Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehubungan dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum

dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang menyatakan “Pendidikan

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Bedasarkan hal tersebut dapat dipahami

bahwa tujuan yang hendak dicapai yakni untuk mengembangkan potensi

kognitif, sikap dan keterampilan siswa.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ditanamkan sikap disiplin pada

diri siswa. Dengan kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa maka akan

mempermudah proses pendidikan yang berjalan di sekolah, karena

keteraturan, ketertiban yang terjalin karena kedisiplinan siswa akan

meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan.

Sehingga tujuan pendidikan di sekolah akan berjalan dengan baik. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Nursisto dalam

(tarmizi.wordpress.comdiakses tanggal 24 november 2017) yang

mengemukakan bahwa “Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti

bagi kemajuan sekolah”.


2

Disiplin merupakan suatu kepatuhan dalam menjalankan peraturan-

peraturan yang berlaku, dengan tujuan menumbuhkan sikap agar dapat

berprilaku tertib sesuai aturan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Arikunto (1980:114) “Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti

peraturan atau tata tertib didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata

hatinya tanpa adanya paksaan dari pihak luar”. Penegakkan disiplin tidak

bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan

tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada

peserta didik dalam batas-batas kemampuannya.

Sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran

yang baik. Sebaliknya, di sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh

berbeda dari sekolah yang disiplin. Pembinaan disiplin di suatu sekolah

diharapkan agar semua siswa bersedia dengan kesadaaran diri memenuhi

dan mentaati peraturan atau tata tertib yang berlaku tanpa ada pemaksaan

dalam menjalankan aturan tersebut.

Dalam pembinaan sikap disiplin peran aktif guru dalam upaya

meningkatan kedisiplinan siswa sangatlah berpengaruh. Guru sebagai

pendidik berperan memberi bantuan, dorongan, pengawasan dan pembinaan

serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar menjadi

patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan

masyarakat. Guru sebagai penanggung jawab kedisiplinan siswa harus


3

mengontrol setiap aktivitas siswa agar tingkah laku siswa tidak menyimpang

dengan norma-norma yang ada.

Adapun keadaan siswa di MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Kecamatan Cakranegara Kota Mataram bedasarkan studi pendahuluan

penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 23 oktober 2017, masih ada siswa

yang melanggar tata tertib sekolah seperti datang terlambat, tidak masuk

sekolah tanpa keterangan, tidak berpakaian rapi. Informasi tersebut didapat

melalui salah satu guru di MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram yang bernama ibu Desi melalui sesi wawancara.

Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Apriani Fitri dengan judul

skripsi ”Upaya Guru dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di SMA PP Dr M.

Natsir Batu Bagiriak Kecamatan Lembah Gumanti Solok“. Hasil penelitian

ini mengungkapkan upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

adalah: 1) Memberikan teguran terhadap siswa yang melanggar peraturan

tata tertib sekolah karna teguran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, 2) Memberikan sanksi terhadap

siswa, karena pemberian sanksi merupakan bentuk kerja guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa, 3) Melakukan pembinaan terhadap siswa,

pembinaan yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dan diberi arahan

kepada siswa agar siswa tidak lagi melakukan aturan tata tertib yang ada

disekolah.
4

Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susilawati dengan judul

skripsi“Upaya Guru Pkn dalam Meningkatkan Kedisiplinan dan Tanggung

Jawab Siswa”. Hasil penelitian yaitu : (1) Guru PKn di SMA PGRI 1

Bandung dapat melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan

perannya sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mendidik,

mengerahkan, memotivasi, membimbing dan memberi contoh tauladan yang

baik bagi siswa, (2) Guru PKn di SMA PGRI 1 Bandung memberika arahan-

arahan tentang sikap disiplin dan tanggung jawab, memotivasi siswa untuk

selalu bersifat disiplin, (3) Memberikan sanksi yang berkaitan dengan materi

pembelajaran seperti membacakan pancasila maupun undang-undang dasar

di depan kelas, (4) Guru PKn di SMA PGRI 1 Bandung mampu mengatasi

setiap hambatan-hambatan yang dialami dalam meningkatkan kedisiplinan

dan tanggung jawab siswa yaitu dengan memberikan nasihat-nasihat kepada

siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

Bedasarkan uraian dan hasil studi pendahuluan di atas peneliti tertarik

untuk mengangkat judul skripsi tentang “Upaya Guru dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa (Studi di MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Kecamatan Cakranegara Kota Mataram)”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengangkat tiga

pokok permasalahan dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara

Kota Mataram ?

2. Apa saja faktor pendukung guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota

Mataram ?

3. Apa saja faktor penghambat guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara

Kota Mataram ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram


6

2. Untuk mengetahui faktor pendukung guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram

3. Untuk mengetahui faktor penghambat guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang studi ilmu-ilmu sosial. Kegunaan lain adalah sebagai bahan

pertimbangan bacaan atau referensi bagi semua pihak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Guru dapat menambah wawasan dan pemikiran tentang cara

meningkatkan kedisiplinan serta memperbaiki kinerja dalam

mendidik.

b. Bagi Siswa

Siswa dapat bersikap lebih disiplin dan menaanti peraturan

yang ada di sekolah.

c. Bagi Sekolah
7

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pemikiran terhadap pihak sekolah untuk terus berusaha menanamkan

sikap disiplin siswa agar tercapinya tujuan pendidikan.

d. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan bahan pembelajaran untuk

kehidupan selanjutnya sebagai calon guru, melatih diri agar dapat

menjadi guru yang menjadi teladan yang baik dalam mendidik siswa

menjadi siswa yang disiplin.


8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjuan Teori Tentang Upaya Guru

1. Pengertian Upaya Guru

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, upaya berarti usaha, ikhtiar

(untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan

keluar, dan sebagainya).

Menurut Imran (2010:23), guru adalah jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan menengah. Lebih lanjut Zainal (2002:103)

menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik formal di sekolah yang

bertugas membelajarkan peserta didik sehingga memperoleh berbagai

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang semakin sempurna

kedewasaan atau pribadinya. Karena itulah, guru terkait dengan berbagai

syarat, yang diantaranya guru disyaratkan untuk memiliki sepuluh

kemampuan dasar yaitu: menguasai bahan, mengelola program belajar

mengajar, mengelola kelas, menguasai media atau sumber belajar,

menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,


9

menilai prestasi peserta didik, mengenal fungsi dan program bimbingan

penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, serta

memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk

keperluan pendidikan dan pengajaran

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa upaya guru adalah suatu

usaha atau cara yang dilakukan pendidik agar tercapainya suatu tujuan

yang hendak dicapai.

2. Peran Guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta

didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses

perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang

dimiliki peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang

peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini

berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu

memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.

Mulyasa (2007:37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran

guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam

pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,

penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti,

pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah


10

kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan

sebagai kulminator.

Sedangkan Menurut Wrightman dalam (Sanjaya, 2011:21) Peranan

guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan

yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi

tujuannya. Adapun beberapa peran guru dalam proses pembelajaran

adalah :

a. Guru sebagai sumber belajar. Peran sebagai sumber belajar erat

kaitannya dengan penguasaan materi pelajaran. Sebagai sumber belajar

dalam proses pembelajaran hendaknya guru memiliki bahan referensi

yang lebih banyak dibandingkan siswanya dan melakukan pemetaan

tentang materi pelajaran.

b. Guru sebagai fasilitator. Guru berperan dalam memberikan pelayanan

untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

c. Guru sebagai Pengelola (learning manajer). Guru berperan dalam

menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar

secara nyaman.

d. Guru sebagai demonstrator. Guru berperan untuk mempertunjukkan

kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti

dan memahami setiap pesan yang disampaikan.


11

e. Guru sebagai pembimbing. Guru membimbing siswa agar dapat

menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup

mereka.

f. Guru sebagai motivator. Dalam proses pembelajaran, motivasi

merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Proses pembelajaran

akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.

g. Guru sebagai Evaluator. Guru berperan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di

luar dinas, yakni dalam bentuk pengabdian. Usman (2008:6)

mengelompokkann tugas guru menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Tugas dalam Bidang Profesi. Tugas guru dalam bidang profesi

meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-

keterampilan pada siswa.

b. Tugas dalam Bidang Kemanusiaan. Tugas guru dalam bidang

kemanusian di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang

tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola


12

para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat

menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

c. Tugas dalam Bidang Kemasyarakatan. Tugas dan peran guru tidaklah

terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan

komponen strategi yang memilih peran yang penting dalam

menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru

merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan

oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-

lebih pada era kontemporer ini.

Sedangkan menurut pendapat Slameto (2010:97) dalam proses

belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,

dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Lebih

terperincinya tugas guru berpusat pada:

a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian

tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang

memadai.

c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai,

dan penyesuaian diri.


13

B. Tinjauan Teori Tentang Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Kedisiplinan diperlukan agar siswa mempunyai sikap yang mampu

mencerminkan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan sehingga

dalam proses belajar mengajar pembelajaran dapat berjalan secara

kondusif. kata disiplin berasal dari bahasa latin yaitu discipulus, yang

berarti mengajari atau mengikuti yag dihormati.

Secara terminologis, banyak pakar yang mendefinisikan disiplin.

Menurut Poerbakawatja (1982:81) mendefinisikan disiplin adalah suatu

tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai kondisi yang baik guna

memenuhi fungsi pendidikan. Pidarta (1995:65) mendefinisikan Disiplin

adalah tata kerja seseorang yang sesuai dengan aturan dan norma yang

telah disepakati sebelumnya. Sejalan dengan pendapat tersebut

Prijodarminto (1994:23) mengatakan Disiplin adalah suatu kondisi yang

tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

atau ketertiban.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan

disiplin adalah sikap taat terhadap aturan-aturan serta norma-norma yang

berlaku untuk di patuhi dan dijalankan sesuai kesepakatan yang telah

disetujui sebelumnya sehingga terciptanya tujuan yang hendak dicapai.


14

2. Bentuk-Bentuk Kedisiplinan di Sekolah

Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir.

Perkembangannya pada anak sangat dipengaruhi oleh faktor “ajar” atau

pendidikan. Displin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu kesediaan

bereaksi atau bertindak terhadap objek atau keadaan tertentu.

Di dalam bukunya Jamal Ma’ruf Asmani yang berjudul “Tips

menjadi guru inspiratif, kreatif, inovatif”. Macam-macam disiplin

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Disiplin Waktu

Disiplin waktu menjadikan sorotan utama bagi seorang guru

dan murid. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter utama

kedisiplinan guru dan murid, kalau guru dan murid masuk sebelum bel

dibunyikan, berarti disebut orang yang disiplin. Kalau masuk ketika

bel sudah dibunyikan, bisa dikatakan kurang disiplin dan kalau masuk

setelah bel dibunyikan maka dinilai tidak disiplin, menyalahi aturan

sekolah yang telah ditentukan. Begitu juga dengan mengajar, kapan

masuk dan kapan keluar, harussesuai dengan alokasi waktu yang

ditentukan agar tidak mengganggu jam guru lain.

b. Disiplin Menegakkan Aturan

Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap

kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif harus


15

ditinggalkan. Murid sekarang ini yang cerdas dan kritis, sehingga

kalau diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, meraka akan

memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru.

Selain itu pilih kasih dalam memberikan sanksi sangat dibenci dalam

agama. Keadilan harus ditegakkan dalam keadaan apa pun. Karena

keadilan itulah yang akan mengantrakan kehidupan kearah kemajuan,

kebahagiaan dan kedamaian.

c. Disiplin Sikap

Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi poin awal

untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin tidak tergesa-

gesa, dan gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap ini

membutuhkan latihan dan perjuangan. Karena setiap saat banyak hal

yang menggoda kita untuk melanggarnya. Dalam melaksanakan

disiplin sikap ini, tidak boleh mudah tersinggung dan cepat

menghakimi seseorang hanya karena persoalan sepele. Selain itu, juga

harus mempunyai keyakinan kuat bahwa tidak ada yang bisa

menjatuhkan diri sendiri kecuali orang tersebut. Kalau disiplin

memegang prinsip dan perilaku dalam kehidupan ini, niscaya

kesuksesan akan menghampiri.


16

3. Tujuan Disiplin

Adapun tujuan disiplin menurut Charles (1980:88) adalah:

a. Tujuan jangka panjang yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol

dengan ajaran yang pantas.

b. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan

pengendalian diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar.

Sedangkan tujuan disiplin menurut Gunarsa (2000:85) adalah

a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain hak milik

orang lain.

b. Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan

secara langsung mengerti larangan-larangan.

c. Mengerti tingkah laku baik dan buruk. Belajar mengendalikan

keinginan.

d. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

Lebih lanjut Fachrudin (1989:108) menegaskan bahwa tujuan

dasar diadakan disiplin adalah:

a. Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan

mengembangkan diri dari sifat-sifat ketergantungan ketidak

bertanggung jawaban menjadi bertanggung jawab.


17

b. Membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem disiplin

dan menciptakan situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar

dimana mereka mentaati peraturan yang ditetapkan.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari penerapan

disiplin sekolah adalah untuk memberi sebuah dukungan serta mengatur

prilaku siswa agar tidak berperilaku menyimpang dari aturan dan nilai-

nilai moral yang berlaku. Sehingga menciptakan pengaruh positif bagi

dirinya sendiri maupun orang lain.

4. Indikator-Indikator Kedisiplinan

Indikator-indikator kedisiplinan menurut Sulistyorini (2009:109)

a. Masuk sekolah tepat waktu pada jam yang telah ditentukan oleh

peraturan di sekolah.

b. Mengakhiri kegiatan belajar dan pulang sesuai jadwal yang

ditentukan.

c. Menggunakan kelengkapan seragam sekolah sesuai peraturan.

d. Menjaga kerapian dan kebersihan pakaian sesuai dengan peraturan

sekolah.

e. Apabila berhalangan hadir ke sekolah (tidak masuk sekolah) maka

harus menyertakan surat pemberitahuan ke sekolah.

f. Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran dengan baik dan aktif

g. Mengikuti dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang ditentukan

di sekolah.
18

h. Mengerjakan tugas yang diberikan guru.

i. Melaksanakan tugas piket kelas sesuai jadwal yang ditentukan.

j. Mengatur waktu belajar.

5. Upaya dalam Mendisiplinkan Siswa

Pendidikan sekolah pada dasarnyamerupakan lanjutan dari pendidikan

keluarga hanya saja pendidikan di sekolah diperoleh secara teratur,

sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan

ketat. Sehingga pendidikan sekolah sangat penting sekali fungsi dan

peranannya terhadap keberhasilan pendidikan anak.

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi

bagi siswa, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki

standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,

mandiri dan disiplin. Peran aktif guru sebagai pendidik sangat penting

dalam menciptakan kedisiplinan.

Ada empat hal yang harus dipertimbangkan dalam upaya

mendisiplinkan anak menurut Hurlock (1994:84) yaitu :

a. Peraturan

Adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut

mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru dan teman bermain. Tujuan

peraturan adalah untuk mewujudkan anak lebih bermoral dengan

membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

Peraturan yang jelas dapat diterapkan secara efektif, akan membantu


19

anak merasa aman dan terhindar dari tingkah laku yang menyimpang

dan bagi orang tua, berguna untuk memanfaatkan hubungan yang

serasi antara anak dan orang tua.

Menurut Hurlock peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat

penting dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral. Pertama,

peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan

memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok

tersebut. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang memberi dan

mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugas

yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat

diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.

Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak

diinginkan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang

anak pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya tanpa

pengetahuan dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal ini

dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau

dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat

memenuhi kedua fungsi penting di atas, peraturan itu harus

dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak.

b. Hukuman

Hukuman berasal dari kata kerja Latin ”punier” dan berarti

menjatuhkan seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau


20

pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Tetapi hukuman untuk

perilaku yang salah hanya dapat dibenarkan bila ia mempunyai nilai

pendidikan dan ketika perkembangan bicara dan bahasa anak lebih

baik, penjelasan verbal harus menggantikan hukuman.

Fungsi hukuman menurut Hurlock mempunyai tiga peran penting

dalam perkembangan moral anak. Fungsi pertama ialah menghalagi,

hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan

oleh masyarakat. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan

dihukum, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena

teringat akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat

tindakan tersebut.

Fungsi kedua dari hukuman adalah mendidik. Sebelum anak

mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu

benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena

melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila

mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan.

Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima

masyarakat adalah fungsi hukuman yang ketiga. Pengetahuan tentang

akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk

menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu

mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing

alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakan suatu


21

tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka

memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk

menghindari tindakan tersebut.

c. Penghargaan

Istilah penghargaan menurut Hurlock adalah tiap bentuk

penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak perlu

berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau

tepukan di panggung. Banyak orang tua dan guru merasa bahwa

penghargaan tidak diperlukan karena anak harus berperilaku dengan

cara yang disetujui secara sosial tanpa harus “dibayar” untuk itu. orang

lain merasa bahwa penghargaan akan melemahkan motivasi anak

untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Akibatnya mereka

lebih jarang menggunakan penghargaan dari pada hukuman.

Penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam mengajar

anak berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat.

Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan

disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana hukuman

mengisyaratkan pada anak bahwa perilaku meraka itu buruk, demikian

pula penghargaan mengisyaratkan kepada mereka bahwa perilaku itu

baik.

Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi

perilaku yang disetujui secara sosial. Dan ketiga, penghargaan


22

berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan

tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulang

perilaku ini.

Hanya karena penghargaan penting perannya dalam disiplin,

tidaklah berarti bahwa penghargaan dapat menggantikan peran

hukuman. Keduanya merupakan unsur yang perlu dalam proses belajar

berperilaku secara sosial. Peran penghargaan pertama-tama positif

karena memotivasi anak untuk melakukan apa yang dianggap sesuai.

Sedangkan peran hukuman pertama-tama negatif karena menghalangi

anak melakukan perbuatan yang tidak disetujui secara sosial.

d. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Ia tidak

sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya perubahan.

Sebaliknya, artinya suatu kecenderungan menuju kesamaan.

Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada

konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman

perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan

dipaksakan, dalam hukuman yag diberikan kepada mereka yang tidak

menyesuaikan pada standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang

menyesuaikan.

Menurt Hurlock, fungsi konsistensi dalam disiplin mempunyai tiga

peran yang penting. Pertama, ia mempunyai nilai mendidik yang


23

besar. Bila peraturannya konsisten, ia memacu proses belajar. Ini

disebabkan karena nilai pendorongnya, dan juga sebaliknya. Kedua,

konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak yang

menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang

disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, akan

mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari

tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui dari

pada anak yang merasa ragu mengenai bagaimana reaksi terhadap

tindakan tertentu. Dan ketiga, konsistensi mempertinggi penghargaan

terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. Anak kecilpun kurang

menghargai mereka yang dapat “dibujuk” untuk tidak menghukum

prilaku yang salah, dibandingkan mereka yang tidak dapat dipengaruhi

air mata dan bujukan.

Teknik lain yang ditujukan sebagai usaha untuk membina dan

menumbuhkan kedisiplinan pada diri siswa menjadi bagian integral dari

suatu proses atau kegiatan belajar. Ada beberapa teknik atau cara yang

menumbuhkan dan membina disiplin diri siswa sebagaimana yang

diungkapkan oleh Tu’u (2004: 44) sebagai berikut:

a. Teknik Disiplin Otoritarian

Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci.

Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku

berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.


24

Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan,

mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan. Di sini, tidak

diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan

apa tujuan disiplin itu. Orang hanya berfiir kalau harus dan wajib

mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku. Teknik ini biasanya

tidak akan berhasil dengan baik dalam menumbuhkan dan membina

kedisiplinan belajar, kalau berhasil hanya bersifat sementara atau

siswa cenderung melanggar.

b. Teknik Disiplin Permisif

Dalam disiplin ini siswa dibiarkan bertindak menurut

keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan

sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu.

Siswa yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar

norma atau aturan yang berlaku tidak diberi sanksi atau hukuman.

Akibat dari teknik ini akan mengalami kebingungan dalam

mengambil tindakan apabila mengalami suatu kesulitan belajar.

c. Teknik Disiplin Demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi

penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami

mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada.

Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi

atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar


25

tata tertib. Akan tetapi, hukuman yang dimaksud sebagai upaya

menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Teknik ini biasanya akan

membuahkan hasil yang lebih baik karena siswa diberi kesempatan

untuk mengambil keputusan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa menurut

Unaradjan (2003:32) sebagai berikut :

a. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar pribadi

yang dibina. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Keadaan keluarga

Keluarga sebagai tempat utama dan pertama dalam membina

pribadi dan merupakan salah satu faktor yang penting. Keluarga

mempengaruhi dan menentukan perkembangan pribadi seseorang

dikemudian hari. Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau

penghambat usaha pembinaan prilaku disiplin.

Keluarga yang baik adalah keluarga yang menghayati dan

menerapkan norma-norma moral dan agama yang dianutnya secara

baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan

menghayati norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting bagi

perkembangan disiplin dari anggota-anggota dalam keluarga.


26

2) Keadaan lingkungan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh

keadaan sekolah tersebut. Keadaan sekolah dalam hal ini adalah

ada tidaknya sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran

pembinaan kedisiplinan siswa.

3) Keadaan masyarakat

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang luas dari pada

keluarga dan sekolah, yang juga turut menentukan berhasil

tidaknya pembinaan dan pendidikan disiplin diri, suatu keadaan

tertentu dalam masyarakat dapat menghambat dan memperlancar

sikap disiplin.

b. Faktor intren yaitu faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.

Dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi

unsur pembentukan disiplin dalam diri individu.

1) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik akan dapat menunaikan tugas-

tugas yang ada dengan baik. Dengan penuh vitalis dan ketenangan,

ia mampu mengatur waktu untuk mengikuti aktifitas secara

seimbang dan lancar. Dalam situasi semacam ini, kesadaran

pribadi yang bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga ia akan

menaati norma-norma atau peraturan yang ada dengan

bertanggung jawab.
27

2) Keadaan Psikis

Keadaan psikis seseorang mempunyai kaitan erat dengan

keadaan batin atau psikis orang tersebut. Karena hanya orang-

orang yang normal secara psikis atau mental yang dapat

menghayati norma-norma yang ada dalam masyarakat dan

keluarga. Di samping itu terdapat beberapa sifat atau sikap yang

menjadi penghalang usaha pembentukan prilaku disiplin dalam diri

individu.

C. Tata Tertib MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram

1. Tata Tertib Di Dalam Kelas

a) Duduk yang rapi dan tertib selama proses belajar mengajar.

b) Menjalankan tugas dengan baik, tenang, dan tertib sesuai perintah

bapak dan ibu guru yang mengajar.

c) Tetap bersikap tenang dan tertib jika bapak/ibu guru belum hadir.

d) Berdo’a sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.

e) Dilarang keluar sebelum bel istirahat berbunyi.

f) Dilarang membawa hp atau alat elektronik apapun.

g) Dilarang ribut ketika guru tidak ada di kelas.

h) Dilarang mengumpat atau berbicara kotor.

i) Dilarang membuka jilbab atau sepatu.


28

j) Menjaga kebersihan kelas.

k) Berdo’a sebelum pulang.

2. Tata Tertib Di Luar Kelas

a) Dilarang keluar dari area madrasah.

b) Dilarang membuat keributan atau kegaduhan.

c) Menjaga kebersihan lingkungan madrasah.

d) Menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar.

e) Dilarang membuka jilbab atau sepatu.

f) Menjaga kerapian dalam berpakaian.

g) Dilarang merokok.

h) Dilarang berada di dalam kantor

3. Ketentuan Waktu Belajar

a) Hari senin-kamis masuk mulai pukul 07.15-14.00

b) Hari jum’at masuk mulai pukul 07.00-11.15

c) Hari sabtu masuk mulai pukul 07.15-13.00

d) Jam istirahat pukul 10.00

4. Ketentuan Shalat Dzuhur

a) Shalat dzhur berjama’ah dilaksanakan pukul 13.00-13.20

b) Selesai shalat, siswa-siswi belajar kembali seperti biasa hingga pukul

14.00.
29

5. Ketentuan dalam Berpakaian

a) Senin & selasa menggunakan seragam putih biru dan jilbab putih bagi

perempuan.

b) Rabu & kamis menggunakan seragam khas dan jilbab hitam bagi

perempuan.

c) Jum’at menggunakan seragam imtaq dan jilbab putih rok putih bagi

perempuan.

d) Sabtu seragam pramuka dan jilbab coklat bagi perempuan.

KETERANGAN :

Siswa yang Melanggar Ketentuan Tersebut Akan Dikenakan Teguran Secara

Lisan, Sanksi dalam Bentuk Tindakan, Pemanggilan Orang Tua/Wali Murid,

Hingga Pemecatan Apabila Siswa-Siswi yang Bersangkutan Bermasalah.

D. KERANGKA BERPIKIR

Menurut Idrus (2009:75) “Kerangka berpikir adalah gambaran

mengenai hubungan antara variabel dalam suatu penelitian”. Adapun

kerangka berpikir dalam peneitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Upaya guru: penegakan


peraturan, hukuman, penghargaan
dan konsistensi guru dalam
mendisiplinkan siswa
Meningkatkan
kedisiplinan siswa
Tata tertibsekoah MTs Qubbatul
Islam Karang Taliwang
30

Dalam pembinaan sikap disiplin peran aktif guru dalam upaya

meningkatan kedisiplinan siswa sangatlah berpengaruh. Guru sebagai

pendidik berperan memberi bantuan, dorongan, pengawasan dan pembinaan

serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar menjadi

patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan

masyarakat. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan siswa harus

mengontrol setiap aktivitas siswa agar tingkah laku siswa tidak menyimpang

dengan norma-norma yang ada. Adapun upaya yang dapat dilakukan menurut

Hurlock (1994:84) yaitu dengan penegakan peraturan, hukuman, penghargaan

dan konsistensi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Dalam

penelitian ini indikator kedisipinan yang peneliti fokuskan yaitu sesuai dengan

tata tertib sekolah tempat peneliti melakukan penelitian yaitu tata tertib MTs

Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Moleong (2006:6) bahwa pendekatan kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara

holistik dan dengan metode deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Secara umum dalam penelitian kualitatif lebih mengutamakan

hubungan secara langsung antara peneliti dengan hal yang diteliti. Penelitian

ini mendeskripsikan tentang fenomena yang berkaitan dengan upaya guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa serta faktor pendukung dan faktor

penghambat guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul

Islam Karang Cakranegara Kota Mataram.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram. Lokasi tersebut dipilih

karena fokus penelitian ada yaitu guru di MTs Qubbatul Islam Kecamatan
32

Cakranegara Kota Mataram, selain itu MTs Qubbatul Islam Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram tersebut merupakan sekolah yang baru

berkembang sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa serta faktor pendukung dan faktor penghambat guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, pertimbangan lain yang memudahkan

peneliti seperti: (1) sekolah tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti, (2)

peneliti mengenal salah satu guru di sekolah tersebut, sehingga nantinya

peneliti akan lebih mudah mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan peneliti. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli Tahun

2018.

C. Subyek dan Informan Penelitian Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan orang, individu dan kelompok yang

dijadikan unit atau satuan pada yang diteliti (Faisal, 2001:109).

Berdasarkan pendapat Faisal tersebut, yang menjadi subyek dalam

penelitian ini adalah guru di MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Kecamatan Cakranegara Kota Mataram.

Dalam menentukan subyek penelitian peneliti menggunakan Teknik

Snowball Sampling. Dimana Snowball Sampling adalah tenik pengambilan


33

sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar (Sugioyono, 2012: 54).

Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik snowball

sampling, dapat dijelaskan bahwa sumber data yang awalnya jumlahnya

kecil, lama-lama menjadi semakin besar. Dalam penentuan subyek

penelitian, pertama-tama peneliti hanya memilih subyek satu karena data

yang didapatkan dirasa kurang memuaskan kemudian peneliti mencari lagi

subyek dua, subyek tiga begitu seterusnya yang ditentukan dari petunjuk

subyek sebelumnya. Sampai peneliti merasa puas dan jenuh dengan

jawaban sama yang diterima dari sumber data tersebut. Dengan demikian

jumlah sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang

menggelinding lama-lama menjadi besar.

2. Informan Penelitian

Moleong (2000:97) Informan penelitian adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar belakang penelitian. Sedangkan menurut Spradley (1997:35)

informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang

kata-katanya dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model

imitasi dan sumber informasi tentang masalah yang diteliti.

Dalam menentukan informan penelitian peneliti menggunakan

teknik Purposive sampling. Sugiyona (2010:53) menjelaskan Purposive


34

sampling yaitu teknik pengambilan sampel atau sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam

menentukan informan yaitu: (1) mengetahui secara mendalam keadaan

siswa MTs Qubbatul Islam, (2) memahami dan menguasai upaya guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa (3) mampu memecahkan

permasalahan, (4) dan memiliki waktu yang memadai untuk dimintai

informasi. Yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu, kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, dan siswa.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:

144). Menurut Sugiyono (2015: 193), bila dilihat dari sumber datanya, maka

sumber datanya dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data

sekunder. Dalam penelitian ini dapat menggunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli

(Arikunto, 2009: 144). Dalam penelitian ini sumber data primer adalah

data yang secara langsung didapatkan dilapangan melalui teknik

wawancara dengan subyek dan informan penelitian yaitu guru, kepala

sekolah, wakil kepala sekolah dan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram.


35

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai data

penguat atau pelengkap yang berfungsi untuk mempertegas kembali

jawaban-jawaban yang didapatkan melalui data sebelumnya. “Sumber

data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan histori

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang dipublikasikan

dan yang tidak dipublikasikan” (Meleong, 2000: 54). Data sekunder dalam

penelitian ini berupa dokumen mengenai jumlah guru di MTs Qubbatul

Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, tata tertib

MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota

Mataram, jurnal dan referensi yang berkaitan dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan

wawancara, observasi ,dan dokumentasi. Berikut penjelasan mengenai teknik

pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Moleong (2010: 186) wawancara adalah “percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertayaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut”.

Adapun wawancara yang digunakan dalam mendapatkan informasi dalam


36

penelitian ini adalah menggunkan wawancara terstruktur dan wawancaraa

tidak tersetruktur (terbuka). Wawancara terstruktur digunakan karena

peneliti sudah mengetahui data yang diperoleh, sedangkan wawancara

tidak terstruktur adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai

informasi dan pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis

besar permasalahan, pertanyaan dan penelitian disesuaikan dengan fokus

penelitian. Peneliti melakukan wawancara atau interview dengan subyek

penelitian dan informan penelitian.

2. Observasi

Panduan observasi sering dilakukan sebagai langkah awal dalam

mendapatkan hasil pengamatan. Menurut Hadi (Sugiyono, 2015:203)

”observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan yang mengamati

perilaku manusia, proses kerja dan lain-lain.” Berdasarkan pengertian

tersebut, bahwa dalam pelaksanaan observasi peneliti ingin mengamati

bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara

Kota Mataram. Pengumpulan data pengamatan yang digunakan adalah

observasi nonpartisipan. Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat secara

langsung dalam upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan

kedisiplinan Siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan


37

Cakranegara Kota Mataram, namun peneliti hanya mengamati bagaimana

upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs

Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram

tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bahan bukti dari fenomena yang

terjadi dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiyono, (2015: 329)

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang, studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dalam penelitian kualitatif”.

Jadi semua dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

dapat dijadikan sebagai acuan. Dalam penelitian ini peneliti mencari data

melalui pengambilan gambar, bukti tulisan yang ditinggal oleh seseorang.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini pada dasarnya menghasilkan data kualitatif, dimana

peneliti akan menggambarkan keadaan atau fenomena yang diperoleh dan

kemudian akan dianalisis dalam bentuk kata-kata untuk memperoleh

kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teori yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015:337) yang
38

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok

dalam data kemudian memfokuskan hal-hal yang penting untuk

dikumpulkan menjadi satu kesatuan agar menemukan gambaran dari topik

utama yang dibutuhkan. Dengan demikian data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam

pengumpulan data selanjutnya.

Reduksi data merupakan bentuk analisis untuk mempertajam,

memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data kearah

pengambilan kesimpulan. Melalui proses reduksi data, maka data yang

relevan disusun dan disistemasisasikan kedalam pola dan kategori

tertentu, sedangkan data yang tidak terpakai dibuang. Reduksi data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah memilih dan mengelompokan hasil

dari wawancara kedalam berbagai kelompok sesuai dengan masing-

masing jawaban yang terkait dengan bagaimana upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa serta faktor pendukung dan penghambat

guru dalam meningkatkan kediplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram.


39

2. Penyajian Data (Display Data)

Display data merupakan proses penyajian data setelah dilakukan

reduksi data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam

bentuk ikhtisar, bagan, hubungan antar kategori. Selain itu, penyajian data

dapat pula dilakukan dalam bentuk table, grafik, charta dan sebaginya.

Data yang disajikan perlu disusun secara sistematis berdasarkan kriteria

tertentu seperti urutan, konsep, kategori, pola dan lain-lain sehingga

mudah dipahami pembaca. Data yang telah tersusun secara sistematis akan

memudahkan pembaca memahami konsep, kategori serta hubungan dan

perbedaan masing-masing pola atau kategori.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

mengetahui dan memahami apa yang terjadi dan merencanakan kegaitan

atau proses selanjutnya berdasarkan apa yang telah diketahui dan

dipahami tersebut.

3. Kesimpulan

Langkah ketiga setelah penyajian data ialah pengambilan

kesimpulan dan verifikasi. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan awal

yang diambil masih bersifat sementara, sehingga dapat berubah setiap saat

apabila kesimpulan yang telah diambil didukung dengan bukti yang sahih

atau konsisten, maka kesimpulan yang diambil bersifat kredibel.

Kesimpulan hasil penelitian harus dapat memberikan jawaban

terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain memberikan jawaban


40

atas rumusan masalah, kesimpulan juga harus menghasilakan temuan baru

dibidang ilmu yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi tentang suatu objek atau fenomena yang sebelumnya masih

samar, setelah diteliti menjadi lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis atau

teori. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini

diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.


41

BAB IV

HASIL

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang berada di Jalan Ade

Irma Suryani Gang Unggas IV Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram. Sekolah ini berdiri pada tahun 2013 diatas

tanah seluas 11 are, status kepemilikan tanah sekolah merupakan tanah

wakaf.

Adapun batas-batas MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

adalah sebagai berikut:

Sebelah timur : berbatasan dengan rumah warga

Sebelah barat : berbatasan dengan rumah warga

Sebelah selatan : berbatasan dengan rumah warga

Sebelah utara : berbatasan dengan rumah warga

b. Visi dan Misi MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

1) Visi MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Terbentuknya siswa yang berkualitas dalam bidang IMTAQ dan

berakhlak mulia.
42

2) Misi MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

a) Menumbuhkan semangat dalam aktifitas keagamaan dan nilai

religius

b) Mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan

zaman

c) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif

d) Mengembangkan potensi akademik secara optimal sesuai

dengan bakat dan minat melalui proses pembelajaran

c. Data guru dan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Berikut data guru dan siswa tahun ajaran 2018/2019 dijelaskan

pada tabel di bawahsebagai berikut :

Tabel 01: Data Guru MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

TINGKAT
NO NAMA GURU L/P JABATAN
PENDIDIKAN
1 Sumiati, SH P S1 Kepala Madrasah
2 Amaluddin,S.Pd L S1 Guru/Ketua Yayasan
3 Muslehudin,S.Pd L S1 Guru
Desy Guru/Bendahara/Wali
P S1
4 Wahyuningsih,S.Pd Kelas VII
5 Dedi Hidayat,S.Pd.I L S1 Wakasek
6 Mustaan,S.Pd.I L S1 Guru
7 M. Syamsul Hadi, S.Pd. L S1 Guru
Bq. Lestari Handayani,
P S1
8 S.Pd Guru
9 Eni Zukerni, S.Pd P S1 Guru/Wali Kelas IX
10 Moh.Rus'an, S.Pt L S1 Guru
11 Risnu Wardani, S.Pd P S1 Guru
43

Dani Hamdani Wijaya, Guru/Wali Kelas


L S1
12 S.Pd VIII/Operator
13 Gufran, S.Pd L S1 Guru
14 Hendra, S.Pd L S1 Guru
15 Iyusmi Zakia, S.Pd P S1 Guru
16 Mildayani, S.Pd P S1 Guru
Sumber: Data profil sekolah MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Tabel 02: Data siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

2018/2019
Kelas
L P Jumlah

VII 10 10 20

VIII 18 10 28

IX 5 5 10

Jumlah 33 25 58

Sumber: Data profil sekolah MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

2. Gambaran Umum Subyek dan Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian sebanyak

4orang guru bidang studi di MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang. Dan

yang menjadi informan penelitian sebanyak 3 orang yakni adalah kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, dan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang. Adapun identitas subyek dan informan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


44

Tabel 03 : Gambaran Subyek dan Informan Penelitian

Jenjang Jenis Keteran


No Nama Jabatan
Pendidikan Kelamin gan
Risnu
1 Guru PKn S1 Perempuan Subyek
Wardani, S.Pd
Guru Seni
Desy
Budaya
2 Wahyuningsih, S1 Perempuan Subyek
/Wali Kelas
S.Pd
VII
Eni zukerni,
3 Guru IPA S1 Perempuan Subyek
S.Pd
Guru Bahasa
Dani Hamdani Inggris /Wali
4 S1 Laki-laki Subyek
Wijaya, S.Pd Kelas
VIII/Operator
Kepala
5 Sumiati, SH S1 Perempuan Informan
Sekolah
Dedi
6 Wakasek S1 Laki-laki Informan
Hidayat,S.Pd.I
Siswa kelas
7 Rian Saputra SD Laki-laki Informan
VIII
Sumber : Data primer yang diolah, 2018

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi data hasil penelitian akan disajikan sesuai urutan masalah

penelitian. Data-data yang dimaksud akan meliputi data hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi, sebagaimana berikut ini

1. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Mts Qubbatul

Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram

Berikut adalah deskripsi hasil wawancara dengan subyek dan informan

penelitian, hasil observasi dan dokumentasi terkait dengan upaya guru


45

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram yang disajikan pada

bagian ini meliputi penegakan peraturan, pemberian hukuman, pemberian

penghargaan, dan konsisten guru. Data deskripsi yang dimaksud sebagai

berikut:

1) Penegakan Peraturan

Bedasarkan wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa melalui penegakan peraturan dimana dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang, guru

membuat peraturan tata tertib untuk mengontrol sikap, prilaku serta

membina kedisiplinan siswa. Penyusunan dalam pembuatan peraturan

tata tertib melibatkan semua pihak sekolah. Adapun bentuk peraturan

tata tertib yang dibuat sebagai upaya guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang taliwang yaitu

peraturan mengenai peraturan tata tertib di dalam kelas, peraturan tata

tertib di luar kelas, peraturan tata tertib waktu belajar, peraturan tata

tertib waktu sholat zuhur, dan peraturan tata tertib berpakaian.

Selanjutnya peraturan tersebut di sosialisasikan.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan penelitian

dimana dalam penegakan peraturan guru menegakkan peraturan saat

siswa di dalam kelas, peraturan tata tertib di luar kelas, peraturan tata
46

tertib waktu belajar, peraturan tata tertib waktu sholat zuhur, dan

peraturan tata tertib berpakaian.

Hasil observasi penegakan peraturan berupa adanya peraturan

tata tertib yang dijalankan oleh guru dengan baik. Mulai dari tata tertib

di dalam kelas, tata tertib di luar, ketentuan waktu belajar, ketentuan

sholat zuhur, dan ketentuan dalam berpakaian. Sedangkan data hasil

dokumentasi berupa dokumen tata tertib sekolah, foto-foto terkait

dengan penegakan peraturan yang dijalankan guru.Data dokumentasi

sebagai data penguat hasil wawancara dan observasi (terlampir).

2) Hukuman

Bedasarkan wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang melalui pemberian

hukuman. Dimana guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak

disiplin, dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyadarkan prilaku

siswa yang berbuat salah agar selanjutnya tidak melakukan kesalahan

lagi. Adapun bentuk hukuman yang diberikan oleh guru disesuaikan

dengan tingkat kesalahan yang diperbuat.Bentuk hukaman berupa

teguran secara lisan, sanksi dalam bentuk tindakan, pemanggilan orang

tua/wali murid, hingga pemecatan.

Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan penelitian

dimana guru memberian hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan


47

yang diperbuat siswa.Yang bertujuan untuk memberikan efek jera

kepada siswa yang tidak disiplin.

Hasil observasi pemberian hukuman berupa teguran kepada

siswa yang melakukan pelanggaran ringan, sanksi tindakan diberikan

kepada siswa yang mengulangi pelanggaran, pemanggilan orang tua

diberikan kepada siswa yang melakukan pelanggaran berat seperti

membawa handphone kesekolah. Sedangkan data hasil dokumentasi

berupa foto-foto terkait dengan pemberian hukuman yang diberikan

kepada siswa yang tidak disiplin. Data dokumentasi sebagai data

penguat hasil wawancara dan observasi (terlampir).

3) Penghargaan (Reward)

Bedasarkan wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang melalui pemberian

penghargaan. Dimana dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs

Qubbatul Islam Karang Taliwang, guru memberikan penghargaan

(reward) kepada siswa yang disiplin, dimaksudkan untuk

menumbuhkan motivasi mereka untuk selalu bersikap disiplin serta

menjadi motivasi untuk siswa yang lain untuk memperbaiki sikap

mereka menjadi lebih baik. Adapun bentuk penghargaan yang

diberikan oleh guru berupa pujian, penambahan nilai, dan pemberian

hadiah-hadiah.
48

Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan penelitian

dimana guru memberian penghargaan kepada siswa yang.Yang

bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

disiplin.

Hasil observasi pemberian penghargaan berupa pujian seperti

guru mengatakan “kamu pintar”, pemberian pulpen, dan mengajak

siswa berwisata. Sedangkan data hasil dokumentasi berupa foto-foto

terkait dengan pemberian penghargaan yang diberikan kepada siswa

yang disiplin. Data dokumentasi sebagai data penguat hasil wawancara

dan observasi (terlampir)

4) Konsisten

Bedasarkan wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang melalui konsistensi guru

dalam memberikan motivasi siswa untuk bersikap disiplin. Dimana

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa diperlihatkan dari

kekonsistenan guru dalam menegakkan peraturan, memberikan

motivasi untuk menyadarkan siswa. Pemberian motivasi dilakukan

setiap 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pemberian

motivasi dan arahan rutin dilaksanakan yaitu setiap hari selasa sampai

kamis dan hari sabtu dijadikan untuk mengavaluasi tingkah laku dan

sikap siswa selama satu minggu terakhir.


49

Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan penelitian

dimana adanya kegiatan pengarahan untuk memberikan motivasi

kepada siswa agar bersikap disiplin.

Hasil observasi mengenai konsistensi guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa berupa pengarahan setiap hari selasa, kamis, dan

sabtu. Sedangkan data hasil dokumentasi berupa foto-foto terkait

dengan konsistensi guru dalam memberikan motivasi untuk

mendisiplinkan siswa. Data dokumentasi sebagai data penguat hasil

wawancara dan observasi (terlampir).

2. Faktor Pendukung Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa

Mts Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota

Mataram

Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai faktor pendukung guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang meliputi faktor

pendukung intern dan ekstern. Faktor pendukung intern upaya guru dalam

mendisiplinkan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang antara lain:

(a) Keadaan fisik siswa yang baik, (b) Kesadaran anak yang ingin menjadi

lebih baik, (c) Beberapa anak memiliki bakat dan minat yang baik.

Sedangkan, faktor pendukung ekstern upaya guru dalam

mendisiplinkan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang antara lain:

(a) Kerjasama antar guru yang terjalin dengan baik (b) Sarana dan
50

prasarana sekolah yang memadai (c) Program sekolah berjalan dengan

baik untuk mendisiplinkan siswa. Hal tersebut didukung dengan

pernyataan informan penelitian dimana faktor pendukung guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

meliputi faktor intern dan ekstern.

Hasil observasi yang dilakukan dapat diproleh informasi bahwa

terdapat adanya faktor pendukung intern dan ektern upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang.

Sedangkan data hasil dokumentasi berupa foto-foto terkait dengan faktor

pendukung guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul

Islam Karang Taliwang. Data dokumentasi sebagai data penguat hasil

wawancara dan observasi (terlampir).

3. Faktor Penghambat Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa

MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara

Kota Mataram

Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan subyek

penelitian, mengenai faktor penghambat guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang meliputi faktor

pendukung intern dan ekstern. Faktor penghambat yang dihadapi dalam

upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam

Karang Taliwang yaitu faktor intern (a) Masih ada siswa yang malas, (b)

Masih ada siswa yang susah diatur.


51

Sedangkan faktor eksternal (a) Berasal dari lingkungan keluarga

dimana ada siswa yang orang tuanya bercerai sehingga tidak ada yang

mengawasi saat siswa berada di luar sekolah, (b) Pengaruh teman bermain

siswa yang sering bergaul dengan anak-anak yang tidak bersekolah

sehingga siswa menjadi malas untuk sekolah. Hal tersebut didukung

dengan pernyataan informan penelitian dimana faktor penghambat guru

dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang meliputi faktor intern dan ekstern.

Hasil observasi yang dilakukan dapat diproleh informasi bahwa

terdapat adanya faktor penghambat intern dan ektern upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang.

Sedangkan data hasil dokumentasi berupa foto-foto terkait dengan faktor

penghambat guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul

Islam Karang Taliwang. Data dokumentasi sebagai data penguat hasil

wawancara dan observasi (terlampir).


52

BAB V

PEMBAHASAN

A. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTs Qubbatul

Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi menunjukan bahwa upaya guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan

Cakranegara Kota Mataram meliputi Penegakan peraturan, hukuman,

penghargaan dan konsisten dalam memotivasi siswa dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Penegakan Peraturan

Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang, guru membuat peraturan tata tertib untuk mengontrol sikap,

perilaku serta membina kedisiplinan siswa. Penyusunan dalam pembuatan

peraturan tata tertib melibatkan semua pihak sekolah. Adapun bentuk

peraturan tata tertib yang dibuat sebagai upaya guru dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang yaitu mengenai

peraturan tata tertib di dalam kelas, peraturan tata tertib di luar kelas,

peraturan tata tertib waktu belajar, peraturan tata tertib waktu sholat zuhur,

dan peraturan tata tertib berpakaian. Selanjutnya peraturan tersebut di


53

sosialisasikan. Hal tersebut didukung oleh pendapat subyek 01 yang

bernama ibu Risnu Wardani guru mata pelajaran PKn yang menuturkan:

“Iya ada peraturan yang dibuat untuk mengotrol dan mendisiplinkan


siswa. Adapun bentuk-bentuk peraturan untuk mendisiplinkan siswa
yaitu peraturan saat siswa di dalam kelas, di luar kelas, ketentuan
waktu sekolah dan cara berpakaian. Peraturan yang telah dibuat
kita sosialisasiksan pada saat tahun ajaran baru, kepada semua
perangkat termasuk juga kita sosialisasikan kepada orang tua siswa
juga”.
Selain itu bedasarkan hasil observasi, dimana peneliti mengamati

upaya yang dilakukan guru dalam mendisiplinkan siswa bahwa benar

adanya penegakan peraturan yang dilakukan guru sebagai upaya dalam

mendisiplinkan siswa. Hasil observasi juga didukung oleh hasil

dokumentasi berupa foto-foto hasil penelitian (terlampir).

Dalam penyusunan tata tertib sebagai upaya guru mendisiplinkan

siswa, guru membentuk panitia penyusunan tata tertib dimana yang

menjadi penasehat dan pembina yaitu kepala sekolah dan sebagai

penanggungjawab wakil kepala sekolah dan para guru. Adapun peraturan

mengenai tata tertib di dalam kelas: (a) Siswa duduk yang rapi dan tertib

selama proses belajar mengajar, (b) Menjalankan tugas dengan baik,

tenang, dan tertib sesuai perintah bapak dan ibu guru yang mengajar, (c)

Berdo’a sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, (d) Dilarang keluar

sebelum bel istirahat berbunyi.

Peraturan tata tertib di luar kelas: (a) Siswa dilarang keluar dari area

madrasah, (b) Dilarang membuat keributan atau kegaduhan, (c) Menjaga


54

kebersihan lingkungan madrasah, (d) Menjaga keamanan dan ketertiban di

sekitar, (e) Dilarang membuka jilbab atau sepatu, (e) Menjaga kerapian

dalam berpakaian.Peraturan mengenai tata tertib waktu belajar: (a) Hari

senin-kamis masuk mulai pukul 07.15-14.00, (b) Hari jum’at masuk mulai

pukul 07.00-11.15, (c) Hari sabtu masuk mulai pukul 07.15-13.00 (d) Jam

istirahat pukul 10.00.

Peraturan tata tertib waktu sholat zuhur: (a) Shalat dzhur berjama’ah

dilaksanakan pukul 13.00-13.20, (b) Selesai shalat, siswa-siswi belajar

kembali seperti biasa hingga pukul 14.00. Dan yang terakhir yaitu

peraturan tata tertib dalam berpakaian : (a) Senin & selasa menggunakan

seragam putih biru dan jilbab putih bagi perempuan, (b) Rabu & kamis

menggunakan seragam khas dan jilbab hitam bagi perempuan, (c) Jum’at

menggunakan seragam imtaq dan jilbab putih rok putih bagi perempuan,

(d) Sabtu seragam pramuka dan jilbab coklat bagi perempuan.

Selanjutnya peraturan tersebut disosialisasikan kepada siswa, orang

tua siswa, dan semua pihak sekolah. Sosialisasi dilakukan pada saat masa

orientasi sekolah berakhir dimana siswa diberi tahu apa saja peraturan tata

tertib yang harus dipatuhi selain itu siswa juga siswa diberikan photocopy

peraturan tata tertib yang harus diperlihatkan kepada orang tua siswa

untuk disetujui dan ditanda tangani sebagai wujud kesepakatan dan

tanggungjawab bersama dalam membina kedisiplinan siswa. Sosialisasi


55

kepada semua pihak sekolah dilakukan pada rapat setiap tahun ajaran

baru.

Keberadaan peraturan tata tertib sekolah memegang peranan penting,

yaitu sebagai alat untuk mengatur tingkah laku dan membina sikap disiplin

siswa saat berada dalam lingkungan sekolah. Penegakaan peraturan tata

tertib yang dijalankan dengan baik dan diawasi dengan sungguh-sungguh

maka akan tercipta suasana belajar yang tertib, damai, tenang tentram,

serta membina sikap disiplin siswa di sekolah sehingga tujuan pendidikan

nasional akan tercapai. Dengan demikian, upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan perlu adanya penegakan peraturan dalam

pelaksanaannya.

Menurut Soelaeman (1985:82) bahwa “Peraturan tata tertib itu

merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Sejalan dengan pendapat

tersebut menurut Hurlock (1994:84) peraturan mempunyai dua fungsi

yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral

dan disiplin. Pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab

peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota

kelompok tersebut. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang memberi

dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugas

yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat

diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.


56

Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak

diinginkan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anak

pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya tanpa pengetahuan

dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku

yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan

tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi

penting di atas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si

anak.

2. Hukuman

Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang, guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak disiplin,

dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyadarkan prilaku siswa yang

berbuat salah agar selanjutnya tidak melakukan kesalahan lagi. Adapun

bentuk hukuman yang diberikan oleh guru disesuaikan dengan tingkat

kesalahan yang diperbuat. Bentuk hukaman berupa teguran secara lisan,

sanksi dalam bentuk tindakan, pemanggilan orang tua/wali murid, hingga

pemecatan. Hal tersebut didukung oleh pendapat subyek 02 yang bernama

ibu Desy Wahyuningsih guru mata pelajaran seni budaya yang

menuturkan:

“Iya ada, Hukuman yang diberikan tergantung tingkat


kesalahan yang dilakukan siswa itu sendiri, mulai dari kita
berikan teguran lisan maupun tulisan, skorsing,
pemanggilan orang tua sampai dikeluarkan dari
sekolah.Hukuman yang kita berikan maksudnya untuk
57

member efek jera kepada siswa agar mereka tidak


mengulangi kesalahannya lagi”.
Selain itu bedasarkan hasil observasi, dimana peneliti mengamati

upaya yang dilakukan guru dalam mendisiplinkan siswa bahwa benar

adanya hukuman yang diberikan guru sebagai upaya dalam

mendisiplinkan siswa. Hasil observasi juga didukung oleh hasil

dokumentasi berupa foto-foto hasil penelitin. (terlampir).

Bentuk hukuman tahap pertama yang diberikan berupa teguran lisan.

Dimana guru memberitahu bahwa tindakan yang dilakukan itu melanggar

peraturan yang ada dan memberikan nasehat untuk tidak mengulangi

perbuatan tersebut. Teguraan diberikan guru kepada siswa yang tingkat

kesalahan yang dilakukan ringan. Bentuk hukuman tahap kedua berupa

tindakan seperti sanksi, berupa siswa disuruh hormat bendera selama 15

menit, menyapu halaman sekolah, dan lain-lain. Sanksi tindakan diberikan

kepada siswa yang mengulangi kesalahan atau melanggar peraturan.

Bentuk hukuman tahap ketiga berupa pemanggilan orang tua,

pemanggilan orang tua bertujuan untuk memberitahu peraturan yang telah

dilanggar oleh anak, sehingga orang tua dapat menasehati dan mengontrol

tingkah laku siswa. Surat pemanggilan orang tua diberikan kepada siswa

yang tingkat kesalahan yang dilakukan berat seperti berkelahi, melawan

guru, dan melakukan melanggar peraturan berulang-ulang kali.Bentuk

hukuman tahap keempat yaitu pemecatan, hukuman ini diberikan kepada


58

siswa yang tingkat kesalahannya sudah tidak bisa ditolerir dan melakukan

pelanggaran berulang kali.

Menurut Muanah (2009:111) Hukuman dinilai memiliki kelebihan

apabila dijalankan dengan benar yaitu (a) Hukuman akan dijadikan

perbaikan-perbaikan akan kesalahan murid (b) Murid tidak lagi melakukan

kesalahan yang sama (c) Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan

menghormati dirinya.

Pernyataan tersebut didukung pendapat Hurlock (1994:84) Fungsi

hukuman mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan moral anak.

Fungsi pertama ialah menghalagi. Hukuman menghalangi pengulangan

tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Bila anak menyadari

bahwa tindakan tertentu akan dihukum, mereka biasanya urung melakukan

tindakan tersebut karena teringat akan hukuman yang dirasakannya

diwaktu lampau akibat tindakan tersebut.

Fungsi kedua dari hukuman adalah mendidik. Sebelum anak mengerti

peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang

lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang

salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang

diperbolehkan.

Memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima

masyarakat adalah fungsi hukuman yang ketiga. Pengetahuan tentang

akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk


59

menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan

tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus

belajar memutuskan sendiri apakan suatu tindakan yang salah cukup

menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka

akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut.

3. Penghargaan

Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang, guru memberikan penghargaan (reward) kepada siswa yang

disiplin , dimaksudkan untuk menumbuhkan motivasi mereka untuk selalu

bersikap disiplin serta menjadi motivasi untuk siswa yang lain untuk

memperbaiki sikap mereka menjadi lebih baik. Adapun bentuk

penghargaan yang diberikan oleh guru berupa pujian, penambahan nilai,

dan pemberian hadiah-hadiah. Siswa yang disiplin biasanya diumumkan

dihadapan siswa-siswa yang lainnya pada saat di dalam kelas maupun

pada saat pengarahan pagi tujuannya agar siswa-siswa yang lain dapat

termotivasi untuk mengikutinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

subyek 04 yang bernama Dani Hamdani Wijaya, S.Pd guru bahasa inggris

menuturkan:

“Iya ada.Kita kasih mereka pujian, kita umumkan pada saat


hari sabtu saat evaluasi siapa-siapa saja siswa yang
disiplin, agar siswa-siswa yang lain dapat termotivasi juga
dengan adanya penghargaan yang diberikan”.
60

Selain itu bedasarkan hasil observasi, dimana peneliti mengamati

upaya yang dilakukan guru dalam mendisiplinkan siswa bahwa benar

adanya pemberian penghargaan yang diberikan guru sebagai upaya dalam

mendisiplinkan siswa berupa pujian seperti mengatakan “kamu pintar”,

pemberian hadiah seperti pemberian pulpen dan mengajak siswa pergi

liburan. Hasil observasi juga didukung oleh hasil dokumentasi berupa

foto-foto hasil penelitin. (terlampir).

Pemberian penghargaan diberikan pada saat evaluasi hari sabtu

pagi. Yang bertujuan untuk memotivasi siswa yang lain agar bersikap

disipln. Menurut Gurian dalam (Maria, 2005:164) penghargaan dapat

berfungsi sebagai stimulus (ransangan) maupun penguat (reinforcement).

Sebagai stimulus yaitu untuk membentuk prilaku disiplin sedangkan

sebagai penguat yaitu agar anak mengulang dan meningkatkan prilaku

disiplin. Pemberian penghargaan harus didasarkan pada prinsip bahwa

penghargaan akan memberikan motivasi kepada anak. Oleh karena itu

penghargaan (reward) perlu diberikan kepada anak dalam upaya

meningkatkan kedisiplinan anak.

Menurut Hurlock (1994:84) Penghargaan mempunyai tiga peranan

penting dalam mengajar anak berperilaku sesuai dengan cara yang direstui

masyarakat. Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu

tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana


61

hukuman mengisyaratkan pada anak bahwa perilaku meraka itu buruk,

demikian pula penghargaan mengisyaratkan kepada mereka bahwa

perilaku itu baik.

Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi

perilaku yang disetujui secara sosial. Dan ketiga, penghargaan berfungsi

untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya

penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku ini.

4. Konsisten

Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa upaya diperlihatkan dari

kekonsistenan guru dalam menegakkan peraturan, memberikan motivasi

untuk menyadarkan siswa. Pemberian motivasi dilakukan setiap 15 menit

sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pemberian motivasi dan arahan

rutin dilaksanakan yaitu setiap hari selasa sampai kamis dan hari sabtu

dijadikan untuk mengavaluasi tingkah laku dan sikap siswa selama satu

minggu terakhir. Hal tersebut sesuai dengan pendapat subyek 03 yang

bernama ibu Eni zukerni, guru IPA

“Kami disini rutin setiap selasa sampai kamis sebelum 15


menit masuk kelas kami memberikan arahan-arahan untuk
mengontrol sikap siswa, memberikan ceramah terkait
dengan kedisiplinan siswa dan di tutup dengan doa bersama
seluruh siswa MTs”.Lalu dilanjukan lagi hari sabtu untuk
mengavaluasi perkembangan siswa”.

Selain itu bedasarkan hasil observasi, dimana peneliti mengamati

upaya yang dilakukan guru dalam mendisiplinkan siswa bahwa benar


62

adanya konsistensi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa berupa

pengarahan setiap hari selasa, rabu, kamis dan sabtu untuk meningkatkan

kedisiplinan siswa. Hasil observasi juga didukung oleh hasil dokumentasi

berupa foto-foto hasil penelitin. (terlampir).

Seluruh siswa berbaris dilapangan sekolah untuk mendapatkan

arahan dan pemberian motivasi terkait pembinaan akhlak siswa yang

dilaksanakan setiap hari selasa dan rabu 15 menit sebelum jam

pembelajaran pertama dimulai. Selanjutnya dilakukan evaluasi pada hari

sabtu yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kedisiplinan

siswa.

Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada

konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku,

konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan dan dipaksakan, dalam

hukuman yag diberikan kepada mereka yang tidak menyesuaikan pada

standar, dan dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan.

Menurt Hurlock, fungsi konsistensi dalam disiplin mempunyai tiga

peran yang penting. Pertama, ia mempunyai nilai mendidik yang besar.

Bila peraturannya konsisten, ia memacu proses belajar. Ini disebabkan

karena nilai pendorongnya, dan juga sebaliknya. Kedua, konsistensi

mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari bahwa

penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu


63

mengikuti perilaku yang dilarang, akan mempunyai keinginan yang jauh

lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan

tindakan yang disetujui dari pada anak yang merasa ragu mengenai

bagaimana reaksi terhadap tindakan tertentu. Dan ketiga, konsistensi

mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.

Anak kecilpun kurang menghargai mereka yang dapat “dibujuk” untuk

tidak menghukum prilaku yang salah, dibandingkan mereka yang tidak

dapat dipengaruhi air mata dan bujukan.

B. Faktor Pendukung Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Mts

Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota

Mataram

Upaya guru dalam mendisiplinkan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang akan berjalan dengan baik jika adanya dukungan dari dalam diri

siswa (intern) dan lingkungannya (ekstern). Faktor pendukung intern

upaya guru dalam mendisiplinkan siswa MTs Qubbatul Islam Karang

Taliwang antara lain: (a) Keadaan fisik siswa yang baik. Fisik siswa yang

baik menjadi faktor pendukung dalam mendisiplinkan siswa, siswa yang

sehat akan mudah menerima arahan yang diberikan guru. (b) Kesadaran

anak yang ingin menjadi lebih baik. (c) Beberapa anak memiliki bakat

dan minat yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat subyek 03 yang

bernama Eni Zukerni, S.Pd guru IPA menuturkan:


64

“Kesadaran Siswa, Sikap siswa yang mau terbuka terhadap


nasehat yang diberikan oleh kami”.

Sedangkan, faktor pendukung ekstern upaya guru dalam

mendisiplinkan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang antara lain: (a)

Kerjasama antar guru yang terjalin dengan baik (b) Sarana dan prasarana

sekolah yang memadai (c) Program sekolah berjalan dengan baik untuk

mendisiplinkan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat subyek 02 yang

bernama Desy Wahyuningsih S.Pd guru seni budaya menuturkan:

“Kerjasama antar guru dalam meningkatkan kedisiplinan


siswa, kerjasama dengan orang tua juga, ketegasan guru
dalam menegakkan peraturan sekolah”.

Hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

siswa menurut Unaradjan (2003:32) sebagai berikut :

1. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar pribadi yang

dibina. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a) Keadaan keluarga

Keluarga sebagai tempat utama dan pertama dalam membina

pribadi dan merupakan salah satu faktor yang penting.Keluarga

mempengaruhi dan menentukan perkembangan pribadi seseorang di

kemudian hari. Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau

penghambat usaha pembinaan prilaku disiplin.

Keluarga yang baik adalah keluarga yang menghayati dan

menerapkan norma-norma moral dan agama yang dianutnya secara


65

baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan menghayati

norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam hal ini orang

tua memegang peranan penting bagi perkembangan disiplin dari

anggota-anggota dalam keluarga.

b) Keadaan lingkungan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh

keadaan sekolah tersebut. Keadaan sekolah dalam hal ini adalah ada

tidaknya sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran pembinaan

kedisiplinan siswa.

c) Keadaan masyarakat

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang luas dari pada

keluarga dan sekolah, yang juga turut menentukan berhsil tidaknya

pembinaan dan pendidikan disiplin diri, suatu keadaan tertentu dalam

masyarakat dapat menghambat dan memperlancar sikap disiplin.

2. Faktor intren yaitu faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.

Dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi

unsur pembentukan disiplin dalam diri individu.

a) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik akan dapat menunaikan tugas-

tugas yang ada dengan baik. Dengan penih vitalis dan ketenangan, ia

mampu mengatur waktu untuk mengikuti aktifitas secara seimbang

dan lancar. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi yang


66

bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga ia akan menaati norma-

norma atau peraturan yang ada dengan bertanggung jawab.

b) Keadaan Psikis

Keadaan psikis seseorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan

batin atau psikis orang tersebut. Karena hanya orang-orang yang

normal secara psikis atau mental yang dapat menghayati norma-norma

yang ada dalam masyarakat dan keluarga. Di samping itu terdapat

beberapa sifat atau sikap yang menjadi penghalang usaha

pembentukan prilaku disiplin dalam diri individu.

C. Faktor Penghambat Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Mts

Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota

Mataram

Dalam upaya guru meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam

Karang Taliwang menemukan hambatan-hambatan. Berdasarkan hasil analisis

data yang dilakukan oleh peneliti mengenai faktor penghambat yang dihadapi

dalam upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul

Islam Karang Taliwang yaitu faktor intern (a) Masih ada siswa yang malas,

(b) Masih ada siswa yang susah diatur.

Sedangkan faktor eksternal (a) Berasal dari lingkungan keluarga dimana

ada siswa yang orang tuanya bercerai sehingga tidak ada yang mengawasi saat

siswa berada di luar sekolah, (b) Pengaruh teman bermain siswa yang sering

bergaul dengan anak-anak yang tidak bersekolah sehingga siswa menjadi


67

malas untuk sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat subyek 01 yang

bernama Risnu Wardani S.Pd guru PKn menuturkan:

“Yang menjadi faktor penghambat intern kami disini yaitu


masih ada siswa yang susah sekali dikasi tau sedangkan
yang terkait dengan faktor penghambat eksternal terkait
dengan masalah mereka di rumah karena ada anak-anak
broken home, sehingga sering melakukan pelanggaran-
pelanggaran karena tidak ada yang memberikan nasehat
saat berada di rumah”.

Hal ini sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

siswa menurut Unaradjan (2003:32) sebagai berikut :

1. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar pribadi yang

dibina. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a) Keadaan keluarga

Keluarga sebagai tempat utama dan pertama dalam membina

pribadi dan merupakan salah satu faktor yang penting. Keluarga

mempengaruhi dan menentukan perkembangan pribadi seseorang di

kemudian hari. Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau

penghambat usaha pembinaan prilaku disiplin.

Keluarga yang baik adalah keluarga yang menghayati dan

menerapkan norma-norma moral dan agama yang dianutnya secara

baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan menghayati

norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam hal ini orang


68

tua memegang peranan penting bagi perkembangan disiplin dari

anggota-anggota dalam keluarga.

b) Keadaan lingkungan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh

keadaan sekolah tersebut. Keadaan sekolah dalam hal ini adalah ada

tidaknya sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran pembinaan

kedisiplinan siswa.

c) Keadaan masyarakat

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang luas dari pada

keluarga dan sekolah, yang juga turut menentukan berhasil tidaknya

pembinaan dan pendidikan disiplin diri, suatu keadaan tertentu dalam

masyarakat dapat menghambat dan memperlancar sikap disiplin.

2. Faktor intren yaitu faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.

Dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi

unsur pembentukan disiplin dalam diri individu.

a) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik akan dapat menunaikan tugas-

tugas yang ada dengan baik. Dengan penih vitalis dan ketenangan, ia

mampu mengatur waktu untuk mengikuti aktifitas secara seimbang

dan lancar. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi yang

bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga ia akan menaati norma-

norma atau peraturan yang ada dengan bertanggung jawab.


69

b) Keadaan Psikis

Keadaan psikis seseorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan

batin atau psikis orang tersebut. Karena hanya orang-orang yang

normal secara psikis atau mental yang dapat menghayati norma-norma

yang ada dalam masyarakat dan keluarga. Di samping itu terdapat

beberapa sifat atau sikap yang menjadi penghalang usaha

pembentukan prilaku disiplin dalam diri individu.


70

BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan melalui wawancarai,

observasi dengan subyek dan informan, serta data hasil dokumentasi dilokasi

penelitian, dapat disimpulan bahwa sebagai berikut:

1. Upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam

Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara Kota Mataram yaitu dengan

penegakan peraturan, pemberian hukuman, pemberian penghargaan

(reward), dan konsistensi guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

2. Faktor pendukung internal upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara

Kota Mataram yaitu: (a) Keadaan fisik siswa yang baik, (b) Kesadaran

anak yang ingin menjadi lebih baik, (c)Beberapa anak memiliki bakat dan

minat yang baik. Sedangkan faktor pendukung eksternal upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang

Kecamatan Cakranegara Kota Mataram: (a) Kerjasama antar guru yang

terjalin dengan baik, (b) Sarana dan prasarana sekolah yang memadai, (c)

Program sekolah berjalan dengan baik untuk mendisiplinkan siswa.

3. Faktor penghambat intern upaya guru dalam meningkatkan kedisiplinan

siswa MTs Qubbatul Islam Karang Taliwang Kecamatan Cakranegara


71

Kota Mataram yaitu intern (a) Masih ada siswa yang malas, (b) Masih ada

siswa yang susah diatur.

Sedangkan faktor penghambat eksternal upaya guru dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa Mts Qubbatul Islam Karang Taliwang yaitu:

(a) Siswa yang orang tuanya bercerai sehingga tidak yang mengawasi saat

berada di luar sekolah, (b) Pengaruh teman bermain siswa yang sering bergaul

dengan anak-anak yang tidak bersekolah sehingga siswa menjadi malas untuk

sekolah.

B. SARAN

Beberapa saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, sebaiknya dengan

penegakan peraturan, pemberian hukuman, pemberian penghargaan

(reward) dan konsistensi guru dalam mendisiplinkan siswa.

2. Kepada Kepala sekolah agar membuat program-program sekolah yang

dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

3. Kepada guru diharapkan menjadi teladan bagi siswa, upaya dalam

mendisiplinkan siswa terus ditingkatkan,serta kerja sama dengan dengan

guru, orang tua siswa terus ditingkatkan dan diperluas agar dapat

memperlancar upaya dalam mendisiplinkan siswa.

4. Kepada siswa diharapkan menanamkan sikap disiplin dalam kehidupan

sehari-hari.
72

5. Kepada orang tua siswa diharapkan untuk selalu mengontrol tingkah laku

anak saat berada di rumah maupun di luar rumah. Serta menjalin

komunikasi yang baik dengan para guru untuk mengetahui perkembangan

anak saat anak berada di sekolah.


73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharimi. 1980. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bima Aksara

Arikunto, Suharimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi VI.

Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta

Arikunto, Suharimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Edisi

Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional

Faisal, Sanapiah. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada

Gunarsa, Singgih D. 2000.Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: PT. Gunung Mulia

Hurlock, Elizabeth B. 1994. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga

Imran, Ali. 2010. Kajian Statistik, Perspektif Kritik Hilistik. Surakarta: UNS Press
74

Meloeng, L.J. 2006.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Muanah, B. 2009. Metodelogi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Teras

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional.Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional.Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. 2015. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nursisto. 2008. Menangkal Pelanggaran Tata Tertib di Sekolah.

tarmizi.wordpress.comdiakses tanggal 24 november 2017

Poerbakawatja. 1982. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

Pidarta, Made. 1995. Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar. Jakarta:

Grafindo

Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya

Paramita

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana


75

Schaefer, Charles. 1980. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplin Anak. Jakarta: Mitra

Utama

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Spradley, James. P. 1997. Metode Etnografi. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif).

Bandung: Alfabeta

Sulistyorini. 2009. Menejemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi.

Yogyakarta: Teras

Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Grasindo

Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya
76

Zainal, Aqib. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: insan

Cendikia

Anda mungkin juga menyukai