Kersikan Bangil Pasuruan Jawa Timur

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Judul Penelitian : “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AL-

QUR’AN HADITS MELALUI PEMBELAJARAN

PROJECT

BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XI MA AL-

HIKMAH BANGIL PASURUAN TAHUN PELAJARAN

2021/2022”

2. Nama Peneliti : Endang Susilawati, S.Pd.I

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pangkat / Golongan :-

5. NIP :-

6. Pekerjaan : Guru Al- Qur’an Hadits

7. Unit Kerja : Madrasah Aliyah Al-Hikmah Bangil Pasuruan

8. Alamat Kantor : Jl. Plaosan No. 725 Kersikan Bangil Pasuruan

9. Alamat Rumah : Jl. Plaosan No. 725 Kersikan Bangil Pasuruan

10. Telepon Kantor : 081335339707

11. Nomor HP : 085855853607

12. Lama Penelitian : -+ 1 Bulan mulai Mei- Juni 2022

Mengetahui Pasuruan, 21 Juni 2022


Kepala MA Al-Hikmah Bangil Peneliti

KHOIRUL ABID, S.Hi ENDANG SUSILAWATI, S.Pd.I

Mengetahui

Pengawas

Drs. M. FATONI, M.Pd


BAB1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengajaran merupakan aktivitas yang melibatkan 2 pelaku, yaitu pembelajar (Guru) dan

pebelajar (peserta didik). Bagi guru, mereka berkewajiban untuk mendesain perannya guna

memungkinkan peserta didik mengonstruk informasi atau pengetahuan dalam diri peserta didik.

Sedangkan peserta didik, berkewajiban untuk mengonstruk informasi dalam dirinya melalui

interaksi dengan lingkungannya. (Muchtar, 2010: 1)

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan di satuan-satuan

pendidikan, maka belajar adalah proses mengkonstruk informasi/pengetahuan dalam diri peserta

didik melalui interaksi dengan lingkungan. Piaget dalam Sanjaya (2008) mengatakan bahwa, pada

dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan

menjadi pengetahuan yang bermakna.

Dalam proses pembelajaran guru merupakan ujung tombak program pendidikan dan

kuwalitas kerja guru sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, usaha

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kualitas guru

perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.

Namun demikian, banyak dijumpai bukti yang menunjukkan bahwa mutu proses pembelajaran di

sekolah kurang memuaskan. Untuk itu perlu adanya inovasi berbagai strategi pendekatan agar

proses pembelajaran efektif dan menyenangkan sehingga tujuan utama peningkatan mutu

pendidikan dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dapat

memilih dan menggunakan beberapa metode dalam mengajar. Menurut Suryosubroto (1997) dalam

Mastuti (2009) pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang

disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, dan kondisi siswa dalam

pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al- Qur’an Hadits di MA Al-Hikmah Bangil

dirasakan sangat membosankan oleh siswa. Konsep-konsep pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadits

yang bersifat teoritik sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa, akan terasa menjemukan apabila

dilakukan dengan metode yang monoton seperti ceramah, yang masih sering dilakukan oleh

peneliti. Interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa pasif bila hanya berlangsung satu arah dan

siswa hanya mendengarkan saja (Teacher centered). Pembelajaran seperti tersebut sudah tidak

menarik

bagi siswa dimasa sekarang ini. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka akan dapat

menurunkan motivasi dan semangat belajar siswa, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadits.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Menurunnya motivasi belajar siswa dapat diamati dari hal-hal sebagai berikut antara lain

rendahnya keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, bahkan ada yang tidak mengerjakan,

mengerjakan tugas tidak tepat waktu, kurangnya keaktifan / partisipasi siswa dalam kegiatan

belajar mengajar di kelas, siswa berada dalam kelas namun pandangan sering keluar kelas,

ngomong dengan teman sebangku, tidak memperhatikan penjelasan guru, juga rendahnya hasil

belajar siswa

Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan masalah yang perlu adanya strategi

pembelajaran di kelas agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Pendekatan pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok

kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap

anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung. Di samping

model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model

pembelajaran kooperatif yang efektif untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa yang tidak

dapat ditemui pada metode konvensional.

Pendekatan pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan bagi siswa untuk


bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan teman sebaya, yang membutuhkan

pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

Menurut Chotimah dan Dwitasari (2007), terdapat beberapa model pembelajaran antara lain STAD,

JIGSAW, Team Games Tournaments (TGT), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together

(NHT), Examples non examples, Coopertive Script, Problem Based Learning, dan Picture and

Picture.

PJBL (Project Based Learning) merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan mampu m e n g h a s i l k a n p r o y e k

a t a u k a r y a . Struktur yang dimaksudkan sebagai alternatif pengganti terhadap struktur kelas

tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja secara tim, kemudian bertukar pikiran dengan

teman sebangku, yang akhirnya saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). Model

pembelajaran PJBL (Project Based Learning) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit

untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu atau

bertukar pikiran satu sama lain.

Untuk menghasilkan proyek atau karya tersebut maka peneliti mencoba menerapkan

metode pembelajaran selain ceramah yakni dengan metode Cooperative Learning dengan model

pembelajaran PJBL (Project Based Learning), dengan menerapkan pembelajaran model PJBL,

siswa diharapkan mampu mengontruksi pengetahuannya dengan berdiskusi kelompok maupun

klasikal.

Berdasar latar belakang di atas peneliti mengambil judul “ Peningkatan Motivasi dan Hasil

Belajar Al- Qur’an Hadits melalui Pembelajaran Project Based Learning pada Siswa Kelas XI MA

Al-Hikmah Bangil Pasuruan.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pembelajaran cooperative model PJBL dapat meningkatkan motivasi belajar

siswakelas XI MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan?


2. Bagaimana pembelajaran cooperative model PJBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelasX MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan?

D. TUJUAN PENELITIAN

Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Al- Qur’an Hadits siswa kelas XI MA

Al-Hikmah Bangil melalui pembelajaran kooperatif model PJBL.

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Manfaat bagi siswa

a. Memberikan sajian pembelajaran yang lebih menarik dan membuat pembelajaran

lebihbermakna.

b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruk ilmu pengetahuannya.

c. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat bagi guru

a. Menemukan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi

belajardan hasil belajar siswa.

b. Mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa, sehingga

mampumemperbaiki proses pembelajaran

c. Sarana untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam menjalankan tugas mengajar.

d. Dapat lebih terampil menerapkan pembelajaran cooperative model PJBL, sehingga guru

lebih percaya diri.

e. Dapat meningkatkan cakrawala baru dalam Penelitian Tindakan Kelas

3. Manfaat bagi sekolah

a. Mempunyai guru yang mampu mengembangkan diri melalui PTK. Sekolah akan

mempunyai kesempatan untuk berkembang lebih pesat.

b. Hasil PTK nya dapat disumbangkan untuk peningkatan proses pembelajaran.


c. Dengan seringnya dilakukan PTK oleh guru-guru di suatu sekolah, akan menghasilkan

berbagai teknik pembelajaran, sehingga bisa meningkatkan kualitas dan hasil belajar

siswa.

d. Sebagai sarana pemberdayaan untuk meningkatkan kerjasama dan kreativitas sesama

guru.

Tabel 01

Data hasil pelajaran AL Qur’an Hadits Kelas XI Tahun pelajaran 2020/2021

HASIL BELAJAR

KKM NILAI KETERANGAN

NO NAMA SISWA

1. AMANDA 75 88 Tuntas

2. AQILA NUSAIBA 75 74 Tidak Tuntas

3. ASFIYANA MAHARAM 75 74 Tidak Tuntas

4. ASMIN 75 85 Tuntas

5. ASTUTIK 75 74 Tidak Tuntas

6. DAIMATUNNISWAH 75 73 Tidak Tuntas

7. DINDA YULIA 75 73 Tidak Tuntas

8. ERIKA 75 75 Tuntas

9. EVI MULYANINGSIH 75 65 Tidak Tuntas

10. FIRDATUN NUZULA 75 75 Tuntas

11. FITRIYANI 75 72 Tidak Tuntas

12. INTAN NUR AINI 75 71 Tidak Tuntas

13. LAILATUL ROHMAH 75 69 Tidak Tuntas

14. LIA JANUBA 75 71 Tidak Tuntas

15. LULU’ATUL HABIBAH 75 72 Tidak Tuntas


16. MAZIDATURROHMAH 75 71 Tidak Tuntas

17. NAYLA NUSAIBA 75 70 Tidak Tuntas

18. NURMA SABAN 75 70 Tidak Tuntas

19. SALMIA BUNGA 75 78 Tuntas

20. SARNIATI PALANG 75 69 Tidak Tuntas

21. SISKA NURMALASARI 75 75 Tuntas

22. SITI ROFI’AH 75 69 Tidak Tuntas

23. WAHYUNI 75 79 Tuntas

24. WASILAYTUL HIDAYATI 75 70 Tidak Tuntas

25. YULI ROSMALA 75 77 Tuntas

Berdasarkan data diatas menunjukkana hasil belajar Mata pelajaran Al- Qur'an Hadits

peserta didik kelas XI MA Al- Hikmah Bangil belum mencapai ketuntasan dalam belajar dengan

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 7 peserta didk

dengan presentase 31,8% , sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 15 peserta didik

dengan presntase 68,2%, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran Al-Qur'an Hadits masih dibawah kriteria pencapaian ketuntasan belajar.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. 1. Karakteristik Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits

Al- Qur’an Hadits mengkaji berbagai persoalan yg terkait dengan nilai- nilai agama dan moral,

Akhlaq yang mengarah pada kemampuan siswa untuk dapat berinteraksi dan mengimplementasikan

nilai- nilai al-qur’an dan hadits dalam kehidupan sehari- hari.

1.2. Hakekat Belajar

Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008) belajar merupakan proses manusia untuk

mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir

sampai akhir hayat.

Dari kamus umum bahasa Indonesia, belajar berarti usaha (berlatih) supaya mendapatkan suatu

kepandaian. Menurut Soemadi Suryabrata (1993) belajar mengandung 3 pengertian yaitu belajar itu

membawa perubahan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu

terjadi karena usaha sadar.

Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai

tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental dan psykis yang

berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan. Perubahan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Selanjutnya Sukirin ( 1984 ) mengatakan

bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh

kecakapan baru. Hamalik (2001) belajar merupakan proses suatu kegiatan mengingat akan tetapi lebih

luas daripada hal itu, yaitu mengalami. Sobur (2009) mengatakan bahwa yang menjadi ciri belajar

adalah : (1) Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima baik oleh individu

maupun masyarakat. (2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu

bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada

tingkah laku yang lebih buruk.

(3) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan tidak dianggap sebagai hasil

belajar. (4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek

kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,

ketrampilan, kecakapan, sikap ataupun kebiasaan.

1.2.1. Hasil Belajar

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan . Gagne dalam

Badawi ( 1987 ), mengatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil

belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, nilai dan

sikap. Hasil belajar adalah nilai kognitif yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Nilai

dapat diperoleh melalui post tes dan ulangan harian. Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai

setelah seseorang melakukan usaha untuk mencapai suatu yang diinginkan (Alex: 2009).

1.2.2. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku

untuk mencapai sesuatu (Sobur: 2009)

Dalam arti bahasa, Motivasi adalah apa yang membuat seseorang yang berbuat, membuat

seseorang tetap berbuat, dan menentukan ke arah mana yang hendak di perbuat. Lahey (Crowl,

Kannsky dan Podel, 1997 ) mengatakan motivasi adalah suatu keadaan internal yang menggerakkan

dan mengendalikan perasaan dan tindakan kita. Dengan kata lain, motivasi merupakan kekuatan yang

mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (slavin, 1994) dalam Baharuddin dan

Wahyuni: 2008. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siswa terlibat dalam akademik.

Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa banyak siswa menyerap informasi yang disajikan

kepada mereka.

Motivasi belajar salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.

Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar (Baharuddin dan Wahyuni:

2008). Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu dengan lebih baik.

Berdasarkan sumbernya, motivasi dikelompokan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang lebih efektif,

karena motivasi intrinsik relaitif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (motivasi

ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hanayah, 1992) dalam Baharrudin dan Wahyuni, yang termasuk

motivasi intrisik untuk belajar antara lain :

a. Dorongan ingin tau dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang- orang

penting, misalnya orang tua, saudara, guru, atau teman-teman.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi

pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, hadiah, teladan

guru, orang tua. Kurangnya respon dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat

belajar seseorang menjadi lemah.

2. Pembelajaran Kooperatif dan Model PJBL ( Project Based Learning)

2.1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah model pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas

terstruktur. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran penting yakni, hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan keterampilan sosial. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang dimiliki oleh

siswa, diantaranya adalah : berbagi tugas, mengambil bagian / berperan serta dalam kelompok,

mengajukan pertanyaan, menengarkan dengan aktif, bekerjasama dan membantu teman.


Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Chotimah dan Dwitasari

(2009), yakni :

(1) Peserta didik (siswa) bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademik,

(2) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah,

sedang, dan tinggi (3) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda

suku, budaya, dan jenis kelamin, (4) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok

daripada individu. Sedangkan menurut Sanjaya (2006) karakteristik pembelajaran kooperatif, ada

empat yaitu : (1) pembelajaran secara tim, artinya tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan,

(2) didasarkan pada manajemen kooperatif, sebagai mana umumnya manajemen mempunyai

empat fungsi pokok , yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan , dan

fungsi kontrol, (3) kemauan untuk bekerja sama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan

oleh keberhasilan secara kelompok, (4) ketrampilan bekerja sama, kemauan untuk bekerja sama

dipraktekkan melalui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama.

Terdapat empat prinsip dasar pembelajran kooperatif, seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya

(2006), prinsip tersebut adalah : (1) Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence),

dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada

usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya, perlu disadari oleh semua anggota kelompok

keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota,

(2) Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability), prinsip ini merupakan konskuensi

dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,

maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, (3)

Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction), pembelajaran kooperatif memberi

ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling

memberikan informasi dan saling membelajarkan, (4) Partisipasi dan komunikasi

(Participation Communication), pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Karena kemampuan ini sangat penting sebagai bekal

mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.


Beberapa ahli mengatakan bahwa tehnik pembelajaran kooperatif lebih banyak

meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran individual atau kompetitif. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan mamfaat pembelajaran kooperatif seperti berikut ini : (1) meningkatkan

kehadiran siswa, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap mata

pelajaran Sains-Biologi, (4) meningkatkan penerimaan terhadap perbedaan individu, (5)

menurunkan perilaku mengganggu, (6) mengurangi konflik antar pribadi, (7) mengurangi sikap

apatis, (8) meningkatkan pemahaman konsep, (9) meningkatkan motivasi belajar siswa, (10)

meningkatkan lama waktu retensi, (11) meningkatkan kepekaan, dan toleransi. (

Ibrahim,dkk. 2005 ).

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1)

penjelasan materi, (2) belajar dalam kelompok, (3) penilaian, dan pengakuan tim, Sanjaya (2006),

sedangkan menurut Nuryani (2005) fase pembelajaran kooperatif terdiri dari lima tahapan, yaitu

(1) orientasi/eksplorasi, (2) elisitasi/klarifikasi, (3) restrukturisasi/konseptualisasi ulang , (4)

aplikasi, dan (5) refleksi.

2.2. Kelebihan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2006) Strategi pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan,

antara lain :

Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,

akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi

dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

1. Strategi Pembelajaran Kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide

atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide

oranglain.

2. Strategi Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

3. Strategi Pembelajaran Kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.


4. Strategi Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk

meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa

harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan

ketrampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

5. Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

menguji ide dan kemampuannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktek

memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah

tanggung jawab kelompoknya.

6. Strategi Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan

informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata/riil.

7. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan

rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2.3 Pengertian Model Project Based Learning

Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang bersifat student centered

dimana melalui model pembelajaran berbasis proyek ini siswa dituntut untuk belajar mandiri dan aktif

serta memberi stimulus siswa untuk mengatasi masalah dengan melibatkan suatu proyek dalam proses

pembelajaran. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu, peneliti menemukan informasi

mengenai teori definisi model Project Based Learning. Teori pertama dikemukakan oleh Wulandari dan

Jannah (2018, hlm. 794) yang menyatakan bahwa PjBL adalah pembelajaran yang menggunakan proyek

atau kegiatan sebagai media. Pembelajaran berbasis PJBL merupakan model belajar yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya

dalam beraktivitas secara nyata. Selain itu model pembelajaran PjBL ini juga bisa membantu siswa

menemukan wadah untuk menuangkan ide-ide kreatifnya kedalam projek yang akan ia ciptakan. Teori

kedua dikemukakan oleh Dewi, I Gusti dan I Ngh. Suadnyana (2017, hlm. 3) yang menyatakan bahwa

Project Based Learning adalah model pembelajararan yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-

prinsip utama (sentral) dari suatu displin, melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan masalah dan

tugas-tugas bermakna lainnnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Teori ketiga

dikemukakan oleh Andari, Ni Wayan dan IB Surya (2016, hlm. 3) yang menyatakan bahwa model

Project Based Learning adalah pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran.

Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan

dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian

akan ditampilkan atau dipresentasikan. Teori keempat dikemukakan oleh Kusuma dan I Gusti (2018, hlm.

31) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi dalam pembalajaran, masyarakat atau lingkungan. Teori kelima dikemukakan oleh

Cahyadi, Yari, dan Nurul (2019, hlm. 127) yang menyatakan bahwa Model pembelajaran Project Based

Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran seperti

melakukan percobaan, menemukan sesuatu yang ditugaskan dalam lingkungan sekolah, dan mengerjakan

proyek secara individu. Teori keenam dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018, hlm.

35) yang menyatakan bahwa model Project Based Learning merupakan pembelajaran yang inovatif yang

berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana

siswa diberi peluang bekerja secara kelompok untuk keberlangsungan pembelajaran. Teori ketujuh

dikemukakan oleh Laksono (2018, hlm. 70) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis

proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-

tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksikan kegiatan

belajar mereka sendiri, dan menghasilkan produk karya siswa. Teori kedelapan dikemukakan oleh Surya,

Stefanus dan Agustina (2018, hlm. 45) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang inovatif yang berpusat kepada siswa (Student Centered)

dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana dalam

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan definisi model Project Based Learning (PjBL)

merupakan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa dengan peran guru sebagai motivator

dan fasilitator. Model Project 40 Based Learning (PjBL) menggunakan proyek sebagai media dalam

kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dalam melakukan kegiatan investigasi,

melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah pengetahuan baru dan tugas bermakna lainnya.
Sehingga memberi peluang siswa bekerja secara otonom dan mengkontruksi belajar secara mandiri, pada

akhirnya menghasilkan suatu produk kemudian ditampilkan/dipresentasikan di depan kelas. Selanjutnya,

berdasarkan kajian dari 12 jurnal di atas mengenai definisi model Project Based Learning (PjBL), peneliti

menemukan adanya perbedaan teori menurut Gunawan (2018) dan Surya (2018). Dapat disimpulkan teori

definisi model Project Based Learning (PjBL) menurut kedua jurnal tersebut yaitu, model Project Based

Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centere) dan menempatkan

guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara kelompok untuk

keberlangsungan pembelajaran. Pernyataan tersebut benar dan sejalan dengan pendapat Trianto (2014,

hlm. 42) yang menyatakan bahwa “Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)

merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik (Student Centered) dan menetapkan

guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom

mengkontruksi belajarnya”.

Adapun pengertian project based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Menurut Goodman dan Stivers, yaitu pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan

pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan

kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

2. Menurut Made Wena, yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk

mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

3. Menurut Grant, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu

investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.

4. Menurut Afriana, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan

pengalaman belajar bermakna bagi peserta didik.

5. Menurut Fathurrohman, yaitu model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai

sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2.4 Tujuan Project Based Learning

Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran tentu mengandung tujuan yang hendak dicapai. Adapun

tujuan project based learning adalah sebagai berikut.


1. Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

2. Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di kelas.

3. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks

sampai diperoleh hasil nyata.

4. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna menunjang

aktivitas belajarnya.

5. Melatih sifat kolaboratif peserta didik.

2
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based LearningItu Perlu, (Bogor, Ghalia Indonesia,

2021), h.74
3
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pres, 2021), h.229
4
Fakhriyah, Penerapan Problem Based LearningDalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir

Kritis Mahasiswa,Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, (April, 2014), H.96


5
Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup, 2009), h.13


2.5 Sintak Model Pembelajaran

Sintak pembelajaran merupakan tahapan atau fase yang harus dikerjakan pada pembelajaran. Dengan

adanya sintak, alur kegiatan pembelajaran menjadi jelas dan terstruktur. Adapun sintak model

pembelajaran project based learning adalah sebagai berikut.

1. Menentukan pertanyaan mendasar

Sebelum masuk ke materi, guru harus memberikan pertanyaan mendasar terkait materi yang akan

dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa dikemas dalam studi kasus di dunia nyata dilanjutkan dengan

penelusuran lebih mendalam.

2. Menyusun desain perencanaan proyek

Penyusunan desain proyek bersifat kolaboratif. Artinya, kerja sama antara guru dan peserta didik. Pada

desain ini memuat sejumlah poin, misalnya aturan main, aktivitas, dan presentasi.

3. Membuat jadwal aktivitas

Setelah guru dan peserta didik menyusun desain perencanaan proyek dilanjutkan dengan membuat jadwal

aktivitas. Adapun contoh jadwal aktivitasnya adalah sebagai berikut.

 Menentukan timeline pengerjaan

 Menentukan deadline pengerjaan

 Menentukan perencanaan baru untuk menyelesaikan proyek

 Memberikan bimbingan bagi peserta didik yang menggunakan cara di luar proyek.

4. Melakukan monitor pada perkembangan kinerja peserta didik

Selama peserta didik mengerjakan proyek yang ditugaskan, guru harus aktif memonitor kegiatan mereka.

Hal itu bertujuan untuk menjaga agar suasana belajar tetap kondusif. Kegiatan monitor bisa dilakukan

menggunakan alat perekam atau rubrik.

5. Menguji hasil kinerja peserta didik

Tingkat pencapaian peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang ditugasnya akan diuji dan dinilai

oleh guru. Penilaian ini diharapkan bisa memberikan umpan balik bagi pemahaman peserta didik. Hasil

kinerja juga bisa digunakan oleh guru untuk menyusun strategi pada pembelajaran selanjutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman

Evaluasi pengalaman berupa refleksi dari kegiatan yang sudah dijalankan. Pada tahap ini guru bisa

melakukan diskusi ringan dengan peserta didik terkait pengalaman selama mengerjakan proyek.
Sama seperti model pembelajaran lainnya, model project based learning juga memiliki kelebihan dan

kekurangan.

Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut.

1. Bisa meningkatkan ketekunan peserta didik saat pembelajaran.

2. Suasana belajar menjadi lebih menyenangkan karena peserta didiknya aktif.

3. Keterampilan peserta didik dalam mengelola suatu proyek semakin terasah.

4. Meningkatkan keterampilan komunikasi peserta didik.

5. Melatih sifat kolaboratif di dalam kelas.

Adapun kelemahannya adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan peralatan yang lebih kompleks, sehingga dibutuhkan tim teaching.

2. Waktu yang dibutuhkan lebih lama, sehingga guru harus bisa mengondisikan agar kelas tetap kondusif.

3. Perbedaan topik yang diberikan oleh guru bisa menimbulkan ketidakpahaman peserta didik tentang

keseluruhan topik.

4. Proyek akan terhambat jika peserta didiknya pasif dan kesulitan dalam mengumpulkan data.

Melalui Project Based Learning peserta didik diharapkan mampu mengembangkan

kompetensi yang dimiliki serta mampu membantu peserta didik dalam menanamkan sikap

yang baik pada diri peserta didik sehingga peserta didik mampu menghasilkan produk dalam

bentuk sebuah karya lagu/ puisi sebagai wujud implementasi dari berbakti kepada orang tua

dan dalam menyelesaikanmaslah yang dihadapkan baik dalam pembelajaran maupun

dikehidupan sehari-hari peserta didik tidak secara asal dalam mengambil keputusan atau

memberikan alternative pemecahan masalah, namun menyelesaikan dalam sebuah karya.

6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media

Grup, 2006),h.216

2.6 Karakteristik Project Based Learning

yaitu gaya belajar yang menuntut siswa menguasai konsep pembelajaran dengan melibatkannya dalam

pemecahan masalah berupa proyek yang nyata. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu,
peneliti menemukan informasi mengenai teori karakteristik model Project Based Learning. Teori pertama

dikemukakan oleh Utami, Firosalia, dan Indri (2018, hlm. 541-552) yang mengatakan bahwa

karakteristik model Project Based Learning (PjBL) yaitu: 1) Guru hanya sebagai fasilitator dan

mengevaluasi produk hasil kerja; 2) Menggunakan proyek sebagai media pembelajaran; 3) Menggunakan

masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa sebagai langkah awal pembelajaran; 4) Menekankan

pembelajaran kontekstual; 5) Menciptakan suatu produk sederhana sebagai hasil pembelajaran proyek

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning (PJBL)

1. Kelebihan Model Project Based Learning (PjBL) Kelebihan model Project Based Learning yaitu

mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa untuk

belajar dan mendorong kemampuan siswa belajar mandiri serta aktif dan kreatif dalam memecahkan

suatu masalah, meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan mencari informasi siswa serta

memberikan pengalaman dalam mengorganisasikan proyek. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian

terdahulu, peneliti menemukan informasi mengenai kelebihan model Project Based Learning. Teori

pertama dikemukakan oleh Utami, Firosalia, dan Indri (2018, hlm. 541-552) yang menyatakan bahwa

kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu mampu menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan dan siswa mampu mengemukakan pendapat atau gagasannya dalam menciptakan karya

atau produk sesuai kreativitas siswa. Teori kedua dikemukakan oleh Yulia dan Jannah (2018) yang

menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mampu meningkatkan hasil

belajar menjadi lebih baik lagi; b) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan; a) Dapat diterapkan

pada pembahasan materi lain; d) Mampu meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa. Teori

ketiga dikemukakan oleh Natty, Firosalia, dan Indri (2019, hlm. 1082- 1092) yang menyatakan bahwa

kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mampu meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengolah informasi; 2b Meningkatan kemampuan memecahkan masalah yang ada; c)

Mengembangkan 45 kreativitas berfikir dalam bentuk produk; d) Menambah motivasi, rasa percaya diri,

toleransi, kerjasama dan juga pemahaman materi siswa. Teori keempat dikemukakan oleh Dewi, I Gusti

dan I Ngh. Suadnyana (2017, hlm. 1-10) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar siswa; b) Meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah; c) Meningkatkan kerja sama; d) Meningkatkan kemampuan mengelola sumber. Teori kelima
dikemukakan oleh Cahyadi, Yari Dwi, dan Nurul (2019, 205- 218) yang menyatakan kelebihan model

Project Based Learning (PjBL) menurut Abidin dalam Cahyadi, dkk (2019, hlm 207) yaitu: a) Mampu

mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan membuat keputusan; b) Meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah; c) Meningkatkan rasa percaya diri; d) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa

karena siswa bukan hanya mendapatkan pengetahuan melainkan juga akan mendapatkan keterampilan.

Teori keenam dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018, 32-45) yang menyatakan

kelebihan model Project Based Learning (PjBL) menurut Kemendikbud Tahun 2013 dalam Gunawan,

dkk (2018, hlm. HHH) yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah; b)

Membuat siswa menjadi lebih aktif; c) Membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan; d)

Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar; e) Meningkatkan kemampuan bekerja sama

(kolaborasi); f) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi; g) Melibatkan para peserta didik belajar

dengan mengintegrasikan pengetahuan/informasi dengan dunia nyata. Teori ketujuh dikemukakan oleh

Laksono (2018, hlm. 69-75) yang menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL)

yaitu: a) Meningkatkan motivasi; b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; c) Meningkatkan

kolaborasi; d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Teori kedelapan dikemukakan oleh Surya,

Stefanus dan Agustina (2018, hlm. 41-54) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu: a) Siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan suatu aktivitas proyek; b) Siswa

akan mendapat pengalaman nyata tentang perencanaan suatu proyek; c) 46 Membantu siswa untuk

menemukan konsep-konsep baru dan pengalaman baru; d) Mampu meningkatkan hasil belajar dan

kreatifitas siswa. Berdasarkan kajian dari 8 jurnal di atas peneliti menemukan adanya persamaan dan

perbedaan teori mengenai kelebihan-kelebihan model Project Based Learning (PjBL). Persamaan tersebut

diantaranya menurut Utami, dkk (2019), Wulandari & Jannah (2018), Natty, dkk (2019), Dewi, dkk

(2017), Cahyadi, dkk (2018), Azizah & Wardani (2019), Gunawan, dkk (2018), Laksono (2018), Surya,

dkk (2018) dan Faizah (2015) yang menyatakan bahwa kelebihan-kelebihan model Project Based

Learning (PjBL): a) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; b) Meningkatkan motivasi belajar

siswa; c) Mampu menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan; d) Meningkatkan kemampuan

mengelola sumber informasi dan pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Moursund dalam

Kusuma & I Gusti (2018, hlm. 32) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning (PjBL)

yaitu: a) Increased motivation, yaitu siswa menjadi sangat tekun, sangat bergairah dalam belajar, dan
keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang; b) Increased problem solving ability atau

meningkatnya kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan

problem-problem yang bersifat kompleks; c) Improved library research skill, karena pembelajaran

berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui

sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan

meningkat; d) Increased colaboration, yaitu pentingnya kerja kelompok dalam proyek yang membuat

siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif,

evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek; dan e)

increased resource-management skills, yaitu pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan

secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan

membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Kemudian peneliti menemukan pendapat yang sejalan yaitu menurut Andari, Ni Wayan dan IB Surya

(2016) yang menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Meningkatkan

motivasi belajar peserta didik untuk belajar, b) Mendorong 47 kemampuan mereka untuk melakukan

pekerjaan penting, c) Pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar mengambil

informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia

nyata, d) Menciptakan suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa mampu pendidik

menikmati proses pembelajaran. Kemudian peneliti menemukan perbedaan pendapat menurut Natty, dkk

(2019), dan Surya, dkk (2018) yaitu: a) Mampu mengembangkan kreativitas; b) Meningkatkan

keterampilan kerja sama; c) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi; d) Peserta didik mendapatkan

pengalaman dari penyelesaian proyek dan pembuatan produk. Perbedaan tersebut benar dengan diperkuat

oleh pendapat Azizah dan Naniek (2019) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu: a) Menumbuhkan kemandirian siswa; b) Menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar

terhadap pembelajaran mereka sendiri; c) Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; d)

Memperluas akses untuk belajar; e) Mampu meningkatkan kreativitas dan motivasi belajar siswa.

Kemudian peneliti juga menemukan pendapat sejalan yaitu menurut Faizah, Umi (2015) yang

menyatakan kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mendorong kemampuan mereka

untuk melakukan pekerjaaan penting; b) Membuat peserta didik menjadi lebih baik aktif dan

memecahkan problem-problem yang kompleks; c) Meningkatkan kolaborasi; d) Mendorong peserta didik


untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi; e) Meningkatkan ketrampilan

peserta didik dalam mengelola sumber; f) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta

didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Dari pemaparan di atas,

dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Menciptakan

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan; b) Mampu meningkatkan motivasi belajar siswa; c) Mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi; d) Meningkatan kemampuan memecahkan

masalah; e) Meningkatkan kemampuan mengelola sumber; f) Mampu mengembangkan keterampilan

berpikir dan keterampilan membuat keputusan; g) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi, bekerja

sama dan tanggung jawab siswa; dan h) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 48 2. Kelemahan

Model Project Based Learning (PjBL) Selain dipandang memiliki kelebihan, model ini masih dinilai

memiliki kelemahan-kelemahan. Dalam model Project Based Learning terdapat kelemahan yang bisa

menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu,

peneliti menemukan informasi mengenai teori definisi model Project Based Learning. Teori pertama

dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018) yang menyatakan kelemahan model Project

Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memberikan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan

pengerjaan proyek; b) Banyaknya peralatan yang harus diguanakan/disediakan dalam penyelesaian

sebuah proyek; c) Membutuhkan/memerlukan pengeluaran biaya yang cukup banyak; d) Bagi peserta

didik yang memiliki kelemahan/kekurangan terhadap pemahaman materi dan pengumpulan informasi

serta percobaan yang dikerjakan, maka akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran tersebut. Teori

kedua dikemukakan oleh Faizah (2015) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu memerlukan banyak waktu untuk penyelesaian masalah dan membutuhkan biaya yang

cukup banyak untuk menyiapkan alat dan bahan dalam pembuatan produk. Teori ketiga dikemukakan

oleh Fikriyah, Indrawati dan Agus (2015) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu: a) Penerapan project based learning membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan

masalah, sedangkan pembelajaran hanya berlangsung 45 menit saja, akibatnya pembelajaran serba cepat

dan singkat; b) Beberapa siswa mengalami kesulitan selama proses pembelajaran akibat memiliki

kelemahan dalam memahami percobaan dan mengumpulkan informasi; c) Siswa sudah terbiasa dengan

model yang diterapkan di sekolah. Teori keempat dikemukakan oleh Nurfitriyanti (2016) yang

menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Membutuhkan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; b) Membutuhkan biaya yang cukup untuk

menunjang kebutuhan alat dan bahan dalam menghasilkan produk; c) Membutuhkan guru yang

memahami model atau yang mau belajar 49 menggunakan model Project Based Learning (PjBL); d)

Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai; e) Tidak sesuai dengan siswa yang mudah

menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan; f) Kesulitan melibatkan

semua siswa dalam kerja kelompok. Teori kelima dikemukakan oleh Titu (2015) yang menyatakan

kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang

tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih

dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah; b) Memerlukan banyak waktu untuk

menyelesaikan masalah; c) Membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk menghasilkan produk; d)

Banyak guru yang merasa nyaman dengan metode konvensional; e) Banyaknya peralatan yang harus

disediakan. Teori keenam dikemukakan oleh Liawati, Sri dan Dwi (2017) yang menyatakan kelemahan

model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Diperlukan perencanaan yang matang dan alokasi waktu

yang lama terutama dalam penyusunan perencanaan proyek yang dilakukan; b) Diperlukan asisten

laboran untuk memonitoring siswa dalam pelaksanaan praktikum. Teori ketujuh dikemukakan oleh Aini,

Albertus dan Sri (2018) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a)

Membutuhkan biaya yang cukup banyak; b) Memerlukan persiapan yang matang dalam merencanakan

proses pembelajaran supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran; c) Guru perlu

memperhatikan pembagian alokasi waktu. Alokasi waktu yang digunakan disesuaikan dengan tingkat

kesulitan proyek yang dikerjakan siswa. Teori kedelapan dikemukakan oleh Delianti, Yeka dan

Rizkayeni (2018) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a)

Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; b) Memerlukan

biaya yang cukup banyak untuk menunjang kebutuhan pembuatan produk sebagai hasil kerja proyek; c)

Banyak peralatan yang harus disediakan. 50 Berdasarkan kajian dari 8 jurnal di atas peneliti menemukan

beberapa persamaan dan perbedaan mengenai kelemahan model Project Based Learning (PjBL).

Persamaan tersebut yaitu menurut Gunawan, dkk (2018), Faizah (2015), Fikriyah, dkk (2015), Niswara,

dkk (2019), Sari (2018), Nurfitriyanti (2016), Titu (2015), Liawati, dkk (2017), Aini, dkk (2018),

Delianti, dkk (2018), Anggraini & Wulandari (2020) dan Sunita (2019) yang menyatakan bahwa

kelemahaman model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memerlukan banyak waktu untuk
pengerjaan proyek dan membuat produk; b) Membutuhkan cukup biaya dalam pembuatan suatu produk;

c) Membutuhkan alat dan bahan serta fasilitas dalam kegiatan pembuatan produk. Kemudian peneliti

menemukan perbedaan pendapat yaitu menurut Gunawan, dkk (2018), Fikriyah, dkk (2015) dan

Nurfitriyani (2016) yang menyatakan kelemahan moddel ini yaitu a) Bagi peserta didik mengalami

kesulitan mengikuti kegiatan belajar pada model ini jika memiliki kelemahan memahami materi,

mengumpulkan informasi dan mudah menyerah; b) Membutuhkan guru yang terampil dan memahami

betul konsep pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PjBL) sehingga mampu

mengelola kegiatan belajar dengan tepat agar siswa dan guru tidak terbiasa dengan pembelajaran

menggunakan model konvensional; c) Kesulitan melibatkan semua siswa pada kerja kelompok. ini

dikhawatirkan jika siswa hanya menguasai topik yang dikerjakan. Tetapi, perbedaan tersebut benar dan

sejalan dengan pendapat Sari, D.P (2018) yang menyebutkan kelemahan model Project Based Learning

(PjBL) yaitu: a) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang; b) Ada

kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya. Pendapat lainnya yang

sejalan yaitu menurut Niswara, Muhajir, dan Mei (2019) yang menyatakan kelemahan model Project

Based Learning (PjBL) yaitu: a) Membutuhkan guru yang terampil dan memahami model pembelajaran;

b) Membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan proyek; c) Membutuhkan biaya yang banyak

untuk menunjang kebutuhan alat dan bahan dalam pembuatan produk; d) Membutuhkan fasilitas,

peralatan dan bahan yang memadai; e) Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan pengetahuan

serta keterampilan; f) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok. selanjutnya yaitu

menurut Sunita, dkk (2019) yang menyatakan kelemahan model 51 Project Based Learning (PjBL) yaitu:

a) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar; b) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan

yang memadai; c) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok. . Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kelemahan model model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memerlukan

banyak waktu untuk penyelesaian masalah dan membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk

menyiapkan alat dan bahan dalam pembuatan produk; b) Beberapa siswa mengalami kesulitan selama

proses pembelajaran akibat memiliki kelemahan dalam memahami percobaan dan mengumpulkan

informasi; c) Siswa sudah terbiasa dengan model yang diterapkan di sekolah; d) Membutuhkan guru yang

terampil dan memahami model pembelajaran. Diharapkan untuk para pendidik agar memperhatikan

kelemahankelemahan model Project Based Learning (PjBL) dan mencari solusinya sebelum
menerapkannya dalam kegiatan belajar

2.8 Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Disamping memiliki karakteristik Problem Based learning juga memiliki tahapan

-tahapan atau langkah-langkah dalam menerapkan PBL dalam proses pembelajaran.

Menurut Forgaty dalam Made, tahapan-tahapan Problem Based Learning adalah sebagai

berikut :

a. Merumuskan masalah

b. Mendefinisikan masalah

c. Mengumpulkan fakta

d. Menyusun hipotesis (dugaan sementara)

e. Melakukan penyelidikan

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,

g. Menyimpulkan alternative pemecahan secara koloraboratif

h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah7

Kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitas peserta didik untuk

menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah

tersebut dilakukan dalam tahap-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan dalam table

berikut :8

2.9 Langkah- Langkah PJBL (Project Based Learning)

Project Based Learning :

 Dimulai dengan sebuah pertanyaan esensial atau membimbing.

 Diselesaikan dalam waktu yang agak lama (beberapa minggu – bulan)

 Berorientasi dengan produk akhir atau “artifact” (berupa produk tulisan, lisan, visual dan

multimedia), serta kegiatan produksi yang memerlukan pengetahuan isi tertentu atau

keterampilan, dan biasanya menimbulkan satu atau lebih masalah yang harus dipecahkan siswa.

Proyek bervariasi dalam lingkup dan kerangka waktu, dan produk akhir sangat bervariasi dalam

tingkat teknologi yang digunakan serta kecanggihannya.


 Hasil pembelajaran berupa produk (model, prototype, poster seni, pertunjukan, dll)

Pembelajaran PjBL perlu mengangkat masalah riil yang terjadi di masyarakat, karena tujuan dari PjBL

adalah mengkoneksikan pengetahuan yang diperoleh siswa di kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata

dengan membuat solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada – dimana siswa juga berperan sebagai

profesi-profesi yang ada di dunia nyata, seperti dokter, peneliti lingkungan, ahli energi, insinyur, dll.

Selain itu, PjBL harus mampu memberikan value/nilai/manfaat kepada masyarakat sekitar/dunia nyata,

dimana hal ini adalah esensi utama dari tujuan pendidikan.

Kegiatan belajar yang dialami oleh siswa akan sangat bermakna dalam kehidupannya, dimana mereka

akan selalu mengingat point-point penting dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, aliran

pembelajaran dengan metode saintifik seperti yang ada pada PjBL akan memberikan keterampilan

bagaimana menjadi pembelajaran seumur hidup bagi para siswa, dan pengetahuan ini akan sangat

bermanfaat untuk dapat bertahan dalam kompetisi di dalam era ekonomi yang berbasis pengetahuan.

Langkah-langkah pembelajaran PjBL adalah sebagai berikut :

1. Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)

2. Menyusun perencanaan proyek (design project)

3. Menyusun jadwal (create schedule)

4. Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project)

5. Penilaian hasil (assess the outcome)

6. Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)

Komponen Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning

Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis proyek terdiri dari enam komponen

utama, yaitu 1 keautentikan authenticity ,proyek yang akan dikerjakan siswa berhubungan dengan

masalah dunia nyata. Ciri-ciri proyek yang menampilkan keauntentikan, yaitu: a Mengatasi masalah atau

pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa; b Melibatkan masalah atau pertanyaan yang benar- benar

dialami di dunia nyata; c Meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan
atau sosial di luar kelas. Dalam merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaan masalah yang

benar-benar ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang sedang terjadi yang relevan

dengan keadaan sekarang sehingga pembelajaran yang terjadi dapat bermakna, kontekstual dan

mengesankan, 2 ketaatan terhadap nilai akademik academic rigor. Dalam mengerjakan sebuah proyek,

siswa ditantang untuk menggunakan metode penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau lebih seperti :

seorang sejarawan, ilmuwan, investor , dan lain-lain, 3 hubungan dengan pakar expert relationship .

Kekuatan pembelajaran berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar orang ahli yang ada di luar kelas.

Siswa dapat berelasi dengan pakar yang berkaitan dengan proyek yang akan diselesaikan, 4 aktif meneliti

active exploration . Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan

suatu proyek. Siswa dapat menggunakan berbagai model, metode, media , dan sumber-sumber dalam

melakukan penyelidikan. Pada akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari

misalkan melalui kegiatan pameran formal. Proyek yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam

penelitian, mengeksplorasi, menganalisis serta menyajikan hasil proyek, 5 belajar pada dunia nyata

applied learning . Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata dengan pendekatan

terstruktur dan terencana. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam

lapangan pekerjaan, dan 6 penilaian assessment . Siswa diberi kesempatan untuk menerima feedback

umpan balik yang berkualitas selama dan setelah mengerjakan proyek. Umpan balik formatif dapat

diberikan oleh teman sebaya ataupun dari garu. Pada akhir proyek, evaluasi sumatif dari produk dan

penampilan siswa diberikan oleh guru dan pakar yang menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan

indikator kualitas yang telah ditentukan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi setelah seseorang belajar akan menunjukkan suatu hasil yang

dapat juga dapat dikatakan sebagai hasil belajar, disekolah peserta didik dapat ditentukan

hasil belajarnya setelah melakukakn evaluasi. Hasil belajar biasa di definisikan sebagai

hasil yang telah dicapai dlam suatu usaha, berusaha untuk mengadakan perubahan untuk

mencapai suatu tujuan dan tujuaan tersebut tentunya yang diharapkan oleh peserta

didik,
guru dan orang tua murid itu sendiri sebagai prestasi atau hasil belajar. Disamping itu

hasil belajar: " Hasil dari suatu interaksi belajar mengajar, hasil untuk sebagai adalah

berkat tindakan guru. Pencapaian tujuan pengajaran pada bagian lain merupakan

penangkalan kemampuan mental peserta didik.10

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Tanpa

pengalaman dan latihan sedikit proses belajar dapat berlangsung. Pengalaman adalah

suatu interaksi antara individu dengan lingkungan pengamatan, interaksi, pengertian,

sikap, keterampilan dan sebagainya. Mengajar adalah membimbing peserta didik belajar.

Maka guru mesti mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga tercipta lingkungan

sebagai komponen pengajaran yang penting kedudukannya secara baik dan memenuhi

syarat. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajaran setelah

melakukan proses belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada

apa yang dipelajari oleh pembelajaran.11

Menurut Gagni dalam Slameto bahwa hasil-hasil belajar yang akan diraih peserta

didik dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori:

a. Keterampilan Motoris

b. Informasi Verbal

c. Kemapuan Intelektual

d. Model Kognitif

e. Sikap12

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyiapkan bahwa hasil belajar adalah suatu

hasil dapat ditunjukkan angka indeks yang dicapai peserta didik setelah melakukan proses

dan kegiatan -kegiatan pembelajaran, yang menjadi kriteria hasil belajar adalah

memberikan pertimbangan tentang hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

10
Dimjayanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.3
11
Yusuf dan Mutmainah Amin, “Pengaruh Mind Mapping dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa”,Al-Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 1, No. 1 (April 2016), h.87
12
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.14
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, secara umum yang

mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah factor intern dan extern. Pendapat para ahli

tentang factor yang mempengaruhi hasil belajar adalah menurut Slameto. "Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar "di antaranya:

a. Faktor Intern meliputi:

1) Faktor Jasmani

2) Kesehatan

3) Cacat tubuh

4) Faktor Psikologi ialah yang berhubungan dengan rohani :

a) Intelegensi, bilamana pembawaan anak memang rendah maka anak tersebut sukar

mencapai hasil belajar yang baik

b) Perhatian, untuk daoat menjamin belajar yang baik, peserta didim harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Apabila bahan

pelajarran itu tidak menarik peserta didik, maka timbul kebosanan sehingga

prestasi menurun

c) Minat, bahan ajar yang menarik atau keinginan anak akan mudah dipelajari.

Sebaliknya bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat anak pasti tidak dapat

dipelajari dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya Tarik baginya

d) Bakat, apabila pelajaran itu tidak sesuai dengan bakatnya maka ia akan mengalami

kesukaran-kesukaran dalam belajar. Sebalilnya apabila pelajaran sesuai dengan

bakatnya ia selalu baik dalam hasil belajarnya sehingga ia merasa senang dan

selaluberusaha lebih giat lagi dalam belajar

e) Motif, apabila peserta didik mempunyai motif maka ia akan terdorong untuk

belajar, untuk membentuk motif itu dapat dilakukan dengan latihan-latihan atau

kebiasaan-kebiasaan.

b. Faktor Extern meliputi :

1) Faktor Keluarga
Orang tua dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan

yang baik tentu akan sukses dalam belajar. Sebaliknya orang tua yang tidak

mengindahkan pendidik anak-anak, acuh tak acuh bahkan memperhatikan sama

sekali tentu tidak akan berhasil dalam belajar. Adapun hubungan orang tua dan anak

yang baik ialah hubungan yang penuh pengertian disertai dengan bimbingan dan bila

perlu hukuman-hukuman dengan tujuan untuk memajukan belajar anak. Begitu jugga

contohsikap yang baik dari orang tua sangat mempengaruhi belajar anak.

2) Faktor suasana rumah

Suasana rumah terlalu gaduh terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar

dengan aktif, begitu juga suasana rumah terlalu tegang selalu banyak cekco diantara

anggota

3) Faktor ekonomi keluarga

Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan juga dalam belajar anak misalkan

anak dari keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap,

sebaliknya anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat

yang serba tidak lengkap, inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, minder, putus

asa, sehingga dorongan belajar mereka berkurang

4) Faktor Sekolah

a) Metode mengajar

b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa

d) Alat pelajaran

e) Waktu sekolah

f) Standar pelajaran diatas ukuran

g) Keadaan gedung
c. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar

Pada prinsipnya, cerita pengukuran hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah

psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun

demikian, pengukuran perubahan tingkah laku seluruh ranah ini, khususnya ranah rasa

murid, sangat sulit. Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar ini yang bersifat intangible (

tak dapat diraba). Oleh karena yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam hal ini adalah

hanya mengambil cuplikan tingkah terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang

berdimensi ciptadan rasa maupun yang berdimensi.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagai mana yang

terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya hasil tertentu)

dikaitan dengan jenis hasil yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar

pemahaman kita lebih mendalam mengenai kunci pokok tersebut dan untuk memudahkan

dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang di pandang tepat, relibel, dan valid, dibawah

ini Surya dan Barlaw menyajikan sebuah tabel panjang yang dikutip oleh muhibbin Syah

dengan penyesuaian seperlunya.13

13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung; Rajawali Pres, 2002), h.216
Menurut Mubbin syah criteria pengukuran prestasi belajar didasarkan pada perkembangan

yang dimiliki oleh peserta didik yang meliputi:

a. Perkembangan motoric (motor development), yakni proses perkembangan progresif dan

berhubungan dengan anrka ragam keterampilan fisik anak (motor skill)

b. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual

ataupross perkembangan kemampuan kecerdasan otak anak.

c. Perkembangan social dan moral (social and moral development), yakni proses

perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan - perubahan cara anak dalam

berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai kelompok.

Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah tolak ukur

atas pembelajaran. Apabila merujuk pada operasional keberhasilan belajar, maka belajar

dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi belajar tinggi,

baikindividu maupun kelompok

b. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa

baiksecara individu maupun kelompok

c. c. Terjadi proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi berikutnya

Saiful bahri jamara mengemukakan ada beberapa indikator-indikator yang dapat dijadikan

tolak ukur keberhasilan belajar dalam peserta didik, yaitu:

a. Anak didik menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajari

b. Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pelajaran

c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif lebih singkat

d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat dipergunakan untuk mempelajari bahan

pelajaran lain yang serupa

e. Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara sendiri


f. Timbul motivasi intrinsik (dorongan dari dalam diri anak didik) untuk belajar lebih lanjut

g. Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi

kegiatandi sekolah

h. Anak didik terampil memecahkan masalah yang dihadapi

i. Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi

kegiatan sekolah.

Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atau

komentar terhadap gagasan orang lain.14

Dengan demikian hasil belajar pendidikan agama islam diukur melalui beberapa aspek yaitu

dari segi kuantitas dalam bentuk hasil atau nilai yang diperoleh sehingga kemampuan peserta

didik yang dimiliki dari hasil belajarnya itu dapat dijadikan bekal untuk menuju masa

depannya. Melalui pengukuran prestasi itu dapat ditetapkan bagaimana kualifikasi prestasi

yang dicapai siswa baik peseorangan maupun secara keseluruhan. Ada beberapa alternatif

norma pengukuran tingkkat keberhasilan (prestasi belajar) siswa setelah mengikuti proses

belajar

mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah:

a. Norma skala angka dari 0 sampai 10

b. Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala

0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, alhasil pada prinsip nya

jika seseorang siswa mendapatkan nilai lebih dari batas minimal, ia dianggap telah memenuhi

target minimal keberhasilan belajar. Norma pengukuran ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 01

Perbandingan Nilai Angka dan Huruf

Simbol Nilai dan Huruf

Skala 0 - 10 Skala 0 - 100 Predikat


Huruf

8 – 10 80 – 100 Sangat Baik


A
Baik
7 – 7,9 70 – 79
B
C Cukup

D Kurang
6 – 6,9 60 – 69
E
Gagal

5 – 5,9 50 – 59

0 – 4,9 0 - 49

14
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.120
A. Desain Penelitian Tindakan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN

Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu

merupakanrangkaian penelitian tindakan yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan

masalahsampai masalah itu terpecahkan. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki

kinerja, sifatnya kontektual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasikan.

Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart (1988) dalam Susilo,

Chotimah dan Dwita Sari(2009) yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi,

dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Diagram alur rancangan penelitian ditunjukkan pada

Gambar 1.

B. Deskripsi Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di MA Al- Hikmah tepatnya di Jl. Plaosan 725 Kersikan

Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.

Lembaga ini berada di Naungan Yayasan Pondok Pesantren Al- Hikmah Bangil, selain MA

lingkungan ini terdiri dari beberapa unit lembaga diantaranya MTs, Madin dan Pesantren

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini di laksanakan selama kurang lebih 1 bulan muali tanggal 21 mei – 21 juni

2022.
c. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI dengan Jumlah 25 orang MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan.

Penelitian dilaksanakan di MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan, Jl Plaosan No. 725 Kersikan Bangil

Kabupaten Pasuruan, tahun pelajaran 2021/2022.

C. Skenario Tindakan/Siklus

Peranan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai perencana, pengajar, pengamat,

pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Dalam pelaksanaan

PTK, Siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-

soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja

melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai pada saat refleksi, siswa diajak diskusi,

ditanya tentang elajaran yang mereka alami dari hasil refleksi itulah guru mengadakan perbaikan

untuk perencanaan siklus ke II. Jadi inti dari PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran

siswa yang diutamakan. Secara umum, terdapat 4 langkah dalam melakukan PTK, yaitu

1. Perencanaan

2. Acting (pelaksanaan)

3. Observation (Pengamatan)

4. Refleksi

Ada beberapa model yang dapat diterapkan di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang

paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan Kemmis & Mc. Taggart.

Adapun model PTK dimaksud menggambarkan ada 4 langkah (dan pengulangannya), yang

disajikandalam bagan
Tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti yang digambarkan dalam

bagan ini adalah terdiri dari 4 tahap.3 Secara rinci tahapan penelitian ini sebagai berikut:

1. Perencanaan, yaitu menyusun rancangan tindakan

a. Mengidentifikasi kasus

b. Mengidentifikasi masalah

c. Mencarikan alternative pemecahan

d. Membuat satuan tindakan

2. Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah yaitu

mengenakan tindakan dikelas. Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini adalah melaksanakan

tindakan upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits yang telah

direncanakan.

3. Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamatan Dalam tahap ini dilaksanakan

tindakan dengan menggunakan observasi yang telah disiapkan.peneliti mempersiapkan lembar

observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui kondidi kelas terutama hasil belajar peserta

didik pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian

diskusikan dengan kolaburator yaitu guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits untuk dicari solusi

dari permasalahan yang ada pada waktu pembelajaran berlangsung. 4

4. Refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini.

Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri tentang upaya meningkakan hasil peserta

didik dalam mata pelajaran Al- Qur'an Hadits. Dengan melihat atau observasi, apakah kegiatan

yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Al-

Qur'an Hadits.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam rangka pengumpulan data pada penelitian ini, penulis menggunakan

metodesebagai berikut :

1. Observasi

Dalam penerapannya observasi digunakan sebagai alat pengumpulan data tentang

penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata pelajaran

Al-Qur'anHadits

2. Interview (Wawancara)

Adapun interview ini ditunjukkan kepada guru bidang study Al-Qur'an Hadits dan siswa

kelas XI MA Al- Hikmah Bangil Kabupaten Pasuruan, tentang penerapan model

pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata pelajaran Al-Qur'an Hadits

3. Tes

Tes akhir dilakukan dengan cara tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah

dilakukan penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata

pelajaran Al-Qur'an Hadits.

4. Dokumentasi

Dalam penerapannya dokumentasi ini penulis gunakan sebagai pelengkap untuk melengkapi

keterangan-keterangan yang penulis butuhkan yaitu memperoleh data-data nilai peserta didik,

data tengaga pendidik, data tentangkegiatan belajar mengajar di kelas XI MA Al- Hikmah

BangilKabupaten Pasuruan.
E. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini dalam rangka mengolah dan menganalisis data maka aktivitas yang akan dilalui

dan dilakukan antara lain.

1. Reduksi Data

Merupakan proses penyederhanaan dan pengkategorikan data. Proses ni merupakan

enemuan tema dan pembentukan konsep.Hasil dari proses ini adalah tema-tema,konsep-

konsep dan berbagai gambaran mengenai data-data, baik gambaran hal-hal yang serupa

maupun yang bertentangan. Reduksi data merupakan proses berpikir sentive yang memerlukan

kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplakan data. Proses ini

dilakuakan unuk mempermudh penulis dalam mengoktruksi data kedalam sebuah gambaran

sosial yang utuh, selain itu untuk memeriksa sejauh mana kelengkapan data yang tersedia

Selanjutnya dalam mendisplaykan data selain dengan teks naratif, juga berupa grafik, matrik,

network dan chart. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.6

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa PTK atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Data

display yang dikemukakan diatas bila telah didukung oleh data-data yang mantap,maka dapat

disajikan kesimpulan yang kredibel.7

Setelah data diolah dengan cara diatas, maka peneliti menganalisis dengan cara berpikir

induktif. Berpikir induktif berangkat dari fata-fakta yang khusus, peristiwa yang khusus,

konkrit itu ditarik generalisa yang membat sifat umum. Dengan menggunakan cara ini akan

diperoleh kesimpulan yang konkrit yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MA Al-

Hikmah Bangil dapat dilihat melalui 2 cara yaitu :

a. Membandingkan tingkat keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan

tindakan pada siklus I, diketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal atau

sebelum tindakan. Keberhasilan tindakan pada siklus II diketahui dengan cara

membandingkan dengan Siklus I.

b. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada kriteria yang ditentukan peneliti. Seperti

tertera pada tabel 1.

11. Tabel 1. Kriteria Penentuan Keberhasilan tindakan

Kriteria Keberhasilan Tindahkan

Siklus I Siklus II

Aspek yang diamati

1. Motivasi Belajar 50% 70%

2. Hasil Belajar 50% 70%

Jumlah Skor
Proses Nilai Rata-rata (NR)=-------------------------------X 100%
Skor Maksimum

Rumus Indikator Keberhasilan

Proses pembelajaran diketahui berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-

tidaknya sebagaian besar 75% peserta didik terlibat secara aktif baik secara fisik, mental

maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu menunjukkan kegairahan belajar yang

tinggi, semangat yang besar dan percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran

dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta

didikseluruhnya atau sekurang-kurangnya 75%.15


Indikator hasil belajar dari penilitian ini adalah 75% dari siswa yang telah mencapai

minimum. Penempatan nilai 75 berdasarkan atas hasil diskusi dengan Kepala Madrasah serta

dengan teman sejawat berdasarkan tingkat kecerdasan siswa dan kriteria ketuntasan minimum

(KKM) yang digunakan Madrasah Aliyah Al- Hikmah Bangil Kabupaten Pasuruan.

15
Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),h.101-102
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

A. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil data yang penulis dapatkan di lapangan dengan melakukan observasi dan

wawancara, serta dokumentasi maka gambaran tentang penerapan hasil pembelajaran Project

Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada pembelajaran Al-Qur'an hadits kelas XI

MA Al- Hikmah Bangil Kabupaten Pasuruan dapat penulis jelaskan bahwa dalam penerapan model

pembelajaran Project Based Learning sudah berjalan dengan tahapan -tahapan model

pembelajatran Project Based Learning yaitu:

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari jumat tanggal 30 Mei 2022 Pukul 09.00-11.00 WIB dalam

setiap pertemuan menjadi 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi.

a) Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus I dilakukan dengan koordinasi dengan guru

kolaborator. Koordinasi dilakukan untuk membahas perencanaan pelaksanaan tindakan atau

skenario pembelajaran dan berbagai persiapan pembelajaran di antaranya pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kompetensi dasar melakuakan pemahaman

tentang menghormati orang tua dan guru dengan menggunakan metode pembelajaran

Project Based Learning (PBL), materi pelajaran, dan postest, menyiapkan instrument

penelitian seperti observasi. Selain itu, juga dilakukan pengelompokkan siswa yang di bagi

secara heterogen yaitu menjadi 4 kelompok dengan salah satu kelompok berjumlah 4-5

orang.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan berdasarkan RPP yang telah disusun pada perencanaan. Pada

pertemuan siklus I ini aspek yang diajarkan adalah mata pelajaran Al-Qur'an Hadits dengan

materi yang akan diajarkan adalah tentang menghormati orang tua dan guru dengan
menggunakan model Project Based Learning. Adapun pelaksanaan tindakan siklus 1 dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Pendahuluan, diawal pembelajaran terlebih dahulu guru memulai dengan mengucapkan

salam dan siswa menjawab dari guru dilanjutkan dengan Doa pembuka, kemudian

peneliti menanyakan kabar dan mengabsen siswa, kemudian guru menanyakan kepada

peserta didik siapa yang tidak hadir. Peserta didik menjawab hanya 1 orang yang tidak

masuk karena sakit. Kemudian dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai pada materi pembelajaran tentang menghormati orang

tua dan guru, serta menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.

2) Kegiatan Inti, dalam kegiatan inti ini, guru melanjutkan dengan menyampaikan dan

menjelaskan materi yang akan diajarkan secara singkat, dan peserta didik

memperhatikan penjelasan dari guru. Setelah menjelaskan materi yang singkat, guru

langsung membagi siswa menjadi 4 kelompok masing-masing 4-5 peserta.

Tabel 02 Pembagian Kelompok Proses Pembelajaran

KELOMPOK A KELOMPOK C

1. Amanda 1. Dinda Yulia

2. Aqila Nusaiba 2. Erika

3. Asfiyana Maharam 3. Evi Mulyaningsih

4. Asmin 4. Firdatun Nuzula

5. Astutik 5. Fitriyani

6. Daimatun Niswah 6. Intan Nur Aini

KELOMPOK B KELOMPOK D

1. Lailatur Rohmah 1. Salmia Bunga

2. Lia Januba 2. Sarniati Palang

3. Lu’luatul Habibah 3. Siska Nurmalasari

4. Mazidatur Rohmah 4. Siti Rofi’ah


5. Nayla Nusaiba 5. WahyuniWailatul Hidayati

6. Nurma Saban 6. Yuli Rosmalasari

Adapun dalam menyusun kelompok guru membagi peserta didik secara acak yaitu

setiap kelompok ada siswa yang memilki kemampuan yang lebih. Yaitu berdasarkan

pertemuan sebelumnya.

Setelah kelompok tersusun, kemudian guru menjelaskan prosedur /tata cara belajar

Project based learning dalam tim atau kelompok. Guru memanggil setiap ketua

kelompok untuk mengambil soal yang dibuat dalam bentuk undian.

Siswa berdiskusi untuk mengerjakan soal diskusi tersebut dengan anggota

kelompoknya. Pada saat proses diskusi terlihat masih banyak siswa yang belum ikut

berpartisipasi dalam mengerjakan soal diskusi tersebut. Siswa masih ada yang

mengobrol dengan temannya sedangkan menyerahkan pengerjaan tugas diskusi tersebut

kepadaketua kelompoknya.

Kemudian hasil diskusi yang telah dikerjakan setiap kelompok dipresentasikan di

depan kelas dengan materi, ketua kelompok bertanggung jawab atas anggotanya saat

presentasi berlangsung. Kemudian setiap kelompok diberikan kesempatan bertanya di

depan kelas, kelompok lain diperbolehkan memberikan pendapat atau saran terkait

tentang materi yang disampaikan.

3) Penutup, karena waktu sudah habis guru belum sempat menyimpulkan hasil kerja yang

diperoleh peserta didik, kemudian guru hanya mengingatkan kepada peserta didik agar

pada pertemuan minggu depan peserta didik sudah menyiapkan meja dan kursi menjadi

4 kelompok. Di akhir pertemuan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya, kemudian guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama-sama

dengan di akhiri dengan salam.

c) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersama degan guru Al- Qur'an Hadits

dengan lembar observasi, pengamatan dilakukan terhadap tindak mengajar yang dilkukan

peserta didik. Adapun hasil observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Penyampaian tujuan dan pemberian motivasi

Pada siklus 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa dapat

memahami dalil tentang menghormati orang tua dan guru dan memotivasi siswa betaa

pentingnya bagi kita untuk mempelajari mataeri tentang menghormati orang tua dan

guru

2) Penyajian/informasi

Pada hasil observasi pada siklus I ini dalam penyampaian materi waktu banyak

terpakai untuk menyampaikan materi, dikarenakan guru masih menggunakan metode

ceramah

3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Pada tahap pengorganisasian ini masih banyak siswa kurang paham dengan model

pembelajaran Project Based Learning sehingga banyak siswa yang masih perlu

diarahkan sebab setelah 2 tahun pasca pandemi mereka belum pernah presentase dengan

hasil diskusi.

Dari uraan di atas peserta didik masih kaku dengan pemberian kelompok secara

kolaboratif dan masih ada yang sempat menolak saat pembentukan kelompok.kemudian

guru memberikan tugas masing-masing kelompok untuk didiskusikan secara bersama-

sama, namun masih banyak siswa yang terlihat bingung dan malu-malu saat bergabung

dalam kelompoknya serta menanyakan tentang kerja kelompok bersama

4) Membimbing kelompok berdiskusi

Dari hasil observasi pada siklus I, guru msih kurang aktif dalam membimbing dan

mengarahkan peserta didik dalam kelompok belajar bersama, dan guru hanya sekali-kali

membimbing dan mengontrol peserta didik dalam kelompok belajar guru lebih sering

duduk didepan

5) Evaluasi
Evaluasi pada siklus I untuk menentukan tingkat keberhasilan pada siklus I. Dalam

evaluasi ini guru memberikan soal uraian sebanyak 5 butir soal, dan guru menghimbau

agar dalam menyelesaikan kuis tidak boleh kerja sama

6) Refleksi

Refleksi pada siklus I ini dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara

degan siswa, diperoleh gambaran bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran pada

siklus I ini telah terlaksana dengan cukup baik, meskipun masih kurang memuaskan

dikarena siswa masih enggan untuk dilakukan pengacakan dalam pembentuan kelompok

dengan alasan tidak cocok dengan teman kelompok yang telah dibentuk oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi pada saat pelaksanaan diskusi kelompok peserta ddik

masih banyak yang kurang memahami tata cara belajar klompok dan masih bingung

dalam melakukan kelompok belajar bersama dan terlihat haya beberapa siswa sajayang

berdiskusi dalam masing-masing kelompok danyang lainnya ada yang diam sja dan ada

pula yang bercanda. Kemudian guru kurang mengontrol dan membimbing peserta didik

dalam berdiskusi secara berkelompok, dan hanya guru sekali-kali mengawasi peserta

didik dalam berdiskusi

HASIL KERJA SISWA SIKLUS I

Nilai Tuntas/

No. Nama
Pre Test Post Test Tidak

Tuntas

1. AMANDA 60 80 Tuntas

2. AQILA NUSAIBA 55 85 Tuntas

3. ASFIYANA 85 90 Tuntas

MAHARAM

4. 50 65 Tidak Tuntas
ASMIN
5. 75 90 Tuntas
ASTUTIK

6. DAIMATUNNISWAH 50 60 Tidak Tuntas

7. DINDA YULIA 65 65 Tidak Tuntas

8. ERIKA 60 85 Tuntas

9. EVI MULYANINGSIH 85 95 Tuntas

10. FIRDATUN NUZULA 85 95 Tuntas

11. FITRIYANI 50 85 Tuntas

12. INTAN NUR AINI 80 90 Tuntas

13. LAILATUL ROHMAH 75 90 Tuntas

14. 55 65 Tidak Tuntas


LIA JANUBA

15. LULU’ATUL 55 80 Tuntas

HABIBAH

16. MAZIDATURROHMAH 75 85 Tuntas

17. NAYLA NUSAIBA 80 90 Tuntas

18. NURMA SABAN 55 85 Tuntas

19. SALMIA BUNGA 60 65 Tidak Tuntas

20. SARNIATI PALANG 55 65 Tidak Tuntas

21. SISKANORMALASARI 55 80 Tuntas

22. SITI ROFIAH 75 85 Tuntas

23. WAHYUNI 80 90 Tuntas

24. WASILATUL 55 85 Tuntas


HIDAYATI

25. YULI ROSMALA 60 65 Tidak Tuntas

Berdasarkan data dari hasil post test pada siklus I, terdapat siswa yang mencapai

ketuntasan terdapat 20 siswa dengan presentase 80%, sedangakan siswa hasil belajarnya

belum tuntas mencapai 5 siswa dengan presentase 20%, sedangkan hasil pretes siswa,

terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 20 siswa dengan presentase 80%,

sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 5 siswa dengan prentase 20%, dengan

demikian, penerapan Project Based Learning pada siklus I hasil belajar siswa terdapat

peningkatan dari sebelum pelaksanaan, yaitu: siswa yang mencapai ketuntasan pada

hasil pretes mencapai 20%, dan ketuntasan pada hasil postest siklus I mencapai 80%

terhadap peningkatan 20%, sedangakan siswa yang belum mencapai ketuntasan

menurun 20%. dengan demikian, dilihat dari nilai postest setelah mengikuti

pembelajaran dengan penerapan Project Based Learning menunjukan bahwa siklus I

sudah mengalami peningkatan dari pembelajaran sebelum menggunakan dengan

penerapan metode Project Based Learning, namun masih banyak siswa yang belum

mengauasai materi pembelajaran dan hasil belajarnya masih di bawah KKM yang

ditentukan yaitu 75

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pada siklus II akan dilakukan perbaikan

dengan rencana tindakan sebagai berikut:

1. Mempertahankan kinerja guru yang sudah baik di siklus I untuk tetap dilakukan

padadi siklus II

2. Mengoptimalisasikan proses pembelajaran dengan memahami kembali langlkah-

langkah dalam penerapan model pembelajaran Project Based Learning

3. Memperoleh waktu dan materi yang akan disampaikan

4. Meningkatkan pembimbingan dan pengawasan pada saat peserta didik

melakukandiskusi dalam kelompok

5. Memotivasi peserta didik agar biasa kerja sama dengan baik padasaat kerja kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Akhdinirwanto, R Wakhid dan Sayogyani, Ida Ayu. 2009. Cara Mudah Mengembangkan Profesi Guru.

Jogjakarta: Sabda Media dan Agupenda

Baharuddin dan Wahyuni. Eka Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajar., Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Chotimah, Husnul. 2008. Sistematika Proposal PTK. Makalah disajikan pada Pelatihan Penelitian

Tindakan Kelas Bagi Guru Negeri / Swasta Tingkat Jawa Timur di Batu Malang Tanggal 2-3

Februari.

Chotimah, Husnul dan Dwita Sari, Yuyun. 2009. Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan

Kelas. Malang: Surya Pene Gemilang.

Nurhadi, Yasin, B Senduk, dan Agus G. 2004. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and

Learning / CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Susilo, Herawati, Chotimah, Husnul dan Dwita Sari, Yuyun. (2009) Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia

Publishing.

Sutirjo. 2008. Menulis PTK Senikmat Minum Teh Langkah demi Langkah Menyusun PTK. Malang:

Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).

Winarto. 2008. Panduan Singkat Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Makalah

disajikan pada Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru di SMA 9 Malang Tanggal 18 Mei

dan 21 Juni.

Fakhriyah, Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan Upaya Berfikir

KritisMahasiswa, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, (April,2014)


Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konteksual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia

Indonesia,2014

Imam Syafei, “Tujuan Pendidikan Islam”, AL-Tadzikiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6

No.2(November 2015)

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual dan Aplikasi, Bandung: Rafika Aditama,

2011Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2012

Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,

Yogyakarta:Teras, 2009

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Bandung: Rajawali Pers, 2022

Mulyana. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be;ajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005Rusman,

Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pres, 2012

Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu, Bogor: Ghalia

Indonesia,2012

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Sudarman, Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan

dan

Meningkatkan Kemampuan Memecah Masalah,Juenal Pendidikan Inovatif, (Vol. 2 no.2 :2007)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Kencana Prenada

MediaGroup, 2009

Anda mungkin juga menyukai