Anda di halaman 1dari 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWUDHU DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK DALAM


MENINGKATKAN NILAI AGAMA PADA
KELOMPOK A DI TAMAN KANAK KANAK ISLAM
TERPADU AL MADINA KABUPATEN KAPUAS

Skripsi
Memperoleh Gelar S arjana Pendidikan
(S.Pd.I)

Program Studi PG PAUD

Oleh:

RABBIATUN ISTIQAMAH
NIM. 1903062

PROGRAM STUDI PG PAUD STKIP ISLAM


SABILAL MUHTADIN BANJARMASIN
2023
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWUDHU DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PRAKTIK DALAM
MENINGKATKAN NILAI AGAMA PADA
KELOMPOK A DI TAMAN KANAK KANAK ISLAM
TERPADU AL MADINA KABUPATEN KAPUAS

Oleh

RABBIATUN ISTIQAMAH
NIM. 1903062

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWUDHU DENGAN MENGGUNAKAN


METODE PRAKTIK DALAM MENINGKATKAN NILAI AGAMA PADA
KELOMPOK A TK IT AL MADINA KABUPATEN KAPUAS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Defenisi Istilah.................................................................................................4
C. Rumusan Masalah............................................................................................4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................5
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk

mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul

pada diri manusia itu sendiri.

Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Dalam proses pembelajaran suatu keberhasilan yang dapat dicapai siswa

bukan hanya tergantung pada proses pembelajarannya, tetapi tergantung pula dari

faktor siswa itu sendiri. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa

atau lingkungan. Salah satu lingkungan belajar siswa yang dominan yang

mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas belajar mengajar.

Untuk mencapai keberhasilan kualitas belajar mengajar yang diharapkan

perlu adanya suatu pendekatan yang relevan dengan tuntutan kurikulum yang terus

berubah. Sehingga apapun pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar

1
UU No. 20 Tahun 2003 (Jakarta, 2005), h. 50
2

mengajar terutama dalam pembelajaran agama Islam, sudah seharusnya siswa

diposisikan sebagai pusat perhatian utama. Pola pembelajaran di kelas tidak hanya

ditentukan oleh didaktik metodik apa yang digunakan, melainkan juga bagaimana

peran guru agama Islam memperkaya pengalaman belajar siswa.

Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman (learning is defened or modification or streng theing of behavior

though experiencing).2 Artinya belajar pendidikan agama perlu memperkuat

perbuatan dengan melakukan pengulangan dan latihan tujuannya untuk

membentuk kebiasaan secara otomatis dan mendapat hasil yang lebih baik.

Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan

untuk menghormati Agama Islam dalam hal hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Tujuan pendidikan Agama Islam pada Sekolah dasar adalah memberikan

kemampuan dasar kepada siswa tentang Agama Islam untuk mengembangkan

kehidupan beragama, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertakwa kepada Allah.

Salah satu materi pokok pendidikan Agama Islam di Sekolah dasar adalah

ibadah yang didalamnya terdapat pokok bahasan berwudhu. Berwudhu adalah

suatu pekerjaan bersuci untuk menghilangkan hadast kecil.

2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Cet I ; Bandung ; Pn Bumi Aksara, 2005), h.
36
3

Di TK IT Al Madina Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas, belum mampu

melakukan berwudhu dengan benar, karena belum memiliki pengetahuan dan

kurangnya minat belajar siswa dalam pendidikan agama islam khususnya pada

keterampilan berwudhu. Oleh karena itu Penulis sebagai guru Kelas berusaha

dengan sungguh-sungguh untuk memberikan pembelajaran tersebut kepada siswa

kelompok A TK IT Al Madina Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas, sehingga dengan

diberikan pelajaran ini diharapkan para siswa mampu melaksanakan berwudhu

dengan baik dan benar.

Sebagai tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran ditunjukkan

oleh tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Tingkat penguasaan

kemampuan siswa tersebut dapat diukur dengan penilaian. Tingkat penguasaan

hanya sebagian kecil siswa yang memahaminya, dari 18 orang siswa hanya 23%

yang berhasil. Hal ini menunjukkan proses belajar mengajar tidak berhasil.

Dari pengamatan yang penulis lihat dari gejala-gejala setelah dilakukan

studi pendahuluan di lapangan antara lain ;

- Rendahnya kemampuan anak dalam mengurutkan tata cara berwudhu

- Rendahnya kemampuan anak dalam belajar

- Kurangnya minat anak dalam belajar

- Ada sebagian anak lamban dalam belajar karena kurang mengerti

- Berdasarkan latar belakang masalah serta gejala-gejala yang ada di

lapangan, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul:
4

“Peningkatan Kemampuan Berwudhu dengan Menggunakan Metode Praktik

Dalam Meningkatkan Nilai Agama Pada kelompok A TK IT Al Madina

Kabupaten Kapuas”.

B. Defenisi Istilah

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam memahami istilah-istilah yang

penulis paparkan, maka berikut ini penulis berikan defenisi istilah yang digunakan

dalam penelitian antara lain:

1. Kemampuan: yaitu kesanggupan, kekuatan untuk

melakukan sesuatu.3

2. Berwudhu: yaitu penyucian hadar kecil untuk

keperluan shalat (dengan membasuh muka, kepala,

telinga, kedua tangan dan kaki).4

3. Metode: yaitu cara sistematis dan terpikir secara

baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-

praktek.5

4. Metode Praktik adalah kegiatan belajar yang menuntut

mahasiswa untuk menerapkan konsep, prosedur, dan

keterampilan dalam situasi nyata atau simulasi secara

terprogram, terbimbing, dan mandiri.

3
Pius Abdillah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Arkola, Bandung, 2005, h. 412
4
Ibid., h. 650
5
Ibid., h. 502
6

C. Rumusan Masalah

Untuk lebih terarahnya apa yang akan dibahas serta untuk menghindari

kesimpang siuran pembahasan, maka penulis merumuskan masalah yang akan

dibahas yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode praktik untuk meningkatkan kemampuan

berwudhu Kelompok A TK IT Al Madina Kabupaten Kapuas?

2. Apakah penggunaan metode praktik dapat meningkatkan kemampuan

berwudhu kelompok A TK IT Al Madina Kabupaten Kapuas?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang dirumuskan, maka secara rinci

tujuan penelitian ini adalah: ”Untuk meningkatkan kemampuan berwudhu pada

kelompok A TK IT Al Madina Kabupaten Kapuas .”

2. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat dalam penulisan yaitu :

a. Bagi Anak :

Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan daya pikir dan hasil belajar

dalam kemampuan berwudhu pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam.
6

b. Bagi Guru:

Bagi guru khususnya guru mata pelajaran agama Islam dapat dijadikan

pertimbangan bahwa perlunya peran siswa dalam mengambil kebijakan

dalam memilih dan memakai metode pembelajaran yang sesuai.

c. Bagi Sekolah:

Jika penggunaan metode praktik sangat mendukung dan berpengaruh

positif terhadap aktifitas dan prestasi belajar, agar para guru dan siswa

selalu menggunakan metode praktik tersebut disamping metode lainnya.


6

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoretis

1. Kemampuan Berwudhu

a. Pengertian Berwudhu

Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah. Menurut syara’

wudhu berarti membersihkan anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan

hadast kecil. Wudhu adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan

sebelum seseorang mengerjakan shalat. Wudhu adalah suatau syarat untuk

sahnya sholat yang di kerjakan seseorang sebelum mengerjakan sholat. 1

Jika di amati diatas, terlihat bahwa anggota badan yang diperintahkan

untuk disapu dan dibasuh, disebut dalam susunan urutan dari wajah,tangan,

kemudian kembali lagi keatas, dan taerakhir kaki. Jika di ambil urutan tubuh

manusia, maka seharusnya yang di sebut terlebih dahulu kepala, wajah,

tangan ,dan kaki. Di sisi lain kata yang digunakan pun berbeda. Ini

menunjukkan kaharusan adanya urutan dalam melakukan wudhu sesuai

dengan urutan yang di sebut ayat ini. Demikian pendapat mayoritas ulama.

b. Syarat dan Rukun Wudhu

Wudhu baru dikatakan sah, apabila ada syarat-syarat sebagai berikut:

1) Islam yaitu orang yang tidak beragama islam tidak sah mengerjakan
wudhu
2) Mumayyiz yaitu orang yang sudah dapat membedakan antara baik buruk
dari pekerjaan yang dikerjakan
1
M.Quraish Syhihab.Tafsir, Al-Mishbah.Vol 3.Qs.Al-Maidah.Lentera hati, h. 33-34.
7

3) Dikerjakan menggunakan air yang suci dan mensucikan untuk


mengangkat hadast
4) Tidak ada sesuatu anggota wudhu itu yang dapat merubah air yang
digunakan untuk berwudhu
5) Tidak ada sesuatu benda yang dapat menghalangi sampai air wudhu pada
anggota tubuh.2

c. Tata Cara Berwudhu

Tata cara wudhu secara ringkas sebagai berikut:

1) Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.


2) Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
3) Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4) Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam
mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air
dalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung)
dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.
5) Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.
6) Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai
jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7) Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke
belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali,
dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
8) Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-
nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.3

2. Metode Praktik

Metode praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan

materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seraya diperagakan,

dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gambling sekaligus dapat

mempraktikkan materi yang dimaksud.4

2
Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: CV Toha Putra, 1978), h. 156
8
Ibid., h. 157
9
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2004), h. 153
8

Berkenaan dengan metode praktik dalam perintah shalat, Rasulullah

bersabda dalam hadisnya: “Shalatlah kamu sebagai engkau sekalian melihat aku

shalat”. Sesungguhnya memberi pengalaman praktis berarrti memberikan

masukan wawasan dan ilmu pengetahuan. Ditinjau dari jenis kegiatannya,

dalam praktek pembelajaran dan praktek nonpembelajaran. Praktik

pembelajaran merupakan penerapan konsep, prosedur, dan keterampilan dalam

situasi pembelajaran. Praktik pembelajaran ini di antaranya terdapat pada mata

kuliah Pembelajaran Terpadu dan Kemampuan Dasar Mengajar. Adapun

praktik nonpembelajaran merupakan penerapan konsep, prosedur, keterampilan

dalam situasi nyata. Praktek nonpembelajaran ini di antaranya terdapat pada

mata kuliah Atletik, dan Pendidikan Musik-Tari/Drama.

Menurut Syaiful Bahri :

a. Kelebihan metode praktik

1)
Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme
2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
3) Proses pengajaran lebih menarik
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
b. Kekurangan metode praktik

1) Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, karena


tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak
efektif.
2) Fasilitas dan biaya yang tidak memadai
3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang terpaksa
mengambil waktu atau jam pelajaran lain.5

5
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Op. Cit., h. 91
9

Menurut Muhammad Ali langkah-langkah dalam melakukan metode

praktik adalah

1) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan


dicapai anak.
2) Anak membaca materi lengkap pada wacana.
3) Mempersiapkan semua peralatan yang akan dibutuhkan
4) Guru memberikan bimbingan, kesimpulan-refleksi dan evaluasi.
5) Menetapkan langkah pelaksanaan agar efesien
6) Memperhitungkan/menetapkan alokasi waktu6

3. Hubungan Kemampuan Murid Berwudhu dengan Metode Praktik

Wudhu’ merupakan sebuah sunnah (petunjuk) yang berhukum wajib,

ketika seseorang mau menegakkan sholat. Sunnah ini banyak dilalaikan oleh

kaum muslimin pada hari ini sehingga terkadang kita tersenyum heran saat

melihat ada sebagian diantara mereka yang berwudhu’ seperti anak-anak kecil,

tak karuan dan asal-asalan. Mereka mengira bahwa wudhu itu hanya sekedar

membasuh dan mengusap anggota badan dalam wudhu’. Semua ini terjadi

karena kejahilan tentang agama, taqlid buta kepada orang, dan kurangnya

semangat dalam mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Praktik merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu murid

untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri. Sebagai metode penyajian,

praktik tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam

proses praktik peran murid hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi praktik

dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Sehingga metode praktik dapat

mempengaruhi tingkat kemampuan anak melakukan praktik berwudhu.

Muhammad Ali, Op.Cit., h. 25


6
10

B. Penelitian Yang Relevan

Judul yang penulis teliti ini pernah diteliti oleh orang lain yakni Yulisni,

Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul : Penerapan metode praktek pada

bidang studi Fiqih dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-

Furqon Bangko Jaya Rokan Hilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana keefektifan metode praktek pada bidang studi Fiqih di MTs Al-

Furqon Bangko Jaya Rokan Hilir, dengan metode deskriptif analisis terhadap data

yang penulis peroleh dari lapangan. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti, penulis merumuskan pertanyaan penelitian yang

terperinci dan bersifat operasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktek efektif digunakan

pada bidang studi fiqih di MTs Al-Furqon Bangko Jaya Rokan Hilir. Keefektifan

metode ini disebabkan memberi kemudahan pada siswa dalam memahami

pelajaran.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam pembelajaran Nilai Agama dan Moral pada

proposal penelitian ini adalah Penggunaan metode praktik dapat meningkatkan

kemampuan berwudhu’ Dengan Menggunakan Metode Praktik Dalam

Meningkatkan Nilai Agama pada Kelompok A TK IT Al Madina Kabupaten

Kapuas .

D. Indikator Keberhasilan
11

Indikator keberhasilan menurut Pupuh bahwa keberhasilan kegiatan

peningkatan kualitas, maka berhasil apabila diikuti ciri-ciri:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai baik

secara individu

3. Apabila 85% dari jumlah anak mencapai taraf kerberhasilan.

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila kemampuan

berwudhu dengan menggunakan metode praktik Kelompok A TK IT Al Madina

Kabupaten Kapuas meningkat hingga mencapai 85%

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai kemampuan

berwudhu’ dengan baik dan benar dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam

dengan menggunakan metode praktik secara individu mencapai 70 dan secara

klasikal mencapai 75%. Hal ini berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh

Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

1. 76 – 100 % digolongkan kepada baik.

2. 56 – 75 % digolongkan kepada cukup baik.

3. 40 – 55 % digolongkan kepada kurang baik.

4. Dibawah 40 % digolongkan kepada tidak baik.7

7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1998), h. 246

Anda mungkin juga menyukai