DI SUSUN OLEH:
NIM: 19.1.1887
NIM : 19.1.1887
Dengan ini mengajukan judul penelitian ( Skripsi ) untuk diseminarkan kepada Ketua
Program Studi Pendidikan Agama Islam IAID Al-Karimiyah.Demikianlah pengajuan
judul penelitian ( Skripsi ) ini, semoga Ketua Program Studi berkenan untuk menyetu
juinya.
Mengetahui, Mahasiswa
Ketua Program Stud PAI
KATA PENGANTAR
ii
yaratan dalam seminar proposal skripsi jurusan Pendidikan Agama Isla
m di Institut Agama Islam Depok Al-Karimiyah .
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................1
iii
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................4
C. Metode Penelitian........................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang baik itu pendidik, orang tua, siswa maupun yang lainnya
pasti menginginkan keberhasilan dalam usaha dan hidupnya. Ada beberapa
faktor yang dapat membantu seseorang mewujudkan keberhasilan tersebut,
salah satunya adalah faktor kedisiplinan dalam belajar.
1
Wardiman Djoyonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”,dalam D. Soemarmo (ed),
Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998, (Jakarta: Mini Jaya
Abadi, 1998), Cet. 1, h. 223
1
Oleh karena itu dalam suatu wadah lembaga pendidikan terdapat suatu
macam aturan yang menuntut para siswa untuk mematuhi aturan-aturan yan
g
aturan tersebut dapat membina siswa untuk menjalankan kedisiplinan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tercipta suatu keadaan yang diinginkan.
Sejalan dengan itu, Ahmad Rohani dan Abu Bakar Ahmadi dalam
bukunya “Pengelolaan Pengajaran” mengatakan bahwa dengan disiplin para
peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan
menjahui larangan tertentu. Kesadaran semacam ini harus di pelajari dan har
us
secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau
memelihara tugas-tugas di sekolah.2
Cara belajar yang baik bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir dari
segolongan orang saja, akan tetapi merupakan suatu kecakapan yang dapat
dimiliki oleh setiap siswa dengan jalan latihan, kemauan dan kesungguhan.
Sehingga kecakapan itu menjadi kebiasaan yang melekat pada diri siswa. Di
siplin dalam belajar sangat diperlukan untuk meraih suatu prestasi,
sehingga seseorang dapat menyeleksi kegiatan mana yang harus didahuluka
n
dan kegiatan mana yang menyusul kemudian. Untuk mencapai tujuan
pendidikan, disiplin belajar merupakan hal yang harus dilaksanakan.
2
Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1995),
Cet. Ke-1, h.126
2
terdorong untuk membahas lebih lanjut guna melihat apakah penerapan
ahlak yang diberikan kepada siswa telah berperan dalam membentuk
kedisiplinan siswa.
3
ul Huda Assuriyah Bojongsari Depok ?
b. Bagaimanakah pemahaman siswa terhadap disiplin yang terkandung d
alam unsur-unsur pokok materi pelajaran ahlak yang diberikan disekol
ah dan penerapannya dalam disiplin belajar ?
C. Metode Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
4
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
BAB II
LANDASAN TEORI
bentukan Ahlak
1. Pengertian Pembentukan Ahlak
Bila bicara mengenai akhlak, maka tidak akan lepas dari tingkah
laku manusia, dan bila berbicara tentang tingkah laku, maka akan berhubu
ngan erat dengan bagaimana pendidikan dan bimbingan yang telah anak d
apatkan dirumah atau disekolah, karena anak sebagai manusia merupakan
tanggung jawab bersama, baik dalam pembinaan, pemeliharaan, dan bimbi
ngan dalam lingkungan pendidikan, agar ia menjadi manusia yang baik da
5
n berguna dalam hidupnya.
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama’ dari kata “kh
uluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata k
rama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari ka
ta “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya den
gan “khaliq” artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana t
erdapat kata “al-khaliq”, artinya pencipta dan “makhluq”, artinya yang dici
ptakan. 3Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kat
a ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderunga
n hati untuk melakukan perbuatan ethicos kemudian berubah menjadi etika.
Secara termenologi akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap ya
ng terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang mem
buat seseorang menjadi istemewa.4 Pada dasarnya akhlak itu merupakan i
nstitusi yang bersemayam didalam hati, sebagai tempat munculnya tindaka
n-tindakan yang sukarela dan antara tindakan yang benar dan salah.
Pengertian akhlak di atas hampir sama dengan yang dikatakan ol
eh Ibn Maskawih, yang mendefinisikan akhlak sebagai berikut: “Akhlak a
dalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa m
elalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam”.5 Ibn Qayyim meny
atakan, bahwa agama itu adalah akhlak, barang siapa yang bertambah baik
akhlaknya berarti ia bertambah baik agamanya. Ini sejalan dengan hadis R
asulullah yang menyatakan bahwa:
َ ني ِإميَانا َأ ِح
،سنُ ُه ِم ُخلُقًا َ ِ �َأ ْك َم ُل املؤ ِمن:سلَّ َم
َ صلَّى اهلل َعلَيِ ِه َو ُ قَا َل َر
َ سى ُل اهلل
َ َِو َخيِ ُر ُك ِم َخيِ ُر ُك ِم لِن
ساِئ ِهم
“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik a
khlaknya.” (HR. Turmudzi)
3
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 13
4
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 207.
5
Ibn Maskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak (Bandung: Mizan, 1994), 56.
6
Jadi dari sinilah kita bisa mengetahui bahwa akhlak merupakan hal yang te
rpenting yang harus ada pada diri manusia, karena dengan akhlak kita me
mpunyai pondasi yang kuat sehingga ketika ada goncangan yang terdapat
pada diri kita pasti mampu mengatasi permasalahan-permasalah yang suda
h penulis paparkan tersebut.
6
Umar Muhammad at-Taomy asy-syabani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang 1979) Cet ke-1 hal
247
7
uk aspek pembentukan akhlak. Oleh karena itu Allah swt mengutus hamb
aNya yang sangat mulia untuk mengajak umat manusia kejalan yang benar
dan menyembah Nya seta berbudi pekerti yang mulia sesuai ajaran yang te
rmaksud dalam Alquran dan sunnah Rasulnya. Segala yang dinilai baik se
bagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula sebaliknya segal
a yang buruk menurut Alquran dan Sunnah, itu pula yang tidak baik dan h
arus dijauhi.
8
keseluruhan tidak hanya bergantung kepada suatu aspek pribadi.
2). Bersabar
Bersabar adalah suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri
pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu
langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang
dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang
diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan ridho dan ikhlas bila
seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. Dalam pengertian lain sabar
berarti menahan diri dari keluh kesah dan rasa benci, menahan lisan dari
mengaduh dan menahan anggota badan dari tindakan yang mengganggu
dan mengacaukan.
7
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi…, hal. 3
9
Sikap sabar yang tertanam dalam diri seseorang tentunya harus
dibiasakan supaya menimbulkan rasa penyayang, lemah lembut dan
memiliki perasaan iklhlas dalam membantu kesulitan orang lain. Dengan
demikian, implikasi dari sikap sabar sangat luas sekali sebagaimana
firman Allah swt pada QS.Ali Imran ayat 120 bahwasanya sikap sabar
akan membawa kebaikan pada diri seseorang.
4) . Ikhlas
Ikhlas berarti tulus hati. Kata ikhlas berasal dari kata kerja Khalasa
yang berarti murni, jernih, bersih, tak tercampur. 8 Dari pengertian ikhlas
tersebut berarti yaitu sikap menjauhkan diri dari ria’ ketika mengerjakan
amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih bila
dikerjakannya dengan ikhlas.
8
Sudirman Tebba, Hidup Bahagia Cara Sufi…h.59
10
Sebagai muslim yang memiliki keimanan yang tinggi dihadapan
Sang Khaliq tentunya sikap ini harus ditumbuhkan pada diri seseorang
dalam menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
firman Allah swt pada QS.Al Baqarah ayat 139 yang mengingatkan kita
supaya berikhlas diri hanya kepadaNya.
b. Akhlak Tercela
Adapun macam-macam akhlak tercela diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) . Takabur/Sombong
Takabur adalah salah satu akhlak tercela. Arti takabur adalah
mengaku atau merasa diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
Takabur ada tiga macam yaitu takabur kepada Tuhan, takabur kepada
RasunNya dan takabur terhadap sesama manusia.
Sikap sombong disebabkan kurangnya perwujudan ibadah kepada
Allah swt dalam bentuk welas asih atau suka memberi kepada orang yang
membutuhkan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa yang dialami para
Nabi dan Rasul ketika menghadapi suatu kaum yang ingkar kepada Allah
swt.
2) . Dusta/Bohong
Dusta adalah bahaya yang timbul dari lidah. Berdusta merupakan
suatu kelakuan yang buruk yang merupakan suatu dosa besar yang
merusak pribadi dan masyarakat. Ibnu Jauzi menafsirkan surat Az-Zumar
ayat 60 adalah orang-orang yang berdusta atas nama Allah dan RasulNya
ialah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Dusta merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam
pandangan Islam, karena dusta menimbulkan kebencian diantara orang-
orang dan menyebabkan kepercayaan orang lain terhadap kita menjadi
11
berkurang. Dengan kita suka berdusta juga akan menjadikan persaudaraan
kita dengan orang lain menjadi tidak harmonis yang menyebabkan saling
menjauh tidak saling tolong menolong dan tidak terdapat kerukunan
diantara kita.
3) . Buruk Sangka
Buruk sangka adalah suatu perbuatan yang timbul dari lidah. Tidak
ada buruk sangka terhadap seseorang, jika lidah tidak berbicara atau
mengata-ngatai. Buruk sangka baik terhadap siapapun sangat dicelah oleh
agama. Baik buruk sangka terhadap Allah maupun buruk sangka terhadap
manusia.
Dalam surah Al-Hujurat ayat 12 menerangkan bahwa kita sebagai
umat Islam tidak diperbolehkan berburuk sangka, baik terhadap orang lain
maupun kepada Allah SWT. Karena sikap buruk sangka terhadap orang
lain akan menimbulkan berbagai salah faham yang pada akhirnya akan
menjurus kepada permusuhan dan perpecahan.
5) . Dengki
Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan
yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan
itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu
12
berpindah ketangan sendiri atau tidak.
6) . Mudah Marah
9
WJS Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. h.254
13
1). Disiplin dalam kehidupan pribadi
14
5). Disiplin dalam berbangsa dan bernegara
10
Dolet Unarajdan. (2003). Manajemen Disiplin. Jakarta: PT. Rasindo
15
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik
orang lain.
16
4. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
1. Faktor Intern
a. Faktor Fisiologis
Siswa yang kurang baik kesehatannya akan cepat lelah, lesu dan
akhirnya malas dan enggan untuk belajar, hal ini akan berpengaruh pada
disiplin belajarnya.
b. Faktor Psikologis
12
Totok Santoso, Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah, (Semarang: Satya Wacana, 1988)cet I, hal 8
17
Siwa yang tidak ada motivasinya untuk belajar, maka ia akan malas
dan enggan untuk belajar bahkan apatis terhadap bahan pelajaran, enggan
sekolah sehingga tidak memiliki sikap belajar yang tinggi.
c. Cara Belajar
3. Membaca dengan teliti dan betul bahan yang sedang dipelajari, dan
berusaha menguasai dengan sebaik-baiknya.
2. Faktor Ekstern
a. Faktor Keluarga
13
Ibid… h.4
18
keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga.
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih
sayang disertai dengan bimbingan dan bila perlu untuk menyukseskan
belajar anak, diberikan hukuman-hukuman atau hadiah-hadiah.
b. Faktor Sekolah
c. Faktor Masyarakat
14
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,1995), cet.II h.77
19
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap disiplin belajar siswa, kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rieneka Cipta, 199
5),Cet. Ke-1, h.126
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efisien, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. I, h. 36
20
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
13
M. Yamin Abdullah, Study Akhlak dalam Persepektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 200
7), 3.
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 201
5), 207
21