net/publication/371375543
Psikologi Industri
CITATIONS READS
0 181
1 author:
Retno Pangestuti
State Institute For Islamic Studies, Surakarta
2 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Retno Pangestuti on 08 June 2023.
Penulis
Penulis I : Maharani Tyas Budi., M,Psi, Psikolog
Penulis II: Dr. Retno Pangestuti., M.Psi, Psikolog
PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI
Penulis:
Maharani Tyas Budi., M,Psi, Psikolog
Dr. Retno Pangestuti., M.Psi, Psikolog
Editor:
Mamluatur Rahmah, M.Ag.
Tata Letak:
Tim Oase Pustaka
Tata Sampul:
Tim Oase Pustaka
KATA PENGANTAR
i
dalam penerbitan buku ini, sehingga buku ini dapat dibaca oleh
khalayak umum.
Akhir kata, semoga buku ini bisa memberikan manfaat
dan menjadi bagian dari khazanah karya ilmiah yang ada di
fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said
Surakarta.
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku ini tanpa ada kendala
apapun. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya yang telah membimbing kita sebagai umat manusia
menuju jalan kebenaran, semoga kelak kita mendapatkan
syafaatnya.
Buku ini secara khusus disusun untuk menjadi salah
satu rujukan mahasiswa yang belajar psikologi industri dan
organisasi. Dalam buku ini terdapat topik-topik yang secara
aplikatif dapat digunakan oleh masyarakat umum dalam proses
manajemen perusahaan. Buku ini hadir dengan 10 Bab yang
terdiri atas Konsep Dasar Psikologi Industri dan Organisasi,
Era VUCA dan Digitalisasi Organisasi, Rekrutmen dan
Seleksi, Dinamika Kelompok dalam Organisasi, Struktur
Organisasi, Budaya Organisasi, Manajemen Penilaian Kinerja,
Kepemimpinan, Stres Kerja, dan Manajemen Perubahan dalam
Organisasi.
Dalam proses penulisan buku ini tidak luput dari
dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta beserta
jajarannya, Dekan Fakultas Ushuludin dan Dakwah beserta
jajarannya, Ketua Jurusan dan Koordinator Prodi Psikologi
Islam yang telah memberikan dukungan dalam penulisan buku
ini.
Buku ini secara khusus kami persembahkan kepada
orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan
semangat, dukungan dan doa selama proses penulisan. Besar
harapan penulis buku ini akan membawa kebermanfaatan bagi
masyarakat luas. Penulisan buku ini masih terdapat banyak
iii
kekurangan sehingga penulis mengharapkan adanya saran
perbaikan yang membangun kearah yang lebih positif.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
vi
A. Konsep Budaya Organisasi ............................................ 120
B. Fungsi Penerapan Budaya Organisasi .......................... 126
C. Jenis Budaya Organisasi ................................................ 128
D. Korelasi dari Setiap Jenis Budaya Organisasi ............. 132
E. Menciptakan Etika Budaya Organisasi ........................ 135
F. Menciptakan Budaya Organisasi yang Positif ............. 137
G. Spiritualitas dan Budaya Organisasi ............................ 139
BAB VII ....................................................................................... 141
MANAJEMEN PENILAIAN KINERJA ................................. 141
A. Konsep Manajemen Kinerja.......................................... 141
B. Manfaat dari Manajemen Kinerja ................................ 147
C. Penilaian Kinerja ............................................................ 148
D. Pengukuran Performa Kerja (Job Performance)......... 149
E. Sumber Penilaian Kinerja ............................................. 154
F. Metode Penilaian Kinerja .............................................. 159
G. Hambatan dalam Proses Penilaian Kinerja ................. 170
H. Proses Penilaian Kinerja ................................................ 177
BAB VIII ..................................................................................... 180
KEPEMIMPINAN ..................................................................... 180
A. Pengertian Kepemimpinan ............................................ 180
B. Teori- Teori Kepemimpinan .......................................... 183
BAB IX ........................................................................................ 218
STRES KERJA ........................................................................... 218
A. Latar Belakang Stres Kerja ........................................... 218
B. Definisi Stres Kerja ........................................................ 219
vii
C. Kerangka Stres Kerja .................................................... 223
D. Mengelola Stres Kerja .................................................... 230
E. Stresor Dalam Pekerjaan ............................................... 236
BAB X .......................................................................................... 243
CHANGE MANAGEMENT ..................................................... 243
A. Tuntutan Dalam Perubahan Organsisasi ..................... 243
B. Perubahan Terencana .................................................... 246
C. Hambatan dalam Perubahan Organisasi ..................... 247
D. Mengatasi Resistensi Terhadap Perubahan ................. 252
E. Pendekatan Dalam Mengelola Perubahan dalam
Organisasi................................................................................ 256
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 261
BIODATA PENULIS ................................................................. 265
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
1
individu dalam berperilaku di lingkungan kerja. Psikologi
industri dan organisasi menempatkan anggota organisasi
sebagai sebuah sumber daya yang perlu diperhatikan
kesejahteraannya (well being). Anggota organisasi, dalam hal
ini adalah karyawan merupakan kekayaan (asset) yang perlu
dikelola seoptimal mungkin agar dapat membantu organisasi
merealisasikan targetnya.1
1
Ronald E Riggio and Lyman W Porter, Introduction To Industrial /
Organizational P Sychology Sixth Edition Consulting Editor, 2013.
2
menerapkan hasil dari penelitian yang dilakukan ke dalam
sistem kerja di organisasi. Hal ini diharapkan seorang psikolog
industri organisasi dapat memberikan kontribusi untuk
peningkatan efektivitas organisasi.
3
gambar. Hasil dari skor rekrutmen yang tinggi akan diarahkan
untuk mengikuti pelatihan perwira. Hasil skor rekrutmen yang
rendah akan diarahkan untuk mengisi posisi infanteri. Ketika
Perang Dunia I, seorang ahli behaviorisme John Watson yang
pada saat itu menjabat sebagai seorang Mayor Angkatan Darat
AS mengembangkan tes persepsi dan motorik untuk pilot
potensial.2
2
Michael G. Aamodt, Industrial Organizational Psychology: An Applied
Approach, 2009,
http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=4725A4BBA2E9D0EDC9A59F0
65AC0E57B%7D.
G
a
4
m
b
a
r
Penerbitan Studi Hawthorne, membuat psikolog
menjadi lebih terlibat dalam kualitas lingkungan kerja serta
sikap karyawan. Penelitian Harntwone dilaksanakan di pabrik
Western Electric Company daerah Chicago. Penelitian ini
dirancang untuk menyelidiki masalah seperti dampak dari
tingkat pencahayaan, jadwal kerja, upah, suhu, dan istirahat
terhadap karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
lingkungan kerja tidak mempengaruhi produktivitas dengan
cara yang dapat diprediksi. Hal ini berarti ada kalanya
produktivitas meningkat setelah kondisi kerja diperburuk dan
ada kalanya produktivitas menurun setelah kondisi kerja
diperbaiki. Setelah wawancara lebih lanjut, ditemukan bahwa
karyawan akan merubah perilakunya menjadi produktif ketika
mereka mendapat perhatian dari manajer. Kondisi ini disebut
dengan efek Hawrntone. Hasil studi dari efek Hawrntone
menginspirasi para psikolog untuk terlibat di dalam hubungan
karyawan dan dampak dari perilaku karyawan di organisasi.
1. Psikologi Personalia
Personalia mengkaji terkait dengan analisis beban
kerja, proses rekrutmen karyawan, proses placement
karyawan, sistem penggajian karyawan, pelatihan karyawan
dan evaluasi kinerja karyawan. Pada bagian personalia,
seorang psikolog industri organisasi dapat mengembangkan
alat tes untuk seleksi karyawan. Lebih lanjut, pemilihan alat
tes dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari organisasi.
Seorang psikolog di bagian personalia juga dapat melakukan
analisis beban kerja untuk dapat menetapkan gambaran yang
tepat dari proses kerja karyawan. Setelah mendapatkan
3
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P Sychology
Sixth Edition Consulting Editor.
6
deskripsi pekerjaan yang lengkap, bagian personalia dapat
menyusun instrumen penilaian kinerja untuk mengevaluasi
performa karyawan. Di bagian ini, psikolog juga dapat
mengembangkan metode yang paling efektif dalam proses
pelatihan karyawan.4
2. Psikologi Organisasi
Pada bagian psikologi organisasi, seorang psikolog
akan lebih banyak berfokus kepada aspek kepemimpinan,
motivasi karyawan, komunikasi, manajemen konflik, proses
pembentukan kelompok di organisasi dan pengembangan
organisasi. Pada bagian ini, psikolog secara aktif akan
melaksanakan survei yang bertujuan mengetahui opini para
karyawan. Opini dari para karyawan ini akan memberikan
gambaran terkait kondisi yang ada di organisasi. Hasil dari
pelaksanaan survei ini akan menjadi bahan pertimbangan
dalam proses pengembangan organisasi.5
4
Aamodt, Industrial Organizational Psychology: An Applied Approach.
5
Ibid.
7
D. Trend Utama di Dunia Kerja dalam Bidang Psikologi
Industri & Organisasi
1. Trend pertama : Sifat Pekerjaan yang Berubah
6
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P Sychology
Sixth Edition Consulting Editor.
8
beberapa posisi pekerjaan dengan tujuan peningkatan
efisiensi dalam pekerjaan dan penghapusan fungsi pekerjaan
yang tumpang tindih. Perampingan membuat organisasi
berusaha untuk mampu menyelesaikan lebih banyak dengan
sedikit sumber daya. Dampak lain dari proses downsizing
adalah adanya outsourcing pekerjaan yaitu kontrak dengan
organisasi eksternal untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan di organisasi. Trend outsourcing bertujuan untuk
mengurangi biaya berlebihan dalam proses pembayaran
karyawan namun tetap dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan optimal.7
7
Ibid.
9
tenaga kerja. Kondisi ini mempengaruhi organisasi untuk
dapat menarik dan dan mempertahankan pekerja terbaiknya.
Organisasi lebih berfokus kepada proses rekrutmen dan
prosedur seleksi. Organisasi harus mampu mempertahankan
karyawan dengan cara memberikan tunjangan yang yang
menarik seperti adanya tunjangan keluarga, jaminan
kesehatan dan jaminan pendidikan bagi anak karyawan.
Adanya kemajuan teknologi yang berkelanjutan dan
pengembangan pengetahuan dalam organisasi sangat
diperlukan oleh pekerja.
10
minoritas seringkali menjadi sasaran diskriminasi di
lingkungan kerja. Budaya yang ada dalam suatu daerah juga
akan berdampak pada organisasi. Keragaman tenaga kerja
dalam organisasi dapat menjadi peluang untuk
pengembangan organisasi. Adanya keragaman dapat
menghasilkan perspektif yang lebih luas. Hal ini dapat
mendorong adanya kreativitas dan inovasi dalam organisasi.
Keberagaman dalam organisasi juga dapat mengarahkan
untuk menjangkau target pasar yang lebih luas. Psikolog
industri dan organisasi dapat mengambil peran dalam
menghadapi keberagaman dalam organisasi ini. Organisasi
harus dapat memanfaatkan keberagaman demografis
karyawan secara bijaksana.
11
BAB II
DAMPAK VUCA DAN DIGITALISASI BAGI
ORGANISASI
8
Deepti Sinha and Sachin Sinha, “Managing in a VUCA World:
Possibilities and Pitfalls,” Journal of Technology Management for Growing
Economies 11, no. 1 (2020): 17–21.
12
Pergeseran dari industri ke ekonomi informasi, bersama dengan
munculnya otomatisasi, outsourcing, deregulasi, komputasi
pribadi, dan Internet, semuanya diidentifikasi sebagai
pendorong di balik lingkungan bisnis yang dinamis ini.9
Kehadiran dari Era VUCA merupakan tantangan bagi
perusahaan yang sudah mapan dan perusahaan rintisan di
seluruh dunia untuk tetap kompetitif. Namun demikian, sebuah
survei oleh Deloitte (2017) mengungkapkan bahwa meskipun
menyadari betapa sangat bergejolak dan tidak pastinya dunia
bisnis saat ini telah berkembang, organisasi merasa “tidak
cukup siap” untuk merespons secara efektif lingkungan yang
dinamis ini.10 Dunia yang dicirikan oleh VUCA mungkin
membawa banyak kebingungan dan ketakutan akan tetapi para
pemimpin tidak boleh berdiam diri dan pasif terhadap
perubahan ini karena dinamika juga memberikan peluang baru
bagi bisnis.11 Oleh karena itu, dengan transisi menuju "normal
9
Raj Dhillon and Q. Nguten, “Strategies to Respond to a VUCA World”
(2020): 2–83.
10
Patricia Klarner, Gilbert Probst, and Monika Kircher, “The Forward-
Looking Board of Directors,” Deloitte & Swiss Board Institute (2020).
11
Bob Johansen and James Euchner, “Navigating the VUCA World, An
Interview with Bob Johansen,” Research Technology Management 56, no. 1
(2013): 10–15.
13
baru", para pemimpin dan manajer bisnis perlu mengubah dan
mengembangkan pendekatan strategis ke dunia VUCA untuk
memposisikan organisasi agar sukses dalam jangka panjang.12
B. Elemen VUCA
Tabel 1 Elemen dalam VUCA
12
Dhillon and Nguten, “Strategies to Respond to a VUCA World.”
14
kadang-kadang menjadi sangat sulit untuk mengaitkan sebab
dan akibat sehingga tidak dapat diprediksi.13 Volatilitas adalah
suatu kondisi yang digambarkan tidak stabil ketika tidak ada
cukup data untuk memprediksi bahwa tindakan tertentu akan
efektif. Meskipun situasinya dipahami dengan baik, tetapi sulit
untuk menentukan arah perubahan, skalanya, dan hasilnya.14
13
Sinha and Sinha, “Managing in a VUCA World: Possibilities and
Pitfalls.”
14
Tatiana KRAWCZYŃSKA-ZAUCHA, “A New Paradigm of
Management and Leadership in the Vuca World1,” Scientific Papers of
Silesian University of Technology. Organization and Management Series,
2019.
15
untuk menawarkan solusi konkrit bagi organisasi. Organisasi
terkadang dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak tahu
mana yang paling efektif dan dalam situasi apa. Hal ini juga
sering tidak jelas apakah ada tindakan yang harus diambil.15
15
Ibid.
16
membagi keseluruhan yang luar biasa menjadi bagian-bagian
individual yang lebih mudah diatur, yang kemudian dapat
mereka proses dan pahami16.
16
Ibid.
17
Dhillon and Nguten, “Strategies to Respond to a VUCA World.”
17
memfokuskan energi mereka ke arah yang benar akan tetapi
mampu membuat pilihan berdasarkan informasi yang ada.18
Uncertainty Understanding
Complexity Clarity
Ambiguity Agility
Gambar 2. 2 Strategi Menghadapi VUCA
18
Radha Raghuramapatruni and Shanmukha Rao Kosuri, “The Straits of
Success in a VUCA World,” IOSR Journal of Business and Management,
no. 2015 (2017): 16–22.
19
Ibid.
18
Complexity dapat diatasi dengan clarity. Kerumitan
dapat direspon dengan adanya clarity atau kejelasan.
Kerumitan yang terjadi dalam Era VUCA dapat dihadapi
kejelasan. Anggota organisasi harus mengetahui dengan jelas
apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan
kaitannya dengan perubahan. Hal ini juga dapat dilakukan
dengan cara menyadarkan suatu proses agar dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Anggota organisasi dapat berfokus
kepada hal hal yang dapat dikendalikan dan melihat hal
tersebut sebagai peluang.20
20
Nathan Bennett and G. James Lemoine, “What a Difference a Word
Makes: Understanding Threats to Performance in a VUCA World,”
Business Horizons 57, no. 3 (2014): 311–317.
21
Raghuramapatruni and Kosuri, “The Straits of Success in a VUCA
World.”
19
D. Rekomendasi dalam Menghadapi Era VUCA
Dalam menghadapi Era VUCA, organisasi harus
mampu merespon dengan tepat. Organisasi memerlukan
strategi khusus agar tetap mampu bersaing secara dinamis di
Era VUCA. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat
dipilih oleh organisasi dalam menghadapi Era VUCA:22
22
Carla C.J.M. Millar, Olaf Groth, and John F. Mahon, “Management
Innovation in a VUCA World: Challenges and Recommendations,”
California Management Review 61, no. 1 (2018): 5–14.
20
dari dalam organisasi melalui keterampilan
transformasional di setiap karyawan.
4. Melakukan monitoring terhadap strategi organisasi
secara berkala. Manajerial perlu membangun proses
terintegrasi antara strategi dengan penganggaran. Hal
ini perlu dilakukan agar organisasi tetap fleksibel sesuai
dengan target yang diharapkan.
5. Organisasi perlu membuka wawasan terkait dengan
model bisnis baru. Organisasi dapat melakukan
benchmarking kepada organisasi lain yang lebih
unggul. Organisasi perlu untuk memperkuat jaringan
internasional sebagai salah satu peluang dalam
menghadapi Era VUCA.
23
Anju Verma, Monika Bansal, and Jyoti Verma, “Industry 4 . 0 : Reshaping
the Future of HR” 36, no. 5 (2020): 9–11.
24
Ibid.
25
Nils Urbach and Maximilian Röglinger, “Introduction to Digitalization
Cases : How Organizations Rethink Their Business for the Digital Age
Introduction to Digitalization Cases : How Organizations Rethink Their
Business for the Digital Age By,” no. January (2019).
22
F. Teknologi Mendorong Digitalisasi dalam Organisasi
Setiap organisasi perlu mengadopsi teknologi yang
disesuaikan dengan konsep bisnis yang dianut. Organisasi perlu
memahami bagaimana setiap teknologi bekerja dan bagaimana
teknologi ini dapat diimplementasikan secara integratif dan
berkelanjutan.26
26
Lavinia-andreea Gruia and Alexandru Roja, “Approaches to Digitalization
within Organizations” 21, no. 3 (2020): 287–297.
23
kebutuhan pelanggan sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam inovasi produk baru.
Kecerdasan buatan dapat membantu bisnis dalam
memprediksikan perilaku pelanggan dan mengubah pola
konsumen menggunakan hasil analisis dari riwayat
pencarian pelanggan. Kecerdasan buatan dapat
dimanfaatkan sebagai inti digitalisasi karena dapat
menyediakan produk serta layanan yang dapat dibuat sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Contoh pemanfaatan
kecerdasan buatan perusahaan Sephora. Sephora memiliki
produk kecantikan yang sudah berkancah di dunia
internasional. Sephora memanfaatkan penggunaan cobot
sebagai salah satu cara untuk berinteraksi dengan
pelanggan. Cobot merupakan istilah dari collaborative
robot. Penggunaan collaborative robot dapat memberikan
fitur kuis kepada pelanggan. Penerapan artificial intelligent
dalam chatbot di Sephora dapat memberikan rekomendasi
produk kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
2. Big Data Analytic
Big data analytic adalah suatu proses
pengolahan set data besar yang kemudian ditentukan
polanya. Big data analytic dapat dimanfaatkan dalam
24
proses efisiensi dari organisasi. Big data dapat
digunakan sebagai pengembangan jangka panjang
mulai dari otomatisasi sistem kerja hingga otomatisasi
produk layanan. Organisasi dapat mengembangkan
algoritma big data dengan menerapkan kecerdasan
buatan. Hal ini dapat memberikan bahan pertimbangan
bagi organisasi dalam proses modifikasi bisnis ke
depan.
Konsep internet of things menghubungkan
semua bagian yang ada di organisasi. Internet of
things menghubungkan realita fisik yang ada di
lapangan dengan virtual dunia dengan biaya yang
lebih murah dan dapat dimanfaatkan dalam jumlah
skala besar. Industri internet of things lebih
berfokus kepada otomatisasi industri yang
membantu kompleksitas komunikasi ke mesin-
mesin dan analisis data. Hal ini berarti dapat
disimpulkan teknologi merupakan modal dari
proses digitalisasi dalam setiap organisasi. Akan
tetapi, organisasi sendirilah yang bertanggung
jawab dalam proses pengembangan digitalisasi
tersebut.
25
3. Augmented Reality (AR)
Teknologi augmented reality atau biasa dikenal
dengan AR membantu manusia memahami suatu
proyek yang kompleks secara lebih mudah. Augmented
reality memvisualisasikan berbagai hal dengan konsep
tiga dimensi (3D) sehingga membantu proses
pengambilan keputusan yang lebih baik. Organisasi
dapat memanfaatkan augmented reality dalam
keterlibatan dengan pelanggan, brand awareness,
kampanye pemasaran dan pengembangan informasi
yang baik tentang suatu produk.
26
G
Pada industri manufaktur, augmented reality
dapat dimanfaatkan dalam proses pelatihan dan
pendaftaran pekerjaan. Augmented reality juga dapat
membantu pekerja dalam proses perawatan mesin
dengan memberikan gambaran akurat secara realtime.
Manfaat utama yang dapat dilihat adalah pada proses
pelatihan dan kualifikasi suatu produk.
27
BAB III
A. Rekrutmen
Rekrutmen merupakan suatu proses untuk menarik
calon karyawan dengan kualifikasi yang sesuai dengan analisa
jabatan untuk apply/ melamar pekerjaan yang sedang
dibutuhkan. Proses rekrutmen ini tidak harus bertujuan menarik
calon karyawan dari luar perusahaan (external recruitment)
untuk melamar namun juga mempertimbangkan kandidat dari
dalam (internal recruitment). Beberapa perusahaan
multinasional memilih untuk melakukan seleksi kandidat
internal terlebih dahulu sebelum mencari kandidat eksternal.
Proses internal recruitment ini sekaligus juga memfasilitasi
untuk kegiatan promosi jabatan jika kandidat berasal dari kelas
jabatan di bawahnya. Selain bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan karyawan menduduki posisi tertentu, rekrutmen
internal juga dapat meningkatkan motivasi karyawan internal
28
dalam upaya kebutuhan promosi jabatan atau rolling/
perpindahan pekerjaan.
1. Deskripsi Jabatan
Sebagian besar tahapan perekrutan karyawan baik
internal maupun eksternal dimulai dari membuat deskripsi/
uraian jabatan (job description). Uraian pekerjaan adalah
sebuah catatan/ daftar yang memuat tugas, peran dan
tanggung jawab sebuah pekerjaan/ jabatan di dalam suatu
instansi/ perusahaan. Ketika HRD hendak membuat job
description, gambaran pekerjaan tersebut sudah ditetapkan
sebelumnya oleh perusahaan. Sebagai contoh, job
description dari posisi sales staff adalah memperkenalkan
dan menjual produk perusahaan kepada customer dan
mempertahankan hubungan relasi bisnis yang baik. Selain
itu, sebelum membuat job description, alangkah baiknya jika
HRD melakukan job analisis terlebih dahulu agar
mendapatkan uraian yang lebih baik dan mendatangkan
kandidat yang lebih sesuai harapan. Deskripsi jabatan ini
berisi sejumlah tugas dan peran yang harus dilakukan oleh
karyawan/ pekerja tersebut sekaligus spesifikasi pekerjaan
(job specification) yang dibutuhkan untuk menjalankan
pekerjaannya. Spesifikasi ini biasanya meliputi karakteristik
29
pribadi (jenis kelamin, usia, kesehatan dan lain sebagainya),
tingkat pendidikan, pengetahuan dan keahlian serta
pengalamannya.27
Berikut contoh job description posisi sales dan
marketing:
➢ Iklan
Setelah deskripsi pekerjaan selesai dibuat, praktisi
HRD/ recruiter dapat meneruskan kebutuhan lowongan
pekerjaan menjadi suatu iklan. Pengertian iklan disini
merupakan sebuah informasi yang berisi pesan untuk
membujuk orang lain, agar tertarik pada lowongan yang
ditawarkan. Iklan lowongan pekerjaan idealnya memuat
informasi mengenai nama posisi/ jabatan yang ditawarkan,
kualifikasi calon pelamar yang dibutuhkan, tugas dan
tanggung jawab calon karyawan dan benefit/ keuntungan
yang akan diperoleh pelamar jika diterima sebagai karyawan.
Pada iklan juga wajib menyertakan alamat kantor/ email atau
alamat kemana lamaran tersebut ditujukan serta deadline
pengiriman lamaran. Iklan lowongan pekerjaan ini dapat
disebar melalui berbagai media informasi. Seperti surat
27
Peter Herriot, “Recruitment in the 90s.” (Institute of Personnel
Management, 1989).
30
kabar, majalah maupun media sosial seperti instagram,
facebook, dan lain sebagainya.28
28
M Cook, Personel Selection and Productivity (Willey, Bath, n.d.).
31
Gambar 3. 2 Contoh Iklan Posisi Marketng/Salesman
B. SELEKSI
Setelah penyeleksi/ recruiter membuat iklan lowongan
pekerjaan, biasanya akan datang banyak surat lamaran beserta
curriculum vitae (CV) yang diajukan oleh pelamar. Tahapan
selanjutnya yang akan dilakukan oleh praktisi HRD/ recruiter
32
adalah melakukan seleksi. Dengan demikian seleksi merupakan
suatu proses untuk memilih kandidat terbaik yang dapat
mengisi posisi/ jabatan yang ditawarkan. Rekrutmen dan
seleksi merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan.29
1. Metode Seleksi
29
D Margaret, Sukses Merekrut Dan Menyeleksi Karyawan (Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer, 2003).
30
M Smith, M Clegg, and D Andrews, Selection and Assessment: A New
Appraisal (Pitman, London, 1989).
33
belum memenuhi kriteria, dapat diberikan informasi bahwa
kualifikasinya belum sesuai dan memohon izin untuk
menyimpan berkas lamaran jika di lain waktu ada posisi
yang lebih sesuai bagi kandidat. Recruiter/ praktisi HRD
sekaligus bias menyampaikan terima kasih dan apresiasi bagi
pelamar yang sudah tertarik melamar di perusahaan/ instansi
tersebut.
b. Wawancara
Metode seleksi berikutnya setelah seleksi
administrasi merupakan wawancara/ interview. Wawancara
merupakan metode tanya jawab secara langsung antara
pewawancara dan pelamar. Berikut merupakan beberapa
kategori wawancara yang bisa dipilih oleh recruiter/
penyeleksi:31
1) Wawancara individual
Dalam metode ini, penyeleksi mewawancarai
seorang kandidat. Metode ini mengandung banyak jebakan
yang bersifat potensial bagi penyeleksi, tetapi cara untuk
mencegah hal tersebut adalah dengan memastikan bahwa
pertanyaan telah disusun terlebih dulu dan setiap kandidat
ditanyai pertanyaan tersebut dengan cara yang sama.
31
Ibid.
34
2) Wawancara dengan panel
Pada wawancara panel, satu orang kandidat
menghadapi lebih dari satu pewawancara. Kelebihan pada
wawancara panel, sifatnya lebih objektif karena beberapa
pewawancara dapat mendiskusikan dari berbagai penilaian
mereka. Wawancara dengan panel memiliki kekurangan
jika menggunakan kriteria yang berbeda, standar yang
berbeda, dan memiliki skoring yang berbeda. Tanpa
perencanaan dan persiapan yang memadai, sulit untuk
mendapatkan satu keputusan yang konsisten dari kriteria
karyawan. Dengan waktu yang terbatas dan tempat yang
sama, setiap pewawancara berkesempatan untuk
mengajukan pertanyaan mereka sendiri, dan dapat
menghilangkan peluang bagi pewawancara untuk meneliti
kandidat secara mendalam.
3) Wawancara terstruktur
Setiap pertanyaan dalam wawancara terstruktur
telah disusun untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk membantu keputusan seleksi. Pada wawancara
terstruktur, aitem pertanyaan biasanya bersifat umum dan
berkembang menjadi pertanyaan spesifik. Pendekatan
terstruktur ini juga merupakan peluang bagi kandidat untuk
mengajukan pertanyaan. Jenis pertanyaan yang diajukan
35
oleh setiap kandidat juga memberikan informasi mengenai
kandidat itu sendiri yang akan memberikan kontribusi
mengenai gambaran individu.
4) Wawancara berdasarkan kriteria
Wawancara berdasarkan kriteria secara langsung
terfokus pada elemen spesifikasi karyawan. Pewawancara,
struktur wawancara, dan pertanyaan diseleksi untuk
meneliti secara mendalam aspek khusus dari persyaratan
yang diperlukan untuk kinerja jabatan yang efektif. Tujuan
dari wawancara berdasarkan kriteria adalah hanya untuk
meneliti keterampilan atau kompetensi spesifik.
5) Wawancara informal
Pada wawancara informal biasanya bersifat tidak
terstruktur. Pertanyaan, waktu dan situasi didesain lebih
fleksibel dan bersifat kekeluargaan. Beberapa pewawancara
mengizinkan kandidat mengajukan tema mengenai
beragam topik sehingga terjadi diskusi antara pewawancara
dengan kandidat. Kelebihan dari metode ini adalah terjadi
interaksi sosial yang natural antara pewawancara dan
kandidat. Bagaimanapun, aspek interaksi sosial ini penting.
Aspek interaksi sosial membantu kandidat untuk
memutuskan apakah mereka kemungkinan besar akan
sesuai dengan organisasi dan dengan staf yang telah ada,
36
dan juga memungkinkan pewawancara menilai kemampuan
pelamar secara alami. Metode ini seringkali digunakan
pada organisasi “milenial”. Beberapa penyeleksi memilih
menggunakan wawancara informal di luar jam kerja, di luar
kantor dengan situasi santai. Meski demikian, disisi lain
terdapat kelemahan dari metode wawancara informal ini.
Salah satunya adalah metode ini seringkali belum efektif
untuk menilai kompetensi karyawan secara spesifik.
6) Wawancara mengenai hasil perilaku
Berasal dari bahasa Inggris Behavioral Event
Interview, tipe wawancara ini bertujuan untuk meneliti
keterampilan yang dipergunakan oleh kandidat selama
peristiwa tertentu dalam situasi tertentu. Pertanyaan pada
wawancara ini mengikuti rumus STAR, yakni singkatan
dari Situation, Task, Action dan Result. Pada pertanyaan
mengenai Situation, kandidat diminta menggambarkan latar
belakang kejadian tersebut, misalnya kapan, dimana dan
dengan siapa. Pertanyaan mengenai Task, kandidat diminta
menguraikan tugas dan tanggung jawabnya pada saat itu
serta problem/ masalah apa yang dihadapi kandidat.
Selanjutnya, pada point Action, kandidat harus menjelaskan
langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan tugas
termasuk keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah.
37
Terakhir, pada pertanyaan terkait Result, kandidat diminta
menyampaikan apa hasil dari langkah yang telah
dilakukannya atau keputusan yang dipilihnya. Berikut
merupakan beberapa contoh pertanyaannya;
Ceritakan kepada saya proyek/ tugas yang paling sulit
anda kerjakan?
● S (Situation): Kapan, dimana dan dengan siapa anda
bekerjasama menyelesaikan tugas yang sulit
tersebut?
● T (Task): Apa tugas anda dalam proyek tersebut?
● A (Action): Ceritakan kontribusi apa yang yang
anda berikan lengkap dengan langkah spesifiknya
● R (Result) : Bagaimana hasilnya? Apa dampak dari
kontribusi anda terhadap keberhasilan proyek?
Tujuannya dari tipe wawancara perilaku ini adalah
untuk membantu pewawancara menilai pengalaman
kandidat pada pekerjaan/ tugas sebelumnya, apa yang telah
dilakukan kandidat dan mampu digunakan sebagai prediksi
keberhasilan kandidat menyelesaikan tugas atau persoalan
di tempat kerja yang baru. Pertanyaan dapat didasarkan
pada aspek-aspek pekerjaan yang penting dan kandidat
diminta untuk memilih tugas yang serupa dari pengalaman
mereka sendiri. Sebagai alternatif, pengalaman yang
38
disebutkan oleh kandidat dalam formulir lamaran dapat
dipergunakan.
7) Wawancara situasional
Kebalikan dari wawancara berdasarkan perilaku,
wawancara situasional digunakan untuk memperkirakan
kandidat pada masa yang akan datang. Situasi dan tugasnya
mungkin saja belum pernah dihadapi kandidat. Pertanyaan
yang seringkali diajukan menggunakan “Bagaimana jika
anda menghadapi pekerjaan ini? Atau apa yang akan anda
lakukan jika menghadapi situasi seperti ini?”. Pertanyaan
dapat dipilih untuk merefleksikan aspek dari jabatan yang
dikenal menampilkan kesulitan yang penting untuk
keberhasilan kinerja di masa depan. Pertanyaan mengenai
aspek pekerjaan yang digunakan harus berasal dari analisis
jabatan untuk menggambarkan deskripsi jabatan dan
spesifikasi karyawan. Secara teoritis, harus menantang
tetapi realistis.
Pertanyaan harus didesain untuk memungkinkan
kandidat berpikir mengenai diri mereka sendiri ke dalam
situasi dan menggali bersama pewawancara cara menyusun
keterampilan dan pengalaman yang dimiliki.
c. Aktivitas Terstruktur
39
Alasan menggunakan aktivitas terstruktur sebagai
bagian dari proses seleksi adalah untuk meneliti area
pengetahuan dan keterampilan dalam cara yang tidak
memungkinkan dilakukan dengan wawancara. Teknik yang
bervariasi digunakan sebagai prediktor kinerja yang valid
dan dapat diandalkan. Pada aktivitas terstruktur, kandidat
dihadapkan pada serangkaian tugas/ permasalahan yang
kompleks dalam situasi pekerjaan. Kandidat diminta
menyelesaikan tugas tersebut satu persatu. Metode ini
memungkinkan kandidat untuk menunjukkan kemampuan
mereka dalam melakukan hubungan, melihat masalah,
membuat kesimpulan, dan memberikan tanggapan yang
sesuai. Secara khusus, keterampilan lain yang dapat diteliti
dengan menggunakan metode ini adalah meliputi
pengambilan keputusan, perencanaan dan pengorganisasian,
pengenalan masalah dan pemecahan masalah, keterampilan
berkomunikasi dan pendelegasian. Aktivitas ini dapat dinilai
berdasarkan jawaban tertulis dan catatan.
d. Sampel pekerjaan
Sampel pekerjaan merupakan prediktor kinerja yang
paling akurat karena kandidat dihadapkan pada situasi kerja
secara langsung dan dinilai pada saat itu juga. Untuk
mempersiapkan metode ini, alat yang digunakan untuk
40
menilai hasil aktivitas harus direncanakan untuk memastikan
terdapat konsistensi antar kandidat. Yang paling penting,
setiap kandidat harus diminta untuk melakukan sampel
pekerjaan dalam kondisi yang sama seperti kandidat yang
lain. Sebagai tambahan, harus memperhitungkan dampak
tekanan/ stresor yang sengaja dimunculkan untuk
mengetahui bagaimana respon kandidat. Meski demikian,
kemungkinan terjadi bias tetap ada karena mungkin saja
yang pernah dihadapi kandidat berbeda situasinya meski
dalam tugas yang sama.
e. Presentasi
Presentasi meneliti kemampuan kandidat untuk
mengembangkan pemikiran dan pendapat mereka dalam
forum terbuka. Presentasi memberikan peluang kepada
kandidat untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam tiga
cara:
1) Melaksanakan presentasi. Mendemonstrasikan
keterampilan berkomunikasi, seperti cara berbicara
yang jelas dan dapat dipahami, gaya penyampaian,
penggunaan bantuan, penggunaan waktu, dan lain-lain.
2) Meyakinkan pendengar. Membuat kasus dan
memberikan penjelasan, mengandung aspek seperti
struktur isi, logika penjelasan, kredibilitas dengan
41
pendengar, menarik hati pendengar, membangun
hubungan, menggunakan keterampilan untuk
mempengaruhi, dan lain-lain.
3) Mendemonstrasikan pengetahuan. Hal ini meliputi
pendapat yang masuk akal, penggunaan bukti,
kebenaran dari fakta, pemilihan tingkat pengetahuan
yang tepat untuk audiens yang tepat, dan lain
sebagainya.
Ketika menggunakan metode ini, ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan:
- Pemilihan topik presentasi
- Jumlah audiens
- Waktu presentasi
- Umpan balik/ feedback penyeleksi.
f. Studi kasus
Metode studi kasus ditujukan untuk mengenali sejauh
mana kemampuan kandidat dalam mengenali masalah dan
memprediksi kemampuan problem solving/ pemecahan
masalahnya. Bagi jabatan yang tidak terlalu menuntut
tanggung jawab, metode ini didesain untuk mengetahui cara
yang digunakan kandidat dan menganalisis informasi. Kasus
yang digunakan dalam metode ini adalah permasalahan yang
dihadapi sehari-hari pada posisi lowong tersebut.
42
Hasil dari pekerjaan pada studi kasus dapat diberikan
dalam bentuk laporan tertulis, dapat dilaporkan secara lisan
dalam suatu pertemuan atau presentasi langsung kepada
audiens/ penyeleksi. Proses yang digunakan untuk
mengkomunikasikan laporan menciptakan suatu peluang
untuk menilai keterampilan tambahan.
g. Diskusi kelompok
Metode ini dilakukan dengan cara meminta kandidat
mendiskusikan suatu topik atau masalah dalam suatu
kelompok. Diskusi kelompok dapat menjadi metode yang
efektif untuk melakukan observasi mengenai cara sebelum
memulai metode ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Menentukan terlebih dahulu keterampilan apa yang
akan diamati dari proses diskusi kandidat.
2) Pengamat harus diberikan penjelasan singkat dan
diberikan kriteria mengenai perilaku spesifik yang
diamati.
3) Alat bantu yang digunakan untuk menyusun
pengamatan dan menilai kinerja dari setiap kandidat
harus dipersiapkan terlebih dulu.
Terdapat dua bentuk diskusi kelompok, pertama adalah
diskusi kelompok terarah (focus group discussion) dan
43
kedua adalah diskusi kelompok tanpa pemimpin
(leaderless group discussion). Diskusi kelompok
terarah (focus group discussion) biasanya mengikuti
instruksi penyeleksi, lebih sering diarahkan dan
memungkinkan dipilihnya seorang pemimpin dalam
diskusi. Sementara diskusi kelompok tanpa pemimpin
(leaderless group discussion) umumnya berjalan
fleksibel, tanpa pengarahan langsung dari penyeleksi
dan tidak ditunjuk pemimpin dalam diskusi.
h. Tes Pengetahuan/ Keterampilan Pekerjaan
Tes ini bertujuan untuk meneliti keterampilan khusus
atau cakupan pengetahuan dari aspek jabatan tertentu.
Metode ini disusun dalam bentuk tertulis atau instruksi untuk
mengerjakan keterampilan tertentu. Sebagai contoh, kandidat
karyawan bagian marketing diberikan serangkaian
pertanyaan tertulis terkait teknik-teknik menjual yang efektif
dan diminta untuk mempresentasikan teknik tersebut secara
langsung kepada penyeleksi. Metode tes harus benar-benar
menguji pengetahuan dan keterampilan yang dinilai.
Menurut teori, tes harus dilaksanakan oleh seseorang yang
tidak terlibat di dalam keputusan final. Pengelolaan tes harus
konsisten dengan situasi yang kondusif.
44
i. Tes psikometrik
Tes psikometrik ini berbeda dengan tes pengetahuan
atau kecakapan pekerjaan yang dibahas pada point 8.
Terdapat beberapa tipe tes psikometrik yang berbeda yang
sering digunakan. Tes psikometrik yang paling banyak
digunakan untuk seleksi terdiri dari beberapa kategori,
yaitu:32
1) Tes kemampuan umum/ kecerdasan
Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas
individu atau potensi kecerdasan kandidat. Seperti halnya
tes kecerdasan pada umumnya, untuk kebutuhan seleksi
kandidat karyawan ini, dapat digunakan berbagai tes
kecerdasan bagi usia dewasa keatas. Hasil tes kecerdasan
dapat digunakan sebagai indikator tersendiri atau dapat
diperbandingkan dengan tabel standar. Tes harus
merefleksikan kebutuhan dari jabatan. Jika tes diseleksi
dengan hati-hati dan hasil diperbandingkan dengan standar
secara hati-hati, metode ini dapat menggambarkan
mengenai kemampuan kognitif individu. Beberapa
kemampuan yang diukur pada tes kecerdasan ini meliputi,
32
John E. Hunter and Ronda F. Hunter, “Validity and Utility of Alternative
Predictors of Job Performance,” Psychological Bulletin 96, no. 1 (1984):
72–98.
45
kemampuan memahami instruksi yang kompleks,
kemampuan mengingat, problem solving, kemampuan
bekerja dengan angka, kemampuan analisa dan lain
sebagainya. Disamping berbagai kelebihan, tes kecerdasan
ini juga memiliki beberapa kelemahan. Tes kecerdasan
dianggap belum dapat digunakan sebagai prediktor utama
untuk memprediksi kinerja yang baik dari seseorang,
Penggunaannya perlu dikombinasi dengan tes-tes lainnya.
2) Tes bakat
Tes bakat biasanya diberikan berdampingan dengan
tes kecerdasan. Pada pengukuran bakat dalam kepentingan
seleksi, kandidat akan dinilai kapasitas potensialnya untuk
belajar dan melaksanakan pekerjaan tertentu. Asumsi dasar
yang digunakan dalam tes ini adalah bahwa terdapat
korelasi antara bakat potensial seseorang dengan
keberhasilannya menyelesaikan tugas dalam waktu relatif
lebih singkat. Dengan demikian, orang yang berbakat
dalam bidang tertentu diharapkan akan lebih mampu
menjalankan pekerjaan tersebut dengan hasil lebih baik
dibandingkan dengan orang lain yang tidak berbakat.
Beberapa rangkaian tes yang digunakan untuk mengukur
bakat seseorang antara lain; tes kemampuan verbal,
kemampuan numerik, kemampuan berpikir rasional dan
46
kemampuan spasial. Dalam seleksi calon arsitek atau
insinyur sipil misalnya, tes kemampuan spasial dan
kecepatan persepsi bisa digunakan untuk melihat potensi
bakatnya bekerja dalam bidang arsitektur. Sementara untuk
accounting, dapat digunakan tes kemampuan numeric yang
dipadankan dengan tes kemampuan berpikir rasional dan
tes lain yang mendukung.
3) Tes minat
Tes minat dalam Psikologi umumnya digunakan
untuk mengukur seberapa tinggi preferensi/ kesukaan
seseorang terhadap bidang pekerjaan tertentu. Penggunaan
tes ini didasari oleh asumsi bahwa terdapat korelasi antara
minat individu dengan loyalitasnya terhadap bidang
pekerjaan yang digelutinya. Dengan demikian, jika seorang
kandidat memiliki minat yang tinggi terhadap pekerjaan
yang ditawarkan maka ia cenderung akan loyal terhadap
pekerjaan tersebut. Loyalitas diharapkan akan
memunculkan dedikasi yang tinggi dan menunjang
kesuksesan kinerja individu tersebut. Permasalahan yang
seringkali dihadapi dalam penggunaan tes minat untuk
kepentingan seleksi adalah respon individu yang tidak
selalu jujur mengenai minatnya terhadap pekerjaan
tersebut.
47
4) Tes sikap kerja
Dalam kepentingan seleksi, beberapa tes dianggap
bisa memprediksi bagaimana sikap kerja kandidat. Diantara
sikap kerja tersebut adalah kecepatan kerja, ketelitian kerja,
ketahanan kerja dan stabilitas hasil kerja. Tes sikap kerja
ini biasanya dikombinasi dengan tes bakat, kecerdasan dan
kepribadian seseorang untuk melihat dinamika psikologis
kandidat.
5) Tes Kepribadian
Tes kepribadian untuk kepentingan seleksi
bertujuan untuk memprediksi karakteristik kepribadian
kandidat. Dalam Psikologi, bentuk tes kepribadian terdiri
dari dua tipe, yakni inventori dan proyektif.
Tes inventori merupakan self report questionnaire, untuk
menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat
(interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Pada
tes inventori, kandidat diberikan stimulus yang jelas berupa
pertanyaan/ pernyataan dalam kuesioner yang direspon
dalam bentuk pernyataan sikap atau intensitas perilaku.
Sedangkan tes inventori adalah yang stimulasinya relatif
ambigu (tidak jelas). Berdasarkan cara subjek menanggapi
stimulus tersebut, tester dapat memprediksi dan
menyimpulkan motif dan emosi yang melandasi
48
persepsinya. Contoh tes proyektif yang sering digunakan
dalam seleksi adalah tes Grafis (Draw a person, Baumm
test dan HTP atau singkatan House Tree and Person test).
Kelemahan dari tes kepribadian, khususnya tes inventori
dalam proses seleksi diantaranya adalah kecenderungan
faking good yang ditampilkan kandidat. Faking good
adalah kecenderungan kandidat untuk menampilkan
jawaban yang positif, karena ia memprediksi bahwa
jawaban itu yang normatif dan sesuai dengan harapan
penyeleksi. Sebagai contoh pertanyaan mengenai seberapa
ketahanan kerja seseorang dalam menghadapi tekanan
kerja, maka ia akan cenderung menjawab bahwa ia
memiliki ketahanan kerja dalam segala situasi penuh
stresor. Jawaban itu ia berikan tidak secara jujur, karena ia
memprediksi bahwa hanya kandidat dengan ketahanan
kerja tinggi yang akan diterima bekerja di tempat tersebut.
Untuk mengantisipasi kelemahan tes kepribadian ini
sebaiknya digunakan kombinasi tes lain dan metode
lainnya dalam proses seleksi kerja.
j. Metode Referensi
Metode referensi merupakan pemberian referensi
(disarankan, dipertimbangkan atau tidak disarankan)
berdasarkan pengalaman berinteraksi antara pemberi
49
referensi dengan pelamar/ kandidat karyawan. Pemberi
referensi biasanya adalah orang yang cukup paham
bagaimana kinerja masa lalu pelamar dan lama berinteraksi
dengan pelamar, seperti mantan atasan, rekan kerja, dosen
pembimbing akademik, dosen pembimbing tugas akhir/
skripsi dan lain sebagainya. Meski bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan, penggunaan referensi secara tunggal dalam
proses seleksi memiliki validitas prediktif yang rendah.
Permasalahan subjektif/ bias penilaian seringkali ditemukan
dalam metode ini. Untuk itu disarankan mengkombinasikan
metode ini dengan beberapa metode yang lain sesuai dengan
tujuan seleksi.
C. Tahapan Seleksi
Berdasarkan uraian metode seleksi di atas, penyeleksi/ recruiter
perlu membuat perencanaan tahapan seleksi yang akan
dilakukan. Hal yang seringkali menjadi pertanyaan adalah
metode apa yang lebih awal dipilih? Mana yang duluan
wawancara atau psikotes? dan berbagai pertanyaan lain yang
sering dijumpai berkaitan dengan tahapan seleksi.33 Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, dapat diperhatikan dari bagan/
Flowchart di bawah ini
33
Cook, Personel Selection and Productivity.
50
Gambar 3. 3 Alur Seleksi Secara Umum
52
psikotes terlebih dahulu adalah karena percaya bahwa potensi
kandidat lebih tergali melalui metode ini. Kandidat yang telah
lulus psikotes adalah calon karyawan yang potensial dan
berhak untuk mengikuti tahap interview. Disisi lain, kelemahan
dari tahapan ini adalah biaya psikotest yang lebih tinggi dari
metode wawancara. Apalagi jika di perusahaan/ instansi
tersebut belum ada psikolog yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan psikotes, sehingga harus menghire dari luar
perusahaan. Sementara itu, pada bagan yang kedua, metode
wawancara dipilih lebih awal dari psikotest. Hal ini karena
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti efisiensi waktu
dan biaya serta ketersediaan SDM bidang psikologi untuk
melaksanakan psikotes.34
D. Keputusan Seleksi
Tahapan akhir dari proses seleksi adalah menentukan
kandidat yang diterima dan ditolak dalam suatu lowongan
pekerjaan. Untuk mendukung tahapan ini ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan, yakni:35
34
F L Schmidt and J E Hunter, “Development of a General Solutation to the
Problem of Validity Generalisation,” Journal of Applied Psychology (n.d.):
529–540.
35
Cook, Personel Selection and Productivity.
53
1. Informasi faktual yang diberikan kandidat, baik dalam
lamaran dan sebagai hasil perilaku mereka.
2. Fakta yang diobservasi oleh penyeleksi –apa yang
mereka lihat, dengar, dan rasakan mengenai kandidat.
3. Informasi yang diberikan kepada penyeleksi dari pihak
lain, misalnya dari penilai lain (dalam sesi panel),
pemberi referensi dan pelaksana observasi.
Prestasi
Gelar X X
Pengalam
an
54
Supervisi X X X
Penelitian X X X X
Keterampi
lan
Komunikas X X X X
i
Pengambil X X X
an
keputusan
Keahlian
Kerja sama X X X
kelompok
Berdaya X X X X
guna
Lingkunga X X X
n
55
kandidat yang tidak dinyatakan lulus dalam suatu tahapan
maka secara otomatis tidak akan diikutsertakan dalam tahapan
berikutnya. Berikut adalah contoh skema yang dapat dibuat
dalam pengambilan keputusan hasil seleksi.
Tabel 3 Skema Pengambilan Keputusan dalam Seleksi
Ya
Ya
Keterampilan:
Ya
Ya
56
Keahlian:
Ya
ANGKAT
E. Penempatan/ Placement
Penempatan (placement) adalah tindak lanjut dari
seleksi, yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima
(lulus seleksi) pada jabatan/ pekerjaan yang membutuhkannya
dan mendelegasikan wewenang kepada orang tersebut. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam proses penempatan adalah:36
1. Karyawan yang akan menempati pekerjaan tersebut
perlu diberikan gambaran pekerjaan termasuk job
description dan target yang harus dicapainya, budaya
perusahaan dan nilai yang dianut dalam perusahaan
tersebut.
2. Karyawan baru juga harus diperkenalkan kepada
karyawan lain terutama rekan yang akan bekerjasama
36
Margaret, Sukses Merekrut Dan Menyeleksi Karyawan.
57
dengannya, atasannya langsung dan tidak langsung
serta staf/ bawahannya jika ia berada dalam posisi
pemimpin.
3. Karyawan baru menandatangani perjanjian kerja dan
perlu dijelaskan bagaimana konsekuensi (baik reward
maupun punishment) juga konsekuensi hukum terkait
perjanjian kerja tersebut.
4. Jika terdapat masa orientasi/ training atau masa
percobaan/ probation, karyawan baru perlu diberikan
penjelasan lengkap terkait masa orientasi ini. Berapa
lama masa training atau masa percobaannya, apa yang
bisa dilakukan dan yang sebaiknya dihindari pada masa
percobaan ini, apa kewajiban dan hak-hak karyawan
baru dalam masa orientasi ini.
58
BAB IV
37
Angelo Kinicki and Mel Fugate, Organizational Behaviour (A Practical,
Problem Solving Approach), 2th ed. (New York: McGraw-Hill, 2018).
59
dengan spesialisasi keterampilan yang saling melengkapi untuk
merealisasikan tujuan bersama disebut dengan team.38
1. Kelompok formal
39
P. Stephen Robbins and A. Timothy Judge, Organizational Behaviour
(United States: Pearson Education, 2013).
60
yaitu command group dan task group. Command group
ditentukan oleh bagan organisasi, terdiri dari bawahan yang
melapor langsung kepada penyelia tertentu. Hubungan
otoritas antar departemen manajer dan supervisor atau
antara perawat senior dan bawahannya mencontohkan
kelompok komando. Task group adalah sebuah kelompok
tugas terdiri dari karyawan yang bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Tugas dan
interaksi yang diperlukan ini memfasilitasi pembentukan
kelompok tugas.40
2. Kelompok Informal
40
James Gibson et al., Organizations Behavior, Structure, Processes, 14th
ed. (New York: McGraw-Hill, 2012).
61
yang sama dapat berafiliasi untuk mencapai beberapa
tujuan bersama. Tujuan kelompok tersebut tidak terkait
dengan tujuan organisasi tetapi khusus untuk setiap
kelompok. Karyawan bersatu padu untuk menunjukkan
kesatuan kepada manajemen untuk mendapatkan lebih
banyak manfaat dan pelayan yang mengumpulkan pendapat
mereka adalah contoh kelompok kepentingan. Friendship
group atau kelompok persahabatan adalah kelompok yang
terbentuk karena anggotanya memiliki kesamaan, seperti
usia, jenis kelamin, keyakinan politik, keinginan untuk
bermain olahraga yang sama, atau latar belakang etnis.
Kelompok persahabatan ini memperluas interaksi dan
komunikasi mereka kepada kegiatan di luar pekerjaan.41
41
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
62
yang bekerja di area pabrik atau kantor yang sama atau manajer
dengan kantor yang berdekatan satu sama lain kemungkinan
besar akan membentuk kelompok daripada mereka yang tidak
berada dalam satu lokasi kerja yang sama.42
42
Fred Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach),
12th ed. (McGraw-Hill, 2011).
43
Ibid.
63
Gambar 4.G1 Elemen dalam Pembentukan Kelompok
a
m
b
Salah satu konsep
a yang lebih komprehensif adalah teori
r
keseimbangan klasik Theodore Newcomb tentang
E
pembentukan kelompok.
l Teori ini menyatakan bahwa orang-
e
orang tertarik satu msama lain atas dasar sikap yang sama
e
terhadap objek dan tujuan
n yang umumnya relevan. Gambar di
atas menunjukkan keseimbangan
d ini atau Individu X akan
a
berinteraksi dan membentuk
l hubungan/ kelompok dengan
a
individu Y karena mkesamaan sikap dan nilai (Z). Setelah
hubungan ini terbentuk,
P para partisipan berusaha untuk
e
menjaga keseimbangan
m simetris antara ketertarikan dan sikap
b
umum. Jika terjadi ketidakseimbangan,
e dilakukan upaya untuk
n
mengembalikan keseimbangan
t tersebut. Apabila keseimbangan
u
tidak dapat dijaga, maka
k hubungan itu akan berakhir. Hal ini
a
n
64
K
e
l
o
menunjukkan kedekatan dan interaksi memainkan peran dalam
teori keseimbangan.44
G
Gambar 4. 2 Tahap Pembentukan Kelompok
a
m
44 b
V.G Kondalkar, Organizational Behaviour (New Delhi: New Age
a
International, 2007).
r
P
e
m
1. Tahap 1 Forming: Dalam tahap ini anggota kelompok
cenderung tidak pasti dan cemas tentang hal-hal yang
tidak diketahui seperti peran mereka, orang yang
bertanggung jawab dalam kelompok, dan tujuan
kelompok. Tahap forming terjadi rasa saling percaya
rendah, dan banyak yang menahan diri untuk melihat
siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana cara
melaksanakan pekerjaan. Kondisi ini membuat
munculnya konflik dalam kelompok. Adanya konflik
ini bermanfaat dalam tahap awal pembentukan
kelompok.
2. Tahap 2 Storming: Tahap storming merupakan tahap
pengujian. Pada tahap ini mulai muncul perbedaan
pendapat dan pemahaman terkait kondisi yang ada
dalam kelompok. Di tahap storming, konflik telah
muncul ke permukaan dan terkadang menimbulkan
ketidakstabilan dalam organisasi.
3. Tahap 3 Norming: kelompok yang telah berhasil
melewati tahap storming berarti telah mampu
menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Kemudian di
tahap norming ini, setiap anggota membentuk
kesepakatan bersama di dalam kelompok. Kesepakatan
ini berupa pembagian tugas dan peran di dalam
66
kelompok. Adanya semangat dalam kelompok telah
dirasakan karena anggota percaya bahwa mereka telah
menemukan peran yang tepat. Pada tahapan norming
telah terjadi group cohesiveness atau kekompakan
dalam kelompok. Kekompakan kelompok, yang
didefinisikan sebagai "perasaan kita" yang mengikat
anggota kelompok bersama-sama dan telah memiliki
tujuan sama.
4. Tahap 4 Performing: Aktivitas selama tahap vital ini
difokuskan pada pemecahan masalah tugas, setiap
anggota saling berkontribusi untuk menyelesaikan tugas
yang ada dalam kelompok. Tahap ini sering ditandai
dengan iklim komunikasi yang terbuka, kerjasama yang
kuat, dan banyak perilaku tolong-menolong. Konflik
dan perselisihan ditangani secara konstruktif dan
efisien. Kekompakan dan komitmen pribadi terhadap
tujuan kelompok membantu kelompok tujuan bersama.
5. Tahap 5 Adjourning : Pada tahap ini, tujuan dan target
kelompok telah terlaksana. Pada tahap ini setiap
anggota kelompok telah menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya dalam kelompok tersebut. Di tahap
ini biasanya ditandai dengan perayaan atas keberhasilan
kelompok. Setelah melewati tahap ini, kelompok dapat
67
membubarkan diri dan bergabung ke kelompok lain
untuk merealisasikan tujuan lainnya.
46
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
47
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
68
Peran dalam kelompok dapat dibedakan menjadi dua
yaitu task role dan maintenance role. Task role berfokus
kepada realisasi tujuan dan target kelompok. Maintenance role
berfokus kepada fungsi pemeliharaan dan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok. Setiap anggota dapat
memerankan lebih dalam satu peran dalam satu waktu. Peran
yang dimiliki oleh setiap anggota dapat berubah sesuai dengan
dinamika kelompok yang ada.48 Setiap kelompok perlu
memiliki anggota yang menjalankan task role dan juga
maintenance role. Hal ini berarti dalam setiap kelompok harus
ada pembagian peran. Kondisi ini sangat diperlukan agar
kelompok dapat memiliki performa optimal dalam proses
realisasi target.
48
Ibid.
69
Gambar 4. 3 Peran Anggota Kelompok sebagai Task Role
70
E. Norma dalam Kelompok
Kelompok kerja terdiri dari banyak anggota, masing-
masing anggota memainkan peran yang berbeda, tetapi semua
anggota harus mematuhi aturan kelompok tertentu. Norma
adalah aturan yang diadopsi kelompok untuk menunjukkan
perilaku yang pantas dan tidak pantas bagi anggota. Norma
kelompok dapat diformalkan sebagai aturan kerja tertulis,
tetapi biasanya bersifat informal dan tidak tercatat. Norma
dapat mengatur aktivitas kerja apa pun, termasuk langka-
langka seseorang harus melakukan pekerjaan, cara berpakaian
yang tepat, topik yang dapat diterima untuk percakapan
kelompok, dan bahkan tatanan duduk ketika berada di dalam
kelompok.49
49
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
71
berbeda memiliki norma yang berbeda, tetapi mereka semua
memilikinya. Norma dapat mencakup hampir semua aspek
perilaku kelompok. Mungkin yang paling umum adalah norma
kinerja, memberikan petunjuk eksplisit tentang seberapa keras
anggota harus bekerja, tingkat output apa yang seharusnya,
bagaimana menyelesaikan pekerjaan, tingkat keterlambatan apa
yang sesuai, dan sejenisnya.50
50
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
51
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
72
tersebut memainkan peran penting dalam mengatur setiap
kegiatan kelompok dan dalam membantu anggota kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, norma dan, sampai
batas tertentu, peran memberikan beberapa landasan bagi
budaya organisasi perusahaan.52
52
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
73
4. Problem solving. Problem solving atau penyelesaian
masalah menjadi kebiasaan dan kegiatan sehari-hari di
dalam tim. Permasalahan yang muncul dalam
organisasi menjadi tantangan untuk pengembangan tim.
Becomes a way of life, not a part-time activity.
5. Effectiveness. Efektivitas di dalam tim diukur dari
keberhasilan anggota tim secara keseluruhan.
Efektivitas dapat dilihat dari ketercapaian target produk
atau layanan yang disediakan oleh tim.
53
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
74
Tabel 4 Kompetensi Perilaku Anggota Tim
4. Mengharapkan ⮚ Mengharapkan
pekerjaan berkualitas keberhasilan tim
tinggi ⮚ Mendorong tim
menghasilkan
pekerjaan
berkualitas tinggi
76
Terdapat tiga aspek yang perlu dimiliki oleh setiap
anggota dalam tim. Aspek tersebut adalah komitmen,
kolaboratif dan kompetensi. Tiga aspek tersebut adalah kriteria
minimum yang perlu dimiliki masing-masing anggota dalam
tim. Hal yang utama dalam menjadi anggota pada sebuat tim
adalah adanya tindakan serta kontribusi nyata terhadap tim
tersebut. Pada praktiknya, seorang anggota tim yang
menerapkan komitmen, kolaboratif dan kompetensi akan
sangat berbeda tindakannya jika dibandingkan dengan anggota
yang tidak memiliki tiga aspek tersebut.
G. Jenis-Jenis Tim
Organisasi yang menjadi lebih kompleks, demikian
juga jenis tim. Kita dapat membedakan tim secara umum
dengan karakteristik tertentu, seperti:54
1. Tujuan tim.
2. Durasi keberadaan tim.
3. Tingkat komitmen anggota.
54
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
77
tim olahraga profesional. Prioritas utama tim adalah
memenangkan pertandingan. Setiap anggota yang ada dalam
tim ini berfokus kepada satu tujuan dari tim.
Tim Proyek. Tim proyek dikumpulkan untuk
mengatasi masalah, tugas, atau proyek tertentu. Bergantung
pada tujuannya, durasinya dapat sangat bervariasi, dari satu
pertemuan hingga bertahun-tahun. Misalnya, atasan Anda
dapat membentuk tim untuk bertukar pikiran tentang ide-ide
untuk menghasilkan lebih banyak bisnis dengan tujuan tertentu
pelanggan. Tim proyek ini mungkin dibatasi hanya untuk satu
pertemuan, baik virtual atau tatap muka.
Tim Lintas Fungsi. Tim lintas fungsi dibuat dengan
anggota dari berbagai disiplin ilmu dalam organisasi, seperti
keuangan, operasi, dan R&D. Tim lintas fungsi dapat
digunakan untuk tujuan apapun, mereka dapat berupa tim kerja
atau proyek, dan mereka mungkin memiliki durasi yang
pendek atau tidak terbatas. Pengembangan produk baru adalah
area di mana banyak organisasi menggunakan tim lintas fungsi.
Self managed team. Tim yang dikelola sendiri adalah
kelompok pekerja yang memiliki pengawasan administratif
atas domain pekerjaan mereka sendiri. Pengawasan
administratif terdiri dari kegiatan seperti perencanaan,
penjadwalan, pemantauan, dan penempatan staf. Ini biasanya
78
dilakukan oleh manajer, tetapi dalam tim yang dikelola sendiri,
karyawan bertindak sebagai penyelia mereka sendiri. Tim yang
dikelola sendiri memiliki tujuan yang ditentukan dan durasinya
dapat bervariasi, seiring dengan tingkat komitmen anggota.
Tim lintas fungsi, pekerjaan, dan proyek semuanya dapat
dikelola sendiri.
Tim Virtual. Tim virtual bekerja bersama dari waktu
ke waktu melalui media elektronik untuk menggabungkan
upaya dan mencapai tujuan bersama. Tim virtual memiliki
anggota yang tersebar di berbagai wilayah. Hal ini memberikan
banyak manfaat potensial seperti mengurangi biaya perawatan
kantor, kemampuan untuk memanfaatkan beragam
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lintas geografi dan
waktu, kemampuan untuk berbagi pengetahuan terkait kondisi
pasar yang beragam. Fleksibilitas yang sering diberikan oleh
tim virtual juga dapat mengurangi konflik kehidupan kerja bagi
karyawan. Kondisi ini menjadi pertimbangan bagi beberapa
pengusaha bahwa tim virtual menjadi salah satu cara untuk
menarik karyawan dan mempertahankan bakat.
H. Disfungsi dalam Kelompok
1. Social Loafing
Disfungsi lain yang baru-baru ini diakui terkait
dengan kelompok dan tim disebut kemalasan sosial atau
79
social loafing. Masalah ini terjadi ketika anggota
mengurangi upaya dan tingkat kinerja mereka ketika
bertindak sebagai bagian dari kelompok. Penyebab utama
termasuk kurangnya umpan balik kinerja dalam kelompok,
tugas-tugas yang tidak memotivasi secara intrinsik, situasi
di mana kinerja orang lain akan menutupi upaya yang
berkurang yang diberikan oleh beberapa anggota, dan tidak
ingin melakukan lebih dari yang diharapkan. Persepsi usaha
yang diberikan oleh orang lain.55
55
Gibson et al., Organizations Behavior, Structure, Processes.
56
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
80
2. Groupthink
Disfungsi kelompok kepada tim yang sangat kohesif
disebut dengan istilah groupthink. Groupthink didefinisikan
sebagai kemunduran efisiensi mental, pengujian realitas,
dan penilaian moral yang dihasilkan dari tekanan
kelompok. Pada dasarnya, hasil pemikiran kelompok dari
tekanan pada anggota individu untuk menyesuaikan dan
mencapai konsensus. Kelompok dan tim yang menderita
groupthink sangat bertekad untuk mencapai konsensus
sehingga tidak ada penilaian yang realistis terhadap
tindakan dalam membuat suatu keputusan.57
57
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
58
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
81
Tabel 5 Ciri-Ciri dari Perilaku Groupthink
82
Sebagai anggota kelompok merasa lebih menyenangkan
untuk berada dalam kesepakatan kelompok. Anggota kelompok
akan menjadi lebih tenang ketika menjadi bagian positif
daripada memiliki pendapat yang berlawanan dengan
kelompok. Dalam groupthink, konflik sangat ditekan dan
diminimalisir. Anggota kelompok menolak adanya perbedaan
pendapat dan berusaha untuk mengedepankan suara utama.59
59
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
60
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
83
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
A. Pengertian Organisasi
Menurut perspektif desain, organisasi adalah sistem
kegiatan atau kekuatan yang dikoordinasikan secara sadar dari
dua orang atau lebih. Desain organisasi terwujud dalam empat
aspek yaitu upaya untuk koordinasi, tujuan yang selaras,
pembagian kerja, dan rantai komando:61
61
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
84
melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat.
Secara historis, para manajer telah mempertahankan
integritas hirarki wewenang dengan berpegang pada
prinsip kesatuan komando. Kesatuan prinsip komando
menetapkan bahwa setiap karyawan harus melapor
hanya untuk satu manajer.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi berkaitan dengan pengaturan posisi
dalam sebuah organisasi serta hubungan antara wewenang dan
tanggung jawab antara anggota organisasi. Hal ini berarti
bahwa dalam sebuah organisasi setiap anggota organisasi
memiliki peran dan tanggung jawab tertentu. Adanya struktur
organisasi mengatur bagaimana hubungan koordinasi antar
setiap posisi jabatan dalam organisasi.62
62
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
63
Kondalkar, Organizational Behaviour.
85
1. Struktur tersebut harus menetapkan hierarki pelaporan
formal mulai dari tingkat pekerja terendah hingga
tingkat tertinggi dewan direksi sesuai kasusnya.
2. Pengelompokan kegiatan yang identik dalam satu
departemen sehingga peralatan, mesin, proses dan
keahlian dapat dikembangkan di satu tempat di bawah
bimbingan satu kepala departemen. Jika departemen
menjadi berat maka organisasi identik dari dua atau
lebih departemen dapat disusun dengan kebijakan
pelaporan formal yang ditetapkan.
3. Koordinasi berbagai kegiatan ditetapkan dan wewenang
koordinasi ditentukan secara spesifik.
4. Tujuan individu, kelompok dan departemen harus
ditetapkan dengan kerangka waktu tertentu.
Pemantauan tujuan sangat penting.
5. Senioritas antar kepala departemen pada umumnya
merupakan titik konflik organisasi sehingga hubungan
lateral dan vertikal dengan mengacu pada senioritas
harus dituangkan dalam kebijakan atau tata tertib
organisasi.
6. Perintah, kebijakan, prosedur, latihan, aturan dan
regulasi secara mendasar harus dimiliki dalam sebuah
organisasi. Ini harus ditetapkan secara rinci. Tugas
86
masing-masing dan setiap aspek mengurangi masalah
operasi.
64
Ibid.
87
Gambar 5. 1 Contoh Struktur Organisasi Mekanistik
\
*
memperkenalkan struktur organisasi birokrasi adalah Max
Weber. Menurut Weber, birokrasi sebagai bentuk ideal dari
struktur organisasi. Sistem ini didasarkan pada logika,
urutan pendelegasian tugas yang sistematis. Sistem
memiliki kebijakan, aturan, peraturan yang terperinci.
Birokrasi
G Weber telah banyak dikritik karena
a
memiliki karakteristik
m disfungsional,66 yaitu:
b
a. Modelnya
a sangat kaku, yang menciptakan ketidak
r
fleksibelan dalam organisasi.
C
b. Birokrasi
o menekankan pada aturan dan regulasi
n
yang
t cenderung menjadi tujuan utama dalam proses
o
kerja.
h Hal ini dapat menghambat penyelesaian
pekerjaan.
S
t
r
66
u
Kondalkar, Organizational Behaviour.
k
t
u 89
r
O
r
c. Birokrasi mengarah kepada politik dalam suatu
organisasi. Sistem ini cenderung melayani
kepentingan segelintir orang elit.
d. Adanya spesialisasi dalam model birokrasi
cenderung mengabaikan kepentingan umum dari
karyawan.
e. Model tersebut merugikan pertumbuhan pribadi
karena tuntutan yang tinggi pada individu untuk
menyesuaikan diri dengan sistem yang kaku.
f. Modelnya bersifat mekanis. Model ini hanya cocok
untuk organisasi besar di mana perubahan yang
terjadi lambat. Model tidak dapat
memvisualisasikan kebutuhan individu sehingga
tidak dapat mengeksplorasi potensi individu.
g. Tidak ada pertimbangan untuk hubungan antar
pribadi dan timbal balik. Model ini sangat kaku.
2. Struktur Organisasi Organik
Struktur organisasi organik dapat berubah
karena faktor lingkungan seperti teknologi, perubahan
pasar dan pengembangan produk. Sebagai contoh
industri perangkat lunak (software) komputer. Dalam
struktur seperti itu otoritas didelegasikan ke berbagai
tingkat fungsional hingga ke individu. Pengambilan
90
keputusan terdesentralisasi dipraktikkan yang
memungkinkan orang untuk membuat keputusan
mereka sendiri berdasarkan lingkungan dan bahwa
mereka tidak perlu menunggu perintah atasan. Pada
bentuk ini, bentuk pelaporan pekerjaan sangat fleksibel.
Setiap anggota organisasi diberikan otonomi untuk
menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Struktur
organik sangat dinamis dan lebih cepat beradaptasi
dengan kebutuhan lingkungan.67
Tabel 6 Perbedaan Organisasi Mekanik dan Organik
67
Ibid.
91
Rentang manajemen yang Rentang manajemen
sempit yang luas
Struktur organisasi tinggi Struktur organisasi datar
dengan jumlah tingkatan dengan beberapa
organisasi tingkatan
Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan
terpusat yang terdesentralisasi
G
a
m
b
a
r
92
P
e
r
b
D. Konsep Penting dalam Struktur Organisasi
Struktur organisasi harus dibentuk dengan
mempertimbangkan tujuan organisasi yang ingin dicapai.
Struktur organisasi vertikal menunjukkan antara lain garis
wewenang dan kesatuan prinsip komando manajemen. Struktur
organisasi horizontal bisa sederhana atau kompleks. Itu akan
tergantung pada kompleks dan sifat tingkat pekerjaan dan
intensitas integrasi. Oleh karena itu marilah kita mempelajari
beberapa konsep penting yang berkaitan dengan struktur
organisasi.
1. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah sejauh mana otoritas
pengambilan keputusan terkonsentrasi di puncak hirarki
organisasi. Dalam organisasi yang sangat tersentralisasi,
kekuatan pengambilan keputusan dipegang teguh oleh
tingkat atas organisasi. Desentralisasi adalah proses
pengambilan keputusan kekuasaan dari tangan tingkat atas
dan mendistribusikan sebagian ke tingkat yang lebih
rendah.68
68
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
93
Charlisle menyarankan pedoman berikut untuk
menentukan apakah harus ada sentralisasi atau
desentralisasi.69
94
tepat. Jika di sisi lain karyawan tidak cukup terlatih,
sentralisasi cocok.
e. Komunikasi: Jika komunikasi antara manajemen dan
karyawan efisien, maka desentralisasi
direkomendasikan. Ini akan memungkinkan masalah
memecahkan dan memberikan rasa otonomi di antara
para pekerja.
f. Jangka waktu: Jika sifat pekerjaan sedemikian rupa
sehingga produksi didasarkan pada jadwal waktu,
maka desentralisasi direkomendasikan karena
melibatkan pengawasan sendiri.
95
diizinkan untuk membuat keputusan mengenai pemilihan
rasa es krim, iklan, dan personal.
Organisasi terpusat memiliki keuntungan dari
keseragaman, yang berarti bahwa setiap toko harus
beroperasi dengan beberapa tingkat kualitas dan efisiensi
rata-rata. Namun, struktur ini dapat membatasi kemampuan
masing-masing toko untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan khusus. Misalnya, seorang manajer toko dalam
rantai terpusat mungkin mengeluh bahwa tokonya memiliki
personel khusus dan kebutuhan periklanan yang tidak
dipertimbangkan oleh pengambil keputusan perusahaan.
Dalam perusahaan yang terdesentralisasi, setiap toko dapat
membuat keputusannya sendiri, tetapi ini bisa menjadi
bumerang jika manajer toko membuat keputusan yang
buruk atau kurang informasi. Satu studi menemukan bahwa
karyawan merasa bahwa mereka diperlakukan lebih adil
oleh organisasi dengan desentralisasi, sebagai lawan dari
struktur terpusat.
2. Formalisasi
Struktur organisasi dibentuk dan ditampilkan
dengan berbagai cara. Bagan organisasi umumnya
digunakan untuk memberikan gambaran organisasi secara
sekilas. Mereka menunjukkan tingkat otoritas, hubungan
96
(karena terkait dengan tugas dan tanggung jawab masing-
masing). Penggambaran bagan organisasi adalah penting.
Bagian paling penting adalah proses berfungsinya, tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing individu
dalam organisasi. Ini terkandung dalam 'perintah tetap'
organisasi. Perintah tetap adalah instruksi tertulis yang
mendasar dari organisasi.
Kebijakan adalah pedoman umum yang harus
diperhatikan oleh seorang manajer dalam melakukan
pekerjaannya. Pedoman dapat diubah dengan
mempertimbangkan situasi pada waktu tertentu. Misalnya,
mungkin ada kebijakan dalam suatu organisasi di mana
setiap individu diharuskan menjalani pelatihan penyegaran
selama empat minggu dalam setahun. Tapi durasinya bisa
dikurangi atau bisa ditambah jika situasinya menuntut.
Kebijakan menetapkan parameter luas di mana pekerjaan
dilakukan oleh individu untuk mencapai seluruh tujuan
organisasi.70
Aturan adalah kode etik yang ditentukan, yang
harus diikuti oleh setiap individu dalam organisasi. Aturan
adalah bentuk instruksi yang kaku seperti aturan cuti. Jika
70
Ibid.
97
seorang individu memanfaatkan lebih banyak jumlah hari
cuti daripada yang ditentukan, ia akan dikenakan
pengurangan hukuman. Prosedur adalah instruksi tertulis
tentang bagaimana suatu pekerjaan dilakukan, apa yang
terlibat dan urutan yang harus dilakukan. Prosedur jalur
perakitan atau prosedur penanganan keluhan adalah
beberapa contoh penting yang ditetapkan oleh organisasi.
Dapat dicatat bahwa perintah tetap, kebijakan, aturan dan
prosedur harus dirancang dengan hati-hati dengan
mempertimbangkan budaya kerja dalam organisasi. Akan
lebih baik jika ini diberikan ke dalam bentuk singkat
kepada karyawan lebih disukai dalam bahasa yang mereka
mengerti. Ini akan membantu kelancaran fungsi
organisasi.71
3. Standarisasi
Standardisasi melibatkan pekerjaan yang berulang
dan rutin. Pekerjaan diformalkan sehingga setiap individu
dapat melakukan pekerjaan standar seperti itu tanpa
pelatihan tambahan. Sedikit pengarahan/ penjelasan
mungkin diperlukan. Dalam organisasi manufaktur,
pembuatan berbagai suku cadang standar adalah fenomena
71
Ibid.
98
umum. Belakangan ini standarisasi proses menjadi penting.
Misalnya "pelatihan induksi", di mana paket instruksi
standar diberikan kepada pendatang baru dalam organisasi.
Proses tersebut berbentuk Standar Operasional Prosedur
(SOP). SOP berkaitan dengan pendekatan standar terhadap
pekerjaan tertentu, mungkin prosedur penerimaan atau
prosedur pengiriman untuk seorang karyawan. SOP juga
menetapkan siapa yang akan memimpin jika pemegang
jabatan tetap mendapat cuti panjang, kursus atau
penempatan permanen.72
4. Spesialisasi
Ketika semua kegiatan terkait disatukan dalam
departemen tertentu, pembagian kerja terjadi. Setiap
departemen berusaha untuk mengkhususkan diri dalam
pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Individu
mencapai keahlian ketika dia melakukan pekerjaan yang
sama berulang-ulang. Prinsip kesatuan arah harus dicapai
ketika pekerjaan dipecah dalam kompartemen kecil untuk
mencapai spesialisasi. Seseorang yang melakukan
pekerjaan yang sama dalam jangka waktu yang lama
cenderung mencapai kebosanan, yang harus dihindari
72
Gibson et al., Organizations Behavior, Structure, Processes.
99
dengan merotasinya dalam departemen pada pekerjaan
yang sama. Variasi diperlukan untuk dicapai untuk
kepuasan kerja yang lebih tinggi. Di departemen penelitian
dan pengembangan, pekerjaan tidak didefinisikan dengan
baik. Meskipun ada spesialis yang ditugaskan untuk
melakukan pekerjaan itu, tidak didefinisikan secara
memadai, karena tidak dapat dipecah dengan cara yang
telah ditentukan sebelumnya. Pembagian prinsip kerja
karena itu tidak berlaku di departemen R dan D sampai
batas yang diinginkan.73
E. Desain Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik memfasilitasi hal-hal
berikut74:
73
Kondalkar, Organizational Behaviour.
74
Ibid.
100
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Oleh
karena itu perlu dibentuk struktur yang ideal yang akan
memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
2. Kegiatan yang identik dikelompokkan bersama untuk
memfasilitasi fungsi yang efisien dan pencapaian hasil.
Oleh karena itu, struktur organisasi diperlukan untuk
integrasi kegiatan yang beragam.
3. Waktu mesin yang menganggur harus dihindari,
kapasitas dimanfaatkan sepenuhnya dan operasi
produksi khususnya dan fungsi-fungsi lainnya diatur
untuk mencapai pemanfaatan sumber daya.
101
berbagai departemen atau divisi. Serangkaian kegiatan
selanjutnya dapat dibagi lagi dan ditugaskan ke bagian
tertentu dari suatu departemen. Misalnya, dalam industri
otomotif, aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan
bodi kendaraan dapat dikelompokkan dan ditugaskan ke
departemen yang bertanggung jawab untuk itu. Kegiatan
yang berkaitan dengan pembuatan sasis dapat dibagi lagi
dan dialokasikan ke bagian pembuatan sasis dan
sejenisnya. Proses ini akan mengarah pada pembentukan
departemen dan seksi. Ini juga akan menunjukkan beban
kerja, kebutuhan sumber daya manusia, keterampilan
yang mungkin diperlukan, komposisi dan tata letak
berbagai fasilitas. Oleh karena itu kemajuan dalam
membentuk struktur organisasi yang ideal.
3. Pendelegasian wewenang: Seseorang tidak dapat
melakukan tugasnya kecuali dia telah diberi wewenang
yang memadai untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan. Dia tidak dapat dibuat bertanggung jawab dan
akuntabel jika otoritas yang diperlukan belum diberikan.
Wewenang, tanggung jawab dan akuntabilitas terikat
bersama. Seorang karyawan individu tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban tanpa wewenang. Manajer produksi
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas
102
kekurangan produksi jika dia belum diberi wewenang
untuk mempekerjakan tambahan pekerja jika diperlukan
untuk memenuhi target produksi. Oleh karena itu perlu
diadopsi proses berikut:
● Penentuan tindakan untuk memenuhi tujuan
organisasi.
● Pembagian berbagai aktivitas ke dalam segmen-
segmen yang sesuai untuk ditangani oleh
individu-individu yang sesuai dengan keahlian
mereka.
● Penugasan tugas kepada individu yang
mendelegasikan kekuasaan dan sumber daya yang
diperlukan.
● Koordinasi untuk memastikan bahwa sumber
daya dimanfaatkan secara memadai dan tidak ada
tumpang tindih atau kesenjangan dalam
penyelesaian tugas.
S 104
E
Q
Ukurannya yang kecil dan sifat organisasi yang
kompak, maka budaya organisasi dalam organisasi lini
mudah untuk dikembangkan. Rasa memiliki dan
hubungan erat umumnya berkembang dalam organisasi
lini. Sistem nilai dan iklim organisasi juga dapat
terinternalisasi dengan baik. Kelemahan dalam
organisasi lini umumnya dan hanya ada sedikit ruang
untuk kreativitas. Hal ini membuat sedikitnya ruang
untuk pertumbuhan organisasi.
2. Departementalisasi
Departementalisasi mengacu pada pengelompokan
individu dan/ atau fungsi berdasarkan unit kegiatan.
Departementalisasi menyatakan bahwa aktivitas harus
dikelompokkan untuk menggabungkan aktivitas homogen
dalam unit organisasi atau sub unit yang sama.
Homogenitas dapat didasarkan pada kesamaan fungsi,
wilayah, produk, waktu dan matrix.76
a. Departementalisasi Berdasarkan Fungsi
Salah satu cara paling populer untuk
mengelompokkan aktivitas adalah dengan fungsi yang
76
Kondalkar, Organizational Behaviour.
105
dilakukan oleh organisasi. Departementalisasi
berdasarkan fungsi contohnya adalah departemen
sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, R&D dan
teknologi informasi. Masing-masing departemen
dikenal dengan prinsip kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang. Departemen-departemen ini dapat
dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok fungsional
seperti departemen pemasaran yang selanjutnya dapat
dibagi lagi menjadi penjualan, periklanan, departemen
publikasi dan promosi dan dipimpin oleh manajer/
penyelia.
106
Departementalisasi berdasarkan fungsi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kewenangan departemen tertentu didefinisikan
dengan jelas. Dalam organisasi yang baik, perintah
tetap ditulis untuk masing-masing departemen di
mana fungsi dan tugas rinci dari masing-masing
anggota diuraikan.
2) Peran masing-masing departemen digariskan,
pengawasan menjadi mudah. Semua karyawan
bekerja dalam kewenangan masing-masing.
Kegiatan mudah dikelola oleh supervisor dalam hal
koordinasi dan pengendalian. Setiap area fungsional
mengembangkan pedoman sendiri.
3) Mudah untuk mengatur kegiatan pelatihan dan
pengembangan. Keterampilan karyawan lebih
ditingkatkan jika karyawan mengikuti seminar,
lokakarya dan konferensi. Ini adalah tanggung
jawab kepala departemen untuk memastikan bahwa
staf memperoleh pengembangan.
4) Adanya persaingan yang sehat antara berbagai
departemen. Masing-masing departemen
mengembangkan budaya mereka selama periode
107
waktu tertentu. Jenis departemen ini mudah untuk
dikelola.
3. Departementalisasi berdasarkan Wilayah
Wilayah atau geografi digunakan sebagai dasar
untuk mengklasifikan kegiatan dalam organisasi.
Departementalisasi geografis terjadi ketika sebuah
perusahaan besar dan memiliki sejumlah divisi yang
terletak di area yang berbeda. Itu mungkin tersebar di suatu
negara atau bahkan mungkin menyebar ke seluruh dunia.
Perusahaan membagi kegiatan mereka ke dalam zona atau
divisi.
Departementalisasi geografi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Produk dan layanan dapat diambil sedekat mungkin
dengan pelanggan.
b) Bakat dan sumber daya lokal dapat dimanfaatkan
sebaik mungkin.
c) Departemen menurut tempat mengurangi biaya
bahan. Telah diamati bahwa organisasi membuka
unit mereka sedekat mungkin dengan vendor dan
pemasok.
d) Mengurangi biaya pemasaran produk dan jasa.
108
e) Bakat lokal dapat dimanfaatkan secara optimal
terutama di unit-unit pembangunan pedesaan/
pembuatan kerajinan.
f) Karena persebaran geografis, kontrol oleh kantor
pusat menjadi sulit. Sebuah situasi mungkin
muncul di mana tujuan dari mereka yang
mengelola unit menjadi lebih penting daripada
tujuan perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan
pembangunan unitnya sendiri dibanding
memprioritaskan perusahaan secara keseluruhan.
g) Ada persaingan untuk memperoleh sumber daya
dari bendahara perusahaan.
h) Karyawan menolak dipindahkan ke unit lain.
4. Departementalisasi Berdasarkan Produk atau Layanan
Sebuah organisasi dapat menghasilkan produk
tunggal atau beberapa produk. Di kemudian hari unit
menjadi besar yang tidak dapat dikelola dengan mudah
karena banyaknya produk, layanan dan proses. Misalnya
Tata Group yang memiliki sejumlah produk yang
diproduksi dan dijual di bawah satu payung seperti baja,
jasa keuangan, perhotelan, penerbitan, listrik, mobil dan
telekomunikasi dll. Apabila produk dikelompokkan dalam
satu kesatuan, itu tidak masuk akal. Ini harus dikelola
109
secara mandiri karena kerugian dalam satu unit dapat
diimbangi dengan keuntungan di unit lainnya.
110
o Kantor korporat harus menjalankan kendalinya dan
mencegah kecenderungan membangun kerajaan dan
keunggulan satu pihak.
5. Departementalisasi Berdasarkan Waktu
Rumah sakit dan organisasi utilitas publik lainnya
seperti telepon, kereta api, hotel yang bekerja sepanjang
waktu departementalisasi ikan berdasarkan shift. Misalnya
rumah sakit mungkin memiliki shift siang dan shift malam.
Unit produksi juga dapat memiliki struktur organisasi jenis
ini ketika beban produksi memadai yang membuat
organisasi mengadopsi struktur organisasi tersebut.
6. Departementalisasi Berdasarkan Matrik
Perubahan teknologi dan produk terjadi pada tingkat
yang cepat dan koordinasi antara departemen fungsional
dan produk menjadi sistem matriks direkomendasikan.
Dalam sistem matriks, perhatian diberikan pada koordinasi
berbagai aktivitas fungsional termasuk inovasi produk.
111
Gambar 5. 7 struktur Organisasi Departementalisasi Berdasarkan
Matrix
113
puncak untuk mencurahkan waktu dan energi
maksimum untuk perencanaan.
114
G. Pilihan Desain Organisasi Baru
1. The Virtual Organization
Organisasi virtual (juga kadang-kadang disebut
jaringan, atau modular, organisasi), organisasi inti yang
mengalihdayakan fungsi bisnis utamanya. Dalam istilah
struktural, organisasi virtual sangat terpusat, dengan sedikit
atau tidak ada departementalisasi. Keuntungan utama dari
organisasi virtual adalah fleksibilitasnya, yang
memungkinkan individu dengan ide inovatif untuk berhasil
bersaing dengan organisasi yang lebih besar dan lebih
mapan. Organisasi virtual juga menghemat banyak biaya
dengan menghilangkan kantor permanen dan peran
hierarkis.
115
Gambar 5. 10 Struktur Organisasi Virtual
116
kedinamisan dalam memenuhi kebutuhan pasar
yang ada daripada terikat pada satu kemitraan saja.
c. Tidak ada batas. Model organisasi virtual akan
mendefinisikan kembali batas-batas dalam
tradisional perusahaan. Organisasi akan lebih
banyak bekerjasama dengan pesaing, pemasok, dan
pelanggan untuk pengembangan organisasi.
d. Kepercayaan. Hubungan ini membuat perusahaan
jauh lebih bergantung satu sama lain dan
membutuhkan lebih banyak kepercayaan daripada
sebelumnya. Mereka percaya bahwa nasib
organisasi akan bergantung kepada mitra bisnis.
e. Keunggulan. Setiap mitra memberikan kualitas
terbaik sebagai upaya pengembangan organisasi.
117
kepemimpinan yang memperkuat tujuan organisasi dan
memfasilitasi komunikasi sangat berharga dalam organisasi
virtual.78
2. Boundaryless Organization
Organisasi tanpa batas adalah organisasi yang
berusaha menghilangkan rantai komando, memiliki batasan
rentang kendali, dan mengganti departemen dengan tim
yang diberdayakan. Organisasi ini ingin menghilangkan
batasan vertikal dan horizontal di dalamnya dan
meruntuhkan penghalang eksternal antara perusahaan,
pelanggan dan supplier. Organisasi tanpa batas berusaha
untuk menghilangkan rantai komando, memiliki rentang
kendali yang tidak terbatas, dan mengganti departemen
dengan tim yang diberdayakan. Dengan menghilangkan
batas vertikal, manajemen meratakan hierarki dan
meminimalkan birokrasi.79
Pada boundaryless organization terdiri atas tim
lintas hierarki yaitu yang mencakup eksekutif puncak,
manajer menengah, supervisor, dan karyawan operasional.
Organisasi tanpa batas memiliki praktik pola pengambilan
78
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
79
Ibid.
118
keputusan yang partisipatif. Proses evaluasi karyawan pada
organisasi ini menggunakan penilaian kinerja 360 derajat
yaitu karyawan ada mendapatkan penilaian dari atasan,
rekan kerja yang satu level dan bawahan. Semua anggota
bounderless organization akan bekerja dalam sebuah tim
proyek, bukan berdasarkan fungsi atau departemen. Pada
organisasi ini menganggap bahwa departemen fungsional
menciptakan batas horizontal yang menghambat interaksi
antara fungsi, lini produk, dan unit. Cara untuk
menguranginya adalah dengan mengganti departemen
fungsional dengan tim lintas fungsi dan mengatur kegiatan
di sekitar proses.80
80
Ibid.
119
BAB VI
BUDAYA ORGANISASI
81
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
82
Edgar Schein, Organizational Culture and Leadership, John Wiley &
Sons, 2004.
120
seperangkat norma dan nilai fundamental yang bertujuan
membantu anggota memahami organisasi.83 Edgar Schein
menjelaskan budaya organisasi sebagai asumsi dasar yang
ditentukan bagi para anggota organisasi terkait apa yang harus
diperhatikan, bagaimana merespon secara emosional terhadap
apa yang terjadi dalam organisasi dan bagaimana cara kita
merespon berbagai situasi yang terjadi dalam organisasi.84
83
Kondalkar, Organizational Behaviour.
84
Schein, Organizational Culture and Leadership.
121
Definisi Schein menunjukkan bahwa budaya
melibatkan asumsi, adaptasi, persepsi, dan pembelajaran.
Schein menjelaskan bahwa budaya organisasi, memiliki tiga
lapisan. Lapisan I mencakup artefak dan kreasi yang terlihat
tetapi seringkali tidak dapat ditafsirkan. Laporan tahunan,
buletin, pajangan dinding yang ada di kantor, dan perabotan di
kantor merupakan
85
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
86
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
122
1. Artefak yang dapat diamati.
2. Nilai-nilai yang dianut.
3. Asumsi dasar yang mendasari.
123
adalah kualitas dan norma yang diperlihatkan atau diubah
menjadi perilaku karyawan. Ini adalah nilai-nilai yang
dianggap berasal dari sebuah organisasi berdasarkan
pengamatan mereka tentang apa yang terjadi sehari-hari.
87
Ibid.
124
1. Konsep bersama. Budaya organisasi terdiri dari
keyakinan dan nilai-nilai yang dimiliki bersama di
antara sekelompok orang.
2. Belajar dari waktu ke waktu. Budaya diturunkan
kepada karyawan baru melalui proses sosialisasi
dan pendampingan secara berkelanjutan.
3. Memengaruhi perilaku di tempat kerja.
Pengaruhnya terhadap perilaku dalam kegiatan
sehari-hari di organisasi.
4. Mempengaruhi hasil di berbagai tingkatan. Budaya
mempengaruhi hasil pada tingkat individu,
125
organisasi. Lima elemen yang mendorong budaya
organisasi88:
o Nilai-nilai pendiri.
o Lingkungan industri dan bisnis.
o Budaya nasional.
o Visi dan strategi organisasi.
o Perilaku pemimpin.
88
Ibid.
126
rasa kebersamaan yang membantu mempromosikan
perasaan tujuan bersama. Budaya memberikan pola
persepsi kognitif atau pemahaman bersama tentang
nilai-nilai atau keyakinan yang dipegang oleh
organisasi. Hal ini memungkinkan anggota organisasi
untuk berpikir dan berperilaku seperti yang diharapkan
dari organisasi.
2. Memfasilitasi komitmen kolektif. Tujuan bersama
yang tumbuh dari budaya bersama cenderung
memunculkan komitmen yang kuat. Ini memberikan
pola perasaan bersama kepada anggota organisasi untuk
membuat mereka tahu apa yang diharapkan untuk
mereka hargai dan rasakan.
3. Menyediakan sistem yang stabil. Dengan mendorong
rasa identitas dan komitmen bersama, budaya
mendorong integrasi dan kerjasama yang stabil di
antara anggota organisasi. Ini meningkatkan stabilitas
sosial dengan menyatukan anggota organisasi dengan
memberikan mereka standar yang sesuai untuk mana
para anggota harus berdiri untuk.
4. Membentuk perilaku dengan membantu anggota
memahami lingkungan mereka. Budaya organisasi
berfungsi sebagai sumber makna bersama yang
127
menjelaskan mengapa sesuatu terjadi seperti yang
mereka lakukan. Budaya organisasi tidak sepenuhnya
terlihat tetapi dapat dirasakan. Pada tingkat yang tidak
disadari, budaya mencerminkan nilai yang dimiliki
bersama oleh anggota organisasi.
5. Memberikan batasan: Budaya menciptakan perbedaan
antara satu organisasi dan yang lain. Batasan tersebut
membantu mengidentifikasi anggota dan bukan anggota
organisasi. Budaya memfasilitasi komitmen dari
anggota organisasi. Hal ini berfungsi sebagai
mekanisme kontrol yang memandu dan membentuk
sikap serta perilaku anggota organisasi.
1. Clan Culture
a. Ciri budaya : Lingkungan kerja ini ramah. Orang-
orang memiliki banyak kesamaan, dan ini mirip
89
Kim S. Cameron Robert E. Quinn, Diagnosing and Changing
Organizational Culture, Revised Ed., 2006.
128
dengan keluarga besar. Para pemimpin atau eksekutif
dipandang sebagai mentor atau bahkan mungkin
sebagai figur ayah. Organisasi ini disatukan oleh
kesetiaan dan tradisi. Ada keterlibatan besar.
Organisasi ini menekankan pengembangan Sumber
Daya Manusia jangka panjang dan mengikat kolega
dengan moral. Keberhasilan didefinisikan dalam
kerangka menangani kebutuhan klien dan merawat
orang. Organisasi mempromosikan kerja tim,
partisipasi, dan konsensus.
b. Tipe Pemimpin: Fasilitator, pembimbing, pembangun
tim
c. Value Drivers: Komitmen, komunikasi,
pengembangan
d. Strategi Peningkatan Kualitas: Pemberdayaan,
membangun tim, keterlibatan karyawan,
pengembangan Sumber Daya Manusia, komunikasi
terbuka.
2. Adhocracy Culture
a. Ciri budaya : Ini adalah lingkungan kerja yang
dinamis dan kreatif. Karyawan mengambil risiko.
Pemimpin dipandang sebagai inovator dan pengambil
risiko. Eksperimen dan inovasi adalah bahan ikatan
129
dalam organisasi. Keunggulan ditekankan. Tujuan
jangka panjang adalah menumbuhkan dan
menciptakan sumber daya baru. Ketersediaan produk
atau layanan baru dipandang sebagai keberhasilan.
Organisasi mempromosikan inisiatif dan kebebasan
individu.
b. Tipe Pemimpin: Penemu, wirausahawan, visioner
c. Value Drivers: Output inovatif, transformasi,
kelincahan
d. Strategi Peningkatan Kualitas: adanya tantangan dan
kesenangan dalam bekerja, menciptakan standar baru,
mengantisipasi kebutuhan, perbaikan berkelanjutan,
menemukan solusi kreatif
130
3. Market Culture
a. Ciri budaya: organisasi berbasis hasil yang
menekankan cara menyelesaikan suatu pekerjaan.
Anggota organisasi kompetitif dan fokus pada tujuan.
Penekanan pada kemenangan membuat organisasi
tetap bersama. Reputasi dan kesuksesan adalah yang
paling penting. Fokus jangka panjang adalah pada
terhadap kompetitor dan mencapai tujuan. Penetrasi
pasar dan stok adalah definisi kesuksesan. Harga
kompetitif dan kepemimpinan pasar adalah penting.
Gaya organisasi didasarkan pada kompetisi.
b. Tipe Pemimpin: Kompetitif, produsen
c. Value Drivers: Pangsa pasar, pencapaian tujuan,
profitabilitas
d. Strategi Peningkatan Kualitas: Mengukur preferensi
klien, meningkatkan produktivitas, menciptakan
kemitraan eksternal, meningkatkan daya saing,
melibatkan pelanggan dan pemasok.
4. Hierarchy Culture
a. Ciri budaya: lingkungan kerja yang formal dan
terstruktur. Prosedur menentukan apa yang harus
dilakukan oleh anggota organisasi. Para pemimpin
mengkoordinasikan organisasi yang berbasis efisiensi.
131
Menjaga agar organisasi berfungsi dengan lancar
adalah yang paling penting. Aturan dan kebijakan
formal menyatukan organisasi. Tujuan jangka panjang
sudah direncanakan untuk menjaga stabilitas
organisasi.
b. Tipe Pemimpin: Koordinator, monitor, penyelenggara.
c. Value Drivers: Efisiensi, ketepatan waktu, konsistensi,
dan keseragaman.
d. Strategi Peningkatan Kualitas: Deteksi kesalahan,
setiap pekerjaan terukur mengontrol setiap proses,
pemecahan masalah sistematis.
90
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
132
G
a Budaya Organisasi dengan Aspek Budaya Organisasi
Gambar 6. 4 Korelasi
m
Seperti yang bmungkin kita harapkan, budaya secara
a
positif berkaitan dengan r berbagai hasil. Sebagian besar
hubungan memiliki kekuatan sedang, artinya hasil ini dapat
S
menjadi masukan bagi E para manajer saat ini. Berdasarkan hasil
penelitian yang dirangkumQ dalam gambar yang ada di atas
menghasilkan enam kesimpulan
G yaitu:91
a
1. Budaya organisasi
m berkaitan dengan efektivitas
organisasi. Inib berarti budaya organisasi dapat menjadi
a
sumber keunggulan
r kompetitif bagi organisasi.
2. Karyawan memiliki sikap kerja yang lebih positif
\
ketika bekerja
* di organisasi dengan budaya klan.
91
Ibid. A
R
A 133
B
I
C
Karyawan jelas lebih suka bekerja di organisasi yang
menghargai fleksibilitas daripada stabilitas dan control.
Karyawan lebih senang dengan organisasi yang lebih
mementingkan kepuasan kebutuhan karyawan daripada
keinginan pelanggan atau pemegang saham.
3. Jenis budaya organisasi klan dan budaya organisasi
pasar (market) lebih mungkin memberikan kepuasan
pelanggan dan pangsa pasar yang lebih tinggi. Hasil ini
diasumsikan karena sikap karyawan yang positif terkait
dengan budaya klan memotivasi karyawan untuk
memberikan layanan pelanggan yang lebih baik.
4. Hasil operasional, kualitas, dan inovasi lebih banyak
terjadi pada jenis budaya organisasi klan, adhokrasi,
dan budaya pasar daripada hierarki. Manajer harus
menghindari penggunaan terlalu banyak aturan dan
prosedur—karakteristik hierarkis—ketika mencoba
untuk meningkatkan inovasi.
5. Kinerja keuangan organisasi (pertumbuhan laba dan
pendapatan) tidak terlalu terkait dengan budaya
organisasi. Hanya budaya pasar dan hierarki yang
dikaitkan dengan hasil keuangan. Manajer seharusnya
tidak berharap untuk segera meningkatkan kinerja
keuangan ketika mereka mencoba untuk merubah
134
budaya organisasi mereka. Hal ini berarti bahwa
perubahan budaya organisasi membutuhkan waktu yang
cukup lama.
6. Perusahaan dengan jenis budaya organisasi pasar
cenderung memiliki hasil organisasi yang lebih positif.
Manajer harus membuat budaya mereka lebih
berorientasi pada kebutuhan pasar.
135
Manajer dapat menerapkan prinsip-prinsip sebagai
berikut untuk dapat menciptakan budaya organisasi yang lebih
etis92:
136
memberikan penguatan bagi penerapan kode etik di
organisasi. Manager akan memberikan penghargaan
bagi anggota yang dapat menjalankan kode etik dan
menghukum bagi anggota yang melanggar kode etik.
5. Menyediakan mekanisme perlindungan. Menyediakan
mekanisme formal sehingga karyawan dapat
mendiskusikan dilema etika dan melaporkan perilaku
tidak etis tanpa takut ditegur.
93
Gibson et al., Organizations Behavior, Structure, Processes.
137
2. Menghargai lebih dari menghukum. Meskipun sebagian
besar organisasi cukup fokus pada penghargaan
ekstrinsik seperti gaji dan promosi, mereka sering
melupakan kekuatan imbalan yang lebih kecil (dan
lebih murah) seperti pujian. Bagian dari menciptakan
budaya organisasi yang positif adalah "menangkap
karyawan melakukan sesuatu dengan benar." Banyak
manajer menahan pujian karena mereka takut karyawan
akan meluncur atau karena mereka menganggap pujian
tidak dihargai. Karyawan umumnya tidak meminta
pujian, dan manajer biasanya tidak menyadari kerugian
jika tidak memberikannya.
3. Menekankan vitalitas dan pertumbuhan. Tidak ada
organisasi yang akan mendapatkan yang terbaik dari
karyawan yang melihat diri mereka hanya sebagai roda
penggerak dalam mesin. Budaya positif mengakui
perbedaan antara pekerjaan dan karir. Ini mendukung
tidak hanya kontribusi karyawan terhadap efektivitas
organisasi, tetapi juga bagaimana organisasi dapat
membuat karyawan lebih efektif—secara pribadi dan
profesional.
138
G. Spiritualitas dan Budaya Organisasi
Spiritualitas dalam organisasi tidak berkaitan dengan
praktik keagamaan. Spiritualitas yang dimaksud dalam buku
ini bukan tentang Tuhan. Spiritualitas yang ada di tempat kerja
mengakui bahwa orang memiliki kehidupan batin yang
dipupuk dan dipelihara oleh pekerjaan yang bermakna dalam
konteks komunitas. Organisasi yang mempromosikan budaya
spiritual mengakui bahwa anggota akan berusaha untuk
menemukan makna dan tujuan dalam pekerjaan yang dimiliki.
94
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
139
keterbukaan. Karyawan diperlakukan dengan harga diri
dan nilai yang dianutnya sesuai dengan martabat setiap
individu.
4. Pemikiran yang terbuka. Organisasi spiritual
menghargai pemikiran yang fleksibel dan kreativitas di
antara karyawan.
140
BAB VII
95
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
141
Gambar 7. 1 Tahap Manajemen Kinerja di Organisasi
96
Ibid.
143
Praktik-praktik ini bersama-sama mempengaruhi kinerja
individu dan kelompok kerja.97
97
Thomas Cummings and Christoper Worley, Organization Development &
Change, Organization Development (Canada: Cengage Learning, 2015).
144
penghargaan memberikan penguatan untuk memastikan bahwa
hasil yang diinginkan akan diulang. Karena manajemen
kinerja terjadi di konteks organisasi yang lebih besar,
setidaknya tiga faktor kontekstual menentukan penerapan
performance management yaitu: strategi bisnis, teknologi
tempat kerja, dan keterlibatan karyawan. Performa yang tinggi
cenderung terjadi ketika penetapan tujuan, kinerja, penilaian
manajemen, pelatihan dan pengembangan, dan sistem
penghargaan diselaraskan bersama-sama dengan ketiga faktor
kontekstual.
145
kelompok. Ketika proses kerja rendah dan saling
ketergantungan maka pekerjaan dirancang untuk pekerjaan
individu, penetapan tujuan, penilaian kinerja, pengembangan,
dan sistem penghargaan harus ditujukan pada perilaku kerja
individu. Sebaliknya, ketika pekerjaan sangat saling
bergantung dan pekerjaan dirancang untuk kelompok,
manajemen kinerja harus ditujukan pada perilaku kelompok.
146
B. Manfaat dari Manajemen Kinerja
Praktik manajemen kinerja dalam organisasi merupakan
sistem vital yang sangat diperlukan keberadaannya. Terdapat
tiga fungsi utama terkait dari penerapan manajemen kinerja di
organisasi yaitu:98
98
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
147
C. Penilaian Kinerja
Dalam organisasi kerja, pengukuran kinerja biasanya
terjadi dalam konteks penilaian kinerja formal, yang mengukur
kinerja pekerja dibandingkan dengan standar tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya. Penilaian kinerja melayani
banyak tujuan untuk pekerja individu, untuk supervisor, dan
untuk organisasi secara keseluruhan. Bagi pekerja, penilaian
kinerja terkait dengan kemajuan karir. Penilaian kinerja
berfungsi sebagai dasar untuk kenaikan gaji dan promosi,
memberikan umpan balik untuk membantu meningkatkan
kinerja dan mengenali kelemahan, serta menawarkan informasi
tentang pencapaian tujuan kerja.99
99
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
148
kinerja reguler yang dicirikan sebagai feedback untuk kinerja
pekerjaan mereka menunjukkan komitmen yang lebih kuat
untuk pekerjaan dan organisasi mereka.
149
cara untuk mengukur kinerja pekerjaan. Kriteria kinerja adalah
sarana untuk menentukan kinerja yang berhasil atau tidak.
Dalam hal ini terdapat beberapa kriteria kinerja dalam proses
pengukuran performa kerja.100
100
Ibid.
150
⮚ Kriteria Kinerja Objektif vs Subjektif
151
seorang manajer, karena sulit untuk menentukan perilaku yang
tepat yang menunjukkan keberhasilan manajerial.
152
mencakup KSAO tertentu yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan dengan sukses.
153
kriteria kinerja tidak lengkap. Tujuan penting dari penilaian
kinerja adalah untuk memilih kriteria yang mengoptimalkan
penilaian keberhasilan pekerjaan, sehingga menjaga
kekurangan dari kriteria seminimal mungkin. Perhatian terakhir
adalah fungsi dari kriteria, atau sejauh mana kriteria kinerja
dapat digunakan dalam menilai pekerjaan tertentu dalam suatu
organisasi. Agar berguna, kriteria harus relatif mudah dan
hemat biaya untuk diukur dan harus dilihat sebagai relevan
oleh penilai.
154
Seorang penilai (rater) dapat diberikan dari penyelia, diri
sendiri, rekan kerja, bawahan, dan pelanggan. Penilai dari
berbagai latar belakang ini mungkin melihat aspek yang
berbeda dari kinerja pekerja dan sehingga dapat menawarkan
perspektif yang unik. Selain itu, penilaian kinerja multi-
perspektif dapat memiliki peningkatan keandalan proses
penilaian (ada lebih banyak penilai yang mengevaluasi kinerja
yang sama perilaku). Multirater juga akan meningkatkan rasa
keadilan dan penerimaan yang lebih besar oleh pekerja yang
sedang dievaluasi.
Penilaian Supervisor
Sejauh ini sebagian besar penilaian kinerja dilakukan
oleh supervisor. Fakta yang ada di lapangan, melakukan
penilaian kinerja karyawan secara teratur dianggap salah satu
fungsi pengawasan yang paling penting. Kinerja dari pengawas
penilaian sangat umum karena penyelia biasanya cukup
berpengetahuan tentang persyaratan pekerjaan. Penyelia sering
kali berada dalam posisi untuk memberikan penghargaan atas
kinerja yang efektif dan saran untuk peningkatan kinerja di
bawah standar. Hal ini dapat terjadi karena penyelia biasanya
memiliki kontak langsung dengan bawahan.
155
Aktivitas kontak secara langsung dengan bawahan
membuat hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa
penilaian yang berasal dari atasan memiliki keandalan yang
lebih tinggi daripada penilaian kinerja yang berasal dari rekan
atau bawahan. Meskipun demikian, supervisor mungkin
memiliki perspektif yang terbatas tentang kinerja karyawan,
jadi selain penilaian supervisor, penilaian anggota organisasi
lainnya juga penting.
Penilaian Diri
Penilaian diri atas kinerja telah digunakan oleh banyak
perusahaan, biasanya dalam hubungannya dengan penilaian
supervisor. Meskipun ada bukti bahwa penilaian diri
berkorelasi sedikit dengan penilaian kinerja supervisor,
penilaian diri cenderung lebih subjektif dan lebih fokus pada
upaya yang dilakukan daripada pada pencapaian kinerja.
Dalam proses ini cukup sering, ada perbedaan besar antara
bagaimana supervisor menilai kinerja dan penilaian diri
pekerja. Kondisi ini dapat diatasi dengan memberikan pelatihan
secara menyeluruh untuk memahami bagaimana sistem
penilaian kinerja bekerja antara karyawan dan penyelia.
Namun, adanya perbedaan dalam penilaian ini sebenarnya
156
dapat menjadi keuntungan yaitu ada proses dialog terbuka
antara supervisor dan karyawannya.
Penilaian Bawahan
Penilaian dari bawahan paling sering digunakan untuk
menilai efektivitas individu dalam posisi pengawasan atau
kepemimpinan. Penelitian tentang penilaian bawahan
menunjukkan kesepakatan yang cukup besar dengan peringkat
supervisor. Penilaian bawahan sangat penting karena mereka
memberikan perspektif yang berbeda dan bermakna tentang
kinerja supervisor. Penilaian yang ditujukan kepada supervisor
seringkali dikaitkan dengan kepuasan kerja bawahan. Riset
menjelaskan bahwa proses meta-analisis menunjukkan bahwa
penilaian kinerja yang berasal dari bawahan dan rekan kerja
berkorelasi signifikan dengan ukuran objektif hasil kerja.
Penilaian Pelanggan
Bentuk lain dari penilaian kinerja untuk karyawan yang
bekerja di posisi layanan pelanggan adalah penilaian yang
dibuat oleh pelanggan. Meskipun penilaian pelanggan biasanya
tidak dianggap sebagai metode penilaian kinerja, penilaian
tersebut dapat memberikan gambaran terkait kualitas jenis
pekerjaan tertentu. Contohnya adalah individu yang bekerja
sebagai seorang penjual, pelayan, operator telepon akan
mendapatkan penilaian setelah melakukan pekerjaan dengan
baik.
158
penyampaian layanan pelanggan. Adanya proses ini cenderung
menerima evaluasi yang lebih baik dari pelanggan.
159
1. Metode Perbandingan
Metode perbandingan penilaian kinerja melibatkan
beberapa bentuk perbandingan kinerja satu pekerja dengan
kinerja orang lain. Prosedur ini relatif mudah diterapkan
dalam organisasi. Dalam metode perbandingan terdiri atas
metode rankings, paired comparison dan forces
distribution.
Ranking
Metode perbandingan mengharuskan penyelia untuk
memberi peringkat kepada bawahan langsung mereka dari
yang terbaik hingga yang terburuk pada dimensi kinerja
tertentu. Metode ini cenderung sederhana dan mudah. Pada
proses ini meskipun peringkat memisahkan pekerja terbaik
dari yang terburuk, tidak ada standar kinerja yang mutlak.
Permasalahan dalam proses ini adalah apabila hanya ada
sedikit atau bahkan tidak ada satupun pekerja berada dalam
tingkat yang dapat diterima. Hal ini berarti bahwa setiap
peringkat tidak memiliki kriteria objektif.
Paired comparison
Metode komparatif ini menggunakan perbandingan
berpasangan, di mana penilai membandingkan setiap
pekerja dengan setiap pekerja lain dalam kelompok dan
160
kemudian harus memutuskan siapa yang berkinerja lebih
baik. Cara ini tentu saja sulit diterapkan ketika jumlah
anggota kelompok yang dievaluasi menjadi besar
(misalnya, ada 6 kemungkinan perbandingan berpasangan
untuk kelompok yang terdiri dari 4 pekerja, tetapi 28
perbandingan berpasangan untuk kelompok yang
beranggotakan 7 orang). Hasil penilaian dengan metode ini
yaitu setiap orang dilihat dari peringkat yang terdiri dari
berapa kali individu dipilih sebagai pasangan yang lebih
baik. Kelemahan dari teknik ini mirip dengan metode
peringkat. Namun, kedua teknik komparatif ini memiliki
keuntungan karena mudah digunakan dan dapat diterapkan
pada berbagai pekerjaan. Salah satu kemungkinan
penggunaan teknik ini adalah untuk memutuskan anggota
tim mana yang harus dihilangkan saat melakukan
perampingan (downsizing).
Forced Distribution
Dalam metode komparatif yang dikenal sebagai
distribusi paksa, penilai menempatkan pekerja ke kategori
yang ditetapkan mulai dari rendah hingga luar biasa
berdasarkan perbandingan dengan semua pekerja lain
dalam kelompok. Biasanya, persentase karyawan yang
161
dapat ditempatkan ke kategori tertentu dikendalikan untuk
mendapatkan distribusi pekerja yang tetap sepanjang
dimensi kinerja. Paling sering distribusi diatur untuk
mewakili distribusi normal. Teknik evaluasi distribusi ini
menggunakan pendekatan kurva normal dengan persentase
nilai A, B, C, D, dan F yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Metode Individual
Metode individu melibatkan evaluasi seorang
karyawan oleh dirinya sendiri. Namun, meskipun penilaian
dilakukan secara individual, penilaian dengan
162
menggunakan metode individual tetap dapat membuat
perbandingan penilaian satu karyawan dengan penilaian
individu karyawan lainnya. Metode individual yang paling
sering digunakan adalah graphic rating scales.
163
Meskipun skala penilaian grafik yang baik
membutuhkan waktu untuk dikembangkan, seringkali skala
dasar yang sama dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan
yang berbeda hanya dengan mengganti dimensi pekerjaan
yang relevan. Dalam proses ini sangat penting bahwa
dimensi yang dinilai adalah dimensi yang benar-benar
menilai kinerja pekerjaan tertentu. Kelemahan utama dari
skala penilaian grafis adalah bahwa rater mungkin rentan
terhadap pola respons bias tertentu, seperti kecenderungan
untuk memberi peringkat "baik" atau "rata-rata" kepada
semua orang. Selain itu, proses ini juga membatasi
penilaian hanya pada beberapa dimensi pekerjaan sehingga
seringkali tidak menghasilkan gambaran total tentang
pekerjaan yang dilakukan.
164
Gambar 7. 5 Contoh dari Graphic Rating Scales
G
a 165
m
b
a
Behaviorally anchored rating scales (BARS)
Behaviorally anchored rating scales (BARS)
mencoba untuk secara jelas mendefinisikan dimensi
pekerjaan ke dalam perilaku konkrit dalam penilaian
kinerja. Dalam proses ini, BARS menghindari penggunaan
kata-kata yang bersifat relatif. Penilaian menggunakan
BARS menghindari kata-kata seperti buruk, baik, rata-rata
kaitannya dengan dimensi pekerjaan yang dinilai. BARS
merupakan instrumen yang berfokus dengan jelas pada
perilaku kinerja yang relevan dengan pekerjaan tertentu.
Proses penilaian menggunakan BARS akan membantu
mengatasi adanya bias umum dan stereotip yang mungkin
terjadi dalam penilaian kinerja lainnya. Hal ini dapat terjadi
karena seorang pekerja tidak dapat dinilai secara ringkas
tanpa mempertimbangkan bagaimana perilaku masa lalu
orang tersebut mendukung penilaian tersebut.
166
Gambar 7. 6 Contoh Behavioral Anchored Rating Scale (BARS)
\
*
perilaku kinerja, tetapi melainkan ingatan para pengamat,
yang mungkin bias atau selektif.
Checklist
Checklist yang terdiri dari serangkaian pernyataan
tentang kinerja dalam pekerjaan tertentu. Pernyataan
berasal dari analisis pekerjaan dan dapat mencerminkan
baik positif atau aspek negatif dari kinerja. Tugas penilai
adalah memeriksa pernyataan yang berlaku untuk pekerja
yang dievaluasi. Setiap pernyataan diberi nilai numerik
yang mencerminkan tingkat kinerja efektif atau tidak
168
terkait dengannya. Nilai numerik yang ditetapkan untuk
item yang diperiksa kemudian dijumlahkan untuk
memberikan penilaian keseluruhan kinerja pekerja.
169
pekerja. Pernyataan membawa nilai yang berbeda yang
kemudian ditambahkan untuk membentuk penilaian kinerja
secara keseluruhan.
Narasi
Bentuk evaluasi kinerja individu yang relatif sederhana
adalah penggunaan narasi. Narasi adalah laporan tertulis yang
terbuka tentang kinerja pekerja atau daftar contoh spesifik
kekuatan dan kelemahan kinerja. Keuntungan dari narasi
adalah penilai memiliki kebebasan untuk menggambarkan
kinerja dengan kata-kata mereka sendiri dan untuk
menekankan elemen yang mereka rasa penting. Kelemahan
utama narasi adalah bahwa narasi tidak menawarkan
kuantifikasi kinerja, yang membuatnya sangat sulit untuk
membandingkan kinerja dari setiap pekerja. Kelemahan
berikutnya dari narasi yaitu pekerja mungkin salah menafsirkan
arti laporan.
170
rentan terhadap sejumlah bias dan distorsi sistematis. Banyak
penelitian telah membantu mengungkap beberapa masalah ini.
Memahami potensi kesalahan inidalam proses penilaian kinerja
dapat memudahkan untuk mengembangkan sarana untuk
memerangi mereka dan menghasilkan penilaian kinerja yang
lebih baik. Pada bagian ini akan dijelaskan hambatan dan bias
dalam penilaian kinerja termasuk kesalahan ringan/ berat, efek
halo, efek kebaruan, kesalahan atribusi kausal, dan bias
pribadi.101
101
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
171
penilai cenderung selalu menggunakan titik tengah dalam skala
penilaian.
Ketiga kesalahan ini mengarah pada masalah yang
sama yaitu gambaran yang sempit dari penilaian proses karena
kecenderungan penilai untuk hanya menggunakan satu area
skala kinerja sebenarnya tidak membedakan antara pekerja
yang buruk, adil, dan berprestasi. Dalam istilah statistik,
peringkat menunjukkan sedikit perbedaan. Seperti yang
ditunjukkan, beberapa teknik, seperti berbagai metode
komparatif, membantu memerangi kesalahan kecenderungan
respons tersebut.
Hallo Effect
Efek halo dalam penilaian kinerja terjadi ketika penilai
membuat penilaian positif secara keseluruhan terhadap pekerja
berdasarkan satu karakteristik atau tindakan positif yang
diketahui saja. Jika seorang pekerja tertentu melakukan
pekerjaan luar biasa pada tugas tertentu, penyelia
mengasumsikan bahwa semua pekerjaan orang ini juga luar
biasa, terlepas dari apakah itu benar-benar valid. Karakteristik
pribadi tertentu seperti daya tarik fisik atau diberi label "rising
star" juga dapat menyebabkan efek halo.
172
Penelitian menunjukkan bahwa efek halo terjadi karena
penilai menggunakan satu karakteristik yang menonjol sebagai
dasar untuk membentuk kesan keseluruhan, umumnya positif
atau negatif, dari kinerja pekerja. Ada juga efek halo "terbalik"
atau rusty halo di mana proses penilaian kinerja memberikan
efek negatif secara keseluruhan atas dasar satu contoh
kegagalan atau satu karakteristik negatif. Karena efek halo
adalah sumber bias yang umum dalam penilaian kinerja,
sejumlah program pelatihan penilai telah dikembangkan untuk
mencoba mengendalikannya. Banyak dari program pelatihan
ini hanya melibatkan membuat penilai lebih sadar akan
fenomena efek halo dan membantu mereka untuk fokus pada
dimensi perilaku dan kinerja pekerjaan.
G 173
a
m
b
Recency Effect
Kesalahan potensial lainnya dalam penilaian kinerja
adalah kecenderungan untuk memberikan bobot yang lebih
besar pada kinerja baru-baru ini dan nilai yang lebih rendah
untuk kinerja sebelumnya; ini dapat disebut sebagai efek
kebaruan. Karena penilaian kinerja biasanya mengandalkan
ingatan penilai tentang kinerja masa lalu seorang pekerja, pasti
ada masalah yang terkait dengan ingatan yang akurat. Secara
umum, semakin besar penundaan antara kinerja dan penilaian
perilaku kerja, semakin sedikit tingkat keakuratan.
174
Causal Attribution Error
Proses dimana orang menganggap penyebab peristiwa
atau perilaku dikenal sebagai atribusi kausal. Penelitian telah
menemukan sejumlah bias sistematis dalam atribusi kausal
yang memiliki implikasi penting bagi keakuratan penilaian
kinerja. Dua dari bias atribusi ini sangat relevan dengan
penilaian kinerja. Pertama adalah kecenderungan penilai untuk
memberikan penilaian yang lebih ekstrim jika mereka percaya
bahwa penyebab kinerja pekerja berakar pada usaha daripada
kemampuan. Hal ini berarti jika seorang penilai merasa bahwa
tingkat kinerja yang sangat tinggi adalah hasil dari usaha keras
dari seorang pekerja. Dengan demikian, pekerja tersebut akan
menerima penilaian kinerja yang lebih positif daripada
kinerjanya dianggap sebagai hasil dari kepemilikan alami,
kemampuan atau bakat. Lebih lanjut, kegagalan kinerja karena
kurangnya upaya yang memadai akan dinilai lebih keras
daripada kegagalan yang diyakini disebabkan oleh kurangnya
kemampuan.
175
peristiwa dan perilaku aktor. Penilaian kinerja adalah aktor dan
penilai adalah pengamat. Bias dalam atribusi kausal terjadi
ketika aktor dan pengamat masing-masing diminta untuk
menyatakan penyebab peristiwa tertentu. Aktor cenderung
terlalu menekankan peran yang dimainkan oleh faktor
situasional, seperti keberuntungan, kesulitan tugas, dan
lingkungan kerja. Sebaliknya, pengamat memiliki
kecenderungan untuk mengaitkan penyebab dengan
karakteristik pribadi seperti kemampuan, usaha, dan
kepribadian. Ini berarti bahwa penilai kinerja cenderung
percaya bahwa kinerja terutama disebabkan oleh kualitas
dalam diri pekerja dan cenderung mengabaikan peran yang
situasional. Oleh karena itu, dalam situasi tertentu kinerja kerja
yang buruk, penyelia dapat menyalahkan pekerja, padahal
kegagalan itu sebenarnya disebabkan oleh keadaan di luar
kendali pekerja. Pada proses ini pekerja cenderung terlalu
menekankan faktor situasional dan, dalam kasus kegagalan,
akan mencoba untuk menyalahkan tempat lain, misalnya
dengan menyalahkan kondisi kerja atau rekan kerja.
Bias pribadi
Selain bias dan kesalahan yang dapat menimpa penilai
kinerja mana pun, bias pribadi penilai tertentu juga dapat
176
mendistorsi keakuratan penilaian. Bias pribadi yang paling
umum adalah yang didasarkan pada jenis kelamin, ras, usia,
dan karakteristik fisik pekerja, termasuk disabilitas. Bahkan
telah ditemukan bahwa kehamilan dapat menjadi sumber bias
negatif dalam penilaian kinerja. Bukan rahasia lagi bahwa
perempuan, etnis minoritas, orang tua, dan penyandang
disabilitas terkadang mendapatkan diskriminasi dalam
penilaian kinerja, meskipun undang-undang secara khusus
dirancang untuk memastikan keadilan. Di sisi lain, memiliki
hubungan pribadi yang dekat dengan orang yang disupervisi,
atau hanya menyukai individu tersebut daripada orang lain,
dapat membuat penelitian menjadi bias ke arah yang
menguntungkan.
102
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
178
memiliki kepercayaan diri rendah. Efek ini menjadi lebih
umum saat kita naik hierarki organisasi, karena semakin tinggi
peringkat seseorang, semakin sulit untuk mendapatkan umpan
balik yang berguna dari orang lain. Terlepas dari tantangan ini,
umpan balik dapat dibuat lebih berguna jika didukung oleh
manajer senior dan pelanggan.
179
BAB VIII
KEPEMIMPINAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian visi atau tujuan
yang sama.103 Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengarahkan kelompok menuju pencapaian tujuan. Pemimpin
kelompok kerja adalah orang yang memegang posisi atau
jabatan tertentu, seperti supervisor, manajer, wakil presiden,
atau pemimpin.104
103
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
104
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
180
tanpa ragu karena memenuhi keinginan dan kebutuhan para
pemimpin.
105
Kondalkar, Organizational Behaviour.
106
Ibid.
181
⮚ Kemampuan untuk menggunakan kekuasaan secara
efektif: Seorang pemimpin mewarisi kekuasaan
berdasarkan penunjukannya. Dikenal sebagai kekuatan
yang sah selain dari yang diatas, dia mencapai
kepatuhan yang diinginkan dengan menggunakan satu
atau lebih basis kekuatan seperti kekuatan ahli,
referensi kekuasaan, imbalan dan kekuasaan paksaan.
Otoritas lini juga memfasilitasi untuk mempengaruhi
bawahan.
⮚ Kemampuan untuk memahami: Manusia memiliki
kebutuhan motivasi yang berbeda pada waktu dan
situasi yang berbeda. Kemampuan untuk memahami
berhubungan dengan memahami orang, kebutuhan
mereka, harapan dan apa yang telah dilakukan seorang
pemimpin untuk memuaskan mereka. Proses ini adalah
hal yang berkelanjutan kaitannya dengan memberikan
pemahaman tentang bawahannya dan kemampuan
untuk mengeksplorasi situasi demi pencapaian tujuan
organisasi.
⮚ Kemampuan untuk menginspirasi: Inspirasi paling baik
dinilai ketika bawahan bekerja dengan semangat dalam
situasi tanpa harapan. Pemimpin harus mengidentifikasi
kemampuan, keterampilan, dan menginspirasi setiap
182
individu. Inspirasi terpancar dari seorang pemimpin
yang mungkin memiliki pesona, daya tarik, pengabdian
pada tugas, yang selanjutnya ingin ditingkatkan oleh
bawahan dengan secara setia mematuhi pemimpin
dengan sengaja. Inspirasi juga datang dari kepribadian
karismatik sang pemimpin. Bawahan mempromosikan
apa yang diinginkan pemimpin.
⮚ Gaya kepemimpinan: Gaya kepemimpinan adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk bertindak dengan
cara yang akan mengembangkan iklim yang kondusif,
membangkitkan motivasi di antara karyawan,
pemimpin harus merancang dan memelihara
mempertahankan lingkungan untuk kinerja yang
efisien. Pemimpin harus mengidentifikasi kebutuhan
motivasi, keinginan bawahan dan menyusun rencana
yang memenuhi motivasi.
b. Trait Theory
Teori ini menggunakan atribut fisik dan
kepribadian yang konsisten dan bertahan lama, yang
107
Ibid.
184
terkait dengan kesuksesan pemimpin. Teori sifat
kepemimpinan mengacu pada beberapa penyelidikan
ini. Sebagian besar penelitian ini melibatkan
identifikasi karakteristik fisik tertentu, termasuk tinggi
badan, penampilan, dan tingkat energi; karakteristik
lain, seperti kecerdasan; dan ciri-ciri kepribadian,
seperti ekstroversi, dominasi, atau pencapaian yang
dikaitkan dengan pemimpin yang efektif. Misalnya,
diasumsikan bahwa mereka yang lebih cerdas,
ekstrovert, atau dominan akan lebih mungkin berhasil
sebagai pemimpin.108
108
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
185
karakteristik yang cenderung dimiliki pemimpin.
Karakteristik mereka adalah sebagai berikut:109
109
Kondalkar, Organizational Behaviour.
186
perilaku, yang mencoba mengidentifikasi perilaku unik
yang ditampilkan oleh para pemimpin yang efektif. Para
peneliti telah mengelompokkan perilaku pemimpin yang
unik menjadi empat kategori: berorientasi pada tugas,
berorientasi pada hubungan, pasif, dan transformasional.
187
kerja.110 Lebih lanjut, struktur inisiasi adalah sejauh
mana seorang pemimpin cenderung mendefinisikan
dan menyusun perannya dan peran karyawan dalam
proses pencapaian tujuan. Ini termasuk perilaku
yang mencoba untuk mengatur pekerjaan, hubungan
kerja, dan tujuan. Seorang pemimpin tinggi dalam
struktur inisiasi adalah seseorang yang
“menugaskan anggota kelompok untuk tugas-tugas
tertentu”, “mengharapkan pekerja untuk
mempertahankan standar kinerja yang pasti”, dan
“menekankan pada pemenuhan tenggat waktu.”111
⮚ Consideration
Consideration adalah sejauh mana hubungan
pekerjaan seseorang dicirikan oleh rasa saling
percaya, menghormati ide-ide karyawan, dan
menghargai perasaan mereka. Seorang pemimpin
yang tinggi dalam pertimbangan membantu
karyawan dengan masalah pribadi, ramah dan
mudah didekati, memperlakukan semua karyawan
110
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
111
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
188
secara setara, dan mengungkapkan penghargaan dan
dukungan. Dalam survei baru-baru ini, ketika
diminta untuk menunjukkan apa yang paling
memotivasi mereka di tempat kerja, 66% karyawan
menyebutkan penghargaan.112
112
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
113
Ibid.
189
⮚ Perilaku berorientasi tugas (task oriented
behavior)
Perilaku berorientasi tugas terkonsentrasi
pada pelaksanaan pekerjaan yang dihadapi
kelompok kerja dan dengan demikian mirip dengan
faktor initiating structure (pada penelitian
kepemimpinan Ohio). Pemimpin fokus dengan
menetapkan standar kerja, mengawasi pekerjaan,
dan memenuhi tujuan produksi.
⮚ Perilaku berorientasi hubungan (relationship
oriented behavior)
Perilaku berorientasi hubungan yaitu
menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan
karyawan dan melibatkan mereka dalam
pengambilan proses keputusan.
Perbedaan utama antara studi Ohio State dan
University of Michigan adalah bahwa hasil Michigan
cenderung menganggap perilaku pemimpin yang
berorientasi pada hubungan lebih efektif daripada
perilaku yang berorientasi pada tugas. Salah satu studi
Michigan yang paling terkenal meneliti perilaku para
pemimpin di sebuah perusahaan asuransi besar.
Temuan menunjukkan bahwa pola perilaku
190
kepemimpinan berorientasi kepada tugas dan
berorientasi hubungan berhubungan positif dengan
kinerja kelompok kerja. Namun, bawahan dari
pemimpin yang berorientasi pada hubungan cenderung
lebih puas dan memiliki tingkat kepuasan yang lebih
rendah dibandingkan dengan karyawan yang dikelola
oleh pemimpin yang berorientasi pada tugas.
c. Fiedler’s Contingency Model
Teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh
psikolog Fred Fiedler (1967) sangat terkenal sehingga
sering disebut sebagai model kontingensi. Model
Kontingensi Fiedler berpendapat bahwa kepemimpinan
yang efektif tergantung pada kecocokan antara gaya
perilaku pemimpin dan sejauh mana situasi kerja
memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin.
Dengan kata lain, gaya perilaku pemimpin harus sesuai
dengan jumlah kendali dan kekuasaan yang akan
dimiliki pemimpin dalam situasi kerja.
Dibangun di atas pendekatan perilaku Ohio
State dan University of Michigan, teori Fiedler
membagi para pemimpin berdasarkan motivasi utama
mereka yaitu berorientasi tugas (task oriented behavior)
atau berorientasi pada hubungan (relationship oriented
191
behavior) —yang menurutnya relatif tetap dan stabil.
Menurut Fiedler, pemimpin-pemimpin tertentu peduli
dengan menyelesaikan pekerjaan (berorientasi tugas),
meskipun mereka juga peduli dengan memelihara
hubungan kelompok yang baik. Pemimpin lain fokus
terutama pada hubungan dan memberikan perhatian
"sekunder" untuk tugas itu. Dengan kata lain, pemimpin
memiliki motivasi yang berbeda tentang mana yang
diutamakan dalam kebanyakan situasi. Seorang
pemimpin yang berorientasi pada tugas akan lebih
sedikit menghadiri kelompok, dan pemimpin yang
berorientasi pada hubungan akan cenderung fokus pada
kelompok dengan mengorbankan tugas.114
Dalam proses pengukuran orientasi perilaku
pemimpin, Fiedler mengembangkan ukuran laporan diri
yang disebut sebagai LPC (least preferred coworker).
LPC mengharuskan para pemimpin untuk menilai orang
dengan siapa mereka bekerja paling tidak baik atau
“orang yang paling sulit menyelesaikan pekerjaan
dengan diri kita.” Peringkat ini dilakukan dengan
menggunakan skala peringkat kata sifat bipolar, seperti
114
Ibid.
192
menyenangkan/ tidak menyenangkan dan ramah/ tidak
ramah. LPC dinilai dengan menjumlahkan peringkat
pada timbangan. Skor total ini menunjukkan apakah
seseorang berorientasi pada tugas atau pemimpin yang
berorientasi pada hubungan. Orang yang mendapat skor
relatif rendah pada ukuran LPC, memberikan penilaian
yang sangat keras kepada rekan kerja mereka yang
paling tidak disuka yaitu pemimpin yang berorientasi
pada tugas.
193
Gambar 8. 1 Contoh Lembar Penilian LPC
115
Christopher R. Barnhill, Natalie L. Smith, and Brent D. Oja, “What Is
Organizational Behavior,” Organizational Behavior in Sport Management
(2021): 3–12.
196
melibatkan peningkatan motivasi pekerja untuk
melakukan pekerjaan dan berusaha untuk mendapatkan
peningkatan kepuasan pekerja.
⮚ Kepemimpinan Direktif
Kepemimpinan direktif adalah gaya
kepemimpinan di mana pemimpin memberikan
bimbingan dan metodologi untuk menyelesaikan
tugas. Ini diperlukan ketika tugas tidak terstruktur.
Pemimpin menetapkan tujuan untuk kelompok/ tim/
individu, tergantung pada sifat pekerjaan,
116
Kondalkar, Organizational Behaviour.
197
mengalokasikan mereka, melakukan kontrol
yang ketat, memberikan arahan rinci untuk
mencapai hal yang sama dan juga memberikan
dukungan terus menerus kepada bawahannya. Dia
memastikan bahwa semua sumber daya tersedia
untuk mereka dan terus mengawasi dengan cermat
kemajuan pekerjaan.
198
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Ini
memiliki dampak yang besar pada kinerja bawahan.
Dalam gaya ini, pemimpin berusaha untuk
mendapatkan umpan balik atas keputusan yang telah
dibuatnya. Dia mengundang saran dari bawahan
tetapi kendali atas pengambilan keputusan tetap
berada di tangan pemimpin.
⮚ Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin meminta saran bawahan. Dia
mengizinkan dan mendorong bawahan dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan ini
meningkatkan tingkat motivasi bawahan karena
mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari
pengambilan keputusan dan karena itu berkomitmen
untuk pelaksanaan tugas.
⮚ Kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Kepemimpinan pada jenis ini akan
menetapkan tujuan yang menantang, mencari
kinerja yang lebih baik, mencari kepercayaan dari
efisiensi yang berkelanjutan dari bawahan adalah
faktor utama dari gaya kepemimpinan ini. Gaya ini
sangat efektif bagi mereka yang memiliki tugas
yang jelas dan tidak berulang dan memiliki
199
dorongan untuk memenuhi kebutuhan motivasi yang
lebih tinggi.
Path goal theory berbeda dengan Model
Kontingensi Fiedler. Path goal theory menjelaskan
bahwa gaya kepemimpinan dapat benar-benar
digunakan pemimpin yang sama dalam situasi yang
berbeda. Dua faktor situasional yang telah diidentifikasi
adalah karakteristik pribadi rekan kerja dan tekanan
lingkungan serta tuntutan yang dihadapi rekanan.
Sehubungan dengan faktor situasional pertama, teori ini
menegaskan bahwa perilaku pemimpin akan dapat
diterima oleh bawahan sejauh bawahan melihat perilaku
seperti itu.117
117
Ibid.
200
tujuan, kepuasan, dan kinerja mereka. Ini secara khusus
dicapai oleh pemimpin sebagai berikut:118
118
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
201
e. The Decision Making Model
Model pengambilan keputusan yang didasarkan
pada premis bahwa para pemimpin pada dasarnya
adalah pembuat keputusan. Teori ini agak unik karena
tidak hanya membuat prediksi tentang perilaku
pemimpin yang tepat dalam membuat keputusan tetapi
juga benar-benar memberikan saran untuk diikuti oleh
pembuat keputusan sehingga membuat untuk sampai
pada keputusan berdasarkan konsensus kelompok
(pengambilan keputusan partisipatif sepenuhnya).119
119
Aamodt, Industrial Organizational Psychology: An Applied Approach.
202
Keputusan otokratis I Pemimpin membuat keputusan
sendiri, menggunakan informasi yang tersedia hanya
untuk pemimpin.
Keputusan otokratis II Pemimpin memperoleh
informasi dari bawahan dan kemudian membuat
keputusan sendiri.
Keputusan Konsultatif I Pemimpin berbagi masalah
dengan bawahan yang relevan dan mendapatkan ide
dan masukan mereka secara individu, tetapi membuat
keputusan sendiri.
Keputusan Konsultatif II Pemimpin berbagi masalah
dengan bawahan sebagai sebuah kelompok, mendapat
masukan kolektif mereka, tetapi membuat keputusan
sendiri.
Keputusan kelompok Pemimpin berbagi masalah
dengan bawahan sebagai sebuah kelompok dan
bersama-sama mereka membuat keputusan konsensus.
204
Cara pemimpin memilih anggota pada setiap
kategori tidak jelas, tetapi ada bukti bahwa anggota
ingroup memiliki karakteristik demografis, sikap, dan
kepribadian yang serupa dengan pemimpin mereka atau
tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada anggota
outgroup. Pemimpin dan pengikut yang sama jenis
kelamin cenderung memiliki hubungan yang lebih
dekat (LMX lebih tinggi) dibandingkan dengan jenis
kelamin yang berbeda. Meskipun pemimpin melakukan
pemilihan, karakteristik pengikut mendorong keputusan
kategorisasi. Penelitian untuk menguji teori LMX
umumnya mendukung, dengan bukti substantif bahwa
para pemimpin memang membedakan antara pengikut;
perbedaan ini jauh dari acak; dan pengikut dengan
status ingroup akan memiliki peringkat kinerja yang
lebih tinggi, terlibat dalam lebih banyak perilaku
membantu atau "citizenship" di tempat kerja, dan
melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan atasan
mereka.
⮚ Charismatic Leadership
205
Teori kepemimpinan karismatik berfokus
pada pemimpin yang luar biasa dan mencoba untuk
mengidentifikasi dan mendefinisikan karakteristik
yang dimiliki para pemimpin ini yang menginspirasi
pengikut untuk mengidentifikasi dan mengabdi
kepada mereka dan juga menguraikan sifat
hubungan yang dimiliki pemimpin karismatik
dengan pengikut. Para pemimpin karismatik
memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan
tujuan kelompok bersama, dan mereka
menyampaikan kepercayaan pada kemampuan
mereka sendiri serta para pengikut mereka.
Pemimpin karismatik memiliki karakteristik berikut
yang membuat mereka menonjol sebagai pemimpin
yang sukses:120
● Visi: Pemimpin karismatik memiliki visi.
Dia melihat sebuah organisasi dari sudut
pandang futuristik dan memiliki pandangan
jauh ke depan untuk mendahului masalah
dan mencari solusi dan karena itu dia berada
120
Kondalkar, Organizational Behaviour.
206
di depan para pesaingnya dan berlayar di
perairan yang aman.
● Pengambil resiko: Pemimpin karismatik
mengambil resiko besar untuk mencapai
visi.
● Kepekaan terhadap kendala lingkungan dan
kebutuhan pengikut: Pemimpin karismatik
menunjukkan tingkat pengetahuan yang
tinggi dan penerapannya pada masalah
praktis yang mungkin dihadapi, mungkin
kekurangan bahan baku, strategi pesaing,
tren dalam pasar dan kemungkinan pola
yang mungkin muncul. Mereka percaya
kontribusi bawahan dan karenanya penting
untuk kebutuhan mereka.
● Pola Perilaku yang Berbeda: Pemimpin
karismatik bersimpati terhadap bawahan dan
karenanya merupakan sudut yang lembut
bagi mereka. Mereka mendukung dan
berorientasi pada karyawan.
207
Gambar 8. 4 Karakteristik Kepemimpinan Karismatik
G
Pemimpin karismatik mempengaruhi bawahan
a
dengan
m mengartikulasikan visi yang menarik. Visi ini
b
memberikan rasa kontinuitas bagi pengikut dengan
a
menghubungkan
r masa kini dengan masa depan yang
lebih baik untuk organisasi. Pemimpin kemudian
S
mengkomunikasikan
E harapan kinerja tinggi dan
Q
mengungkapkan keyakinan bahwa pengikut dapat
mencapainya.
G Ini meningkatkan harga diri dan
a
kepercayaan diri pengikut. Pemimpin berikutnya
m
menyampaikan
b melalui kata-kata dan tindakan,
a
seperangkat nilai baru dan dengan perilakunya,
r
memberikan contoh bagi pengikut untuk meniru.
\
Akhirnya karismatik pemimpin membuat pengorbanan
*
208
A
R
A
B
diri dan terlibat dalam perilaku yang tidak konvensional
untuk menunjukkan keberanian dan keyakinan tentang
visi. Kepemimpinan karismatik lebih terasa ketika ada
tingkat ketidakpastian yang tinggi dan pemimpin
mampu keluar dengan sukses.121
⮚ Transformasional Leadership
Kepemimpinan transaksional (transaksional
leadership) terjadi ketika hubungan antara
pemimpin dan pengikut didasarkan pada semacam
pertukaran atau “transaksi”, seperti pertukaran uang
atau pujian untuk pekerjaan, atau bertukar perilaku
pertimbangan pemimpin untuk loyalitas dan
komitmen karyawan. Kepemimpinan
transformasional melibatkan pemimpin yang
mengubah nilai, keyakinan, dan sikap pengikut.
Dengan kata lain, dalam transaksional pendekatan
pemimpin dan pengikut dapat dilihat sebagai terlibat
dalam kesepakatan implisit atau eksplisit dimana
pengikut mencurahkan waktu dan energi untuk
mengejar tujuan organisasi, dan pemimpin, sebagai
121
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
209
gantinya, memberikan penghargaan dan keamanan
kerja. Pemimpin transformasional, bagaimanapun,
menginspirasi pengikut dengan memberikan visi ke
mana arah kelompok dan mengembangkan budaya
kerja yang merangsang aktivitas kinerja tinggi.122
Empat komponen membentuk
kepemimpinan transformasional dan dapat disebut
yaitu: 123
● Pengaruh yang diidealkan—mengacu pada
pemimpin transformasional sebagai peran
positif model untuk pengikut. Para
pemimpin transformasional tidak akan
berperilaku dengan cara yang tidak sesuai
dengan keyakinan atau nilai-nilai mereka.
Akibatnya, pemimpin transformasional
dihormati dan dikagumi oleh pengikutnya.
● Motivasi Inspirasional—Seperti pemimpin
karismatik, pemimpin transformasional
mampu membangkitkan dan menginspirasi
122
Ibid.
123
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
210
pengikut dengan memberikan visi yang
meyakinkan tentang masa depan yang positif
dan hasil yang penting dan bermakna.
● Stimulasi Intelektual—Pemimpin
transformasional merangsang keingintahuan
pengikut serta inovasi dan kreativitas
mereka. Hal ini dilakukan dengan cara yang
menantang secara intelektual,
memungkinkan pengikut untuk memiliki
masukan ke dalam sesi brainstorming dan
dalam pengambilan keputusan.
● Pertimbangan Individual—melibatkan
perhatian pribadi pemimpin terhadap
perasaan, kebutuhan, dan perhatian setiap
pengikut. Melalui perhatian individual ini,
setiap pengikut dikembangkan ke potensi
penuhnya.
211
212
Gambar 8. 6 Kategorisasi Transaksional dan Transformasiona
124
Jan Stewart, “Instructional and Transformational Leadership: Burns, Bass
and Leithwoood,” Journal of Educational Administration (2006): 1–29.
125
John Antonakis, Bruce J. Avolio, and Nagaraj Sivasubramaniam, Context
and Leadership: An Examination of the Nine-Faktor Full-Range Leadership
Theory Using the Multifaktor Leadership Questionnaire, Leadership
Quarterly, vol. 14, 2003.
214
4) Mereka didorong oleh nilai.
5) Mereka adalah pembelajar sepanjang hayat.
6) Mereka memiliki kemampuan untuk
menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan
ketidakpastian.
7) Mereka visioner.
⮚ Authentic Leadership
Pemimpin otentik tahu siapa mereka, tahu
apa yang mereka yakini dan nilai, dan bertindak
berdasarkan nilai dan keyakinan itu secara terbuka
dan terus terang. Pengikut mereka menganggap
mereka orang yang etis. Oleh karena itu, kualitas
utama yang dihasilkan oleh kepemimpinan otentik
adalah kepercayaan. Pemimpin otentik berbagi
informasi, mendorong komunikasi terbuka, dan
berpegang teguh pada cita-cita mereka. Hasilnya:
orang-orang datang untuk memiliki iman pada
mereka.
215
Gambar 8. 7 Skema Authentic Leadership
216
pengembangan kepemimpinan ini berfokus pada hal
positif (baik pribadi maupun kontekstual) dalam
mengenal dan mengatur diri seseorang. Hasil dari
kepemimpinan otentik adalah modal psikologis
positif (keyakinan, harapan, optimisme, dan
ketahanan) dan transparansi, perilaku
moral/etika,orientasi masa depan, dan membangun
networking.
217
BAB IX
STRES KERJA
A. Latar Belakang Stres Kerja
Fenomena stres kerja adalah ancaman bagi organisasi
yang berpotensi menimbulkan banyak dampak negatif untuk
organisasi maupun karyawannya. Berdasarkan hasil studi
terdahulu stres kerja merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan munculnya beberapa bentuk kecelakaan kerja
(Sulsky & Smith, 2005). Menurut Media Human Solutions
Report (2006) sebanyak 30% karyawan melaporkan bahwa
pekerjaannya merupakan sumber terbesar stres yang mereka
alami. Roberts, Grubb, dan Grosch (2012) mengemukakan
bahwa stres kerja adalah penyebab sekitar 40% dari turnover
dan 50% absen di tempat kerja. Stres akibat pekerjaan
mengarah pada peningkatan risiko depresi, turnover, dan
produktivtas yang rendah (Addison & Yank Year, 2015).
218
ketidakpuasan, penyimpangan, produktivitas rendah,
ketidakhadiran, dan keluar dari pekerjaan (Parker & DeCotiis,
1983). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya,
pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka (Rivai,
2004).
219
menjadi pertimbangan persepsi individu tentang seberapa
mampu individu akan mengelola ancaman.126
126
Riggio and Porter, Introduction To Industrial / Organizational P
Sychology Sixth Edition Consulting Editor.
127
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
220
Menurut Parker & DeCotiis (1983) stres kerja memiliki 2
aspek yaitu sebagai berikut
1. Time Stres, terkait erat dengan perasaan berada di
bawah tekanan waktu yang substansial. Time stres
berkaitan dengan persepsi individu terhadap cukup
tidaknya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Anxiety, terkait erat dengan perasaan cemas yang
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri. Anxiety atau
kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak
menyenangkan yang memiliki konsekuensi adaptif dan
maladaptif. Perasaan cemas yang dimaksud yaitu
berkaitan dengan tekanan atau ketegangan yang dialami
seseorang disebabkan oleh pekerjaannya.
Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang
individu dihadapkan dengan peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang diinginkan individu dan
hasilnya dianggap tidak pasti dan penting.
221
G
a Gambar 9. 1 Area Penyebab Stres
m
bKaryawan yang memiliki komitmen afektif yang lebih
a
kuat untuk
r organisasi akan merespon stres dengan lebih positif.
Karyawan akan memproses stres psikologis ke dalam fokus
S
yang lebih
E besar seperti penjualan yang lebih tinggi, sedangkan
Q dengan tingkat komitmen yang rendah berkinerja
karyawan
lebih Gburuk apabila berada di bawah tekanan. Ketika stres
a
meningkat, mereka yang memiliki tingkat dukungan organisasi
m
yang tinggi
b memiliki kinerja berbasis peran yang lebih tinggi,
a
tetapi mereka yang memiliki tingkat dukungan organisasi yang
r
rendah tidak. Biasanya, stres dikaitkan dengan tuntutan dan
sumber\ daya. Tuntutan adalah tanggung jawab, tekanan,
*
kewajiban, dan ketidakpastian yang dihadapi individu di
tempatA kerja. Sumber daya adalah hal-hal dalam kendali
R
A
B
I 222
C
4
4
individu yang dapat dia gunakan untuk menyelesaikan
tuntutan.128
128
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
129
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
223
(3) menunjukkan kurangnya perhatian, (4) memberikan
arahan yang tidak memadai, (5) menciptakan
lingkungan dengan produktivitas tinggi, dan (6) fokus
pada hal hal negatif sambil mengabaikan kinerja yang
baik. Adanya pengalaman pelecehan seksual dan
intimidasi mewakili stressor tingkat kelompok lainnya.
Hubungan rekan kerja yang buruk merupakan stres
kerja di tingkat kelompok yang paling sering
ditemukan.
224
G
a
m
3. Tingkat
b Organisasi. Budaya organisasi juga bisa
a
menjadi
r stressor. Misalnya, lingkungan kerja yang
memiliki
K tuntutan tinggi dapat memicu ketakutan
e
karyawan
r tentang menyelesaikan pekerjaan yang
a
memenuhi
n standar. Hal ini dapat meningkatkan respon
g
stres.k
a
4. Tingkat Luar Organisasi. Stressor yang berasal dari
S
luar torganisasi misalnya, konflik yang terkait dengan
r
menyeimbangkan
e pendidikan dengan karir atau
s
kehidupan keluarga dapat memicu munculnya stres.
K
Strese lebih tinggi cenderung terjadi kepada individu
r
dengan
j tingkat yang lebih rendah status sosial ekonomi.
a
a. Strategi Coping Stres
d
a
l Strategi koping adalah perilaku dan kognisi
a
(pemikiran)
m khusus yang kita gunakan untuk mengatasi
suatuO situasi. Keberhasilan dari penggunaan strategi
r
coping
g sangat bergantung kepada individu yang
a
melakukannya
n dan situasi yang ada. Individu dapat
i
menggunakan
s kombinasi tiga jenis pendekatan untuk
a
mengatasi
s stresor dan stres. Pertama, disebut control
i
strategy, terdiri dari perilaku dan kognisi yang secara
225
langsung mengantisipasi atau memecahkan masalah.
Sebuah strategi kontrol mengarah kepada pengambilan
tanggung jawab. Contohnya termasuk berbicara dengan
profesor atau atasan Anda tentang beban kerja jika
Anda merasa kewalahan dengan tanggung jawab Anda,
atau menghadapi seseorang yang menyebarkan desas-
desus negatif. Beberapa penelitian menunjukkan
kesehatan dan manfaat lain dari control strategy bahwa
orang lebih cenderung menggunakan koping kontrol
ketika mereka memiliki harga diri yang tinggi, efikasi
diri, dan keterampilan memecahkan masalah.
226
symptom management strategy berfokus pada
pengurangan gejala stres dan termasuk relaksasi,
meditasi, pengobatan, dan olahraga. Liburan bisa
menjadi cara yang baik untuk mengurangi gejala
stres.130
130
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
131
Aamodt, Industrial Organizational Psychology: An Applied Approach.
227
mengendarai sepeda, atau bermain softball, tenis,
atau badminton untuk mendapatkan beberapa
latihan untuk memerangi stres. Melaksanakan
olahraga secara teratur dapat mengurangi risiko
penyakit kardiovaskuler.
c. Relaksasi. Relaksasi dapat dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan ringan yang santai. Misalnya
adalah individu dapat menikmati film favorit atau
mengkonsumsi makanan favorit. Individu dapat
melakukan penulisan ekspresif ringan terkait hal hal
yang ada dalam pikirannya. Lebih lanjut,
Pelaksanaan relaksasi salah satunya dilakukan
dengan proses meditasi. Meditasi bertujuan untuk
menghilangkan situasi stres atau mengelola situasi
stres berkepanjangan lebih efektif. Individu dapat
memposisikan diri di lingkungan yang tenang
kemudian perlahan-lahan mengulangi frasa atau
kata damai yang berarti bagi diri.
d. Kontrol diri perilaku. Kontrol diri berarti bahwa
dengan sengaja mengelola anteseden dan
konsekuensi dari perilaku individu sendiri.
Misalnya, manajer penjualan yang mendapatkan
keluhan pelanggan sepanjang hari dapat mengubah
228
kondisi tersebut dengan meminta asisten manajer
untuk menyaring semua keluhan yang relevan.
Mereka juga bisa mengelola konsekuensinya
dengan menghadiahi diri mereka sendiri dengan
istirahat ekstra setelah berinteraksi dengan
pelanggan yang sangat marah.
e. Terapi kognitif. Selain teknik pengendalian diri
perilaku, sejumlah psikolog klinis telah memasuki
bidang stres dengan teknik terapi kognitif. Teknik
seperti model rasional emotif Ellis dan modifikasi
perilaku kognitif telah digunakan sebagai strategi
individu untuk mengurangi stres kerja. Membangun
self-efficacy melalui teori kognitif sosial Bandura
juga telah digunakan. Penelitian telah menunjukkan
bahwa mereka yang memiliki efikasi diri rendah
mengalami stres baik secara emosional maupun
fisiologis, tetapi mereka yang memiliki efikasi diri
tinggi tidak terpengaruh oleh beban kerja yang
berat.
f. Jaringan. Satu temuan jelas yang muncul dari
penelitian psikologi sosial selama bertahun-tahun
adalah bahwa individu membutuhkan dan akan
mendapat manfaat dari dukungan sosial. Diterapkan
229
sebagai strategi untuk mengurangi stres kerja, ini
akan memerlukan pembentukan asosiasi dengan
rekan kerja dan kolega yang berempati yang
merupakan pendengar yang baik dan membangun
kepercayaan diri. Teman-teman ini ada di sana
ketika dibutuhkan dan memberikan dukungan untuk
membuat orang tersebut melalui stres situasi.
230
Gambar 9. 3 Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja
1. Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat mengambil tanggung
jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stres. Strategi
individu yang terbukti efektif meliputi teknik manajemen
waktu, peningkatan latihan fisik, pelatihan relaksasi, dan
perluasan jaringan dukungan sosial. Banyak orang
mengatur waktu mereka dengan buruk. Karyawan yang
terorganisir dengan baik, seperti siswa yang terorganisir
dengan baik, sering kali dapat mencapai dua kali lebih
banyak daripada orang yang tidak terorganisir dengan
baik. Jadi pemahaman dan pemanfaatan prinsip-prinsip
dasar manajemen waktu dapat membantu individu
mengatasi ketegangan yang diciptakan oleh tuntutan
231
pekerjaan dengan lebih baik. Beberapa prinsip manajemen
waktu yang paling terkenal adalah: 1) membuat daftar
kegiatan harian yang harus diselesaikan, (2)
memprioritaskan kegiatan berdasarkan kepentingan dan
urgensinya, (3) menjadwalkan kegiatan sesuai dengan
prioritas yang ditetapkan, (4) mengetahui kegiatan harian
Anda siklus dan penanganan bagian yang paling menuntut
dari pekerjaan Anda saat Anda paling waspada dan
produktif, dan (5) menghindari gangguan elektronik
seperti sering memeriksa email, yang dapat membatasi
perhatian dan mengurangi efisiensi.
2. Pendekatan Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menyebabkan
stres terutama tuntutan tugas dan peran yang dikelola oleh
manajemen dan dengan demikian dapat dimodifikasi atau
diubah. Strategi yang perlu dipertimbangkan termasuk
peningkatan seleksi karyawan, penempatan kerja,
pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, desain ulang
pekerjaan, peningkatan keterlibatan (engagement)
karyawan, peningkatan komunikasi organisasi, cuti
panjang karyawan, dan program kesehatan perusahaan.
232
Pekerjaan tertentu lebih membuat stres daripada
yang lain, tetapi seperti yang telah kita lihat, respons
individu terhadap situasi stres berbeda-beda. Kita tahu
individu dengan sedikit pengalaman atau locus of control
eksternal cenderung lebih rentan terhadap stres. Seleksi
dan keputusan penempatan harus mempertimbangkan
adanya fakta-fakta. Manajemen tidak boleh membatasi
perekrutan hanya untuk individu berpengalaman dengan
lokus internal, tetapi individu tersebut dapat beradaptasi
lebih baik dengan pekerjaan stres tinggi dan memiliki
performa tersebut secara lebih efektif. Demikian pula,
pelatihan dapat meningkatkan efikasi diri individu dan
dengan demikian mengurangi ketegangan kerja.
233
membantu memenuhi ekspektasi kinerja. Selain itu, umpan
balik bertujuan mengurangi ketidakpastian tentang
pekerjaan yang sebenarnya. Hasilnya adalah berkurangnya
frustasi karyawan, ambiguitas peran, dan stres.
234
manajemen dapat meningkatkan kontrol karyawan dan
mengurangi stres peran. Dengan demikian, manajer harus
mempertimbangkan untuk meningkatkan keterlibatan
karyawan dalam pengambilan keputusan, karena bukti
dengan jelas menunjukkan bahwa peningkatan
pemberdayaan karyawan akan mengurangi ketegangan
psikologis.
235
lebih baik, dan mengembangkan program olahraga teratur.
Program terapi ini berfokus pada kondisi fisik dan mental
karyawan. Beberapa program kesehatan membantu
karyawan meningkatkan kesehatan psikologis mereka
juga. Sebuah meta-analisis dari 36 program yang
dirancang untuk mengurangi stres (termasuk program
kesehatan) menunjukkan bahwa intervensi untuk
membantu karyawan membingkai ulang situasi stres dan
menggunakan strategi koping aktif secara signifikan
mengurangi tingkat stres. Sebagian besar program
kesehatan menganggap karyawan perlu mengambil
tanggung jawab pribadi atas kesehatan fisik dan mental
mereka danbahwa organisasi hanyalah sarana untuk
mencapai tujuan itu.
● Work overload
Sumber stres tugas kerja yang umum adalah beban
kerja yang berlebihan (work overload), juga dikenal
sebagai kelebihan peran, yang terjadi ketika pekerjaan
membutuhkan kecepatan, keluaran, atau konsentrasi kerja
yang berlebihan. Penelitian tentang kelebihan beban kerja
236
menunjukkan bahwa hal itu terkait dengan indikator
fisiologis stres, seperti peningkatan kolesterol dan
peningkatan denyut jantung yang mengarah pada
penurunan kualitas kerja dan ketidakpuasan kerja.
● Underutilization
Pekerjaan yang berlebihan dapat menyebabkan
stres, tetapi pekerjaan yang terlalu sedikit dan kurang
dimanfaatkan (underutilization) juga dapat menimbulkan
stres. Kurang dimanfaatkan juga dapat terjadi ketika
pekerja merasa bahwa pekerjaan tidak menggunakan
pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan terkait
pekerjaan mereka, atau ketika pekerjaan membosankan dan
monoton. Beberapa lulusan perguruan tinggi di posisi
klerikal atau layanan pelanggan tingkat rendah mungkin
merasa stres karena kurangnya pemanfaatan pengetahuan
dan keterampilan mereka. Ada juga bukti bahwa beberapa
individu mungkin lebih rentan terhadap stres yang
berkaitan dengan kurang dimanfaatkan daripada yang lain.
Work Role Stressor
● Job ambiguity
Sumber potensial stres kerja adalah ambiguitas
pekerjaan, yang terjadi ketika aspek pekerjaan, seperti
237
tugas dan persyaratan, tidak diuraikan dengan jelas. Ketika
pekerja tidak yakin akan tanggung jawab dan tugas mereka,
stres dapat terjadi. Ambiguitas pekerjaan juga kadang-
kadang disebut sebagai "ketidakpastian pekerjaan." Namun,
ketidakpastian pekerjaan mungkin lebih baik merujuk pada
ketidakpastian yang disebabkan oleh kurangnya umpan
balik kinerja reguler mengenai seberapa baik atau seberapa
buruk pekerja melakukan pekerjaan mereka. Penelitian
menunjukkan bahwa supervisor dapat memainkan peran
penting dalam mengurangi ketidakpastian pekerjaan bagi
bawahan dengan memperjelas peran dan tugas pekerjaan.
Temuan bahwa ketidakpastian pekerjaan dapat memiliki
pengaruh negatif pada kepuasan kerja menyoroti
pentingnya peran supervisor dalam mengurangi
ketidakpastian dan stres yang menyertainya.
● Lack of Control
Sumber penting lain dari stres kerja dihasilkan dari
pekerja yang merasa bahwa mereka memiliki sedikit
kendali atas lingkungan kerja dan atas perilaku kerja
mereka sendiri. Stres akibat perasaan kurangnya kontrol ini
sangat umum terjadi pada pekerjaan tingkat rendah atau
dalam organisasi yang sangat terstruktur. Pekerjaan itu
sangat dibatasi dan didorong oleh aturan sehingga
238
karyawan tidak dapat memiliki masukan apa pun dalam
keputusan dan prosedur kerja cenderung menimbulkan
stres, terutama bagi pekerja yang ingin mendapat masukan.
Penelitian menunjukkan bahwa memberikan pekerja rasa
kontrol atas lingkungan kerja mereka, melalui teknik
seperti memberi mereka suara dalam proses pengambilan
keputusan atau memungkinkan mereka untuk
merencanakan tugas kerja mereka sendiri, mengurangi stres
dan kelelahan kerja dan meningkatkan kepuasan kerja
● Physical work conditions
Kondisi fisik di lingkungan kerja adalah sumber
organisasi lain yang berkontribusi terhadap stres pekerja.
Pekerjaan yang harus dilakukan dibawah suhu ekstrem,
kebisingan yang keras dan mengganggu, atau pencahayaan
yang buruk atau ventilasi bisa sangat menegangkan.
Pekerjaan berbahaya yang menempatkan pekerja pada
risiko kehilangan kesehatan, nyawa, atau anggota tubuh
merupakan sumber tambahan stres kerja. Lingkungan kerja
yang sempit, penuh sesak, dan terlalu bising juga dapat
menimbulkan situasi yang penuh tekanan. Sebagai contoh,
satu studi menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di
lingkungan kantor ruang terbuka (kantor dengan bilik yang
dipartisi dan langit-langit terbuka) merupakan sumber stres
239
yang signifikan (Evans & Johnson, 2000). Demikian pula,
bekerja lembur shift malam dapat mengganggu siklus tidur
dan bangun alami dan dapat menyebabkan masalah seperti
stres yang tinggi, kelelahan, ketidakpuasan kerja, dan
kesalahan kinerja.
● Interpersonal stres
Salah satu sumber terbesar dari stres kerja adalah
kesulitan dalam hubungan interpersonal di tempat kerja.
Stres interpersonal berasal dari kesulitan dalam
mengembangkan dan memelihara hubungan dengan orang
lain di lingkungan kerja. Memiliki atasan yang keras dan
kritis dengan gaya manajemen yang menghukum mungkin
akan membuat stres bagi siapa saja. Dengan munculnya
pekerjaan virtual, beberapa pekerja merasakan kurangnya
koneksi dan dukungan sosial dan mengalami perasaan
isolasi sosial yang penuh tekanan.
241
perubahan kebijakan perusahaan, dan perubahan manajerial
atau personel.
● Work–family conflict
Sumber stres yang sangat penting, yang melampaui
batas-batas organisasi, adalah konflik pekerjaan-keluarga,
yang dihasilkan dari upaya untuk menyeimbangkan
tuntutan peran dan persyaratan kerja yang sering bersaing
dan tuntutan kehidupan keluarga dan non-kerja. Banyak
perhatian telah dicurahkan untuk penelitian tentang konflik
pekerjaan-keluarga dan upaya untuk mencapai
keseimbangan antara dunia kerja dan dunia keluarga.
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan sumber stres yang
umum secara internasional dan meningkat karena
meningkatnya tuntutan pekerjaan.
242
BAB X
CHANGE MANAGEMENT
A. Tuntutan Dalam Perubahan Organsisasi
Dalam organisasi, perubahan terjadi karena berbagai
alasan dan mengambil banyak cara dalam melakukan
perubahan. Beberapa perubahan disebabkan oleh upaya
pengembangan organisasi seperti perampingan, reorganisasi,
atau pengenalan tim baru. Beberapa perubahan adalah hasil
dari mandat eksternal seperti adanya peraturan pemerintah
yang baru. Adanya perubahan dalam organisasi juga
disebabkan karena hadirnya kepemimpinan baru.132 Tidak ada
perusahaan saat ini yang berada dalam lingkungan yang sangat
stabil. Bahkan mereka yang memiliki pangsa pasar dominan
pun harus berubah, terkadang secara radikal. Meskipun Apple
telah sukses dengan iPad-nya, meningkatnya jumlah pesaing di
bidang komputer tablet menunjukkan bahwa Apple perlu terus
memperbarui dan berinovasi untuk tetap menjadi yang
terdepan di pasar. Dalam industri, para pengusaha memiliki
semboyan “berubah atau mati”.133
132
Luthans, Organizational Behavior (An Evidence Based Approach).
133
Barnhill, Smith, and Oja, “What Is Organizational Behavior.”
243
Perubahan dalam organisasi dapat terjadi dalam
beberapa aspek yaitu sifat tenaga kerja, teknologi, ekonomi,
competitor, isu sosial dan politik.
244
produk dan strategi pemasaran agar peka terhadap
perubahan tren sosial.
Tuntutan Contoh
Teknologi ⮚ Smartphone
⮚ Social media
⮚ Artificial intelligent
245
B. Perubahan Terencana
Contoh perubahan (change) dalam organisasi dapat
diilustrasikan dalam cerita berikut ini. Sebuah pabrik mobil
besar menghabiskan beberapa miliar dolar untuk memasang
robotika canggih. Salah satu area yang akan menerima
peralatan baru adalah kontrol kualitas, di mana komputer
canggih akan secara signifikan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menemukan dan memperbaiki cacat. Karena
peralatan baru akan secara dramatis mengubah pekerjaan di
area kontrol kualitas, dan karena manajemen mengantisipasi
resistensi karyawan yang cukup besar terhadapnya, para
eksekutif mengembangkan program untuk membantu orang
menjadi terbiasa dengannya dan mengatasi kecemasan apa pun
yang mungkin mereka rasakan. Dalam pemaparan cerita ini
juga termasuk perubahan yang direncanakan.
246
change agent atau agen perubahan. Change agent melihat masa
depan organisasi yang belum diidentifikasi oleh orang lain, dan
mereka mampu memotivasi, menciptakan, dan
mengimplementasikan visi ini. Change agent dapat berasal dari
kalangan manajer atau non manajer, karyawan, atau konsultan
luar.134
134
Ibid.
247
biasanya lebih disukai daripada apatis atau diam dan dapat
menunjukkan bahwa anggota organisasi terlibat dalam proses
tersebut, memberikan agen perubahan kesempatan untuk
menjelaskan upaya perubahan. Agen perubahan juga dapat
menggunakan resistensi untuk memodifikasi perubahan agar
sesuai dengan preferensi anggota lain dari organisasi. Ketika
mereka memperlakukan perlawanan hanya sebagai ancaman,
daripada sudut pandang untuk didiskusikan, mereka dapat
meningkatkan konflik disfungsional.
135
Kinicki and Fugate, Organizational Behaviour (A Practical, Problem
Solving Approach).
248
struktur susunan organisasi itu sendiri. Perlu dicatat bahwa
tidak semua perubahan itu baik. Kecepatan dapat menyebabkan
keputusan yang buruk, dan kadang-kadang mereka yang
memulai perubahan gagal menyadari besarnya dampak dari
perubahan tersebut. Perubahan transformasional yang cepat
berisiko dapat menyebabkan kegagalan dari organisasi. Agen
perubahan perlu hati-hati dalam melaksanakan perubahan.136
136
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
249
Sumber Individu
250
Sumber organisasi
Inersia struktural: Organisasi memiliki
mekanisme bawaan seperti proses seleksi dan
regulasi yang diformalkanuntuk menghasilkan
stabilitas. Ketika sebuah organisasi dihadapkan
dengan perubahan, inersia struktural ini bertindak
sebagai penyeimbang untuk mempertahankan
stabilitas.
Fokus perubahan yang terbatas: Organisasi terdiri
dari sejumlah subsistem yang saling bergantung.
Yang satu tidak bisa diubah tanpa memengaruhi yang
lain. Jadi perubahan terbatas dalam subsistem
cenderung terhambat atau dibatalkan oleh sistem
yang lebih besar.
Inersia kelompok: perubahan dalam perilaku
individu seringkali akan berbenturan dengan adanya
norma kelompok. Hal ini dapat menjadi kendala
dalam perubahan perilaku individu.
Ancaman terhadap keahlian: Perubahan dalam
pola organisasi dapat mengancam keahlian kelompok
khusus. Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang
sudah mapan. Setiap pembagian wewenang
pengambilan keputusan dapat mengancam hubungan
kekuasaan yang telah lama terjalin di dalam
organisasi.
*) inersia adalah suatu kondisi dimana organisasi
menolak adanya perubahan dan cenderung
mempertahankan stabilitas.
251
D. Mengatasi Resistensi Terhadap Perubahan
Dalam proses menghadapi resistensi organisasi
terhadap perubahan dapat dilakukan dengan banyak hal.
Delapan taktik dapat membantu agen perubahan menghadapi
penolakan terhadap perubahan.137
2. Partisipasi
252
keuntungan-keuntungan ini adalah yang negatif: potensi
solusi yang buruk dan konsumsi waktu yang besar dalam
proses perubahan.
253
karyawan dari sebuah perusahaan perumahan besar di
Belanda yang sedang mengalami merger. Mereka yang
memiliki hubungan yang lebih positif dengan supervisor
mereka, dan yang merasa bahwa lingkungan kerja
mendukung pengembangan, jauh lebih positif tentang
proses perubahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa jika
manajer mampu memfasilitasi hubungan positif, mereka
mungkin dapat mengatasi penolakan terhadap perubahan
bahkan di antara mereka yang biasanya tidak menyukai
perubahan.
6. Manipulasi
254
membuat karyawan menerima perubahan adalah contoh
manipulasi. Kooptasi, di sisi lain menggabungkan
manipulasi dan partisipasi. Ia berusaha untuk "membeli"
para pemimpin perlawanan kelompok dengan memberi
mereka peran kunci, mencari nasihat mereka bukan untuk
menemukan solusi yang lebih baik tetapi untuk
mendapatkan dukungan mereka. Baik manipulasi maupun
kooptasi adalah cara yang relatif murah untuk mendapatkan
dukungan dari musuh, tetapi keduanya dapat menjadi
boomerang jika target menyadari bahwa mereka sedang
ditipu atau digunakan.
255
positif dan toleransi risiko tinggi dapat mengatasi
perubahan organisasi dengan lebih baik.
8. Adanya paksaan
138
Robbins and Judge, Organizational Behaviour.
257
Gambar 9. 7 Model Perubahan Kurt Lewin
Gambar Model Perubahan Kurt Lewin
G
a
mPenelitian tentang perubahan organisasi telah
b
menunjukkan bahwa, agar efektif, perubahan aktual harus
a
terjadi r dengan cepat. Organisasi yang langsung berfokus
langsung pada perubahan cenderung lebih lamban daripada
S
denganE organisasi yang mencapai dan melalui tahap
Q
pergerakan dengan cepat. Setelah perubahan
G
diimplementasikan, agar berhasil, situasi baru harus
a 258
m
b
a
dibekukan kembali (distabilkan) sehingga dapat
dipertahankan dari waktu ke waktu. Tanpa langkah terakhir
ini, perubahan kemungkinan akan berumur pendek dan
karyawan akan berusaha untuk kembali ke keadaan
ekuilibrium sebelumnya. Maka, tujuan dari pembekuan
ulang adalah untuk menstabilkan situasi baru dengan
menyeimbangkan kekuatan pendorong dan penahan.
139
Gibson et al., Organizations Behavior, Structure, Processes.
260
DAFTAR PUSTAKA
262
Quinn, Kim S. Cameron Robert E. Diagnosing and Changing
Organizational Culture, Revised Ed., 2006.
Raghuramapatruni, Radha, and Shanmukha Rao Kosuri. “The
Straits of Success in a VUCA World.” IOSR Journal of
Business and Management, no. 2015 (2017): 16–22.
Riggio, Ronald E, and Lyman W Porter. Introduction To
Industrial / Organizational P Sychology Sixth Edition
Consulting Editor, 2013.
Robbins, P. Stephen, and A. Timothy Judge. Organizational
Behaviour. United States: Pearson Education, 2013.
Schein, Edgar. Organizational Culture and Leadership. John
Wiley & Sons, 2004.
Schmidt, F L, and J E Hunter. “Development of a General
Solutation to the Problem of Validity Generalisation.”
Journal of Applied Psychology (n.d.): 529–540.
Sinha, Deepti, and Sachin Sinha. “Managing in a VUCA
World: Possibilities and Pitfalls.” Journal of Technology
Management for Growing Economies 11, no. 1 (2020):
17–21.
Smith, M, M Clegg, and D Andrews. Selection and
Assessment: A New Appraisal. Pitman, London, 1989.
Stewart, Jan. “Instructional and Transformational Leadership:
Burns, Bass and Leithwoood.” Journal of Educational
Administration (2006): 1–29.
Urbach, Nils, and Maximilian Röglinger. “Introduction to
Digitalization Cases : How Organizations Rethink Their
Business for the Digital Age Introduction to Digitalization
Cases : How Organizations Rethink Their Business for the
Digital Age By,” no. January (2019).
263
Verma, Anju, Monika Bansal, and Jyoti Verma. “Industry 4 .
0 : Reshaping the Future of HR” 36, no. 5 (2020): 9–11.
264
BIODATA PENULIS
Biodata Penulis Pertama
266
Biodata Penulis Kedua
267
Conference on Education and Social Science (ICESS) di
Tokyo, Jepang. Penghargaan satya lencana pengabdian 10
tahun di UIN Surakarta, meraih beasiswa program Mora
scholarship serta penghargaan sebagai dosen terbaik di FUD
UIN Surakarta di tahun 2021.
268