Anda di halaman 1dari 21

1

STRATEGI TEUNGKU DAYAH DALAM MENDISIPLINKAN SANTRI DI


DAYAH IBDAUL ISLAM DESA BENTENG KEC. ACEH TIMUR

Oleh :

Nia Bustami

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Strategi Tengku dayah Dalam


Membina Kedisiplinan Belajar Santri Di Dayah Ibdaul Islam Desa Benteng”.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengertahui strategi tengku dayah,
kedisiplinan belajar santri di dayah, serta faktor pendukung dan faktor
penghambat tengku dayah dalam membina kedisiplinan belajar santri di dayah
Ibdaul Islam . Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena data
yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka-angka. Untuk mendapatkan data
yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data antara lain
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian untuk mengecek
keabsahan data tersebut dilakukan melalui meningkatkan ketekunan dan
triangulasi. Pada penelitian ini, starategi tengku dayah dalam membina
kedisiplinan belajar santri di dayah Ibdaul Islam Desa Benteng, yang dalam hal ini
fokus pada pertama starategi tengku dayah yakni 1) santri di wajibkan untuk dapat
berperilaku disiplin, 2) pemberian sebuah nasehat dan teguran, 3) pemberian
motivasi, kedua kedisiplinan belajar santri yakni, 1) kegiatan diniyah, 2) belajar
muhadaraoh, 3) belajar pidato, 4) kegiatan belajar tahfiz, 5) kegiatan shalat
berjamaah, ketiga faktor pendukung yakni, 1) santri semua tinggal di asrama, 2)
pengurusnya cukup, 3) adanya aturan yang jeas serta sanksi-sanksinya, sedangkan
faktor penghambatnya yakni, 1) kurang terpenuhinya sarana dan prsarana, 2)
karena pengurusnya sebagian bertempat tinggal jauh dari pesantren. Kemudian
starategi tengku dayah dalam membina kedisiplinan belajar santri dapat dikatakan
sangat disiplin dalam menjalankan kegiatan-kegiatan di pesantren.

Kata kunci: “Strategi, tengku dayah, dan kedisiplinan

A. Pendahuluan

Pendidikan juga merupakan salah satu bentuk usaha yang di lakukan

seseorang untuk mentransfer nilai budaya Islam kepada generasi muda, semuanya
2

dapat diusahakan melalui lembaga pendidikan, baik lembaga pendididkan formal,

non formal (pesanteran/ dayah). 1 Pendidikan berfungsi membantu peserta didik

dalam mengembangkan dirinya, yaitu pengembangan potensi, kecakapan, serta

karakteristik pribadinya yang mengarah kepada yang positif, baik bagi dirinya

maupun lingkungannya.2

Dayah merupakan suatu lembaga tertua yang ada di Aceh, ia adalah bagian

yang tidak dapat di pisahkan dari tradisi masyarakat Aceh, dayah juga memiliki

sejarah yang panjang dan kuat dalam masyarakat.3 Dayah telah membangun

sumber daya manusia yang mana pada permulaannya kegiatan belajar mengajar

ini dilaksanakan di bale-bale saja, pembelajaran yang utama di ajarkan pada dayah

adalah pelajaran agama dan kitab-kitab arab tertentu yang telah di tentukan oleh

pemimpin. Di samping itu, dayah juga memberikan bimbingan tentang

kedisiplinan karena tujuan dari pada dayah itu sendiri yaitu bisa melahirkan

generasi yang tidak hanya bisa dalam pembelajaran agama saja tapi dalam

kedisiplinan juga.

Kedisiplinan juga termasuk salah satu faktor penunjang dalam

meningkatkan mutu Pendidikan. Islam sangat menganjurkan bagi pemeluknya

untuk berlaku disiplin, yakni taat pada peraturan Allah Swt., misalnya

kedisiplinan melaksanakan shalat wajib adalah suatu ketaatan atau kesanggupan

untuk menjalankan ibadah shalat sehari semalam lima kali dan harus dikerjakan

1
Ratna Adilla, Skripsi : PengaruhTa’zirTerhadapKedisiplinanSantriPondokPesantren Al-
Hidayah, (Purwokerto : IAIN Purwokwrto, 2019), hal.1
2
Nana Syaodih Sukma dinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 4
3
M.Hasbi Amruddin, Tatap Masa Depan Dayah Di Aceh, (Banda Aceh: Yayasan PeNA,
2008), hal. 41
3

pada masing-masing waktu yang timbul karena penuh kesadaran, penguasaan diri

dan adanya rasa tanggung jawab. 4

Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai dengan

standard nasional pendidikan, maka pendidikan harus memiliki program tersendiri

untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut dengan menerapkan peraturan-

peraturan tertentu agar terwujudnya suatu sikap yang patuh kepada peraturan

tersebut, seperti yang diterapkan di Dayah Ibdaul Islam.

Menipisnya perilaku disiplin pada santri memang merupakan masalah

serius yang di hadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tidak adanya sikap

kedisiplinan, tentu saja proses pendidikan tidak akan berjalan secara maksimal,

sehingga keadaan itu akan menghambat jalannya pendidikan.

Maka dari itu dayah yang berusaha menerapkan kedisiplinan adalah Dayah

Ibdaul Islam Desa Benteng Kec. Aceh Timur, usaha yang di lakukan dayah ini

adalah membuat banyak peraturan salah satunya yaitu mendisiplinkan santri, yang

di susun dan disepakati oleh pihak yang bersangkutan mulai dari aturan baku

(mengaji) sampai aturan-aturan lainnya. Namun pada kenyataannya terjadi di

lapangan bahwa santri di Dayah Ibdaul Islam ini masih banyak yang melanggar

peraturan yang telah di buat oleh dayah tersebut ada santri telat naik ngaji, ada

yang telat jama’ah dan juga ada yang bolos.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk

mengangkat judul penelitian. “Strategi Teungku Dayah Dalam Mendisiplinkan

Santri Di Dayah Ibdaul Islam Desa Benteng Kec. Aceh Timur”

4
Dwi Cahayanti Wabula, ‘’Peran Pengurus Pondok Pesantren Dalam Menanamkan
Kedisisplinan Santri’’. Jurnal Al- Makrifat, Vol. 3, No. 2, Oktober 2018, hal. 14.
4

B. Kajian Teori

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “discipulus‟ yang berarti

“pembelajaran”. Jadi, disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran.

Menurut Ariesandi arti disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan

karakter anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol

diri dan berguna bagi masyarakat. 5

Menurut Bistak Sirait menyatakan bahwa tujuan utama dari sebuah sikap

kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk mengontrol

dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas dengan

terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku. 6

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa

disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib,

teratur dan semestinya, serta ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah

suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa

ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. 7

5
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 230-231.
6
Bistak Sirait, Pengaruh Disiplin Belajar lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar
Siswa, (2008). http://oreniffmilano,wordpress,com/2009/04/03/pengaruh disiplinbelajar-
lingkungan-keluarga-sekolah-terhadap-prestasi-belajarsiswa. Diakses pada tanggal 12 Desember
2021.
7
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 172-173.
5

Menurut Musrofi cara yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi akademik

peserta didik diantaranya adalah meningkatkan kedisiplinan anak. 8

1. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan

Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter. Banyak

orang sukses karena menegakkan kedisiplinan. Penegakan disiplin antara lain

dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Peningkatan motivasi

Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau mendorong

orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis motivasi, yaitu yang pertama

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri kita. Kedua

motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita. Dalam

menegakkan disiplin, mungkin berawal berdasarkan motivasi ekstrinsik.

b. Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam

membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan merupakan suatu

proses yang di dalamnya ada beberapa aturan atau prosedur yang harus diikuti

oleh peserta didik.

c. Kepemimpinan

8
M. Musrofi, Melesatkan Prestasi Akademik Siswa, Cara Praktis Meningkatkan Prestasi
Akademik Siswa Tanpa Kekerasan dan Tanpa Harus Menambah Jam Belajar, (Yogjakarta: PT
Pustaka Intan Madani, Anggota IKAPI, 2010), hal. 3.
6

Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau orangtua

terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut menentukan berhasil atau

tidaknya dalam pembinaan disiplin

d. Penegakan aturan

Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule

enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya diarahkan pada

“takut pada aturan bukan takut pada orang”.

e. Penerapan reward and punishment

Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman merupakan dua

kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika penerapannya secara terpisah maka tidak

akan berjalan efektif, terutama dalam rangka penegakan disiplin. 9

2. Membangun Tradisi Disiplin yang Kuat

Untuk membangun tradisi disiplin yang baik, ada beberapa hal yang perlu

dilakukan, diantaranya adalah:

a. Mengingat manfaat dan Kerugiannya

Selalu mengingat manfaat besar disiplin akan seseorang tidak disiplin

melakukan pekerjaan yang berpengaruh besar dalam hidupnya jangka panjang.

Sebagai seorang guru dan murid, disiplin manfaatnya sangat besar, antara lain

pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan baik.

b. Mengingat Cita-cita

9
M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,
(Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), hal. 45-49.
7

c. Memiliki Tanggung Jawab

d. Pandai Mengatur Waktu

e. Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Bermanfaat 10

3. Macam-macam Disiplin

Menurut Jamal Makmur macam-macam disiplin dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

a. Disiplin Waktu

Disiplin waktu menjadikan sorotan utama bagi seorang guru dan murid.

Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter utama kedisiplinan guru dan

murid.

b. Disiplin Menegakkan

Aturan Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap

kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif harus

ditinggalkan.

c. Disiplin Sikap

Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point untuk

menata perilaku orang lain.11

Menurut Ali Imron disiplin dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Disiplin yang Dibangun Berdasarkan Konsep Otoritarian

Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai

disiplin tinggi apabila peserta didik ingin duduk tenang sambil memperhatikan

uraian guru ketika sedang mengajar.

10
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif, (Yogyakarta:
DIVA Press, 2010), hal. 88-93.
11
Ali Imron, Manajemen Peserta…,h.173-174.
8

2) Disiplin Yang Dibangun Berdasarkan Konsep Permissive

Menurut konsep ini, peserta didik seharusnya diberi kebebasan

seluasluasnya di dalam kelas dan sekolah. Peraturan-peraturan di sekolah tidak

selalu mengikat perbuatan peserta didik yang menurutnya baik. 12

2. Dayah

Lembaga pendidikan tertua dalam sejarah pendidikan di Aceh adalah

Dayah. Lembaga pendidikan semacam dayah ini di Jawa dikenal dengan nama

Pesantren, di Padang disebut Surau, sementara di Patani dan Malaysia disebut

Pondok.13 Dayah diambil dari bahasa arab zawiyah, yang sudut, diyakini

masyarakat Aceh pertama kali digunakan untuk sudut Masjid Madinah ketika

Nabi Muhammad mengajar para sahabat pada awal Islam. 14 Dayah yang penulis

maksud dalam makalah ini adalah tempat tinggal tetap yang digunakan untuk

mempelajari, membahas dalil-dalil naqliyah dan aqliyah yang berkaitan dengan

agama Islam.

Di Aceh, kata zawiyah diucapkan dengan sebutan dayah yang berarti

tempat mengajarkan ilmu-ilmu agama. Dulu, orang Aceh sering menggunakan

sudut, pojok atau serambi rumah dan mesjid untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama

kepada masyarakat. Dilihat dari persamaan makna dengan daerah lain di Pulau

Jawa, dayah dapat disetarakankan dengan pesantren. Kendatipun demikian ada

beberapa perbedaan yang penting, di antaranya adalah pesantren merupakan suatu

12
Ibid.
13
Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, (Banda Aceh: PENA, 2008),
hal. 41.
14
Tgk. Mohd. Basyah Haspy, Appresiasi Terhadap Tradisi Dayah: Suatu Tinjauan
Terhadap Tata Krama dan Kehidupan Dayah, (Banda Aceh: Panitia Seminar Apresiasi Pesantren
di Aceh Persatuan Dayah Inshafuddin, 1987), hal. 7.
9

tempat yang dipersiapkan untuk memberikan pendidikan agama, sejak dari tingkat

rendah sampai ke tingkat belajar lebih lanjut. 15

Dayah merupakan pusat pendidikan Islam masyarakat Aceh sejak dahulu

sampai sekarang. Keberadaaan dayah sebagai pusat pendidikan Islam masa lalu

sudah menghasilkan sejumlah ulama dan tokoh yang berpengaruh di masanya.

Peminpin-peminpin Aceh masa lalu seperti Sultan Iskandar Muda adalah alumni

dayah. Dayah masa lalu sukses mengintegrasikan pendidikan umum dan

pendidikan agama, ini semua dikarenakan pendidikan dayah saat itu yang tidak

dikotomi, sehingga output dayah bukan hanya ulama, tetapi juga politikus atau

negarawan.16

Dalam kehidupan masyarakat Aceh, sebagai salah satu landasan budaya

terdapat satu lembaga yang dinamakan dengan Meunasah. Sebagai simbol

masyarakat Aceh, pada setiap Gampong terdapat Meunasah, sebagai pusat

pengendalian tata kehidupan masyarakat. Meunasah dibuat terbentuk empat segi

tanpa dilengkapi dengan jendela, lorong atau sekatan-sekatan.

Perbedaan antara rumah dengan Meunasah hanya sedikit saja bagi orang

yang tidak memperhatikan dengan sengaja akan dapat dilihat kesamaannya dari

pada perbedaannya. Persamaan terdapat pada bentuknya seperti rumah Aceh.

Sedangkan perbedaannya kelihatan pada posisinya yaitu rumah tampak membujur

kearah kiblat dan Meunasah tampak kearah utara selatan. Perbedaan selanjutnya

15
A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Cet. III, (Medan:
Al-Ma’arif, 1993), hal. 147.
16
Munawiyah dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Bandar Publising, 2009),
hal. 218.
10

terletak pada lantai Meunasah yang kelihatan rata, sedangkan lantai rumah

tampak tinggi bagian tengahnya. 17

Sejarah permulaan Dayah di Aceh berlangsung dalam keadaan sangat

sederhana. Hal ini dapat dilihat dari keadaan tempat yang digunakan adalah hanya

mesjid-mesjid dan diikuti oleh beberapa orang saja, seperti Dayah Darussalam

Labuhan Haji Aceh Selatan yang didirikan oleh Syech Muhammad Wali al-

Khalidy pada tahun 1931. Namun, sekarang Dayah Labuhan Haji semakin maju

dan sangat berpengaruh dan memiliki 2000 santri dengan 300 orang guru. 18

Sampai sekarang ini, pendidikan sistem dayah di Aceh mengalami

berbagai fenomena baru yaitu munculnya berbagai pesantren atau dayah yang

bersifat terpadu yang mengambil pola-pola perubahan yang telah dilakukan di

Jawa. Di antara dayah terpadu yang sangat menonjol sekarang ini di Aceh adalah

Madrasah Bustanul Ulum Langsa Aceh Timur, dan Dayah Jeumala Amal di

Lueng Putu Kabupaten Pidie.

Dayah Bustanul Ulum Langsa didirikan pada tahun 1961 pada mulanya

hanyalah sebuah dayah tradisional biasa seperti dayah-dayah tradisional lainnya,

tetapi pada tahun 1985 Dayah ini dimodernisir dengan konsep terpadu yang

memadukan pendidikan Dayah dengan pendidikan madrasah yang ada di

bawah Departemen Agama. Dengan menggunakan administrasi dan pendidikan

sistem sekolah, ternyata masyarakat menaruh minat yang luar biasa terhadap

17
Baruzzaman Ismail, Mesjid dan Adat Meunasah bagi Sumber Energi Budaya Aceh,
(Aceh: Majelis Pendidikan Daerah NAD. 2002), hal. 1.
18
Forum Keadilan, Potret Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Forum Adil Mandiri, 2001),
hal. 104.
11

lembaga pendidikan dayah yang terpadu ini, sehingga sekarang mempunyai santri

lebih seribu orang.19

Lahirnya pendidikan terpadu ini nampaknya tidak terlepas dari

pembaharu-pembaharu yang dialami oleh pendidikan pesantren di Jawa. Salah

satunya adalah pesantren modern Gontor di Jawa Timur. Pesantren ini

menggunakan sistem pendidikan madrasah, dengan menerapkan disiplin belajar

dan penerapan ibadah secara praktis dan sistematis. Sistem pendidikan yang

diselenggarakan oleh pesantren modern Gontor dalam komplek asrama. Santri

digodok dalam satu lingkungan sosial keagamaan yang kuat dengan ilmu agama

serta dengan ilmu pengetahuan umum. 20

C. Metode Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

peristiwa pada masa sekarang. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu jenis penelitian dengan memahami fenomena-fenomena tentang

apa yang dialami oleh subyek penelitian, baik prilaku, persepsi, motivasi dan

tindakan secara menyeluruh (holistik). Dalam penelitian ini digunakan penelitian

lapangan (Field Research), untuk memperoleh data-data peneliti melakukan

observasi atau mengamati obyek penelitian di Desa Benteng Kec. Birem Bayeun.

19
Majelis Pendidikan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Perkembangan
Pendidikan…, hal. 87.
20
H. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hal. 241.
12

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mengetahui Strategi Teungku

Dayah Dalam Mendisiplinkan Santri Di Dayah Ibdaul Islam.

D. PEMBAHASAN

Dayah Ibdaul Islam telah berdiri sejak 2002, santri dan santriwati semunya

berjumlah 70 orang dan yang sudah mondok sebanyak 43 orang. pada saat itu

dikepalai oleh Saiful Mahdi, S. Pd. I. Pendirian Dayah Ibdaul Islam ini

mendapatkan dukungan dari mendapat dukung dari tokoh agama dan masyarakat

di Desa Benteng. Berkat kerja sama semua pihak masyarakat Desa Benteng Kec.

Birem Bayeun Dayah Ibdaul Islam dapat di dirikan. Pendririan dayah Ibdaul Islam

ini didirikan karena memang pesantren adalah satu-satunya cara yang terbaik

untuk mendidik santri untuk memperdalamkan ilmu agama dibandingkan hanya

membuat madrasah biasa.

1. Strategi Guru dayah Dalam Membina Kedisiplinan Belajar Santri Di Dayah

Ibdaul Islam Desa Benteng Kec. Birem Bayeun.

Berdasarkan hasil perolehan data peneliti di lapangan tentang strategi guru

dayah pesantren dalam membina kedisiplinan belajar santri, yakni santri dituntut

untuk dapat membiasakan diri berperilaku disisplin dalam melakukan kegiatan

diniyah, muhadaroh, tahfiz, pidato dan shalat berjamaah, pemberian nasehat dan

sebuah teguran, dan pemberian sebuah motivasi. Demikian ini sejalan dengan

pemikiran yang di sampaikan oleh Ustadz Tgk. M. Said manyatakan bahwa dalam

membentuk kedisisplinan belajar santri maka ada strategi yang dilkaukan oleh

guru dayah pesantren yakni:


13

a) Santri dituntut untuk dapat membiasakan diri berperilaku didiplin dalam

belajar.

b) Memberi nasehat dan teguran.

c) Pemberian motivasi penengurus dayah Ibdaul Islam terhadap santrinya.

Strategi-strategi yang dilakukan terebut adalah salah satu cara guru dayah

pesantren dalam menegakan peraturan dalam mendisiplinkan belajar santrinya.

Dengan demikian untuk menciptakan santri-santrinya agar disiplin dalam mentaati

tata tertib maka guru dayah pesantren dengan para ustad dan para mudabir-

mudaboroh melakukan dengan cara pengawasan secara lansung, agar tujuan

tersebut bisa tercapai dengan baik. 21

Guru dayah adalah sekelompok orang yang mengurus dan memimpin

perkumpulan orang-orang di dayah. Guru dayah pesantren juga harus menjadi

pigur dalam menampilkan nilai-nilai yang agamis maupun yang cultural kepada

para mudabir-mudabiroh dan para santrinya. Karena dalam melakukan sebuah

pengawasan kepada santrinya tentunya guru dayah pesantrenn harus bisa bersabar

dan dengan hati yang tulus untuk mendidik santri-santrinya yang berbeda-beda

karakter. Seorang pemimpin untuk dapat memenuhi pimpinan dengan baik adalah

dengan “memiliki sifat kasih sayang mencinati terhadap yang di pimpinnya.

Dengan demikian sifat ini, maka pemimpin akan menjadikan SDM sebagi aset

utama yang paling penting dan tindak tertandingi oleh aset apapun.

Dengan demikain maka kecerdasan pengurus dalam membina kedisiplian

belajar santrinya maka tentunya membutuhakan bantuan dari sebagian ustad dan

21
Muhibbuddin Abdulmuid, Manajemen Pendidikan, (Jawa Tengah: Cv Pengging
Mangkunegaran, 2013), hal. 22
14

para mudabir-mudabirnya untuk mengontrol dan mengawasi setiap kegiatan

santri-santrinya agar tujuan bisa tercapai dengan baik. Maka denagn demikian

para guru dayah pesantren juga harus dapat melayani kebutuhan para ustad-ustad,

mudabir-mudabiroh dan juga dengan para santrinya dalam melakukan sebuah

peroses kedisiplian belajar santri. Strategi merupakan sebuah perencanaan dalam

jangka panjang dan jangka pendek yang dilakukan untuk mewujudkan sebuah

tujan dengan cara memanfaatkan sebuah sumber daya yang tersedia sehingga apa

yang menjadi tujuan dalam organisasi dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Dan juga strategi adalah suatu hal yang sudah terencana secara menyeluruh dalam

rangka mencapai, tujuan dan sasaran.22

Denagan demikian dalam membentuk kedisisplinan belajar santri maka

ada sebuah perencanaan strategi yang dilkaukan oleh guru dayah pesantren, yakni

dengan cara pengawasan secara tidak lansung dan pengawasan secara lansung.

Pengawasan secara tidak lansung meruapakan pengawasan yang dilakukan oleh

guru dayah pesantren tanpa mendatangi lapangan dan kegiatan diawasi dari jarak

jauh. Pengawasan ini di lakukan oleh setiap ketua kamar untuk melapor kepada

ketua keamanan. 23

Sedangkan pengawasan secara lansung adalah pengawasan yang dilakukan

oleh para mudabir-mudabiroh untuk mengecek setiap kamar santri, setiap ada

jadwal kegiatan belajar santri

22
Muhaimin , Dkk, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2019), Hal.33
23
Nurholison, Fachruroji, Dan Soalhudian, Strategi Pengembangan Dayah Ibdaul
IslamAlMu‟awanah Dalam Meningkatkan Kreatifitas Santri, Jurnal Manajemen Dakwah, Vol.3,
No.2, 2018, hal. 88-89
15

2. Kedisiplinan Belajar Santri Di Dayah Ibdaul Islam Desa Benteng Kec. Birem

Bayeun

Hasil perolehan data peneliti di lapangan tentang kedisiplinan belajar

santri dapat dilihat dari tata tertib dalam melakukan kegiatan belajar Diniyah,

Muhadaroh, Tahfis, pidato dan shalat berjamaah. Demikian ini sejalan dengan

pemikiran yang di sampaikan oleh ustadz Mariadi menyatakan bahwa santrisantri

yang belanjar di dayah Ibdaul Islamini telah cukup aktif dalam mengikuti

kedsisiplinan belajar di dayah Ibdaul. Demikian teori tersebut dapat dikatakan

bahwa ketaatan santri dalam melakukan kedisiplinan tidak terlepas dari

pembinaan dayah Ibdaul Islam yang mana guru dayah pesantren telah melakukan

pungsi-pungsi kepemimpinan dengan kontrol intrnal.

Sikap disiplin akan terwujud jika ditanamkan sikap disiplin secara

serentak oleh para pengurus dan para santrinya baik dalam lingkungan dayah

maupun di lingkungan sekolah. Penanaman disiplin belajar santri di dayah.

Kegiatan tersebut harus berlanjut dengan pemliharaan disiplin dan pembinaan

terus menerus. Karena disiplin merupakan sebagian dari sikap mental karena

dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kedisiplinan belajar

santri adalah suatu sikap dan tingkah laku siswa untuk melakukan aktivitas belajar

sesuai dengan peraturan-peraturan dan normanorma yang telah diterapkan

bersama, baik persetujuan secara tertulis maupun secara tidak tertulis antara murid

dengan guru di sekolah maupun orang tua dan lingkungan masyarakat. 24

24
Rosa Desiana, Pola Asuh Orang Tua, Disiplin Belajar Dan Motivasi Belajar,
(Jakarta:Grafindo 2002), hal. 143
16

Dalam melakukan kedisiplinan belajar dapat dikatakan bahwa kedisiplinan

belajar santri sangat berperan penting bagi santri, khususnya dalam meningkatkan

prestasi yang akan dicapai oleh santri itu sendiri. Dengan demikian santri dapat

melakukan suatu peroses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang

dilakukan dengan sadar sehingga menciptakan perubahan tingkah laku sebagai

akibat intarksiindividu dengan lingkungannya.25

Adapun hadis berkaitan dengan kedisiplinan yaitu :

‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم ِِبَْن ِكِِب‬


‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬ ‫اَّللِ بْ ِن عُ َمَر َر ِض َي ه‬
‫َع ْن َعْب ِد ه‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫َخ َذ َر ُس‬َ ‫ال أ‬
َ َ‫اَّللُ َعْن ُه َما ق‬
‫ت فَََل‬ َ ‫ول إِ َذا أ َْم َسْي‬ ُ ‫يب أ َْو َعابُِر َسبِ ٍيل َوَكا َن ابْ ُن عُ َمَر يَ ُق‬ َ ‫ال ُك ْن ِِف الدُّنْيَا َكأَن‬
ٌ ‫هك َغ ِر‬ َ ‫فَ َق‬
‫ك‬َ ِ‫ك َوِم ْن َحيَات‬ َ ‫ك لِ َمَر ِض‬ َ ِ‫ت فَََل تَ ْن تَ ِظ ْر الْ َم َساءَ َو ُخ ْذ ِم ْن ِص هحت‬ ْ ‫اح َوإِ َذا أ‬
َ ‫َصبَ ْح‬ َ َ‫صب‬‫تَ ْن تَ ِظ ْر ال ه‬
َ ِ‫لِ َم ْوت‬
‫ك‬
Artinya: Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda:
Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau
pengembara. Lalu Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “Jika
engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan
jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu
sebelum kamu mati”. (HR. Bukhari, Kitab Ar Riqaq).

Hadits di atas mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini kita harus

menjadi manusia-manusia yang disiplin. Oleh karenanya kita dapati banyak ayat

alquran dimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan waktu.

3. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Strategi Guru dayah Dalam Mebina

Kedsiplinan Belajar Santri

25
Nurholison, Fachruroji, Dan Soalhudian, Strategi Pengembangan Dayah Ibdaul
IslamAlMu‟awanah Dalam Meningkatkan Kreatifitas Santri, Jurnal Manajemen Dakwah, Vol.3,
No.2, 2018, Hlm. 88-89 65
17

Pada dasarnya setiap kegiatan dan upaya yang dilakukan setiap orang atau

sekelompok masyarakat pasti ada faktor pendukung dan faktor penghambat.

Begitupun jugak dengan dayah Ibdaul Islam Dayah Ibdaul Islam juga memiliki

faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Adapun temuan peneliti di lapangan

tentang faktor pendukung dan faktor penghambat guru dayah pesantren dalam

membina kedisiplinan belajar santri. Dalam faktor pendukung dapat dilihat dari

dayah Ibdaul Islamitu sendiri. Yang dimana di dayah Ibdaul Islamtersebut

mengasuh semua santri yang belajar di dayah tersebut santrinya semua tinggal di

asrama, jumblah pengurusnya dayahnya cukup, dan dikarena adanya aturan-aturan

yang jelas dan sanksi-sanksinya.26

Sedangkan faktor pengambatnya adalah dikarenakan kurangnya

terpenuhinya sarana prasarana di pesntren tersebut dan belum ada rasa tanggung

jawab dari sebagian pengurus di dayah Ibdaul Islam. Demikian ini sejalan dengan

pemikiran yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Muiz menyatakan bahwa sarana

prasaran di dayah Ibdaul Islam tersebut belum terlengkapi. Dikarenakan masih

dalam peroses pembangunan.

Santri-santri di pesantren masih kekurangan hamam, asrama, madrasah

dan lingkungannya pesantren hanya menggunakan dinding pagar sehingga

memudahkan santri dapat berkeliaran bebas. Hal ini sejalan dengan yang

disampaikan oleh Tangguh Putra Pratama menyatakan bahwaFaktor pendukung

adalah semua faktor yang sifatnya turut mendukung mendorong, mengajak, dan

bersifat untuk ikut serta dalam dukungan suatu kegiatan. Sedangkan faktor

26
Syafaruddin dan Irwan Nassution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT. Quantum
Teaching, 2005), hal. 121
18

penghambat adalah faktor yang sifatnya menghambat jalannya suatu kegiatan dan

bersifat seperti menggagalkan suatu hal. 27

Dengan adanya dorongan dari pemimpin dan memenuhi sarana prasarana

santri di dayah Ibdaul Islam maka dapat mengembangkan dan melancarkan

pengelolaan pendidikan di dayah Ibdaul Islamyang sesuai dengan tuntunan

perkembangan ilmu pengetahuan yang diinginkan oleh para pemimpin pesantren,

orang tua dan para masyrakat. Peran pemimpin adalah mendorong murid untuk

mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas

manajemen, struktur organisasi, sistem dan peroses yang diperlukan untuk

menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.

27
Tangguh Putra Pratama, Peranan Dayah Ibdaul IslamHudatul Muna Ii Ponogoro
Dalam Mengembangkan Santri Untuk Mengahdapi Tantangan Di Era Globalisasi, Jurnal
Usuluddin, Vol.24, No.1, 2019, hal.99.
19

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada keseluruhan bab-bab sebelumnya dan temuan-

temuan data lapangan dan teori, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Strategi Guru dayah Pesantren Dalam Membina Kedisiplinan Belajar

Santri Di Dayah Ibdaul Islam Desa Benteng Kec. Birem Bayeun yang

dalam hal ini fokus pada strategi pengurus dan kedisiplin belajar santri.

Kedisiplinan belajar santri di dayah Ibdaul Islam memiliki beberapa

kegiatan belajar yang harus diikuti oleh santri, yakni terdiri dari kegiatan

belajar Diniyah, kegiatan belajar Tahfiz, kegiatan belajar Muhadararoh,

kegiatan belajar Pidato, kegiatan Pengajian Umum dan kegiatan belajar di

Sekolah/Madrasah.

2. Strategi guru dayah dalam membina kedisiplinan belajar santri yakni: a)

Santri dituntut untuk dapat membiasakan diri berperilaku disiplin 70 71

dalam kegiatan belajar, b) Memberi nasehat dan teguran, c) Pemberian

motivasi penengurus dayah Ibdaul Islam terhadap santrinya.

3. Faktor Pendukung Dan faktor penghamabat Strategi Guru dayah Dalam

Mebina Kedsiplinan Belajar Santri 1. Faktor pendukung a. Karena semua

santri tinggal di asrama b. Jumblah pengurusnya cukup 1) Karena adanya

aturan yang jelas dan sanksi-sanksinya. 2. Faktof penghambat 1) Kurang

terpenuhinya saran prasarana 2) Belum ada rasa tanggung jawab dari

sebagian pengurus.
20

DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodih Sukma dinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2003.

M.Hasbi Amruddin, Tatap Masa Depan Dayah Di Aceh, (Banda Aceh: Yayasan
PeNA, 2008.

Dwi Cahayanti Wabula, ‘’Peran Pengurus Pondok Pesantren Dalam


Menanamkan Kedisisplinan Santri’’. Jurnal Al- Makrifat, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2018.

Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008.

Bistak Sirait, Pengaruh Disiplin Belajar lingkungan Sekolah Terhadap Hasil


Belajar Siswa, (2008).

http://oreniffmilano,wordpress,com/2009/04/03/pengaruh disiplin belajar-


lingkungan-keluarga-sekolah-terhadap-prestasi-belajarsiswa. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2021.

Ali Imron, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara,2018.

M. Musrofi, Melesatkan Prestasi Akademik Siswa, Cara Praktis Meningkatkan


Prestasi Akademik Siswa Tanpa Kekerasan dan Tanpa Harus Menambah
Jam Belajar, Yogjakarta: PT Pustaka Intan Madani, Anggota IKAPI,
2010.

M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa,


(Surakarta: Yuma Pressindo, 2010.

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif,


(Yogyakarta: DIVA Press, 2010.

Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, (Banda Aceh: PENA,
2008.

Tgk. Mohd. Basyah Haspy, Appresiasi Terhadap Tradisi Dayah: Suatu Tinjauan
Terhadap Tata Krama dan Kehidupan Dayah, (Banda Aceh: Panitia
Seminar Apresiasi Pesantren di Aceh Persatuan Dayah Inshafuddin, 1987),

A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Cet.


III, (Medan: Al-Ma’arif, 1993), hal. 147.
21

Munawiyah dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Bandar Publising,


2009.

Baruzzaman Ismail, Mesjid dan Adat Meunasah bagi Sumber Energi Budaya
Aceh, (Aceh: Majelis Pendidikan Daerah NAD. 2002.

Muhibbuddin Abdulmuid, Manajemen Pendidikan, (Jawa Tengah: Cv Pengging


Mangkunegaran, 2013.

Muhaimin , Dkk, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2019.

Nurholison, Fachruroji, Dan Soalhudian, Strategi Pengembangan Dayah Ibdaul


IslamAlMu‟awanah Dalam Meningkatkan Kreatifitas Santri, Jurnal
Manajemen Dakwah, Vol.3, No.2, 2018

Rosa Desiana, Pola Asuh Orang Tua, Disiplin Belajar Dan Motivasi Belajar,
(Jakarta:Grafindo 2002.

Syafaruddin dan Irwan Nassution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT.


Quantum Teaching, 2005.

Tangguh Putra Pratama, Peranan Dayah Ibdaul IslamHudatul Muna Ii Ponogoro


Dalam Mengembangkan Santri Untuk Mengahdapi Tantangan Di Era
Globalisasi, Jurnal Usuluddin, Vol.24, No.1, 2019, hal.99.

Anda mungkin juga menyukai