net/publication/374030171
PSIKOLOGI KOGNITIF
CITATIONS READS
0 2,093
9 authors, including:
M Aris Rofiqi
University Pancasakti Tegal
14 PUBLICATIONS 59 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by M Aris Rofiqi on 26 September 2023.
i
PSIKOLOGI KOGNITIF
Redaksi:
Jalan Banjaran, Desa Banjaran RT 20 RW 10 Kecamatan Bojongsari
Kabupaten Purbalingga Telp. 0858-5343-1992
Surel : eurekamediaaksara@gmail.com
Cetakan Pertama : 2023
ii
KATA PENGANTAR
iii
Tim Penulis
DAFTAR ISI
iv
H. Model Tingkat Pendekatan Pengelolaan (level of
processing) ......................................................................... 46
I. Model Memori Jangka Pendek dan Panjang ................ 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 49
BAB 5 LONG TERM MEMORY ................................................... 50
A. Pendahuluan ................................................................... 50
B. Long Term Memory (Ingatan Jangka Panjang) ............... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 54
BAB 6 KONSEP MEMORI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN
BARAT .................................................................................. 56
A. Pendahuluan ................................................................... 56
B. Otak sebagai Pusat Inti Memori .................................... 58
C. Teori tentang Memori ..................................................... 60
D. Ingatan dan Lupa dalam Perspektif Islam .................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 65
BAB 7 PROBLEM SOLVING DAN CREATIVITY:
MENGGABUNGKAN KETERAMPILAN UTAMA
UNTUK SUKSES................................................................. 66
A. Pendahuluan ................................................................... 66
B. Definisi Problem Solving dan Creativity .......................... 66
C. Hubungan antara Problem Solving dan Creativity ......... 67
D. Meningkatkan Problem Solving dan Creativity .............. 68
E. Peran Teknologi .............................................................. 69
F. Kesimpulan...................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 72
BAB 8 DECISION MAKING .......................................................... 73
A. Pendahuluan ................................................................... 73
B. Pengertian Decision Making ............................................ 75
C. Teori-teori Pengambilan Keputusan ............................. 76
D. Pentingnya Decision Making ........................................... 78
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan ........................................................................ 79
F. Kriteria Pengambilan Keputusan .................................. 80
G. Metode Pengambilan Keputusan .................................. 81
H. Tipe-tipe Keputusan ....................................................... 82
I. Tahapan-tahapan dalam Pengambilan Keputusan...... 83
J. Proses Pengambilan Keputusan .................................... 85
v
K. Strategi pengambilan keputusan ................................... 89
L. Hal-hal yang Mempengaruhi dalam Pengambilan
Keputusan ........................................................................ 89
M. Penutup ............................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 93
BAB 9 PERKEMBANGAN KOGNITIF ........................................ 95
A. Definisi Perkembangan Kognitif .................................... 95
B. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget .................... 95
C. Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky.............. 108
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kognitif ........................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 114
TENTANG PENULIS...................................................................... 117
vi
BAB PENGANTAR
1
PENGANTAR PSIKOLOGI KOGNITIF
PSIKOLOGI
KOGNITIF
A. Pendahuluan
Bagaimana cara manusia memahami bahasa, mengelola
bahasa agar bisa di pahami, bagaimana cara memandang
lingkungan, bagaimana cara kerja memori, bagaimana cara
bernalar, bagaimana cara memecahkan solusi dan masih banyak
lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang merupakan
pertanyaan dasar dari psikologi kognitif. Manusia diciptakan
sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia diberi kemampuan
untuk berfikir.
Sebagai contoh, saat anda bangun pagi maka saat itu pula
anda memulai berfikir. Merenungkan kegiatan-kegiatan apa
yang harus anda lakukan secara lengkap untuk aktifitas hari itu
atau mungkin beberapa hari ke depan dengan urutan-urutan
kegiatan mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Jika anda
di hari itu mempunyai beberapa rencana kegiatan, maka akan
ada kegiatan yang menjadi prioritasnya. Misalkan kegiatan anda
setelah bangun pagi pada hari itu adalah membersihkan rumah,
menyiapkan sarapan, berangkat kantor, antar anak-anak
sekolah, belanja dan menjenguk orang sakit. Kognitif anda mulai
bekerja, anda mulai berfikir apa yang akan anda kerjakan
terlebih dahulu agar semua bisa terlaksana dengan baik tanpa
ada yang terlewatkan bahkan waktu pun bisa sesuai dengan
rencana awal.
1
Bayangkan semua pikiran anda seolah-oleh entitas fisik,
berputar dengan cepat di dalam pikiran. Otak mampu
berpindah dari satu pikiran ke pikiran berikutnya secara teratur.
Otak tanpa henti memahami, memproses, merencanakan,
mengatur dan mengingat dengan baik. Pikiran-pikiran ini
merupakan salah satu contoh kognisi pada saat bekerja yang
sangat kompleks. Kognisi merupakan fitur penting dari
kesadaran manusia, namun tidak semua aspek kognisi dialami
secara sadar.
Setiap hari bahkan setiap saat kita selalu disibukkan
untuk berfikir tentang apa saja yang telah terekam dalam
memori kita, tentu diawali melalui panca indra kita kemudian
dikirim ke otak, direkam selanjutnya dimunculkan melalui
tindakan-tindakan atau perilaku sesuai dengan pola pemikiran
kita. Setiap manusia tentu memiliki tingkat kognitif/berpikir
yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor dari diri sendiri maupun faktor dari luar.
Faktor dari dalam individu sendiri seperti tingkat
intelegensi, pengalaman, kondisi kesehatan/psikologi dan
sebagainya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, semakin banyak
pengalaman, semakin sehat kondisi fisik dan psikis maka pada
umumnya cara berpikirnya seseorang akan semakin luas dan
kompleks. Sedangkan faktor dari luar seperti pergaulan,
lingkungan sosial dimana ia berada, pendidikan, dan sebagainya
juga merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan karena
berkontribusi dalam cara berpikirnya seseorang.
Kedua faktor tersebut saling kuat pengaruhnya sehingga
mempengaruhi bagaimana cara seseorang dalam berfikir yang
jelas dan tepat. Meskipun demikian banyaknya usia seseorang
tidak bisa menjamin orang tersebut mampu berfikir yang luas
dan bijak. Usia hanyalah hitungan angka saja tapi tidak
mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses berpikirnya
seseorang.
2
B. Sejarah Psikologi Kognitif
Perkembangan ilmu tentu dimulai dari sejarah-sejarah
tokoh terdahulu yang memunculkan rasa penasaran kemudian
dilakukan penelitian sampai akhirnya menjadi sebuah teori.
Begitupun dengan perkembangan psikologi kognitif sangat
menarik untuk dibahas karena menyimpan banyak rasa
penasaran terkait dengan proses kognitifnya. Berikut ada sejarah
beberapa tokoh yang menjelaskan tentang sejarah psikologi
kognitif.
1. Aristoteles (384-322 SM)
Studi tentang kognisi manusia dimulai lebih dari 2000
tahun yang lalu. Aristoteles seorang filsuf Yunani tertarik
pada banyak bidang, termasuk cara kerja batin, pikiran dan
bagaimana mereka mempengaruhi pengalaman manusia.
Dia juga sangat mementingkan memastikan bahwa studinya
dan ide didasarkan pada bukti empiris (informasi ilmiah
yang dikumpulkan melalui observasi dan eksperimen yang
cermat)
2. Descartes (1596 – 1650)
Rene Descartes adalah seorang filsuf abad ketujuh
belas yang menciptakan ungkapan terkenal yaitu tindakan
berpikir membuktikan bahwa seorang pemikir itu ada.
Descartes mengemukakan ide ini ketika mencoba
membuktikan apakah manusia bisa benar-benar mengetahui
apapun meskipun faktanya Indera kita terkadang menipu
kita. Beliau menegaskan “kita tidak dapat meragukan
keberadaan kita saat kita ragu”.
3. Wilhelm Wundt (1832 – 1920)
Wilhelm Wundt dianggap sebagai salah satu tokoh
pendiri psikologi modern, dia merupakan orang pertama
yang menyebut dirinya seorang psikolog. Wundt percaya
bahwa psikologi ilmiah harus fokus pada introspeksi, atau
analisis isi pikiran dan pengalaman sendiri. Meskipun
sampai saat ini metode Wundt diakui sebagai subyektif dan
tidak dapat diandalkan, dia merupakan salah satu tokoh
penting dalam kajian kognisi karena pemeriksaannya
terhadap proses pemikiran manusia.
3
C. Definisi Psikologi Kognitif
Sebelum membahas psikologi kognitif lebih mendalam,
kita akan pahami terlebih dahulu makna dari kata psikologi
kognitif. Psikologi kognitif terdiri dari dua kata yaitu kata
psikologi dan kata kognitif, keduanya mempunyai makna atau
arti yang berbeda tetapi saling berkaitan. Psikologi kognitif
bukanlah kata asing lagi terutama bagi ilmuan-ilmuan psikologi.
Ilmu kognitif juga banyak digunakan di berbagai ilmu lainnya
seperti ilmu komputer. Untuk lebih jelasnya berikut akan
disampaikan makna dari istilah psikologi kognitif agar lebih
mudah dipahami.
Psikologi dalam bahasa Yunani berasal dari dua suku kata
yaitu psyche dan logos. Psyche artinya jiwa sedangkan logos
artinya ilmu. Jadi psikologi mempunyai makna sebagai ilmu
yang mempelajari kejiwaan manusia dari berbagai aspek.
Sedangkan menurut wikipedia menyampaikan psikologi
sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan
yang mempelajari tentang tingkah laku manusia, fungsi mental
dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah. Sedangkan
kognitif merupakan seluruh kegiatan mental sehingga seseorang
bisa menghubungkan, menilai, mempertimbangkan suatu
peristiwa dan pada akhirnya bisa mendapatkan informasi untuk
menjalankan aktifitas sehari-hari.
Jadi psikologi kognitif merupakan suatu cabang dari ilmu
psikologi yang mempelajari cara/proses berpikir manusia.
Proses berfikir pada manusia secara kompleks dari yang kita
sadari sampai dengan yang tidak disadari. Jadi makna dari
kognitif yaitu kemampuan berpikir, yang mencakup di
dalamnya seperti persepsi, atensi, pemecahan masalah,
penilaian bahasa, memori, dll.
Melalui panca indra, manusia bisa mempersepsikan apa
yang menjadi objeknya untuk disimpan dalam memori
kemudian akan menjadi sebuah atensi dan bisa pula digunakan
sebagai pemecah masalah atas permasalahan yang dialaminya.
Hal ini merupakan serangkaian proses kerja kognitif Proses
kognisi tidak jauh dari persepsi yang disimpan dalam memori
4
manusia tentu diperkuat dari pengetahuan dan pengalaman
yang dimilikinya, sehingga kondisi psikologi kognitif manusia
akan berbeda-beda meskipun usianya sama.
5
makhluk hidup.
6
F. Ruang Lingkup Psikologi Kognitif
Cakupan ruang lingkup psikologi kognitif sangat luas
yaitu mempelajari persepsi, memori, perhatian, pengenalan
pola, pemecahan masalah, bahasa dan perkembangan kognitif.
Secara detail akan dibahas pada bab-bab berikutnya agar lebih
terfokus pembahasannya. Meskipun demikian dalam bab 1 ini
ruang lingkup psikologi kognitif akan disampaikan secara garis
besarnya saja agar pembaca bisa mempunyai gambaran terkait
dengan ruang lingkup psikologi kognitif ini.
Yang pertama yaitu mengenai persepsi. Persepsi
merupakan proses pemahaman atau pemberian makna atas
suatu informasi terhadap stimulus. Persepsi ini muncul karena
adanya informasi yang didapat melalui panca indra atau dengan
kata lain persepsi sebagai proses awal penerimaan atas informasi
yang di dapat melalui panca indra. Sedangkan memori yaitu
sebagai tempat untuk memasukkan, menyimpan dan
mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah
didapatkan. Memori ini sebagai komponen penting karena
memori sebagai elemen pokok dalam sebagian besar proses
kognitif.
Selanjutnya yaitu tentang perhatian, menurut Wikipedia
bahasa Indonesia, atensi/perhatian adalah pemrosesan secara
sadar sejumlah kecil informasi yang tersedia. Informasi
didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses
kognitif lainnya. Yang menjadikan pusat perhatian ini biasanya
hal-hal yang ingin dikembangkan dalam proses berpikirnya.
Komponen berikutnya yaitu pengenalan pola. Rekognisi
pola adalah proses mengidentifikasikan serangkaian
stimuli pengindraan yang kompleks. Ketika kita merekognisi
suatu pola, maka indra kita akan mengubah dan
mengorganisasikan informasi yang masih mentah yang
diberikan oleh reseptor penginderaan, lalu informasi ini akan
dibandingkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di
dalam ingatan (memory).
7
Selain beberapa komponen diatas, selanjutnya yaitu
terkait dengan pemecahan masalah. Setiap informasi-informasi
yang didapat dan tersimpan di memori suatu saat akan di
keluarkan dan menjadi solusi dalam pemecahan masalah.
Sejumlah informasi yang sudah terpolakan dan tersimpan
dengan baik akan dimunculkan kembali jika memang
dibutuhkan. Sehingga proses kognitif ini merupakan kerjasama
yang saling berkaitan antara satu komponen dengan komponen
lainnya.
Komponen yang terakhir adalah bahasa dan
perkembangan kognitif. Semakin banyak informasi-informasi
yang tersimpan dalam memori maka menjadikan bahasa dan
perkembangan kognitif semakin luas. Cara kerja kognitif
semakin dalam dan semakin kompleks. Seperti pada penjelasan
sebelumnya yang menyebutkan bahwa manusia mempunyai
kemampuan yang tak terbatas sehingga apapun yang masuk
dalam memori akan menjadi bahan referensi dalam proses kerja
kognitifnya.
8
menentukan pilihannya sendiri. Sebagai orang tua hanya
mendampingi dan mengarahkan saja, memberikan gambaran-
gambaran masa depan seperti apa, kendala-kendala yang
mungkin akan muncul dan harus dipersiapkan sejak awal,
selanjutnya memberikan kesempatan pada anak agar bisa
berfikir untuk menentukan solusinya dan memilih jurusan
sendiri berdasarkan minat dan informasi-informasi yang
didapatkannya.
Contoh lainnya dalam penerapan teori kognitif sejak usia
dini yaitu biasanya orang tua membelikan mainan anak yang
merangsang proses kognitif anak, misalnya seperti puzzle,
balok, boneka, rumah-rumahan, lego dan lainnya. Anak-anak
dengan bermain permainan itu secara tidak langsung mereka
sedang melatih kognitifnya. Mereka akan terlatih dan terbiasa
dalam menyelesaikan tugasnya yaitu menyelesaikan
permainannya sampai jadi. Anak-anak yang ulet dan kreatif
akan menunjukkan hasilnya yang luar biasa, anak dibiarkan
membentuk apapun yang ia inginkan dengan permainan yang
sudah disediakan. Tugas orang tua cukup mendampingi dan
memantau anak-anak ketika sedang bermain. Permainan-
permainan seperti ini sangat bagus untuk melatih kerja kognitif
anak sejak usia dini.
Yang kedua contoh penerapan teori kognitif dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Biasanya di
lingkungan masyarakat ada perkumpulan organisasi-organisasi
baik tingkat pemuda maupun orang tua. Masyarakat yang aktif
di dalam organisasi secara tidak langsung juga melatih proses
kognitifnya. Semakin sering diagendakan kegiatan organisasi
maka semakin sering masyarakat berlatih proses kognitif,
karena disetiap rencana kegiatan pasti ada hal-hal yang
dibicarakan atau dirapatkan.
Orang-orang yang aktif dalam berorganisasi biasanya
cara berpikirnya lebih baik dan lebih kompleks karena mereka
mempunyai banyak pengalaman yang tersimpan rapi dalam
memori sehingga menambah wawasan dalam berfikir. Semakin
aktif anggota masyarakatnya maka akan semakin baik kondisi
9
desanya.
Melatih dan memaksimalkan cara kerja kognitif manusia
sebenarnya sudah sering terjadi sejak kecil, akan tetapi tidak
sedikit yang baru bisa memahami dan menyadarinya. Karena
pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berfikir, sejak
kecil sampai dengan lanjut usia, dari bangun tidur sampai tidur
kembali proses kognitif akan terus berjalan.
Yang ketiga contoh penerapan teori kognitif dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah. Bapak/Ibu guru
juga selalu melatih kognitif peserta didiknya dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan, tujuannya untuk mengetahui apakah peserta
didik bisa memahami atau belum memahami kemudian peserta
didik diminta untuk berpikir agar bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikannya tersebut.
Selain itu bentuk latihan kognitif lainnya bisa berupa
kegiatan kelompok. Bapak/Ibu guru memberikan tugas
kelompok kepada peserta didik, kemudian peserta didik saling
berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Bapak/Ibu gurunya tersebut. Kemudian hasil diskusi
tersebut dipresentasikan di depan umum untuk di diskusikan
kembali dengan Bapak/Ibu guru dan teman-teman lainnya. Ini
salah satu bentuk proses kognitif di sekolah melalui materi
pelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru di sekolah.
Selain ini ada juga cara melatih berpikir kognitif siswa siswi
melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Inilah salah satu contoh melatih kognitif dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan rumah, masyarakat maupun di
sekolah. Dan masih banyak lagi contoh kegiatan lainnya yang
termasuk kegiatan dalam mengasah/melatih kognitif. Sekali lagi
disadari maupun tidak disadari sebenarnya sejak kecil pun
anak-anak sudah dilatih kognitifnya, sehingga anak sudah
terbiasa untuk berfikir meskipun berfikir yang ringan-ringan
sesuai usianya.
10
Demikian pengantar dari psikologi kognitif yang bisa
disampaikan semoga bermanfaat dan bisa selalu melatih
berpikir secara kompleks dan bijaksana.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB PROSES PERSEPSI:
2
PROSES PERSEPSI: PATTERN RECOGNITIO
PATTERN
RECOGNITION
A. Pendahuluan
Ketika melihat objek di sekitar Anda, maka Anda telah
melakukan proses kognitif yang luar biasa. Panca indera dan
saraf Anda telah mengambil masukan sensorik dan
menafsirkannya secara bermakna, dalam proses yang sangat
rumit dan luar biasa, dikenal sebagai persepsi. Dengan kata lain,
Anda telah merasakan pola, objek, orang, dan peristiwa di
sekitar dunia Anda. Mungkin Anda menganggap apa yang telah
Anda lakukan ini bukan sesuatu yang luar biasa, hal ini karena
Anda melakukannya dan menjadi rutinitas setiap hari. Ahli saraf
memperkirakan bahwa area otak kita yang bertanggung jawab
untuk pemrosesan visual menempati hingga setengah dari total
ruang korteks (Tarr & Gauthier, 2000).
Masalah utama dari persepsi adalah menjelaskan
bagaimana kita melekatkan makna pada informasi sensorik
yang kita terima. Dalam contoh yang baru saja diberikan Anda
melihat objek tertentu seperti pohon, manusia, dan sebagainya.
Anda menerima informasi sensorik dan entah bagaimana
menafsirkan sehingga muncul makna dari objek yang dilihat.
Anda mengenali objek-objek tertentu—yaitu, melihatnya
sebagai hal-hal yang pernah Anda lihat sebelumnya. Pertanyaan
bagi psikolog kognitif adalah bagaimana kita berhasil
memproses citra ini dan kemudian memberi makna pada tiap
informasi yang didapatkan dengan begitu cepat dan biasanya
13
tanpa kesalahan.
B. Memahami Persepsi
Meskipun banyak orang sering menganggap bahwa
persepsi adalah “membangun makna” dari pengalaman yang
diperoleh, namun dalam praktiknya, munculnya makna itu
umumnya tanpa harus diupayakan (King, 2001). Kita hidup di
dunia fisik yang ada dan bebas dari interpretasi manusia. Dalam
dunia yang koheren ini, manusia dapat mengenali pola di
lingkungannya dan tidak harus “membangun makna”.
Mengenali pola keberadaan yang relevan, atau kebenaran
objektif dari realitas, sangat penting untuk kelangsungan hidup
semua hewan (Geary, 2005).
Proses ini sangat cepat dan mudah, hal ini menunjukkan
bahwa terkadang proses ini tidak melalui proses berfikir (Bargh
& Morsella, 2008). Banyak fenomena yang kita hadapi sering
bertentangan dengan pengalaman atau perkiraan kita
sebelumnya sehingga memerlukan proses refleksi langsung
secara intens (yaitu, proses berfikir). Namun dengan tidak
adanya pengalaman awal yang dimiliki, pengenalan pola harus
terjadi dengan cara yang cepat, relatif mudah, dan secara refleks
(King & Hicks, 2009).
Penelitian tentang identifikasi makna yang muncul dari
pengalaman sering dihubungkan dengan proses intuitif dalam
penggalian makna. Dalam studi Meaning Maintenance Model
(MMM, terj. model pemeliharaan makna) berfokus pada
bagaimana mengembalikan makna seperti kondisi semula ketika
muncul ketidak sesuaian dengan harapan yang diinginkan
(Heine, Proulx & Vohs, 2006). Di dalam studi MMM, makna
didefinisikan sebagai “hubungan atau asosiasi yang diharapkan
yang dibangun dan diterapkan oleh manusia pada dunia
mereka” (Heine, Proulx & Vohs, 2006, p. 90). Bagi MMM, makna
adalah konstruksi, bukan aspek pengalaman yang terletak di
lingkungan eksternal.
14
Pavlidis dalam bukunya mendefinisikan pengenalan pola:
“istilah ‘pola’ memiliki kesamaan akar kata dengan kata
‘pendukung’ (atau rujukan), dalam penggunaan aslinya, berarti
sesuatu yang dijadikan sebagai contoh sempurna untuk ditiru.
Jadi pengenalan pola berarti identifikasi sesuatu yang dianggap
ideal sebagai hasil dari memahami suatu objek
tertentu.”(Pavlidis, 2013). Pengenalan pola menggambarkan
proses kognitif dalam membandingkan dan mencocokkan
informasi yang timbul karena adanya rangsangan dengan
informasi yang telah tersimpan dalam dari ingatan (Eysenck &
Keane, 2005)
Saat pola dikenali, dihafal, dan diproses oleh pikiran,
individu dapat membangun konsep pola berpikir sebagai
konsep kesatuan fungsional dari prinsip pengenalan pola. Istilah
pola berpikir mencakup segala pola yang dapat diidentifikasi
oleh bahasa, teori, proses, mekanisme, tubuh, model, deskripsi,
aktivitas, dan lainnya. Ini dapat menjadi acuan atau standar
gambaran visual, sensasi sentuhan, persepsi rasa kimiawi,
tindakan yang dirasakan, pemikiran, konsep, dan lainnya.
Deskripsi konsep pola berpikir adalah bahwa otak
manusia mengulangi aktivasi pola berpikir bahkan tanpa
rangsangan eksternal, itu mengaktifkan dan mengasosiasikan
pola yang dihafal. Dalam bahasa yang lebih akrab, otak secara
konstan mengingat, membandingkan, mengingat tahapan
pembelajaran, membandingkan strategi pembelajaran dan
pemecahan masalah. Dengan kata lain, pengulangan pola
berpikir yang terjadi sesuai dengan pola asosiasi
mensimulasikan pengulangan solusi masalah yang mungkin
dihafal, dan juga meningkatkan kemampuan untuk
memecahkan masalah lain, sehingga mampu membangun
strategi yang jauh lebih baik melalui proses berpikir. Proses
inilah yang disebut dengan berpikir.
15
C. Sistem dan Proses Pengenalan Pola
Pengenalan pola terjadi ketika informasi dari lingkungan
diterima dan dimasukkan ke dalam memori jangka pendek,
menyebabkan aktivasi otomatis dari konten spesifik memori
jangka panjang. Contoh mudah dari proses ini adalah ketika
seorang anak mempelajari alfabet secara berurutan. Ketika
seorang guru mengajarkan secara berulang-ulang huruf 'A, B, C'
kepada seorang anak, dengan memanfaatkan pengenalan pola
maka anak tersebut akan mengatakan 'C' setelah mereka
mendengar kata 'A, B' disebutkan secara berurutan. Dengan
metode pengenalan pola memungkinkan kita untuk
memprediksi dan menduga apa yang akan ada selanjutnya.
Proses pengenalan pola melibatkan pencocokan informasi yang
diterima dengan pengetahuan yang tersimpan di otak. Membuat
hubungan antara ingatan dan informasi yang baru diterima
adalah proses pengenalan pola yang disebut identifikasi.
Pengenalan pola membutuhkan pengulangan pengalaman.
Memori pemaknaan yang digunakan secara implisit dan tidak
sadar, adalah jenis memori utama yang terlibat dalam
pengenalan (Snyder, 2000).
Tidak diragukan lagi bahwa otak memiliki kemampuan
untuk mengenali pola, bereaksi terhadap pola, mengingat pola,
mengulang pola, mengasosiasikan pola, dan sebagainya. Proses
pengenalan pola sangat penting bagi pembentukan persepsi
manusia dan berlaku juga untuk hewan. Bahkan koala, yang
dikenal memiliki kemampuan berpikir kurang berkembang,
menggunakan pengenalan pola untuk menemukan dan
mengkonsumsi daun eucalyptus. Kemampuan otak manusia
mengalami berkembang yang lebih cepat daripada yang dimiliki
otak hewan. Meskipun demikian otak manusia memiliki
kemiripan dengan otak burung dan mamalia yang lebih rendah.
Sistem jaringan saraf lapisan luar otak manusia telah
mengalami perkembangan yang memungkinkan untuk
melakukan pemrosesan pola visual dan pendengaran yang lebih
baik. Mengenal lingkungan, mengingat temuan, dan merasakan
adanya bahaya dan sumber daya dimanfaatkan untuk
16
meningkatkan peluang bertahan hidup adalah contoh
penerapan pengenalan pola untuk manusia dan hewan
(Mattson, 2014).
Ada enam teori utama pengenalan pola: pencocokan
template (template matching), pencocokan prototipe (prototype-
matching), analisis karakter (feature analysis), teori pengenalan
melalui komponen (recognition-by-components theory, RBC), dan
Top-down and bottom-up processing. Namun untuk
mempermudah Anda dalam memahami teori-teori ini, dalam
bab ini hanya akan dibahas empat teori saja. Penerapan teori-
teori ini dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa berdiri sendiri.
Pengenalan pola memungkinkan kita membaca kata, memahami
bahasa, mengenali teman, dan bahkan menghayati alunan
musik. Setiap teori berlaku untuk berbagai aktivitas dan wilayah
di mana pengenalan pola diamati. Pengenalan wajah, musik dan
bahasa, dan seriasi (pengenalan melalui kemiripan atau
perubahan objek) adalah beberapa dari fokus kajian teori
tersebut. Pengenalan wajah dan seriasi terjadi melalui
penyandian pola visual, sedangkan pengenalan musik dan
bahasa menggunakan penyandian pola pendengaran.
1. Pencocokan Template (Template Matching)
Teori pencocokan template menggambarkan proses
pengenalan pola yang paling mendasar bagi manusia. Teori
ini menganggap bahwa setiap objek yang ditangkap
disimpan sebagai "template" dalam memori jangka panjang
(Shugen, 2002). Pesan rangsangan baru yang masuk akan
dikomparasikan dengan template ini untuk menemukan
kecocokan yang tepat (Gregg, 2013). Dengan kata lain, semua
masukan sensorik dibandingkan dengan beberapa
representasi dari suatu objek untuk membentuk satu
pemahaman konseptual tunggal. Teori ini mendefinisikan
persepsi sebagai proses berbasis pengakuan secara
fundamental. Teori ini mengasumsikan bahwa semua yang
kita lihat, kita pahami hanya melalui ingatan kenangan, dan
kemudian menginformasikan persepsi kita tentang dunia
luar di masa depan. Misalnya, A, A, dan A semuanya dikenali
17
sebagai huruf A, tetapi bukan B. Namun, sudut pandang ini
terbatas dalam menjelaskan bagaimana pengalaman baru
dapat dipahami tanpa dibandingkan dengan templat memori
internal.
18
fitur, yang merupakan neuron tunggal, atau sekelompok
neuron, yang memberi kode karakter persepsi tertentu. Teori
ini mengusulkan peningkatan kompleksitas dalam
hubungan antara penerima rangsangan (detektor) dan
karakter persepsi yang dibangun. Alat penerima rangsangan
yang paling mendasar dapat memberikan respon terhadap
rangsangan, meskipun hanya memiliki karakter sederhana.
Lebih jauh di sepanjang jalur persepsi, detektor karakter yang
lebih terorganisir mampu merespons sifat rangsangan yang
lebih kompleks dan spesifik. Saat karakter muncul berulang
atau dalam urutan yang bermakna, kita dapat
mengidentifikasi pola ini karena aktifnya sistem pengenalan
karakter ini.
19
terlepas dari sudut pandang dan kondisi pencahayaan.
Cekung adalah pertemuan dua tepi dan memungkinkan
pengamat untuk melihat di mana satu geon berakhir dan yang
lainnya dimulai.
Realita di lapangan, hasil studi psikologis
menunjukkan bahwa pola visual sederhana seperti huruf
atau angka dapat dikenali dengan menggunakan
representasi internal sebagai template holistik. Citra mental
membentuk salah satu jenis representasi yang tampaknya
digunakan sebagai template. Mereka dapat diubah, dan
transformasi gambaran mental tampaknya menjadi salah
satu cara untuk mencapai pengakuan terlepas dari posisi
stimulus, ukuran (Jolicoeur & Besner, 1987), dan orientasi
(Bundesen, Larsen & Farrell, 1981).
Sebagian besar kasus pengenalan visual mungkin
didasarkan pada perbandingan pola input dengan
representasi memori jangka panjang, bukan representasi
jangka pendek seperti gambaran mental. Sifat representasi
memori jangka panjang visual masih kontroversial, tetapi
kesederhanaan mendukung pandangan bahwa representasi
visual dalam memori jangka panjang memiliki format yang
serupa dengan representasi visual dalam memori jangka
pendek.
Bukti empiris sugestif bahwa representasi jangka
panjang visual dapat digunakan sebagai template dalam
pengenalan pola visual sederhana, datang dari dua sumber.
Pertama, sejumlah studi waktu reaksi telah menunjukkan
penurunan sistematis dalam kecepatan pengenalan dan
akurasi yang disebabkan oleh variasi ukuran visual yang
tidak relevan (Cave & Kosslyn, 1989) dan orientasi (Jolicoeur
& Landau, 1984). Hasilnya mendukung gagasan bahwa
"pengenalan pola visual didasarkan pada perbandingan
posisi pola stimulus dengan representasi memori" (Larsen &
Bundesen, 1978, p. 19) dan pencocokan template adalah cara
paling mendasar untuk membuat perbandingan posisi
(Ullman, 1989). Kedua, model pencocokan template telah
20
menghasilkan kecocokan yang baik untuk mengamati
matriks kebingungan visual (Holbrook, 1975) dan sangat
cocok untuk variasi yang diamati dalam keterbacaan di
seluruh set karakter (Loomis, 1990).
21
yang lama untuk berfikir karena ia mempertimbangkan setiap
pilihannya secara mendetail, sedangkan individu yang yakin
pada intuisi mungkin akan secara cepat hanya memilih pada apa
yang "dirasa benar".
Selain beberapa teori persepsi yang telah diuraikan di
atas, Teori Pelanggaran Harapan (atau lebih mudah dipahami
dengan teori gangguan dugaan/harapan) memiliki peran
serupa untuk pemulihan makna setelah munculnya gangguan
terhadap harapan dibentuk individu (Burgoon & Jones, 1976).
Menurut teori ini, harapan individu terganggu ketika orang lain
berperilaku tidak terduga. Gangguan ini mengaktifkan proses
kognitif-afektif dua tahap saat penerima mencoba memahami
perilaku yang tidak diharapkan (Burgoon, 1993). Gangguan
tersebut dapat dipersepsikan secara positif atau negatif
berdasarkan karakteristik gangguan dan keadaan saat gangguan
itu terjadi. Jadi, apakah gangguan itu positif atau negatif
tergantung pada makna yang diberikan oleh individu terhadap
gangguan tersebut (Burgoon et al., 1989).
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan mendukung
teori-teori ini yang menunjukkan bahwa ketika keadaan tidak
masuk akal, individu akan secara otomatis kembali kepada
makna awal yang dibangun. Pemulihan seperti itu terjadi
bahkan ketika ancaman itu tidak disadari (Proulx & Heine,
2008). Dalam sebuah penelitian, Proulx dan Heine (2008)
menemukan bahwa ketika pelaku eksperimen diganti dengan
pelaku eksperimen yang berbeda di luar kesadaran peserta,
peserta lebih cenderung menetapkan ikatan yang lebih tinggi
daripada meremehkan proses pencarian hipotetis. Proulx dan
Heine beralasan bahwa anomali persepsi dari pelaku
eksperimen yang berbeda menyebabkan ancaman terhadap
kerangka pemaknaan partisipan. Kemudian partisipan
mengimbanginya dengan menetapkan makna dalam kerangka
alternatif dengan menghukum individu yang mengganggu
kestabilan kondisi.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
experiential self-theory.’
Eysenck, M.W. & Keane, M.T. (2005) Cognitive psychology: A student’s
handbook. Taylor & Francis.
Geary, D.C. (2005) ‘The motivation to control and the origin of mind:
Exploring the life–mind joint point in the Tree of Knowledge
System’, Journal of Clinical Psychology, 61(1), pp. 21–46.
Gregg, H. (2013) ‘Perception and perceptual illusions’, Psychology
Today [Preprint].
Heine, S.J., Proulx, T. & Vohs, K.D. (2006) ‘The meaning
maintenance model: On the coherence of social motivations’,
Personality and social psychology review, 10(2), pp. 88–110.
Holbrook, M.B. (1975) ‘A comparison of methods for measuring the
interletter similarity between capital letters’, Perception &
Psychophysics, 17, pp. 532–536.
Jolicoeur, P. & Besner, D. (1987) ‘Additivity and interaction between
size ratio and response category in the comparison of size-
discrepant shapes.’, Journal of Experimental Psychology: Human
Perception and Performance, 13(3), p. 478.
Jolicoeur, P. & Landau, M.J. (1984) ‘Effects of orientation on the
identification of simple visual patterns.’, Canadian Journal of
Psychology/Revue canadienne de psychologie, 38(1), p. 80.
Kahneman, D. & Klein, G. (2009) ‘Conditions for intuitive expertise:
a failure to disagree.’, American psychologist, 64(6), p. 515.
Kahneman, D., Slovic, P. & Tversky, A. (1982) Judgment under
uncertainty: Heuristics and biases. Cambridge university press.
Kahneman, D. & Tversky, A. (1972) ‘Subjective probability: A
judgment of representativeness’, Cognitive psychology, 3(3),
pp. 430–454.
King, L.A. (2001) ‘The Health Benefits of Writing about Life Goals’,
Personality and Social Psychology Bulletin, 27(7), pp. 798–807.
Available at: https://doi.org/10.1177/0146167201277003.
King, L.A. & Hicks, J.A. (2009) ‘Positive affect, intuition and
referential thinking’, Personality and Individual Differences,
46(7), pp. 719–724.
Larsen, A. & Bundesen, C. (1978) ‘Size scaling in visual pattern
recognition.’, Journal of Experimental Psychology: Human
24
Perception and Performance, 4(1), p. 1.
Loomis, J.M. (1990) ‘A model of character recognition and
legibility.’, Journal of Experimental Psychology: Human
Perception and Performance, 16(1), p. 106.
Mattson, M.P. (2014) ‘Superior pattern processing is the essence of
the evolved human brain’, Frontiers in neuroscience, p. 265.
Pavlidis, T. (2013) Structural pattern recognition. Springer.
Proulx, T. & Heine, S.J. (2008) ‘The case of the transmogrifying
experimenter: Affirmation of a moral schema following
implicit change detection’, Psychological Science, 19(12), pp.
1294–1300.
Shugen, W. (2002) ‘Framework of pattern recognition model based
on the cognitive psychology’, Geo-spatial Information Science,
5, pp. 74–78.
Snyder, B. (2000) Music and memory: An introduction. MIT press.
Tarr, M.J. & Gauthier, I. (2000) ‘FFA: a flexible fusiform area for
subordinate-level visual processing automatized by
expertise’, Nature neuroscience, 3(8), pp. 764–769.
Topolinski, S. & Strack, F. (2009) ‘The architecture of intuition:
Fluency and affect determine intuitive judgments of semantic
and visual coherence and judgments of grammaticality in
artificial grammar learning.’, Journal of Experimental
Psychology: General, 138(1), p. 39.
Ullman, S. (1989) ‘Aligning pictorial descriptions: An approach to
object recognition’, Cognition, 32(3), pp. 193–254.
25
BAB PROSES
3
PROSES PERSEPSI: ATTENTION
PERSEPSI :
ATTENTION
Mika Sugarni, S.Tr.Keb., M.Keb
A. Pendahuluan
Pada psikologi kognitif, proses penerjemahan informasi
dalam otak mengacu pada dunia fisik (eksternal) dan dunia
psikis (internal). Penghubung realitas untuk dunia fisik dan
psikis berpusat pada sistem sensorik yang biasa dikenal dengan
istilah sensasi dan persepsi. Sensasi sendiri berkaitan dengan
proses deteksi dini terhadap energi dari dunia fisik. Kemudian
persepsi bekerja dengan melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam
menerima stimulus, reseptor hingga memunculkan suatu
rangsangan. Selain dua hal tersebut, dalam psikologi kognitif
tidak dapat terlepas dari proses atensi (Attention).
Persepsi merupakan proses entry data dan melakukan
analisis terhadap informasi dari dunia luar. Persepsi juga dapat
diartikan sebagai proses yang diawali dengan penerimaan
stimulus atau respon melalui panca indera sehingga membentuk
suatu tanggapan. Individu yang sudah terbentuk tanggapan
dalam dirinya akan mulai sadar terhadap segala sesuatu yang
berada disekitar atau lingkungannya. Sedangkan proses
attention adalah tahap seseorang untuk berkonsentrasi pada
satu atau lebih sumber informasi dan mencoba memahami
informasi tersebut dengan menjaga konsentrasi yang ada (Jarvis,
2021).
26
Seorang ahli psikologi anak yang bernama Jean Piaget
melakukan banyak studi penelitian yang salah satunya
mengkaji tentang pendekatan perkembangan kognitif yang
berpusat pada pemikiran, penalaran, perilaku dan perasaan. Ke
empat elemen ini erat kaitannya dengan proses pemasukan data
dalam otak yang pada akhirnya akan membentuk satu perilaku
dan karakter sebagai hasil dari analisis informasi yang dilakukan
oleh otak kita. Perilaku yang menjadi hasil dari persepsi akan
mempengaruhi tingkat atensi individu pada sekelilingnya. Ahli
psikologi kognitif dalam mengolah informasi selalu
mengutamakan berpikir dan tahapan mental/psikis yang ada
kaitannya dengan ingatan (memory).
Atensi merupakan pemusatan pikiran menjadi lebih fokus
terhadap beberapa objek stimulan atau sekelompok pikiran.
Intisari dari atensi ini adalah pemusatan kesadaran yang
mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek lain yang
bukan menjadi fokus agar mampu menangani objek-objek
tertentu yang dikehendaki secara afektif. Sehingga atensi dapat
dikatakan sebagai upaya pemusatan pikiran terhadap kejadian-
kejadian sensorik atau yang berhubungan dengan mental.
27
2. Atensi atau Perhatian (Attention)
Secara psikologi, atensi merupakan kemampuan kita
untuk dapat memperhatikan satu peristiwa dari sekian
banyak kejadian yang lain diwaktu yang bersamaan. Atensi
adalah ketika pikiran kita terfokus pada satu hal dan
mengabaikan hal lain selain hal yang kita pikirkan
tersebut. Ketika kita berhasil fokus kepada satu hal, maka
kita bisa melakukan focus attention. Ketika kita tidak bisa
memikirkan dan melakukan satu hal dalam satu waktu,
maka kita bisa menjadi divided attention. Pikiran kita menjadi
bercabang (Malahayati, 2010).
Atensi jika dikaitkan dengan fungsi otak manusia,
dimana bertugas sebagai alat yang menerima dan memproses
semua stimulan yang ada. Informasi yang masuk dan
diterima oleh otak akan mulai dianalisis dan disaring.
Sebagian individu mampu menerjemahkan seluruh
informasi yang diterima sinyal otak dan sebagian lainnya
hanya beberapa informasi saja yang mampu ditangkap dan
menarik perhatian.
Atensi mengimplikasikan adanya pengabaian objek-
objek lain agar kita mampu menangani objek-objek tertentu
secara efektif. Dari sudut pandang psikologi kognitif, atensi
merupakan sebuah proses kognitif yang menyaring
informasi penting dari banyak hal di sekeliling kita, sehingga
otak kita tidak secara berlebihan dipenuhi oleh informasi
yang tidak terbatas jumlahnya. Jika jiwa kita meningkat
dalam mereaksikan sesuatu maka taraf kesadaran kita akan
meningkat juga. Apabila taraf kekuatan kesadaran kita naik
atau menjadi giat karena suatu sebab atau suatu peristiwa
maka kita berada pada permulaan perhatiaan. Perhatian
timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap
sesuatu. Objek yang menjadi sasaran tersebut bisa jadi apa
yang ada dalam diri kita dan lingkungan kita.
28
C. Proses Atensi
Atensi adalah strategi yang kita lakukan secara aktif
untuk mengolah sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah
besar informasi yang disediakan oleh alat indera kita, memori
yang tersimpan dan dari proses-proses kognitif lainnya.
29
proses bawah sadar lebih sukar sebab tidak disadari oleh
individunya. Kita lebih mudah mengingat informasi yang
menarik atensi kita dibanding informasi yang tidak dihiraukan.
Pada informasi yang diperhatikan akan dipersepsikan
tergantung dari wawasan awal yang dimiliki individu yang
berada pada memori jangka panjang. Apabila standar perhatian
ditingkatkan, maka alat indera akan segera mengumpulkan
lebih banyak informasi yang sesuai dan tidak menganggap
informasi lain yang tidak diperlukan. Kemudian informasi
tersebut diantar pada sistem memori pekerja untuk
diterjemahkan. Memori penginderaan tidak berfungsi untuk
memahami informasi tetapi hanya menerima impuls
rangsangan, memperhatikan informasi dan mengenali
gambaran dari maksud pesan yang berhasil diterima oleh otak.
Contohnya seperti ketika kita mampu mengingat apa yang kita
lihat secara visual di TV saat kita menyimak dan memberikan
atensi, sementara saat kita mengerjakan aktivitas lain sembari
menonton TV, atensi kita akan terbagi dan tidak mampu
mengingat informasi yang diperoleh di TV (Sternberg, 2008).
Kesadaran mencakup perasaan tentang apa yang disadari
maupun isinya, yang darinya bisa kita gunakan untuk
memfokuskan atensi. Oleh karena itulah atensi dan kesadaran
membentuk dua sistem operasi yang kesannya tumpang tindih.
Dahulu psikolog yakin atensi sama dengan kesadaran, namun
sekarang mereka menemukan bahwa sejumlah pemrosesan
atensi yang aktif terhadap pemrosesan indrawi, informasi yang
diingat-ingat dan informasi kognitif, bisa berjalan diluar
kesadaran kita. Contohnya pada saat ini anda dapat menyetir
sambil secara sadar melakukan aktivitas yang lain, misal
mengobrol, meskipun hal ini tidak dapat dilakukan jika anda
tidak sadar sepenuhnya.
1. Atensi yang disadari memiliki 3 tujuan bagi kognitif, yaitu:
a. Atensi membantu kita dalam memonitoring interaksi kita
dengan lingkungan disekitar. Melalui pemonitoran kita
menjaga tingkat kesadaran tentang seberapa baiknya kita
beradaptasi dengan lingkungan kita. Contoh, saat kita
berada dalam kelas, kita memiliki kemampuan untuk
30
bertahan duduk dan berperilaku berbeda seperti saat kita
sedang di tengah pesta. Hal itu terjadi karena kita
memberi atensi pada situasi dan interaksi kita di tengah
lingkungan.
b. Atensi membantu kita mengaitkan masa lalu (memori)
dan masa kini (pencerapan), memberikan kita
pemahaman tentang kontinuitas pengalaman. Contoh,
saat menonton serial sinetron di tv, seseorang mampu
mengaitkan cerita dari episode baru yang sedang ia
tonton dengan episode sebelumnya karena ia memberi
atensi terhadap sinetron tersebut.
c. Atensi membantu kita mengntrol dan merencanakan
tindakan-tindakan ke depan. Kita dapat melakukannya
berdasarkan informasi yang kita peroleh dari
pemonitoran dan pengaitan memori masa lalu dan
pencerapan masa kini.
2. Dalam tahap atensi terdapat syarat rangsangan atau
stimulus sehingga dapat diperhatikan, diantaranya
(Wulanyani, et al., 2016):
a. Intensitas : semakin kuat intensitasnya maka semakin
besar peluang diperhatikan
b. Ukuran : sesuatu yang lebih besar atau hebat mendapat
lebih awal perhatian
c. Perubahan : semakin dinamis maka akan semakin
diperhatikan
d. Ulangan : jika rangsangan diulang cenderung lebih
diperhatikan
e. Pertentangan : semakin kontras dengan lingkungan maka
hal tersebut semakin menonjol
3. Pengolahan Otomatis
Banyak aktivitas yang dilakukan terus menerus
sehingga menjadikan tubuh memiliki sinyal dan respon
otomatis. Pengolahan informasi secara otomatis ini dilakukan
secara sadar namun bawah sadar kita juga ikut berperan
banyak. Kita dapat mengerjakan aktivitas tersebut tanpa
harus berpikir. Misalnya aktivitas membaca, menulis,
berbicara dalam bahasa tertentu, menggosok gigi, atau
31
mencuci muka setelah terbangun dari tidur. Semakin sering
berlatih atau dikerjakan, kemampuan atensi kita akan
meningkat ke tahap terampil dan otomatis (Wulanyani, et al.,
2016).
Aktivitas yang dilatih dengan baik atau sering
menjadikan otomatis sehingga perlu atensi lebih sedikit
dibandingkan ketika melakukan aktivitas baru atau kegiatan
yang belum dikuasai. Dengan latihan yang rutin, proses
kognitif pada atensi dapat menjadi otomatis penuh. Proses
kognitif otomatis diidentifikasikan sebagai proses yang cepat,
membutuhkan perhatian minimum sehingga tidak
mempengaruhi aktivitas lain dan sebagian besar tidak
diproses secara sadar atau sengaja.
Dalam pengolahan informasi secara otomatis ini
memiliki tiga karakteristik pemrosesan data yang diterima
oleh otak, yaitu :
a. Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar
b. Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran
c. Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit atau
tidak sama sekali daya sadar
4. Proses Terkontrol
Proses pengolahan informasi terkontrol adalah
mekanisme penerimaan informasi yang dianalisis secara
tidak otomatis. Ketika pengolahan otomatis yang tidak
dipengaruhi oleh batas-batas kapasitas otak dan tidak
membutuhan atensi, maka pada proses terkontrol memiliki
kapasitas terbatas sehingga memerlukan banyak perhatian
dan kesadaran.
Hasil proses terkontrol masih dapat diubah dan
relative mudah. Contohnya seperti jika kita mengemudikan
mobil yang mempunyai stir kanan sedangkan kebiasaan
yang dilakukan disebelah kiri. Sehingga yang mengemudi
dapat mencoba untuk melakukan sesuatu diluar dari
kebiasaannya.
32
Tabel 3.1. Proses Otomatis dan Terkontrol
D. Jenis Atensi
Secara garis besar, atensi dibagi menjadi dua macam
yaitu, selective attention dan divided attention.
1. Divided Attention
Jenis atensi ini lebih mengarah pada kegiatan
memfokuskan perhatian lebih dari satu informasi. Manusia
mempunyai kemampuan untuk dapat membagi perhatian
pada lebih dari satu aktivitas yang berbeda diwaktu yang
bersamaan. Divided attention merupakan dimana dua atau
lebih informasi yang masuk ke dalam otak akan direspon
keseluruh informasi tersebut.
33
Perhatian terbagi ini dapat dilihat contohnya ketika
seseorang sedang mengemudikan kendaraan kemudian
ditambah dengan aktivitas lain seperti menerima telepon
seseorang dan berbincang. Contoh lainnya ketika seseorang
sedang menonton pertandingan di stadion dan seseorang
mengajaknya mengobrol. Individu tersebut tetap fokus pada
jalannya pertandingan namun masih dapat menyimak
dengan baik dan merespon obrolan, atau seorang ibu yang
sedang memasak di dua kompor dengan menu yang berbeda
diwaktu yang bersamaan bahkan kadang dengan menggiling
pakaian di mesin cuci. Ini artinya seorang individu dapat
melakukan banyak kegiatan diwaktu dan tempat yang sama
tanpa kehilangan fokus dan perhatian pada semua objeknya.
2. Selective Attention
Kewaspadaan dan : Mendeteksi secara hati-hati
deteksi sinyal atau waspada sinyal yang
ada, terutama stimulus yang
menjadi sasaran dan
perhatian kita
34
Selektivitas ini dapat terjadi karena kurangnya kapasitas
saluran, yakni ketidakmampuan kita untuk memproses
secara keseluruhan stimulant sensorik secara bersamaan.
Misalnya kita menyadari diri kita tertarik pada salah satu
kelompok dan satu percakapan, sementara percakapan yang
lain seperti tidak terdengar. Tetapi jika misalnya kita
mendengar nama kita atau nama yang kita kenali dengan
baik disebut, maka otomatis perhatian kita akan beralih ke
arah yang baru, dan kita kehilangan perhatian pada
percakapan sebelumnya.
E. Fungsi Atensi
1. Habituation
Situasi dimana kita menjadi terbiasa dengan stimulus,
sehingga secara bertahap kita kurang memperhatikan
stimulus tersebut.
2. Dishabituation
Perubahan pada stimulus yang membuat kita
memperhatikan stimulus itu lagi.
F. Teori-Teori Atensi
1. Bottle-Neck Concept
Teori ini menjelaskan bahwa sejumlah informasi yang
mampu diproses oleh manusia sangat terbatas. Hal ini
dianalogikan dengan konsep leher botol dimana yang
mampu keluar dari leher botol tidak semua yang bernaung
dalam wadah botol tersebut. Dengan teori ini memperjelas
bahwa atensi merujuk pada menerima beberapa saja
informasi yang menonjol dan menarik perhatian meskipun
banyak informasi yang dimasuk. Hal ini terjadi karena
adanya kemacetan dalam pemrosesan informasi.
35
Gambar 3.2. Analogi Teori Leher Botol
2. Filter Theory
Broadbent (1958) model penyaringan pemrosesan
informasi yang dibatasi oleh kapasitas saluran yang ada.
Pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu
dibedakan menjadi serabut saraf yang distimulasi dan jumlah
impuls saraf yang hasilkan. Informasi yang lolos
penyaringan untuk kemudian diproses menjadi persepsi.
Model kedua pada teori penyaringan ini ada model
Treisman. Pada model ini informasi yang terdeteksi di awal
disaring melalui mekanisme pelemahan (atenuasi).
Informasi-informasi yang sudah dilemahkan dan dikurangi
adalah informasi yang dianggap oleh otak kurang penting
atau tidak penting. Sedangkan informasi yang dianggap
signifikan dan layak akan diproses lebih lanjut.
Model ketiga adalah Deutsch & Deutsch’s Model
merupakan proses penyaringan tidak pada tahap awal
melainkan pada tahap akhir. Proses penyaringan terjadi
setelah ada hasil analisis konsep dan persepsi. Jika informasi
dipersepsi penting, maka informasi tersebut akan
diperhatikan dan mendapat jawaban. Sedangkan bila
informasi tidak dianggap penting, maka informasi tersebut
tidak akan ditanggapi sama sekali.
36
3. Capacity Theory
Teori ini berhubungan dengan seberapa besar usaha
seseorang untuk mengolah dan memproses pesan yang
dihasilkan dari otak. Model ini menjelaskan sumber daya
kognitif yang dialokasikan ketika individu mencoba
memahami konten, pengetahun atau peristiwa dari sebuah
program atau informasi diperlukan. Teori kapasitas
menunjukkan bahwa ketika konten pendidikan
bersinggungan dengan konten naratif, yang mana keduanya
sebagai sumber informasi dan akan bersaing satu sama lain
untuk memperoleh sumber daya yang terbatas dalam
memori kerja. Namun ketika jarak antara konten pendidikan
dan konten naratif, prosesnya saling melengkapi daripada
bersaing untuk mendapat hasil yang maksimal.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
BAB
MODEL
4
MODEL MEMORY
MEMORY
A. Pendahuluan
Memori merupakan sebuah fenomena kompleks yang
bervariasi dan para ahli psikolog pendidikan berusaha
mempelajari bagaimanacara informasi disimpan dalam memori
dan bagaimana informasi itu dapat disimpan dan disandikan
(encoded) serta bagaimana dia ditemukan atau diungkapkan
kembali untuk tujuan tertentu dimasa yang akan datang. Teori-
teori modern beranggapan bahwa memori masih menggunakan
prinsip penyimpanan dan pengambilan, dan sekarang menjadi
lebih popular dengan melihat memori sebagai sebuah proses
yang bukan hanya system penyimpanan.
Menurut Yunus RM ( 2020) Berbicara tentang memori
berarti berbicara sesuatu yang sangat erat hubungannya dalam
kehidupan keseharian manusia. Memori memiliki berbagai
macam definisi menurut para ahli dan umumnya mereka
memandang memori sebagai hubungan pengalaman sekarang
dan masa lalu
Memori adalah fungsi integral dari otak dimana
informasi tertentu dikodekan dan disimpan dan dalam kasus
dimana diperlukan, diambi. Memori adalah fungsi penting
dalam sistem saraf; tanpanya, otak tidak akan mampu
mengingat cara makan, bernafas, melakukan hal-hal tertentu,
maupun berjalan atau berbicara. Tanpa informasi yang
disimpan ke dalam otak kita sebagai memori, tubuh tidak akan
39
berguna dan kita hanya akan menjadi cangkang kosong (Eagle
Oseven, 2000). Memori adalah kemampuan individu memiliki
dan mengambil kembali suatu informasi dan juga struktur yang
mendukungnya serta suatu bentuk kompetensi, memori juga
memungkinkan individu memiliki identitas diri (Wade dkk,
2008).
Menurut M Diah Charlota Lerik (2016) kemampuan
seseorang untuk mengurus suatu informasi secara mental pada
kondisi aktif, tersedianya akses secara bersama-sama contohnya
penalaran, perencanaan, pemecahan masalah, abstraksi dan
membaca merupakan bahagian dari keunggulan manusia.
Dalam kajian psikologi, memori dikajikan kaitannya dengan
proses kognitif yang terdapat pada diri manusia. Sedangkan
kognisi merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan
dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat,
menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan
dan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, memori berperan diri
untuk menyimpan informasi yang didapat dari suatu proses
pencarian sebuah pengetahuan. Model memori menunjukkan
alur informasi yang mengalir dari satu memori ke memori yang
lain. Untuk lebih lanjut akan dibahas mengenai model of memori
(Yunus RM, 2020).
B. Pengertian Memori
Memori atau lebih dikenal dengan istilah ingatan dapat
definisikan berbagai macam oleh para ahli namun, memiliki
hal-hal yang mirip atau memiliki kesamaan dan dapat dilihat
dalam uraian berikut ini. Definisi yang dikemukakqn oleh
Goldstein (dalam Kuntjojo, 2021) bahwa memori merupakan
sebagai bentuk proses yang termasuk dalam mempertahankan,
menggunakan dan mengambil informasi mengenai gambar,
rangsangan ide ketrampilan dan peristiwa setelah informasi
murni tidak ada lagi.
Pengertian memori menurut Yunus RM (2020) ingatan
atau sering disebut memori merupakan satu fungsi yang
menlibatkan otak di dalam mengambil suatu informasi Menurut
40
Atkinson dkk (2000) memori atau daya ingat merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi dan
informasi itu bisa dihubungi kembali kemudian dapat
dipergunakan untuk beberapa saat lagi. Dari beberapa
pengertian memori tersebut di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa memori adalah kemampuan sesorang
manusia dalam memproses informasi yang melibatkan otak
untuk menyimpan, mempertahankan dan memanggil kembali
informasi yang telah disimpan jika dikemudian hari diperlukan.
41
system kapasitas terbatas, yang mempertahankan informasi
sementara dan mendukung proses pemikiran manusia dengan
menyediakan titik temu antara persepsi, memori jangka
panjang dan tindakan.
Lebih M. Dinah Charlota Lerik model memori kerja multi
komponen yang dikembangkan oleh Baddeley dan Hitch 1974
dan model Cowan yang lebih umum (Cowan 1988). Kedua
model tersebut beranggapan bahwa memori kerja berkapasitas
terbatas dan berfungsi pada tugas-tugas dan durasi waktu
tertentu. Beberapa perbedaan model keduanya yaitu model
Baddeley mengklaim bahwa memori kerja ada tiga komponen:
eksekutif pusat, dan dua sub system, putaran fonologi dan
papan sketsa visuospatial. Tugas ekskusi pusat sebagai sumber
daya energy yang bisa dipakai oleh sub system lain. Eksekutif
pusat bertanggung jawab atas bagaimana dan kapan subsistem
digunakan. Jadi model Baddeley menjadi lebih rinci dan
digambarkan memiliki 3 tugas utama yang pertama
memfokuskan perhatian seseorang pada suatu tugas dan
mencegah dari gangguan tugas lain. Kedua mengendalikan
pembagian perhatian dan eksekutif pusat untuk membantu
seseorang waktu bekerja pada beberapa tugas dalam waktu
yang sama. Ketiga switching yaitu menentukan tugas
berprioritas dan harus dipokuskan pada waktu tertentu.
42
konsep tersebut merupakan dasar teori-teori modern tentang
memori. James merupakan seorang pengarang buku tentang
Principles of psychology pada tahun 1890. Inilah sekilas latar
belakang tentang James. Berikut ini kita akan uraikan
pembahasan mengenai model-model memori ganda
menurut James. Minat awal terhadap suatu model memori
ganda (dualistic model of memory) berkembang pada akhir
tahun 1800-an ketika James membedakan memori langsung
(immediate memory) yang ia sebut dengan memori primer
(primary memory), dan memori tidak langsung (indirect
memori), yang disebut dengan memori sekunder
(secondary memory).
Pendapat James bahwa memori primer yang
hampir serupa dengan memori jangka pendek (short term
memory/STM) tetapi keduanya tidak dapat dikatakan
sama karena tidak pernah meninggalkan kesadaran dan
senantiasa menyiapkan tampilan kejadian yang pernah
dialami. Memori sekunder (long term memori yang menetap
dalam waktu yang sangat lama dalam jaringan otak
manusia dan tiap-tiap orang memiliki struktur yang
berlainan. Model memori ganda James terlihat lebih diterima
logika secara intuitif (Psikologi Kognitif edisi 8, Robert L.
Solso, dkk).
2. Memori Ganda Menurut Waugh dan Norman
Model behavioural moden mula-mula dipopulerkan
oleh Waugh dan Norman pada tahun (1965). Model ini
merupakan model ini merupakan model dualistic yang
mencakup di dalamnya memori primer dan memori
sekunder dan model ini juga memberikan satu kontribusi
dengan memperkenalkan metaphor atau berbentuk kotak-
kotak di kepala yang mencerminkan memori sebagai
diagramflow chart.
Kedua para ahli ini mengembangkan model James
dengan menempatkan karaktristik memori primer. System
penyimpanan jangka pendek mempunyai kapasitas terbatas
sehingga mengakibatkan hilang informasi yang telah
43
tersimpan akibat tertimpanya informasi lama oleh informasi
yang baru karena ruang penyimpanan telah penuh.
44
kedua penelitian ini dinamakan dengan Brown Peterson.
Berdasarkan penelitian tersebut memori jangka pendek dapat
disimpulkan pertama, pengamatan dalam kehidupan sehari-
hari menunjukkan hal-hal yang dapat diingat hanya sesaat
sahaja dan hal lainya dapat diingat dalam memori jangka
panjang. Kedua, pengambilan beberapa informasi dari memori
adalah karakteristik kinerja memori jangka pendek dan
pengambilan informasi lainnya merupakan kinerja memori
jangka panjang.
Ketiga, Memori jangka pendek kinerjanya identik
dengan rintangan tetapi untuk memori jangka panjang terlihat
stabil.
Selanjutnya Model menurut Atkinson dan Shiffrin
menunjukkan proses penyimpanan memori memori melalui:
a) komponen memori jangka pendek merupakan kemampuan
dasar setiap manusia untuk mengingat asosiasi secara singkat
atau belum terlalu lama setelah menerima suatu informasi.
Memori jangka pendek sangat ditentukan oleh jumlah item dan
kecepatan penampilan yang dapat diingat. Memori jangka
panjang ini berkaitan dengan kesadaran yaitu apa saja yang
dipikirkan secara aktif pada waktu-waktu tertentu. b)
Komponen sensori memori merupakan suatu penyimpanan
awal sebelum kearah penyimpanan memori jangka pendek dan
pada bagian inilah informasi masuk lewat penyimpanan
auditori yaitu penyimpanan informasi secara audio. Waktu yang
dilalui dari penyimpanan ini berkisar antara setengah sampai
empat detik saja. c) Komponen long term memory (LTM)
lebih dikenal dengan memori jangka panjang untuk
meggambarkan system otak yang dapat menyimpan informasi
lebih banyak dan secara relative mempunyai dasar yang
berkelanjutan.
45
G. Model Memori Prosedural
Memori prosedural merupakan memori memori
mengenai bagaimana cara seseorang melaksanakan suatu
pekerjaan misalnya bagaimana caranya menempel ban sepeda
motor yang bocor, bagaimana caranya menangkap ayam yang
lepas dari kandangnya, bagaimana cara mengajarkan anak
membaca dan menulis atau bagaimana memainkan sebuah
biola. Sementara memori deklarasi dibawa kepikiran dalam
kondisi sadar, memori prosedural bergerak tanpa adanya upaya
sadar. Perbedaan yang terjadi pada kedua memori ini yaitu
memori deklaratif melibatkan informasi yang masih dapat
diungkapkan dengan kata walaupun tidaklah mudah
sedangkan memori procedural harus mengikutsertakan
ketrampilan kinerja yang sulit untuk dijelaskan dengan sebuah
ungkapan misalnya seseorang menekan tombol-tombol pada
mobil sehingga mobil tersebut bisa berjalan.
Memory procedural berbeda dengan episodic dan
semantic yang focus informasi factual, memori prosedural
melibatkan pengetahuan bagaimana caranya melakukan
sesuatu, atau belajar hubungan antara rangsangan dan
tanggapan Contohnya saya tahu bagaimana cara bersepeda.
Dengan memori prosedural, kita ingat bagaimana melakukan
tugas sehari-hari. Memori ini tidak hanya dimiliki oleh manusia
melainkan juga dimiliki oleh semua makhluk hidup yang
mempunyai kemampuan belajar. Tulving mengajukan bukti
adanya teori yang terpisah-pisah seperti di atas, antara lain
melalui: Amnesia. Adanya amnesia yang berbeda-beda,
misalnya penderita amnesia yang melupakan semua memori
episodik (pengalaman masa lalu), tetapi masih mengingat
memori procedural. Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya
menyerang system memori tertentu saja
46
informasi tersebut tersimpan dengan baik jika dibandingkan
dengan informasi yang diolah secara dangkal seperti
pengolahan dengan menggunakan alat indera saja. Teori
semacam ini disebut pendekatan tingkat pemroresan. Craik
dan Lockhart mengemukakan ada dua macam latihan/ulangan,
yang dimaksud untuk perawatan, dilaksanakan dengan cara
mengulang-ulang stimulus secara diam-diam untuk sendiri,
dan latihan untuk mengembangkan elaborative rehearsal. Apa
yang terjadi dengan watu yang digunakan untuk latihan yang
digunakan untuk latihan. Claik dan Lockhart memperkirakan
jawabannya sangat tergantung pada jenis ulangan apa yang
diberikan jika yang digunakan maintenance rehearsal maka
waktu yang ditambahkan tidak akan meningkatkan memori.
Tetapi jika yang digunakan elaborative rehearsal maka
penambahan waktu kemungkinan sangat bermanfaat untuk
meningkatkan memori.
47
memori jangka panjang. selanjutnya miller mengatakan
informasi akan masuk melalui system sensori, yang akan
diterima melalui indera manusia, tetapi dalam hitungan detik
tergantung pada sensitifitas organ indera. Sensori register pada
anak memiliki kapasitas sama dengan orang dewasa, hanya
bentuk representasi sensori anak akan lebih lambat dari orang
dewasa. Informasi yang terseleksi lebih lanjut akan diproses di
system penyimpanan Short term memory. Sistem ini hanya
mampu menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas
yaitu 5 sampai 9 pada orang dewasa dalam waktu 15 sampai 30
detik atau akan lebih lamanya.
Sternberg dalam Jayani & Hastjarjo (2011) menyatakan
bahwa memori jangka panjang adalah sebuah sistem
penyimpanan informasi memiliki muatan paling besar dan
dapat diungkapkan kembali saat diperlukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi memori jangka
panjang terdiri dari stimulus itu sendiri dan proses masuknya
informasi ke memori jangka panjang.
1. Stimulus itu sendiri
Menurut Hunt & Ellis (2004) bahwa informasi yang
dianggap menarik dan perlu harus lebih diingat dan
diperhatikan oleh seseorang dibandingkan dengan
informasi yang kurang menarik dan dianggap kurang perlu
2. Proses masuknya informasi ke dalam memori
jangka panjang.
a. Pengulangan atau rehearsal
b. Metode Mnemonic
c. Frekuensi pemberian tes
48
DAFTAR PUSTAKA
49
BAB
LONG TERM
5
LONG TERM MEMORY
MEMORY
A. Pendahuluan
Setiap hari manusia mengalami sentuhan, rasa, bau,
penglihatan, dan suara yang diterima oleh pancaindra. Setiap
pengalaman dan informasi yang dialami dan dirasakan tersebut
akan diberi nama dan akan disimpan di dalam ingatan atau
memori. Ingatan bekerja dalam empat tahapan yaitu mengenali
sesuatu, kesan yang tertinggal di dalamnya, ingatan yang
tersimpan dalam kesan, ingatan yang dapat dipanggil kembali
jika telah tersimpan. Ingatan merupakan suatu proses di mana
informasi akan diberi kode, disimpan, dan dipanggil kembali.
Ingatan membantu manusia untuk merekam,
menyimpan, dan kemudian mengambil kembali pengalaman
dan informasi. Ingatan juga berfungsi sebagai penyimpan
informasi yang membentuk identitas atau jati diri manusia dan
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya (Kapadia
dalam Julianto, 2017). Ingatan membantu manusia untuk
melakukan aktivitasnya sehari-hari, menyelesaikan masalah dan
menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai individu dalam
masyarakat.
Sistem ingatan manusia terbagi atas sistem ingatan
sensori ingatan, jangka pendek/short term memory (STM) dan
ingatan jangka panjang/long term memory (LTM). Sistem ingatan
tersebut dikenal sebagai model paradigma Atkinson dan Shiffrin
yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madigan (Solso
50
dalam Magda, 2019). Pengelompokan sistem ingatan tersebut
dilakukan berdasarkan pada sifat pemrosesan informasi.
Ingatan sensori terjadi pada saat informasi masuk ke
dalam otak manusia melalui kombinasi panca inderanya, yaitu
secara visual oleh mata, pendengaran melalui telinga, bau
melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila
informasi tersebut tidak dianggap penting oleh individu yang
bersangkutan, maka informasi tersebut akan langsung
terlupakan. Namun, bila dianggap penting maka akan masuk ke
dalam ingatan jangka pendek (STM). STM hanya dapat
menyimpan informasi selama 15-30 detik (Musdalifah, 2019) dan
hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunks).
Informasi yang masuk ke STM akan dimasukkan ke LTM
apabila dinilai penting dan bermakna. Namun, ia akan
hilang/terlupakan apabila dinilai tidak penting dan tidak
bermakna. Informasi tersebut akan tergantikan oleh informasi
baru yang lainnya.
51
dalam (Qinthara et al., 2020). Encoding biasanya dipelajari
dengan memvariasikan materi atau cara yang digunakan ketika
belajar. Setelah encoding, memori akan dipelihara dari waktu ke
waktu. Proses terakhir yaitu retrieval, yang mengacu pada
proses mengakses informasi melalui recognition, recall, atau
secara implisit melakukan tugas yang relevan secara efisien
Beberapa faktor yang mempengaruhi informasi yang
diterima manusia masuk ke dalam LTM, yaitu:
1. Stimulus itu sendiri
Hunt & Ellis (dalam Santi & Thomas, 2011)
menyatakan bahwa suatu informasi akan masuk ke dalam
LTM manusia, apabila informasi tersebut dianggap penting
atau menarik oleh individu yang bersangkutan. Informasi
yang lebih menarik akan lebih diperhatikan dan diingat oleh
individu dibandingkan informasi yang dianggap kurang
penting atau tidak menarik.
2. Proses masuknya informasi
Informasi yang diterima oleh seseorang akan masuk ke
dalam LTMnya apabila melalui proses sebagai berikut:
a. Terjadinya pengulangan/rehearsal
Informasi akan masuk ke LTM, apabila informasi
tersebut dimasukkan secara berulang kali oleh individu
yang bersangkutan. Proses ini terjadi dalam kegiatan
belajar yaitu mengulang kembali materi yang
diperolehnya sebelumnya. Pengulangan tersebut melalui
proses analisis informasi dengan tingkatan yang berbeda,
yaitu shallow processing, dimana individu memasukkan
informasi secara berulang melalui proses analisis stimulus
secara fisik melalui alat sensori dan depth processing,
dimana individu mengulang informasi yang ada dengan
cara menganalisis informasi tersebut secara mendalam
sehingga diperoleh suatu makna yang lebih berarti.
Shallow processing terjadi ketika seseorang
mengulang materi pelajaran dengan hanya melihat
informasi tersebut secara berulang kali tanpa melakukan
analisis, contohnya seperti pelajar yang memberikan
52
warna tinta tertentu pada materi pelajaran yang
dianggapnya penting, tanpa berusaha memahami lebih
lanjut mengenai materi tersebut. Sedangkan depth
processing terjadi ketika seorang pelajar mempelajari
kembali materi yang diperolehnya dengan cara mencari
tahu lebih banyak makna materi tersebut dengan
menganalisisnya lebih mendalam.
b. Melalui proses mnemonic
Suharnan (dalam Halim et al., 2012) menyebutkan
bahwa mnemonic merupakan suatu strategi atau teknik
yang dipelajari untuk membantu kinerja ingatan yang
dapat dioptimalkan dengan latihan.
Joyce (dalam Ardika & Sardjana, 2016)
mengungkapkan terdapat beberapa tahapan yang dapat
meningkatkan daya ingat dalam mnemonic. Tahapan
belajar metode pertama dalam menggunakan adalah
menyediakan materi atau bahan yang akan dipelajari.
Gunakan teknik menggarisbawahi atau membuat daftar
hafalan. Tahap kedua adalah membuat hubungan materi,
dalam tahap ini buatlah agar materi lebih mudah untuk
diingat dan dikembangkan dengan menggunakan teknik
membuat kata kunci, kata ganti, atau hubungan kata.
Tahap berikutnya adalah mempertajam daya ingat, teknik
yang dapat mempertajam daya ingat, misalnya dengan
menggunakan kata-kata yang lucu dan menggelikan atau
melebih-lebihkan. Tahap terakhir adalah latihan
mengulang, yaitu mengulangi materi sampai benar-benar
dipahami.
c. Adanya frekuensi pemberian tes
Menurut Roediger & Karpicke (dalam Santi &
Thomas, 2011), frekuensi pemberian tes secara berulang
akan mampu meningkatkan memori jangka panjang
terhadap materi yang diberikan, jika dibandingkan
membaca ulang materi. Gejala meningkatnya memori
jangka panjang akibat frekuensi pemberian tes disebut
testing effect.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/9435/pdf
55
BAB KONSEP MEMORI
DALAM
6
KONSEP MEMORI DALAM PERSPEKTIF ISLAM DDAN BARAT
AN
PERSPEKTIF ISLAM
DAN BARAT
A. Pendahuluan
Memori atau ingatan adalah aspek penting bagi manusia
karena merupakan bagian dari unsur kejiwaan manusia untuk
menerima, menyimpan, memproses dan mereproduksi persepsi,
pemahaman atau respon-respon. Memori merupakan hasil
proses kerja otak. Otak sebagai salah satu alat tubuh yang sangat
berpengaruh, karena merupakan pusat komputer dari semua
anggota tubuh manusia.
Penentu gerakan manusia, memerintahkan indera,
menyimpulkan persepsi, mengatur pola komunikasi,
menentukan dan menyeleksi jumlah informasi itu semua
merupakan kerja otak. Pusat ingatan terletak pada korteks
asosiasi bagian otak. Teori lateralisasi tentang organ otak
menyebutkan bagian terpenting dalam susunan fisiologi otak
adalah serebral korteks yang terdiri dari belahan kanan dan kiri.
Dua bulatan tersebutlah yang menyebabkan tingkat intelegensi
manusia berbeda. Hampir 95% dari klasifikasi apa yang
dilakukan manusia berdasarkan dua belahan serebral korteks
tersebut. Sehingga pembahasan memori tidak terlepas dari
keberadaan dan fungsi otak.
Memori (ingatan) dalam perspektif psikologi menyatakan
manusia memiliki kapasitas yang sangat besar beserta
kemampuannya karena memori memiliki fungsi yang
bermanfaat dan juga sangat penting, jika manusia melakukan
56
penalaran ataupun berfikir tentu sebagian menggunakan
pernyataan tersebut yang berasal dari memori manusia.
Perspektif barat menyebutkan memori terbagi menjadi 3, yaitu
memori sensori, memori jangka pendek (Short Term
Memory/STM), dan memori jangka panjang (Long Term
Memory/LTM). Manusia menggunakan teori yang saling
menghubungkan waktu yaitu masa sekarang dan masa lampau
dan tidak lupa merencanakan untuk masa yang akan datang.
Memori dalam perspektif islam menjelaskan bahwa
manusia memiliki fungsi kognitif dan panca indera untuk
belajar. Setiap manusia memiliki kapasitas memori yang sangat
besar. Allah menciptakan manusia dengan sempurna dan
membekali manusia dengan akal dan kemampuan berpikir.
Tujuan Allah menciptakan manusia dengan akal dan
kemampuan berpikir supaya manusia bisa membangun dan
membuat pengalaman mereka agar bisa beribadah kepada
Allah. Jika manusia tidak dibekali oleh memori, pasti manusia
tidak ingat bagaimana cara beribadah kepada Allah SWT.
Namun, pada chapter ini pembahasan memori dalam
perspektif Islam dan barat tidak untuk dipertentangkan karena
keduanya sama-sama menempatkan memori sebagai unsur
yang sangat penting. Islam banyak menjelaskan hakikat ingatan
dan proses lupa baik dalam Al Qur’an maupun Hadist
Rasulullah SAW. Begitu juga dalam peradaban Barat, sejak masa
keemasan Yunani dengan teori-teori filsafatnya hingga puncak
revolusi industri sudah banyak teori Barat yang
mengungkapkan mengenai proses ingatan. Akan tetapi,
pandangan yang mendasar perspektif Islam dan Barat adalah
adalah pada hakikat memori atau ingatan itu sendiri. Islam
mengakui bahwa sejatinya ingatan dan pengetahuan yang
dimiliki manusia adalah berasal dari Allah SWT. Sekuat apapun
manusia berusaha untuk mencapainya ingatan dan
pengetahuan, jika tanpa kuasa dari Sang Pemilik Ilmu, maka
manusia tidak akan mampu untuk meraih dan menggapainya.
Berbeda dengan konsep ilmu yang berkembang pada peradaban
Barat. Memori hanya akan bisa diperoleh melalui akal dan panca
57
indra semata. Selama manusia mau berusaha menggunakan
akalnya, maka mereka akan memiliki daya ingat yang baik.
58
Memori tidak hanya disimpan pada satu tempat spesifik
di otak, melainkan melibatkan bagian-bagian otak satu sama
lain. Memori jangka panjang yang terdiri atas memori eksplisit
dan implisit disimpan pada tempat yang berbeda. Memori
eksplisit berupa ingatan masa lalu (episodik) dan fakta
(semantik) cenderung disimpan pada bagian hipokampus,
neokorteks, dan amygdala. Sedangkan memori implisit berupa
memori motorik cenderung disimpan dalam ganglia basalis dan
cerebellum. Memori jangka pendek yang berupa working memory
cenderung tersimpan pada korteks prefrontal.
59
menjadi lebih kuat, sedangkan yang tidak digunakan menjadi
lebih lemah dan pada akhirnya bisa hilang sama sekali.
Hippocampus pada otak orang dewasa terdapat neuron
baru dapat dibuat dalam proses yang berkontribusi pada
pembentukan memori yang disebut neurogenesis. Olahraga
telah terbukti meningkatkan volume hippocampus pada
manusia sehingga membantu neuron baru dibuat dan pada saat
yang sama meningkatkan kinerja dalam tugas memori.
60
d. Ortografi: Mengolah bentuk sesuatu
61
fase percobaan, relawan diminta untuk berbaring dan
mengingat memori episodik dan semantik, satu per
satu. Aktivitas otak direkam selama ingatan dari dua jenis
ingatan. Hasilnya mendukung model Tulving ingatan jangka
panjang. Ketika relawan mengingat ingatan episodik, ada
aktivitas yang lebih tinggi di lobus frontal dan temporal. Di
sisi lain, ketika relawan mengingat ingatan semantik, lobus
parietal dan oksipital menunjukkan aktivitas yang lebih
besar.
Dari percobaan Tulving, dapat disimpulkan bahwa
memori episodik dan semantik adalah dua proses kognitif
yang berbeda karena jaringan yang berbeda diaktifkan saat
mengingat jenis memori yang berbeda.
62
menerima koneksi dari banyak unit lainnya. Perubahan
aktual dalam aktivasi, kemudian, didasarkan pada masukan
bersih.
63
tentang lupa yaitu:
1. Lupa yang terjadi dapat mengenai berbagai peristiwa, nama,
dan informasi yang diperoleh seseorang sebelumnya,
Sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-A’la: 6, yang
artinya: “Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu
(Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa,”
2. Lupa yang mengandung makna lalai. Sebagai contoh,
seseorang yang lalai meninggalkan barang berharganya di
suatu tempat, lalu ia baru ingat setelah beberapa lama
kemudian, kalau benda tersebut ketinggalan di suatu tempat
karena keasyikan berbicara dengan temannya. Seperti kisah
tentang murid Musa AS yang terdapat dalam Qs. Al-Kahfi
ayat 63): “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak Mengadakan
kebengkokan di dalamnya”
3. Lupa dengan pengertian hilangnya perhatian terhadap
sesuatu hal, seperti tersirat dalam surat At-Taubah ayat 67:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan
sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah,
Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”
64
DAFTAR PUSTAKA
65
BAB PROBLEM SOLVING DAN
CREATIVITY:
7
PROBLEM SOLVING DAN CREATIVITY: MENGGABUNGKAN KETERAMPILAN UTAMA UNTUK SUKSES
MENGGABUNGKAN
KETERAMPILAN UTAMA
UNTUK SUKSES
A. Pendahuluan
Kemampuan memecahkan masalah dan kreativitas
adalah dua keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam dunia bisnis, teknologi,
pendidikan, hingga hubungan interpersonal, kedua
kemampuan ini dapat membantu kita mencapai kesuksesan.
Namun, seringkali problem solving dan creativity
dianggap sebagai dua hal yang berlawanan. Beberapa orang
mungkin lebih cenderung menggunakan salah satunya daripada
yang lain, sementara beberapa orang menganggap bahwa
mereka tidak memiliki kemampuan untuk keduanya.
Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dekat apa itu
problem solving dan creativity, bagaimana kedua keterampilan
ini saling berkaitan, dan bagaimana kita dapat meningkatkan
keterampilan tersebut.
66
Seseorang yang mahir dalam problem solving biasanya
memiliki kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah secara jelas
2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan masalah
3. Mencari solusi alternatif
4. Memilih solusi terbaik
5. Mengevaluasi hasil dari solusi yang diterapkan
67
D. Meningkatkan Problem Solving dan Creativity
Kemampuan problem solving dan creativity memang
merupakan keterampilan yang dapat diasah seiring waktu.
Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan
keduanya:
1. Latihan
Seperti keterampilan lainnya, latihan adalah kunci
untuk meningkatkan problem solving dan creativity. Coba
cari masalah kecil sehari-hari dan berlatih mencari solusinya
dengan cara yang baru.
Contohnya, jika Anda sering mengalami masalah
dengan pengaturan jadwal, coba untuk mencari cara baru
dalam mengorganisasi waktu Anda. Atau, jika Anda ingin
meningkatkan kreativitas Anda, coba lakukan brainstorming
di sekitar topik tertentu dan catat semua ide yang muncul.
2. Berpikir Positif
Seringkali, kita terjebak dalam pola pikir yang negatif
dan sulit untuk melihat solusi yang ada di depan mata.
Cobalah untuk mengubah pola pikir Anda menjadi lebih
positif dan optimis.
Alihkan perhatian dari masalah dan fokus pada solusi.
Ingatlah bahwa setiap masalah dapat diatasi dengan cara
yang tepat.
3. Terbuka untuk Belajar
Tidak ada yang sempurna dalam problem solving dan
creativity. Oleh karena itu, penting untuk terus belajar dan
terbuka terhadap ide-ide baru.
Cari tahu tentang teknik-teknik baru dalam
memecahkan masalah atau kreativitas, dan cobalah untuk
menerapkannya dalam situasi nyata. Selalu berpikir bahwa
ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari.
4. Berkolaborasi
Kerja sama dengan orang lain dapat membantu
meningkatkan kemampuan problem solving dan creativity
Anda. Diskusikan masalah dengan orang lain dan cari solusi
bersama-sama.
68
Dalam kolaborasi, Anda dapat mendapatkan sudut
pandang yang berbeda dan menggabungkan ide-ide yang
berbeda untuk menciptakan solusi yang lebih baik.
5. Bersantai dan Menjaga Keseimbangan
Terakhir, penting untuk menjaga keseimbangan dalam
hidup Anda. Seringkali, stres dan kelelahan dapat
menghambat kemampuan problem solving dan creativity.
Jangan takut untuk bersantai dan menemukan waktu
untuk diri sendiri. Dengan menjaga keseimbangan, Anda
dapat memiliki energi dan motivasi yang cukup untuk
mengatasi masalah dan menjadi lebih kreatif.
E. Peran Teknologi
Dalam era digital yang semakin maju, teknologi telah
menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Teknologi
yang terus berkembang juga dapat membantu meningkatkan
kemampuan problem solving dan creativity di masa depan.
Berikut beberapa teknologi yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan tersebut:
1. Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence adalah teknologi yang bisa
sangat membantu dalam mengatasi masalah dan
menciptakan solusi kreatif melalui analisis data yang besar
dan kompleks. AI dapat membantu menganalisis data dan
menyajikan informasi yang berguna untuk memecahkan
masalah.
Contoh penggunaan AI dalam problem solving adalah
dalam bidang kesehatan, di mana AI digunakan untuk
menganalisis data pasien dan memberikan rekomendasi
perawatan yang lebih efektif. Di bidang kreativitas, AI dapat
membantu menciptakan karya seni baru dengan
menggabungkan pola-pola yang berbeda dan membuat
kombinasi unik.
2. Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR)
Virtual Reality dan Augmented Reality dapat
membantu meningkatkan kemampuan problem solving dan
creativity dengan menciptakan lingkungan simulasi yang
69
realistis. Dalam VR, seseorang dapat merasakan lingkungan
yang terlihat sangat nyata, sementara dalam AR, teknologi ini
dapat menambahkan elemen digital ke dunia nyata.
Dalam bidang problem solving, VR dan AR dapat
membantu dalam pelatihan situasi yang sulit atau berbahaya,
seperti pelatihan pilot atau operasi medis. Dalam bidang
kreativitas, VR dan AR dapat digunakan untuk menciptakan
pengalaman interaktif yang unik dan menggabungkan
elemen-elemen digital dengan dunia nyata.
3. Collaborative Platforms
Collaborative platforms seperti Slack, Microsoft
Teams, atau Google Drive dapat membantu meningkatkan
kemampuan problem solving dan creativity dengan
memudahkan kolaborasi dan berbagi ide antar kelompok
atau tim. Dalam platform ini, anggota tim dapat saling
berdiskusi, berkolaborasi dalam pembuatan dokumen atau
presentasi, serta memberikan umpan balik pada ide-ide yang
diusulkan.
4. Gamifikasi
Gamifikasi dapat menjadi teknologi yang sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan problem solving
dan creativity dengan cara menyediakan skenario simulasi
permainan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan
solusi kreatif. Dalam gamifikasi, seseorang dapat
menemukan tantangan dan hadiah yang dirancang untuk
memotivasi pemain agar tetap terlibat dan lebih kreatif.
5. Big Data Analytics
Big data analytics adalah teknologi yang dapat
membantu meningkatkan kemampuan problem solving dan
creativity dengan cara menganalisis data yang besar dan
kompleks. Dalam bidang problem solving, big data analytics
dapat membantu dalam memprediksi dan mencegah
masalah, misalnya dengan mengidentifikasi tren permintaan
pasar dan menganalisis risiko kecelakaan.
Dalam bidang kreativitas, big data analytics dapat
mengumpulkan informasi tentang karya seni dan tren
terbaru, memperkirakan respons publik terhadap karya seni
70
tertentu, dan membantu menciptakan karya seni baru yang
lebih inovatif.
Teknologi semakin berkembang dan bisa membantu
meningkatkan kemampuan problem solving dan creativity di
masa depan. Teknologi seperti AI, VR dan AR, collaborative
platforms, gamifikasi, dan big data analytics dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi
masalah, menciptakan solusi kreatif, dan bekerja sama dalam
suatu tim.
F. Kesimpulan
Problem solving dan creativity adalah keterampilan yang
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan
untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan masalah, dan mencari solusi alternatif
adalah keterampilan yang diperlukan dalam dunia bisnis dan
profesional.
Sementara itu, kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
baru dan orisinil juga sangat berguna dalam banyak aspek
kehidupan. Ketika digunakan bersama-sama, problem solving
dan creativity dapat membantu kita mencapai kesuksesan.
Meningkatkan kemampuan problem solving dan
creativity membutuhkan latihan, berpikir positif, terbuka untuk
belajar, kolaborasi, dan menjaga keseimbangan dalam hidup.
Dengan cara ini, kita dapat meningkatkan kemampuan
keduanya dan menjadi lebih sukses dalam mengatasi masalah
dan menciptakan solusi yang lebih kreatif dan inovatif.
71
DAFTAR PUSTAKA
Amabile, T.M., & Kramer, S.J. (2011). The progress principle: Using
small wins to ignite joy, engagement, and creativity at work.
Boston, MA: Harvard Business Review Press.
Kivikangas, J.M., Chanel, G., Cowley, B., Ekman, I., Salminen, M., &
Ravaja, N. (2011). A review of the use of psychophysiological
methods in game research. Journal of Gaming & Virtual
Worlds, 3(3), 181-199.
72
BAB
DECISION
8
DECISION MAKING
MAKING
A. Pendahuluan
Dalam perjalanan hidup manusia selalu berhadapan
dengan berbagai tantangan. Tantangan yang dihadapi manusia
merupakan bahagian yang bagus jika disikapi dengan positif,
karena tantangan tersebut akan membawa seseorang kepada
tahapan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Untuk bisa menuju
ke tahapan yang lebih tinggi maka dibutuhkan pemikiran yang
positif di setiap berhadapan dengan tantangan. Berpikir positif
merupakan fondasi yang baik bagi seseorang yang akan
memunculkan kebijaksanaan pada saat pemilihan beberapa
alternatif yang tersedia. Orang yang berpikir positif haru
berpikir bahwa dalam setiap alternatif yang tersedia pasti
memiliki dampak masing-masing.
Decision making merupakan suatu kesimpulan yang
diambil, atau jalan alternatif yang dipilih oleh seseorang untuk
melanjutkan tindakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapainya.Semua orang mempunyai tujuan akhir yang ingin
dicapai dalam kehidupannya maka dari itulah semua orang
berusaha dengan berbagai macam usaha agar bisa mencapai
tujuan yang diinginkan.Setelah mencapai tujuan yang
diinginkan, itu juga belum terasa sudah mencapai pada titik
harapan terakhir yang diinginkan.Manusia masih merasa berada
pada pertengahan tujuan lagi agar bisa mencapai lebih banyak
lagi harapan yang terkadang berubah dari tujuan utamanya,
73
itulah namanya manusia memiliki keinginan.Keinginanlah yang
membuat orang mau bergerak untuk meraihnya.
Disaat manusia berada pada persimpangan tujuan, yaitu
dihadapkan pada beberapa alternatif jalan yang bisa
dilakukannya, disitulah dibutuhkan kebijakan akal sehat yang
dapat membawa memilih salah satu alternatif diantara beberapa
jalan untuk menuju pada satu kemungkinan yang lebih dekat
kepada kebenaran atau lebih dekat dengan tujuan aslinya.Untuk
bisa mendapatkan alternative tersebut dibutuhkan beberapa
latihan, sehingga sampailah pada tingkat keberhasilan yang
disebut dengan keterampilan decision making.Setiap orang
dalam kehidupannya pasti berhadapan dengan pemilihan
alternatif, misalnya saja seseorang yang ingin makan nasi pada
saat jam makan.Tujuan pertama hanya ingin makan siang,
belakangan tersirat ingin makan ayam, menyusul keinginan
makan ayam penyet, menyusul lagi keinginan makan ayam
goreng, menyusul lagi keinginan makan ayam panggang, seperti
itulah persimpangan keinginan yang sering muncul dalam
pikiran seseorang. Maka dari itulah dibutuhkan keterampilan
yang disebut dengan decision making, sehingga seseorang yang
memiliki keinginan akan dapat memilih salah satu alternatif
yang sesuai dengan situasi dan kondisi dirinya serta sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkunganya.
Apalagi seseorang yang berada di tempat kerja, mereka
sangatlah membutuhkan keterampilan decision making agar
pekerjaan yang dilakukan bisa mencapai sesuai dengan target
pekerjaannya. Seorang petugas kesehatan sangat membutuhkan
keterampilan decision making, disaat berhadapan dengan kondisi
gawat darurat yang merupakan persimpangan jalan yang
menentukan hidup atau mati seseorang pasien. Jika petugas
kesehatan tidak mempunyai keterampilan decision making
maka ia akan bekerja tidak sesuai dengan harapan bahkan orang
tersebut harus mencari alternatif pekerjaan lain agar tidak
merugikan banyak orang akibat pekerjaannya. Tantangan yang
paling berat jika berada pada kondisi gawat darurat orang yang
paling kita cintai, maka kita harus benar-benar bisa memilih
74
alternatif yang tepat jika salah memilih alternatif maka kita akan
menyesal seumur hidup.
Pengambilan keputusan berlaku di semua bidang
pekerjaan dan berlaku di semua disiplin ilmu, misalnya saja
dalam institusi pendidikan, jika institusi pendidikan dipimpin
oleh orang yang mempunyai keterampilan dalam decision making
atau pengambilan keputusan yang tepat dan strategis maka
institusi pendidikan tersebut sangat mungkin untuk maju
karena sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin
cepat.
Perumpamaan tubuh sebagai aktivitas dalam
pengambilan keputusan, maka tubuh harus mempunyai roh
sebagai bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia agar bisa hidup dan beraktivitas,
maksudnya yaitu semua anggota tubuh harus termasuk roh
merupakan suatu kesatuan organisasi yang tidak dapat dipisah
dalam pengambilan suatu keputusan, jika tubuh kehilangan roh
maka seluruh kesatuan dalam organisasi tubuh tersebut tidak
dapat berfungsi (Rifa’i, 2020).
75
3 Tjiptono, 1995 Pengambilan keputusan merupakan
serangkaian tindakan dalam dari dua
atau lebih alternatif yang tersedia.
76
rasionalitas ekonomi, e) aliran satisficing, dan f) aliran analisis
sistem (Brinckloe, 1977) dalam (Syaekhu, A., & Suprianto. 2020).
1. Aliran birokratik (Bureaucratic 1977)
Aliran dalam teori ini memberikan perhatian pada
arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi.
Bawahan melaporkan masalah, memberikan informasi,
menyiapkan fakta kepada atasannya.
2. Aliran manajemen saintifik
Aliran dalam teori ini memberikan perhatian bahwa
tugas dapat diuraikan ke dalam elemen-elemen logis yang
dapat digambarkan secara saintifik. Sedangkan tugas
manajemen adalah menganalisis dan menyelesaikan
masalah.
3. Aliran hubungan kemanusiaan
Aliran dalam teori ini memberikan perhatian kepada
manusia dalam organisasi tersebut. Seperti diajak kerjasama
dalam pembuatan keputusan, aspirasi anggota selalu
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, dibuat
suasana yang menimbulkan kesan seperti suatu kelompok
sosial dengan tujuan yang sama.
4. Aliran rasionalitas ekonomi
Aliran dalam teori ini memberikan perhatian pada
sistem ekonomi dengan mengkonversikan masukan dan
keluaran dengan cara yang paling efisien. Menurut aliran ini,
suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
5. Aliran satisficing
Aliran dalam teori ini memberikan perhatian pada
manajer yang selalu melihat adanya masalah sehingga
mampu membuat keputusan yang rasional.
6. Aliran analisis sistem
Aliran dalam teori ini mempunyai kepercayaan bahwa
setiap permasalah selalu berada dalam satu system yang
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan. Kesemuanya
akan saling mempengaruhi.
77
D. Pentingnya Decision Making
Cerita tentang decision making adalah menceritakan
tentang suatu proses untuk menuju kepada kemajuan atau
kemunduran suatu organisasi, karena masa depan organisasi
dan masa depan semua anggota organisasi tersebut sangat
tergantung kepada pengambilan keputusan. Mungkin banyak
orang yang mengerti, namun tidak semua orang mampu
melakukannya dengan tepat. Seandainya seseorang memahami
akan pentingnya pertimbangan yang tepat maka orang tersebut
akan sangat berhati-hati dalam melakukan kegiatan, namun
masih ada orang yang masih kurang menyadari bahwa kegiatan
apapun yang dilakukan akan memberikan dampak positif dan
negative. Kita melihat saja salah satu contoh yang kita lakukan
adalah memilih pakaian. Ternyata memilih pakaian yang kita
gunakan akan mencerminkan bagaimana kondisi kita, siapa kita,
dan bagaimana status sosial kita.
Memilih memang hal yang mudah, ketepatan dalam
memilih akan membawa kita kepada hal yang sangat positif,
namun sebaliknya kesalahan dalam memilih akan membawa
kita kepada hal yang negatif. Berdasarkan masalah tersebut
maka memilih dibutuhkan keterampilan yang baik. Seandainya
saja kita adalah seorang pengambil kebijakan dalam sebuah
organisasi besar, maka organisasi yang kita pimpin akan sangat
rugi dalam waktu yang berkepanjangan. Contohnya lain yaitu
jika saja suatu perusahaan berskala internasional, jika kita salah
dalam memilih rekan kerjanya maka selama kontrak yang
disepakati belum berakhir maka selama itulah perusahaan itu
akan mengalami kerugian.
Menurut (Febriansyah, Rizki Eka; Meliza, 2020), masalah
decision making atau pengambilan keputusan adalah masalah
dalam pencapaian tujuan atau sasaran. Dalam hal penggunaan
beberapa alternatif untuk pencapaian tujuan atau sasaran, maka
harus dapat menjawab beberapa pertanyaan penting yaitu :
“what, why, who, when, dan how”. Jika semua pertanyaan ini
dapat terjawab dengan penerapan kesimpulan beberapa
alternatif yang tersedia, maka akan sangat mungkin suatu
78
organisasi tersebut akan maju dan semua anggotanya akan
sejahtera.
79
al., 2019) masalah yang dimiliki suatu organisasi atau instansi
merupakan acuan dalam pengambilan keputusan untuk
suatu situasi
3. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi dalam pengambilan suatu
keputusan merupakan suatu hal yang sangat erat
hubungannya dengan kualitas suatu keputusan yang
diambil. Para pengambil kebijakan harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi suatu organisasi
yang dipimpinnya sehingga keputusan yang dibuat akan
lebih besar pengaruh dan manfaatnya terhadap organisasi
dan seluruh anggotanya.
4. Tujuan
Faktor tujuan merupakan faktor yang sangat penting
dalam pengambilan suatu keputusan, karena tujuan adalah
hal yang sesuai dengan visi dan misi serta merupakan hal
yang ingin dicapai untuk kesejahteraan dan kemakmuran
diri para anggota suatu organisasi atau instansi.
Menurut (Syaekhu, & Suprianto, 2020), ada dua hal
yang perlu dipahami dalam pengambilan suatu keputusan
yaitu a) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari
cita-cita, aspirasi, dan b) implementasi yang merupakan
cerminan dari pencapaian tujuan.
80
3. Keputusan yang dibuat oleh pengambil kebijakan sudah
mempertimbangkan kemampuan terima manusia.
4. Pengambil kebijakan memutuskan sikap terhadap keputusan
yang dapat dilaksanakan.
5. Kebijakan yang dibuat harus berorientasi untuk
menyelesaikan masalah yang taktis dan dapat dilaksanakan
secara teknis.
6. Dalam merumuskan kebijakan harus dimulai dari hal yang
paling kecil yang dianggap efektif sampai ke tahapan
implementasinya.
7. Keputusan kebijakan yang dijalankan diharapkan dapat
diukur keberhasilannya.
8. Keputusan yang rumuskan tidak hanya berdasarkan data
namun bisa juga dengan intuisi dan penetapan individu.
81
atas pertanyaan yang muncul.
3. Hipotesis yang bisa dikembangkan sebagai jalan atau
panduan dalam membuat keputusan.
4. Perlu adanya uji statistik terhadap hipotesis yang dibuat,
untuk menilai kemungkinan yang dijadikan sebagai
panduan atau arah dalam pembuatan keputusan
5. Tinjauan teoritis harus dijadikan sebagai standar dalam
menilai hasil analisis.
6. Analisis hasil merupakan analisis dari hasil pengolahan
model penelitian berdasarkan kerangka berpikir yang telah
dicari dalam studi literatur.
7. Pembuatan keputusan didasarkan pada kesimpulan riset
yang dihasilkan.
H. Tipe-Tipe Keputusan
Menurut (Prasetiawan, A., Lestari 2020), Pengambilan
keputusan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu
keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.
1. Keputusan Terprogram (Programmed Decision)
Yang dimaksud dengan keputusan terprogram yaitu
keputusan yang dijalankan secara rutin tanpa menemukan
kendala-kendala yang berarti. Biasanya keputusan
terprogram dijalankan hanya untuk membuat pekerjaan
yang sedang dijalankan menjadi lebih baik.Keputusan yang
terprogram biasanya dijalankan sesuai dengan perencanaan
yang sudah dibuat sejak awal dan memiliki standar operation
pre ocedure (SOP) yang dirancang sesuai dengan tujuan dan
visi – misi dari organisasi.
Syarat agar keputusan terprogram dapat dijalankan
dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sumber daya manusia yang sesuai.
b. Memiliki sumber informasi yang baik dan lengkap.
c. Penanggung jawab organisasi harus mampu
menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan program
d. Semua ketentuan, peraturan dan kondisi diluar organisasi
harus dapat mendukung pelaksanaan keputusan ini
82
sampai selesai.
83
No Tahapan Uraian
84
J. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi
atau sebuah instansi merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk kesuksesan organisasi tersebut, karena hal ini merupakan
suatu hal yang paling mendasar untuk kemajuan organisasi dan
kesejahteraan seluruh para anggota organisasi.
Menurut Robbins yang dikutip oleh (Sola, 2018),
menyatakan bahwa ada 6(enam)langkah yang mendasari suatu
kesimpulan yang baik dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Ascertain the need for a decision, yaitu mengetahui dengan jelas
bahwa dalam organisasi tersebut mempunyai masalah yang
sedang mereka hadapi, misalnya dengan melihat adanya
ketidaksesuaian antara tujuan, atau situasi dan kondisi yang
diinginkan dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini
seorang pimpinan akan melihat dan menyikapi apakah
kenyataan yang ada sekarang ini perlu dibuat kebijakan baru
atau tidak. Menurut (Febriansyah, Rizki Eka; Meliza, 2020),
di langkah ini pimpinan dapat memahami bahwa
organisasinya sedang mempunyai permasalahan dengan dua
cara yaitu 1) dengan cara menguji hubungan sebab akibat, 2)
menganalisis perubahan atau penyimpangan yang terjadi
dengan standar normal.
2. Establish Decision Criteria, yaitu mengevaluasi kembali
apakah terdapat kesesuaian antara kriteria yang telah dibuat
dengan permasalahan yang ada. Disinilah seorang pimpinan
yang bijaksana akan menyusun perencanaan kembali untuk
menentukan suatu keputusan yang baru agar terdapat
kesesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dengan
kenyataan yang ada. Menurut (Santika, P.P.; Handika, I, P.S.;
Widiarta, K.K.; Aristana, 2022), menetapkan bobot setiap
kriteria yang digunakan sangat penting dalam pembuatan
suatu keputusan.
85
3. Allocate weights to criteria, yaitu menentukan beberapa kriteria
yang lebih dekat kepada keputusan yang telah dibuat.
Menurut (Santika, P.P.; Handika, I, P.S.; Widiarta, K.K.;
Aristana, 2022), umumnya pemimpin dapat menentukan
nilai bobot hanya berdasarkan urutan prioritas kriteria dari
yang paling diprioritaskan ataupun melihat derajat
kepentingan sama pada setiap kriteria yang dibuat.
4. Develop Alternatives, yaitu mengembangkan berbagai
alternatif untuk menyesuaikan antara kenyataan dengan
tujuan yang ingin dicapai.
5. Evaluate Alternatives, yaitu mengevaluasi kembali berbagai
alternatif yang ada dengan melihat berbagai kekuatan dan
kelemahan organisasi
6. Dan Select the best alternative, yaitu memilih berbagai alternatif
terbaik diantara semua alternative yang tersedia. Inilah yang
akan menjadikan kekuatan baru dan motivasi baru bagi
kemajuan suatu organisasi. Jika kekuatan baru sudah dapat
dilihat oleh pimpinan dan semua anggota organisasi, maka
tujuan yang ingin dicapai akan segera terwujud.
86
pemecahan masalah yang mereka alami.
4. Pengambilan keputusan
Pada tahapan ini, seorang pimpinan diharapkan
mempunyai keterampilan yang baik dalam hal pertimbangan
untuk memilih kesimpulan dari beberapa alternatif yang
tersedia.
87
Lebih jelasnya proses pengambilan keputusan ditinjau
dari pengaruh lingkungan internal dapat dilihat dalam gambar
berikut ini
88
4. Pimpinan sebagai penanggung jawab harus menyusun target
yang lengkap
5. Pencarian data dan informasi yang sesuai dalam upaya
menghasilkan kriteria
6. Kriteria yang disusun harus digunakan untuk menghasilkan
beberapa solusi alternatif
7. Mempertimbangkan kesesuaian setiap kriteria bersama pada
setiap solusi alternatif.
8. Membuat penilaian pada setiap alternatif solusi
9. Memilih solusi alternatif dengan nilai yang lebih besar
10. Keputusan dibuat harus melalui mekanisme yang baik
89
Keputusan yang tepat merupakan harapan semua
anggota organisasi, tanpa adanya keputusan tepat maka seluruh
aktivitas organisasi akan terkendala bahkan bisa berhenti
ditempat karena ketidakjelasan arah, bahkan dapat
menghancurkan organisasi secara perlahan (Simon, 1978 dalam
(Rifa’i, 2020).
Proses pengambilan keputusan merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu organisasi untuk memudahkan dan
terarahnya dalam proses pengambilan keputusan, berikut
merupakan beberapa hal yang mempengaruhi pengambilan
keputusan Menurut (Katarzyna, K. N; Bayer, 2021), beberapa hal
yang akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
antara lain yaitu:.
Menurut (Melani, 2019), faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam pembuatan keputusan adalah
sebagai berikut:
1. Faktor psikologis, bahwa semua manusia mempunyai
pandangan atau pendapat masing-masing, sehingga ingin
memunculkan pendapat berdasarkan keinginannya masing-
masing.
2. Faktor Sosiologis, bahwa setiap manusia memiliki
kepribadian yang berbeda dengan orang lain, sehingga
terlihat memiliki kebiasaan dan keinginan serta tujuan yang
berbeda. Pada dasarnya perilaku manusia ingin mempunyai
tujuan yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
kepribadian setiap manusia memiliki keinginan dan
penghargaan dalam setiap aktivitas kehidupannya dengan
tujuan untuk meningkatkan peran sosialnya di dalam
kehidupan masyarakat.
3. Faktor Institusional/organisatoris, bahwa pembuatan
keputusan memiliki arti strategis untuk kemajuan dan
kemunduran suatu organisasi, pimpinan suatu institusi
harus memahami permasalahan dan tujuan yang ingin
dicapai berdasarkan visi dan dari institusi yang dipimpinnya.
Sesuai dengan pendapat J. Salusu (2006) yang dikutip oleh
(Melani, 2019) yang menyatakan bahwa suatu organisasi
90
membutuhkan alternative tersendiri dalam penanganan
berbagai macam masalah.
91
hukum role model dalam perubahan perilaku manusia.
Seseorang akan meneladani orang lain dalam berperilaku
sesuai dengan perilaku model yang dirasakannya sesuai
dan cocok dengan dirinya sehingga pengaruh dari orang
lain bisa dirasakan secara langsung atau secara tidak
langsung terhadap pengambilan suatu keputusan.
M. Penutup
1. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan
alternatif terbaik berdasarkan hasil seleksi dari berbagai
macam alternative.
2. Untuk menetapkan alternative terbaik dibutuhkan beberapa
hal yang saling mempengaruhi diantaranya adalah faktor
internal dan faktor eksternal
3. Proses pengambilan keputusan merupakan proses
pencapaian tujuan bersama dalam organisasi
4. Maju mundurnya suatu organisasi dipengaruhi oleh proses
dan penetapan keputusan yang dilakukan bersama seluruh
anggota organisasi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Trias Ismi. (2022). Decision Making: Definisi, Contoh, Manfaat, dan Cara
Meningkatkannya.
93
Wahjono, S. I. (2022). Bahan Ajar Manajemen: Keputusan dan
Perencanaan. Universitas Muhammadiyah Surabaya.
94
BAB
PERKEMBANGAN
9
PERKEMBANGAN KOGNITIF
KOGNITIF
95
sudut pandang aliran strukturalisme dan konstruktivisme.
Sudut pandang strukturalisme terlihat dari pandangannya
tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
perkembangan yang ditandai oleh pengaruh kualitas struktur
kognitif. Sedangkan sudut pandang konstruktivisme dapat
dilihat pada pandangannya tentang kemampuan kognitif yang
dibangun melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya
(Basri, 2018).
Piaget mendeskripsikan konsep perkembangan kognitif
individu melalui dua prinsip umum yaitu organisasi dan
adaptasi yang terbagi menjadi empat proses yaitu skema,
asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium.
Organisasi merupakan sifat dasar struktur mental yang
digunakan untuk memahami lingkungan. Dalam organisasi ini,
Piaget menjelaskan bahwa proses berpikir memiliki tingkatan.
Tingkat paling sederhana tentang proses berpikir disebut skema.
Atau dengan kata lain, pengembangan kognitif dengan
menggunakan kerangka atau struktur psikologis yang disebut
skema. Skema dapat lebih dijelaskan sebagai konsep atau
kerangka pikir individu yang digunakan untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi yang
masuk. Piaget menekankan bahwa skema difokuskan pada
bagaimana anak mengorganisasi dan memahami pengalaman
mereka ketika berinteraksi dengan lingkungan atau dunianya.
Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental
maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Sebagai contoh, pada bayi yang baru lahir melakukan
kegiatan menghisap, menggenggam, dan melihat merupakan
skema yang digunakan sebagai strategi kognitif untuk
memahami dunianya. Oleh karena itu, Piaget berpandangan
bahwa skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun
proses perolehan pengetahuan tentang sesuatu. Skema
sederhana dapat dicontohkan seperti anak yang memiliki skema
tentang burung, apabila pengalaman awal anak tentang burung
adalah jenis burung pipit, ada kemungkinan anak tersebut
beranggapan bahwa burung itu bisa terbang, bentuknya kecil
96
dan bersuara cicit (Ahmad et al., 2016).
Prinsip berikutnya adalah adaptasi yang mencakup dua
proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan
proses pemerolehan informasi dari luar dan pengasimilasiannya
dengan pengetahuan kita sebelumnya. Selain itu dapat
dijelaskan juga bahwa asimilasi merujuk pada suatu proses
penyesuaian untuk menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang telah ada. Proses ini bersifat subjektif karena
individu akan cenderung memodifikasi atau mengubah
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar dapat
masuk ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan
contoh di atas, ketika seorang anak melihat burung pipit dan
memberinya label atau memberi nama “burung” pada binatang
yang disebut pipit itu merupakan contoh proses mengasimilasi
bintang itu pada skema tentang burung dalam pikiran si anak.
Sehingga ketika anak tersebut melihat ada binatang bentuknya
kecil, memiliki paruh, bisa terbang dan bersuara cicit, maka ia
mengasimilasi binatang tersebut sebagai burung (Monks &
Smith, 2006).
Kemudian, pengembangan kognitif juga membutuhkan
proses akomodasi yaitu suatu bentuk penyesuaian lain yang
melibatkan penggantian atau pengubahan skema sebelumnya
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang telah ada (Monks & Smith, 2006). Dalam proses akomodasi
ini terdapat pula pemunculan skema yang baru sama sekali
berbeda dengan skema sebelumnya. Dalam contoh di atas, si
anak melihat burung unta dengan karakteristik besar, lehernya
panjang, berparuh panjang, memiliki sayap tetap tidak bisa
terbang, maka ia akan mengubah skemanya tentang burung
yang sebelum hanya memberinya label “burung” pada pipit,
maka sekarang si anak menambah informasi tentang “burung”
berdasarkan pengalaman barunya. Hal ini merupakan contoh
mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui proses kedua penyesuaian tersebut sistem kognisi
seorang individu berubah dan berkembang sehingga dapat
meningkat dari satu tahap ketahap di atasnya (McGraw Hill, S
97
& Kipp, 2010).
Proses penyesuaian tersebut dilakukan secara individu
karena ia ingin mencapai keadaan terakhir dalam proses ini
yaitu proses ekuilibrium yang merupakan keadaan seimbang
antara struktur kognisi dan pengalamannya di lingkungan.
Seorang individu akan selalu berupaya agar keadaan seimbang
tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian tersebut. Jadi, kemampuan kognisi anak
berkembang bukan karena hanya menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tetapi anak tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya (Lefa, 2014).
Selanjutnya Piaget menjelaskan bahwa perkembangan
kognitif dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif
berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri di
tiap tahapannya, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional,
operasional konkret, dan operasional formal. Akan tetapi
penulis fokus pada tiga tahap saja mengingat batasan usia anak
yang dibahasa dalam makalah ini (Santorck, 2010).
98
Tahap Usia Karakteristik
99
Secara detail tahapan perkembangan kognitif menurut
piaget dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia
dua tahun, bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia
mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan
melalui aktivitas motor. Aktivitas kognitif terpusat pada
aspek alat dria (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam
peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan
lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.
Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif
selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses
penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan (Santorck, 2010).
100
Sub tahap Deskripsi Contoh Perilaku
101
Sub tahap Deskripsi Contoh Perilaku
102
2. Tahap pra-operasional
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas
kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya.
Aktivitas berpikirnya belum mempunyai sistem yang
terorganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di
lingkungan dengan menggunakan tanda –tanda dan simbol.
Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak
sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai
dengan ciri-ciri:
a. Transductive reasoning, yaitu cara berpikir yang bukan
induktif atau deduktif tetapi tidak logis
b. Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak
mengenal hubungan sebab-akibat secara tidak logis
c. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu
hidup seperti dirinya
d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di
lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu
berdasarkan apa yang dilihat atau didengar
f. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu
untuk menemukan jawaban dari persoalan yang
dihadapinya
g. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada
sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri
yang lainnya.
103
Kemajuan Signifikan Contoh
propertiproperti selain penyedot debu yang
dari yang sebenarnya “menderu” di atas
mereka miliki. meja makan
104
Kemajuan Signifikan Contoh
oleh orang lain. sedih.
105
Keterlambatan Signifikan Contoh
dikembalikan ke dalam kotak asalnya,
dalam keadaan menyanggah
semula klaimnya bahwa ia
mendapatkan lebih
banyak dari adiknya.
106
Keterlambatan Signifikan Contoh
tersebut
107
Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka
dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily),
tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan
boneka yang berambut paling gelap. Namun ketika diberi
pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut susan.
Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut
siapakah yang paling gelap?”, anak-anak pada tahap
operasional konkrit mengalami kesulitan karena mereka
belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan
lambing-lambang.
4. Tahap Operasional Formal
Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi
baru. Periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi
konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks.
Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak
sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak
dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut
operasional formal (Santorck, 2010).
108
Vygotsky beranggapan bahwa anak mengkonstruksi
pengetahuannya dalam sebuah kontek sosial. Anak
mengkonstruksi secara aktif pengetahuanya secara mandiri
dalam konteks interaksi dengan pengasuh, keluarga atau
komunitas dan masyarakat. Vygotsky percaya bahwa Bahasa
memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif anak.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan
sosialnya (pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan banyak
membantu anak menyelesaikan persoalan-persoalannya yang
tidak dapat ia selesaikan dengan sendiri. Dengan Bahasa, anak
akan mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan yang
dia hadapi kepada orang lain yang dia anggap memiliki
kemampuan untuk membantunya menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
Salah satu elemen dari teori Vygotsky yaitu Zone of
proximal development (ZPD). ZPD adalah celah antara apa yang
anak dapat kerjakan secara mandiri dan apa yang dia tidak
dapat dikerjakan bahkan dengan bantuan seseorang (seperti
orang dewasa atau teman sebaya) yang lebih terampil dari dia.
Hal yang sama dikemukakan oleh (Santorck, 2010) yang
menyatakan bahwa ZPD yaitu istilah yang digunakan oleh
Vygotsky untuk berbagi tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai
oleh anak sendiri tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan
bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil
(Irshad et al., 2021; Podolskij, 2012; Yu et al., 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat diketahui
bahwa ada zona dimana anak bisa belajar secara mandiri tanpa
bantuan orang lain tapi disisi lain apabila anak tidak mampu
belajar secara mandiri diperlukan bantuan orang lain. Untuk
meningkatkan keterampilan atau kemampuan anak kearah yang
lebih tinggi diperlukan bantuan orang lain yang memiliki
kemampuan lebih tinggi darinya. Dalam konteks belajar materi
yang akan ajarkan harus sesuai dengan tingkat kemampuan
yang anak miliki.
109
Elemen kedua dari teori Vygotsky yaitu Scaffolding.
Scaffolding berarti merubah tingkat dukungan. Pada saat anak
belajar seorang guru, orang tua agar menyesuaikan materi
tersebut dengan kinerja anak saat ini. Saat anak belajar konsep
baru, orang dewasa (guru, orang tua) dapat terlibat langsung
untuk membantu anak belajar menguasai konsep baru tersebut
(Yu et al., 2013).
110
Gambar 9.1 Tahap Perkembangan Otak
Sumber: https://fineartamerica.com/featured/brain-
development-embryo-to-adult-anatomical-
travelogue.html?product=canvas-print
111
Gambar 9.2. Perkembangan Otak dan Kepadatan Sinapsis
Sumber: (Santorck, 2010)
112
peningkatan taraf intelegensi dan kapasitas kognisi. Selain
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan, tingkat
kognitif atau taraf intelegensi juga dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, ras, budaya, dan asupan nutrisi (Monty &
Fidelis, 2003).
113
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., Ch, A. H., Batool, A., Sittar, K., & Malik, M. (2016). Play
and cognitive development: Formal operational perspective
of Piaget’s theory. Journal of Education and Practice, 7(28), 72–
79. https://eric.ed.gov/?id=EJ1118552
Drago, F., Scharf, R. J., Maphula, A., Nyathi, E., Mahopo, T. C.,
Svensen, E., Mduma, E., Bessong, P., & Rogawski McQuade,
E. T. (2020). Psychosocial and environmental determinants of
child cognitive development in rural south africa and
tanzania: Findings from the mal-ed cohort. BMC Public
Health, 20(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12889-020-
08598-5
Irshad, S., Maan, M. F., Batool, H., & Hanif, A. (2021). Vygotsky’s
114
Zone of Proximal Development (ZPD): An Evaluative Tool
for Language Learning and Social Development in Early
Childhood Education. Multicultural Education, 7(6), 234–242.
https://doi.org/10.5281/zenodo.4940172
Sartika, R., Ismail, D., & Rosyida, L. (2021). Factors that affect
cognitive and mental emotional development of children: a
scoping review. Journal of Health Technology Assessment in
Midwifery, 4(1), 21–36. https://doi.org/10.31101/jhtam.1867
Stiles, J., Brown, T. T., Haist, F., & Jernigan, T. L. (2015). Brain and
Cognitive Development. In Handbook of Child Psychology and
Developmental Science (Issue March).
https://doi.org/10.1002/9781118963418.childpsy202
115
Yu, Y. H., Hu, Y. N., & Zhang, J. S. (2013). A research on reading
model of interactive children picture book application based
on the theory of “zone of proximal development.” Applied
Mechanics and Materials, 411–414(4), 2952–2956.
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMM.411-
414.2952
116
TENTANG PENULIS
117
Mika Sugarni, S.Tr.Keb., M.Keb, Penulis
merupakan dosen pada Program Studi
Diploma Tiga di Universitas Karya Persada
Muna Sejak 2021. Penulis lahir di Lipu, 31 Maret
1996, menyelesaikan pendidikan D4 Kebidanan
di Poltekkes Kemenkes Kendari tahun 2018 dan
melanjutkan pendidikan magister di
Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2021. Penulis aktif sebagai
pengajar, peneliti, melakukan pengabdian masyarakat,
menerbitkan beberapa buku referensi dan hasil karya telah
dipublikasikan secara luas di lingkup nasional. Saat ini menjabat
sebagai Ketua Program Studi D-III Kebidanan.
118
Ns. Thika Marliana, M.Kep., Sp.Kep.J lahir di
Jakarta, pada 2 Maret 1984.Ia tercatat sebagai
lulusan Ners Spesialis Jiwa di FIK Universitas
Indonesia. Saat ini sedang menempuh
pendidikan Doktor di Universitas Indonesia.
Saat ini bekerja sebagai dosen tetap di
Universitas Respati Indonesia (URINDO)
Jakarta Timur. Ibu dari 3 anak ini aktif menulis
buku diantaranya Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada
Bencana (2018), Berlatih Asertif untuk Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA pada remaja (2019), Pedoman DKJPS pada Pandemi
COVID-19 (2020), Protokol Tata Kelola Upaya Pelayanan Kesehatan
Jiwa Bersama Kemenkes (2020) Keperawatan Jiwa Dasar (2021),
Keperawatan Jiwa Lanjutan (2021), Petunjuk Teknis Pencegahan
dan Pengendalian Gangguan Mental Emosional bersama Kemenkes
(2021), Petunjuk Teknis Layanan Depresi bersama Kemenkes (2021),
Panduan Praktis Bagi Pendamping Lansia di Komunitas (2021),
Buku Ajar Gerontologi (2022). Selain penulis buku-buku ilmiah, ia
juga menulis 5 buku populer leguty media bersama sang anak.
Selain menjadi seorang pendidik ia juga aktif sebagai terapis pada
aplikasi teman curhat.id yang bisa di unduh pada playstore,
founder Sahabat Jiwa, peneliti yang sudah published nasional
maupun internasional, dan trainer tersertifikasi BNSP untuk
hypnotherapy, NLP, Coaching, TOT Skema 2 dan 3.
119
Ners, Syahabuddin, S.Kep., M.A. lahir pada
tanggal 1 April 1971 di Aceh Utara Provinsi
Aceh. Pendidikan D.III Keperawatan di Akper
Pemkab Aceh Utara.Sarjana Keperawatan dan
Ners lulus di Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh, dan Magister of Art Ilmu Psikologi di
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
pada tahun 2010.
120