2021/2022
Disusun Oleh :
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
PROJECT
2021/2022”
4. Pangkat / Golongan :-
5. NIP :-
Mengetahui
Pengawas
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengajaran merupakan aktivitas yang melibatkan 2 pelaku, yaitu pembelajar (Guru) dan
pebelajar (peserta didik). Bagi guru, mereka berkewajiban untuk mendesain perannya guna
memungkinkan peserta didik mengonstruk informasi atau pengetahuan dalam diri peserta didik.
Sedangkan peserta didik, berkewajiban untuk mengonstruk informasi dalam dirinya melalui
pendidikan, maka belajar adalah proses mengkonstruk informasi/pengetahuan dalam diri peserta
didik melalui interaksi dengan lingkungan. Piaget dalam Sanjaya (2008) mengatakan bahwa, pada
dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan
Dalam proses pembelajaran guru merupakan ujung tombak program pendidikan dan
kuwalitas kerja guru sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu, usaha
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan kualitas guru
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Namun demikian, banyak dijumpai bukti yang menunjukkan bahwa mutu proses pembelajaran di
sekolah kurang memuaskan. Untuk itu perlu adanya inovasi berbagai strategi pendekatan agar
proses pembelajaran efektif dan menyenangkan sehingga tujuan utama peningkatan mutu
pendidikan dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dapat
memilih dan menggunakan beberapa metode dalam mengajar. Menurut Suryosubroto (1997) dalam
Mastuti (2009) pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang
disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, dan kondisi siswa dalam
pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al- Qur’an Hadits di MA Al-Hikmah Bangil
dirasakan sangat membosankan oleh siswa. Konsep-konsep pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadits
yang bersifat teoritik sulit dipelajari dan dipahami oleh siswa, akan terasa menjemukan apabila
dilakukan dengan metode yang monoton seperti ceramah, yang masih sering dilakukan oleh
peneliti. Interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa pasif bila hanya berlangsung satu arah dan
siswa hanya mendengarkan saja (Teacher centered). Pembelajaran seperti tersebut sudah tidak
menarik
bagi siswa dimasa sekarang ini. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka akan dapat
menurunkan motivasi dan semangat belajar siswa, yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Menurunnya motivasi belajar siswa dapat diamati dari hal-hal sebagai berikut antara lain
rendahnya keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas, bahkan ada yang tidak mengerjakan,
mengerjakan tugas tidak tepat waktu, kurangnya keaktifan / partisipasi siswa dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas, siswa berada dalam kelas namun pandangan sering keluar kelas,
ngomong dengan teman sebangku, tidak memperhatikan penjelasan guru, juga rendahnya hasil
belajar siswa
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok
kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model
pembelajaran kooperatif yang efektif untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa yang tidak
pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
Menurut Chotimah dan Dwitasari (2007), terdapat beberapa model pembelajaran antara lain STAD,
JIGSAW, Team Games Tournaments (TGT), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together
(NHT), Examples non examples, Coopertive Script, Problem Based Learning, dan Picture and
Picture.
PJBL (Project Based Learning) merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang
tradisional. Struktur ini menghendaki siswa bekerja secara tim, kemudian bertukar pikiran dengan
teman sebangku, yang akhirnya saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). Model
pembelajaran PJBL (Project Based Learning) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit
untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu atau
Untuk menghasilkan proyek atau karya tersebut maka peneliti mencoba menerapkan
metode pembelajaran selain ceramah yakni dengan metode Cooperative Learning dengan model
pembelajaran PJBL (Project Based Learning), dengan menerapkan pembelajaran model PJBL,
klasikal.
Berdasar latar belakang di atas peneliti mengambil judul “ Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar Al- Qur’an Hadits melalui Pembelajaran Project Based Learning pada Siswa Kelas XI MA
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai
berikut :
D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Al- Qur’an Hadits siswa kelas XI MA
lebihbermakna.
d. Dapat lebih terampil menerapkan pembelajaran cooperative model PJBL, sehingga guru
a. Mempunyai guru yang mampu mengembangkan diri melalui PTK. Sekolah akan
berbagai teknik pembelajaran, sehingga bisa meningkatkan kualitas dan hasil belajar
siswa.
guru.
Tabel 01
HASIL BELAJAR
NO NAMA SISWA
1. AMANDA 75 88 Tuntas
4. ASMIN 75 85 Tuntas
8. ERIKA 75 75 Tuntas
Berdasarkan data diatas menunjukkana hasil belajar Mata pelajaran Al- Qur'an Hadits
peserta didik kelas XI MA Al- Hikmah Bangil belum mencapai ketuntasan dalam belajar dengan
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75 dengan jumlah peserta didik yang tuntas 7 peserta didk
dengan presentase 31,8% , sedangkan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 15 peserta didik
dengan presntase 68,2%, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada mata
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
Al- Qur’an Hadits mengkaji berbagai persoalan yg terkait dengan nilai- nilai agama dan moral,
Akhlaq yang mengarah pada kemampuan siswa untuk dapat berinteraksi dan mengimplementasikan
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008) belajar merupakan proses manusia untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
Dari kamus umum bahasa Indonesia, belajar berarti usaha (berlatih) supaya mendapatkan suatu
kepandaian. Menurut Soemadi Suryabrata (1993) belajar mengandung 3 pengertian yaitu belajar itu
membawa perubahan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental dan psykis yang
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Selanjutnya Sukirin ( 1984 ) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh
kecakapan baru. Hamalik (2001) belajar merupakan proses suatu kegiatan mengingat akan tetapi lebih
luas daripada hal itu, yaitu mengalami. Sobur (2009) mengatakan bahwa yang menjadi ciri belajar
adalah : (1) Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan-tujuan tersebut diterima baik oleh individu
maupun masyarakat. (2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dan perubahan itu
bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada
(3) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar. (4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspek-aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan . Gagne dalam
Badawi ( 1987 ), mengatakan bahwa hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena hasil
belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan, nilai dan
sikap. Hasil belajar adalah nilai kognitif yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Nilai
dapat diperoleh melalui post tes dan ulangan harian. Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai
setelah seseorang melakukan usaha untuk mencapai suatu yang diinginkan (Alex: 2009).
Motivasi merupakan rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku
Dalam arti bahasa, Motivasi adalah apa yang membuat seseorang yang berbuat, membuat
seseorang tetap berbuat, dan menentukan ke arah mana yang hendak di perbuat. Lahey (Crowl,
Kannsky dan Podel, 1997 ) mengatakan motivasi adalah suatu keadaan internal yang menggerakkan
dan mengendalikan perasaan dan tindakan kita. Dengan kata lain, motivasi merupakan kekuatan yang
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (slavin, 1994) dalam Baharuddin dan
Wahyuni: 2008. Motivasi tidak hanya penting untuk menjadikan siswa terlibat dalam akademik.
Motivasi juga penting dalam menentukan seberapa banyak siswa menyerap informasi yang disajikan
kepada mereka.
Motivasi belajar salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar (Baharuddin dan Wahyuni:
2008). Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari materi itu dengan lebih baik.
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar motivasi intrinsik memiliki
karena motivasi intrinsik relaitif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (motivasi
ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hanayah, 1992) dalam Baharrudin dan Wahyuni, yang termasuk
a. Dorongan ingin tau dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang- orang
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, hadiah, teladan
guru, orang tua. Kurangnya respon dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
pembelajaran penting yakni, hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
siswa, diantaranya adalah : berbagi tugas, mengambil bagian / berperan serta dalam kelompok,
(2009), yakni :
(1) Peserta didik (siswa) bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademik,
(2) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah,
sedang, dan tinggi (3) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda
suku, budaya, dan jenis kelamin, (4) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok
daripada individu. Sedangkan menurut Sanjaya (2006) karakteristik pembelajaran kooperatif, ada
empat yaitu : (1) pembelajaran secara tim, artinya tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan,
(2) didasarkan pada manajemen kooperatif, sebagai mana umumnya manajemen mempunyai
empat fungsi pokok , yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan , dan
fungsi kontrol, (3) kemauan untuk bekerja sama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan
oleh keberhasilan secara kelompok, (4) ketrampilan bekerja sama, kemauan untuk bekerja sama
dipraktekkan melalui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajran kooperatif, seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya
(2006), prinsip tersebut adalah : (1) Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence),
dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada
usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya, perlu disadari oleh semua anggota kelompok
anggota,
(2) Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability), prinsip ini merupakan konskuensi
dari prinsip pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, (3)
Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction), pembelajaran kooperatif memberi
ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Karena kemampuan ini sangat penting sebagai bekal
meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran individual atau kompetitif. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan mamfaat pembelajaran kooperatif seperti berikut ini : (1) meningkatkan
kehadiran siswa, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap mata
menurunkan perilaku mengganggu, (6) mengurangi konflik antar pribadi, (7) mengurangi sikap
apatis, (8) meningkatkan pemahaman konsep, (9) meningkatkan motivasi belajar siswa, (10)
Ibrahim,dkk. 2005 ).
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahapan, yaitu : (1)
penjelasan materi, (2) belajar dalam kelompok, (3) penilaian, dan pengakuan tim, Sanjaya (2006),
sedangkan menurut Nuryani (2005) fase pembelajaran kooperatif terdiri dari lima tahapan, yaitu
antara lain :
Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
oranglain.
2. Strategi Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
3. Strategi Pembelajaran Kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
menguji ide dan kemampuannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktek
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang bersifat student centered
dimana melalui model pembelajaran berbasis proyek ini siswa dituntut untuk belajar mandiri dan aktif
serta memberi stimulus siswa untuk mengatasi masalah dengan melibatkan suatu proyek dalam proses
pembelajaran. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu, peneliti menemukan informasi
mengenai teori definisi model Project Based Learning. Teori pertama dikemukakan oleh Wulandari dan
Jannah (2018, hlm. 794) yang menyatakan bahwa PjBL adalah pembelajaran yang menggunakan proyek
atau kegiatan sebagai media. Pembelajaran berbasis PJBL merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Selain itu model pembelajaran PjBL ini juga bisa membantu siswa
menemukan wadah untuk menuangkan ide-ide kreatifnya kedalam projek yang akan ia ciptakan. Teori
kedua dikemukakan oleh Dewi, I Gusti dan I Ngh. Suadnyana (2017, hlm. 3) yang menyatakan bahwa
Project Based Learning adalah model pembelajararan yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-
prinsip utama (sentral) dari suatu displin, melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan masalah dan
tugas-tugas bermakna lainnnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik. Teori ketiga
dikemukakan oleh Andari, Ni Wayan dan IB Surya (2016, hlm. 3) yang menyatakan bahwa model
Project Based Learning adalah pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran.
Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian
akan ditampilkan atau dipresentasikan. Teori keempat dikemukakan oleh Kusuma dan I Gusti (2018, hlm.
31) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dalam pembalajaran, masyarakat atau lingkungan. Teori kelima dikemukakan oleh
Cahyadi, Yari, dan Nurul (2019, hlm. 127) yang menyatakan bahwa Model pembelajaran Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran seperti
melakukan percobaan, menemukan sesuatu yang ditugaskan dalam lingkungan sekolah, dan mengerjakan
proyek secara individu. Teori keenam dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018, hlm.
35) yang menyatakan bahwa model Project Based Learning merupakan pembelajaran yang inovatif yang
berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana
siswa diberi peluang bekerja secara kelompok untuk keberlangsungan pembelajaran. Teori ketujuh
dikemukakan oleh Laksono (2018, hlm. 70) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis
proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-
tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksikan kegiatan
belajar mereka sendiri, dan menghasilkan produk karya siswa. Teori kedelapan dikemukakan oleh Surya,
Stefanus dan Agustina (2018, hlm. 45) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang inovatif yang berpusat kepada siswa (Student Centered)
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan definisi model Project Based Learning (PjBL)
merupakan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa dengan peran guru sebagai motivator
dan fasilitator. Model Project 40 Based Learning (PjBL) menggunakan proyek sebagai media dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dalam melakukan kegiatan investigasi,
melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah pengetahuan baru dan tugas bermakna lainnya.
Sehingga memberi peluang siswa bekerja secara otonom dan mengkontruksi belajar secara mandiri, pada
berdasarkan kajian dari 12 jurnal di atas mengenai definisi model Project Based Learning (PjBL), peneliti
menemukan adanya perbedaan teori menurut Gunawan (2018) dan Surya (2018). Dapat disimpulkan teori
definisi model Project Based Learning (PjBL) menurut kedua jurnal tersebut yaitu, model Project Based
Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centere) dan menempatkan
guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara kelompok untuk
keberlangsungan pembelajaran. Pernyataan tersebut benar dan sejalan dengan pendapat Trianto (2014,
hlm. 42) yang menyatakan bahwa “Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)
merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik (Student Centered) dan menetapkan
guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom
mengkontruksi belajarnya”.
Adapun pengertian project based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Goodman dan Stivers, yaitu pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan
pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan
2. Menurut Made Wena, yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk
3. Menurut Grant, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu
4. Menurut Afriana, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan
5. Menurut Fathurrohman, yaitu model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran tentu mengandung tujuan yang hendak dicapai. Adapun
3. Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks
4. Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna menunjang
aktivitas belajarnya.
2
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based LearningItu Perlu, (Bogor, Ghalia Indonesia,
2021), h.74
3
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pres, 2021), h.229
4
Fakhriyah, Penerapan Problem Based LearningDalam Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir
Sintak pembelajaran merupakan tahapan atau fase yang harus dikerjakan pada pembelajaran. Dengan
adanya sintak, alur kegiatan pembelajaran menjadi jelas dan terstruktur. Adapun sintak model
Sebelum masuk ke materi, guru harus memberikan pertanyaan mendasar terkait materi yang akan
dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa dikemas dalam studi kasus di dunia nyata dilanjutkan dengan
Penyusunan desain proyek bersifat kolaboratif. Artinya, kerja sama antara guru dan peserta didik. Pada
desain ini memuat sejumlah poin, misalnya aturan main, aktivitas, dan presentasi.
Setelah guru dan peserta didik menyusun desain perencanaan proyek dilanjutkan dengan membuat jadwal
Memberikan bimbingan bagi peserta didik yang menggunakan cara di luar proyek.
Selama peserta didik mengerjakan proyek yang ditugaskan, guru harus aktif memonitor kegiatan mereka.
Hal itu bertujuan untuk menjaga agar suasana belajar tetap kondusif. Kegiatan monitor bisa dilakukan
Tingkat pencapaian peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang ditugasnya akan diuji dan dinilai
oleh guru. Penilaian ini diharapkan bisa memberikan umpan balik bagi pemahaman peserta didik. Hasil
kinerja juga bisa digunakan oleh guru untuk menyusun strategi pada pembelajaran selanjutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman
Evaluasi pengalaman berupa refleksi dari kegiatan yang sudah dijalankan. Pada tahap ini guru bisa
melakukan diskusi ringan dengan peserta didik terkait pengalaman selama mengerjakan proyek.
Sama seperti model pembelajaran lainnya, model project based learning juga memiliki kelebihan dan
kekurangan.
2. Waktu yang dibutuhkan lebih lama, sehingga guru harus bisa mengondisikan agar kelas tetap kondusif.
3. Perbedaan topik yang diberikan oleh guru bisa menimbulkan ketidakpahaman peserta didik tentang
keseluruhan topik.
4. Proyek akan terhambat jika peserta didiknya pasif dan kesulitan dalam mengumpulkan data.
kompetensi yang dimiliki serta mampu membantu peserta didik dalam menanamkan sikap
yang baik pada diri peserta didik sehingga peserta didik mampu menghasilkan produk dalam
bentuk sebuah karya lagu/ puisi sebagai wujud implementasi dari berbakti kepada orang tua
dikehidupan sehari-hari peserta didik tidak secara asal dalam mengambil keputusan atau
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Media
Grup, 2006),h.216
yaitu gaya belajar yang menuntut siswa menguasai konsep pembelajaran dengan melibatkannya dalam
pemecahan masalah berupa proyek yang nyata. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu,
peneliti menemukan informasi mengenai teori karakteristik model Project Based Learning. Teori pertama
dikemukakan oleh Utami, Firosalia, dan Indri (2018, hlm. 541-552) yang mengatakan bahwa
karakteristik model Project Based Learning (PjBL) yaitu: 1) Guru hanya sebagai fasilitator dan
mengevaluasi produk hasil kerja; 2) Menggunakan proyek sebagai media pembelajaran; 3) Menggunakan
masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa sebagai langkah awal pembelajaran; 4) Menekankan
pembelajaran kontekstual; 5) Menciptakan suatu produk sederhana sebagai hasil pembelajaran proyek
1. Kelebihan Model Project Based Learning (PjBL) Kelebihan model Project Based Learning yaitu
mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa untuk
belajar dan mendorong kemampuan siswa belajar mandiri serta aktif dan kreatif dalam memecahkan
suatu masalah, meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan mencari informasi siswa serta
memberikan pengalaman dalam mengorganisasikan proyek. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian
terdahulu, peneliti menemukan informasi mengenai kelebihan model Project Based Learning. Teori
pertama dikemukakan oleh Utami, Firosalia, dan Indri (2018, hlm. 541-552) yang menyatakan bahwa
kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan siswa mampu mengemukakan pendapat atau gagasannya dalam menciptakan karya
atau produk sesuai kreativitas siswa. Teori kedua dikemukakan oleh Yulia dan Jannah (2018) yang
menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mampu meningkatkan hasil
belajar menjadi lebih baik lagi; b) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan; a) Dapat diterapkan
pada pembahasan materi lain; d) Mampu meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa. Teori
ketiga dikemukakan oleh Natty, Firosalia, dan Indri (2019, hlm. 1082- 1092) yang menyatakan bahwa
kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mampu meningkatkan kemampuan siswa
Mengembangkan 45 kreativitas berfikir dalam bentuk produk; d) Menambah motivasi, rasa percaya diri,
toleransi, kerjasama dan juga pemahaman materi siswa. Teori keempat dikemukakan oleh Dewi, I Gusti
dan I Ngh. Suadnyana (2017, hlm. 1-10) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning
masalah; c) Meningkatkan kerja sama; d) Meningkatkan kemampuan mengelola sumber. Teori kelima
dikemukakan oleh Cahyadi, Yari Dwi, dan Nurul (2019, 205- 218) yang menyatakan kelebihan model
Project Based Learning (PjBL) menurut Abidin dalam Cahyadi, dkk (2019, hlm 207) yaitu: a) Mampu
memecahkan masalah; c) Meningkatkan rasa percaya diri; d) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa
karena siswa bukan hanya mendapatkan pengetahuan melainkan juga akan mendapatkan keterampilan.
Teori keenam dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018, 32-45) yang menyatakan
kelebihan model Project Based Learning (PjBL) menurut Kemendikbud Tahun 2013 dalam Gunawan,
dkk (2018, hlm. HHH) yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah; b)
Membuat siswa menjadi lebih aktif; c) Membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan; d)
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar; e) Meningkatkan kemampuan bekerja sama
dengan mengintegrasikan pengetahuan/informasi dengan dunia nyata. Teori ketujuh dikemukakan oleh
Laksono (2018, hlm. 69-75) yang menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL)
kolaborasi; d) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Teori kedelapan dikemukakan oleh Surya,
Stefanus dan Agustina (2018, hlm. 41-54) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning
(PjBL) yaitu: a) Siswa mampu menyelesaikan permasalahan dengan suatu aktivitas proyek; b) Siswa
akan mendapat pengalaman nyata tentang perencanaan suatu proyek; c) 46 Membantu siswa untuk
menemukan konsep-konsep baru dan pengalaman baru; d) Mampu meningkatkan hasil belajar dan
kreatifitas siswa. Berdasarkan kajian dari 8 jurnal di atas peneliti menemukan adanya persamaan dan
perbedaan teori mengenai kelebihan-kelebihan model Project Based Learning (PjBL). Persamaan tersebut
diantaranya menurut Utami, dkk (2019), Wulandari & Jannah (2018), Natty, dkk (2019), Dewi, dkk
(2017), Cahyadi, dkk (2018), Azizah & Wardani (2019), Gunawan, dkk (2018), Laksono (2018), Surya,
dkk (2018) dan Faizah (2015) yang menyatakan bahwa kelebihan-kelebihan model Project Based
mengelola sumber informasi dan pengetahuan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Moursund dalam
Kusuma & I Gusti (2018, hlm. 32) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning (PjBL)
yaitu: a) Increased motivation, yaitu siswa menjadi sangat tekun, sangat bergairah dalam belajar, dan
keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang; b) Increased problem solving ability atau
meningkatnya kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang bersifat kompleks; c) Improved library research skill, karena pembelajaran
berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui
sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan
meningkat; d) Increased colaboration, yaitu pentingnya kerja kelompok dalam proyek yang membuat
evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek; dan e)
secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kemudian peneliti menemukan pendapat yang sejalan yaitu menurut Andari, Ni Wayan dan IB Surya
(2016) yang menyatakan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik untuk belajar, b) Mendorong 47 kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, c) Pembelajaran berbasis proyek melibatkan para siswa untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata, d) Menciptakan suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa mampu pendidik
menikmati proses pembelajaran. Kemudian peneliti menemukan perbedaan pendapat menurut Natty, dkk
(2019), dan Surya, dkk (2018) yaitu: a) Mampu mengembangkan kreativitas; b) Meningkatkan
pengalaman dari penyelesaian proyek dan pembuatan produk. Perbedaan tersebut benar dengan diperkuat
oleh pendapat Azizah dan Naniek (2019) yang menyatakan kelebihan model Project Based Learning
(PjBL) yaitu: a) Menumbuhkan kemandirian siswa; b) Menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar
Memperluas akses untuk belajar; e) Mampu meningkatkan kreativitas dan motivasi belajar siswa.
Kemudian peneliti juga menemukan pendapat sejalan yaitu menurut Faizah, Umi (2015) yang
menyatakan kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Mendorong kemampuan mereka
untuk melakukan pekerjaaan penting; b) Membuat peserta didik menjadi lebih baik aktif dan
peserta didik dalam mengelola sumber; f) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. Dari pemaparan di atas,
dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan; b) Mampu meningkatkan motivasi belajar siswa; c) Mampu
sama dan tanggung jawab siswa; dan h) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 48 2. Kelemahan
Model Project Based Learning (PjBL) Selain dipandang memiliki kelebihan, model ini masih dinilai
memiliki kelemahan-kelemahan. Dalam model Project Based Learning terdapat kelemahan yang bisa
menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Pada hasil analisis beberapa jurnal penelitian terdahulu,
peneliti menemukan informasi mengenai teori definisi model Project Based Learning. Teori pertama
dikemukakan oleh Gunawan, Stefanus dan Agustina (2018) yang menyatakan kelemahan model Project
Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memberikan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan
sebuah proyek; c) Membutuhkan/memerlukan pengeluaran biaya yang cukup banyak; d) Bagi peserta
didik yang memiliki kelemahan/kekurangan terhadap pemahaman materi dan pengumpulan informasi
serta percobaan yang dikerjakan, maka akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran tersebut. Teori
kedua dikemukakan oleh Faizah (2015) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning
(PjBL) yaitu memerlukan banyak waktu untuk penyelesaian masalah dan membutuhkan biaya yang
cukup banyak untuk menyiapkan alat dan bahan dalam pembuatan produk. Teori ketiga dikemukakan
oleh Fikriyah, Indrawati dan Agus (2015) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning
(PjBL) yaitu: a) Penerapan project based learning membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan
masalah, sedangkan pembelajaran hanya berlangsung 45 menit saja, akibatnya pembelajaran serba cepat
dan singkat; b) Beberapa siswa mengalami kesulitan selama proses pembelajaran akibat memiliki
kelemahan dalam memahami percobaan dan mengumpulkan informasi; c) Siswa sudah terbiasa dengan
model yang diterapkan di sekolah. Teori keempat dikemukakan oleh Nurfitriyanti (2016) yang
menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Membutuhkan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; b) Membutuhkan biaya yang cukup untuk
menunjang kebutuhan alat dan bahan dalam menghasilkan produk; c) Membutuhkan guru yang
memahami model atau yang mau belajar 49 menggunakan model Project Based Learning (PjBL); d)
Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai; e) Tidak sesuai dengan siswa yang mudah
menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan; f) Kesulitan melibatkan
semua siswa dalam kerja kelompok. Teori kelima dikemukakan oleh Titu (2015) yang menyatakan
kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang
tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih
dan memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah; b) Memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah; c) Membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk menghasilkan produk; d)
Banyak guru yang merasa nyaman dengan metode konvensional; e) Banyaknya peralatan yang harus
disediakan. Teori keenam dikemukakan oleh Liawati, Sri dan Dwi (2017) yang menyatakan kelemahan
model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Diperlukan perencanaan yang matang dan alokasi waktu
yang lama terutama dalam penyusunan perencanaan proyek yang dilakukan; b) Diperlukan asisten
laboran untuk memonitoring siswa dalam pelaksanaan praktikum. Teori ketujuh dikemukakan oleh Aini,
Albertus dan Sri (2018) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a)
Membutuhkan biaya yang cukup banyak; b) Memerlukan persiapan yang matang dalam merencanakan
proses pembelajaran supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran; c) Guru perlu
memperhatikan pembagian alokasi waktu. Alokasi waktu yang digunakan disesuaikan dengan tingkat
kesulitan proyek yang dikerjakan siswa. Teori kedelapan dikemukakan oleh Delianti, Yeka dan
Rizkayeni (2018) yang menyatakan kelemahan model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a)
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; b) Memerlukan
biaya yang cukup banyak untuk menunjang kebutuhan pembuatan produk sebagai hasil kerja proyek; c)
Banyak peralatan yang harus disediakan. 50 Berdasarkan kajian dari 8 jurnal di atas peneliti menemukan
beberapa persamaan dan perbedaan mengenai kelemahan model Project Based Learning (PjBL).
Persamaan tersebut yaitu menurut Gunawan, dkk (2018), Faizah (2015), Fikriyah, dkk (2015), Niswara,
dkk (2019), Sari (2018), Nurfitriyanti (2016), Titu (2015), Liawati, dkk (2017), Aini, dkk (2018),
Delianti, dkk (2018), Anggraini & Wulandari (2020) dan Sunita (2019) yang menyatakan bahwa
kelemahaman model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memerlukan banyak waktu untuk
pengerjaan proyek dan membuat produk; b) Membutuhkan cukup biaya dalam pembuatan suatu produk;
c) Membutuhkan alat dan bahan serta fasilitas dalam kegiatan pembuatan produk. Kemudian peneliti
menemukan perbedaan pendapat yaitu menurut Gunawan, dkk (2018), Fikriyah, dkk (2015) dan
Nurfitriyani (2016) yang menyatakan kelemahan moddel ini yaitu a) Bagi peserta didik mengalami
kesulitan mengikuti kegiatan belajar pada model ini jika memiliki kelemahan memahami materi,
mengumpulkan informasi dan mudah menyerah; b) Membutuhkan guru yang terampil dan memahami
betul konsep pembelajaran menggunakan model Project Based Learning (PjBL) sehingga mampu
mengelola kegiatan belajar dengan tepat agar siswa dan guru tidak terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan model konvensional; c) Kesulitan melibatkan semua siswa pada kerja kelompok. ini
dikhawatirkan jika siswa hanya menguasai topik yang dikerjakan. Tetapi, perbedaan tersebut benar dan
sejalan dengan pendapat Sari, D.P (2018) yang menyebutkan kelemahan model Project Based Learning
(PjBL) yaitu: a) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang; b) Ada
kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya. Pendapat lainnya yang
sejalan yaitu menurut Niswara, Muhajir, dan Mei (2019) yang menyatakan kelemahan model Project
Based Learning (PjBL) yaitu: a) Membutuhkan guru yang terampil dan memahami model pembelajaran;
b) Membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan proyek; c) Membutuhkan biaya yang banyak
untuk menunjang kebutuhan alat dan bahan dalam pembuatan produk; d) Membutuhkan fasilitas,
peralatan dan bahan yang memadai; e) Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan pengetahuan
serta keterampilan; f) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok. selanjutnya yaitu
menurut Sunita, dkk (2019) yang menyatakan kelemahan model 51 Project Based Learning (PjBL) yaitu:
a) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar; b) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan
yang memadai; c) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok. . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelemahan model model Project Based Learning (PjBL) yaitu: a) Memerlukan
banyak waktu untuk penyelesaian masalah dan membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk
menyiapkan alat dan bahan dalam pembuatan produk; b) Beberapa siswa mengalami kesulitan selama
proses pembelajaran akibat memiliki kelemahan dalam memahami percobaan dan mengumpulkan
informasi; c) Siswa sudah terbiasa dengan model yang diterapkan di sekolah; d) Membutuhkan guru yang
terampil dan memahami model pembelajaran. Diharapkan untuk para pendidik agar memperhatikan
kelemahankelemahan model Project Based Learning (PjBL) dan mencari solusinya sebelum
menerapkannya dalam kegiatan belajar
Menurut Forgaty dalam Made, tahapan-tahapan Problem Based Learning adalah sebagai
berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Mengumpulkan fakta
e. Melakukan penyelidikan
Kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitas peserta didik untuk
menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah
tersebut dilakukan dalam tahap-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan dalam table
berikut :8
Berorientasi dengan produk akhir atau “artifact” (berupa produk tulisan, lisan, visual dan
multimedia), serta kegiatan produksi yang memerlukan pengetahuan isi tertentu atau
keterampilan, dan biasanya menimbulkan satu atau lebih masalah yang harus dipecahkan siswa.
Proyek bervariasi dalam lingkup dan kerangka waktu, dan produk akhir sangat bervariasi dalam
Pembelajaran PjBL perlu mengangkat masalah riil yang terjadi di masyarakat, karena tujuan dari PjBL
adalah mengkoneksikan pengetahuan yang diperoleh siswa di kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata
dengan membuat solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada – dimana siswa juga berperan sebagai
profesi-profesi yang ada di dunia nyata, seperti dokter, peneliti lingkungan, ahli energi, insinyur, dll.
Selain itu, PjBL harus mampu memberikan value/nilai/manfaat kepada masyarakat sekitar/dunia nyata,
Kegiatan belajar yang dialami oleh siswa akan sangat bermakna dalam kehidupannya, dimana mereka
akan selalu mengingat point-point penting dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, aliran
pembelajaran dengan metode saintifik seperti yang ada pada PjBL akan memberikan keterampilan
bagaimana menjadi pembelajaran seumur hidup bagi para siswa, dan pengetahuan ini akan sangat
bermanfaat untuk dapat bertahan dalam kompetisi di dalam era ekonomi yang berbasis pengetahuan.
4. Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project)
utama, yaitu 1 keautentikan authenticity ,proyek yang akan dikerjakan siswa berhubungan dengan
masalah dunia nyata. Ciri-ciri proyek yang menampilkan keauntentikan, yaitu: a Mengatasi masalah atau
pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa; b Melibatkan masalah atau pertanyaan yang benar- benar
dialami di dunia nyata; c Meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai pribadi dan
atau sosial di luar kelas. Dalam merancang proyek yang autentik, diperlukan penggunaan masalah yang
benar-benar ada dalam dunia nyata, misalnya berkaitan dengan isu-isu yang sedang terjadi yang relevan
dengan keadaan sekarang sehingga pembelajaran yang terjadi dapat bermakna, kontekstual dan
mengesankan, 2 ketaatan terhadap nilai akademik academic rigor. Dalam mengerjakan sebuah proyek,
siswa ditantang untuk menggunakan metode penyelidikan untuk satu disiplin ilmu atau lebih seperti :
seorang sejarawan, ilmuwan, investor , dan lain-lain, 3 hubungan dengan pakar expert relationship .
Kekuatan pembelajaran berbasis proyek terletak pada keterlibatan pakar orang ahli yang ada di luar kelas.
Siswa dapat berelasi dengan pakar yang berkaitan dengan proyek yang akan diselesaikan, 4 aktif meneliti
active exploration . Guru sebaiknya memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan
suatu proyek. Siswa dapat menggunakan berbagai model, metode, media , dan sumber-sumber dalam
melakukan penyelidikan. Pada akhirnya siswa dapat mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari
misalkan melalui kegiatan pameran formal. Proyek yang bagus dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
penelitian, mengeksplorasi, menganalisis serta menyajikan hasil proyek, 5 belajar pada dunia nyata
applied learning . Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata dengan pendekatan
terstruktur dan terencana. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam
lapangan pekerjaan, dan 6 penilaian assessment . Siswa diberi kesempatan untuk menerima feedback
umpan balik yang berkualitas selama dan setelah mengerjakan proyek. Umpan balik formatif dapat
diberikan oleh teman sebaya ataupun dari garu. Pada akhir proyek, evaluasi sumatif dari produk dan
penampilan siswa diberikan oleh guru dan pakar yang menilai pekerjaan siswa dalam kaitannya dengan
2. Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi setelah seseorang belajar akan menunjukkan suatu hasil yang
dapat juga dapat dikatakan sebagai hasil belajar, disekolah peserta didik dapat ditentukan
hasil belajarnya setelah melakukakn evaluasi. Hasil belajar biasa di definisikan sebagai
hasil yang telah dicapai dlam suatu usaha, berusaha untuk mengadakan perubahan untuk
mencapai suatu tujuan dan tujuaan tersebut tentunya yang diharapkan oleh peserta
didik,
guru dan orang tua murid itu sendiri sebagai prestasi atau hasil belajar. Disamping itu
hasil belajar: " Hasil dari suatu interaksi belajar mengajar, hasil untuk sebagai adalah
berkat tindakan guru. Pencapaian tujuan pengajaran pada bagian lain merupakan
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Tanpa
pengalaman dan latihan sedikit proses belajar dapat berlangsung. Pengalaman adalah
sikap, keterampilan dan sebagainya. Mengajar adalah membimbing peserta didik belajar.
sebagai komponen pengajaran yang penting kedudukannya secara baik dan memenuhi
syarat. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajaran setelah
melakukan proses belajar. Perolehan aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada
Menurut Gagni dalam Slameto bahwa hasil-hasil belajar yang akan diraih peserta
a. Keterampilan Motoris
b. Informasi Verbal
c. Kemapuan Intelektual
d. Model Kognitif
e. Sikap12
Dari beberapa pendapat diatas penulis menyiapkan bahwa hasil belajar adalah suatu
hasil dapat ditunjukkan angka indeks yang dicapai peserta didik setelah melakukan proses
dan kegiatan -kegiatan pembelajaran, yang menjadi kriteria hasil belajar adalah
memberikan pertimbangan tentang hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.
10
Dimjayanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.3
11
Yusuf dan Mutmainah Amin, “Pengaruh Mind Mapping dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa”,Al-Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, Vol. 1, No. 1 (April 2016), h.87
12
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.14
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, secara umum yang
mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah factor intern dan extern. Pendapat para ahli
tentang factor yang mempengaruhi hasil belajar adalah menurut Slameto. "Faktor-faktor yang
1) Faktor Jasmani
2) Kesehatan
3) Cacat tubuh
a) Intelegensi, bilamana pembawaan anak memang rendah maka anak tersebut sukar
b) Perhatian, untuk daoat menjamin belajar yang baik, peserta didim harus
pelajarran itu tidak menarik peserta didik, maka timbul kebosanan sehingga
prestasi menurun
c) Minat, bahan ajar yang menarik atau keinginan anak akan mudah dipelajari.
Sebaliknya bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat anak pasti tidak dapat
d) Bakat, apabila pelajaran itu tidak sesuai dengan bakatnya maka ia akan mengalami
bakatnya ia selalu baik dalam hasil belajarnya sehingga ia merasa senang dan
e) Motif, apabila peserta didik mempunyai motif maka ia akan terdorong untuk
belajar, untuk membentuk motif itu dapat dilakukan dengan latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan.
1) Faktor Keluarga
Orang tua dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan
yang baik tentu akan sukses dalam belajar. Sebaliknya orang tua yang tidak
sekali tentu tidak akan berhasil dalam belajar. Adapun hubungan orang tua dan anak
yang baik ialah hubungan yang penuh pengertian disertai dengan bimbingan dan bila
perlu hukuman-hukuman dengan tujuan untuk memajukan belajar anak. Begitu jugga
contohsikap yang baik dari orang tua sangat mempengaruhi belajar anak.
Suasana rumah terlalu gaduh terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar
dengan aktif, begitu juga suasana rumah terlalu tegang selalu banyak cekco diantara
anggota
Faktor ekonomi keluarga banyak menentukan juga dalam belajar anak misalkan
anak dari keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap,
sebaliknya anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat
yang serba tidak lengkap, inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, minder, putus
4) Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
b) Kurikulum
d) Alat pelajaran
e) Waktu sekolah
g) Keadaan gedung
c. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar
Pada prinsipnya, cerita pengukuran hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah
psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun
demikian, pengukuran perubahan tingkah laku seluruh ranah ini, khususnya ranah rasa
murid, sangat sulit. Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar ini yang bersifat intangible (
tak dapat diraba). Oleh karena yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam hal ini adalah
hanya mengambil cuplikan tingkah terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagai mana yang
terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya hasil tertentu)
dikaitan dengan jenis hasil yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar
pemahaman kita lebih mendalam mengenai kunci pokok tersebut dan untuk memudahkan
dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang di pandang tepat, relibel, dan valid, dibawah
ini Surya dan Barlaw menyajikan sebuah tabel panjang yang dikutip oleh muhibbin Syah
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung; Rajawali Pres, 2002), h.216
Menurut Mubbin syah criteria pengukuran prestasi belajar didasarkan pada perkembangan
c. Perkembangan social dan moral (social and moral development), yakni proses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan - perubahan cara anak dalam
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah tolak ukur
atas pembelajaran. Apabila merujuk pada operasional keberhasilan belajar, maka belajar
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi belajar tinggi,
b. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa
c. c. Terjadi proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi berikutnya
Saiful bahri jamara mengemukakan ada beberapa indikator-indikator yang dapat dijadikan
c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif lebih singkat
d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat dipergunakan untuk mempelajari bahan
g. Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi
kegiatandi sekolah
i. Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi
kegiatan sekolah.
Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atau
Dengan demikian hasil belajar pendidikan agama islam diukur melalui beberapa aspek yaitu
dari segi kuantitas dalam bentuk hasil atau nilai yang diperoleh sehingga kemampuan peserta
didik yang dimiliki dari hasil belajarnya itu dapat dijadikan bekal untuk menuju masa
depannya. Melalui pengukuran prestasi itu dapat ditetapkan bagaimana kualifikasi prestasi
yang dicapai siswa baik peseorangan maupun secara keseluruhan. Ada beberapa alternatif
norma pengukuran tingkkat keberhasilan (prestasi belajar) siswa setelah mengikuti proses
belajar
Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala
0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, alhasil pada prinsip nya
jika seseorang siswa mendapatkan nilai lebih dari batas minimal, ia dianggap telah memenuhi
target minimal keberhasilan belajar. Norma pengukuran ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 01
D Kurang
6 – 6,9 60 – 69
E
Gagal
5 – 5,9 50 – 59
0 – 4,9 0 - 49
14
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.120
A. Desain Penelitian Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
merupakanrangkaian penelitian tindakan yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan
masalahsampai masalah itu terpecahkan. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki
Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart (1988) dalam Susilo,
Chotimah dan Dwita Sari(2009) yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Diagram alur rancangan penelitian ditunjukkan pada
Gambar 1.
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di MA Al- Hikmah tepatnya di Jl. Plaosan 725 Kersikan
Lembaga ini berada di Naungan Yayasan Pondok Pesantren Al- Hikmah Bangil, selain MA
lingkungan ini terdiri dari beberapa unit lembaga diantaranya MTs, Madin dan Pesantren
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini di laksanakan selama kurang lebih 1 bulan muali tanggal 21 mei – 21 juni
2022.
c. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XI dengan Jumlah 25 orang MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan.
Penelitian dilaksanakan di MA Al-Hikmah Bangil Pasuruan, Jl Plaosan No. 725 Kersikan Bangil
C. Skenario Tindakan/Siklus
Peranan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai perencana, pengajar, pengamat,
pelaksana pengumpulan data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Dalam pelaksanaan
PTK, Siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-
soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan. Siswa harus aktif bekerja
melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru. Ketika sampai pada saat refleksi, siswa diajak diskusi,
ditanya tentang elajaran yang mereka alami dari hasil refleksi itulah guru mengadakan perbaikan
untuk perencanaan siklus ke II. Jadi inti dari PTK adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran
siswa yang diutamakan. Secara umum, terdapat 4 langkah dalam melakukan PTK, yaitu
1. Perencanaan
2. Acting (pelaksanaan)
3. Observation (Pengamatan)
4. Refleksi
Ada beberapa model yang dapat diterapkan di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang
paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan Kemmis & Mc. Taggart.
Adapun model PTK dimaksud menggambarkan ada 4 langkah (dan pengulangannya), yang
disajikandalam bagan
Tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti yang digambarkan dalam
bagan ini adalah terdiri dari 4 tahap.3 Secara rinci tahapan penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kasus
b. Mengidentifikasi masalah
2. Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah yaitu
mengenakan tindakan dikelas. Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini adalah melaksanakan
tindakan upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits yang telah
direncanakan.
3. Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamatan Dalam tahap ini dilaksanakan
observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui kondidi kelas terutama hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran Al-Qur'an Hadits. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian
diskusikan dengan kolaburator yaitu guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits untuk dicari solusi
4. Refleksi, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini.
Berdasarkan hasil observasi guru dapat merefleksi diri tentang upaya meningkakan hasil peserta
didik dalam mata pelajaran Al- Qur'an Hadits. Dengan melihat atau observasi, apakah kegiatan
yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Al-
Qur'an Hadits.
Adapun dalam rangka pengumpulan data pada penelitian ini, penulis menggunakan
metodesebagai berikut :
1. Observasi
penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata pelajaran
Al-Qur'anHadits
2. Interview (Wawancara)
Adapun interview ini ditunjukkan kepada guru bidang study Al-Qur'an Hadits dan siswa
pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata pelajaran Al-Qur'an Hadits
3. Tes
Tes akhir dilakukan dengan cara tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah
dilakukan penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran mata
4. Dokumentasi
Dalam penerapannya dokumentasi ini penulis gunakan sebagai pelengkap untuk melengkapi
keterangan-keterangan yang penulis butuhkan yaitu memperoleh data-data nilai peserta didik,
data tengaga pendidik, data tentangkegiatan belajar mengajar di kelas XI MA Al- Hikmah
BangilKabupaten Pasuruan.
E. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini dalam rangka mengolah dan menganalisis data maka aktivitas yang akan dilalui
1. Reduksi Data
enemuan tema dan pembentukan konsep.Hasil dari proses ini adalah tema-tema,konsep-
konsep dan berbagai gambaran mengenai data-data, baik gambaran hal-hal yang serupa
maupun yang bertentangan. Reduksi data merupakan proses berpikir sentive yang memerlukan
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplakan data. Proses ini
dilakuakan unuk mempermudh penulis dalam mengoktruksi data kedalam sebuah gambaran
sosial yang utuh, selain itu untuk memeriksa sejauh mana kelengkapan data yang tersedia
Selanjutnya dalam mendisplaykan data selain dengan teks naratif, juga berupa grafik, matrik,
network dan chart. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.6
3. Penarikan kesimpulan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa PTK atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Data
display yang dikemukakan diatas bila telah didukung oleh data-data yang mantap,maka dapat
Setelah data diolah dengan cara diatas, maka peneliti menganalisis dengan cara berpikir
induktif. Berpikir induktif berangkat dari fata-fakta yang khusus, peristiwa yang khusus,
konkrit itu ditarik generalisa yang membat sifat umum. Dengan menggunakan cara ini akan
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MA Al-
tindakan pada siklus I, diketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal atau
b. Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada kriteria yang ditentukan peneliti. Seperti
Siklus I Siklus II
Jumlah Skor
Proses Nilai Rata-rata (NR)=-------------------------------X 100%
Skor Maksimum
Proses pembelajaran diketahui berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-
tidaknya sebagaian besar 75% peserta didik terlibat secara aktif baik secara fisik, mental
maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu menunjukkan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat yang besar dan percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta
minimum. Penempatan nilai 75 berdasarkan atas hasil diskusi dengan Kepala Madrasah serta
dengan teman sejawat berdasarkan tingkat kecerdasan siswa dan kriteria ketuntasan minimum
(KKM) yang digunakan Madrasah Aliyah Al- Hikmah Bangil Kabupaten Pasuruan.
15
Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),h.101-102
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil data yang penulis dapatkan di lapangan dengan melakukan observasi dan
wawancara, serta dokumentasi maka gambaran tentang penerapan hasil pembelajaran Project
Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada pembelajaran Al-Qur'an hadits kelas XI
MA Al- Hikmah Bangil Kabupaten Pasuruan dapat penulis jelaskan bahwa dalam penerapan model
pembelajaran Project Based Learning sudah berjalan dengan tahapan -tahapan model
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari jumat tanggal 30 Mei 2022 Pukul 09.00-11.00 WIB dalam
setiap pertemuan menjadi 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
a) Perencanaan
tentang menghormati orang tua dan guru dengan menggunakan metode pembelajaran
Project Based Learning (PBL), materi pelajaran, dan postest, menyiapkan instrument
penelitian seperti observasi. Selain itu, juga dilakukan pengelompokkan siswa yang di bagi
secara heterogen yaitu menjadi 4 kelompok dengan salah satu kelompok berjumlah 4-5
orang.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan berdasarkan RPP yang telah disusun pada perencanaan. Pada
pertemuan siklus I ini aspek yang diajarkan adalah mata pelajaran Al-Qur'an Hadits dengan
materi yang akan diajarkan adalah tentang menghormati orang tua dan guru dengan
menggunakan model Project Based Learning. Adapun pelaksanaan tindakan siklus 1 dapat
salam dan siswa menjawab dari guru dilanjutkan dengan Doa pembuka, kemudian
peneliti menanyakan kabar dan mengabsen siswa, kemudian guru menanyakan kepada
peserta didik siapa yang tidak hadir. Peserta didik menjawab hanya 1 orang yang tidak
pembelajaran yang akan dicapai pada materi pembelajaran tentang menghormati orang
2) Kegiatan Inti, dalam kegiatan inti ini, guru melanjutkan dengan menyampaikan dan
menjelaskan materi yang akan diajarkan secara singkat, dan peserta didik
memperhatikan penjelasan dari guru. Setelah menjelaskan materi yang singkat, guru
KELOMPOK A KELOMPOK C
5. Astutik 5. Fitriyani
KELOMPOK B KELOMPOK D
Adapun dalam menyusun kelompok guru membagi peserta didik secara acak yaitu
setiap kelompok ada siswa yang memilki kemampuan yang lebih. Yaitu berdasarkan
pertemuan sebelumnya.
Setelah kelompok tersusun, kemudian guru menjelaskan prosedur /tata cara belajar
Project based learning dalam tim atau kelompok. Guru memanggil setiap ketua
kelompoknya. Pada saat proses diskusi terlihat masih banyak siswa yang belum ikut
berpartisipasi dalam mengerjakan soal diskusi tersebut. Siswa masih ada yang
kepadaketua kelompoknya.
depan kelas dengan materi, ketua kelompok bertanggung jawab atas anggotanya saat
depan kelas, kelompok lain diperbolehkan memberikan pendapat atau saran terkait
3) Penutup, karena waktu sudah habis guru belum sempat menyimpulkan hasil kerja yang
diperoleh peserta didik, kemudian guru hanya mengingatkan kepada peserta didik agar
pada pertemuan minggu depan peserta didik sudah menyiapkan meja dan kursi menjadi
4 kelompok. Di akhir pertemuan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersama degan guru Al- Qur'an Hadits
dengan lembar observasi, pengamatan dilakukan terhadap tindak mengajar yang dilkukan
peserta didik. Adapun hasil observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pada siklus 1 guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa dapat
memahami dalil tentang menghormati orang tua dan guru dan memotivasi siswa betaa
pentingnya bagi kita untuk mempelajari mataeri tentang menghormati orang tua dan
guru
2) Penyajian/informasi
Pada hasil observasi pada siklus I ini dalam penyampaian materi waktu banyak
ceramah
Pada tahap pengorganisasian ini masih banyak siswa kurang paham dengan model
pembelajaran Project Based Learning sehingga banyak siswa yang masih perlu
diarahkan sebab setelah 2 tahun pasca pandemi mereka belum pernah presentase dengan
hasil diskusi.
Dari uraan di atas peserta didik masih kaku dengan pemberian kelompok secara
kolaboratif dan masih ada yang sempat menolak saat pembentukan kelompok.kemudian
sama, namun masih banyak siswa yang terlihat bingung dan malu-malu saat bergabung
Dari hasil observasi pada siklus I, guru msih kurang aktif dalam membimbing dan
mengarahkan peserta didik dalam kelompok belajar bersama, dan guru hanya sekali-kali
membimbing dan mengontrol peserta didik dalam kelompok belajar guru lebih sering
duduk didepan
5) Evaluasi
Evaluasi pada siklus I untuk menentukan tingkat keberhasilan pada siklus I. Dalam
evaluasi ini guru memberikan soal uraian sebanyak 5 butir soal, dan guru menghimbau
6) Refleksi
Refleksi pada siklus I ini dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara
degan siswa, diperoleh gambaran bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I ini telah terlaksana dengan cukup baik, meskipun masih kurang memuaskan
dikarena siswa masih enggan untuk dilakukan pengacakan dalam pembentuan kelompok
dengan alasan tidak cocok dengan teman kelompok yang telah dibentuk oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi pada saat pelaksanaan diskusi kelompok peserta ddik
masih banyak yang kurang memahami tata cara belajar klompok dan masih bingung
dalam melakukan kelompok belajar bersama dan terlihat haya beberapa siswa sajayang
berdiskusi dalam masing-masing kelompok danyang lainnya ada yang diam sja dan ada
pula yang bercanda. Kemudian guru kurang mengontrol dan membimbing peserta didik
dalam berdiskusi secara berkelompok, dan hanya guru sekali-kali mengawasi peserta
Nilai Tuntas/
No. Nama
Pre Test Post Test Tidak
Tuntas
1. AMANDA 60 80 Tuntas
3. ASFIYANA 85 90 Tuntas
MAHARAM
4. 50 65 Tidak Tuntas
ASMIN
5. 75 90 Tuntas
ASTUTIK
8. ERIKA 60 85 Tuntas
HABIBAH
Berdasarkan data dari hasil post test pada siklus I, terdapat siswa yang mencapai
ketuntasan terdapat 20 siswa dengan presentase 80%, sedangakan siswa hasil belajarnya
belum tuntas mencapai 5 siswa dengan presentase 20%, sedangkan hasil pretes siswa,
terdapat siswa yang mencapai ketuntasan terdapat 20 siswa dengan presentase 80%,
sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 5 siswa dengan prentase 20%, dengan
demikian, penerapan Project Based Learning pada siklus I hasil belajar siswa terdapat
peningkatan dari sebelum pelaksanaan, yaitu: siswa yang mencapai ketuntasan pada
hasil pretes mencapai 20%, dan ketuntasan pada hasil postest siklus I mencapai 80%
menurun 20%. dengan demikian, dilihat dari nilai postest setelah mengikuti
penerapan metode Project Based Learning, namun masih banyak siswa yang belum
mengauasai materi pembelajaran dan hasil belajarnya masih di bawah KKM yang
ditentukan yaitu 75
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pada siklus II akan dilakukan perbaikan
1. Mempertahankan kinerja guru yang sudah baik di siklus I untuk tetap dilakukan
padadi siklus II
5. Memotivasi peserta didik agar biasa kerja sama dengan baik padasaat kerja kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Akhdinirwanto, R Wakhid dan Sayogyani, Ida Ayu. 2009. Cara Mudah Mengembangkan Profesi Guru.
Baharuddin dan Wahyuni. Eka Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajar., Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Chotimah, Husnul. 2008. Sistematika Proposal PTK. Makalah disajikan pada Pelatihan Penelitian
Tindakan Kelas Bagi Guru Negeri / Swasta Tingkat Jawa Timur di Batu Malang Tanggal 2-3
Februari.
Chotimah, Husnul dan Dwita Sari, Yuyun. 2009. Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan
Nurhadi, Yasin, B Senduk, dan Agus G. 2004. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Susilo, Herawati, Chotimah, Husnul dan Dwita Sari, Yuyun. (2009) Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Publishing.
Sutirjo. 2008. Menulis PTK Senikmat Minum Teh Langkah demi Langkah Menyusun PTK. Malang:
Winarto. 2008. Panduan Singkat Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Makalah
disajikan pada Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru di SMA 9 Malang Tanggal 18 Mei
dan 21 Juni.
Fakhriyah, Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan Upaya Berfikir
Indonesia,2014
Imam Syafei, “Tujuan Pendidikan Islam”, AL-Tadzikiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6
No.2(November 2015)
2011Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2012
Yogyakarta:Teras, 2009
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be;ajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005Rusman,
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu, Bogor: Ghalia
Indonesia,2012
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
dan
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1996
Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Jakarta: Kencana Prenada
MediaGroup, 2009