Anda di halaman 1dari 270

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN (AIK VI)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2022

ammadT, Lc, TIMMA.


TIM PENULIS
ISLAM DAN ILMU TEKNOLOGI
(AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN VI)

Penulis : Dr.Antoni Selani,M.H.I


Dr. H. Sayid Habiburahman, M.Pd.I
Idmar Wijaya,S.Ag.,M.Hum
Dr. Ani Aryati, S.Ag., M.Pd.I
Dr. Hoirul Amri, S.Ag., M.E.Sy
Rijalusshalihin, S.Ei., M.E.Sy
Yahya, Lc., M.P.I
Amrullah, S.Pd.I., M.Pd.I

ISBN : 978-623-6802-50-2
Editor : Dr. H. Sayid Habiburrahman, M.Pd.I.
Disain Cover : Supriyadi,S.P
Layout : Moesthafa Ahmad
Cetakan : Pertama 2022
Penerbit : Insan Cendekia Palembang

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam betuk cara
dan apapun tanpa izin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورمحة هللا وبر كا ته‬


Alhamdulillah Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayah, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan buku ini, dengan baik tanpa halangan
dan rintangan. Selanjutnya selawat serta salam, semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengeluarkan manusia dari kebodohan, lalu menjadi penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Buku ini secara umum dapat dibaca untuk semua
kalangan. Akan tetapi, secara khusus dijadikan sebagai buku ajar
bagi seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulisan buku ini disusun sesuai dengan silabus atau kurikulum
Al-Islam Kemuhammadiyahan yang bersatandar KKNI, yang secara
garis besarnya memuat tentang: Karya Monumental Umat Islam
dalam Iptek, Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam, Etika
Penerapan dan Pengembangan Iptek, Paradigma Islam tentang
Disiplin Ilmu Teknologi, Ilmu Sipil, Ilmu Kimia, Ilmu Industri, dan
Ilmu Arsitektur.
Buku ini diterbitkan dengan harapan para pembaca dan
mahasiswa khususnya dapat memahami ajaran Islam dengan baik,
terutama yang berkenaan dengan materi pembahasan. Selain dari
itu, buku ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari buku ini belum sempurna, mungkin saja terdapat

iii
kekurangan di dalam penulisan dan penyusunan, baik kata-kata
atau pungaya bahasa yang kami gunakan kurang tepat. Oleh
karena itu, kepada para pembaca dan pakar, kami mengharapkan
saran dan kritik membangun, demi kesempurnaan buku ini untuk
terbitan berikutnya.
Kepada Bapak Rektor dan Narasumber, kami
mengucapkan terima kasih, karena telah banyak memberikan
dorongan di dalam penyusunan buku ini. Demikian juga kami
ucapkan terima kasih kepada pihak penerbit Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah membantu penerbitan
buku ini.

‫نصر من هللا وفتح قريب‬


‫والسالم عليكم ورمحة هللا وبركاته‬
Palembang, 1443 H
2022 M
Penulis

iv
SAMBUTAN REKTOR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

‫السالم عليكم ورمحة هللا وبر كا ته‬


Kami bersyukur kepada Allah SWT, dan menyambut gembira
atas terbitnya buku Islam dan Iptek (AIK-VI), yang telah
diselesaikan oleh tim penyusun. Buku sederhana ini disusun untuk
memenuhi kurikulum AIK, yang berdasarkan SK. Majelis Dikti PP
Muhammadiyah Nomor: 027/SK-MPT/III-B/1.b/1996 tentang
Tanfidz hasil rumusan pengembangan kurikulum AIK di PT
Muhammadiyah, yang oprasionalnya tertuang dalam SK. Rektor
UMP No.100/G-19/KPTS/UMP/VIII/1997 tentang pemberlakuan
Silabi AIK.
Buku panduan ini selain sebagai pedoman dosen AIK dalam
memberikan materi Islam dan Iptek (AIK-VI), sekaligus memenuhi
kebutuhan para mahasiswa di lingkungan UMPalembang yang
mengambil mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan VI.
Dengan buku ini diharapkan kepada para dosen AIK dapat
menyatukan visi, persepsi, dan seirama di dalam menyampaikan
materi AIK di seluruh fakultas di lingkungan UMPalembang. Atas
nama Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Palembang,
diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim
penyususn, yang telah meluangkan waktu untuk menyusun buku
ini hingga selesai. Semoga akan menjadi amal ibadah di sisi Allah
SWT, amin.

v
‫نصر من هللا وفتح قريب‬
‫والسالم عليكم ورمحة هللا وبركاته‬

‫‪Palembang,‬‬ ‫‪1443 H‬‬


‫‪2022 M‬‬

‫‪Dr. Abid Djazuli, SE., MM.‬‬

‫‪vi‬‬
DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA .................................................... i


TIM PENYUSUN ...................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................. iii
KATA SAMBUTAN REKTOR ........................................ v
DAFTAR ISI ........................................................... vii

BAB I ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ......................... 1


A. Pengertian Ilmu Pengetahuan .......................... 1
B. Perintah Mencari Ilmu ................................... 23
C. Kedudukan Orang yang Berilmu ....................... 35
D. Kode Etik Keilmuan ...................................... 38

BAB II KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEK ... 43


A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEK .............. 43
B. Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEK 48
C. Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEK 48
D. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam
IPTEK ....................................................... 51

BAB III HAKIKAT IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM .......... 53


A. IPTEK & Peradaban Islam ................................. 53
1. Konsep Iptek ............................................ 53
2. Peradaban Islam ........................................ 61
B. Ilmu, Agama & Budaya .................................... 62

vii
1. Pengertian Ilmu, Agama, dan Budaya ............... 62
2. Hubungan Ilmu, Agama, dan Budaya ................ 66
C. Hukum Sunnatullah (Kausalitas)......................... 71
1. Pengertian Sunnatullah ............................... 71
2. Pandangan Dasar tentang Sunnatullah .............. 73
3. Ketentuan Sunnatullah ................................ 77

BAB IV KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU, MENGEMBANGKAN DAN


MENGAMALKANNYA ..................................... 81
A. Perintah Menuntut Ilmu ................................... 81
B. Keutamaan Orang Berilmu ............................... 86
C. Kedudukan Ulama dalam Islam .......................... 90
1. Pengertian Ulama ...................................... 90
2. Kedudukan Ulama dalam Islam ...................... 91
3. Wafat Ulama Sebagai Tanda dicabutnya Ilmu ..... 93
4. Fungsi dan Kewajiban Ulama ......................... 97

BAB V ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEK DALAM


PANDANGAN ISLAM...................................... 101
A. Sinergi Ilmu dan Pengintegrasiannya dengan Nilai
dan Ajaran Islam .................................... 101
1. Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai ............ 107
2. Paradigma Ilmu Bebas Nilai ................... 111
3. Perlunya Akhlak Islami dalam Penerapan IPTEK
.................................................... 113

viii
BAB VI INTEGRASI AYAT AL-QUR’AN PAD ILMU PENGETAHUAN
................................................................ 119
A. Hakikat Ayat-ayat Allah ................................... 119
B. Kesatuan antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah ........ 122
C. Interkoneksitas dalam memahami ayat Qauliyah dan
Kauniyah .................................................... 124

BAB VII PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK .................. 131


A. Potensi Manusia (jasmani dan ruhani) dalam
Pengembangan IPTEK ..................................... 131
B. Rambu-rambu Pengembangan IPTEK dalam Al-Qur’an 135
C. Interelasi Kebenaran al-Qur’an dan IPTEK ............. 142
D. Bukti-bukti Ilmiah Kebenaran al-Qur’an dalam Bidang
IPTEK......................................................... 146

BAB VIII PARADIGMA ISLAM TENTANG ILMU TEKNOLOGI.... 153


A. Hakikat Ilmu dalam Bidang Teknologi .................. 153
B. Keutamaan Ilmu di Bidang Teknologi ................... 158
C. Teori-teori dalam Bidang Ilmu Teknologi .............. 161
D. Ilmu untuk Kemaslahan Umat ............................ 172
E. Ilmu Teknologi dalam Persfektif Islam ................. 176
F. Penerapan Ilmu Teknologi berbasis Sunnahtullah dan
Qadarullah .................................................. 178
G. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang Relevan dengan Bidang
lmu Teknologi .............................................. 184

ix
BAB IX ILMU TEKNIK SIPIL DAN AGAMA ......................... 197
A. Obyek dan Tujuan Ilmu Teknik Sipil dan Agama ...... 197
B. Proses Ilmu Teknik Sipil dan Agama .................... 199
C. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang Relevan dengan lmu
Teknik Sipil ................................................. 200

BAB X PERKEMBANGAN ILMU KIMIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


................................................................ 203
A. Ilmu Kimia Sebagai Cabang Ilmu Teoritis .............. 203
B. Penemuan dan Kontribusi Kimiawan Muslim .......... 207
C. Hubungan Kimia dengan Perbaikan Akhlak atau Moral 210
D. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang Relevan dengan Ilmu
Teknik Kimia ................................................ 215
1. Keseimbangan Atom .................................. 215
2. Fenomena Air Hujan .................................. 217
3. Lebah dan Cairan Madu ............................... 220
4. Keseimbangan di Atmosfer .......................... 221

BAB XI DISIPLIN ILMU TEKNIK INDUSTRI ........................ 225


A. Obyek Utama Disiplin Teknik Industri .................. 225
B. Dampak Industri Islami pada Kehidupan Manusia ..... 228
C. Ayat-ayat yang Berhubungan dengan Disiplin Teknik
Industri ...................................................... 231

x
BAB XII PARADIGMA ARSITEKTUR ISLAMI....................... 237
A. Relasi antara Alam, Manusia, dan Tuhan dalam Arsitektur
................................................................ 237
B. Definisi Arsitektur Islam .................................. 242
C. Prinsip-prinsip Arsitektur Islami ......................... 243
D. Prinsip Desain dalam Arsitektur Islami ................. 248
E. Dampak Arsitektur Islami pada Kehidupan Manusia .. 249

DAFTAR PUSTAKA ................................................. 251

xi
Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB I
ILMU PENGETAHUAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah
yang menyangkut masalah ilmu. Paling tidak ada empat
istilah, yakni; ilmu, pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan
sains. Istilah ilmu berbeda dengan pengetahuan merupakan
penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah.
Istilah sains yang berasal dari science mempunyai arti yang
sama dengan ilmu atau ilmu pengetahuan. Untuk mendapat
gambaran yang agak jelas, berikut ini akan dijelaskan
beberapa pengertian tersebut.
Istilah ilmu merupakan penerjemahan dari bahasa
Inggris science berasal dari bahasa latin scientia yang
diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to
know) dan belajar (to learn), maka ilmu dapat berarti usaha
untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat
empiris dan melalui suatu cara tertentu. Karena yang ingin
diketahui atau dipelajari bersifat empiris, maka ilmu
didefinisikan sebagai suatu eksplorasi ke alam materi
berdasarkan observasi, dan mencari hubungan-hubungan
alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati
serta bersifat mampu menguji diri sendiri.
Pengertian ini tidak jauh berbeda dari yang
dikemukakan oleh James Conant, bahwa ilmu adalah suatu

Ilmu Pengetahuan -1 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan


satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimen serta
observasi, dan berguna untuk diamati dieksperimentasikan
lebih lanjut. Dengan demikian, ilmu adalah rangkaian
aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai
metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis
mengenai gejala-gejala kealaman dan kemasyarakatan
untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Dilihat dari segi maknanya, pengertian ilmu menurut
The Liang Gie, sekurang-kurangnya mengandung tiga hal
yakni:
1. Pengetahuan
2. Aktivitas
3. Metode
Hendry W. Hophnstone Jr. Dalam bukunya what is
philosophy menjelaskan bahwa ilmu adalah suatu kumpulan
yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of
knowledge). Seorang filosof, John Kemeney, juga memaknai
istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun
dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected
by means of the scientific method).
Kalangan ilmuan sendiri, juga ada kesepakatan.
Bahwa ilmu terdiri atas pengetahuan, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Seldon J.Lachman dalam bukunya The

- 2 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Foundations of Science yakni: “science refers primarily to


those systematically organized bodies of accumulated
knowedge concerning the universewhich have been derived
exclusively through techniques of objective observastion.
The content of science, then, consists of organized bodies
of data.” (ilmu menujuk pertama-tama pada kumpulan–
kumpulan yang disususn secara sistematis dari pengetahuan
yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh
melalui teknik-teknik pengamatan yang objektif. Dengan
demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulann-kumpulan
teratur dari data).
Sedangkan ilmu yang berarti proses, dimaksudkan
bahwa ilmu tidak bersifat final, artinya kebenaran suatu
ilmu bersifat relatif. Kesimpulan dari penelitian hari ini
dianggap benar, tetapi besok atau lusa kebenaran ini akan
gugur tatkala ada kesimpulan baru yang didasarkan atas
penemuan data yang terbaru. John Warfield dalam bukunya
Societal System: Planning, Policy and Complexity
menyatakan “But science is also viewed as a process. The
process orientation is most relevant to a concern for
inquiry, since inquiry is a major part of science as a process”
(tetapi, ilmu juga dipandang sebagai suatu proses.
Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu
perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan
adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses).

Ilmu Pengetahuan -3 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Karena ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk


aktivitas manusia, maka dari makna ini dapat dipahami lebih
lanjut pada metode dari aktivitas itu. Bagaimanapun juga,
ilmu tidak terlepas dari metode untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang sistematis.
Berpijak dari beberapa definisi diatas, maka ilmu
mesti didapatkan dengan penelitian penyelidikan atau
observasi. Maka sesuatu disebut ilmu apabila memenuhi
kriteria, yakni: (1) memiliki objek yang jelas; (2) memiliki
metode tertentu; (3) disusun secara sistematis dan (4)
memiliki tujuan. Dari keempat syarat sesuatu disebut ilmu
ini, dapat dikembangkan beberapa sifat dari ilmu, yang
disebut dengan LOSADA, yakni;
L= Logis (masuk akal, tidak bertentangan dengan hukum-
hukum logika sebagai pola pemikiran untuk menarik
kesimpulan)
O= Objektif (selalu didasarkan pada fakta dan data ada
tanpa ada manipulasi dari data)
S= Sistematis (disusun secara rapi, seperti menyusun bata
pada waktu membuat tembok)
A= Andal (dapat dibuktikan kembali, dan untuk suatu
keadaan terkendali harus menghasilkan hasil yang
sama)
D= Dirancang/direncanakan (datangnya ilmu tidak tiba-tiba,
didesain lebih dahulu sebelum melaksanakan aktivitas
penyelidikan)

- 4 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

A= Akumulatif (ilmu akan selalu bertambah dan berkembang


seiring dengan perkembangan keinginan dan hasrat
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penemuan kesimpulan, kebenaran kemudian
menggugurkan penemuan sebelumnya).
Sedangkan istilah pengetahuan (knowledge) menurut
Mohammad Hatta dalam bukunya, Pengantar ke jalan Ilmu
dan Pengetahuan, membedakan antara ilmu dan
pengetahuan. Pengetahuan didapatkan dengan pengalaman
yang kemudian disebut dengan pengetahuan saja.
Pengetahuan yang didapatkan dari keterangan ilmu. Letak
perbedaan keduaya adalah pada metode. Namun apabila
pengetahuan yang didapatkan dengan pengalaman itu
disusun secara sistematis, dirumuskan metode yang baru,
ditentukan tujuannya, dan ditentukan objeknya, maka
pengetahuan semacam itu disebut juga ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai
karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knoowledge)
mempunyai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan salah
satu dari cabang pengetahuan tersebut. Karakteristik
keilmuan itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan
sekaligus yang membedakan ilmu dari beberapa cabang
pengetahuan lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik
keilmuan menjadikan ilmu suatu pengetahuan yang ilmiah,
dengan demikian maka sinonim dari ilmu adalah
pengetahuan ilmiah.

Ilmu Pengetahuan -5 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Secara garis besar Jujun S. Suriasumantri,


menggolongkan pengetahuan dalam tiga golongan, yakni: (1)
pengetahuan baik dan buruk disebut Etika; (2) Pengetahuan
tentang indah dan jelek disebut Estetika; (3) pengetahuan
tentang benar dan salah disebut Logika. Ilmu merupakan
pengetahuan yang termasuk didalamnya kategori ketiga
(logika). Menurut Ensiklopedi Islam, pengetahuan dibedakan
ke dalam dua jenis, pengetahuan biasa dan pengetahuan
ilmiah.
Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk
upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman,
panca indera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Pengetahuan
jenis inilah yang disebut dengan knowledge. Pengetahuan
ilmiah juga merupakan keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, dengan
memperlihatkan objek yang ditelaah, metode yang
digunakan, dan kegunaan pengetahuan tersebut.
Pengetahuan ilmiah memperhatikan objek ontologis,
landasan epistimologis, dan landasan aksiologis dari
pengetahuan itu sendiri.
Jenis pengetahuan yang seperti ini disebut science.
A.M Saefuddin dalam bukunya yang berjudul Desekularisasi
Pemikiran Landasan Islamisasi, membagi pengetahuan
dalam tiga kelompok, yakni; Pertama, pengetahuan
inderawi pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang

- 6 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

dapat dijangkau oleh pancaindera. Batas pengetahuan ini


adalah segala sesuatu yang tidak ditangkap oleh
pancaindera. pengetahuan indera ini merupakan tangga
untuk melangkah ke ilmu. Kedua, Pengetahuan keilmuan
meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan riset
dan eksperimen, sehingga apa yang berada dibalik
knowledge bisa dijangkau. Batas pengetahuan ini ialah
segala sesuatu yang tidak terjangkau lagi oleh rasio dan
pancaindera. Ketiga, pengetahuan falsafi, mencakup segala
fenomena yang tidak dapat diteliti, tapi dapat dipikirkan.
Batas dari pengetahuan ini ialah alam, bahkan juga bisa
menebus apa yang ada di luar alam, misalnya Tuhan yang
kita kenal dengan istilah ketuhanan, akhirat dikenal dengan
istilah filsafat Eskatologis.
Beberapa pembeda itu rupanya ada alur yang sama
walaupun dengan redaksi yang berbeda dalam cara
pengungkapannya. Dan dapat ditarik ke dalam redaksi yang
mudah dipahami, bahwa ilmu itu bagian dari pengetahuan.
Ilmu sama dengan pengetahuan ilmiah, dan ilmu masuk
dalam kelompok logika. Maka apapun jenis pengetahuannya,
apakah itu ilmu agama, setiap pengetahuan selalu dapat
dicirikan lewat ketiga kriteria pembeda yakni tentang apa
objeknya (ontologi), bagaimana cara mendapatkannya
pengetahuan itu (epistimologi), dan untuk apa pengetahuan
itu dirumuskan (aksiologis).

Ilmu Pengetahuan -7 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Kembali ke masalah ilmu sesungguhnya istilah ‘ilm itu


sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti pengetahuan,
merupakan lawan dari kata jahl berarti tidak tahu/bodoh.
Kata ilm, bisa disepadankan dengan kata ma’rifah
(pengetahuan), hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur
(perasaan). Kata ‘ilm menurut perhitungan dalam kitab al-
mu’jam al-mufahras li al-fadz al-qur’an al-karim ditemukan
tidak kurang dari 800. Dan kata ‘alima disebut sebanyak 35
kali tersebar diberbagai surat, yaitu:

 
         

        


 

    


Artinya: “Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-
Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga)
burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing
telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan
Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”.
(QS. An Nuur {24}: 41)
Kata ta’lamun misalnya disebutkan dalam QS. Al-
Baqarah: 107 yang menjelaskan bahwa apa yang ada di
langit dan di bumi hanya milik Allah semata. Dialah yang
mengatur, menjaga dan memeliharanya sehingga hubungan
makhluk satu dengan yang lainnya terjalin dengan harmonis.
- 8 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Tiap-tiap makhluk Allah dibekali dengan karakteristik dan


hukum-hukum yang melekat, apabila hukum-hukum itu
diganggu maka keharmonisan alam juga ikut terganggu.
Kalaupun Allah menganggu hukum yang ada dalam tiap
ciptaan-Nya, itu semua dalam rangka memberikan informasi
kepada manusia bahwa Allah-lah yang paling berkuasa dan
yang paling berhak mengatur semua ciptaan, agar manusia
menyadari eksistensi dirinya.

       


    

       


Artinya: “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan
langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu
selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong”.
(QS. Al-Baqarah {2}: 107)
Kata ya’lamu salah satunya ditemukan dalam QS. Al-
Baqarah: 235 yang intinya bahwa Allah mengetahui apa-apa
yang dalam hati manusia. Yang dirahasiakan saja, Allah
mengetahui apa yang ditampakkan dari sinilah sesungguhnya
manusia tidak dapat lari dari pengawasan dan kendali Allah.
Manusia dapat menipu dirinya, menipu orang lain, dapat
merahasiakan, menyembunyikan sesuatu sehingga orang lain
tidak mengetahui namun jangan harap apa yang
disembunyikan itu lepas dari pengamatan Allah.
Kata a’lamu dapat dijumpai dalam al-qur’an, yaiyu:

Ilmu Pengetahuan -9 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

         
 

          

          

     


      

  


Artinya: “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia
ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”. ( QS. Al-Hadiid{57} :
20)
Kata ‘alima dijumpai antara lain dalam QS. Al-
An’am:73 dan dalam ayat dan surat yang lain menjelaskan
bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Berilmu. Ilmu Allah
tidak bertepi, dan tidak ada Tuhan yang memiliki ilmu seluas
ilmu yang dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu bukan pada

- 10 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

tempatnya manusia menyombongkan diri karena merasa


ilmunya cukup, merasa pandai, merasa yang paling otoritas
berbicara tentang sesuatu yang dianggap menjadi disiplin
ilmunya. Sering dijumpai bentuk keangkuhan intelektual di
kalangan ilmuan kita, baik yang muslim ataupun non-
muslim.
Keangkuhan dapat menimbulkan sikap meremehkan
orang lain, yang pada akhirnya menganggap apa yang
dihasilkan adalah karyanya sendiri. Sikap semacam ini bisa
jadi meniadahkan Allah dan menafikan keterlibatan Allah
dalam proses budaya manusia, yang pada akhirnya akan
menciptakan Tuhan-tuhan kecil dalam dirinya dan dalam
karyanya. Rasionalisme yang berkembang di barat,
kemudian melahirkan materialisme ternyata menemukan
jalan yang buntu. Karena kebutuhan hakiki makhluk hidup
tidak dapat hanya dipenuhi hanya dengan rasionalisme dan
materialisme saja, aspek spiritualisme (rohani) manusia juga
menuntut untuk dipenuhi juga, maka tidak aneh kalau di
barat muncul kegersangan spiritual, tatkala kegersangan ini
sampai pada puncaknya, kegelisahan dan keresahan hidup
sangat mewarnai, dan berusaha untuk mengobati
kegelisahan tersebut dengan cara mencari bentuk kepuasan
spiritual. Sehingga gerakan-gerakan spiritual tumbuh
dengan pesat bagaikan jamur di musim penghujan.

Ilmu Pengetahuan -11 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

    


     

          

          


Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia
mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-
Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia
mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang
Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui”. ( QS. Al-An’am
{6}:73)

Kata ‘ulama jamak dari ‘aalim tidak banyak


disebutkan dua kali yang terdapat dalam QS. Al-Syu’araa’:
197 dan QS. Al-Faathir: 28

    


      
Artinya: “Dan Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi
mereka, bahwa Para ulama Bani Israil mengetahuinya?”.
(QS. Al-Syu’araa {42}: 197)

- 12 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

        

           

 
Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat
ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah”. (QS. Al-Faathir {35}: 28)
Dari dua ayat di atas, satu kata ulama untuk
menyebutkan golongan orang-orang yang pandai di kalangan
bani Israil, dan satunya lagi yang berhubungan dengan
tingkat ketundukan, kepatuhan dan ketakutan kepada Allah,
pada ayat pertama apabila dihubungkan dengan ayat
sebelumnya bercerita tentang kebenaran Al-Qur’an sebagai
wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammmad
SAW. Dengan bahasa Arab melalui Ruhul Amin (Malaikat
Jibril). Kandungan Al-Qur’an sesungguhnya telah ada dalam
kitab-kitab Allah lainnya yang diturunkan kepada Nabi dan
Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Hal ini para ulama Bani
Israil sudah mengetahui dengan jelas, akan tetapi sebagian

Ilmu Pengetahuan -13 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

besar umat Bani Israil menolak kebenaran Al-Qur’an.


Sedangkan ayat keduanya, apabila dihubungkan dengan
makna ayat sebelumnya menceritakan tentang hujan yang
diturunkan Allah dapat menghasilkan buah-buahan yang
beraneka ragam warna dan rasanya. Juga tentang aneka
ragam keindahan flora dan fauna yang mampu menghiasi
alam ini, sehingga apabila dipandang mata akan
mendatangkan kenikmatan tersendiri. Ini semua adalah
kehendak Allah semata yang diperuntuhkan kepada
manusia, tetapi rupanya manusia sering melupakan
kenikmatan yang tiada nilainya itu. Hanya para ulama yang
mengakui keagungan dan kekuasaan Allah.
Kata al-aliimu artinya yang maha mengetahui, maha
berilmu hanyalah Allah semata, maka salah satu nama Allah
adalah al-aliimu. Ini membawa konsekuensi bahwa ilmu
manusia itu sedikit, namun ilmu yang sedikit itu saja sudah
dapat untuk memajukan dunia, apalagi kalau diberi ilmu
yang banyak. Semestinya manusia bersyukur kepada-Nya
atas ilmu yang diberikan Allah. Kata al-aliimu dijumpai
dalam banyak ayat di Al-Qur’an antara lain disebutkan
dalam QS. Al-Baqarah: 32.

            



- 14 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada


yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah {2}: 32)
Kata al-‘ilmu dijumpai antara lain dalam QS. An-
Nisaa’: 162, dan QS.Yusuf: 76.

       

         

     

    


Artinya: “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di
antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman
kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran),
dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian. orang-orang
Itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang
besar”. (QS. An-Nisaa {4}: 162)

Ilmu Pengetahuan -15 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

         


     
       

            

       


Artinya: “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung
mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri,
kemudian Dia mengeluarkan piala raja itu dari karung
saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai
maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum
saudaranya menurut undang-undang Raja, kecuali Allah
menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami
kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan
itu ada lagi yang Maha mengetahui”.( QS.Yusuf {12}: 76)
Dari kedua ayat diatas mengandung kata al-‘ilmu
menunjukkan bahwa orang yang berilmu dan orang yang
memiliki pengetahuan akan mendapat pahala yang nilainya
sangat besar. Kedudukan orang yang berilmu sama dengan
orang yang beriman, orang yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Apabila ayat ini dihubungkan dengan QS.
Al-Mujadillah: 11, semakin jelas bahwa yang beriman dan
berilmu akan diangkat kedudukannya beberapa derajat.

- 16 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Imbalan Allah yang berupa kedudukan yang terhormat itu


tidak hanya diakhirat kelak, melainkan di dunia imbalan itu
sudah didapatkan. Di mana-mana orang yang berilmu
(intelektual, cendikiawan/ilmuan) akan mendapatkan
terdapat khusus dihati masyarakat.

‫س‬ِ ِ‫ين اآمنُوا إِ اذا قِيل لا ُك ْم تا اف َّس ُحوا ِِف الْ ام اجال‬ ‫ا‬
ِ َّ‫َي أايُّها ال‬
‫ذ‬ ‫ا ا‬
‫ا‬
‫يل انْ ُش ُزوا فاانْ ُش ُزوا ياْرفا ِع‬ِ‫اَّلل لا ُكم وإِ اذا ق‬
‫ا‬ ‫فاافْ اس ُحوا يا ْف اس ِح َُّ ْ ا‬
َّ ‫ين أُوتُوا الْعِْل ام اد ار اجاٍ او‬ ِ َّ‫اَّلل الَّ ِذين آمنوا ِمْن ُكم وال‬
ُ‫اَّلل‬ ‫ْا ا‬ ‫ذ‬ ُ ‫َُّ ا ا‬
)١١( ‫ِِباا تا ْع املُو ان اخبِير‬
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujadalah {58}:11)
Kata ‘ilman yang bentuknya nakirah maknanya
sepadan dengan al-‘ilmu yang berbentuk ma’rifat,
disebutkan sebanyak 25 kali.

Ilmu Pengetahuan -17 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

 
         

      


Artinya:“Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu
kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan:
"Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari
kebanyakan hamba-hambanya yang beriman".( QS. An-Naml
{27}: 15)

      


   


Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang aku
merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang ia usahakan”.( QS.Thaha (20}: 15)
Pada surat An-Naml: 15 menunjukkan bahwa para Nabi
utusan Allah diberi tugas untuk memperbaiki umatnya baik
dari segi keimanan maupun segi tatanan sosial budayanya
dibekali dengan ilmu pengetahuan sebagai pewujudan
kelebihan dibandingkan umatnya. Ilmu yang diberikan
disesuaikan dengan kondisi sosial umat pada masa itu. Nabi
Daud dan Sulaiman diberi kelebihan ilmu berupa
kemampuan untuk berkomunikasi dengan binatang, bahkan
ia mampu memerintahkan Jin, Burung, dan Manusia menjadi

- 18 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

bala tentaranya. Sedangkan ayat kedua dalam Surat


Thaha:114 apabila dilihat konteks ayat secara menyeluruh
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dilarang
menirukan ucapan Jibril sebelum Jibril selesai
menyampaikan wahyu secara sempurna. Ini menandakan
kemampuannya sebagai manusia sangatlah terbatas,
walaupun ia dipilih Allah. Nabi Muhammad SAW selalu
berdoa untuk terus ditambah ilmunya. Oleh karena itu
layaklah kalau manusia selalu berdoa kepada Allah, “Rabbi
zidni’ilman” Ya Allah tambahkanlah ilmu kepadaku.
Kata al-‘alamin tersusun dari huruf ‘a-l-m, susunan
yang sama dengan kata ‘ilmu. Al-Alamin, artinya bukan lagi
ilmu pengetahuan, melainkan alam semesta: secara filsafat;
alam adalah ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah,
sehingga bisa jika kongkrit dari ilmu Allah yang diberikan
kepada manusia untuk dirumuskan dan disusun supaya dapat
dipahami secara mudah dengan bahasa manusia sendiri.
Kata al-‘alamin banyak disebutkan dalma Al-Qur’an yang
sebelumnya diiringi dengan kata Rabb, sehingga tersusun
menjadi rabb al-‘alamin, ini menunjukkan bahwa Rabb salah
satu asma al-husna bersifat memelihara, menjaga, dan
pengatur tunggal hukum-hukum alam. Kata tersebut kurang
lebih ada 73 ayat tersebar dalam beberapa surat,
diantaranya terdapat dalam QS. Al-An’am: 71.

Ilmu Pengetahuan -19 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

           

        

       

         

     


Artinya: “Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain
daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan
kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan
kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali
ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita,
seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di
pesawangan yang menakutkan; dalam Keadaan bingung, Dia
mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan
yang Lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami".
Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan
diri kepada Tuhan semesta alam”.( QS. Al-An’am {6}: 71).

Sedangkan kata na’lamu yang sesungguhnya


maknanya sepadan dengan kata ya’lamu atau ta’lamu

- 20 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

sebagaimana telah dibahas di atas, hanya yang membedakan


adaah pelakunya. Kata ini dapat dijumpai pada QS. Yaasiin:
76.

        


  
Artinya: “Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan
kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan”.(QS. Yaasiin
{36}: 76).
Adapun kata terakhir dari istilah ‘ilm dalam Al-Qur’an
adalah kata ‘allama. Kata tersebut ada 22 kali dalam Al-
Qur’an diantaranya QS. Al-Baqarah: 31 dan QS. An-Nisaa’:
113 .

         

   


    
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!". ( QS. Al-Baqarah {2}: 31).

Ilmu Pengetahuan -21 -


Islam dan Iptek (AIK VI)


        

       

       

         

   


Artinya: “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan
rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka
tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka
tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan
(juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar
atasmu”.( QS. An-Nisaa {4}: 113).
Kata ‘allama dari dua ayat diatas diterjemahkan
dengan “mengajarkan” yang pelakunya adalah Allah.
Mengajarkan ini suatu metode sekaligus untuk memberikan
ilmu kepada pihak lain. Allah maha berilmu, dan ilmu-Nya
diajarkan kepada hamba yang memiliki daya untuk
menerima pengajaran tersebut. Satu-satunya mahkluk yang

- 22 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

mampu menerima adalah manusia, karena manusia


diberikan kelebihan berupa alat atau indera yang dapat
menerima dan menyimpan pelajaran dari Allah itu,
sementara makhluk lainnya tidak diberikan ilmu
pengetahuan yang bersifat akumulatif. Lebah, laba-laba,
ikan, semut dan lainnya hanya diberikan kemampuan, yang
akan mampu menghasilkan madu, ia tidak bisa menghasilkan
cat tembok atau bensin. Begitu yang lainnya, ia bergerak,
beraktivitas dan berproduksi sesuai dengan sunnatullah,
sesuai dengan hukum-hukum yang melekat dalam dirinya.
Itu sekedar contoh-contoh ayat yang di dalamnya ada kata
‘ilm dan kata-kata jadinya. Dengan contoh ini semakin jelas
bahwa istilah ilmu adalah istilah Qur’ani.

B. Perintah Mencari Ilmu


Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang
lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-
Qur’an dan sunnah mengajak kaumnya muslimin untuk
mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat yang tinggi.
Wahyu yang pertama kali turun bukan mewajibkan
kepada manusia untuk Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji,
melainkan untuk membaca sebagaimana tertera dalam QS.
Al-‘Alaq: 1-5. Hal ini bila dihubungkan dengan kondisi sosial
politik yang terdapat ada masyarakat zaman itu terkungkung

Ilmu Pengetahuan -23 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

oleh kejahiliyahan. Padahal salah satu tugas Nabi


Muhammad SAW adalah mengentaskan kejahiliyahan
menjadi keberadaban. Untuk itu yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW adalah mengubah paradigma hidup menjadi
Tauhid mengakui ke-Esaan Tuhan dan dengan ilmu
pengetahuan dalam konteks ini sesungguhnya dua semangat
yang terdapat dalam wahyu yang dapat dipahami dengan
jelas. Yakni ketauhidan dan keilmuan. Semangat tauhid
nampak pada penyadaran ontologis manusia bahwa ia
makhluk Tuhan (Khalaqal insana min ‘alaq), sementara
semangat keilmuan nampak pada penyadaran etis bahwa
Tuhan selain pencipta juga pemurah yang memberikan ilmu
kepada manusia lewat hasil goresan pena-Nya
(alladzi’allama bil qalam, ‘allamal insaana malam ya ‘lam).
Selain itu, wahyu ini sangat menarik untuk diperdalam,
karena Allah mensejajarkan keilmuan dengan tauhid dalam
satu waktu proses penurunannya. S.M Hossain dalam
bukunya yang diedit Naquib al-Attas berjudul Aims and
Objectives of Islamic Education menjelaskan bahwa tidak
seorang pun dapat menangkap pesan-pesan wahyu kecuali
orang-orang yang memiliki ilmu dan menggunakan akalnya.

ِ ‫ك الْ ِكتا‬ ِ
ٍ‫ا‬
‫ٍ ُُْم اك ام ر‬ ‫آَي ر‬
‫اب مْنهُ ا‬ ‫ا‬ ‫ُه او الَّذي أانْ ازال اعلاْي ا‬
‫ين ِِف قُلُوِبِِ ْم‬ ِ َّ ِ ِ ‫ُه َّن أ ُُّم الْ ِكتا‬
‫اٍ فاأ َّاما الذ ا‬
‫ُخ ُر ُمتا اشاِبا ر‬
‫اب اوأ ا‬

- 24 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ازيْ رغ فايا تَّبِعُو ان اما تا اشاباها ِمْنهُ ابْتِغااءا الْ ِفْت نا ِِ اوابْتِغااءا اَْ ِويلِ ِه‬
‫الر ِاس ُخو ان ِِف الْعِْل ِم ياُولُو ان‬ َّ ‫اواما يا ْعلا ُم اَْ ِويلاهُ إِال‬
َّ ‫اَّللُ او‬
‫اب‬ِ ‫آمنَّا بِِه ُكلٌّ ِمن ِعْن ِد ربِِّناا وما ي َّذ َّكر إِال أُولُو األلْب‬
‫ا‬ ُ ‫ا اا ا‬ ْ ‫ا‬
)٧(
Artinya: Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran)
kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka
mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal. (QS.Al-Imran {3}:7).
Kekurangan ilmu yang benar dapat menggiring
manusia untuk berlaku sombong kepada Allah sebagaimana
firman Allah SWT:

Ilmu Pengetahuan -25 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ين اس ِخ ُروا‬ ِ َّ ِ ‫ئ بِرسل ِمن قابلِك فاح ا‬ ِ


‫اق ِبلذ ا‬ ‫استُ ْه ِز ا ُ ُ ْ ْ ا ا‬ ْ ‫اولااُد‬
)١٠( ‫ِمْن ُه ْم اما اكانُوا بِِه يا ْستا ْه ِزئُو ان‬
Artinya: dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa
Rasul sebelum kamu, Maka turunlah kepada orang-orang
yang mencemoohkan di antara mereka Balasan (azab) olok-
olokan mereka. (QS.Al-An’am {6}:10).
Di samping itu bahkan ada manusia saking sombongnya
yang mereka menyembah Tuhan selain Allah, sebagaimana
firman Allah SWT:

‫س‬ ‫ي‬‫ا‬‫ل‬ ‫ا‬‫م‬ ‫و‬ ً‫ا‬


‫ ا‬ ‫ا‬َ ‫ل‬
ْ ‫س‬ ِِ‫اَّللِ ما اُي ي نا ِزْل ب‬
‫ه‬ َّ ِ ‫وي عب ُدو ان ِمن د‬
‫ون‬
‫ا‬ ْ ‫ا‬ ‫ا‬ ُ ِّ ُ ْ ‫ا‬ ُ ْ ُْ ‫ا ا‬
)٧١( ‫صي‬ ِ ‫اَلم بِِه ِعْلم وما لِلظَّالِ ِمني ِمن نا‬
ْ ‫ا‬ ‫ر اا‬ ُْ
Artinya:. dan mereka menyembah selain Allah, apa yang
Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu, dan apa
yang mereka sendiri tiada mempunyai pengetahuan
terhadapnya. dan bagi orang-orang yang zalim sekali-kali
tidak ada seorang penolongpun. (QS.Al-Haj {22}:71)
Iqra’ adalah perintah untuk membaca, padahal
membaca adalah pintu pertama dibukakannya ilmu
pengetahuan. Orang yang membaca adalah orang yang
mengamalkan ayat tersebut sekaligus menjadi orang yang
Insya Allah pandai, kata Iqra’ disebutkan enam kali dalam
al-Qur’an yang tersebar dalam empat surat, yakni;QS. Al-

- 26 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Isra: 14, Al-‘Alaq: 1-3 dan Al-Haaqqah:19, Al-Muzzammil:


20.

      


Artinya: "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada
waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".( QS. Al-Isra: 14)

         

     


Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.(QS.
Al-‘Alaq: 1-3)

        

  


Artinya: “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya
kitabnya dari sebelah kanannya, maka Dia berkata:
"Ambillah, bacalah kitabku (ini)". (QS. Al-Haaqqah: 19)

Ilmu Pengetahuan -27 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

          

        

           

         

        

         

          

  


       

        

      


Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya
kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam,
atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian
pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan

- 28 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah


mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-
orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya
kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan
mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Muzzammil {73}:
20).
Dari ayat yang disebutkan itu, yang relevan untuk
dijadikan daya dorong mencari dan menguasai ilmu
pengetahuan adalah Al-Alaq medorong manusia untuk
mencari ilmu, banyak juga ditemukan dalam Hadits dan
ungkapan bijak yang mengajak mencari ilmu:
1. Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim:
a. Carilah ilmu hingga ke negeri China
b. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahad
c. Para ulama adalah pewaris para nabi

Ilmu Pengetahuan -29 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

d. Barang siapa menginginkan (kebahagiaan) dunia,


maka ia harus memiliki ilmu, barang siapa
menghendaki (kebahagiaan) akhirat, ia harus
memiliki ilmu, dan siapa saja ingin meraih keduanya,
ia harus memiliki ilmu.
e. Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan
darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari
darah syuhada.
f. Barang siapa mati ketika jalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah memudahkan jalannya ke surga.
g. Barang siapa mati ketika sedang mengembalikan
ilmu untuk menghidupkan Islam, maka di surga ia
sederajat di bawah nabi.
Dari ayat dan beberapa hadits serta ungkapan bijak
yang telah diungkapkan diatas, maka Islam menempatkan
ilmu dalam posisi sentral hal ini sangatlah logis, karena
ilmu selain dapat semakin mendekatkan diri kepada
Allah, juga dapat dijadikan tolak ukur kemajuan
seseorang, masyarakat dan bangsa. Bangsa dan Negara
dikatakan maju bukan terletak pada kekayaan sumber
daya alamnya melainkan terletak pada kekuatan
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Negara-negara (Organisasi Konferensi Islam), misalnya:
Arab Saudi, Brunai Darussalam, Iran, dan Irak dikenal
sebagai negara kaya, tetapi bukan negara maju, karena
penguasaan terhadap IPTEK masih sangat rendah. Mereka

- 30 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

bukan produsen, melainkan konsumen IPTEK. Oleh


karena itu negara-negara Islam harus mensejajarkan
dirinya dengan negara maju. Syarat mutlak untuk bisa
sejajar adalah harus meningkatkan penguasaan IPTEK,
maka sumber daya manusia harus ditingkatkan
kemampuan dan profesionalismenya.
Lantas ilmu yang macam apa yang harus dicari?
Menurut Mahdi Ghulsyani dalam buku The Holy Qur’an
and the Science of Natural Tahun 1986 memberikan
jawaban kongkrit, bahwa ilmu yang harus dikuasai
adalah:
a. Ilmu yang dapat meningkatkan pengetahuannya akan
Allah.
b. Ilmu yang efektif dapat membantu mengembangkan
masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-
tujuannya.
c. Ilmu yang dapat membimbing orang lain ke jalan yang
benar.
d. Ilmu yang dapat memecahkan berbagai problem
masyarakat.

2. Akibat pandangan dikotomi ilmu pada dataran


pemahaman dan pengamalan Islam akibat dari klasifikasi
ilmu ke dalam dua bagian yang “ilmu agama” dan “ilmu
non-agama”, mengakibatkan umat terpecah dalam
melihat universal ajaran Islam, sehingga menuntut ilmu

Ilmu Pengetahuan -31 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

hanyalah ilmu agama saja sementara ilmu lainnya


terabaikan. Ini mempengaruhi pada dataran pemahaman
dan pengamalan Islam. Islam dipersepsikan hanya sebagai
ajaran ritualitas (ibadah) kepercayaan semata, dengan
menafikkan ejaan sentral lainnya yakni Mu’ammalah
duniawiyah.
Dampak yang sampai sekarang masih ada adalah
adanya dualisme sistem pendidikan yang satu dengan
lainnya saling berjauhan dan tidak menyapa, yakni sistem
pendidikan umum dan sistem pendidikan agama.
Keduanya mampu membuat pola berpikir secara
dikotomi, kalau sekolah umum adalah sekolah dunia, dan
kalau disekolah agama adalah sekolah akhirat. Begitu pun
materi perkuliahan, seolah-olah ilmu-ilmu umum yang
dipelajari lepas dari masalah agama. Ilmu-ilmu yang
dikesankan sebagai ilmu umum, seperti: sosiologi,
matematika, fisika, kimia, antropologi, dianggap sekuler,
sementara ilmu-ilmu agama terutama Al-Qur’an dan
Hadits dianggap religius.
Klasifikasi ilmu oleh Al-Ghazali sangatlah dikotomi
apalagi masih dirinci menjadi ilmu yang terpuji, mubah
dan tercela, bahkan sampai pada kategori wajib kifayah
dan wajib ‘ain maka klasifikasi ini ditolak oleh pakar
lainnya. Mahdi Ghulsyani misalnya, tidak sependapat
dengan klasifikasi itu, karena klasifikasi semacam itu
hanya menyebabkan kesalahan memandang bahwa “ilmu

- 32 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

non-agama” terpisah dari Islam, dan nampak tidak sesuai


dengan keuniversalan agama Islam yang menyatakan
dapat merahmati kebahagiaan penuh kepada manusia.
Agama yang memandang dirinya serba lengkap tidak bisa
memisahkan dirinya dari masalah-masalahnya yang
memainkan peran vital dalam memberi kesejahteraan
dan kemerdekaan bagi masyarakat Islam.
Alasan Mahdi Ghulsyani menerima pengkalsifikasian
Al-Ghazali berdasarkan:
a. Al-Qur’an dan Hadits tertera dalam QS. Al-Zumar: 9,
Al-Alaq: 5, Al-Baqarah: 31, Yusuf: 76 dan An-Nahl: 70
b. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an dijelaskan secara
ekplisit dalam QS. An-Naml: 28
c. Dalam Al-Qur’an terdapat rujukan yang menyebutkan
“ia berkata: sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku” (Al-Qashash: 78) Beberapa
Hadits yang menganjurkan untuk menuntut ilmu,
menguasai ilmu tanpa membatasi ilmu apa yang
dicari, bahwa sesungguhnya bidang ilmu apapun yang
dapat digunakan untuk kekuatan dan vitalitas
masyarakat Islam. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Taubah: 122

Ilmu Pengetahuan -33 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

  
       

        

     


   

  


 
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS. Al-
Taubah {9}: 122)
Bisa dilihat bahwa kata al-‘ilmu yang disebutkan
dalam Al-Qur’an dimaknai secara umum ketimbang
merujuk secara esklusif kepada studi-studi Agama. Dalam
Agama Islam batasan untuk mencari ilmu hanyalah khusus
ilmu-ilmu yang memiliki nilai kegunaan bagi kehidupan
positif manusia. Islam melarang umatnya menuntut ilmu
yang membahayakan. Ali bin Abi Thalib mengatakan:
“tidak ada kebaikan dalam ilmu yang tidak bermanfaat,
ilmu itu lebih banyak dari pada yang diketahui seseorang,

- 34 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

maka dari setiap ilmu itu ambillah bagian yang paling


berguna.”

C. Kedudukan Orang Yang Berilmu


Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa tidaklah
sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu.
Sebagaimana dalam QS. Az-Zumar: 9 dan QS. Al-Mujadilah: 11

    


      

      


   

         


Artinya: “(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”( QS.
Az-Zumar {39}: 9)

         

       

Ilmu Pengetahuan -35 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

        

        


Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam Majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.( QS. Al-Mujadilah {58}: 11)
Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa orang yang
berilmu menduduki tingkat terhormat dalam Islam, akan
tetapi sekarang, umat Islam tertinggal jauh dari umat lainnya.
Mungkin beberapa jawaban di bawah ini bisa menjawab
pertanyaan tersebut:
1. Hampir semua negara Islam pernah dijajah oleh bangsa
lain, terutama oleh bangsa Eropa dan Amerika. Setiap
kolonialisasi menancapkan belenggu pendidikan, ekonomi,
sosial, politik dan budaya. Akibat dari belenggu maka
rakyat yang dijajah akan bodoh.
2. Dampak dari kolonialisasi Negara Barat memandang Negara
Islam dengan sebelah mata, negara Islam ditempatkan
pada posisi Negara yang perlu terus ditekan.

- 36 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

3. Umat Islam masih asyik dengan konflik internal yang


disebabkan oleh Khilafiyah yang berkepanjangan sehingga
potensi umat Islam hampir semua terfokus dalam masalah
tersebut.
4. Umat Islam belum mampu menangkap ajaran Islam secara
total, masih ada pandangan bahwa Islam cukup dengan
Shalat, Puasa dan ritual lainnya. Sementara ajaran-ajaran
sentral seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan budaya
belum diketahui.
5. Umat Islam terlalu lama tidur dalam kestatisan dalam
berpikir dan meninggalkan Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu
umat Islam.
Negara yang maju terletak pada penguasaan terhadap
IPTEK, maka seharusnya negara-negara yang mayoritas
masyarakat Islam patutnya menguasai IPTEK dan mengkaji Al-
qur’an sebagai Sumber semua ilmu pengetahuan, mengapa
harus kedua hal tersebut dipelajari, karena ketika negara
hanya mementingkan IPTEK tanpa disertai hal-hal yang
berbau keagamaan maka akan membawa kehancuran
terhadap negara tersebut jika dibarengi dengan ilmu
keagamaan maka akan kokoh dan kuat.
Oleh karena itu sekarang umat Islam sudah mendirikan
TIFSTHAR (The International Islamic Forum for Sciennce,
Technology and Human Resourcer development) merupakan
forum Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
Teknologi dan sumber daya manusia. Forum ini telah

Ilmu Pengetahuan -37 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

mengadakan konferensi I di Jakarta tanggal 6-8 Desember


1996 yang dihadiri oleh 400 peserta dari 102 negara. Selain
sepakat memilih B.J Habibie sebagai ketua juga telah
melahirkan Deklarasi Jakarta dan Rencana Aksi (Plan of
Action). Isi dari deklarasi ini menekankan perlunya
kebangkitan semangat riset ilmu pengetahuan, kemudian
mempertebal iman dan keunggulan teknologi dengan
memperhatikan petunjuk Al-Qur’an.
Adapun usulan dari kelompok Aksi kepada dewan eksekutif
yaitu;
1. Membangun komite rencana proyek yang terdiri dari panel
dan ahli multidisiplin. (panel akan menjalankan studi
kelayakan dan mengembangkan rencana bisnis yang akan
dilakukan proyek databased dan pertukaran program).
2. Membangun jaringan databased yang terdiri dari data
masjid, sekolah, universitas dan lembaga Islam lainnya
termasuk jaringan antara para spesialis, pakar, informasi
bisnis dan sumber-sumber relevan lainnya.
3. Membangun kelompok profesional dan pakar-pakar
Internasional untuk pertukaran program dalam bidang
sosial dan pembangunan SDM.

D. Kode Etik Keilmuan


Sebuah tawaran tentang kode etik Islami untuk
mengembangkan ilmu telah direkomendasikan dalam sebuah
Seminar Internasional tentang pengetahuan dan nilai

- 38 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

Stockholm, Swedia 1981. Tawaran kode etik yang dimaksud


masih bersifat umum terdiri dari 10 nilai yaitu tauhid,
perwakilan, ibadah, ilmu, halal, haram, adil, penindasan,
kepentingan umum dan pemborosan. (Sardar, 1988: 2-8)
Dari kesepuluh nilai itu, nilai yang paling mendasar
adalah tauhid yang biasanya bermakna keesaan Tuhan: Allah
itu Esa tidak mempunyai pather dan tidak ada satupun yang
patut disembah kecuali Dia. Makna yang sangat teologis ini
meluas ke semua ciptaannya menjadi: kesatuan manusia
antara jasmani dan rohaninya. Kesatuan manusia dan alam,
kesatuan pengetahuan dan nilai kesatuan sunnatullah
antara (yang diwahyukan dan yang tidak diwahyukan) semua
kesatuan ini diperlukan bagi pengembangan ilmu (Sardar,
1988: 7; Santoso, 1992: 18-19).
Dari tauhid lahir nilai khilafah. Allah memberikan
mandat kepada manusia untuk menjadi wakil-Nya di muka
bumi, sehingga manusia bertanggung jawab kepada Allah,
termasuk dalam kegiatan pengembangan dan penerapan
ilmu. Khilafah mengimplisitkan bahwa manusia tidak
mempunyai hak yang eksklusif terhadap sesuatu dan bahwa
ia harus bertanggung jawab untuk memelihara dan
melindungi integritas tempat dimana manusia tersebut
menjalani kehidupan. Karena itu praktik pengembangan dan
penerapan ilmu yang mengeksploitasi dan mendominasi
alam tidaklah memperoleh tempat dalam kerangka berpikir
di atas.

Ilmu Pengetahuan -39 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Ibadah yang berarti kontemplasi terhadap ke-Esaan


Allah merupakan suatu kehidupan yang secara terus
menerus mengabdikan dan patuh kepada Allah, mencakup
semua kegiatan spiritual, sosial, ekonomi, politik, budaya
yang bertujuan mencari ridha Allah. Ibadah merupakan
prasyarat bagi pelaksanaannya yang efektif adalah ‘ilm
(Santoso, 1992: 19).
‘ilm dilihat dari sumbernya dapat dipilah antara yang
bersumber dari wahyu (qauli) dan non-wahyu (kauni).
Pencarian ‘ilm kategori pertama merupakan fardhu‘ain
(kewajiban setiap individu). Karena ia penting bagi individu
agar kuat di dunia dan akhirat. Sementara pencarian ‘ilm
kategori kedua merupakan fardhu kifayah (kewajiban
kelompok) karena ia penting bagi kelangsungan keseluruhan
masyarakat (Al-Attas, 1979:41-42).
Halal mencakup semua ilmu dan kegiatan yang
bermanfaat bagi individu, masyarakat dan lingkungan. Ilmu
yang halal akan menciptakan keadilan sosial, dan
kepentingan umum. Adil dalam semua bidang, memastikan
ilmu itu berkembang untuk mewujudkan persamaan
universal, kebebasan individu, martabat sosial dan nilai-nilai
yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
peradaban Muslim.
Adapun haram mencakup semua ilmu dan kegiatan yang
merusak manusia dan lingkungannya, baik secara fisik,
intelektual ataupun spiritual. Sehubungan dengan itu,

- 40 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

penelitian yang mempromosikan keadaan terisolasi,


keterbelakangan, pengangguran, konsentrasi kekayaan pada
segelintir orang, dan perusakan lingkungan ditolak. Kegiatan
seperti itu bersifat penindasan dan dinilai sebagai kesia-
siaan.
Demikianlah telah dijelaskan epistemologi Islam yang
darinya dapat diketahui posisi dan peranan akal dan wahyu
dalam persepektif pengembangan ilmu, baik sebagai sumber
pengetahuan atau metode keilmuan.

Ilmu Pengetahuan -41 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 42 - Ilmu Pengetahuan
Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB II
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEK

A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEK.


Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa
lalu. Masa di mana Islam menjadi pusat sebuah peradaban
modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan
umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula
saat Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan Islam, yakni
Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Pada masa Khulafa Ar-
rasyidin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat
beraliran konservatif, Montgomery Watt menganalisa
tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan
bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara
ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Andalusia, yang
menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam,
telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para
ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Seni) yang dibangun kaum
muslimin. 1
Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-
buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber
bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama
lima atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain,

1
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003, Hal. 69- 71.
Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek -43 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan,


bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti
Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di
bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dan lainnya. Islam
telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang
ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur,
kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain
lagi.
Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam
dari tahun 132-923 H. Di awali oleh khalifah Abu al-’Abbas
as-Saffah dan di akhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III.
Masa kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia
ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini,
telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai
penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-
Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan
namanya diabadikan dalam cabang ilmu.
Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu
pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan
Harun Al-Rasyid. Dia adalah Khalifah Dinasti Abbasiyah yang
berkuasa pada tahun 786 M. Banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah
satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal
saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Sebelum Islam
datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun

- 44 - Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam


bidang kedokteran, misalnya. Saat itu di Eropa, jika ada
orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat
kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan
menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut berteriak
kesakitan, orang Eropa percaya bahwa itu adalah momen
pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Eropa percaya
bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang
sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar
lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada
umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu,
menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan
berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada
waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid,
yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan
pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah,
falsafah, ibadah dan sebagainya. 2
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur
mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel atau
menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-
Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun

2
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, Hal.
29- 30.
Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek -45 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana


terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke
kota Granada. Saat itu banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah
satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal
saat ini di Eropa dengan nama Avicenna. Pada saat itu
tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama
‘manzanik’, sejenis ketapel besar pelontar batu atau api.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan
muslim yang sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan
yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih
digunakan.
a. Al-Khawarizmi adalah seorang yang menemukan ilmu
aljabar di dalam matematika.
b. Ibnu Sina adalah membuat buku tentang kedokteran.
c. Jabbir Ibnu Hayyan adalah ahli kimia yang di kenal
sebagai bapak kimia.
d. Al-Biruni adalah meletakkan dasar-dasar satu cabang
keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan
fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi dan
ideologi.
e. Abu Al-Zahwari adalah penemu teknik patah tulang dan
membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat
operasi.
f. Ibnu Haitsam adalah dikenal sebagai bapak ilmu mata
yang mengurai bagai mana mata bekerja.

- 46 - Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

g. Ar-Razi adalah orang pertama yang bisa menjelaskan


tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dan demam
sebagai daya mekanisme tubuh. 3

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa


terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku
keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi
pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima
atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan
bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang
dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger
Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull,
san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.
Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan
pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau
perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan
Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya,
merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku
yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya,
perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga
memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di
daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk
50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak
lagi perpustakaan lainnya.

3
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Kencana, Jakarta, 2003, Hal. 3
Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek -47 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

B. Sebab-sebab Kemajuan Teknologi dan Sains di Masa-masa


Kejayaan Islam
Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural
yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya
Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung mata
rantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan
Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan
saintifik yang puncaknya pada era Abbasiyah.
Secara umum ada beberapa faktor yang telah
mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni:
1. Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan
ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu unggul.
2. Motivasi agama.
3. Faktor sosial politik.
4. Faktor ekonomi.
5. Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu.

C. Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam Iptek


Pada masa kemunduran IPTEK di dunia Islam, kaum
Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi dalam
menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri
dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekuler. Menurut
Prof. Dr. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal
Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di
dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor
internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam

- 48 - Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah,


kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan
penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di dunia
Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap perkembangan
IPTEK dunia luar.
Di zaman dewasa ini perkembangan IPTEK di dunia
Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah
mutakhir seperti nuklir, kloning, dan kosmologi, meskipun
tersirat secara simbolik dalam al-Qur’an, tetapi yang
menemukannya adalah orang-orang non-Muslim. Demikian
pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru
menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah
diungkapkan dalam al-Qur’an lima belas abad yang lalu,
setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-
Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum
Muslimin senantiasa tertinggal dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat
menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran al-Qur’an.
Suramnya kondisi keilmuan di dunia Islam diperparah oleh
fenomena rendahnya persentase umat Islam yang menuntut
ilmu.
Kemunduran pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam
Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai
pada awal abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab
kemunduran ilmu pengetahuan dalam Islam, yakni:

Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek -49 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu


pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin
menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani
merekapun dapat maju dalam bidang IPTEK sejajar
dengan umat Islam. Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan
dalam bidang IPTEK, mereka justru mulai menjauh dari
agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama
berjalan sendiri, begitu pula dengan IPTEK.
3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha
menemukan “benua” baru, sehinggga mereka
menemukan pusat perdagangan baru. Route perdagangan
yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-
pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan
route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang
mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam
jadi berkurang banyak.
4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium
Islam yang didirikan oleh Taqy Al-Din di Konstantinopel
pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang
sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu
yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho

- 50 - Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki


observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun
500-an M di Ulugh Beg (Samarkand).
5. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran
ekonomi negara-negara Islam mulai menurun, padahal
stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
lebih diperjelas lagi dengan munculnya kapitalisme barat.
4

D. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam Iptek


Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang
IPTEK ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu
pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan
merajalelanya pengangguran. Adapun Upaya-upaya yang
seharusnya di lakukan oleh umat Islam seperti:
1. Umat Islam memperlakukan satu sistem pendidikan Islam
yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka
mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas,
bertaqwa, beriman kepada Allah SWT.
2. Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam
(Madrasah).
3. Mengirimkan pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).

4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Kencana, Jakarta, 2003, Hal. 20
Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek -51 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

4. Adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan


faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak ini paling
tidak telah menggugah dan membawa perubahan
paradigma umat Islam untuk belajar secara terus menerus
kepada Barat, Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam
baik dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan diawali
dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di
belahan dunia Islam lainnya. 5

5
Taufiq, Rahmat Hidayat, Khazanah Istilah Al Quran, Mizan, Bandung,
1996, Hal 135.
- 52 - Karya Monumental Umat Islam dalam Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB III
HAKIKAT IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Iptek dan Peradaban Islam


1. Konsep Iptek
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi
pokok kandungan kitab suci Al-Qur’an. Bahkan kata “ilmu”
itu sendiri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 105 kali,
tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali
6
yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin
melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu
dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat,
menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji,
semuanya punya waktu-waktu tertentu. Dalam
menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.
Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah
sains mengenai waktu-waktu tertentu.7
Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya
sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti
menunaikan ibadah haji, berdakwah, semua itu
membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Allah

6
Howard M., F. (1996). Kajian Al-Qur’an di Indonesia. Bandung:
Mizan.
7
Hasyim, B. (2013). Islam Dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh
Temuan Sains Terhadap Perubahan Islam). Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14,
No. 1, Juni , 127 - 139.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -53 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu


pengetahuan dalam Al-Qur’an, manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah
ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam QS. Ar-
Rahman ayat 33. Artinya: “Hai jama’ah jin dan manusia,
jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan.”
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam
telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin
dan Manusia, bahwasanya mereka telah dipersilakan oleh
Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka
punya kemampuan dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang
dimaksud di sini sebagaimana di tafsirkan para ulama
adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini
telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di
temukannya alat transportasi yang mampu menembus luar
angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan
dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali
melakukan pendaratan di Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan
planet-pelanet lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa
yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan,
sains dan teknologi di abad modern ini, sebenarnya
merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah
dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad

- 54 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak


memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Yatim (1997) dalam
bukunya Sejarah Perdaban Islam: “Kemajuan Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke
Eropa melalui Spanyol” .
Hal ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan
teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim
maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan
yang akan datang, semua itu bukti kebenaran informasi
yang terkandung di dalam al-Qur’an, karena jauh sebelum
peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi, al-Qur’an telah
memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu dan ini
termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana
kebenaran yang terkandung di dalamnya selalu terbuka
untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan
secara ilmiah oleh siapa pun.
Baiquni (1997) mengatakan bahwa sebenarnya segala
ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam al-
Qur’an. Salah satu kemukjizatan (keistimewaan) al-Qur’an
yang paling utama adalah hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam
al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama
kali QS. Al-‘Alaq: 1-5. Artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -55 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)


dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.”
Secara istilah, IPTEK adalah sumber informasi untuk
meningkatkan wawasan yang berkaitan dengan teknologi.
Para ahli juga menuturkan pendapat yang berbeda-beda
mengenai pengertian IPTEK, di antaranya:
a. Menurut Poerbahawadja Harahap, IPTEK adalah ilmu
pengetahuan tentang teknik yang dapat membuat
manusia terpacu untuk mengetahui seluk beluk bidang
industri. Oleh sebab itu, hasil IPTEK lebih sering
dikaitkan dengan kegiatan pabrik atau industri. Selain
itu, berkat adanya IPTEK manusia dapat mengerjakan
beragam pekerjaan dengan lebih praktis.
b. Menurut Naisbit, IPTEK adalah benda atau peralatan
yang memiliki wujud berbeda dengan manusia. Selain
memiliki wujud yang berbeda dengan manusia, IPTEK
berfungsi sebagai pembantu pekerjaan manusia.
Hasilnya, manusia tidak perlu menyelesaikan
pekerjaannya dengan menggunakan tangan secara
langsung.
c. Menurut Miarso, IPTEK adalah usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk dapat menghasilkan suatu hal yang
bernilai lebih. Contohnya, sebuah pekerjaan yang
biasanya dikerjakan dengan target standar, dapat
melebihi target yang sudah ditentukan dengan adanya

- 56 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

IPTEK. Memanfaatkan IPTEK dapat sangat


menguntungkan, khususnya dalam bidang produksi.
Sebagai contoh kemajuan teknologi dalam saat ini
telah menampakkan pengaruhnya pada setiap dan semua
kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat
dikatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menghindar
dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, IPTEK bukan saja dirasakan individu, akan tetapi
dirasakan pula oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Apabila kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam,
akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan
terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara
keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya menjadi Insan Kamil dengan pola Taqwa Insan
Kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmaninya, dapat
hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena
Taqwanya kepada Allah. Ini mengandung arti bahwa
pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia
yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta gemar
mengamalkan dan mengembangankan ajaran Islam dengan
berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya,
dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari
alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan
di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal,
sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang
dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka

Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -57 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu


bukanlah sesuatu yang mustahil.8
Setidaknya ada dua kecenderungan yang bisa
diidentifikasi berkaitan dengan zaman globalisasi.
Pertama, semakin kuatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dalam kehidupan manusia. IPTEK menjadi seperti
malaikat imajinatif kreatifitas dan produktifitas, mampu
merekayasa apa saja semaksimal mungkin bagi kepentingan
hidup manusia. Tak satupun kekayaan alam bisa
dieksplorasi, dieksploitasi, dan dimanfaatkan oleh manusia
kecuali dengan penguasaan IPTEK secara sempurna.
Manusia berpotensi positif terhadap IPTEK untuk
kelangsungan hidup dan kehidupannya. Seakan-akan boleh
dikatakan bahwa tak ada satu bidang kehidupanpun yang
tidak didekati dengan menggunakan IPTEK. Kedua, kuatnya
dominan IPTEK pelan-pelan menggeser nilai-nilai luhur
yang secara universal dijunjung tinggi oleh manusia. Nilai-
nilai kemanusiaan, budaya, dan agama mengalami aliensi
baik pemahaman, pelestarian, maupun aplikasinya. Hampir
mayoritas pemerhati sosial keagamaan sepakat bahwa,
globalisasi dan teknologi menyebabkan bergesernya nilai
baik-buruk di masyarakat.9

8
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam , Bumi Aksara, Jakarta,
2000, Hal. 29- 30.
9
Ibid, Hal. 225-226.
- 58 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

Tujuan pendidikan Islam merupakan masalah sentral


dalam pendidikan. Sebab, tanpa perumusan yang jelas
tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-
acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah.
Oleh karena itu perumusan tujuan dengan tegas dan jelas,
menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan
perenungan filosofi. Tujuan pendidikan Islam yang tertinggi
atau terakhir adalah terwujudnya Insan Kamil atau manusia
sempurna, tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami
perubahan dan berlaku umum, karena sesuai konsep
ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan
universal.Dalam tujuan sementara bentuk Insan Kamil
dengan pola ubudiyah sudah kelihatan meskipun dalam
ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok
sudah terlihat pada pribadi anak didik.
Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan
suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi
sejak dari tujuan pendidikan tingkat pemulaan, bentuk
lingkaran sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah
yang menggambarkan Insan Kamil itu. Disinilah barang kali
perbedaan yang mendasar tujuan pendidikan Islam
dibanding dengan pendidikan lainnya. Selain tujuan
jasmaniyah dan tujuan rohaniyah, pendidikan Islam juga
memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu

Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -59 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

pada pengembangan integensi yang berada dalam otak.


Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena
ciptaan Allah di jagad raya ini.
Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang
harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan pikiran
manusia sehingga dari padanya ia mendapatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang makin berkembang
dan makin mendalam. Kemudian melalui proses observasi
dengan panca indra, manusia dapat dididik untuk
menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti,
menganalisis keajaiban ciptaan Allah di alam semesta yang
berisi khazanah ilmu pengetahuan yang menjadi bahan
pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi
ilmu-ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-
bentuk teknologi yang semakin canggih.
Manusia dilebihkan oleh-Nya berupa akal pikiran
dibanding makhluk lainnya. Dengan daya pikir, manusia
bisa memilih perbuatan yang baik dan buruk. Disamping
juga kenikmatan yang diberikan oleh sang pencipta kepada
manusia berupa hidup ini, kesehatan, akal dan lain-lain.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti Sang Pencipta
mempunyai maksud kepada manusia supaya membalas
dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah SWT.

- 60 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada


Allah.10

2. Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab
al-Hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini juga sering
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kebudayaan Islam. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab
dan Barat, masih banyak orang yang menyamakan dua kata
kebudayaan (Arab, ats-tsaqafah; Inggris, culture) dan
peradaban (Arab, al-hadharah; Inggris, civilization). Kata
kebudayaan berasal dari kata budi dan daya ditambah
awalan ke dan akhiran an. Dalam bahasa Indonesia, budi
berarti akal dan daya berarti kekuatan. Sementara itu,
peradaban berasal dari bahasa Arab adab yang berarti
bernilai tinggi.
Menurut Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip dari
Supriyadi, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud.
a. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya.
b. Wujud kelakuan, wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.

10
A Mustofa, Akhlak Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung, 2010, Hal.
153-154.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -61 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

c. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-


benda hasil karya.
Adapun istilah peradaban digunakan untuk bagian-
bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan. Selain itu, istilah
peradaban juga dipakai untuk tempat mengungkapkan
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni
bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang maju dan kompleks.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan
bahwa kebudayaan Islam adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh kekuatan akal manusia muslim. Adapun
peradaban Islam adalah kebudayaan Islam yang bernilai
tinggi.11

B. Ilmu, Agama, dan Budaya


1. Pengertian Ilmu, Agama dan Budaya
Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge).
Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang
diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode
ilmiah.Pengertian pengetahuan lebih luas daripada ilmu.
Pengetahuan adalah produk pemikiran. Berpikir merupakan
suatu proses yang mengikuti jalan tertentu dan akhirnya
menuju kepada suatu kesimpulan dan membuahkan suatu
pendapat atau pengetahuan. Dalam hipotesisnya Endang

11
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Kencana, Jakarta, 2003, Hal. 3
- 62 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

Saifuddin Anshari menjelaskan ada empat sumber


pengetahuan manusia yaitu:12
a. Pikiran manusia;
Aliran ini sangat mendewakan akal budi manusia yang
melahirkan paham intelektualisme dalam dunia
pendidikan.
b. Pengalaman manusia;
Dengan ini muncul aliran empirisme yang dipelopori oleh
tokoh yang bernama John Locke. Manusia dilahirkan
sebagai kertas putih, pengalamanlah yang
akanmemberikan lukisankepadanya. Dunia empiris
merupakan sumber pengetahuan utama.
c. Intuisi manusia;
Kalau pengetahuan yang diperoleh secara rasional dan
empiris merupakan produk dari suatu rangkaian
penalaran maka intuisi merupakan pengetahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalaran itu. Jawaban
dari permasalahan yang sedang dipikirkan muncul di
benak manusiasebagai suatu keyakinan yang benar
walaupun manusia tidak bisa menjelaskan bagaimana
caranya untuk sampai kesitu secara rasional.
Pengetahuan intuitif ini digunakan sebagai hipotesis bagi
analisis selanjutnya dalam menetapkan benar tidaknya
penetapan yang dikemukakan itu.

12
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, 1981. Hal. 97
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -63 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

d. Wahyu Allah;
Pengetahuan ini berdasarkan kepercayaan atau
keimanan kepada Allah sebagai sumber pengetahuan.
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam
agama lewat pengakajian selanjutnya dalam
meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani
technologia yang artinya pembahasan sistematik
tentang seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu
usaha manusia dalam mempergunakan segala bantuan
fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar
produktivitas manusia melalui pemahaman yang lebih
baik, adaptasi dan kontrol, terhadap lingkungannya.
Teknologi merupakan penerapan. Oleh karena itu,
teknologi berbeda dalam dimensi ruang dan waktu.
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari
kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata
itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau.
Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara
integritas dari seorang atau sekelompok orang agar
hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam
sekitarnya tidak kacau. Ketidak kacauan itu disebabkan
oleh penerapan peraturan agama tentang
moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang,
dimaknai dan diberlakukan.

- 64 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai


terjemahan dari kata al-Din seperti yang dimaksudkan
dalam Al-Qur‟an.13. Agama Islam disebut Din dan Al-Din,
sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Komaruddin Hidayat seperti yang dikutip oleh
muhammad Wahyuni Nifis lebih memandang agama
sebagai kata kerja, yaitu sebagai sikap keberagamaan
atau kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai ke
14
Tuhanan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi,
adat istiadat.15 Sedangkan kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia,
seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.Jadi
Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau
mutlak. Kebudayaan berkembang seiring dengan
perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia
secara kolektif. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan atau budaya

13
Zainul Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama,
Pustaka Al Husna. Jakarta, 1984, Hal. 4.
14
Andito (ed), Atas Nama Agama: Wacana Dialog Bebas Konflik,
Pustaka, Bandung, ,1998, Hal. 47.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka,
Jakarta, 1996. Hal. 149.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -65 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik


material maupun non material.

2. Hubungan Ilmu, Agama, dan Budaya


Hubungan masalah ilmu, agama dan budaya akan
berkaitan dengan posisi akal dalam sistem ajaran agama.
Dalam ajaran Islam, hampir seluruh perintah dan larangan
dalam al-Qur’an sesungguhnya selalu disinggung
latarbelakang akaliahnya, sehingga dapat diterima oleh
manusia. Berikutnya, al-Qur’an juga memberi posisi khusus
perbuatan sadar manusia yang terus berkembang akhirnya
membentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan secara
ringkasadalah media manusia untuk berhadapan dengan
dirinya, alam dan Allah. Di sisi lain fungsi Al-Qur’an sebagai
kodifikasi wahyu adalah cara Allah memberi petunjuk
kepada manusia untuk secara terus-menerus membentuk
kebudayaannya sebagai proses agar manusia yang taat
(perbuatan) memperoleh kebahagiaan hidup
Perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup
manusia. Tapi di sisi lain, tidak jarang IPTEK berdampak
negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan
dan martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai
pedoman hidup menjadi sangat penting untuk memberi
spirit berbagai kehidupan sosial dalam pengembangan ilmu
dan kebudayaan berdasarkan kaidah dan prinsip-prinsip

- 66 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

ajaran agama. Walaupun agama yang menetapkan tujuan,


namun agama tetap belajar dari ilmu dalam arti yang
seluas-luasnya. Alat-alat apa yang dapat membantu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi ilmu
hanya dapat diciptakan oleh orang-orang yang jiwanya
penuh dengan keinginan untuk mencapai kebenaran dan
pengertian.16 Kehidupan manusia kemudian merupakan
proses pembentukan suatu tata-kehidupan sebagai realisasi
ajaran agama tersebut.
Pola hubungan agama dengan ilmu, Furchan melihat
ada empat pola hubungan, yaitu:17
a. Pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan Iptek akan menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman
agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan.
b. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola
hubungan pertama. Ketika kebenaran Iptek yang
bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak

16
Endang Saifuddin Anshari, Op. Cit, Hal. 153-154
17
Furchan, Arief. H, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia:
Anatomi Keberadaan Madrasah dan PTAI, Gama Media, Yogyakarta, 2002
dalam Mu’adz dkk, Islam dan Ilmu Pengetahuan (AIK 4), UMSIDA PRESS,
Sidoarjo, 2016, Hal. 7-8.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -67 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran


agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa
masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang
berbeda. Konflik antara agama dan ilmu, apabila
terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya
berada pada wilayah yang berbeda. Dalam
polahubungan seperti ini, pengembangan Iptek tidak
dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama
seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang
berbeda.
c. Pola hubungan netral. Dalam pola hubungan
ini,kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan
kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak
bertentangan dengan Iptek, ajaran agama tidak
dikaitkan dengan Iptek sama sekali.
d. Pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan
seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan
antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori,
pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud:
ajaran agama mendukung pengembangan IPTEK tapi
pengembangan IPTEK tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan ilmu.

- 68 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Sementara itu, hubungan agama dengan budaya.


Istilah agama maupun religi menunjukkan adanya hubungan
antara manusia dan kekuatan gaib di luar kekuasaan
manusia, berdasarkan keyakinan dan kepercayaan menurut
paham atau ajaran agama. Agama sukar dipisahkan dari
budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya
tanpa budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya,
begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa agama.
Seperti halnya kebudayaan, agama sangat
menekankan makna dan signifikasi sebuah tindakan. Karena
itu sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat
antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalau
perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari
pengaruh agama. Meskipun tidak dapat disamakan, agama
dan kebudayaan dapat saling mempengarui. Agama
mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik
kehidupan. Sebaliknya kebudayaan pun dapat
mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana
agama di interprestasikan atau bagaimana ritual-ritualnya
harus dipraktikkan.
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses
interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil
daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh
konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya
dan beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut
akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan

Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -69 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari


kehidupan penganutnya.
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling
merusak, keduanya justru saling mendukung dan
mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa
Manusia yang beragama pasti berbudaya tetapi manusia
yang berbudaya belum tentu beragama. Jadi agama dan
kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena
kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang
terus mengikuti perkembangan zaman. Demikian pula
agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan
peradaban dunia.
Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat
berkaitan satu sama lain. Saat budaya atau agama diartikan
sesuatu yang terlahir di dunia yang manusia mau tidak mau
harus menerima warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah
kebudayaan dan agama dinilai sebagai sebuah proses
tentunya akan bergerak kedepan menjadi sebuah
pegangan, merubah suatu keadaan yang sebelumnya
menjadi lebih baik.
Untuk membudayakan agama melalui salah satu
sumber ajarannya yaitu al-Qur‟an, maka diperlukan sebuah
pembaruan pemikiran keagamaan yang merefleksikan
respon manusia tehadap wahyu Allah. Seiring hal itu Dawam
Rahardjo memiliki pandangan yang menarik tentang wahyu
Allah bahwa bukan hanya ulama yang punya hak istimewa

- 70 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

atas al-Qur’an, tetapi setiap orang, seharusnya setiap


muslim punya akses, jalan masuk yang langsung pada wahyu
Allah. Oleh sebab itulah dalam karya tafsir kontemporer dia
maksudkan agar kaum muslim dari berbagai jenis tingkatan
pengetahuan, pendidikan dan tingkat intelektual bisa
melakukan komunikasi langsung dengan al-Qur‟an.18

C. Hukum Sunnatullah (Kausalitas)


1. Pengertian Sunatullah
Sunnatullah merupakan istilah dari bahasa arab yang
terdiri dari dua kata, yaitu sunnah dan Allah. Dengan
digabungkannya dua kata tersebut, maka menjadi susunan
idhafah yaitu susunan kata yang terdiri dari kata yang
disandari (mudhaf) dan kata yang disandarkan (mudhaf
ilaihi). Kata sunnat berkedudukan sebagai mudhaf dan kata
Allah berkedudukan sebagai mudhaf ilaihi nya.
Di dalam bahasa Arab, kata sunnah dengan fi'il madhi
nya sanna ini mempunyai beberapa arti, diantaranya
adalah, thariqah (jalan, cara, metode), sirah (peri
kehidupan, perilaku), thabi’ah (tabiat, watak), syari’ah
(syariat, peraturan, hukum) atau dapat juga berarti suatu
pekerjaan yang sudah menjadi tradisi (kebiasaan)19.

18
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial
Berdasarkan Konsepkonsep Kunci, Paramadina, Jakarta, 2002. Hal. 12
19
Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Pustaka Progressif,
Surabaya, 1993, Hal. 1135.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -71 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Menurut Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah, sunnah


adalah kebiasaan yang dilakukan kedua kalinya seperti apa
yang dilakukan pertama kalinya. Sedangkan menurut Ar
Razi, sunnah adalah jalan yang lurus dan tauladan yang
diikuti. Di antara pendapat kedua tokoh Islam dan beberapa
pendapat lain tentang arti kata sunnah, makna sunnah
berkisar pada jalan yang diikuti20. Dan secara umum, kata
sunnat digunakan oleh al-Qur’ān sebagai cara atau
aturan21. Sedangkan kata Allah adalah nama bagi Dzat
Tuhan Yang Maha Esa, Kata Allah telah dikenal sejak masa
pra Islam oleh orang-orang Arab. Ia adalah salah satu tuhan
orang Mekkah, tuhan yang menempati posisi tertinggi dan
tentu saja tuhan yang dianggap sebagai pencipta.
Jadi, sunnatullah dapat diartikan sebagai cara Allah
memperlakukan manusia, yang dalam arti luasnya
bermakna ketetapan-keteapan atau hukum-hukum Allah
yang berlaku untuk alam semesta22. Sedangkan, di antara
beberapa pengertian secara terminologis adalah bahwa
Sunnatullah adalah sebagai jalan yang dilalui dalam
perlakuan Allah terhadap manusia sesuai dengan tingkah
laku, perbuatan dan sikapnya terhadap syariat Allah dan

20
Abdul Karim Zaidan, Cet-8, Hikmah kisah-kisah dalam Al-
Qur’an, Darus Sunnah, Jakarta, 2018, Hal. 25.
21
Taufiq, Rahmat Hidayat, Khazanah Istilah Al Quran, Mizan,
Bandung, 1996, Hal 135.
22
Ibid, Hal 135.
- 72 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

Nabi-Nya dengan segala implikasi nilai akhir di dunia dan


akhirat23.

2. Pandangan Dasar tentang Sunatullah


Sunnatullah yang banyak disebutkan di dalam al-
Qur’an merupakan bagi aturan global yang berlaku dan
ditetapkan oleh Allah terhadap seluruh komponen alam
semesta. Mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar,
dari yang bersifat materi maupun yang immateri,
seluruhnya berjalan di atas aturan-aturan ini. Dan secara
umum, aturan tersebut berdiri diatas hukum sebab-akibat
(kausal) atau premis dan hasil akhir. Di dalam Al-Qur’an
dijelaskan:

ٗ َ َ َ ‫هل‬ ‫ه‬ َ ‫أ‬ َ َ َ‫أ‬ ‫ه‬ َ َّ َّ َ َّ


‫أ‬
٨٤ ‫ك َشءٖ سببا‬ َٰ َ ِ ‫إِنا مكنا لۥ ِِف ٱۡل‬
ِ ‫ۡرض وءاتينه مِن‬
Artinya: “Kami datangkan bagi setiap sesuatu dengan
adanya sebab”. (QS. Al-Kahfi: 84)

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui jika


Sunnatullah ini seringkali disandingkan/dikolokasikan
dengan istilah hukum alam (causality) ala pemikiran Barat
atau bahkan dianggap sama oleh sebagian umat Islam.
Padahal, di antara kedua tersebut terdapat perbedaan yang
sangat mendasar dan substansial. Di dalam konsep Barat,

23
Abdul Karim Zaidan, Hikmah kisah-kisah dalam Al-Qur’an
…Hal. 25.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -73 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

hukum kausalitas tersebut menafikan adanya kekuasaan


dan kehendak di luar kehendak dan kekuasaan manusia.
Dalam arti murni didasarkan atas potensi suatu benda atau
usaha manusia saja. Sedangkan di dalam Islam, justru
faktor di luar diri manusia dan benda itulah yang
menentukan hasil akhir dari hukum kausalitas tersebut24.
Dengan demikian, hukum kausalitas di dalam Islam
diyakini bahwa pada hakikatnya bukanlah sebab-sebab itu
yang membawa akibat. Namun, akibat itu muncul adalah
karena Allah menghendaki demikian. Sebagaimana
dijelaskan di dalam Al-Qur’an:

َ َ َ ‫َّ َ أ ه َ َ َ ه َ أ‬ َ ‫أ‬ َ ََ
‫ِين ٱّللِ يبغون ولۥ أسلم من ِِف‬ ِ ‫أ فغي د‬
َ ‫َ أٗ َ َ أ ٗ َأ هأ َ ه‬ َ ‫َّ َ َ َ أ‬
٨٣ ‫ۡرض طوٗع وكرها ِإَوَلهِ يرجعون‬ِ ‫ت وٱۡل‬ ِ َٰ ‫ٱلسمَٰو‬
Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agam Allah, padahal kepadaNyalah berserah diri
segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan”. (QS. Ali Imran: 83).

Dengan demikian, hukum kausalitas di dalam Islam


tidak hanya berjalan secara horizontal dalam dua arah,
antara depan dan belakang, antara sebab dan akibat, akan

24
Mustafa, Agus, 2006, Arsy Allah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal. 60-61
- 74 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

tetapi berjalan dalam tiga arah. Horizontal dan vertikal,


depan dan belakang serta atas. Sudut belakang adalah
peristiwa atau usaha dari potensi suatu benda atau
manusia. Sedangkan sudut vertikal adalah kekuasaan dan
kehendak Allah. Dan sudut depan adalah hasil akhir
(conclution)25.
Di dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan
kejadian-kejadian yang menyimpang jika dilihat dari
perspektif hukum kausalitas barat. Inilah sebenarnya yang
menunjukkan adanya faktor penentu di luar diri manusia
dalam setiap kejadian dan peristiwa yang terjadi. Dan hal
seperti ini, di dalam Islam juga disebut sebagai
Sunnatullah26.
Kembali kepada al-Qur’an, terdapat ayat-ayat yang
menerangkan tentang beberapa prinsip-prisip kausalitas,
yaitu:
a. Ayat yang membicarakan pola-pola (sunnah-sunnah)
Allah yang tidak berubah di dalam alam semesta.
1) Surat Al-Isra’: 77

‫ك ِمن ُّر ُسلِناا ۖ اواال اِت ُد‬


‫ُسنَِّا امن قا ْد أ ْار اسْلناا قاْب لا ا‬
‫لِ ُسنَّتِناا اَْت ِو ايل‬
25
Mustafa, Agus, Arsy Allah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006,
Hal. 61.
26
Choiruddin Hadhiri, Klarifikasi kandungan Al-Qur’an, Gema
Insani Press, Jakarta, 1993, Hal. 48.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -75 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: “(Kami menetapkan yang demikian) sebagai


suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang
Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati
perubahan bagi ketetapan Kami itu”.
2) Surat Al-Ahzab: 38

ِ‫َّب ِمن حرج ف‬


‫َّلل‬
َُّ ‫ض ٱ‬ ‫َّما اكا ان اعلاى ٱلنِ ِِّ ْ ا ا ا ا ا‬
‫ر‬ ‫ف‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫يم‬
۟ ِ َّ‫ٱَّللِ ِِف ٱل‬ ۖ ‫لهۥ‬
‫ين اخلا ْوا ِمن قاْب ُل اواكا ان‬
‫ا‬ ‫ذ‬ َّ ‫ا‬َِّ
‫ن‬ ‫س‬
ُ ُ‫ا‬ۖ
‫ورا‬ َِّ ‫أامر‬
‫ٱَّلل قا اد ارا َّم ُْ ُد ا‬ ُْ
Artinya: “Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya.
(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai
sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu
dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu
ketetapan yang pasti berlaku”.
b. Ayat-ayat yang menunjukan bahwa baik penciptaan
ataupun sebab-sebab kejadian di dalam alam mengikuti
ukuran tertentu, dan setiap wujud alam memiliki
rentang kehidupan yang terbatas dan pasti.
1) Surat Ar-Rahman: 5

٥ ‫ان‬‫ب‬َ ‫لش أم هس َوٱ أل َق َم هر ِبه أس‬


َّ
‫ٱ‬
ٖ ِ
Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut
perhitungan‟
2) Surat Al-Hijr: 21

- 76 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ند اً اخازآئِنُهُۥ اواما نُنا ِِّزلُٓهُۥ إَِّال‬


‫اوإِن ِِّمن اش ْىء إَِّال ِع ا‬
‫بِاُ ادر َّم ْعلُوم‬
Artinya: “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada
sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang
tertentu”.

3. Ketentuan Sunnatullah
Sunnatullah adalah hubungan ilmiah, dan dapat
diterangkan secara ilmiah dan logika. Sunnatullah adalah
hukum kausal, hubungan sebab akibat yang terjadi di alam,
yang dapat diterangkan secara ilmiah. Misalnya seseorang
sakit, kemudian dia memakan obat, lantas sembuh. Ini
adalah sunnatullah, hubungan sebab akibat, jika makan
obat maka bakteri penyebab sakit akan mati dan, penyakit
yang disebabkan oleh bakteria tersebut akan hilang atau
sembuh. Jika tidak makan obat kemungkinan sembuh
dengan segera itu kecil.
Dengan mengetahui hubungan sunnatullah di alam
maka kita harus tidak meyakini bahwa obatlah yang
menyembuhkan si sakit, tetapi tetap Allah karena dengan
sunnatullah yang berlaku di alamlah yang menyebabkan si
sakit sembuh setelah minum obat. Obat disini hanyalah
usaha manusia. Dengan minum obat maka hubungan sebab
akibat berlaku, dan menyembuhkan si sakit.
Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -77 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur,


diperhitungkan dan diramalkan. Dengan mengetahui
adanya sunnatullah di alam kita dapat membedakan mana
ramalan atau prediksi ilmiah dengan ramalan yang
menyebabkan syirik. Ramalan Cuaca, Ramalan akan terjadi
Gerhana matahari, adalah contoh-contoh ramalan prediksi
ilmiah yang didapat melalui penelitian dan perhitungan
ilmiah. Tetapi jika ramalan nasib memakai kartu, ramalan
nasib dengan bintang berdasarkan tanggal lahir, astrologi
adalah contoh-contoh ramalan yang dapat jatuh kepada
kemusyrikan.
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan masyarakat untuk mempermudah pekerjaan
dalam kehidupan sehari-hari, Sebagai manusia yang
beragama kita tentunya mempunyai aturan-aturan dalam
menggunakan teknologi sesuai syariat agama Islam, Jangan
sampai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
gunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama, karena
didalam agama Islam sangat memperhatikan segala aspek
kehidupan, salah satunya ketika IPTEK disalah gunakan
maka itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh ajaran
Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup
manusia. Tapi di sisi lain, tidak jarang Iptek berdampak

- 78 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan


dan martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai
pedoman hidup menjadi sangat penting untuk memberi
spirit berbagai kehidupan sosial dalam pengembangan ilmu
dan kebudayaan berdasarkan kaidah dan prinsip-prinsip
ajaran agama. Walaupun agama yang menetapkan tujuan,
namun agama tetap belajar dari ilmu dalam arti yang
seluas-luasnya. Alat-alat apa yang dapat membantu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi ilmu
hanya dapat diciptakan oleh orang-orang yang jiwanya
penuh dengan keinginan untuk mencapai kebenaran dan
pengertian. Kehidupan manusia kemudian merupakan
proses pembentukan suatu tata-kehidupan sebagai realisasi
ajaran agama tersebut.
Seperti halnya kebudayaan, agama sangat
menekankan makna dan signifikasi sebuah tindakan. Karena
itu sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat
antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalau
perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari
pengaruh agama. Meskipun tidak dapat disamakan, agama
dan kebudayaan dapat saling mempengarui. Agama
mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik
kehidupan. Sebaliknya kebudayaan pun dapat
mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana
agama di interprestasikan atau bagaimana ritual-ritualnya
harus dipraktikkan.

Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam -79 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 80 - Hakikat Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB IV
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU, MENGEMBANGKAN,
DAN MENGAMALKANNYA

A. Perintah Menuntut Ilmu


Belajar atau menuntut ilmu merupakan hal yang sangat
penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Tanpa ilmu, manusia tidak dapat melakukan segala
hal. Untuk mencari nafkah perlu ilmu, beribadah perlu ilmu,
bahkan makan dan minum pun perlu ilmu. Dengan demikian
belajar merupakan sebuah kemestian yang tidak dapat
ditolak apalagi terkait dengan kewajiban seorang sebagai
hamba Allah Subhanahu Wata’ala. Jika seorang tidak
mengetahui kewajibannya sebagai hamba bagaimana bisa dia
dapat memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.
Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap
orang Islam selama hayat masih dikandung badan. Untuk
menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu
untuk menuntut ilmu, sikap disiplin mutlak diperlukan dalam
meraih cita-cita. Karena ilmu merupakan jalan menuju
surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam
Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati
kedudukan yang tinggi disisi Allah Subhanahu Wata’ala,
bahkan mendekati kedudukan para Nabi. Semua muslim
diwajibkan menuntut ilmu agar aqidahnya tidak tersesat,
ibadahnya benar, dan sesuai dengan syari’at.

Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -81 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬yang artinya

mengetahui, dan lawan dari kata ‫ جهل‬yang artinya bodoh.

Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa


Inggris science yang berarti pengetahuan. Kata science itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani scientia yang berarti
pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu
pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima
oleh rasio. Imam Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya
Mufradat al-Qur’an, beliau berkata, “ilmu adalah
mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi
menjadi dua. Pertama, mengetahui inti sesuatu itu (oleh ahli
logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum
adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika
dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan
sesuatu dengan sesuatu).”
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil‘alamin. Untuk
itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki
manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu
orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga
berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Ilmu pengetahuan
dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu

- 82 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya


Islam dan Iptek (AIK VI)

agama atau akhirat.27 Oleh karena itu, kita sebagai umat


Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu baik ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan
perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu
menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan
kebodohan.28
Mu’adz bin Jabbal berkata: “Tuntutlah ilmu, karena
mempelajari ilmu sama dengan mengharapkan wajah Allah
dan itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah
ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah
jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan
antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan
dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri
individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah
laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap
individu.
Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan al-
Qur’an dan Hadits. Di dalam Islam, menuntut ilmu
merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu

27
Zakiyyah, Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta :Bumi
Aksara, 2006). Hal 86.
28
Arif Sadiman, dkk. Media Pendidikan (Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya). (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2012).
Hal 3.
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -83 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik


di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim
itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam
bersabda:“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim baik laki-laki maupun perempuan.” (H.R Al-Baihaqi,
Ath-Thabrani, Abu Ya’la, Al-Qudhai dan Abu Nu’aim Al-
Ashbahani)29
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan
memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih dunia,
dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula
kita bisa meraih kedua-duanya. Sebagaimana Firman Allah
SWT pada surat al-Alaq ayat 1-5, berbunyi :

ۖ ‫ك الَّ ِذ ْي اخلا اق‬ ِ


‫اقْ ارأْ ِِب ْس ِم اربِِّ ا‬
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"

ۖ ‫اال نْ اسا ان ِم ْن اعلاق‬


ِْ ‫خلاق‬
‫ا ا‬
"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."

ۖ ُ‫ك ْاالا ْكارم‬ ‫ب‬


‫ر‬
ُّ ‫و‬ ْ
‫أ‬
‫ر‬ ‫ق‬
ْ ِ‫ا‬
‫ا اا ا‬
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia."

29
Bukhari Umar, Hadist Tarbawi (Pendidikan Dalam Perspektif
Islam).( Jakarta : Anizah, 2012). Hal 7.
- 84 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

ۖ ‫الَّ ِذ ْي اعلَّ ام ِِب لْ اُلاِم‬


"Yang mengajar (manusia) dengan pena."

ِْ ‫علَّم‬
ۖ ‫اال نْ اسا ان اما اُيْ يا ْعلا ْم‬ ‫اا‬
"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." 30

Ini adalah ayat pertama yang turun kepada Rasulullah.


Ayat ini berisi perintah untuk membaca, menulis, dan juga
belajar. Allah SWT telah memberikan manusia sifat fitrah
dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam
ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah
kemampuannya untuk mengemban amanah. Manusia
diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya
telah dijawab oleh al-Qur’an sendiri. Menurut al-Qur’an,
Allah menciptakan manusia dalam keadaan vakum dari ilmu,
lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali
ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus
digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:

ۖ ‫اوا هَِّّللُ ا ْخار اج ُك ْم ِِّم ْن بَُُْو ِن اَُّم ههتِ ُك ْم اال تا ْعلا ُم ْو ان اشْي ئ اا‬
‫صار اوا ْالا فْئِ اد اة ۖ لا اعلَّ ُك ْم‬
‫الس ْم اع اوا ْالا بْ ه‬ َّ ‫َّو اج اع ال لا ُك ُم‬
‫تا ْش ُك ُرْو ان‬

30
(Q.S Al-Alaq : 1-5)
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -85 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu


kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia
memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar
kalian bersyukur”. (Q.S. An Nahl: 78).31
Pendengaran, penglihatan dan hati ataupun akal
merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu.
Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia
merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya,
dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia
mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan
mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil
pemikiran yang abstrak.

B. Keutamaan Orang Berilmu


Berikut ini beberapa keutamaan orang berilmu yang
disebutkan di dalam Al-qur’an dan As-Sunnah :
1. Ilmu lebih besar fadhilahnya dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa
kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya.
Orang yang melakukan salat, puasa, haji, zikir dan ibadah
yang lain, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal
perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi,
masyarakat lain tidak akan mendapat ganjaran mereka
sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu, ia

31
(Q.S An-Nahl: 78)
- 86 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

bermanfaat jauh melampaui si pelaku itu sendiri, sampai


pada orang yang mendengarnya, atau membacanya.
2. Ilmu tidak akan terputus lantaran berakhirnya hayat
Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan
ilmu tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi
orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,
berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan
bertakbir, semua amal ini mendapat balasan dari allah,
tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau
berakhirnya amalan tertentu. Adapun ilmu, ia terus
berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Apabila seorang
keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau
ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan
oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-
kebaikan yang banyak. Dan pahala itu akan terus mengalir
kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan
oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi
berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-
tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai
negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang
berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah

Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -87 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan


untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat
terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk
memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan
bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut,
dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang
diridhai-Nya. Kehidupannya menjadi berarti, masa
depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah
dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”
4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat
orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana
firmannya:
‫ا‬ ‫ا‬
‫هَيا يُّ اها الَّ ِذيْ ان اه امنُ ْوا اِ اذا قِْي ال لا ُك ْم تا اف َّس ُح ْوا ِِف‬
‫اَّللُ لا ُك ْم ۖ اواِ ذاا قِْي ال‬ ِّ‫س فاا فْ اس ُح ْوا يا ْف اس ِح ه‬ ِ ِ‫الْ ام هجل‬
‫اَّللُ الَّ ِذيْ ان اه امنُ ْوا ِمْن ُك ْم ۖ اوا‬
ِّ‫انْ ُش ُزْوا فاا نْ ُش ُزْوا ياْرفا ِع ه‬
ِ ِ ِ
‫لَّذيْ ان اُْوتُوا الْعْل ام اد ار هجت ۖ اوا هَِّّللُ ِباا تا ْع املُْو ان اخبِْير‬
- 88 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya : Hai orang orang yang beriman apabila kamu


dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah
kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S
Al-Mujaadilah:11).
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat,
ini menunjukkan atas besarnya keutamaan ilmu yang
mencakup ketinggian maknawiyyah (dibicarakan orang
dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian
hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera).
5. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju syurga-Nya
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan
ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga
Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad
fisabilillah, sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda; Artinya: Barang siapa menempuh
jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka Allah akan
mempermudah jalan baginya menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya
karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya
semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-

Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -89 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

lumba di lautan sekalipun, akan selalu memintakan


ampunan bagi orang yang berilmu.

C. Kedudukan Ulama dalam Islam


1. Pengertian Ulama
ِ ʿĀlim)
Ulama (Arab: ‫ العلماء‬al-`Ulamā`, tunggal ‫عاُي‬

adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang


bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing
umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum
masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi
keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna
sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau
peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika
diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah
sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam.32
Dengan demikian, pengertian ulama secara harfiyah
adalah “Orang-orang yang memiliki ilmu”. Pengertian
ulama secara harfiyah ini sejalan dengan beberapa
pendapat ulama sendiri: “Ulama adalah orang yang
ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada
Allah” (Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin). “Mereka (para ulama)
adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang
dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada

32
Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, (Surabaya : PT :
Bina Ilmu, 1998). Hal. 134.
- 90 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan”


(Badruddin Al-Kinani).
Ulama ialah orang-orang yang mempunyai
pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat
kauniyah maupun Quraniyah, dan mengantarnya kepada
pengetahuan tentang kebenaran Allah, takwa, dan
khasysyah (takut) kepada-Nya”.

2. Kedudukan Para Ulama dalam Islam


Al-Quran memberikan gambaran tentang ketinggian
derajat para ulama:

ٍ‫الذين أُوتُوا العِْل ام اد ار اجا‬


‫الذين اآمنُوا و ا‬
‫ياْرفا ِع هللاُ ا‬
Artinya : "Allah meninggikan darjat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama)
beberapa derajat."33

Selain ketinggian derajat para ulama, Al-Quran juga


menyebutkan dari sisi jiwa dan karakteristik, bahwa para
ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah.
Sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat:

ِ ِ‫اَّلل ِمن ِعب ِاده‬


‫ور‬
‫ر‬ ‫ف‬
ُ ‫غ‬
‫ا‬ ‫يز‬
‫ر‬ ِ
‫ز‬ ‫ع‬
‫ا‬ ‫اَّلل‬
‫ا‬ َّ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫اء‬
ُ ‫ا‬‫م‬‫ا‬‫ل‬‫ع‬
ُ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫إََِّّناا اَيْ اشى َّا ْ ا‬
Artinya : "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

33
(QS. Al-Mujadalah: 11)
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -91 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha


Pengampun."34

Sedangkan di dalam hadits nabi, disebutkan bahwa


para ulama adalah orang-orang yang dijadikan
peninggalan dan warisan oleh para nabi:

‫ إن األنبياء ُي يُوِِّرثوا ا‬،‫والعلماء ورثِ األنبياء‬


‫دينارا وال‬
‫درمه اا ولكنهم اوَّرثوا العلم‬
Artinya : "Dan para ulama adalah warisan (peninggalan)
para nabi. Para nabi tidak meninggalkan warisan berupa
dinar (emas), dirham (perak), tetapi mereka
meninggalkan warisan berupa ilmu."35

Di dalam kitab Ihya' Ulumud-din karya Al-Imam Al-


Ghazali, disebutkan bahwa manusia yang paling dekat
martabatnya dengan martabat para nabi adalah ahlul-ilmi
(ulama) dan ahlul jihad (mujahidin). Karena ulama adalah
orang yang menunjukkan manusia kepada ajaran yang
dibawa para rasul, sedangkan mujahid adalah orang yang
berjuang dengan pedangnya untuk membela apa yang
diajarkan oleh para Rasul.

34
(QS. Fathir: 28)
35
(HR Ibnu Hibban).
- 92 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

3. Wafatnya Ulama Sebagai Tanda dicabutnya Ilmu

ِ ‫اص قا ا‬ ِ ‫الع‬ ِ
‫ت ار ُس ْوال‬ ُ ‫ال اَس ْع‬ ‫اع ْن اعْبد هللا بْ ِن اع ْم ُرو بْ ُن ا‬
ُ ِ
‫ب‬ ُ
ْ ‫ي‬ ‫ال‬
‫ا‬ ‫هللا‬ َّ
‫ن‬ ِ‫هللا صلَّي هللا علاي ِه وسلام ي ُو ُل ا‬
ُ ‫ا‬ ْ ‫اْ اا ُ ا‬ ‫ا‬
‫ ُ العِْل ام‬ ِ
‫ب‬ ُ
ْ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ك‬ِ ‫العِْلم اِنْتِزاعا ا ي ْن تا ِزعه ِمن العِب ِاد ولا‬
ُ ‫ا ا ا ُُ ْ ا ا ْ ا‬
‫َّاس‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ذ‬
‫ا‬ َّ ِ‫ ُ العُلاماء ح ََّّت اِ اذا اُيْ ي ْب اُي اعالِما ا ا‬
‫َّت‬
‫ا‬ ِ ‫ب‬
ْ ُ
‫ا‬ ِ‫ب‬
ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ُ ‫ا‬
ِ
‫ضلُوا او‬ ‫ُرُؤسا ا ُجه اال ا فا اسئا لاوا فاأافْ تُو بِغاِْي عْلم فا ا‬
.‫ضلُوا‬‫افْ ا‬
Artinya : "Dari Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash r.a. berkata:
"Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam
bersabda : "sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
pengetahuan dengan begitu saja dari orang-arang yang
memilikinya, tetapi Allah mencabut ilmu dengan matinya
orang-orang yang pandai (ulama), sehingga bila tidak ada
lagi orang yang pandai maka orang-orang akan
mengangkat orang-orang yang bodoh untuk menjadi
pemimpin, maka bila mereka ditanya sesuatu maka
mereka menjawabnya tidak berdasarkan ilmu
pengetahuan, sehingga mereka sesat dan menyesatkan".
(Riwayat Bukhari dan Muslim)36

36
Drs. Muslich Shabir, Terjemah Riyadluss Shalihin, ( Semarang :
CV. Toha Putra, 1981). Hal. 285-286.
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -93 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Dalam hadits di atas di sebutkan ‫ال يُب ُ العلم انتزاعا‬

(Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan


jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati
sanubari. Rasulullah mengucapkan hadits ini pada saat
haji wada', sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah, bahwa saat
haji Wada' Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
"pelajarilah ilmu sebelum datang sebelum datang masa
punahnya ilmu tersebut," Arabi berkata, "Bagaimanakah
cara ilmu diangkat atau dipunahkan? Beliau bersabda,
"Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang
yang menguasai ilmu tersebut)."
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan
bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahwa yang
berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-
benar mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani
mengeluarkan fatwa tanpa dasar ilmu pengetahuan.
Hadits ini juga dijadikan alasan oleh jumhur ulama untuk
mengatakan, bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada
lagi seorang mujtahid.37
Adapun ulama yang kami maksud disini adalah
bukanlah ulama dunia tapi ulama akhirat. Yang dimaksud
"Ulama Dunia" atau dengan istilah "Ulama-Suu", ialah:

37
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Fathul Baari, (Jakarta : Pustaka Azzam,
2006). Hal. 375.
- 94 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuannya untuk


mendapatkan kepuasan duniawi, menjadikannya sebagai
tangga untuk mencapai pangkat dan kedudukan saja.
Sehubungan dengan hal itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

‫ان اشد الناس عذاِب يوم الُيامِ عاُي ُي ينفعه هللا بعلمه‬
Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling berat
siksaannya pada hari hari kiamat nanti, ialah yang
mempunya ilmu tetapi Allah tidak memberi manfa'at
kepadanya dengan ilmunya itu"38

Sedangkan yang disebut Ulama Akhirat ialah mereka


yang tidak menggunakan ilmu pengetahuannya untuk
mencari keuntungan dunia. Ukuran minimal derajat
seorang Ulama itu, ialah: ia harus mengerti bahwa dunia
itu rendah dan hina, dan mengetahui pula bahwa hal-hal
yang bersifat dunia itu mudah binasa. Juga harus
menyadari keagungan dan derajatnya. Ia pun harus
menginsafi, bahwa dunia dan akhirat adalah saling
berlawanan seperti dua orang yang bermadu, apabila si
suami sedang mencintai isteri yang satu, maka isteri yang
lainnya marah, demikian pula sebaliknya. Atau seperti
dua buah daun neraca, apabila yang sebelah naik, maka
sebelahnya lagi turun. Atau seperti timur dan barat,

38
Umar Hasyim. Mencari Ulama Pewaris Nabi. ( Surabaya : PT. Bina Ilmu,
1988 ). Hal. 130
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -95 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

apabila mendekati yang satu, maka berarti menjauh dari


yang lain. Atau seperti dua buah gelas, yang satu penuh
berisi air dan yang satunya lagi kosong, seberapa air itu
dituangkan kedalam gelas yang kosong iti sehingga
menjadi penuh, maka gelas yang asalnya penuh berisi air
itu menjadi kosong pula.
Oleh karena itu seorang ulama harus memiliki
syarat-syarat tertentu diantaranya:
a. Memahami Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah serta
ulumuddin lainnya.
b. Memiliki kemampuan memahami situasi dan kondi
serta dapat mengantisipasi perkembangan masyarakat
dan dakwah Islam.
c. Mampu memimpin dan membimbing umat dalam
melaksanakan kewajiban "Hablum min-Allah, Hablum
min-annas dan Hablum minal-'alam".
d. Mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya
kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
e. Menjadikan pelindung, pembela dan pelayan umat
(Waliyul mukminin)
f. Menunaikan sgenap tugas dan kewajibannya atas
landasan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan
penuh rasa tanggung jawab.
g. Berakhlak mulia, ikhlas, sabar, tawakal dan istiqamah.
Berkepribadian siddiq, amanah, fatonah, dan tabliqh.
Menunaikan segala perkara yang dicinta dan

- 96 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya


Islam dan Iptek (AIK VI)

meninggalkan segala perkara yang dibenci oleh Allah


Subhanahau Wata’ala.
h. Tidak takut selain kepada Allah Subhanahu Wata’ala.39

4. Fungsi dan Kewajiban Ulama


a. Dakwah dan penegak Islam serta pembentuk kader
penerus.
1) Memimpin dan menegakkan pelaksanaan
"Iqomatuddin" menanamkan dan memperkuat
aqidah Tauhidulah serta membebaskan manusia
dari kemusyrikan. Mengatur dakwah Islamiyah
terhadap semua lapisan/golongan masyarakat.
Menyelenggarakan dan mengembangkan dakwah,
Islamiyah, ta'lim, tarbiyah, tazkiyah, dan hikmah
secara menyeluruh dan sempurna.
2) Membina persatuan dan kesatuan dalam
menunaikan tugas-tugas atau kewajiban
"Iqomatuddin ".
b. Pengkajian Islam dan pengembangannya
1) Senantiasa menggali ajaran Al-Qur'an dan As-
Sunnah

39
Rahmiati dan Nor Hamdan, Dinamika Peran Ulama Dalam
Politik Praktis, ( Banjarmasin : Antasari Press, 2006). Hal. 72.
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -97 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

2) Menemukan dan mengemukakan gagasan baru yang


Islam untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas
hidup dan kehidupan masyarakat.
3) Perlindungan pembelaan terhadap Islam dan umat
Islam.

Dalam buku Mencari Ulama Pewaris Nabi


karangan Umar Hasyim menjelaskan bahwa ada enam
fungsi, peranan, dan tanggung jawab ulama
diantaranya:
1) Sebagai da’i penyiar agama Islam.
2) Sebagai pemimpin rohani.
3) Sebagai pengemban amanah Allah.
4) Sebagai pembina ummat.
5) Sebagai penuntun ummat.
6) Sebagai penegak kebenaran40

Ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan


manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan
manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah
baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan
(anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu
karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.

40
Umar Hasyim. Mencari Ulama Pewaris Nabi. ( Surabaya : PT.
Bina Ilmu, 1988 ). Hal. 135.
- 98 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya
Islam dan Iptek (AIK VI)

Perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan


perempuan. Hal yang paling diharapkan dari menuntut ilmu
ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang
lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan
aspek lain yang ada pada setiap individu.
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh
orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan
yang banyak. Dan pahala itu akan terus mengalir kepadanya
tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-
muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama
kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh
para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan
ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya
setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia
tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil
manfaat terhadap ilmunya.

Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya -99 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 100 - Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB V
ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN
IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Sinergi Ilmu dan Pengintegrasiannya dengan Nilai dan


Ajaran Islam
Etika adalah pondasi utama dalam mengembangkan
sebuah teknologi, etika juga sangat penting dalam setiap
penerapan-penerapan tindak laku seorang muslim, tanpa
etika yang baik muslim bukanlah seorang muslim dan
manusia bukanlah seorang manusia, sebagaimana Allah Swt
berfirman:

‫صِْبُ اعلا هى‬ ِ َِ ‫ك لان تاستا‬ ‫ال إِنَّ ا‬


ْ ‫ف تا‬
‫ اواكْي ا‬,‫ص ْ اْبا‬
‫يع امع اى ا‬
‫ْ ا‬ ‫قا ا‬
.‫اما اُيْ َُِت ْط بِِهۦ ُخ ْ اْبا‬
Artinya: Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup sabar bersama aku.” Dan bagaimana
kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
(Al-Kahf: 67-68).
Integrasi sinergis antara ajaran Islam dan ilmu
pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber
daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki
dengan diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam
menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -101 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk


mengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan, dan
sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan teknologi.
Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan
Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mengembang amanat
khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800
ayat dalam al-Qur’an yang mementingkan proses
perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai
gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir
(ingat) kepada Allah Swt.
Dalam pengertian Islam akal bukanlah otak tetapi daya
fikir yang terdapat dalam jiwa manusia untuk memperoleh
pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitar. Al-Quran
banyak sekali anjuran terhadap umat Islam untuk
memnggunakan akal dalam menangkap sinyal keagungan
Tuhan. Al-Quran selain memiliki dimensi yang normatif juga
memiliki dimensi yang menggiring manusia untuk selalu
berpikir dengan menggunakan akalnya. Sebagaimana
termaktub dalam QS. Al Mujadillah ayat 11:

ٍ‫ين أُوتُوا الْعِْل ام اد ار اجا‬‫ذ‬ِ َّ‫اَّلل الَّ ِذين آمنوا ِمْن ُكم وال‬
‫ْا ا‬ ُ ‫ياْرفا ِع َُّ ا ا‬

- 102 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.”

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ditemukan idiom-idiom


dan anjuran bagi umat Islam untuk berbuat secara empirik-
praktis dengan cara meneliti, mencari data dari alam sekitar
semisal pergantian malam dan siang, proses kehidupan
biologis, dan misteri alam semesta. Penggunaan akal dalam
Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi telah dipraktekkan
dalam sejarah pembangunan peradaban Islam. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Alaq ayat 1:

‫ك ٱلَّ ِذى اخلا اق‬


‫ٱس ِم اربِِّ ا‬
ْ ِ‫ٱقْ ارأْ ب‬
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan.”

Ayat ayat di atas dapat dipahami bahwa umat manusia


diperintahkan untuk “membaca”. Sebuah perintah yang
diidentikkan dengan pengamatan manusia terhadap ayat-
ayat Allah, baik secara Qouliyyah ataupun Kauniyah yang
pada akhirnya dapat memahami kehendak Tuhan yang
termanifestasikan dalam aturan alam. Kegiatan pengamatan
inilah, merupakan cikal bakal perenungan manusia untuk
menemukan konsep ilmu pengetahuan yang strukturnya
dibentuk oleh akal tanpa melupakan Agama.
Kesadaran masa itu dapat kita sebut dengan kesadaran
integratif-holistik, artinya tidak ada batas pembeda antara
Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -103 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

ilmu agama dan ilmu non-agama. Karena dua elemen ini


diyakini sebagai sarana untuk menemukan anugerah dan
keagungan Tuhan yang menjelma dalam alam ciptaannya.
Namun, tentu saja kesadaran itu tidak hanya tumbuh karena
tekanan sosiologis dan politis semata. Faktor pembentuk
yang disadarkan pada motivasi teologis di mana Islam sangat
menganjurkan penggunaan akal, juga berperan dalam
membangun kesadaran ilmiah tersebut.
Secara aksiologis pengembangan ilmu pengetahuan
pada masa kejayaan itu memiliki dua karakteristik. Pertama,
kesadaran untuk menjadikan ilmu pengetahuan sebagai
pembentuk peradaban. Pengembangan ilmu pengetahuan
yang dilakukan oleh umat Islam saat itu diarahkan untuk
membangun peradaban yang lebih unggul dari peradaban di
sekitarnya. Umat Islam meyakini bahwa Islam tidak hanya
berposisi sebagai agama tetapi juga sebagai kebudayaan dan
peradaban.
Corak kedua, munculnya kesadaran bahwa semakin
umat Islam mempelajari ilmu pengetahun semakin dekat
pula ia merasakan keagungan Tuhan. Menurut Sayyed Hossien
Nasr bahwa pengembangan ilmu yang dilakukan oleh ulama
klasik ini tidak hanya dijiwai oleh jiwa ilmiah tetapi juga
untuk menyatakan hikmat pencipta dalam ciptaannya.
Motivasi seperti itulah yang membangkitkan ghairah umat
Islam dalam mengkaji ilmu pengetahuan yang tidak

- 104 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

terkotakkan dengan ilmu agama dan umum (Nasr, 2003).


Sebagaimana Firman Allah berikut:

‫احَْناا ِِباا لا اديْ ِه ُخ ْ اْبا‬ ِ


‫اك هاذل ا‬
‫ك اوقا ْد أ ا‬
Artinya: "Demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui
segala sesuatu yang ada padanya (Zulkarnain)." (QS. Al-Kahf
18: Ayat 91)

Berdasar dua karekteristik di atas dapat dilihat Islam


menempatkan pengembangan sains tidak sebagai
pengembangan ilmu murni tetapi sebagai sains instrumental
yang menjamin terhadap bangunan kesadaran yang mantap
dan kebudayaan yang mapan. Bagi umat Islam, kedua-duanya
adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal)
KeMahaKuasaan dan Keagungan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited
knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para
Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-
ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam),
keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan,
melalui mata, telinga dan hati (qalbu atau akal) akan
semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan
dan keimanan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Tuhan
Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu
dan segala eksistensi).
Berdasar fenomena tersebut di atas, ajaran Islam dan
ilmu pengetahuan, tidak terlepas satu sama lain. Ajaran

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -105 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Islam dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu
mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan,
saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis,
holistik dan integratif. Pengetahuan yang dilimpahkan
kepada manusia, tidak akan bermakna tanpa dilandasi iman
yang benar. Iman tanpa ilmu seperti orang buta, sebaliknya
ilmu tanpa iman dapat menjadi bumerang yang dapat
menghancurkan diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itu, manusia tidak hanya bisa
mengandalkan kecerdasan intelektual sebagai representasi
potensi manusia dalam menemukan ilmu pengetahuan dan
teknologi, akan tetapi kecerdasan spiritual yang bermanfaat
membimbing manusia tetap berada pada jalur yang benar
juga menjadi bagian yang sangat penting. Demikian pula
dalam praktek kehidupan manusia sering ditemukan
seseorang bisa berbuat bodoh atau jahat padahal ia termasuk
orang-orang intelek. Sarjana hukum misalnya, melakukan
rekayasa hukum dengan cara-cara yang sangat professional
sehingga mengetahui celah-celah melakukan pelanggaran
hokum. Seorang ahli di bidang ekonomi tetapi paling hebat
dalam hal manipulasi dan koruspsi. Seorang yang mengaku
paham tentang agama tetapi perilakukan menyimpang dari
nilai-nilai agama.
Pada sejumlah Negara sekuler terjadi kasus bunuh diri
missal yang dilakukan oleh sekelompok intelektual, menjadi
indicator bahwa ilmu yang dimiliki tidak mampu

- 106 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

memecahkan masalah hidupnya. Seorang hakim atau jaksa


yang ahli dikenal profesional karena keluasan ilmunya, tetapi
masih mau menerima suap. Seorang pendidik yang
seharusnya menjadi teladan yang melindungi mereka, tetapi
masih ada kasus pelecehan seksual terhadap anak didiknya
sendiri. Sejumlah kasus di atas dengan mudah dapat
ditemukan di berbagai media, artinya telah menjadi
fenomena di masyarakat. Patologi (penyakit) sosial ini akan
menjadi tradisi yang habitual (terbiasa) dan sulit untuk
diputus mata rantainya jika tidak ada kesadaran untuk
melakukan perubahan. Hal ini disebabkan oleh lepasnya iman
dan ketaqwaan seseorang dari ilmu sebagai anugerah Allah.
Mereka tidak menyadari bahwa Allah membagikan anugerah
ilmu kepada manusia agar dapat mensyukurinya dalam
bentuk ketundukan (taslim), kepatuhan (ta’at),
meghindarkan diri dari maksiat terhadap Allah.

1. Paradigma Ilmu Bebas Nilai


Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan
teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai.
Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -107 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktor eksternal


yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.41
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-
kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu
bebas nilai, yaitu:42
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian
nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari
pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious,
cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar
otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sini menyangkut
kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis
yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu,
karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah
kegunaan ilmu secara transparan. Berkaitan dengan
masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi menurut
Suriasumantri, ilmuwan terbagi dalam dua golongan,
yaitu:
1. Golongan yang menginginkan bahwa ilmu harus
bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara
ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas

41
Surajiyo. (2005). Ilmu filsafat suatu pengantar. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Hal 80.
42
Ibid. Hal 84.
- 108 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

ilmuwan adalah menemukan ilmu pengetahuan dan


terserah kepada orang lain yang mempergunakannya:
apakah akan digunakan untuk tujuan yang baik atau
tujuan yang buruk. Golongan ini ingin melanjutkan
tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada waktu
era Galileo.
2. Golongan yang kedua berpendapat bahwa netralitas
ilmu hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan,
sedangkan pada penggunaannya, bahkan pada
pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan
harus berlandaskan asas-asas moral. Ilmu tidak bebas
nilai, artinya pada tahap-tahap tertentu ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai moral dan budaya
masyarakat sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat
dirasakan untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukannya bencana. Golongan ini
berdasarkan beberapa hal, yaitu (a) ilmu secara
faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh
manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang
dunia yang menggunakan teknologi keilmuan, (b) ilmu
telah berkembang dengan pesat dan semakin esoterik
sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang
ekses-ekses ilmu yang mungkin terjadi bila terjadi
penyalahgunaan,
3. ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana
terdapat kemungkinan ilmu dapat mengubah manusia

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -109 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus


revolusi genetika dan teknik perubahan sosial (sosial
engineering).43
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan.
Tanggung jawab etis merupakan hal yang menyangkut
kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tentu saja penggunaan ilmu-ilmu tersebut
harus berlandaskan moral. Penggunaan ilmu harus positif
yaitu untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia.
Seperti kita ketahui sekarang ini banyak ilmu yang
digunakan untuk kepentingan politik tertentu seperti
pembuatan bom atom. Berita yang sedang hangat
dibicarakan baik di jejaring sosial maupun media massa
adalah kekacauan di Israel dan Palestina. Banyak korban
terus berjatuhan, kerugian material dan non-material
yang tidak sedikit membuktikan bahwa pemahaman
terhadap asas pemanfaatan ilmu pengetahuan (aksiologi)
sangat diperlukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi
alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut
untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkadang hal

43
Jujun
S. Suriasumantri. (2009). Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Hal 235.
- 110 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal


ini adalah teknologi air condition, yang ternyata
berpengaruh pada pemanasan global dan lubang ozon
semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin
ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu
dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan
pada lingkungan sekitar. Dalam ilmu bebas nilai tujuan
dari ilmu itu untuk ilmu.
Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan
dengan mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah atas
dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang
mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan akan melakukan
kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang
diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran
dijunjung tinggi sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar
secara murni dan semua nilai lain dikesampingkan.

2. Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai


Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond)
memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek
nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai
ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsuf yang mengerti teori value
bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu,

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -111 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena


setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga
membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-
kepentingan masing-masing.
a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam
yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini
menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan
menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-
teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-
pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan
teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya
manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan
pengetahuana yang pertama, karena tidak menyelidiki
sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan
memahami manusia sebagai sesamanya,
memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan
yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau
interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh
pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu
membongkar penindasan dan mendewasakan manusia
pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat
dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya

- 112 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang


dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa
ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus di
kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas
tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-
kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya. 44

3. Perlunya Akhlak Islami dalam Penerapan Iptek


Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani
yaitu ethikos, ethos (adat, kebiasaan, ptaktek).
Sebagaimana digunakan Aristoteles istilah ini mencakup
ide “karakter” dan “disposisi” (kecondongan). Kata
moralis diperkenalkan ke dalam kosa kata filsafat oleh
Cirero. Baginya kata ini ekuivalen dengan
kata ethikos yang diangkat oleh Aristoteles. Kedua istilah
itu menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.
Sedangakan menurut Islam sendiri Etika adalah
“Akhlak”. Akhlak atau etika Islam lebih bersifat berkisar
sekitar Tuhan. Karena dalam Islam, etika lebih dikaitkan
dengan pahala dan dosa.
Etika Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran
yang muncul dalam diri kaum muslim itu sendiri.
Munculnya etika Islam didasarkan pada Al-Qur’an dan As-

44
Surajiyo. (2005). Ilmu filsafat suatu pengantar. Hal 92.
Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -113 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Shunnah. Etika Islam dalam penerapan Bidang Ilmu kini


mendapat implikasi negative, dikarenakan perbedaan
agama, budaya dan gaya hidup dari negara-negara Barat
yang menjadi produsen ilmu tersebut. Sebab paradigma
dan pelaksanaan komunikasi Barat yang lebih
mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis, materialistis serta
penggunaan media secara kapitalis.
Etika Islam dalam Ilmu Pengetahuan yang hangat
diperbincangkan akhir-akhir ini terutama menyangkut
teori dan prinsip-prinsip etika Islam, serta pendekatan
Islam tentang Ilmu Pengetahuan. Titik penting munculnya
aktivisme dan pemikiran mengenai etika Islam ditandai
dengan terbitnya beberapa media social, sebut saja salah
satunya Friendster. Ini semakin menunjukkan jati diri
etika seorang muslim yang tengah mendapat perhatian
dan sorotan masyarakat tidak saja di belahan negara
berpenduduk Muslim tetapi juga di negara-negara Barat.
Isu-isu yang dikembangkan dalam media sosial tersebut
menyangkut Islam dan komunikasi yang meliputi
perspektif Islam terhadap media, pemanfaatan media
massa pada era pascamodern, kedudukan dan perjalanan
media massa di negara Muslim serta perspektif politik
terhadap Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Etika Islam yang berfokus pada ayat-ayat Al-Qur’an
yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan
akhirnya adalah menjadikan etika Islam sebagai landasan

- 114 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

utama dalam penerapan Ilmu Pengetahuan, terutama


dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang
bersesuaian dengan fitrah penciptaan manusia.
Kesesuaian nilai-nilai Al-Qur’an dengan dimensi
penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberi manfaat
terhadap kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam
perspektif ini, etika Islam merupakan proses penyaringan
atau tukar menukar informasi yang menggunakan prinsip
dan kaedah etika Islam dalam Alquran. Etika Islam dengan
demikian dapat didefenisikan sebagai proses penyaringan
nilai-nilai Islam dari komunikator/produktor kepada
komunikan/konsumen dengan menggunakan prinsip-
prinsip etika yang sesuai dengan Alquran dan Hadis.
Menurut Islam, prinsip etika merupakan hak
eksklusif dan bahan komoditi yang
bersifat memikat, tetapi ia memiliki norma-norma dan
moral imperatif yang bertujuan sebagai service
membangun kualitas manusia secara paripurna. Jadi Islam
meletakkan inspirasi tauhid sebagai parameter
pengembangan teori ilmu pengetahuan dan Alquran
menyediakan seperangkat aturan dalam prinsip dan tata
beretika dalam penerapan ilmu pengetahuan.
Masalah ketelitian menerima penemuan Sains dan
Teknologi, al-Quran misalnya memerintahkan untuk
melakukan check and recheck terhadap informasi yang

Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -115 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

diterima. Dalam surah al-Hujurat ayat 6 Allah Swt


berfirman;

ِ ‫َي أايُّها الَّ ِذين آمنُوا إِ ْن جاء ُكم فا‬


‫اس رق بِنا باإ فاتا با يَّ نُوا أا ْن‬ ْ ‫اا‬ ‫ا ا‬ ‫ا ا‬
ِِ ِ ِ
‫صبِ ُحوا اعلا هى اما فا اع ْلتُ ْم اًدم ا‬
‫ني‬ ْ ُ‫تُصيبُوا قا ْو اما ِبا اهالاِ فات‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”

Oleh karena itu, penerapan etika Islam dalam


menanggapi perkembangan ilmu Pengetahuan sangat di
perlukan, agar terciptanya masyarakat muslim yang
madani dan tidak terlalu jauh menikmati kefaanaan alam
dunia ini. Selain itu, proses pendidikan Islam juga
merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan,
potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-
kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai
makhluk individual, dan sosial serta dalam hubungannya
dengan alam sekitar dimana nilai- nilai Islam, yaitu nilai-
nulai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak
karimah.

- 116 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Tujuan kependidikan Islam adalah merupakan


penggambaran nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan
dalam pribadi manusia, dengan istilah lain tujuan
pendidikan Islam perwujudan nilai-nilai Islami dalam diri
manusia didik. Jadi kesanalah pendidikan Islam
seharusnya diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. 45
Integrasi sinergis antara ajaran Islam dan ilmu
pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber
daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang
dimiliki dengan diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh
dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap
sebagai agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri di berbagai bidang
kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan
ilmu dan teknologi (Turmudi, 2006).
Etika Islam yang berfokus pada ayat-ayat al-Qur’an
yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan
akhirnya adalah menjadikan etika Islam sebagai landasan
utama dalam penerapan Ilmu Pengetahuan, terutama
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang
bersesuaian dengan fitrah penciptaan manusia.
Kesesuaian nilai-nilai al-Qur’an dengan dimensi
penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberi manfaat

45
Jujun
S. Suriasumantri. (2009). Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer. Hal 215.
Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam -117 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

terhadap kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam


perspektif ini, etika Islam merupakan proses penyaringan
atau tukar menukar informasi yang menggunakan prinsip
dan kaedah etika Islam dalam Alquran. Etika Islam dengan
demikian dapat didefenisikan sebagai proses penyaringan
nilai-nilai Islam dari komunikator/produktor kepada
komunikan/konsumen dengan menggunakan prinsip-
prinsip etika yang sesuai dengan al-Quran dan Hadis.

- 118 - Etika Pengembangan dan Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB VI
INTEGRASI AYAT AL-QUR’AN PADA ILMU PENGETAHUAN

A. Hakikat Ayat-Ayat Allah SWT


Ilmu merupakan salah satu perantara untuk
memperkuat keimanan. Iman hanya akan bertambah dan
menguat, jika disertai ilmu pengetahuan. Seorang ilmuan
besar, Albert Einsten mengatakan bahwa “science without
religion is blind and religion without science is lame”, ilmu
tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.
Ajaran Islam tidak pernah melakukan dikotomi antar
ilmu satu dengan yang lain. Karena dalam pandangan Islam,
ilmu agama dan umum sama saja berasal dari Allah. Islam
juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk
bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap ilmu
pengetahuan. Hal ini dikarenakan al-Qur’an merupakan
sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti
ilmu pengetahuan, baik yang menyangkut ilmu umum
maupun ilmu agama.
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu
pengetahuan dewasa ini dilakukan oleh kalangan intelektual
muslim. Secara totalitas, hal ini dilakukan di tengah
ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa
umat Islam akan maju dapat menyusul dan menyamai orang-

Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -119 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

orang Barat apabila mampu mentransformasikan dan


menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan.
Di samping itu terdapat asumsi bahwa ilmu
pengetahuan yang berasal dari negara-negara Barat dianggap
sebagai sekuler, oleh karenanya ilmu tersebut harus ditolak,
atau minimal ilmu tersebut harus dimaknai dan
diterjemahkan dengan pemahaman secara Islami.
Al-Qur'an mengajak kepada manusia untuk merenungi
berbagai kejadian dan benda-benda alam yang dengan jelas
menunjukkan ke-Esaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Di
dalam Al-Qur'an sendiri segala sesuatu yang menunjukkan
suatu kesaksian disebut sebagai "ayat-ayat" atau dengan kata
lain bukti yang telah teruji kebenarannya baik berupa
pengetahuan nya yang mutlak dan pernyataan kebenaran.
Jadi ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu yang
ada di alam semesta yang memperlihatkan atau
mengkomunikasikan baik keberadaan maupun sifat-sifat
Allah. Mereka yang dapat mengamati dan senantiasa ingat
akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad raya hanya
tersusun atas ayat-ayat Allah. Hal ini sebagaimana Allah
telah menstimulus kepada manusia agar bisa melihat dan
mempelajari alam dan seisinya karena dari sanalah Allah
menunjukkan kebesaran-Nya kepada para makhluk.
Sebagaimana dalam firman-Nya :

- 120 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ت‬ ‫ض اواما تُ ْغ ِِ ْ ه‬ ِ ‫الس هم هو‬


ِ ‫ٍ او ْاالاْر‬ َّ ‫قُ ِل انْظُُرْوا اما اذا ِِف‬
ُ ‫اال هي‬
‫اوالنُّ ُذ ُر اع ْن قا ْوم َّال يُ ْؤِمنُ ْو ان‬
Artinya: Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran
Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang
yang tidak beriman.”(Q.S. Yunus [10]: 101)
Ayat di atas mendorong agar manusia mengetahui
sifat-sifat dan kelakuan alam di sekitarnya, yang akan
menjadi tempat tinggal dan sumber bahan serta makanan
selama hidupnya.
Beberapa masalah lain yang merupakan perintah Allah
SWT agar manusia merenungkan nya dalam Al-Qur'an. Ayat-
ayat Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl
ayat 10-17. Beradasarkan ayat tersebut, Allah SWT mengajak
orang-orang yang berakal agar memikirkan hal-hal yang biasa
diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai hasil
evolusi, kebetulan, atau keajaiban alam belaka.
Sebagaimana kita lihat dalam ayat tersebut, orang-orang
yang berakal melihat ayat-ayat Allah dan berusaha untuk
memahami ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak
terhingga dengan mengingat dan merenungkan hal-hal
tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas, dan ciptaan-Nya
sempurna tanpa cacat. Bagi orang yang berakal, segala
sesuatu di sekeliling mereka adalah ayat-ayat (tanda-tanda)
penciptaan oleh Allah SWT.
Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -121 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

B. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah


Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-
Nya melalui dua jalur, jalur formal yaitu ayat qauliyah dan
jalur non-formal yaitu ayat kauniyah. Ayat qauliyah adalah
kalam Allah (al-Qur’an) yang diturunkan secara formal
kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah
adalah fenomena alam, jalurnya tidak formal dan manusia
mengeksplorasi sendiri. Al-Quran al-Karim yang terdiri dari
6.236 ayat itu menguraikan berbagai persoalan hidup dan
kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan
fenomenanya.
Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah
ini, baik ayat qauliyah (al-Qur’an) maupun kauniyah
(fenomena alam) adalah mutlak benar dan tidak mungkin
bertentangan, karena keduanya berasal dari Allah. Pada
faktanya sains yang telah proven (qath’i) selaras dengan al-
Qur’an seperti tentang peredaran bintang, matahari dan
bumi pada orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori)
kadang bertentangan dengan yang termaktub dalam al-
Qur’an seperti teori evolusi pada manusia.
Dengan demikian, Allah SWT menuangkan sebagian
kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan:
1. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi)
yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat
Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-
ayat qauliyah.

- 122 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

2. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah (jalan tidak


resmi) yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di
alam semesta ini (baik makhluk hidup maupun yang mati),
tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak
melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut
jalan langsung (mubasyaratan). Kemudian jalan ini
disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia
untuk mencari ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh
sebab itu manusia harus berusaha membacanya,
mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk
kemudian mengambil kesimpulan. Allah SWT berfirman :

ْ‫االنْ اسا ان ِم ْن اعلاق اِقْ ارأ‬ِْ ‫ك الَّ ِذي خلاق خلاق‬


‫ْ ا ا ا ا‬ ‫ا‬ ِ‫ب‬
‫ر‬ ‫م‬ِ
ِّ‫ا ْ ا‬‫س‬ ِ
‫ِب‬ ْ
‫أ‬
‫ر‬ ‫ق‬
ْ ِ‫ا‬
ِْ ‫ك ْاالا ْكرم الَّ ِذي علَّم ِِبلْ اُلاِم علَّم‬
‫االنْ اسا ان اما اُيْ يا ْعلا ْم‬ ‫اا‬ ‫اواربُّ ا ا ُ ْ ا ا‬
Artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhan-Mulah yang Maha
pemurah. (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq, ayat: 1-5)

Dalam konsep Ibrahim (2005), bahwa perintah


membaca ini harus diterjemahkan sebagai membaca dalam
arti luas dan tidak hanya terhadap objek yang tertulis (ayat
qur’aniyah), tetapi juga pada objek yang tercipta semesta

Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -123 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

(ayat kauniyah). Dengan menghayati secara seksama model


yang tercipta ini diharapkan dapat menangkap pesan yang
tersirat dari fenomena alam yang ada.
Selanjutnya (Kaelany, 1992) mengatakan bahwa
implikasi dari perintah membaca itu merangsang manusia
untuk giat menulis, meneliti, mengobservasi, menganalisis
dan kemudian merumuskannya sebagai teori ilmu.

C. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan


Kauniyah
Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua
jalan agar keduanya saling menegaskan dan saling terkait
satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan
manusia untuk memahami keduanya adalah keniscayaan.
Allah tidak hanya memberikan perintah untuk sekedar
memahami ayat-ayat Allah berupa Qauliyah, tetapi juga
untuk melihat fenomena alam ini.
Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak tertuang dalam
bentuk perkataan Allah untuk dibaca dan dihafal. Tetapi
alam adalah ayat Allah yang semestinya di eksplore dan digali
sedalam-dalamnya untuk manusia semakin mendekatkan diri
pada maha kuasa yaitu Allah SWT .
Sebagaimana Firman Allah (QS. Al-Imran : 191), yang
artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

- 124 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau


menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa api neraka.
Dalam pandangan seorang muslim, ayat Qauliyah akan
memberikan petunjuk/isyarat bagi kebenaan ayat Kauniyah,
misalnya :
1. Surat An-Nur (24):43 mengisyaratkan terjadinya hujan.
2. Surat Al-Mukminun (23): ayat 12-14 mengisyaratkan
tetang keseimbangan dan kesetabilan pada sistem tata
surya.
3. Surat Al-Ankabut (29): ayat 20 mengisyaratkan adanya
evolusi pada penciptaan makhluk di bumi.
4. Surat AZ-Zumar (39): ayat 5 dan surat an-Naml (27) : ayat
28 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi.

Sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (Al-


Burhan) bagi kebenaran ayat qauliyah, sebagaimana yang
tertuang dalam surat Fushshilat, ayat 53

ِ ِ‫اق و‬ ِ ِ
ٓ ‫اسنُ ِري ِه ْم ءااياهتناا ِِف ْٱلءاافا ا‬
‫ِف أان ُفس ِه ْم اح َّ هّت ياتا با َّ ا‬
‫ني اَلُْم‬
‫ك أانَّهُۥ اعلا هى ُك ِِّل اش ْىء‬ ‫ف بِاربِِّ ا‬ ِ ‫ٱْل ُّق ۖ أاواُي ي ْك‬
‫اْ ا‬ ‫أانَّهُ ْا‬
‫اش ِهي رد‬
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-
tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu

Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -125 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya


Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ?

Beberapa contoh lain bentuk interkoneksitas ayat


qauliyah dan kauniyah ditunjukkan pada hasil observasi dan
penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus hidrologi” atau
sikulasi air (hydrologi cycle) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat
radiasi/panas matahari, sehingga air yang dilaut, sungai, dan
juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami penguapan ke
udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai
evapotranspiration, lalu uap air tersebut pada ketinggian
tertentu menjadi dinggin dan terkondensasi menjadi awan.
Akibat angin, bekumpulan awan dengan ukuran tertentu dan
terbuat awan hujan, karena pengaruh berat dan gravitasi
kemudian terjadilah hujan (presipitasion).
Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas
permukaan tanah sebagai aliran limpasan (overland flow)
dan ada yang terserap kedalam tanah (infiltrasioan). Aliran
limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan
(depresioan storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi,
air akan menjadi limpasan-permukaan (surface runoff) yang
selanjutnya mengalir kelaut. Sedangkan air yang terinfiltrasi,
bisa keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat
mengalir literal di lapisan tidak kenyang air sebagai aliran
antara (subsurface flow/interflow).

- 126 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

Sebagian yang lain mengalir vertikal yang disebut


dengan “perkolasi” (percolation) yang akan mencapai
lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer). Air dalam
akifer akan mengalir sebagai air tanah (grounwter flow/base
flow) kesungai atau ketampungan dalm (deep storage). Siklus
hirologi ini terjadi terus-menerus atau berulang-ulang dan
tidak terputus.
Pada penjelasan fenomena qauliyah, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa “siklus hidrologi” memiliki 4 (empat)
macam proses yang saling menguatkan, yaitu:
1. Hujan/ presipitasi.
2. Penguapan/ evaporasi.
3. Infiltrasi dan perkolasi (peresapan).
4. Lipahan permukaann (surface runoff) dan limpasan air
tanah (subsurface rzrnoff).
Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi” dapat kata
lihat pada surat An-Nur (24) ayat 43, yaitu:

‫ف باْي ناهُ ُُثَّ اَْ اعلُ ُه‬ ِ ِ َّ ‫ان‬ َّ ‫أااُيْ تا ار أ‬


ُ ِّ‫اَّللا يُْزجي اس اح ااِب ُُثَّ يُ اؤل‬
‫الس ام ِاء‬
َّ ‫ُراك ااما فاااَتى الْ اوْد اق اَيُْر ُج ِم ْن ِخ اللِِه اويُنا ِِّزُل ِم ان‬
ِ ‫ص‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ص ِرفُه‬ْ ‫يب بِه ام ْن يا اشاءُ اويا‬ ُ ُ‫م ْن جباال ف ايها م ْن باارد فاي‬
ِ ِ‫عن من ي اشاء ۖ ي اكاد سناا ب رق‬
‫صا ِر‬‫ب ِِبْألابْ ا‬ُ ‫ه‬
‫ا‬ ‫ذ‬ْ ‫ي‬
‫ا‬ ‫ه‬ ْ‫ا ْ ا ْ ا ُ ا ُ ا ا‬
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak
awan, Kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya,

Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -127 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka


kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan
Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-
hampir menghilangkan penglihatan. (QS. An – Nur : 43)

Pada ayat di atas, menunjukkan adanya proses inti


yang sedang berlangsung dan merupakan bagian dari proses
“siklus hidrologi.” Kedua proses itu, yaitu proses penguapan
(evaparasi) yang ditunjukkan dengan kata “awan” dan proses
hujan (presipitasi) yang berupa keluarnya air dan butiran es
dari awan. Di mana awan adalah massa uap air yang
terkumpul akibat penguapan dan kondisi atmosfir tertentu.
Dengan demikian, pada pasal ini telah dijelaskan dan
diberikan contoh hubungan antara ayat Qauliyah sebagai
petunjuk wahyu yang memberikan isyarat global tentang
fenomena Iptek, untuk membantu menjelaskan dan
mencocokkan terhadap ayat Kauniyah. Banyak sekali contoh
yang dapat dikemukakan, akan tetapi karena keterbatasan
ruang, maka dalam hal ini hanya dikemukakan dua contoh
saja yang amat terkenal yaitu “Siklus Hidrologi” dan “Konsep
Tentang Alam Semesta”.
Ayat qauliyah adalah kalam Allah (Al Qur’an) yang
diturunkan secara formal kepada Nabi Muhammad SAW.

- 128 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

Sedangkan ayat kauniyah adalah fenomena alam, jalurnya


tidak formal dan manusia mengeksplorasi sendiri. Ayat-ayat
qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari
ilmu alam semesta (ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu
manusia harus berusaha membacanya, mempelajari,
menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian
mengambil kesimpulan. Dalam bericara tentang alam dan
fenomenanya. Paling sedikit ada dua hal yang dapat
dikemukakan menyangkut hal tersebut:
1. Al-Quran memerintahkan atau menganjurkan kepada
manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam
raya dalam rangka memperoleh manfaat dan kemudahan-
kemudahan bagi kehidupannya danmengantarkan kepada
kesadaran-kesadaran akan keesaan dan kemahakuasaan
Allah SWT.
2. Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang
mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan di bawah
kekuasaan Allah SWTserta diatur dengan sangat teliti.
Interkoneksitas antara ayat Qauliyah sebagai petunjuk
wahyu yang memberikan isyarat global tentang fenomena
Iptek, untuk membantu menjelaskan dan mencocokkan
terhadap ayat Kauniyah.

Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan -129 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 130 - Integrasi Ayat Al-Qur'an pada Ilmu Pengetahuan


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB VII
PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK

A. Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) dalam


Pengembangan Iptek
Di zaman modern yang canggih seperti saat ini,
kemajuan akan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (yang
kemudian disingkat Iptek) dan seni, sangatlah berpengaruh
terhadap segala aspek dalam kehidupan manusia. Tidak
dapat dipungkiri, keberadaan Iptek dan seni tidak pernah
lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek
dari berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah
pula teknologi dan seni. Keberadaan yang tidak akan pernah
terpisahkan tersebut, kemudian memunculkan beberapa
dampak terhadap kehidupan manusia didunia. Dampak
tersebut berupa dampak positif dan negatif. Adanya dampak
negatif terhadap kehidupan manusia ini, akan menimbulkan
beberapa yang kurang di inginkan.
Peran Islam dalam perkembangan Iptek pada dasarnya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai
paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler
seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan
bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan

Paradigma Pengembangan Iptek -131 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

berarti bahwa Aqidah Islam sebagai sumber segala macam


ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala
ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang
yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari
Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan Iptek dalam
kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar
manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh
tidaknya pemanfaatan Iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan Iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek Iptek dan telah diharamkan oleh
Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Seiring dengan kemajuan berpikir manusia dewasa ini,
ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan ini telah memasuki hampir seluruh bidang
kehidupan masyarakat modern. Hampir tidak ada satu
masyarakat pun di era ini yang sama sekali tidak tersentuh
oleh kesuksesan para ilmuwan. Dengan kemajuan teknologi
informasi, misalnya, hari ini petani di pedalaman atau

- 132 - Paradigma Pengembangan Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

nelayan di pesisir pantai sudah terlalu asing dengan gaya


hidup masyarakat kota. Bahkan berbagai peristiwa di
belahan dunia dapat mereka ikuti melalui media elektronik.
Namun, dari berbagai keuntungan atau manfaat yang
dirasakan masyarakat dari kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan indrustri tersebut masih menyisakan dampak
negatif bagi seluruh aspek kehidupan.
Di sisi lain, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri
memang telah membantu cara kerja manusia dan
mempercepat tranformasi informasi secara global, sehingga
dunia menjadi terasa semakin menyempit. Tetapi, di lain sisi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung maupun tidak, ternyata juga mengancam
kelangsungan hidup manusia. Dampak yang paling nyata dari
ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah terhadap
lingkungan hidup dan kelestarian alam, termasuk terhadap
kehidupan manusia sendiri. Nuklir dan persenjataan modern
merupakan pruduk ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa
membawa kemajuan hidup manusia dan juga mengancam
kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Ilmu
pengetahuan juga memiliki keterkaitan yang erat dengan
struktur-struktur sosial dan politik yang pada gilirannya
menyebabkan jutaan manusia jatuh pada kemiskinan,
kelaparan, dan bermacam ketimpangan yang justru menjadi
pemandangan mencolok ditengah-tengah manusia mendewa-

Paradigma Pengembangan Iptek -133 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

dewakan keampuhan Iptek untuk menghapus penderitaan


manusia.
Begitu banyak kemajuan dan manfaat dari ilmu
pengetahuan yang dirasakan manusia. Tidak dipungkiri
bahwa Ilmu pengetahuan dan teknologi kedua-duanya
memiliki andil besar bagi kemajuan, peningkatan taraf
kehidupan dan dalam membangun peradaban manusia.
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia banyak
melakukan perubahan dan perbaikan disegala aspek bidang
kehidupannya. Tetapi, dampak negatif dari kemajuan Iptek
begitu mengerikan. Karena itu, sudah saatnya bagi para
ilmuwan untuk memikirkan bagaimana mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berdaya dan tepat guna,
paling tidak dapat meminimalisir dampak buruk yang
ditimbulkannya.
Islam sebagai agama yang kental dengan nilai-nilai etis
dan kemanusiaan sesuai dengan penegasannya merupakan
agama yang menebarkan rahmat bagi semesta alam, sudah
waktunya digumulkan dengan prinsip-prinsip dasar filsafat
ilmu dan cara kerja ilmu pengetahuan. Maksudnya, Islam Al-
Qur‟an dan Al-Hadits berfungsi sebagai dasar pijakan dan
pemandu dalam proses filsafat, cara kerja, dan penerapan
ilmu pengetahuan. Hal ini dimaksudkan agar ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya senantiasa
berdaya dan tepat guna sesuai dengan tujuan dan fungsi ilmu
pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.

- 134 - Paradigma Pengembangan Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

Di samping itu, dalam sejarah telah disebutkan bahwa


para ilmuwan muslim pada saat itu telah menjadi pioner bagi
kemajuan peradaban Islam dalam segala bidang ilmu
pengetahuan sekitar delapan abad sebelum masa Galileo
Galilei (1564-1642) dan Copernicus (1473-1543). (Imron
Rossidy: 2007). Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa
prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan telah disusun oleh
ilmuwan muslim jauh sebelum filsafat ilmu (philosophy of
science) terformulasi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Peradaban Islam telah mencapai kejayaan dan
kemajuan yang spektakuler dalam bidang ilmu pengetahuan
(sciences) pada awal periode awal sejarahnya. Kemajuan ini
dicapai justru pada saat Eropa masih berada dalam zaman
kegelapan (the dark ages). Tulisan kecil ini berusaha
mengkaji dan melacak secara komprehensif tentang konsep
ilmu (science) dan teknologi dalam perspektif kehidupan.46

B. Rambu-rambu Pengembangan Iptek dalam Al-Qur’an


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana
modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya,
terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin
jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan

46
Mustofa umar ali azhab Tafsir Alfutiri, yang diterjemahkan oleh
Umar Sitanggal, dkk, yogyakarta:Toha Putra, 1989), Hal. 11
Paradigma Pengembangan Iptek -135 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan,


hanya bisa 23 tusukan per menit.47 Dahulu Ratu Isabella
(Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana
komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar penemuan
benua Amerika oleh Columbus. Lalu di abad XIX Orang Eropa
perlu 2 minggu untuk memperoleh berita pembunuhan
Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana
komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk
mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan.48 Dulu
orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu 17-20
hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat
terbang, kita hanya perlu 12 jam saja.
Tapi di sisi lain, tak jarang Iptek berdampak negatif
karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan
martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu
manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada
tahun 1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim
bibinya setelah dua tahun ibunya (bernama Luigi) meninggal.
Ovum dan sperma orang tuanya yang asli, ternyata telah
disimpan di “bank” dan kemudian baru dititipkan pada
bibinya, Elenna adik Luigi. Bayi tabung di Barat bisa berjalan
walau pun asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami

47
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta:
Gema Insani Press, 1997). Hal. 35
48
Budi Winarto, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru,
(Yogyakarta: Tajidu Press, 2004), Hal. 125
- 136 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

isteri.49 Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah


mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih
berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza
hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit
saja.50 Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses
menghasilkan domba kloning bernama Dolly, dicoba untuk
diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup
seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit
mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah
dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil
rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan
teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan
kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses
pornografi, kekerasan, dan perjudian. Di sinilah, peran
agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali.
IPTEK silahkan dikembangkan sampai mencapai
puncaknya, akan tetapi ada rambu-rambu yang tidak boleh
dilanggar, yaitu :
1. Pengembangan IPTEK harus berujung pada bertambah
kuatnya keyakinan akan keberadaan Allah swt, Keesaan

49
Syeichul Hadipermono, Bayi Tabung dan Rekayasa Genetika,
(Surabaya: Wali Demak Press, 19995), Hal. 18
50
Nurchalis Bakry et.al,. 1996. Bioteknologi dan Al-Qur`an
Referensi Dakwah Dai Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Hal. 26
Paradigma Pengembangan Iptek -137 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

dan KekuasaanNya yang pada gilirannya akan


meningkatkan ketakwannya pada Allah swt.
2. Pengembangan IPTEK harus mengarah pada kemaslahatan
umum umat manusia sebagai mahluk sosial, mahluk
individual dan sebagai mahluk beragama.
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan
Iptek, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi,
agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat
tertentu, atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis
yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu
Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat QS. An-Nisaa`
[4]:126 dan QS AthThalaq [65]:12), bukan berarti konsep
Iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu.
Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan
bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh
[71]: 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari
asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi
(pemekatan) gas tersebut (QS. Fushshilat [41]: 11-12), dan
seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam Al-Qur`an yang
semacam ini.51 Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya
ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi
tolok ukur kesimpulan Iptek, bukan berarti bahwa konsep
Iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu.

51
Ibid, Hal. 113
- 138 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai


landasan Iptek bukanlah bahwa konsep Iptek wajib
bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang
dimaksud, bahwa Iptek wajib berstandar pada Al-Qur`an dan
Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah
standar (miqyas) Iptek, dan bukannya sumber (mashdar)
Iptek. Artinya, apa pun konsep Iptek yang dikembangkan,
harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits, dan tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits itu. Jika suatu
konsep Iptek bertentangan dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits,
maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori
Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi
dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun
berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang
lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang.
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia
pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme
sederhana.
Hal ini bertentangan dengan firman Allah Subhanahu
wa ta’ala yang menegaskan, Adam AS adalah manusia
pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah
keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya
sebagaimana fantasi Teori Darwin .52 Firman Allah Subhanahu

52
Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur: Haram
Mengambil, Menerapkan, dan Menyebarluaskannya, (Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2001), Hal. 75
Paradigma Pengembangan Iptek -139 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

wa ta’ala (artinya): “(Dialah Tuhan) yang memulai


penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan
keturunannya dari sari pati air yang hina (mani).” (QS As-
Sajdah [32]: 7). “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (QS Al-
Hujuraat [49]: 13).
Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu al-Qur`an dan
Hadits hanyalah standar Iptek, dan bukan sumber Iptek,
adalah bahwa umat Islam boleh mengambi Iptek dari sumber
kaum non muslim (orang kafir). Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam menerapkan penggalian parit di sekeliling Madinah,
padahal strategi militer itu berasal dari tradisi kaum Persia
yang beragama Majusi. Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
juga pernah memerintahkan dua sahabatnya memepelajari
teknik persenjataan ke Yaman, padahal di Yaman dulu
penduduknya adalah Ahli Kitab (Kristen). Umar bin Khatab
pernah mengambil sistem administrasi dan pendataan Baitul
Mal (Kas Negara), yang berasal dari Romawi yang beragama
Kristen. Jadi, selama tidak bertentangan dengan aqidah dan
syariah Islam, Iptek dapat diadopsi dari kaum kafir.
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat
sekarang dan juga negeri-negeri muslim yang bertaqlid dan
mengikuti Barat secara membabi buta. Standar pemanfaatan
Iptek menurut mereka adalah manfaat, apakah itu

- 140 - Paradigma Pengembangan Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

dinamakan pragmatisme atau pun utilitarianisme. Selama


sesuatu itu bermanfaat, yakni dapat memuaskan kebutuhan
manusia, maka ia dianggap benar dan absah untuk
dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat
menjelaskan, mengapa orang Barat mengaplikasikan Iptek
secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan
bertentangan dengan nilai agama. Misalnya menggunakan
bom atom untuk membunuh ratusan ribu manusia tak
berdosa, memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat moralitas
(misalnya meletakkan embrio pada ibu pengganti),
mengkloning manusia (berarti manusia bereproduksi secara
a-seksual, bukan seksual), mengekploitasi alam secara
serakah walaupun menimbulkan pencemaran yang
berbahaya, dan seterusnya
Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah
itu dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu
standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-
Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana
yang secara hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang
secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah
segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’ala yang
bentuknya secara praktis dan konkret adalah syariah Islam.

Paradigma Pengembangan Iptek -141 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

C. Interelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Iptek


Pengertiannya interelasi adalah suatu hubungan yang
terikat diantara dua. Maka dalam hal ini dapat kita simpulkan
interrelasi adalah adanya ikatan dua masalah yang saling
terhubung yaitu antara alquran dan Iptek.53 Maka pengertian
lain interrelasi adalah adanya ikatan yang terhubung antara
dua masalah yang saling terhubung antara satu dengan yang
lain. Dan dalam konteks pembahasan ini yaitu adanya
hubungan kebenaran Alqur’an dan lptek.
Menurut I Sudarminta Sj wacana mengintegrasikan
antara sains dan agama adalah suatu usaha yang bermaksud
untuk memadukan diantara keduanya dengan integrasi yang
valid, walaupun ada beberapa pendapat yang menentangnya
karena adanya kecenderungan mencocokkan secara paksa
ayat yang dapat dalam Alquran pada temuan ilmiah.54
Antara agama, teknologi dan ilmu pengetahuan
merupakan alat dan sarana bagi manusia agar memiliki
kehidupan yang lebih baik di dunia dan berkembang. maka
dari itu banyak petunjuk yang disampaikan oleh Alquran
tentang ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi untuk
kehidupan manusia. Islam merupakan agama yang menuntut
umatnya agar mengerahkan upaya dan usahanya dengan
menggunakan daya akal fikiran untuk merenungi dan mencari

53
Kamus Besar Bahasa Indonesia
54
Baqir Zainal Abidin, Et. Al, Integrasi Ilmu Agama Dan
Intrepretasi Dan Aksi, Bandung Mizan, 2005 HAL.9
- 142 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

hikmah terhadap segala ciptaan Allah di alam semesta ini.


Sebagaimana yang tertera pada surat Ar-Rahman ayat 33.
۟
‫ٱستاَا ْعتُ ْم أان تان ُف ُذوا ِم ْن أاقَْاا ِر‬ ِْ ‫ٱْلِ ِِّن او‬
ِ ِ ‫ٱْل‬
ْ ‫نس إِن‬ ْ ‫هاَياْع اشار‬
‫ه‬ ِ َّ ِ ۟ ِ ‫ٱلس هم هو‬
‫ض فاٱن ُف ُذوا ۖ اال تان ُف ُذو ان إال ب ُسْلَان‬ ِ ‫ٍ او ْٱأل ْار‬ ‫َّ ا ا‬
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (dari Allah)”.
Ayat di atas menyimpan makna agar manusia berupaya
dan melakukan segala kemampuannya untuk dapat
mengeksplorasi alam semesta. Maka saat manusia berusaha
untuk dapat melintasi ruang dan waktu hendaknya ini
diartikan sebagai ibadah yang bertujuan untuk memahami
semua rahasia semesta dan tentunya juga demi kehidupan
masa yang akan datang.55
Memang Alquran tidak membahas secara rinci tentang
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana pembahasan
secara rinci tentang Iptek yang ada pada buku pelajaran atau
buku-buku yang lainnya akan tetapi Alquran tetap memberi
penghormatan tertinggi kepada manusia agar mampu
memaparkan secara detail dan memberi ruang yang lebih
luas terhadap daya fikir manusia agar lebih jauh dan

55
Hidayatulloh, Realisasi Ilmu Pengetahuan Dan Agama,
International Seminar On Getering Knoladge Through Research, Uum-
Umsida
Paradigma Pengembangan Iptek -143 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

mendalam dalam mencerna akan pentingnya Iptek bagi


kehidupan manusia selanjutnya. Karena dengan sebab
kemampuan manusia membaca dan mengeksplorasi ayat-
ayat Alquran sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan menjadi sarana yang membantu manusia
meringankan bebannya sebagai kholifah fil ardi.56
Al-qur’an juga telah menjelaskan bahwa manusia harus
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam Alquran juga telah tersirat dengan jelas bahwasanya
manusia dianjurkan untuk dapat mengeksplorasi ruang
angkasa walaupun sebenarnya tidak akan mampu kecuali
dengan petunjuk dari Allah subhanahu wa ta'ala, akan tetapi
Allah telah memberi kesernpatan kepada manusia,
sebagaimana dalam surat Ar Rahman ayat 33. Memang dalam
hal ini agama Islam telah membagi ilmu pengetahuan
menjadi dua bagian yang pertama ilmu yang dihasilkan
dengan cara usaha manusia itu sendiri yang biasanya disebut
dengan Ilmu Kes hi dan yang kedua biasa disebut dengan ilmu
L‹iñuni atau ilmu pengetahuan yang dihasilkan dan didapat
langsung dari Allah.57
Islam tidak mernisahkan antara “ilmu agama” dan
“ilmu pengetahuan”. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan
keduanya merupakan ilmu yang diajarkan oleh Tuhan kepada

56
Saifulloh, Konsep Iptek Dan Keterpaduann Dalam Alquran ,
Jurnal Hunafa Vol 3 No 3 September 2006
57
M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran Tafsir Maudhui Atas
Pelbagai Persoalan Umat.Bandung: Mizan. 1999. Hal.437
- 144 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

umat manusia, baik melalui Al-Quran maupun alam semesta.


Al-Quran dan hamparan alam semesta adalah sumber ilmu
bagi umat Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan
alam semesta (ayat kauniyah) merupakan pintu gerbang
untuk mengenal Allah Subhanahu wa ta’ala (makrifatullah).
Mustahil keduanya bertentangan. Kalau saat ini
ditemukan beberapa hasil ilmu pengetahuan yang
benentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan oleh
dua kemungkinan. Pertama : adanya kekeliruan dalam
rnenginterpretasi wahyu, sebab ia mempunyai nilai dasar
yang bersifat dalam dan universal yang selamanya akurat
untuk ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua :
ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat akumulatif, yakni
selamanya mengalami perkembangan, perubahan menuju
kesempurnaan. Sehingga proses itu menyebabkan ia belum
sesuai dengan nilai dasar yang ada pada wahyu.58
Alquran banyak menjelaskan tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bahkan sebagian ilmuan
terinspirasi dari ayat-ayat Al-Quran dalam rnengembangkan
ilmu pengetahuan. Sebenarnya al-Quran banyak menjelaskan
tentang hal ini, setidaknya terdapat 7 ayat yang dapat
disampaikan tentang IPTEK.
Selanjutnya banyak dari para ilmu an mengatakan
bahwa agama merupakan salah satu syarat dalam

58
Prof. Dr. T Jacob, Dkk, Evolusi Manusia Dalam Konsepsi Islam,,
Bandung , Risalah, 1984 Hal.11
Paradigma Pengembangan Iptek -145 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

pembuktian kajian empirik. Dan juga tidak sedikit kebenaran


antara sains dan doktrin agama yang saling menguntungkan
dan tidak saling bertentangan. Hanya saja saat
mengintegrasikan keduanya harus dilihat dari sisi kebenaran
yang relatif, sehingga akan lebih mudah inengintegrasikan
keduanya tanpa ada pertentangan sehingga keduanya
menjadi alat dalam menemukan kebenaran. Jadi kebenaran
agama dapat dilihat berdasarkan kacamata sains, dan begitu
pula sebaliknya. Penganut faham teologi natur telah
menyatakan pandangan secara i ratif terhadap penyatuan
keduanya.59

D. Bukti-Bukti Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an dalam Bidang


Iptek
Pengertian teknologi secara umum dapat dikatakan
bahwa teknologi adalah sesuatu yang dapat meninggikan
harkat umat manusia. Selain itu, teknologi juga dapat
dikatakan sebagai penerapan ilmu pengetahuan.60 Dasar
filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa
dikaji dan digali dalam al-Quran yang merupakan kitab suci

59
Mohd. Arifullah, Hubungan Sains Dan Agama (Rekonstruksi
Citra Islam Di Tengah Ortodoksi Dan Perkembangan Sains Kontemporer )
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol.2 L No. L, Juni 2006
60
Nasril Hadjar, Pengenalan Astronotika dan Teknologi Antariksa,
(Jakarta: Orsat Pemuda, t.tHal.),Hal. 241.
- 146 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

agama Islam yang banyak mengupas keterangan-keterangan


mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.61 firman Allah:

ِ ‫وعلَّمناه صْن عِا لاب وس لَّ ُكم لِتُح‬


‫صنا ُك ْم ِِّمْن باأْ ِسنا ُك ْم فا اه ْل‬ ْ ْ ُْ ‫ا ا ْ ُ ا ا‬
‫أانْتُ ْم اش ِك ُرْو ان‬
Artinya: “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat
baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)”. (QS al-Anbiya’, 21: 80).

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia


dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana
pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya
diperlukan ilmu pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa
pengetahuan ilmiah (science) tidak mengenal kata ”kekal”,
dalam arti apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata
dapat diakui kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan
ilmiah mempunyai kebenaran relatif, artinya kebenaran
datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-Quran yang
mempunyai kebenaran mutlak.62
Memang di dalam al-Quran mengandung sekian banyak
ayat-ayat yang memaparkan tentang sains dan teknologi
(Kebenaran Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta

61
Zaghlul An Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah, Terjemah,
Azni Ilham Faylasufa, (Jakarta : Amzah, 2007), Hal 87.
62
Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial,
(Jakarta : Amzah, 2007),Hal. 105.
Paradigma Pengembangan Iptek -147 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

alam di dalam al-Quran dan SunnahNya, diskripsi tentang


sejumlah fenomena alam dan hukum-hukum alam dapat
dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas logika
manusia. Atau menurut istilah yang dikenal mengenai
keajaiban al-Quran (mukjizat al-Quran).63
Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi agar dapat digali dan dikembangkan oleh manusia
yang suka berfikir untuk keperluan dalam hidupnya.64 Seperti
tersebut dalam surat al-Isyra’ (17) ayat 70 yang berbunyi :

‫َّهم‬
‫ن‬ ‫ق‬
ْ‫ز‬َّ‫ر‬‫و‬ ِ
‫ر‬ ‫ح‬ ‫ب‬‫ل‬
ْ ‫ا‬‫و‬ ِ
‫ْب‬ْ‫ل‬ِ‫ولاُ ْد اكَّرمنا نِب ءادم وَحَّْلن هم ِف ا‬
ُ ‫ا ا ْ ا ا ا ا ا ا ا ا ُ ْ اِّ ا ا ْ ِّ ا ا‬
ِ ‫ضْلنَّهم علاى اك ِش ِي ِِمَّن خلا ُْناا تا ْف‬ ِ ِ
‫ض ِيل‬ ‫ْ ْ ا‬ ‫ِّم ان الَايِِّباِ اوفا َّ ُ ْ ا‬
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al-Isra’,17: 70)

Namun di sisi lain Allah menjelaskan bahwa yang paling


mulia di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantaranya.
Hal ini tersebut dalam surat al-Hujurat, 49 ayat 13.

63
Al-Ikhwan.net, Al-Qur‟an dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu
Pengetahuan dalam Islam , Al-Ikhwan.net.com, di akses 15 Februari 2020
64
MuHal. Asnawi, dkk, Al-Quran Hadits Untuk Madrasah Aliyah
Kelas X, (Semarang: C.V. Gain & Son, 2004).Hal, 49-50.
- 148 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

‫اِ َّن أا ْكارام ُك ْم ِعْن اد هللاِ أتْ اُا ُك َّم اِ َّن هللاا اعلِْي رم اخبِْ ري‬
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS al-Hujurat, 49: 13)

Dari ayat-ayat di atas dapat difahami, bahwa manusia


perlu melengkapi dirinya dengan sains dan teknologi karena
mereka adalah pengelola sumber daya alam yang ada di bumi
akan tetapi mereka juga harus memiliki landasan keimanan
dan ketakwaan. Di antara ayat-ayat al-Quran yang juga
membahas dasar-dasar sains dan teknologi adalah surat al-
Mu'minuun ayat 12-13 yang berbunyi :

ِ ِ ِ ِ
‫ مُثَّ َج َعْلنَهم‬, ‫اولااُ ْد اخلا ُْناا ْاال نْ اس ان م ْن ُسلالاِ م ْن ط ْني‬
‫ي‬ٍ ْ ‫نمطََّفةً يِف قَرا ٍر َم يك‬
َ ْ
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). (QS. Al-Mu'minuun, 23: 12-13).

Dalam Tafsir Al-Maraghi, dijelaskan bahwa air mani


lahir dari tanah yang tejadi dari makanan, baik yang bersifat
hewani maupun nabati. Makanan yang bersifat hewani akan
berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuh-
tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi, pada

Paradigma Pengembangan Iptek -149 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

hakikatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian


saripati itu mengalami perkembangan kejadian hingga
menjadi air mani.65 Dari keterangan di atas dapat dipetik
suatu pelajaran tentang asal kejadian wujud manusia dari
mana ia berasal, dan dari hal inilah manusia dapat
mempelajari bagian dari ilmu biologi maupun ilmu
kedokteran. Demikian pula dalam surat al-Nahl ayat 66-67 :

ِ ْ‫واِ َّن لا ُك ْم ِِف ْاالانْ َّع ِم لاعِْْب اة نُّس ُِْي ُك ْم ِِِّمَّا ِِف بَُُونِِه ِم ْن با‬
‫ني‬ ْ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ت‬ ‫ ويمن ََثَر ي‬, ‫لش ِربِني‬ َّ ِِّ‫فارث ودم لَّب نا خالِصاسائِغ اا ل‬
َ ْ َ ‫ا‬ ْ ‫ْ ا ا ا ا ا ا ا‬
‫َّخ مذ ْو َن يمْنهم َس َكًر َاوير ْزق اا اح اسن اا اِ َّن‬ ‫ب تَت ي‬ ‫الن ي‬
‫َّخْي يل و ْاْل َْعنَ ي‬
َ
‫ك الءااياِ ا لِِّاُ ْوم يا ْع ُِلُْو ان‬ ِ
‫ِِف اذل ا‬
Artinya: Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-
benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu
minum dari apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya. Dan dari buah kurma dan
anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki
yang baik. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan. (QS. An-Nahl, 16 : 66-67).

65
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, yang
diterjemahkan oleh Umar Sitanggal, dkk, (Semarang: Toha Putra, 1989),Hal.
11
- 150 - Paradigma Pengembangan Iptek
Islam dan Iptek (AIK VI)

Dalam Tafsir Al-Misbah, disebutkan mengenai


bagaimana proses terjadinya susu yang ada pada binatang
ternak (unta, sapi, kambing, dan domba). Di dalam diri
hewan betina yang menyusui, terdapat kelenjar yang
memproduksi air susu. Selain menguraikan tentang susu,
dalam ayat di atas juga disebutkan tentang buah-buahan
yang selain dapat dimakan, buahnya juga bisa diproses untuk
dijadikan minuman. Dari hal tersebut, seseorang dapat
belajar tentang proses terjadinya susu, dan proses
pembuatan minuman yang dapat dihasilkan dari buah-
buahan.66
Seiring dengan kemajuan berpikir manusia dewasa ini,
ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan ini telah memasuki hampir seluruh bidang
kehidupan masyarakat modern. Hampir tidak ada satu
masyarakat pun di era ini yang sama sekali tidak tersentuh
oleh kesuksesan para ilmuwan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup
manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan
transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di
sisi lain, tak jarang Iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat
manusia.

66
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Hal. 275-277
Paradigma Pengembangan Iptek -151 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Islam tidak mernisahkan antara “ilmu agama” dan


“ilmu pengetahuan”. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan
keduanya merupakan ilmu yang diajarkan oleh Tuhan kepada
umat manusia, baik melalui Al-Quran maupun alam semesta.
Al-Quran dan hamparan alam semesta adalah sumber ilmu
bagi umat Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan
alam semesta (ayat kauniyah) merupakan pintu gerbang
untuk mengenal Allah Subhanahu wa ta’ala (makrifatullah).
Mustahil keduanya bertentangan. Kalau saat ini
ditemukan beberapa hasil ilmu pengetahuan yang
benentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan oleh
dua kemungkinan. Pertama : adanya kekeliruan dalam
rnenginterpretasi wahyu, sebab ia mempunyai nilai dasar
yang bersifat dalam dan universal yang selamanya akurat
untuk ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua :
ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat akumulatif, yakni
selamanya mengalami perkembangan, perubahan menuju
kesempurnaan. Sehingga proses itu menyebabkan ia belum
sesuai dengan nilai dasar yang ada pada wahyu.

- 152 - Paradigma Pengembangan Iptek


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB VIII
PARADIGMA ISLAM TENTANG ILMU TEKNOLOGI

A. Hakikat ilmu dalam Bidang Teknologi


Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh
dunia Barat. Sejak abad ke-18 perkembangan itu begitu
pesat ditandai dengan kehadiran revolusi industri, di bawah
naungan jiwa dan semangat Zaman Renaissance dan
Aufklarung. Bisa dipahami bahwa kebudayaan Barat pun
akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan
teknologi.
Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat
dilihat, pertama sebagai kekuatan produksi, kedua sebagai
ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai
kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari
relevansi bagi pembangunan Indonesia.
Ilmu merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan
yang sering kita telaah dan terus kita gali. Pengetahuan yang
dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang
kadang-kadang kita merasa ragu. Dorongan rasa ingin tahu
akan kepastian sesuatu yang belum kita ketahui ataupun
yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya
serta kriteria-kriteria yang dapat membedakan antara
pengetahuan-pengetahuan yang lain dengan yang bukan
ilmu. Dalam perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek
utama terhadap perkembangan teknologi serta kebudayaan.

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -153 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari


perkembangan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang
gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah (scientific method).67 Sedang teknologi
adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perkembangan Iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam,
dan mengembangkan Iptek.68
Hubungan agama dan Iptek Secara garis besar,
berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigm;69 Pertama,
paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang
agama dan Iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab,
dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan
dari kehidupan (fashl al-din ‘an al-hayah). Agama tidak
dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam
hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak
mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini

67
Jujun Suriasumantri, S. Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik. (Jakarta: PT Gramedia, 1986), hal. 52
68
Bustanudin Agus, Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial : Studi
Banding Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), Hal. 29
69
Hasan Farghal, Pokok Pikiran Tentang Hubungan Ilmu Dengan
Agama,(tt, 1994), Hal. 99- 119
- 154 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

memandang agama dan Iptek tidak bisa mencampuri dan


mengintervensi yang lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari
ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama
sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan
kaitan apa pun dengan Iptek. Iptek bisa berjalan secara
independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini
mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem.
Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara
sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya
dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan.
Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang
sama sekali dari kehidupan
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang
memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa
yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits-- menjadi qa’idah
fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di
atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu
pengetahuan manusia.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam
menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan yang
dapat diandalkan. Berfikir bukan satu-satunya cara dalam
mendapatkan pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -155 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

satunya produk dari kegiatan berfikir. Ilmu merupakan


produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah
tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir
ilmiah. Ilmu merupakan kegiatan berfikir untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara lebih
sederhana ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran.
Ilmu bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka.70
Pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi
pengetahuan. Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan
ilmiah kealaman (natural science) (Brinkmann 1971).
Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni
industrial atau sebutan singkatnya sebagai ilmu industrial.71
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
beberapa pengetahuan manusia tentang alam empiris yang
disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang
tujuan sebenarnya adalah untuk kemaslahatan manusia.
Secara historis, dapat disebutkan bahwa pada mulanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan
pada jalur yang terpisah. Dalam pertumbuhan peradaban
modern terjadi proses pembauran antara jalur ilmu dan
teknologi. Salah satu faktor yang membawa interaksi dan

70
Jujun S. Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
71
The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta :
Liberti
- 156 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

interdependensi antara ilmu dan tekonolgi adalah tuntutan


peningkatan alat-alat ukur kepastian yang sempurna untuk
pengembangan pengetahuan ilmiah, khususnya yang
berkenaan dengan ilmu-ilmu eksakta: astronomi, fisika dan
biologi. Hal ini merupakan jembatan dari pertumbuhan
antara ilmu modern dan teknologi modern.
Dengan demikian, barangkali dapat dirumuskan, titik
singgung antara ilmu dan teknologi lebih bersifat dialektis,
dan keduanya memiliki dimensi idealistas-faktual dan
teoritis-praktis. Hakikat Iptek dalam pandangan Islam yaitu:
1. Konsep Iptek dan Peradaban Muslim
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan konsekuensi dari konsep ilmu dalam Al Qur‟an
yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu adalah
menemukan sesuatu yang baru bagi masyarakat, artinya
penemuan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui
orang.72
2. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya
Walaupun daerah agama dan daerah ilmu yang nyata
terpisah satu sama lain, namun antara keduanya terdapat
hubungan yang kuat. Walaupun agama yang menetapkan
tujuan, namun agama tetap belajar dari ilmu dalam arti
yang seluas-luasnya. Alat-alat apa yang dapat membantu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi ilmu

72
Imam Mushoffa, dan Aziz.Musbikin. 2001: XII
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -157 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

hanya dapat diciptakan oleh orangorang yang jiwanya


penuh dengan keinginan untuk mencapai kebenaran dan
pengertian73
Seperti halnya kebudayaan agama sangat menekankan
makna dan signifikasi sebuah tindakan. Karena itu
sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara
kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalua
perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh
agama. Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang
seluruhnya didasarkan pada agama. Untuk sebagian
kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu pengetahuan,
moralitas secular, serta pemikiran kritis. Meskipun tidak
dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling
mempengarui.

B. Keutamaan ilmu di bidang teknologi


Perkembangan Iptek adalah hasil dari segala langkah
dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan Iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan Iptek
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam
sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan Iptek
.

73
(Endang Saifuddin Anshari, 1981: 153-154).
- 158 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

Islam mendorong umatnya untuk mengembangkan


ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Berbeda dengan
pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan
Ipteknya untuk kepentingan materiel, Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah. Selain itu Iptek juga sebagai pengabdian muslim
kepada Allah (spiritual) dan mengembangkan
amanat khalifatullah(wakil Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat
bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).
Suprodjo Pusposutardjo74 mengatakan bahwa bagi
umat Islam yang beriman kepada Alquran, belajar
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
atribut dari keimanannya. Secara jelas juga telah
ditunjukkan bahwa orang-orang berilmu akan memperoleh
pahala yang tidak ternilai di hari akhir.
Belajar dan mengembangkan Iptek merupakan bentuk
keimanan seseorang dan menjadi daya penggerak untuk
menggali ilmu. Memandang betapa pentingnya mempelajari
ilmu-ilmu lain (selain ilmu syariat, yakni Iptek) dalam
perspektif Alquran, Mehdi Golshani mengajukan
beberapa alasan.75 Pertama, jika pengetahuan dari suatu
ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan Islam

74
Suprodjo Pusposutardjo dalam tulisannya, Posisi Alquran
terhadap Ilmu dan Teknologi,
75
Mehdi Golshani dalam bukunya, The Holy Qur'an and The
Science Of Nature (2003),
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -159 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

sebagaimana dipandang oleh syariat, mencarinya merupakan


sebuah kewajiban karena ia merupakan kondisi awal untuk
memenuhi kewajiban syariat. Contohnya, kesehatan badan
bagi seseorang dalam satu masyarakat adalah penting. Oleh
sebab itu, sebagian kaum muslim harus ada yang
mempelajari ilmu mengenai pengobatan. Kedua, masyarakat
yang dikehendaki Alquran adalah masyarakat yang agung dan
mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada
nonmuslim (QS An-Nisa’: 141). Agar dapat merealisasikan
tujuan yang dibahas Alquran itu, masyarakat Islam benar-
benar harus menemukan kemerdekaan kultural, politik, dan
ekonomi
Teknologi dapat membawa dampak baik positif
maupun negatif dalam kehidupan manusia. Teknologi dapat
membawa kemajuan dan kesejahteraan pada manusia,
namun juga bisa membawa kehancuran dan kerusakan alam
semesta. Komponen ketiga dari Iptek adalah seni. Seni
adalah hasil ungkapan akal dengan segala prosesnya. Hasil
ekspresi manusia tersebut merupakan bagian dari budaya
manusia. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak
akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal
dan budi. Ada beberapa contoh pemanfaatan teknologi yang
dapat dimanfaatkan dalam pembe-lajaran PAI yaitu : 1)
teknologi audio; 2) teknologi visual; 3) teknologi visual-
audio; 4) teknologi berbasis internet. Semua itu dapat

- 160 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

digunakan GPAI dalam meningkatkan kualitas pendidikan


agama Islam.

C. Teori-Teori dalam Bidang Ilmu Teknologi


Induced Technological Change. Teori ini berpendapat
bahwa perubahan teknologi disebabkan oleh faktor-faktor
ekonomi lain, seperti perubahan faktor, permintaan dan
pertumbuhan (Dixon, 1997: 1518). Dalam teori induced
technological change, menurut Ruttan (1997:1520-1526),
ada tiga tradisi utama yang mencoba untuk
mengkonfrontasikan dampak-dampak perubahan dalam
lingkungan ekonomi terhadap perubahan tingkat atau arah
perubahan teknologi.

1. Teori Evolusioner (Evolutionary Theory)


Kekuatan model evolusioner terletak di area dimana
model ekonomi mikro induced innovation paling lemah.
Model ini menciptakan teori perilaku perusahaan untuk
memberikan deskripsi yang lebih realistik mengenai cara
bekerja di dalam “kotak hitam”. Pada awalnya model
evolusioner didominasi oleh pola-pola atau rutinitas
aktivitas produksi, aksi individu, penentuan kombinasi
produk, ekspansi pabrik, dan R & D. Pada model
selanjutnya, Nelson dan Winter mengembangkan proses
“mencari dan seleksi” yang memasukkan, setidaknya

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -161 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

secara terbatas, elemen pilihan rasional (Nelson dan


Winter, 1982:14)
Model evolusisioner memahami pasar sebagai
sesuatu yang secara sosial merupakan lingkungan
terseleksi yang mengistemewakan bertahannya jenis
teknologi tertentu (Walsh, 1993). Namun model
evolusioner lebih menekankan pada karakteristik perilaku
perusahaan (Saviotti dan Metcalf, 1991). Analisa dari
model evolusioner mewarisi komitmen Schumpeterian
secara radikal maupun inkremental mengenai perubahan-
perubahan dalam proses dan produk.76

2. Teori Jalur Ketergantungan (Path Dependence Theory)


Kekuatan model jalur ketergantungan terletak pada
pandangannya mengenai pentingnya tahapan-tahapan
spesifik dalam peristiwa historis pada tingkat mikro.
Dalam pandangan ini, teknologi yang dipilih sekarang
menjadi penghubung dan mempengaruhi dimensi masa
depan teknologi dan pengetahuan. Meskipun demikian,
konsep technological lock in, setidaknya di tangan para
praktisi yang lebih kaku, diaplikasikan hanya pada
teknologi yang mempunyai karakter skala hasil yang

Dibahas secara luas dalam R. Williams and D. Edge, 1996, “The


76

social shaping of technology”, Research Policy, Vol. 25, No. 6, September,


hal. 871-865-866.
- 162 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

meningkat. Pada industri dengan skala hasil yang konstan


atau menurun, historical lock in tidak berlaku.
3. Teori Umum Tentang Perubahan Teknologi
Ruttan (1997:1524-1526) berpendapat bahwa ketiga
pendekatan yang telah dipaparkan di atas (induced
technical change theory, evolutionary theory, dan path
dependence theory) sedang mendekati jalan buntu.
Menurutnya, diperlukan suatu “jembatan” untuk
menghubungkan tiga pendekatan yang terpisah untuk
meningkatkan pemahaman mengenai sumber-sumber
perubahan teknologi. Menurut Ruttan, ada beberapa
langkah untuk membuat teori umum mengenai perubahan
teknologi, yaitu:
a. Langkah pertama adalah mengintegrasikan model
dorongan faktor dan model dorongan permintaan.
b. Langkah kedua adalah mengintegrasikan model
dorongan perubahan teknologi dan model jalur
ketergantungan. Dari perspektif historis, isunya
diletakkan pada bagaimana elastisitas substitusi
berubah sepanjang waktu dalam merespon perubahan
sumber daya endowmen atau harga faktor relatif, dan
bagaimana ketergantungan jalur perubahan teknologi
terhadap kondisi awal ketika suatu “pintu gerbang
teknologi” muncul.
c. Langkah ketiga adalah mengintegrasikan antara teori
dorongan perubahan teknologi, teori jalur

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -163 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

ketergantungan, dan teori perdagangan internasional.


Faktor endowmen relatif memainkan peranan penting
dalam teori perdagangan Heckscher-Ohlin dan teori
dorongan perubahan teknologi. Di bawah asumsi H-O
masing-masing negara mengekspor komoditi yang
intensif faktor berlimpah. Dorongan perubahan
teknologi bertindak untuk membuat faktor yang langka
lebih berlimpah.
d. Pandangan Neo-Klasik Tentang Teknologi
Ekonom Neo-klasik mempunyai pendekatan
“instrumental” dalam mengamati teknologi. Mereka
cenderung berasumsi bahwa teknologi dapat dipesan
kapan saja diminta oleh pasar (Coombs et al., 1987).
Dalam pandangan neo-klasik, pengembangan teknologi
dianggap mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan
tersedia bagi siapa saja. Mereka mengabaikan
keterputusan inovasi. Bentuk dan isi teknologi tidak
mendapat perhatian yang detil oleh ekonom neo-klasik
(David, 1975; Coombs et al., 1987; MacKenzie, 1992;
Lundwall, 1993; Rosenberg, 1994).
e. Pendekatan Sejarah Tentang Teknologi
Pendekatan sejarah menekankan pada ketidaksamaan
proses perkembangan industri dan teknologi,
keterputusannya, serta perubahanperubahan
kualitasnya. Perubahan-perubahan dalam teknologi-
teknologi dasar telah memainkan peranan kunci dalam

- 164 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

pendekatan sejarah, misalnya oleh Freeman yang


menggunakan kerangka ‘post Schumpeterian’.
Sebagian besar studi dengan pendekatan sejarah
dilakukan pada tingkat yang sangat umum, mencoba
menerangkan pola jangka panjang dalam inovasi dan
aktivitas ekonomi (Freeman et al., 1982; Perez, 1983).
Untuk menerangkan pola-pola dalam bentuk
pergeseran paradigma teknoekonomi, terutama gagasan
Kuhnian tentang ‘paradigma’, pendekatan sejarah
meminjam ide dari ilmu sosiologi Analisa sejarah
mengenai teknologi menekankan pada interaksi antara
penawaran (yaitu “dorongan ilmiah”) dan permintaan,
yang dipahami sebagai proses yang saling kontradiktif dan
bukan yang satu menentukan yang lain.77
a. Evolutionary Model Of Innovation Model inovasi
evolusioner memahami pasar sebagai sesuatu yang
secara sosial merupakan lingkungan terseleksi yang
mengistemewakan bertahannya jenis teknologi
tertentu (Walsh, 1993). Model evolusi lebih
menekankan pada karakteristik perilaku perusahaan
(Saviotti dan Metcalf, 1991). Analisa dari model inovasi
evolusioner mewarisi komitmen Schumpeterian secara

77
Nathan Rosenberg, 1982, Inside the Black Box; Technology and
Economics, New York, cambridge University Press, 247, dikutip dari
Jonathan Eaton and Samuel Kortum, 1999, “International Technology
Diffusion: Theory and Measurement”, International Economic Review, Vol.
40, No. 3, hal. 537-538.
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -165 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

radikal maupun inkremental mengenai


perubahanperubahan dalam proses dan produk.
b. Social Shaping Of Technology Pendekatan social
shaping of technology (SST), sebagaimana dijelaskan
oleh Williams dan Edge (1996: 871, 865, 868), sangat
kontras dengan pendekatan tradisional yang hanya
membahas dampak dari perubahan teknologi.
Pendekatan SST menguji isi dari teknologi dan proses-
proses tertentu yang terlibat dalam inovasi. Di samping
itu, para penganut pendekatan SST melakukan
eksplorasi serangkaian faktor-faktor yang membentuk
pola desain dan implementasi dari suatu teknologi,
misalnya faktor organisasi, politik, ekonomi dan
budaya. Manfaat dari pendekatan ini adalah
menawarkan pemahaman hubungan antara kemajuan
ilmiah, inovasi teknologi dan ekonomi serta kehidupan
sosial.
c. Teori Perdagangan Berorientasi Teknologi
Dua dekade terakhir berkembang teori perdagangan
berorientasi teknologi untuk menjelaskan pola
perdagangan dan investasi di industriindustri tertentu
dimana perbedaan teknologi sangat penting. Secara
umum teori ini menekankan pada perubahan teknologi
dan akibatnya terhadap pola perdagangan produk-
produk baru. Berikut ini akan diuraikan tiga model
perdagangan berorientasi teknologi yang dikemukakan

- 166 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

oleh Posner (1961), Hirsch (1967), dan Vernon (1966). 78


Berikut ini akan dipaparkan perkembangan teori
perdagangan berorientasi teknologi menurut tulisan
Deardorff (1996: 493-495).
1) Posner: Model Kesenjangan Teknologi Posner
(1961) tergolong yang pertama yang secara teoritis
berusaha menerangkan pola perdagangan dari sisi
kemajuan teknologi. Model kesenjangan teknologi
yang diciptakan Posner merupakan generalisasi dari
model Ricardian. Perdagangan berlangsung karena
perbedaan antar negara dalam hal teknologi. Model
Posner merupakan hasil pengamatan Posner tentang
proses dinamis perkembangan suatu produk, yang
dijelaskan sebagai berikut. Selama proses dan
produk baru terus-menerus dikembangkan, negara
dimana inovasi tersebut berlangsung untuk
sementara waktu akan menikmati keuntungan dari
kemajuan teknologi dibanding negara mitra
dagangnya. Keunggulan ini akan berakhir ketika
teknologi baru ini ditiru negara lain, dan sebelum
teknologi baru ini ditiru negara lain, negara yang
melakukan inovasi dapat mengekspor produk baru
tersebut meskipun tidak mempunyai basis

78
Alan V. Deardorff, 1996, “Testing Trade Theories and Predicting
Trade Flows”, dalam R.W. Jones and Peter B. Kenen (eds.), Handbook of
International Economics, International Trade, Elsevier, Amsterdam, hal.
493-495
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -167 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

keunggulan komparatif dari segi faktor endowmen


maupun intensitas
2) Faktorhirsch: Siklus Teknologi Hirsch (1967), yang
mengikuti pemikiran Kuznets (1953), berpendapat
bahwa produk-produk baru akan melewati suatu
siklus perubahan sistematis dalam teknologi.
Produk-produk baru pada awalnya membutuhkan
sejumlah besar tenaga kerja terampil untuk
produksi dan perkembangannya. Setelah ada
sejumlah permintaan yang lebih besar, produk
memerlukan teknik produksi yang lebih intensif
kapital. Pada akhirnya ketika produk menjadi
dewasa dan standar, proses produksi menjadi rutin
dan tenaga kerja yang kurang terampil dapat
memainkan peranan yang lebih besar. Hirsch juga
menerangkan lokasi produksi dengan
mengaplikasikan teorema Hecksher-Ohlin pada
siklus tersebut untuk produk yang baru, tumbuh dan
dewasa.
3) Vernon: Model Siklus Produk Raymon Vernon
berpijak pada teori keunggulan komparatif untuk
menciptakan hipotesanya sendiri, yaitu hipotesa
“siklus produk”. Menurut Vernon, pembuat produk-
produk baru harus berada dekat dengan pasar
sehingga mendapatkan keuntungan berupa umpan
balik dari konsumen, yang bermanfaat dalam

- 168 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

modifikasi produk dan pelayanan. Vernon


menekankan bahwa inovasi itu sendiri dibantu oleh
kedekatan dengan siapa yang yang membutuhkan
inovasi. Jadi, baik inovasi maupun produksi
cenderung akan dikonsentrasikan di negara-negara
dimana diketahui ada kebutuhan dan keinginan
baru.
Hipotesa Vernon ini mempunyai implikasi inovasi
produk-produk baru cenderung akan muncul di negara-
negara yang pendapatannya relatif tinggi di mana
kemungkinan besar terdapat pasar yang potensial. Di
negara-negara yang mempunyai konsumen dengan
pendapatan yang relatif tinggi, permintaan konsumen
menjadi lebih terdiferensiasi dan hal ini dapat
mendorong inovasi produk-produk baru. Sebaliknya,
munculnya produk-produk yang baru dapat
merangsang keinginan masyarakat untuk membeli.
d. Arah Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi mengalami percepatan terus-
menerus pada dekade 1980 dalam tiga arah, yaitu:
1) Perbaikan aplikasi yang ada, misalnya lebih cepat,
lebih murah, dsb;
2) Ekspansi ke dalam aplikasi barumisalnya dari pabrik
ke desain, logistik, distribusi, perencanaan, dan
rantai suplai; dan

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -169 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

3) Customising, yaitu versi tepat guna dari teknologi


manufaktur maju menjadi tersedia untuk sektor-
sektor tertentu, sesuai ukuran perusahaan dan
rentang harga (J. Bessant, 1991; Bessant dan Rush,
1995: 104).79

Menurut Acemoglu arah perubahan teknologi


ditentukan oleh ukuran pasar. Jika pekerja terampil lebih
banyak tersedia, pasar untuk teknologi yang bersifat
pelengkap ketrampilan menjadi lebih besar. Implikasinya,
lebih banyak penemuan-penemuan di bidang teknologi
yang melengkapi ketrampilan, dan teknologi baru akan
bersifat melengkapi ketrampilan (Acemoglu, 1998: 1082).
Zoseph Zeira (1998: 1092) lebih menekankan faktor upah
dan suku bunga sebagai penentu jenis teknologi yang
dipilih. Upah yang lebih tinggi akan mendorong adopsi
teknologi industri, karena dapat menghemat tenaga
kerja, sedangkan tingkat upah yang lebih tinggi akan
mengurangi adopsi teknologi.
Dengan demikian, dukungan teknologi informasi
terhadap teknologi pembelajaran diperlukan untuk dapat
menjangkau peserta didik di manapun mereka berada dan

79
J. Bessant, Managing Advanced Manufacturing Technology: the
Challenge of the Fifth Wave, NCC-Blackwell, Manchester, 1991, dikutip dari
J. Bessant and HAL. Rush, 1995, “Building bridges for innovation: the role
of consultants in technology transfer”, Research Policy, Vol. 24, No. 1,
January, hal. 104.
- 170 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

kapan saja karena jarak geografis dan waktu bukan


merupakan kendala utama.
Dukungan atau kontribusi teori teknologi informasi
dalam teknologi pendidikan ini mencakup aspek
infrastruktur informasi dan telekomunikasi, sumber daya
manusia dan acuan/produk hukum telematika sehingga
dapat berperan untuk membelajarkan manusia dengan
mengembangkan dan atau menggunakan aneka sumber
belajar. Pengembangan sistem pembelajaran dengan
internet dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu sebagai
berikut:
a. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah
ada, seperti e-mail, Internet Relay Chat (IRC),
world wide web (WWW), search engine, milis (miling
list) dan File Transfer Protocol (FTP).
b. Menggunakan software pengembang program
pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan
Web-Course Tools, yang di antaranya bisa didapat
secara gratis ataupun dengan membelinya. Ada
beberapa vendor yang mengembangkan Web-Course
Tools seperti WebCT , Webfuse, TopClass , dan
lainlain.
c. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan ( tailor-made ), dengan
menggunakan bahasa pemrograman seperti Active
Server Pages (ASP) dan lain-lain.

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -171 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

D. Ilmu untuk Kemaslahatan Umat


Al-Qur’an merupakan pedoman yang abadi untuk
kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng
pertahanan syari’at Islam yang utama serta landasan sentral
bagi tegaknya aqidah, ibadah, mu’amalah dan akhlakul
karimah.80 Dengan kata lain, alQur’an dapat menjamin
terciptanya kemaslahatan hidup serta azas untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
karena al-Qur’an adalah petunjuk ke jalan yang benar dalam
segala aspek kehidupan. Firman Allah swt. menyebutkan
sebagai berikut:

..‫أن هذا الُرءان للّت هى أقوم‬


Artinya: “Sungguh, al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan)
yang paling lurus ....” (Q.S. Al-Israa’/17: 9)
Dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan: “Bahwa al-
Qur’anul-Karim membimbing penganutnya kepada jalan yang
paling lurus. Yaitu, agama yang benar dan ajaran lempang
yang mudah, dengan tonggak-tonggaknya yang tangguh,
yaitu tunduk kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya.”81 Dari
ayat tersebut dapat diketahui bahwa al-Qur’an yang
diturunkan Allah swt. kepada Rasulullah saw. melalui
malaikat Jibril tidak hanya tulisan tanpa makna namun ada

Sya’ban Muhammad Ismail, Mengenal Qira-at al-Qur’an, terj.


80

AgilHusin Al-Munawar, dkk, Semarang: Dina Utama, 1993, Hal. 3


81
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz15., terj.
Hery Noer Ali, Semarang: Toha Putra, 1993, Hal. 25
- 172 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

makna yang mendalam karena al-Qur’an kalam Ilahi


pembimbing bagi penganutnya, pedoman dan petunjuk bagi
umat manusia kepada jalan yang paling lurus.
Al-Qur’an tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan- Nya saja, tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.82 Kitab suci al-Qur'an, terdiri dari 30 juz,
“114 surat dan 6236 ayat” yang diturunkan selama “dua
puluh dua tahun dua bulan dan dua puluh dua hari
lamanya”.83Mengingat pentingnya al-Qur’an bagi umat
manusia, maka mereka dituntut untuk mengkaji, memahami,
dan menghayati sekaligus mengamalkannya dalam segala
aspek kehidupan.
Al-Qur’an terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi
pedoman, petunjuk dan pelajaran bagi siapa yang
mempercayai serta mengamalkannya. Karena itu setiap
orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta
kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk
mempelajarinya, memahaminya serta mengamalkan dan
mengajarkannya. Setiap insan diwajibkan untuk
mengajarkan al-Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga, dan
orang lain. Disamping itu juga harus memikirkan,
merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam

82
Choiruddin Hadhiri S.P., Klasifikasi Kandungan al-Quran,
Jakarta: Gema Insani Press, 1993, Hal. 25
83
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur'an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011, Hal. 43-48
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -173 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka


tentunya harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar. Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an, tentunya
sulit untuk mempelajari dan memahami alQur’an.
Membaca al-Qur'an merupakan ibadah dan amalan
yang sangat mulia. Karena membaca al-Qur’an akan
mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya
merupakan kitab suci Ilahi. Al-Qur'an adalah sebaik-baik
bacaan bagi orang Islam. Dalam ajaran Islam, bukan
membaca al-Qur'an saja yang menjadi amalan yang
mendatangkan pahala dan rahmat, tetapi mendengarkan
bacaan alQur'an pun akan menjadi amalan shaleh. Firman
Allah swt. dalam al-Qur'an menyebutkan sebagai berikut:

‫واذاقرئ الُرءان فا ستمعواله وأنصتو لعلكم تر َحون‬


Artinya: “Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka
dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat”.
(Q.S. al-A’raaf/ 7: 204)
Dari sini dapat diketahui bahwa Islam itu sangat indah,
hanya dengan mendengarkan bacaan al-Qur’an dengan
penuh perhatian dan dengan penghayatan yang mendalam,
seseorang mendapatkan rahmat dan manfaat-manfaat yang
besar berupa ketenangan jiwa yang resah dan meluluhkan
hati yang keras serta mendapat hidayah. Mendengarkan
bacaan al-Qur’an saja sudah mendapat rahmat dari Allah
swt. apalagi membaca dan mempelajarinya akan

- 174 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

mendatangkan kebahagiaan di dunia juga di akhirat.


Membaca dipandang sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Membaca adalah kemampuan yang paling mendasar yang
harus dimiliki seseorang untuk memperoleh wawasan
keilmuan.
M. Quraish Shihab dalam bukunya menyatakan bahwa:
“perintah membaca merupakan sesuatu yang paling berharga
yang pernah dan dapat diberikan kepada umat manusia.
Membaca dalam aneka maknanya adalah syarat pertama dan
utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta syarat
membangun peradaban”.84
Kemampuan membaca al-Qur’an sangatlah
dibutuhkan bagi anak dalam rangka memberi bekal untuk
dapat menjadi pembuka jalan dan sebagai pengantar bagi
ilmuilmu selanjutnya.
Pendidikan al-Qur’an merupakan fondasi seluruh
kurikulum pendidikan di dunia Islam, karena al-Qur’an
merupakan syiar agama yang mampu menguatkan aqidah dan
mengokohkan keimanan. Oleh karena itu, perlu adanya
penanaman kecintaan dan ketertarikan terhadap al-Qur’an.
Seiring dengan kewajiban pendidikan anak dalam
membaca al-Qur’an, maka lembaga pendidikan turut andil
dalam memberikan solusinya. Karena itu dibentuklah wadah
pendidikan al-Qur’an yaitu Taman Pendidikan al-Qur’an

84
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an, Jakarta: Mizan, 1998,
Hal. 6
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -175 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

(TPQ) dengan berbagai metode yang ditawarkan dalam upaya


memudahkan anak untuk mengenal dan memahami bacaan
al-Qur’an. Semakin pesatnya perkembangan dan kemajuan
dalam bidang pendidikan serta adanya tantangan zaman
sekaligus kebutuhan masyarakat untuk belajar al-Qur’an
maka banyak bermunculan metode praktis dalam belajar al-
Qur’an. Seperti metode Iqro’ yang diterapkan di TPQ
Mujahidin Pegulon Kendal.

E. Ilmu Teknologi dalam Perspektif Islam


Sudah menjadi hal yang umum bahwa agama yang
identik dengan kesakralan tidak sejalan bahkan
bertentangan dengan Iptek yang notabene selalu
berkembang pesat. Namun, pemikiran ini tidak berlaku lagi
ketika agama-agama tidak hanya dilihat dari ritualitas belaka
namun melihat nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.
Allah SWT, menciptakan alam semesta dengan
karakteristik khusus untuk setiap ciptaan itu sendiri. Sebagai
contoh, air diciptakan oleh allah dalam bentuk cair,
mendidih apabila dipanaskan 100 C pada tekanan udara
normal, menjadi es bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri itu
sudah melekat pada air sejak diciptakannya air tersebut,
kemudian manusia memahami ciri-ciri tersebut.
Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang
dinamakan ‘’sunnatullah’’. Dari Al-Qur’an banyak sekali yang

- 176 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

mememrintahkan manusia untuk memperhatikan, mengkaji,


dan meneliti ciptaan Allah.
Allah SWT, telah memberikan isyarat tentang ilmu,
baik dalam bentuk uraian, maupun dalam bentuk kejadian.
Contohnya seperti kasus mukjizat para rasul. Manusia yang
berusaha meningkatkan daya keilmuwannya mampu
mengangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga
teknologi ilahiyah yang diluar batas kemampuan manusia
dapat ditranformasikan menjadi teknologi yang dapat
diterima manusia.
Dari sini dapat diketahui bahwa dalam Islam, ilmu
pengetahuan dan teknologi digunakan sebagai sarana untuk
mengenal Allah dan melaksankan perintah allah sebagai
khalifah di muka bumi. Sehingga sains tersebut harus
membawa kemaslahatan kepada ummat manusia pada
umumnya dan umat muslim pada khususnya.
Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh Islam
manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika
penggunaan hasil Iptek akan melalaikan seseorang dzikir dan
tafakkur, serta mengantarkan kepada rusaknya nilai-nilai
kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak,
melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan
diarahkan dalam menggunakan teknologi. Dan apabila Iptek
sejak semula diduga dapat menggeserkan manusia dan jati
diri dan tujuan penciptaan, maka sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh Islam.

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -177 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Dalam perspektif Islam, Ilmu pengetahuan, Teknologi


dan Seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang
telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi
gemilang dalam pengembangan Iptek, pada hakikatnya tidak
lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah
itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau
menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam
hukum Allah). Seharusnya temuan-temuan baru di bidang
Iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri pada
Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
Sumber pengembangan Iptek dalam Islam adalah wahyu
Allah. Iptek yang Islami selalu mengutamakan dan
mengedepankan kepentingan orang banyak dan
kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu Iptek
dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.85

F. Penerapan Ilmu Teknologi Berbasis Sunnatullah dan


Qadarullah
Hukum sunnatullah atau kausalitas (sebab akibat) pada
dasarnya telah muncul seumur dengan peradaban manusia,
bahkan seusia dengan alam ini dan realitas eksistensi itu
sendiri. Manusia sebagai makhluk yang berakal berupaya
mencari sebab-sebab dari setiap kejadian. Dengan
mengetahui sebabnya berarti memahami akar dan sumber

85
Wahyuddin,dkk, Pendidikan Agama Islam (untuk perguruan
tinggi), Grasindo,2009,Hal.83
- 178 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

akibat atau kejadian.Sunnatullāh dapat diartikan sebagai


cara Allah memperlakukan manusia, yang dalam arti luasnya
bermakna ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Allah
yang berlaku untuk alam semesta (Hidayat, 1996). Dengan
demikian, sunatullah adalah ketentuan Allah. Suatu
ketentuan hukum Logika yang mempunyai hubungan sebab
akibat dalam kajian ilmiah (Scientific) disebut dengan hukum
alam.
Berdasarkan konsep tersebut di atas, sunnatullah
merupakan hukum yang ditetapkan Allah yang bersifat fitrah,
yakni tetap dan otomatis, untuk mengatur mekanisme alam
semesta sehingga dapat menjadi pedoman bagi manusia
dalam beribadah kepada Allah selaku hamba-Nya dan dalam
mengelola alam semesta selaku khalifatullah, guna
mewujudkan maslahat bagi kehidupan manusia dan
menghindari mafsadat. Sunnatullah merupakan hukum
ciptaan Allah yang paling awal sebelum Allah menciptakan
manusia dan menurunkan syariah-Nya.86
Dalam konsep Islam, Allah adalahal-Khaliq
(Pencipta),Sedangkan manusia dan alam semesta adalahal-
Mahluq (yang diciptakan).Allah menciptakan manusia dan
alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu,atau
istilah Al-Qur‟an dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah yang

86
Mu’adz,dkk. Islam dan Ilmu Pengetahuan (buku ajar AIK 4),
Umsida Press, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo:2016, Hal.8
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -179 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

menciptakan maka Allah pulalah yang mengetahui (al-Alim)


segala karakteristik dan sifat makhluk ciptaanNya.
Dengan demikian hanya Allah yang berhak membuat
dan menentukan hukum (aturan) yang berlaku bagi makhluk-
Nya sesuai dengan fitrahnya.Menurut bahasa, sunnatullah
berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah
yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan
hidup.Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah
sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-
ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap
alam dan berjalan secara tetap dan teratur.Adapun
hukum/aturan Allah (sunnatullah) dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa
wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau
dibukukan, yaitu Al-Qur‟an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak
tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam.
Contohnya, matahari terbit di ufuktimur dan tenggelam di
ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu
:kedua-duanya berasal dari Allah swt, kedua-duanya dijamin
kemutlakannya, kedua-duanya tidak dapat diubah atau
diganti dengan hukum lainnya.
Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang

- 180 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

beriman dan beramal saleh, pasti akanmendapat balasan


pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan,
keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada
di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang
ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi
tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.
Ketika kita menyaksikan temuan baru dalam bidang
IPTEK sampai saat ini senantiasa menambah bukti ilmiah
akan kebenaran yang difirmankan Allah SWT dalam Al
Qur’an. Oleh karena itu dengan dasar uraian tersebut diatas,
dapatlah diambil kesimpulan bahwa beramal shaleh sebagai
kata kunci perintah Allah SWT. untuk beribadah kepada Allah
SWT. dalam wujud memakmurkan bumi, hendaknya
didasarkan pada sunnatullah yaitu sebuah hasil karya iman
dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, khususnya yang
berlandaskan sunnatullah qauliyah maupun kauniyah.
Tanpa iman dan ilmu pengetahuan berbasis
sunnatullah qauliyah (firman Allah, Al Qur’an)yang memadai,
hampir tidak mungkin kita membayangkan sukses dunia dan
akhirat dalam beramal shaleh secara menyeluruh dan
efektif, terutama berbasis pada sunnatullah yang
diwahyukan. Kewajiban belajar untuk kebahagiaan dunia
dan akhirat bagi kaum beriman adalah merupakan kewajiban
seumur hidup, sampai liang lahad. Petunjuk ayat-ayat
tersebut sejalan dengan prinsip umum yang diterima oleh
para Ilmuwan, (Perlman, Science Without Limits, 1995 dan

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -181 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Horgan, The End of Science, 1997) sekaligus mengacu pada


petunjuk Al Qur‟an dan As Sunnah, terdapat prinsip
pengembangan IPTEK pemberdayaan Mustahik berbasis
sunnatullah sebagai berikut :
1. Prinsip pertama: Bahwa sunnatullah adalah kita yakini
sebagai ciptaan Allah SWT, yang berukuran, tidak
berubah-ubah dan obyektif.
2. Prinsip kedua: Ada tatanan alam yang teratur di dunia , baik natural
maupun sosial. Kata Einstein, bahwa Tuhan menciptakan alam ini
bukan seperti melempar dadu.
3. Prinsip ketiga : Merupakan pendekatan ilmiah ketiga, yaitu
bahwa dunia ini adalah tertata menurut ukuran (qadar kauniyah)
tertentu secarama tematis , baik geometrik, aljabar maupun
statistic.
4. Prinsip keempat: Bahwa tatanan natural maupun social bersifat
sederhana mengikuti prinsip parsimony, tidak rumit dan bersifat
global.
5. Prinsip kelima: Merupakan pendekatan ilmiah kelima, yaitu bahwa
keberadaan dunia natural maupun social mengikuti prinsip
kausalitas segala sesuatu memiliki ukuran dan terjadi menurut
sebabnya Qur’an, Al-Kahfi,18:84-85
6. Prinsip keenam: Prinsip adanya perubahan (Qs, Ar Ra’d, 13: 11) yang
diarahkan oleh Allah SWT. Merupakan prinsip keberadaan fenomena
natural maupun social yang keenam. Contah air bisa berubah
menjadi padat ketika suhu nol derajad, atau menjadi uap ketika

- 182 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

suhunya 100 derajad. Rumput yang hijau menjadi hitam pada


tingkat kekeringan tertentu.
7. Prinsip ketujuh : Adanya kesatuan alam dasar, kita yakini karena
alam natural maupun social diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa
(Satu). Rumput yang hijau menjadi hitam dalam satu keadaan.
8. Prinsip kedelapan: Adanya fenomena paradox, seperti perilaku
natural dan social pada kondisi tertentu memiliki perilaku
kontinyuitas namun pada kondisi tertentu lainnya memiliki perilaku
diskontinyuitas (deskrit). Atau kondisi deterministic (matematis)
versus probabilitas (statistic). Dan selanjutnya antara rumput yang
hijau kemudian menjadi warna hitam (Ingatriwayat paradoks,
pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa, Al Kahfi, 18 : 60 -
82).
Dengan dasar delapan prinsip sunnatullah qadar
kauniyah tersebut, sunnatullah yang tersedia dalam ayat
qauliyah dan kauniyah akan dapat dijelaskan fenomenanya
di alam, untuk selanjutnya dapat disusun menjadi
dasar mengembangkan IPTEK berbasis sunnatulllah.
Berikut informasi global tentang adanya sunnatullah di
alam jagat raya ini. Hasil penelitian saat ini menunjukkan
bahwa telah terjadi ketidakseimbangan CO (emisi carbon)
setelah lebih dari 50 tahun (adati merespon puluhan tahun)
, sebagai akibat kemajuan penggunaan teknologi
industrilisasi yang telah menghasilkan dampak polusi udara
yang menimbulkan pemanasan bumi, yang berlanjut
kepemanasan laut, yang berdampak pada kehidupan biota di

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -183 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

laut , juga hujan asam, karena perilaku merusak yang


dilakukan oleh manusia (industry).
Saat ini akibat tersebut telah terasa dalam keseharian
kita berupa “perubahan iklim global”, termasuk semakin
naiknya tinggi permukaan laut kita. Tentu saja untuk
mendalami hubungan sebab-akibat tersebut adalah
merupakan temuan IPTEK yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Hukum alam tersebut bersifat objektif dan berlaku pada
alam, kita suka atau tidak suka. Ini contoh kecil tentang
sunnatullah kauniyah. Allah SWT. Telah menyediakan alam
ciptaannya untuk kita kaji dan kita pelajari, kemudian
menghasilkan IPTEK dengan time response yang panjang
(setelah puluhan tahun).87
Sedangkan Takdir (qadar) adalah perkara yang telah
diketahui dan ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu
yang akan terjadi hingga akhir zaman.

G. Ayat Al-Qur’an dan Hadits yang Relevan dengan Bidang


Ilmu Teknologi
1. Al-quran itu merupakan relevan dengan ilmu pengetahuan
(sains) yang saat ini sangat pesat Relevansi ayat Al-Qur’an
dan Sains berkembang.88 Berdasarkan kajian ilmuwan

87
Prof. Dr. Oemar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta:
1995
88
Amin Abdullah, dkk, Integrasi Sains-Islam Mempertemukan
Epistemologi Islam dan Sains, Pilar Religia, yogyakarta: 2004, Hal.12
- 184 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi
Islam dan Iptek (AIK VI)

bahwa tidak kurang 750 ayat Al-Qur'an yang berbicara


tentang sains dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa
seorang muslim tidak hanya diwajibkan memahami
keilmuan agama, namun juga sains harus diperhatikan.
Berikut beberapa ayat Al-Quean yang berbicara struktur
keilmuan Islam dan berbicara tentang sains dan teknologi.
a. Al-Qur'an dan Hadits sebagai grand theory keilmuan
Allah SWT berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 109:

‫قل لو كان البحر مدادا لكلمت رىب لنفد البحر‬


.‫قبل أنتنُد كلمت رىب ولو جئنا ِبشله مددا‬
Artinya: Katakanlah: "Sekiranya lautan menjadi tinta
untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)".
Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu
(dharuriyyah; benar, salah), bagaimana ilmu
diproduksi (hajiyah; baik,buruk), dan tujuan-tujuan
ilmu (tahsiniyah; manfaat, merugikan). Ilmu yang lahir
dari induk Agama akan menjadi ilmu yang bersifat
objektif. Maka, ilmu yang dihasilkan oleh orang
beriman, adalah ilmu untuk seluruh umat, bukan untuk
salah satu pengikut Agama.
b. Alam Semesta (afaq) sebagai objek keilmuan Allah
berfirman dalam Q.S. Fushshilat ayat 53 Artinya: Kami
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -185 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
c. Anatomi Tubuh dan Bedah Secara khusus memang tidak
ada di dalam Alquran yang membicarakan tentang
anatomi tubuh dan bedah. Namun oleh para kalangan
ulama tafsir melakukan intrpretasi dan ta’wil terhadap
ayat yang terdapat dalam surah Alam Nasyrah ayat 1-3
yang mengisyaratkan untuk melaksanakan praktek
pembedahan terhadap anggota tubuh untuk
menghilangkan penyakit yang dal di dalamnya. Ayat
tersebut adalah sebagaimana di bawah ini:

َ َ َ‫ََأ َأ َ أ َ َ َ أ َ َ َ َ َ أ‬
َ‫نك و أز َرك‬
ِ ‫ ووضعنا ع‬١ ‫ألم نۡشح لك صدرك‬
َ َ ‫أ‬ َ َ َ َ َّ
٣ ‫ ٱَّلِي أنقض ظهرك‬٢
Artinya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu dan Kami telah menghilangkan daripadamu
bebanmu, yang memberatkan punggungmu"
Ayat di atas diperkuat juga dengan kisah yang
angkatnya berlari-lari dan meberitahukan kepada
orang tua angkat Nabi bahwa ada dua orang yang
berpakain putih memegangi Nabi Muhammad SAW, lalu
membaringkannya kemudian membelah perutnya dan
mengaduk-ngaduk isinya. Orang tua asuh Nabi
bergegas untuk menemuinya dan mendapatinya dia
dalam keadaan wajah yang pasi (kelihatan pucat).

- 186 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

Kemudian orang tua asuh Nabi menanyainya tentang


hal apa yang telah terjadi. Lalu Nabi berkata "ada dua
orang yang berjubah putih datang dan membaringkan
aku serta mebedah perutku, memcari-cari sesuatu di
dalamnya yang tidak aku ketahui".89 Sebagaimana ayat
yang dikutip di atas sangat relevan dengan peristiwa
pembelahan perut Nabi. Mungkin inilah yang telah
mendorong pengobatan dengan teknik bedah serta
merangsang kajian tentang anatomi tubuh manusia
pada masa-masa awal peradaban Islam.
Kemungkinan besar, kisah ini pun telah
mendorong para dokter untuk mencoba
mempraktekkan pengobatan jenis tersebut. Satu hal
yang unik, baju yang dikenakan/ dilambangkan sebagai
dokter saat ini adalah dengan seragam putih, hal ini
sangat relevan dengan pakaian putih dua malaikat
waktu membedah perut Nabi Muhammad SAW.
Hal ini juga tidaklah mengherankan jika kita
mendapati sejumlah catatan sejarah bahwa dokter
terkenal seperti Ibnu Sina dan intelektual muslim
lainnya yang melakukan dan mengembangkan teknik
bedah tersebut.
1) Astronomi, ayat al-Quran yang meyinggung antara
itun tentang: langit dan bumi tak bertiang (QS. (13):

89
Afzalul rahman,ensiklopediana ilmu dalam al-quran, PT.Mizan,
Bandung:2007), Hal.381
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -187 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

2- 3, QS. Al-Nazi'at, (79): 28), keteraturan dan


keseimbangan (QS. Ibrahim, (14): 33, QS. A1-
Rahman, (55): 5, gerakan benda-benda samawi yang
ada dalam garis edarnya (QS. Yasin, (36): 38-40, QS.
Yunus, (10): 5-6).
2) Fisika, al-Qur'an menyinggung tentang sifat cahaya
bulan dan matahari (QS. A1-Furqan, (25): 61, QS.
Yunus, (10): 5- 6), fungsi cahaya dalam berbagai
medan (QS. A1-Hadid, (57): 13, QS. Al-Tahrim, (66):
8, QS. AI-Taubah, (9): 32), tenaga panas atau kalor
(QS. Al-Kahfi (18): 96, QS. (13): 17, QS. A1-Rahman,
(55): 35), tenaga listrik (QS. Al-Baqarah, (2): 19-20,
QS. Al-Ra'd, (13): 12-13).
3) Matematika, al-Qur'an menyinggung tentang
pengetahuan angka-angka (QS. Al-Kahfi (18): 11-12,
QS. Al-Kahfi (18): 9), perkalian dan perhitungan
bilangan (QS. Maryam, (19): 84, QS Maryam, (19):
94-95).
4) Geografi, al-Qur'an menyinggung tentang fungsi
gunung yang mengokohkan gerakan bumi dan
mempertahankan dalam posisi mantap (QS. A1-
Naml, (27): 61, QS. A1-Nahl, (16): 15), kegunaan
hutan dan tumbuhan (QS. A1-Naml, (27): 60, QS.
A1-Nahl, (16): 10), pergantian musim (QS. Yunus,
(10): 5-6), air tawar dan asin menjadi satu dan

- 188 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

tetap berpisah di lautan lepas (QS. AlFurcian, (25):


53).
5) Zoologi, al-Qur'an menyinggung tentang proses
pembiakan binatang (QS. Al-Najm, (53): 45-46, QS.
Al-Zukhruf, (43): 12, QS. Al-An'am, (6): 142- 144),
masyarakat binatang (QS. Al-An'am, (6): 38),
perilaku binatang lebah, laba-laba, semut dan
burung (QS. Al-Nahl, (16): 68-69, QS. Al-Ankabut,
(29): 41, QS. Al-Naml, (27): 18).9:490
2. Relevansi antara Hadits dan Sains
Jika kita mencoba untuk menulusuri Hadits-Hadits
Nabi SAW, maka kita akan temukan sangat banyak dari
Hadits-Hadits tersebut yang memiliki keterkaitan secara
langsung dengan ilmu pengetahuan, baik itu yang
berkaitan dengan ilmu kesehatan dan kedokteran, atau
hasil-hasil riset ilmiyah yang sangat berkembang pada
teknologi, ataupun juga pada prediksi masa depan yang
sudah terbukti secara ilmiah oleh para ilmuan hari ini.
Berikut ini penulis ingin memberikan beberapa contoh
Hadits Nabi yang memiliki korelasi dengan ilmu
pengetahuan dan sains modern:
a. Hadist tentang bersin dan menguap

90
Baiquni, op.cit. hal.29-40
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -189 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

‫عن ابىي هريراة رضي هللا عنه عن النيب صل هللا‬


‫ ان هللا حيب العطاس ويكره‬:‫عليه وسلم قال‬
‫ فاءذا عطس فحمد هللا قحق عل كل‬,‫التشاؤب‬
‫وأما التشاؤب فاءمنا‬,‫مسلمه مسعه ان يشمته‬
‫ ها‬:‫هو من الشطا فلريده ما استطاع فاءذا قال‬
‫ (رواه البخاري اْلديث‬.‫ضحك منه الشطان‬
) 6223 ‫رقم‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra.dari Rasulullah SAW
.beliau bersabdah:sesungguhnya Allah SWT menyukai
bersin dan menbenci menguap,maka apabila seseorang
bersin lalu memuji Allah SWT maka menjadi suatu
keharusan bagi saudara untuk mendengarkannya untuk
menjawab bersinnya dan adapun menguap maka
sesungguhnya ia datang dari setan, maka hendaklah
seseorang berupaya menghindarinya sebisanya dan
apabila iaberkata Haa ( saat menguap ) maka setan
menertawakannya. (H.R Al-Bukhari).

Dalam hadist ini memberikan perbedaan yang


sangat prinsip antara bersin dan menguap dimana
bersin adalah sesuatu yang baik dan disukai Allah

- 190 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

sehingga harus dibalas dengan pujian,sementara


menguap adalah sesuatu yang tidak baik dan dibenci
karna datangnya dari setan sehingga seseorang
dianjurkan untuk berupaya menghundarinya.

‫عن ايب سعيد اخلدري رضي هللا عنه أن رسول‬


‫ اذا تثاءب أ‬:‫هللا صل اللع عليه وسلم قا ل‬
‫ عل فيه فاءن‬.‫حدكم فليمسك بيده وِف رواية‬
‫ (رواه مسلم ِف الصحيح‬. ‫الشطا ن يد خل‬
)7683 ‫اْلديث رقم‬
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri ra bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW berkata: apabila
seseorang diantara kalian menguap maka hendaklah ia
menahannya dengan tangan dalam riwayat lain
dikatakan:hendaklah ia meletakkan tangannya pada
mulutnya karna sesungguhnya setan itu masuk melalui
mulutnya ( H.R Muslim)

b. Hadist tentang larangan makan dan minum sambil


berdiri

‫عن ايب سعيد اخلدري رصي هللا عنه أن النيب‬


‫رواه‬. ‫صل هللا عليه وسلم زجر عن الشرب قائما‬
Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -191 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

‫وعن انس وقتادة رضي هللا عنهما عن‬. ‫مسلم‬


‫النيب صل هللا عليه وسلم انه هني ان يشرب‬
‫ذاك أشر‬:‫قال قتادة فاالكل ؟فقال‬, ‫الرجل قائما‬
‫ رواه مسلم‬.‫وأخبث‬
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Sesungguhnya
Nabi SAW melarang untuk minun dalam keadaan
berdiri.( H.R Muslim).dan dari Anas dan Qatadah ra.
Dari Nabi SAW sesungguhnya beliau melarang untuk
minum dalan keadaan berdiri ,Qatadah berkata :
bagaimana gengan makan? Iya menjawab: itu lebih
buruk (H.R imam muslim dalam kitab shohehnya,5359)

Yang di ungkapkan oleh Nabi SAW dengan fakta


ilmiah yang berkembang hari ini,ternyata membuat
kita mengakui bahwa kebanyakan hadil riset dan
penelitian ilmiah sejalan dengan apa yang ada dalam
hadist Rasulullah SAW.didalam bidang kesehatan
umpamanya banyak hal yang menjadi anjuran dari Nabi
tersebut sejalan dengan arahan para ahli kesehatan.
c. Hadist tentang rahasia sayap lalat

- 192 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ اذ وقح الذابب ِف‬: ‫قال صل هللا عليه وسلم‬


‫شراب احدكم فليغمسه ُث لينتزعه فاءن ِف احد‬
‫ اخرجه البخاري‬.‫جناحيه داءوِف االحرى شفاء‬
Artinya: Berkata Rasullulah SAW: apabila terjatuh
seekor lalat dalam minuman kalian maka hendaklah
membenamkan lalat tersebut kemudian baru
membuangnya,sebab pada salah satu sayapnya ada
racun sementara pada sayap yang satunya ada
penawarnya.( H.R.Al-bukhari Al-jami’,3320).

Ini adalah hadist Nabi yang di ucapkan lebih dari


14 abad yang lalu,akan tetapi kandungannya dapat
diterima oleh para ilmuan hari ini,dimana racun dan
bakteri yang terdapat pada sayap lalat ternyata
obatnya tidak jauh dari situ yaitu pada sayapnya yang
satu lagi. Dari sisi kesehatan hadist sangat
mendapatkan tempat bagi kalangan dokter dikarnakan
oleh pesan yang ada hadist ini sangat sejalan dengan
teori kesehatan pencernaan.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam
menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan
satu-satunya cara dalam mendapatkan pengetahuan,
demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -193 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

kegiatan berfikir. Ilmu merupakan produk dari proses


berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara
umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Ilmu
merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana
ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Ilmu
bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam
menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan
satu-satunya cara dalam mendapatkan pengetahuan,
demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari
kegiatan berfikir. Ilmu merupakan produk dari proses
berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara
umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Ilmu
merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana
ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Ilmu
bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka.
Pengertian teknologi yang dikaitkan dengan
dimensi pengetahuan. Teknologi adalah penerapan
dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science)
(Brinkmann 1971). Teknologi merupakan pengetahuan
sistematis tentang seni industrial atau sebutan
singkatnya sebagai ilmu industrial

- 194 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

Islam mendorong umatnya untuk


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek). Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang
melandasi pengembangan Ipteknya untuk kepentingan
materiel, Islam mementingkan pengembangan dan
penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah. Selain
itu Iptek juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah
(spiritual) dan mengembangkan amanat khalifatullah
(wakil Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh
alam (rahmatan lil alamin). Selain itu Iptek juga
sebagai pengabdian muslim kepada Allah (spiritual)
dan mengembangkan amanat khalifatullah (wakil
Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh
alam(rahmatan lil alamin).

Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi -195 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 196 - Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB IX
ILMU TENIK SIPIL DAN AGAMA

A. Objek Tujuan Ilmu Sipil dan Agama


Teknik sipil dalam kehidupan beragama sangat
berperan. Hal ini dapat dilihat dari berdirinya bangunan-
bangunan peribadatan. Disamping itu, teknik sipil berperan
dalam memperbaiki sarana dan prasarana dalam
peribadatan. Dan masih banyak lagi kontribusi teknik sipil
dalam kehidupan beragama.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan
kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan
manusia Sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah nya Allah telah
mengaruniakan Anugrah kenikmatan kepada manusia yang
bersifat saling melengkapi yaitu Anugrah agama dan
kenikmatan sains teknologi.
Agama dan ilmu pengetahuan teknologi merupakan
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain ilmu
adalah sumber teknologi yang mampu memberikan
kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan
ide-ide. Namun terlepas dari semua itu perkembangan
teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama
Islam sebagaimana adikku yang dibangun oleh Fisikawan
besar Albert Einstein yang menyatakan agama tanpa ilmu
akan pincang Sedangkan ilmu tanpa agama akan buta.

Ilmu Teknik Sipil dan Agama -197 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Tujuan akhir dari semua ilmu adalah menyadari adanya


Kebesaran Tuhan dan posisi kita sebagai makhluk ciptaan-
Nya sehingga dapat menemukan jalan hidup yang
sebenarnya. selanjutnya menggunakan ilmu tersebut sebagai
bekal untuk beramal dan menebar manfaat seperti halnya
ilmu teknik sipil bertujuan mendesain sebuah rumah yang
kuat indah dan nyaman digunakan serta ilmu agama
mendesain sebuah pribadi yang berbudi pekerti baik kuat dan
tangguh berikut ini sebagian kecil persamaan antara ilmu
teknik sipil dan ilmu agama.
Dilihat dari objek dan tujuan ilmu teknik sipil dan
agama ilmu teknik sipil mempelajari tentang bagaimana
membuat sebuah konstruksi bangunan rumah yang kuat
sehingga dapat membuat rasa aman dan nyaman kepada
pemilik maupun penghuni yang berada di dekat rumah
tersebut ilmu agama mempelajari bagaimana membuat
sebuah konstruksi bangunan hati dan jiwa yang kuat sehingga
dapat membuat rasa aman dan nyaman kepada pemilik
maupun orang yang berada di dekat jiwa tersebut dilihat dari
kerusakan virus dan penyakit jika dalam ilmu teknik sipil
terdapat beberapa hal yang menyebabkan kerusakan struktur
bangunan seperti keropos kayu Lapuk Besi Berkarat dalam
ilmu agama juga terdapat berbagai hal yang menyebabkan
kerusakan sebuah struktur pribadi seperti iri hati sombong
dan kikir dan lain-lain.

- 198 - Ilmu Teknik Sipil dan Agama


Islam dan Iptek (AIK VI)

B. Proses Ilmu Teknik Sipil dan Agama


Peradaban Islam di era keemasan telah memberi
sumbangan yang begitu besar dalam bidang teknik sipil
daerah kejayaannya para Insinyur muslim telah berhasil
membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil
berupa Bendungan Jembatan penerangan jalan umum irigasi
hingga gedung pencakar langit anehnya beragam karya besar
ilmuwan muslim dalam bidang teknik sipil itu sama sekali tak
pernah diungkap para sejarawan Teknik Sipil bila kita
melacak sejarah perkembangan Teknik Sipil kisah sukses dan
pencapaian yang telah diperoleh para Insinyur muslim di
abad pertengahan itu sama sekali tak terlihat.
Sebelum manusia diciptakan alam semesta ini
ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wataala dalam kondisi
yang seimbang semua diciptakan sesuai dengan kodratnya
masing-masing Tetapi setelah manusia datang dan mulai
mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Maka
manusia mulai berlaku sewenang-wenang terhadap
lingkungan hal ini telah disebutkan dalam firman Allah
Subhanahu Wa Ta'ala telah “tampak kerusakan didarat dan
Dilaut karena apa yang dilakukan oleh manusia”.
Sewaktu manusia datang membangun kota membangun
gedung membangun sebuah peradaban hal tersebut kurang
lebih mengganggu keseimbangan alam yang sudah ada hal
itulah yang seharusnya menjadi tugas bagi para Enginer
khususnya dalam bidang teknik sipil untuk mewadahi

Ilmu Teknik Sipil dan Agama -199 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

kebutuhan manusia sambil menimalisir isu-isu terhadap


lingkungan. Hal ini tentu karena ada pengaruh modernisasi
yang salah satu dibawa oleh orang barat gara-gara filosofi
modern bahwa manusia adalah segala-galanya.

C. Ayat Al Quran dan Hadist yang Relevan dengan Teknik Sipil


Berikut ini beberapa informasi mengenai teknologi
ilmu teknik sipil dalam kitab Al Quran:
1. Geologi teknik atau gunung sebagai pasak bumi penahan
gempa rekayasa lalu lintas atau sungai dan Jalan sebagai
penunjuk arah manusia Quran surat an-Nahl ayat 16.

ْ ‫او اع ال اماٍ اوِِبلن‬


‫َّج ِم ُه ْم يا ْهتا ُدو ان‬
Artinya: dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk
jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka
mendapat petunjuk.
2. Arsitektur rumah atau konsep alami pada dinding gunung
dan kamu pahat sebagian dari gunung Guntur jadi ke
rumah Rumah Qur'an surat as-Syu'ara ayat 149.

ِ ‫ٱْلِب ِال ب ي ا‬ ِ ِ
‫وًت هفا ِره ا‬
‫ني‬ ُُ ‫اوتاْنحتُو ان م ان ْ ا‬
Artinya: Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung
untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin.
3. Teknologi batu bata Quran surat az-Zariyat ayat 33

‫لِنُ ْرِس ال اعلاْي ِه ْم ِح اج اارة ا ِِّمن ِطني‬


- 200 - Ilmu Teknik Sipil dan Agama
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu


dari tanah,
4. Hadis Rasulullah riwayat Bukhari – 427: Telah
menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdullah berkata,
telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim bin
Sa’d berkata, telah menceritakan kepadaku Bapakku
dari Shalih bin Kaisan berkata, telah menceritakan
kepada kami Nafi’ bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar
mengabarkan kepadanya,
Bahwa pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam Masjid dibangun dengan menggunakan tanah
liat yang dikeraskan (bata). Atapnya dari dedaunan
sedangkan tiangnya dari batang pohon kurma.

Ilmu Teknik Sipil dan Agama -201 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 202 - Ilmu Teknik Sipil dan Agama


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB X
PERKEMBANGAN ILMU KIMIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Ilmu Kimia sebagai Cabang Ilmu Teoritis


Para pemikir Islam abad XX, khususnya setelah Seminar
Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada tahun 1977,
mengklasifikasikan ilmu menjadi dua kategori, yakni:
pertama, Ilmu abadi (perennial knowledge) yang
berdasarkan wahyu. Ilahi yang tertera dalam Al-Qur’an dan
Hadist serta segala yang dapat diambil dari keduanya hanya
diberikan kepada manusia. Kedua, ilmu yang dicari (acquired
knowledge) termasuk sains kealaman dan terapannya yang
dapat berkembang kualitatif dan penggandaan, selama tidak
bertentangan dengan Syari‟ah sebagai sumber nilai.
Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan,
dikehendaki, dirasakan dan diyakini, rnembawa manusia
kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke
dalam sistem yang disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan
konsep Barat, yang mengelompokkan ilmu itu kepada tiga;
(1) Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika,
kimia dam lainnya, (2) Social Sciences (ilmu-ilmu
kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam
interaksinya dalam masyarakat, dan (3) The Humanities
(humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut
kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai-nilai yang
menyertainya sebagai manusia.

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -203 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Para ilmuan dewasa ini, baik ahli sejarah atau filsafat


sains mengakui, bahwa sejumlah gejala yang dipilih untuk
dikaji oleh ilmuan adalah alam materi. Ilmu pengetahuan ke-
alam-an ini, menurut A. Mattulada, yang utama
menghasilkan peralatan-peralatan kehidupan manusia yang
disebut teknologi.
Kimia (dari bahasa Arab: ‫ كيمياء‬, transliterasi: kimiya=

perubahan benda/zat atau bahasa Yunani: χημεία,


transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari
mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari
skala atom hingga molekul serta perubahan atau
transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk
materi yang ditemukan sehari-hari91. Kimia juga
mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu
dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut
pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik
materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom
yang pada gilirannya ditentukan92.
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena
menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu
bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran,

91
Merriam. Chemistry. (n.d.). -Webster's Medical Dictionary.
Retrieved August 19, 2007.
92
Ibid
- 204 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

bioinformatika, dan geologi93. Koneksi ini timbul melalui


berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari
berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik
melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi
pada tingkat atom dan molekul. oleh gaya antaratom dan
ikatan kimia. Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang
telah diwariskan para kimiawan Muslim di abad keemasan
bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun
mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan
para kimiawan Muslim. Tak heran, bila dunia menabalkan
kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai Bapak
Kimia Modern.
Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia, cetus
Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Will
Durant94 juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di
zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia
modern. Kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya
diciptakan oleh peradaban Islam. Dalam bidang ini (kimia),
peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas
melahirkan hipotesis yang samar-samar.
Sedangkan, peradaban Islam telah memperkenalkan
observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta
catatan atau dokumen yang begitu teliti.Tak hanya itu,

93
"Chemistry - The Central Science". The Chemistry Hall of Fame.
York University. Diakses tanggal 29 November 2020.
94
Will Durant. The Story of Civilization IV: The Age of FaitHal.
Vol IV. USA. 1975. Hal 66
Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -205 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan


telah melakukan revolusi dalam bidang kimia. Kimiawan
Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi
sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Dengan
memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan Islam di zaman
kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk
dan penemuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga
kini.95
Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat
melibatkan dua zat atau antara materi dan energi, terutama
dalam hubungannya dengan hukum pertama termodinamika.
Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat
kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat
menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini digerakkan
oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi
tinggi seperti hidrogen dan oksigen elemental bereaksi
membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah.
Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis,
yang umumnya merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam
media reaksi tapi tidak dikonsumsi misal; asam sulfat yang
mengkatalisasi elektrolisi air atau fenomena immaterial
(seperti radiasi elektromagnet dalam reaksi foto kimia).
Kimia tradisional juga mengalami analisis zat kimia, baik

95
M. Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah, Mizan,
Bandung, cet. I, 1989. Hal 77
- 206 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

didalam maupun diluar suatu reaksi, seperti dalam


spektroskopi.

B. Penemuan dan Kontribusi Kimiawan Muslim


Setiap kimiawan Muslim itu telah memberi sumbangan
yang berbeda-beda bagi pengembangan ilmu kimia. Jabir
(721 M-815 M), misalnya, telah memperkenalkan eksperimen
atau percobaan kimia. Ia bekerja keras mengelaborasi kimia
di sebuah laboratorium dengan serangkaian eksperimen.
Salah satu ciri khas eksperimen yang dilakukannya bersifat
kuantitatif. Ilmuwan Muslim berjuluk 'Bapak Kimia Modern'
itu juga tercatat sebagai penemu sederet proses kimia,
seperti penyulingan/distilasi, kristalisasi, kalnasi, dan
sublimasi.
Cendekiawan-cendikiawan Barat mengakui bahwa
Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H.) adalah orang yang pertama
yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan
penelitiannya dalam bidang alkemi yang kemudian oleh
ilmuan Barat diambil dan dikembangkan menjadi apa yang
dikenal sekarang sebagai ilmu kimia. Jabir, di Barat dikenal
Geber, adalah orang yang pertama mendirikan suatu bengkel
dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-
mineral dan mengekstraksi dan mineral-mineral itu zat-zat
kimiawi serta mengklasifikasikannya.
Muhammad Ibnu Zakaria, al-Rozi (865-925), telah
melakukan kegiatan yang lazim dilakukan oleh ahli kimia

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -207 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

dengan menggunakan alat-alat khusus, seperti distilasi,


kristalisasi, dan sebagainya. Buku al-Razi (Razes), diakui
sebagai buku pegangan laboratorium kimia pertama di dunia.
Sang ilmuwan yang dikenal di Barat dengan sebutan
'Geber' itu pun tercatat berhasil menciptakan instrumen
pemotong, pelebur, dan pengkristal. Selain itu, dia pun
mampu menyempurnakan proses dasar sublimasi,
penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur,
penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Berkat jasanya
pula, teori oksidasi-reduksi yang begitu terkenal dalam ilmu
kimia terungkap. Senyawa atau zat penting seperti asam
klorida, asam nitrat, asam sitrat, dan asam asetat lahir dari
hasil penelitian dan pemikiran Jabir. Ia pun sukses
melakukan distilasi alkohol. Salah satu pencapaian penting
lainnya dalam merevolusi kimia adalah mendirikan industri
parfum.
Muhammad Ibn Zakariya ar-Razi Ilmuwan Muslim
lainnya yang berjasa melakukan revolusi dalam ilmu kimia
adalah Al-Razi (lahir 866 M). Dalam karyanya berjudul,
Secret of Secret, Al-Razi mampu membuat klasifikasi zat
alam yang sangat bermanfaat. Ia membagi zat yang ada di
alam menjadi tiga, yakni zat keduniawian, tumbuhan, dan
zat binatang. Soda serta oksida timah merupakan hasil
kreasinya. Al-Razi pun tercatat mampu membangun dan
mengembangkan laboratorium kimia bernuansa modern. Ia
menggunakan lebih dari 20 peralatan laboratorium pada saat

- 208 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

itu. Dia juga menjelaskan eksperimen-eksperimen yang


dilakukannya. "Al-Razi merupakan ilmuwan pelopor yang
menciptakan laboratorium modern," ungkap Anawati dan
Hill.
Bahkan, peralatan laboratorium yang digunakannya
pada zaman itu masih tetap dipakai hingga sekarang.
"Kontribusi yang diberikan Al-Razi dalam ilmu kimia sungguh
luar biasa penting," cetus Erick John Holmyard (1990) dalam
bukunya, Alchemy. Berkat Al-Razi pula industri farmakologi
muncul di dunia.
Sosok kimiawan Muslim lainnya yang tak kalah populer
adalah Al-Majriti (950 M-1007 M). Ilmuwan Muslim asal
Madrid, Spanyol, ini berhasil menulis buku kimia bertajuk,
Rutbat Al-Hakim. Dalam kitab itu, dia memaparkan rumus
dan tata cara pemurnian logam mulia.
Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-
Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi.
Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia
menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-
obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran
farmasi dan fungsinya. Begitulah, para kimiawan Muslim di
era kekhalifahan berperan melakukan revolusi dalam ilmu
kimia.96

96
M. Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah, Mizan,
Bandung, cet. I, 1989.
Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -209 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

C. Hubungan Kimia dengan Perbaikan Akhlak atau Moral


Kimia tidak memiliki nilai kehidupan, tetapi dengan
mempelajari kimia peserta didik dapat mengambil
manfaatnya berupa nilai-nilai kehidupan. Proses kimia
diperoleh dengan metode ilmiah, yang di dalamnya terdapat
kerja ilmiah. Kerja ilmiah terdiri atas langkah-langkah:
1. merumuskan masalah,
2. mengumpulkan keterangan,
3. membuat hipotesis,
4. melakukan eksperimen (mencatat data, mengolah
data,menganalisis data),
5. menarik kesimpulan,
6. menguji kembali kesimpulan dengan eksperimen,
7. melaporkan hasil,
Dalam kerja ilmiah peserta didik wajib memiliki sikap
ilmiah yang meliputi:
1. Jujur, yaitu mengajukan data sebenarnya dari hasil
penelitian tanpa mengubahnya, walaupun tidak sesuai
dengan hipotesis dan teori
2. Terbuka, yaitu dapat menerima perbedaan hasil yang
diperoleh teman lain atau ilmuwan lain dan teori baru dari
eksperimen terbaru
3. Mampu membedakan fakta dan opini
4. Tekun dan ulet dalam melakukan penelitian serta tidak
mudah putus asa,

- 210 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

5. Teliti, cermat, dan akurat tidak ceroboh dan tidak


melakukan kesalahan dalam pene-litian , sehingga
didapatkan hasil yang benar-benar akurat
6. Tidak mudah percaya jika tidak ada bukti yang
mendukung
7. Percaya bahwa kebenaran itu bersifat relaif, sehingga
tidak memaksakan diri.
Sikap ilmiah dalam pembelajaran kimia merupakan
bagian dari sikap pada umum-nya, dan sikap adalah bagian
dari nilai, yaitu nilai kehidupan. Bila penanaman nilai
kehidupan dalam pembelajaran kimia terjadi berulang-
ulang, maka diharapkan nilai-nilai tersebut dapat
terinternalisasi dalam diri peserta didik. Dengan kata lain,
dalam setiap pembelajaran mata pelajaran apapun,
termasuk pembelajaran kimia, sangat diha-rapkan bahwa
materi yang diajarkan tidak hanya sebagai school
knowledge (pengetahuan sekolah), tetapi juga
menjadi inner knowledge (pengetahuan dalam diri) yang
akhirnya ditunjukkan dalam bentuk perilaku (action
knowledge). Dengan demikian terjadilah keselarasan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses
pembelajaran. Sejumlah sikap ilmiah tersebut dapat menjadi
nilai kehidupan peserta didik dimana nilai-nilai kehidupan
secara bersama-sama akan membentuk kepribadian peserta
didik.

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -211 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Nilai afektif yang diinginkan ditanamkan guru sains


atau kimia kepada peserta didiknya bukanlah sekedar niai-
nilai yang berkaitan dengan sikap, konsep diri, motivasi dan
minat, tetapi nilai-nilai afektif yang langsung berkaitan
dengan materi ajar sains atau kimia itu sendiri. Guru sains
atau kimia harus mengajarkan materi sains atau kimia pada
peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik
memiliki kemampuan transfer of knowledge dan transfer of
value.
Ada 4 (empat) istilah yang memiliki kemiripan arti,
yaitu nilai, norma, etika, dan moral. Nilai diartikan sebagai
sifat-sifat atau hal-hal penting atau berguna bagi
kemanusiaan (KBI, 1990) atau sesuatu yang berharga bagi
kehidupan manusia (Vembriarto, 1982). Nilai bersifat
abstrak, hanya dapat dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Ada
empat sumber nilai dan empat jenis nilai, yaitu nilai yang
bersumber dari:
1. ratio: jenis nilai benar-salah (nilai hukum)
2. kehendak: jenis nilai baik-buruk (nilai moral)
3. perasaan: jenis nilai indah-tidak indah (nilai estetika)
4. agama: jenis nilai religius-tidak religius (nilai agama)
Norma adalah ukuran, garis pengarah, atau aturan
kaidah bagi pertimbangan dan penilaian atau aturan
mengenai cara bertingkah laku dalam kehidupan manusia.
Norma bersumber dari nilai dan berisi perintah atau
larangan.

- 212 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

Etika dan moral sering diartikan sama, namun


sebenarnya ada sedikit perbedaan antara keduanya. Etika
(ilmu) mempunyai arti lebih luas daripada moral (ajaran).
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang hal yang baik
dan hal yang buruk.97 Moral adalah ajaran tentang baik-
buruk yang diterima umum mengenai tingkah laku atau
perbuatan, sikap, kewajiban, disebut; akhlak, budi pekerti,
susila (KBI, 1990). Moral meng-acu pada baik buruknya
manusia sebagai manusia, bukan manusia sebagai pelaku
peran tertentu dan terbatas. Dapat terjadi seorang guru
bermoral jujur, tetapi berperilaku kurang baik dalam
mengajar.
Etika dan moral bersumber pada norma, dan norma
bersumber pada nilai. Etika bersifat ilmiah (struktur
kehidupan), sedang moral bersifat aplikatif (bagaimana
manusia harus hidup). Nilai-nilai yang dianut seseorang
bersumber pada kepribadian orang yang bersangkutan.
Kejujuran adalah suatu nilai, larangan menipu atau larangan
berbohong adalah norma kejujuran, dan tidak menipu atau
tidak berbohong adalah moral kejujuran.
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang
berarti bagi kehidupan manusia. 98 Istilah nilai sama dengan
istilah karakter atau tabiat. Nilai terdiri atas

97
K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),
Hal. 22
98
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996), Cet. 1, Hal. 61
Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -213 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

sejumlah sikap dan sejumlah nilai menyusun kepribadian


seseorang. Nilai luhur artinya nilai yang sangat baik, nilai
luhur bangsa Indonesia adalah kumulasi nilai suku-suku
bangsa Indonesia. Nilai luhur suku bangsa Indonesia
merupakan kumulasi dari nilai perorangan penduduk
Indonesia. Warga negara Indonesia memperoleh pendidikan
nilai atau karakter melalui pendidikan, pemuka agama,
pemuka adat, pemuka pemerintahan.
Pendidikan nilai atau karakter di pendidikan dasar dan
menengah diperoleh dari semua mata pelajaran yang
ada, proporsi terbesar didapat dari kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kewarganegaraan.
Pendidikan sains juga menyumbang pendidikan
nilai/karakter melalui pendidikan sikap ilmiah dan kerja
ilmiah yang merupakan bagian metode ilmiah. Pendidikan
nilai/karakter yang saat ini sedang digalakkan tidak berdiri
sendiri sebagai mata pelajaran, tetapi harus dipadukan
dengan materi pendukung kompetensi dasar yang sesuai.
Pendidikan sains atau kimia sudah menyediakan
“rumah” bagi pendidikan nilai atau karakter, yaitu pada
dimensi sikap ilmiah dan metode ilmiah yang di dalamnya
terdapat kerja ilmiah. Aspek-aspek pendidikan nilai atau
karakter dapat dipadukan dalam (1) materi pembelajaran,
(2) kegiatan pembelajaran, (3) indikator pencapaian
kompetensi, dan (4) instrumen penilaian.

- 214 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

D. Ayat al-Quran dan Hadits yang Relevan dengan Ilmu Teknik


Kimia
Al-Qur’an diturunkan pada 14 abad yang lalu oleh
Allah. Al-Qur’an bukan buku ilmiah. Akan tetapi, kitab ini
mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan
keagamaannya. Penjelasan ini tidak pernah bertentangan
dengan temuan-temuan ilmu modern. Sebaliknya, fakta-
fakta tertentu yang baru ditemukan dengan teknologi abad
ke-20 itu sebenarnya telah diungkapkan dalam Al-Qur’an 14
abad silam. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan
salah satu bukti terpenting yang menegaskan keberadaan
Allah.
Ilmu kimia yang merupakan salah satu dari cabang
penjurusan ilmu pengetahuan alam,suatu ilmu yang
menjelaskan struktur perubahan dari suatu objek
setara,yang di akibatkan oleh suatu reaksi, ternyata,
pengetahuan kimia tersebut telah diungkapkan dalam Al-
qur’an sejak zaman kiwari.Adapun penjelasan secara detail
nya, baru bisa dijelaskan pada zaman baru-baru ini.
Berikut, beberapa ayat-ayat Al-qur’an terhadap ilmu
kimia, beserta tafsirannya :
1. Keseimbangan dalam Atom

‫س ياْن باغِي اَلاا أا ْن تُ ْد ِراك الْ اُ امار اواال اللَّْي ُل‬


ُ ‫َّم‬
ْ ‫اال الش‬
‫اسابِ ُق الن ا‬
‫َّها ِر اوُكلٌّ ِِف فالاك يا ْسبا ُحو ان‬
Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -215 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

Artinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan


dan malam pun tidak mungkin mendahului siang. Masing-
masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yaasin : 40)
Sebuah atom dan pergerakannya, merupakan
miniatur dari pergerakan galaksi kita. Kita perlu meninjau
lebih jauh ke perincian tentang struktur sempurna yang
berada di dalam sebuah atom. Seperti yang Anda ketahui,
elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena
muatan listriknya. Semua elektron bermuatan negatif (-)
dan semua netron bermuatan positif (+). Muatan positif
(+) dari inti atom menarik elektron kepadanya. Karena
alasan ini, elektron tidak meninggalkan inti, meskipun ada
gaya sentrifugal (yang menarik elektron menjauhi inti)
yang terjadi akibat kecepatan elektron.

ِ ْ ‫وِم ْن ُك ِل اشيء اخلا ُْناا ازْو اج‬


‫ني لا اعلَّ ُك ْم تا اذ َّك ُرو ان‬ ْ ِّ ‫ا‬
Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-
pasangan agar kamu mengingat kebesaran Allah.(Az-
zariat : 49)

Atom memiliki elektron di bagian luarnya dan


proton dalam jumlah sama di bagian pusatnya. Maka,
muatan listrik atom berada dalam keadaan seimbang.
Namun, baik volume maupun massa proton lebih besar
daripada elektron. Jika kita membandingkannya,
perbedaan di antara kedua partikel ini adalah seperti

- 216 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

perbedaan antara manusia dengan sebutir kacang kenari.


Walaupun demikian, muatan listrik total keduanya tetap
sama besar.

‫إِ ًَّ ُك َّل اش ْيء اخلا ُْنااهُ بِاُ ادر‬


Artinya: Sungguh, Kami menciptakan sesuatu menurut
ukuran. (al-Qamar: 49)

2. Fenomena Air Hujan

‫ض اكاناتاا‬ ِ َّ ‫ان‬ َّ ‫ين اك اف ُروا أ‬ ِ َّ


‫الس ام ااواٍ او ْاأل ْار ا‬ ‫أ ااواُيْ ياار الذ ا‬
‫امهاا او اج اعْلناا ِم ان الْ ام ِاء ُك َّل اش ْيء اح ِّي أافا ال‬
ُ ‫ارتْ اُا فا افتا ُْنا‬
‫يُ ْؤِمنُو ان‬
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada juga
beriman ?(Q.S Al-Anbiya’ [21]: 30)

ِ ‫ض واختِ ال‬
‫ف اللَّْي ِل‬ ِ َّ ‫إِ َّن ِِف خْل ِق‬
ْ ‫الس ام ااواٍ او ْاأل ْار ِ ا‬ ‫ا‬
ِِ ِ ِ َّ ِ ِ ‫اوالن ا‬
‫َّهار اوالْ ُفْلك ال َِّت اْتري ِف الْبا ْحر ِباا ياْن اف ُع الن ا‬
‫َّاس‬

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -217 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ض‬ ‫ر‬ ‫األ‬ ِِ‫السم ِاء ِمن ماء فاأاحيا ب‬


‫ه‬ ِ َّ ‫وما أانْزال‬
‫ْ ا‬ ‫ا‬ ْ ‫اَّللُ م ان َّ ا ْ ا ْ ا‬ ‫اا ا‬
ِِّ ‫يف‬ ِ ‫ص ِر‬ ِ ِ َّ ‫ب ع اد موِِتاا وب‬
ِ ِ ‫الراَي‬ ْ ‫ث ف ايها م ْن ُك ِِّل ادابَِّ اوتا‬ ‫ا ْ ا ْ اا‬
ٍ‫ض اَلا اَي‬ ِ ‫الس ام ِاء او ْاأل ْار‬
َّ ‫ني‬ ‫اب الْ ُم اس َّخ ِر باْ ا‬ ِ ‫السح‬
‫او َّ ا‬
‫لِاُ ْوم يا ْع ُِلُو ان‬
Artinya: Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,
pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut
dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia, apa yang
diturunkan oleh Allah dari langit berupa air, lalu dengan
itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia
tebarkan didalamnya bermacam macam binatang, dan
perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi, semua itu sungguh, merupakan tanda
kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti. (al-
baqarah : 164)

ِ ‫السم ِاء ماء لا ُكم ِمْنه اشر‬ ِ ِ


ُ‫اب اومْنه‬ ‫ُه او الَّذي أانْ ازال م ان َّ ا ا ا ْ ُ ا ر‬
‫الزيْتُو ان‬
َّ ‫ع او‬ َّ ‫ت لا ُك ْم بِِه‬ ِ ِ ُ‫اشجر فِ ِيه ت‬
‫الزْر ا‬ ‫ب‬‫ن‬ْ
ُ ُ ُ ‫ي‬ ‫ن‬
‫ا‬ ‫و‬‫يم‬ ‫س‬ ‫ار‬
ِ ِ ‫َّخيل و ْاأل ْاعنااب وِمن ُك ِل الثَّمر‬ ِ
‫ك‬‫اٍ إِ َّن ِِف اذل ا‬ ‫ا ا ْ ِّ ا ا‬ ‫اوالن ا ا‬
‫اَلاياِ ا لِاُ ْوم ياتا اف َّك ُرو ان‬
Artinya: “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari
langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan

- 218 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang


pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan
ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan
itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala
macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memikirkan.” (QS. An Nahl, 16:10-11)

Air hujan yang mencapai awan setelah diuapkan


dari laut mengandung zat-zat tertentu “yang
menghidupkan” negeri yang telah mati. Air “pemberi
kehidupan” ini disebut “air tensi permukaan”. Air tensi
permukaan terbentuk pada tingkat puncak permukaan
laut yang oleh para biolog disebut “lapisan mikro”. Di
lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh
milimeter, terdapat banyak sisa organik yang disebabkan
oleh polusi zooplankton dan ganggang mikroskopik.
Beberapa sisa ini menyeleksi dan menghimpun dalam
lubuk mereka beberapa unsur yang amat jarang di air
laut, seperti fosfor, magnesium, potasium, dan beberapa
logam berat seperti tembaga, seng, kobalt, dan timah. Air
yang bermuatan “penyubur ini” terangkat ke langit oleh
angin dan setelah beberapa saat kemudian jatuh ke tanah
di dalam air hujan. Benih dan tanaman di bumi mendapati
banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial bagi

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -219 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini. Peristiwa ini


diungkapkan di sebuah ayat lain dalam Al-Qur’an:

ٍ‫الس ام ِاء اماء ا ُمبا اار اكا فاأانْبا ْت ناا بِِه اجنَّا‬
َّ ‫اوناَّزلْناا ِم ان‬
ِ‫ص‬
‫يد‬ ِ ‫اْل‬
‫ب ْا‬َّ ‫او اح‬
Artinya: Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa
berkah, dan dengan itu Kami tumbukan kebun-kebunan
dan biji-bijian yang dapat dipanen. (Surat Qaaf, 9)

Garam-garam yang jatuh dengan hujan merupakan


contoh kecil unsur-unsur tertentu (kalsium, magnesium,
potasiom, dsb.) yang dipakai untuk menambah kesuburan.
Logam-logam berat yang terdapat di tipe-tipe aerosol ini
merupakan unsur lain yang menambah kesuburan dalam
pertumbuhan dan pemproduksian tanaman.

3. Lebah dan Cairan Madu


Aspek kimia madu merupakan petunjuk abadi bagi
para ilmuwan untuk mengungkap keajaiban Tuhan yang
mengubah struktur, sifat, dan kegunaan berbagai unsur
kimiawi dalam kombinasi yang berbeda-beda. Dalam hal
ini, Allah berfirman:

‫وًت‬ ْ ‫اَّت ِذي ِم ان‬


‫اْلِبا ِال بُيُ ا‬ َِّ ‫ك إِ اَل النَّح ِل أ ِان‬
ْ ‫اوأ ْاو احى اربُّ ا‬
ٍِ ‫ ُُثَّ ُكلِي ِمن ُك ِل الثَّمرا‬. ‫وِمن الشَّج ِر وِِمَّا ي ع ِر ُشو ان‬
‫ْ ِّ ا ا‬ ْ‫ا ا ا ا ا‬
- 220 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam
Islam dan Iptek (AIK VI)

ِ ِ ِ ِ ‫فا‬
‫اسلُكي ُسبُ ال اربِِّك ذُلُ ال اَيُْر ُج م ْن بَُُوِناا اشار ر‬
‫اب‬ ْ
‫ك اَلاياِ ا لِاُ ْوم‬ ِ ِ ‫ف أالْ اوانُهُ فِ ِيه ِش افاءر لِلن‬
‫َّاس إِ َّن ِِف اذل ا‬
ِ
‫ُُْمتال ر‬
‫ياتا اف َّك ُرو ان‬
Artinya: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah:”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-
pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia.”
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan
dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu)
yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya
yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(Q.S Al-Nahl [16]: 68-69).

Bagi ahli kimia, ini merupakan indikasi yang jelas


bahwa campuran unsur-unsur tertentu bisa menghasilkan
unsur yang baru sama sekali tidak berhubungan dengan
unsur-unsur asalnya dalam hal sifat, zat, atau dampaknya.

4. Keseimbangan di Atmosfer

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -221 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫استا اوى‬ ِ ِ ‫هو الَّ ِذي خلاق لا ُكم ما ِِف ْاألار‬


ْ َّ‫ض اَج ايعا ُُث‬ ْ ‫ا ا ْا‬ ‫ُا‬
‫الس ام ِاء فا اس َّو ُاه َّن اسْب اع اَسااواٍ اوُه او بِ ُك ِِّل اش ْيء‬
َّ ‫إِ اَل‬
‫اعلِ ريم‬
Artinya: Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang
ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu
dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-baqarah :29)

‫ال اَلاا‬ ‫الس ام ِاء اوِه اي ُد اخا رن فا اُ ا‬ َّ ‫استا اوى إِ اَل‬ ْ َّ‫ُُث‬
‫ني‬ ِِ ِ ِ ِ ‫ولِ ْْلار‬
‫ض ائْتياا طاْو اعا أ ْاو اكْر اها قاالاتاا أاتاْي ناا طاائع ا‬ ْ ‫ا‬
ِ ْ ‫اه َّن اسْب اع اَساواٍ ِِف يا ْوام‬
‫ني اوأ ْاو احى ِِف ُك ِِّل‬ ُ‫ض‬ ‫فا اُ ا‬.
‫ا‬
‫يح او ِح ْفظ اا‬ ِ ‫السماء الدُّنْيا ِِبا ا‬
‫صاب ا‬ ‫اَسااء أ ْاماراها اوازيَّنَّا َّ ا ا ا‬
‫ك تا ُْ ِد ُير الْ اع ِزي ِز الْ اعلِي ِم‬ ِ
‫ذال ا‬
Artinya: Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi:”Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab:”Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusan-Nya. Dan kami

- 222 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang


cemerlang dan Kami menjadikannya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Penyayang (Q.S Fushshilat [41]: 11-12)

Atmosfer bumi terdiri atas empat gas utama, yaitu


nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (kurang dari 1%), dan
karbon dioksida (0,03%). Gas yang ada di atmosfer dapat
dibagi ke dalam dua kelompok: “gas yang reaktif” dan
“gas yang tidak reaktif”. Analisis terhadap gas-gas reaktif
mengungkap bahwa reaksi yang melibatkan gas reaktif
sangat penting bagi kehidupan, sedangkan gas-gas yang
tidak reaktif akan menghasilkan senyawa yang merusak
jika bereaksi. Misalnya, argon dan nitrogen adalah gas
tidak aktif, yang hanya dapat bereaksi secara terbatas.
Bila kedua gas tersebut mudah bereaksi seperti oksigen,
lautan akan berubah menjadi asam nitrat. Sebaliknya,
oksigen bereaksi dengan atom-atom lain, senyawa
organik, dan bahkan batuan. Reaksi tersebut
menghasilkan molekul-molekul dasar kehidupan seperti
air dan karbon dioksida.
Sebagaimana telah dikemukan pada urain
sebelumnya, Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan
atau kitab kimia dalam pengertian harfiahnya. Akan
tetapi, Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi umat
manusia. Dalam berbagai konteks, Al-Qur’an memberikan

Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam -223 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

petunjuk mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi


manusia dan sekaligus menjadi gudang ilmu pengetahuan
serta menjadi pintu pembuka untuk melakukan penelitian
tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Dengan
demikian, dalam Al-Qur’an di sana-sini kita temukan ayat-
ayat yang mendorong pembacanya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, termasuk ilmu kimia

- 224 -Perkembangan Ilmu Kimia dalam Perspektif Islam


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB XI
DISIPLIN ILMU TEKNIK INDUSTRI

A. Objek Utama Displin Ilmu Teknik Industri


Teknik industri istilah ini diterjemahkan dari kata
industrial engineering sebagai suatu displin lmu keteknikan
yang baru, lahir melalui suatu proses evolusi yang lama sejak
revolusi Indutri yang berlangsung sekitar dua abad lampau.
Kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisensi,
maupun pruduktivitas sisitem produksi merupakan
pendorong utama munculnya displin Teknik Industri. Sistem
produksi atau sistem industri yang melibatkan komponen-
komponen manusia, material, mesin/fasilitas produksi
lainya, energy, dan informasi secara intergral.
Disiplin teknik industri juga melihat segalah
permasalahan industri dengan tinjauan dari aspek-aspek
teknis, sesuai dengan atribut ilmu keteknikan (engineering )
yang disandangnya dan juga aspek-aspek non teknis yaitu
kondisi sosio-ekonomi. Wawasan “TEKNO–SOSIO-EKONOMIS”
merupakan ciri yang menonjol dari profesi Teknik Industri,
maka yang dimasudkan dengan industri disini meliputi semua
tipe organisasi usaha/produksi yang ada, baik yang bergerak
di sektor produksi barang (industri manufaktur )ataupun jasa
(service industri.)
Di dalam Islam juga terdapat ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadits yang menyebut kan tentang teknik industry. Sudah

Disiplin Ilmu Teknik Industri -225 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

terjadi dari awal umat manusia diciptakan tentang industri


tersebut, maka banyak sekali ilmu industri didalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
1. Manusia
Dalam Islam manusia bisa bertindak sebagai subjek dan
objek, dalam industri manusia diletakkan sebagai objek,
yaitu sesuatu yang dipelajari untuk mencapai tujuan yaitu
hasil yang maksimal. Tujuan dipelajarinya manusia bukan
untuk mencapai perbaikan kualitas manusia, tetapi
mencapai perbaikan kualitas sistem dengan menjaga
manusia sebagai operator.
2. Material
Material juga merupakan objek ilmu teknik industri
karena dalam menyusun sebuah sistem kerja yang integral
(menyeluruh, bukan parsial), dibutuhkan elemen bahan
baku, dalam hal ini material. Termasuk material yang
dipelajari oleh ilmu teknik industri adalah besi (al-Hadid),
yang juga disinggung dalam Alquran dalam potongan surat
al-Hadid(57) ayat 25 berikut:

‫ي‬ ‫ي‬ ۡ ‫ۡ ۡي ي‬
‫ َوَمنَف مع‬ٞ‫ َشديد‬ٞ‫يد ف ييه ََبس‬
َٰ َ ‫َنزلنَا ٱۡلَد‬
َ ‫ َوأ‬....
ِۚ ۡ ‫َّاس وليي ۡعلم ٱَّلل من ينصرهۥ ورسلهۥ بيٱ ۡلغ‬
‫ٱَّلل‬
ََّ َّ
‫ن‬ ‫ي‬
‫إ‬ ‫ي‬
‫ب‬ ‫ي‬ َ ‫ليلن ي َ َ َ َ َّم َ َ م مم َ م م َ م‬
٢٥ ٞ‫قَ يوي اع ِزيز‬
Artinya : “...Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi

- 226 - Disiplin Ilmu Teknik Industri


Islam dan Iptek (AIK VI)

manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan


supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.”
3. Informasi
Informasi dalam ilmu teknik industri bermakna segala hal
yang berhubungan dengan penyampaian berita, baik
mengenai keadaan suatu sistem kerja yang telah
terbangun, ataupun berita tentang luar sistem kerja yang
berakibat pada sistem kerja tersebut. Islam sangat
melarang umatnya kuper (kurang pergaulan), karena
salah satu permasalahan umat Islam saat ini adalah doâ
fut tsaqofah (lemahnya pengetahuan). Karena itulah,
hendaknya tiap-tiap muslim rajin membaca dan
mengupdate informasi untuk menambah wawasan.
4. Peralatan
Peralatan sebagai objek kajian ilmu teknik industri
maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
untuk memudahkan pekerjaan. Islampun membolehkan
menggunakan alat apa saja untuk melakukan suatu
pekerjaan asalkan sesuai syariat Islam.
5. Energi
Energi yang dimaksud dalam objek teknik industri adalah
segala daya / kemampuan yang dapat digunakan untuk
mendukung terciptanya sistem kerja yang efektif dan

Disiplin Ilmu Teknik Industri -227 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

efisien. Dalam penerapannya, daya/kemampuan yang


dipergunakan ini bisa dari bermacam-macam sumber,
seperti manusia, mesin, hewan, dsb. Allah menyinggung
agar kita menggunakan daya/kemampuannya dalam
berbuat kebaikan, seperti dalam Qs.Al-Maidah ayat 2 :
ۡ ۡ ۡ
‫وتَ َعاونمواْ َعلَى ٱلي يرب وٱلت َّۡقو َٰٰۖى َوَال تَ َع َاونمواْ َعلَى ي‬...
‫ٱۡلُثي‬
ۡ َ َ َ َۡ
‫يد ٱلعي َق ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ٰۖ ِۚ ۡ
‫ي‬
٢ ‫اب‬ ‫د‬ ‫ش‬ ‫ٱَّلل‬ َّ
‫َوٱلعمد ََٰو َ م ْ ََّ ََّ َ م‬
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ٱَّلل‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ق‬ َّ
‫ٱت‬ ‫و‬ ‫ن‬
Artinya : “...Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah, 5:2).

B. Prinsip-prinsip Islami dalam Ilmu Teknik Industri


Usaha industry adalah salah satu bentuk pekerjaan
yang sangat dihormati dalam Islam. Namun dalam
berindustri, seorang muslim harus menepati aturan-aturan
Islam, agar tidak menyimpang dari tujuan Islam.Lima prinsip
seorang muslim dalam aktifitas ekonominya, yaitu: tauhid
uluhiyyah, tauhid rububiyah, istikhlaf, tazkiyatu al-nafs dan
al-falah. Maka aspek utama motivasi berindustri dalam Islam
adalah:99

99
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan ekonomi dalam Islam,
(Jakarta: BumiAksara, 1991), hal. 108.
- 228 - Disiplin Ilmu Teknik Industri
Islam dan Iptek (AIK VI)

1. Berdasarkan ide keadilan Islam sepenuhnya. Seorang


pengusaha Islam tidal diizinkan untuk senantiasa
mengejar keuntungan semata-mata dengan alasan bahwa
ia memiliki kemampuan untuk menegak-kan keadilan dan
kebajikan yang diingini oleh agama Islam.
2. Berusaha membantu masyarakat dengan cara
mempertimbangkan kemaslahatn orang lain pada saat
seorang pengusaha membuat keputusan yang berkaitan
dengan kebijaksanaan perusahaan.
3. Membatasi pemaksimuman keuntungan sesuai dengan
batas-batas yang telah ditetapkan oleh prinsip diatas.
Tentang industry yang menyangkut kepentingan dan
hajat masyarakat umum, Islam mengatur bahwa industry itu
harus menjadi milik umum, tidak dikuasai pribadi. Seperti
penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Abyadh bin Hamal:

‫ ُ بْ ِن‬ ِ ِ ِ
‫ اع ْن أابْيا ا‬،‫ابْ ِن اعْبد الْ ام ادان‬: ‫ال ابْ ُن الْ ُمتا اوِّك ِل‬‫قا ا‬
‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام‬ ِ‫ول هللا‬
ِ ‫ أانَّه وفا اد إِ اَل رس‬،‫اَحَّال‬
‫ا‬ ُ‫ا‬ ‫ُا‬
ِ ِ ِ ‫استا َُْا اعهُ الْ ِمْل اح –قا ا‬
‫ب‬‫الَّذي ِباأْ ِر ا‬: ‫ال ابْ ُن الْ ُمتا اوِّك ِل‬ ْ ‫فا‬
:‫س‬ ِ ِ‫ال ار ُج رل ِم ان الْ ام ْجل‬
‫فا اَُا اعهُ لاهُ –فالا َّما أا ْن اوََّل قا ا‬

Disiplin Ilmu Teknik Industri -229 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

‫ قا ا‬،‫ت لاهُ الْ اماءا الْعِ َّد‬


‫ال‬ ‫ت لاهُ؟ إََِّّناا قاَا ْع ا‬
‫أاتا ْد ِري اما قاَا ْع ا‬
100‫فان ت زع ِمنه‬:
ُ ْ ‫ا ْا ا ا‬
Artinya: “Bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. meminta
(tambang) garam, maka beliaupun memberikannya. Setelah
ia pergi, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau:
“Wahai Rasulullah, tahukah apa yang engkau berikan
kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu
yang bagaikan air mengalir”. Lalu ia berkata: Kemudian
Rasulullah pun menarik kembali tambang itu darinya” (HR
Abu Dawud).
Larangan tersebut tidak hanya terbatas pada tambang
garam saja, melainkan meliputi seluruh barang tambang
yang jumlah depositnya banyak (laksana air mengalir) atau
tidak terbatas. Ini juga mencakup kepemilikan semua jenis
tambang, baik yang tampak di permukaan bumi seperti
garam, batu mulia atau tambang yang berada dalam perut
bumi seperti tambang emas, perak, besi, tembaga, minyak,
timah dan sejenisnya. Barang tambang semacam ini menjadi
milik umum sehingga tidak boleh dimiliki oleh perorangan
atau beberapa orang.101 Demikian juga tidak boleh
hukumnya, memberikan keistimewaan kepada seseorang

100
al-Shawkani, Nayl al-Awtar, jil. hal. 6 53.
101
Al-Maliki, Politik Islam, hal. 80.
- 230 - Disiplin Ilmu Teknik Industri
Islam dan Iptek (AIK VI)

atau lembaga tertentu untuk mengeksploitasinya tetapi


penguasa wajib membiarkannya sebagai milik umum bagi
seluruh rakyat. Negaralah yang wajib menggalinya,
memisahkannya dari benda-benda lain, menjualnya dan
menyimpan hasilnya di bait al-mal.

C. Kontribusi Dunia Industri dalam Presfektif Islam


Berlangsungnya ekonomi pembangunan dunia ditandai
dengan kemajuan sains dan teknologi share sektor
perdagangan dan transfortasi yang penuh dengan kompetisi
dan lokomotifnya yang dibangun adalah lingkaran kapitalis
(liberalisme). Sistem ini menjadi popoler dengan keyakinan
yang kuat dan mendewakan liberalisasi sebagai tulang
punggung pembangunan ekonomi. Namun, dalam
perjalanannya sistemini gagal menciptakan pemerataan dan
keadilam pembangunan dan hanya menyisahkan
ketimpangan yang semakin mendalam antar individu,
kelompok, antar sektor perekonomian, antar wilayah bahkan
antar negara khususnya negara maju danNSB (negara sedang
berkembang).102
Akibatnya, kemiskinan dan pengangguran
berkepanjangan, kemelaratan danekspoitasi sumber daya
alam praktis amat merugikan Negara Sedang Berkembang
atau kelompok yang lemah. Karena itu keadilan dan

102
Hasan Aedy,Teori danAplikasiPembangunan Perspektif
Islam(Yogyakarta: Graha Ilmu,2011), Hal.1
Disiplin Ilmu Teknik Industri -231 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

kemakmuran untuk pendudukbumi tidak akan pernah


terwujud selama tidak ada perubahan yang mendasar
terutama kekebasan pasar sebagai sumber kedaulatan yang
mengatur perekonomian dunia.Sementara itu Negara Sedang
Berkembang mengalami kesulitan untuk membebaskan diri
dari ketidak berdayaan, yang berimplikasi terhadap
sumberdaya menusia yang amat rendah, kesejangan sosial,
kemiskinan dan pengangguran yang tidak kunjung padamdan
luput dari perhatian dunia. Dari negara di dunia yang diukur
dengan menggunakan data Tingkat Kenaikan Pendapatan per
Kapita dunia, dan indeks Tingkat Konsumsi per Kapita
menurut indikator non moneter tahun 1950-1999
menunjukkan perbedaan dan perubahan ketimpangan amat
signifikan.103
Dalam Islam, kemiskinan sering kali diakui sebagai
nasib yang menimpa,namun tidak berarti membenarkan dan
membiarkan diri untuk hidup miskin. Tidak jarang, akibat
kemiskinan manusia terjerat dengan berbagai perbuatan dan
berakhir dengan kekufuran, dan hal itu sudah diingatkan oleh
nabi ‫ ﷺ ﷴ‬. Dalam berbagai implementasi ekonomi

pembangunan selama ini diterapkan oleh banyak negara,


kemiskinan penduduk, pengangguran dan ketimpangan
distribusi pendapatan merupakan masalah besar yang belum
pernah berhasil di atasi secara memuaskan, terutama di

103
AgusMaddison, Monitoring the World Economy,OECD Paris
dalam Sadono Sukirno,op.cit.,Hal.40.
- 232 - Disiplin Ilmu Teknik Industri
Islam dan Iptek (AIK VI)

negara sedang berkembang. Sebaliknya, dalam penerapan


ekonomi Islam, pernah tercatat, bahwa ada sebuah negara
paling makmur di Timur Tengah pada tahun 100 hijriah, di
bawah pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, sehingga
hampir tidak ada yangmaumenerima zakat, lantaran
penduduknya sudahsejahtera (berkecukupan secara
ekonomi).104
Nampaknya sejarah membuktikan, bahwa sebuah
negara akan menjadimakmur, dengan jumlah penduduk
miskin paling rendah, bila pemerintah yang berkuasa berhati
mulia, beriman dan bertakwa dan menerapkan pola hidup
sederhana bagi pejabatnya, dengan mengembalikan
kekayaan negara (input,pendapatan) berimbang bahkan
cenderung lebih besar dalam belanja modal kepada rakyat
yangdipimpin.Pada sisi lain, pemilik modal menitipkan
kekayaan untuk mendorongpertumbuhan pembangunan
umat, dan zakat produktif, infaq dan sadakah.
Demikianhalnya dengan sumber yang menyangkut hajat
hidup orang banyak dioleh dengan sebaik-baiknya.

D. Ayat Al-Qur’an dan Hadits Tentang Disiplin Ilmu Teknik


Industri
Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan
manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum

104
Kadim As-Sadr,Fiscal Policiesin Aerly Islam,dalam Euis
Amalia,op.cit., Hal. 78-80.
Disiplin Ilmu Teknik Industri -233 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

diketahui. Informasi tentang ilmu teknik industri pun


disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia
bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah
mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan
penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di
seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan
masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman
dahulu. Sebagaimana firman ‫ ﷲ‬berikut ini: 105

‫قل انظرواماذاِف السموٍ واالرض’وماتغنىااليت‬


‫والنذرعن قوم ال يومنون‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar
(penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai
apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat: 101)

ِ ‫ت ِم ْن قاْبلِ ُك ْم ُسنا رن فا ِس ْيُوا ِِف اْأل ْار‬


‫ض فاانْظُُروا‬ ْ ‫قا ْد اخلا‬
ِ ِ
‫ف اكا ان اعاقباُِ الْ ُم اك ِّذبِ ْ ا‬
‫ني‬ ‫اكْي ا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-
sunah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

105
Syukron, Amin., & Muhammad Kholil, (2014). Pengantar
Teknik Industri, Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 1
- 234 - Disiplin Ilmu Teknik Industri
Islam dan Iptek (AIK VI)

‫قال فماخَبكم ايهااملرسلون‬


Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)

Teknik industri istilah ini diterjemahkan dari kata


industrial engineering sebagai suatu displin lmu keteknikan
yang baru, lahir melalui suatu proses evolusi yang lama sejak
revolusi Indutri yang berlangsung sekitar dua abad lampau.
Kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisensi,
maupun pruduktivitas sisitem produksi merupakan
pendorong utama munculnya displin Teknik Industri. Sistem
produksi atau sistem industri yang melibatkan komponen-
komponen manusia, material, mesin/fasilitas produksi
lainya, energy, dan informasi secara intergral. Usaha
industry adalah salah satu bentuk pekerjaan yang
sangatdihormati dalam Islam. Namun dalam berindustri,
seorang muslim harusmenepati aturan-aturan Islam, agar
tidak menyimpang dari tujuan Islam.Lima prinsip seorang
muslim dalam aktifitas ekonominya, yaitu: tauhiduluhiyyah,
tauhid rububiyah, istikhlaf, tazkiyatu l nafs dan al-falah. Al-
Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia,
baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui.
Informasi tentang ilmu teknik industri pun disebutkan
berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk
melakukan nazhar.

Disiplin Ilmu Teknik Industri -235 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

- 236 - Disiplin Ilmu Teknik Industri


Islam dan Iptek (AIK VI)

BAB XII
PARADIGMA ARSITEKTUR ISLAMI

A. Relasi Antara Alam, Manusia, dan Tuhan Dalam Arsitektur


Berarsitektur merupakan salah satu aktivitas manusia
yang juga dibingkai dalam ruang lingkup ibadahkepada Allah
swt, sehingga dalam berarsitektur mestinya kita selalu
berpedoman kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Salah satunya
adalah pemahaman bahwa Islam adalah agama yang
rahmatan lil’alamin, artinya memberikan rahmat, berkah,
maslahat, dan manfaat bagi alam semesta.
Karena itu di dalam berarsitektur mestinya kita juga
mampu menjadikan hasil rancangan kita sebagai arsitektur
yang rahmatan lilalamin bagi lingkungan di mana bangunan
itu berdiri dan tidak menimbulkan dampak negatif
(mudharat) terhadap lingkungan yang mengakibatkan
rusaknya ekosistem di lingkungan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa Islambukan semata-mata mengurusi
akhirat, melainkan merupakan sebuah way of life, artinya
apapun yang dilakukan oleh manusia di muka bumi ini diatur
di dalam Islam. Rasulullah bersabda di dalam salah satu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagai berikut:
“Aku tinggali kamu sekalian dua perkara, kalau kamu
berpegang kepada dua perkara itu, kamuakan selamat di
dunia dan di akhirat, dan dua perkara itu adalah Qur‟an dan
Sunnah”. Oleh karena itu, segala aktivitas kita termasuk

Paradigma Arsitektur Islami -237 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

dalam berarsitektur, tetaplah merujuk kepada al-Qur‟an dan


as-Sunnah sehingga tercipta desain yang baik dan tepat.
Arsitektur yang Islami Terdapat cukup banyak teori
yang membahas tentang arsitektur, baik yang menganggap
bahwa arsitektur hanya sekadar terdiri atas ruang, bentuk
dan struktur saja, maupunyang mengatakan bahwa sebuah
ruang merupakan unsur paling penting di dalam arsitektur,
sehingga untuk memahami arsitektur diperlukan pemahaman
atas ruang. Ada juga yang mempunyai pendapat bahwa
arsitektur adalah permainan massa dan cahaya yang luar
biasa. Mata kita memang diciptakan untuk melihat bentuk-
bentuk yang diterangi oleh cahaya. Cahaya dan bayangan
mengungkapkan bentuk-bentuk tertentu, seperti kubus,
kerucut, silinder, dan sebagainya Karenanya, timbullah
anggapan bahwa arsitektur selalu berhubungan dengan
bentuk-bentuk yang indah. Pengertian pengertian tersebut
bisa jadi berkaitan dengan apa yang disabdakan oleh Nabi
Muhammad saw, “Sesungguhnya Allah itu indah dan
mencintai keindahan”.
Menurut Ibn Katsir, salah seorang Mufassir, bahwa
agama (ad-din) Islam adalah syariat (peraturan hukum) yang
ditetapkan oleh Allah. Agama bisa juga disebut dengan
syara‟, syariat, atau millah Peraturan hukum ini wajib
ditaati. Kata Islam dapat ditemukan di dalam beberapa ayat
al-Qur’an, diantaranya adalah sebagai berikut:

- 238 - Paradigma Arsitektur Islami


Islam dan Iptek (AIK VI)

1. Bahwasanya agama yang diakui di sisi Allah hanyalah


Islam. Dan barangsiapa yang mencari selain Islam untuk
menjadi agamanya,
2. Maka tidaklah diterima agama itu baginya, dan orang itu
di hari akhirat termasuk orang orang yang rugi. Dan aku
hanya rela Islam itu yang menjadi agama bagimu
3. Ketiga ayat tersebut selain menjadi dasar bagi
penempatan Islam untuk agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw, juga menjadi penegas bahwa hanya
Islam, agama yang benar dan diridhai oleh Allah swt
Hakikat agama mencakup tiga unsur pokok, yaitu itikad
(iman), akhlak (moral), dan amal saleh (amal kebajikan).
Ketiga unsur pokok ini merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, artinya itikad berfungsi jika disertai oleh akhlak
yang mulia dan beramal saleh. Demikian juga sebaliknya,
berbuat kebajikan dan bermoral mulia tanpa disertai oleh
iman yang benar belumlah termasuk dalam kategori
beragama. Maksud diturunkannya agama ialah agar umat
manusia mendapat pedoman dan penuntun untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia serta kebahagiaan
di akhirat kelak. Kebahagiaan di akhirat hanya bisa diperoleh
jika seseorang dipersilahkan Allah masuk ke surga Jannatul
Khulud.
Agama itu mengatur semua aktivitas manusia di dunia,
tidak terbatas hanya mengatur persoalan ibadah mahdhah
(sholat, puasa, zakat,dan haji) saja akan tetapi juga

Paradigma Arsitektur Islami -239 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

persoalan-persoalan ibadah yang sifatnya ghairu maghdhah


(muamalah), termasuk dalam berarsitektur. Ini semua sesuai
dengan firman Allah swt sebagai berikut: “Aku tidak
menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku.” Dengan demikian,apapun yang dilakukan oleh
manusia di muka bumi ini hanyalah beribadah kepada Allah
swt. Termasuk di dalamnya adalah berarsitektur.106
Teori-teori tentang apa dan bagaimana arsitektur
bukanlah persoalan besar, namun yang terpenting adalah
memperhatikan bagaimana arsitektur mampu memberikan
kepuasan bagi penggunanya. Vitruvius membuat pernyataan
bahwa tujuan menciptakan arsitektur adalah untuk
penyusunan, penataan, dan keselarasan dalam pergerakan,
simetri, kesesuaian, dan ekonomi. Para ahli teori berikutnya
telah mengembangkan varian-varian sistem untuk
mengidentifikasi sasaran-sasaran dalam perancangan
arsitektur. Perkembangan ilmu ilmu sosial pada abad ke-19
dan abad ke20 telah menyuburkan tumbuh kembangnya
sistem-sistem yang dipakai untuk mencapai tujuan
arsitektur. Membangun tak lain adalah pengaturan sosial,
teknik, ekonomi, dan pengaturan psikologis.
Arsitektur yang kita alami dan kita huni mempunyai
banyak peran, yang kesemuanya merupakan manifestasi dari
perilaku hidup kita sehari-hari, cermin dari kebudayaan kita.

106
Zaini Dahlan. 1997. Qur‟an Karim dan Terjemahan Artinya
Surat 3: 19. Yogyakarta: UII Press
- 240 - Paradigma Arsitektur Islami
Islam dan Iptek (AIK VI)

Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh tingkat perasaan akan


keindahan (taste) kita, sehingga mampu menggambarkan
tingkat kemajuan teknologi yang kita miliki, tingkat
kemakmuran, juga dapat bercerita tentang struktur sosial
masyarakat.Kita juga dapat mengharapkan bahwa dengan
terjadinya perubahan-perubahan besar dalam hubungan
antara masyarakat dengan lingkungan, pernyataan tujuan
arsitektur harus diubah, menjadi sebuah keselarasan
diantara keduanya.
Pada penjabaran sebelumnya sudah dijelaskan bahwa
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Artinya, agama
yang memberikan rahmat bagi seluruh alam semesta dan
seisinya. Oleh karena itu sudah semestinya dalam merancang
arrsitek muslim senantiasa berusaha agar rancangannya
bermakna, memberikan manfaat bagi lingkungan atau
kawasan dimana bangunan itu didirikan. Lebih jauh, harus
dihindari pula merancang bangunan yang tidak bermanfaat
bagi masyarakat, yang justru mendekatkan kepada
kemubadziran. Kemubadziran adalah hal yang bertentangan
dengan ajaran Islam, artinya dalam merancang suatu
bangunan setiap arsitek harus berusaha untuk mewujudkan
desain arsitektur yang tepat gunadan tidak berlebih-lebihan,
seperti dinyatakan di dalam hadits riwayat Imam Muslim
berikut: “Jikalau akan melakukan suatu urusan,
pertimbangkan-lah manfaat dan mudharatnya, kalau urusan

Paradigma Arsitektur Islami -241 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

itu bermanfaat kerjakanlah akan tetapi jikalau urusan itu


banyak mudharatnya tinggalkanlah.”107

B. Definisi Arsitektur Islam


Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan
yang terpancar dari aspek fisik dan metafisik bangunan
melalui konsep pemikiran Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama
maupun cendikiawan muslim.
Aspek Fisik adalah sesuatu yang tampak secara jelas
oleh panca indra. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan
fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya Islam dan
dapat dilihat secara jelas melalui beberapa budaya, seperti
budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo.
Bentuk fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan
sepetri penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan
sebagainya.
Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak
panca indra tetapi dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih
kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur Islam
tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna
bangunan lebih nyaman dan aman ketika berada di dalam
bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur.
Contoh lain hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa

107
Aini, Muawanah Qurotul. Arsitektur Masjid Rahmad Kembang
kuning . Surabaya ; Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab , 1999
- 242 - Paradigma Arsitektur Islami
Islam dan Iptek (AIK VI)

menjadikan komunikasi orang tua dan anak lebih dekat,


sehingga membuat mereka rajin beribadah.
Kaidah Arsitektur Islam 1) Di dalam dan luar bangunan
tidak terdapat gambar/ornamen yang makhluk hidup yang
utuh 2) Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang
mengingatkan kepada yang Maha Indah Allah SWT. 3) Hasil
Desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan
kesombongan. 4) Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk
mendukung menjaga akhlak dan prilaku. 5) Posisi toilet tidak
dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat. 6)
Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar 7)
Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal
mungkin tidak merusak alam. 8) Menggunakan warna yang
mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam. 108

C. Prinsip-Prinsip Arsitektur Islam


Dalam beraktivitas apapun termasuk dalam
merancang, seorang arsitek muslim harus selalu berpegang
kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah agar hasil rancangannya
memberikan manfaat. Oleh karena itu, dalam merancang
mestinya seorang. arsitek mengacu kepada prinsip-prinsip di
atas dalam merancang arsitektur. Prinsip-prinsip tersebut
dapat kita temukan kesesuaiannya dengan nilai-nilai Islam,
sebagai berikut:

108
Rochim, Abdul .Sejarah Arsitektur Islam Sebuah Tinjauan.
Bandung .Angkasa ,1993 Hal 123-125
Paradigma Arsitektur Islami -243 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

1. Fungsi
Karya arsitektur harus fungsional, artinya harus bisa
dimanfaatkan secara maksimal, menghindari
kemubadziran. Seperti telah dijelaskan di atas,
kemubadziran atau tindakan berlebih-lebihan merupakan
salah satu tindakan yang dibenci Allah dan Rasulullah,
serta mengakibatkan banyak kerusakan di muka bumi. Hal
ini dinyatakan di dalam al-Qur‟an Surat al-
109
A’raaf Ayat 31, Artinya: “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”110

2. Bentuk
Bangunan dapat mempunyai tampilan bentuk yang bagus
namun tetap fungsional dan tidak berlebih-lebihan,
seperti yang dicontohkan oleh setiap ciptaan Allah di
muka bumi yang mengandung keindahan sekaligus
kemanfaatan, seperti dinyatakan di dalam Surat Shaad
Ayat 27, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah...”.

109
Yudoseputro,Wiyoso. Pengantar seni rupa Islam Di Indonesia.
Bandung : Penerbit Agkasa .1986.Hal 78
110
QS al-A‟raaf Ayat 31
- 244 - Paradigma Arsitektur Islami
Islam dan Iptek (AIK VI)

3. Teknik
Bangunan harus mempunyai struktur dan konstruksi yang
kokoh dan kuat sehingga tidak membahayakan manusia
yang menggunakannya. Allah telah menjadikan benda-
benda ciptaan-Nya sebagai potensi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam mendirikan bangunan
yang kokoh, misalnya bahan baja yang terdapat di dalam
al-Qur‟an Surat Al-Hadiid Ayat 25, “Kami turunkan besi
yang di dalamnya mempunyai tenaga yang sangat dahsyat
dan berbagai manfaat bagi manusia”.
Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, yang
berarti juga kemajuan teknik dalam bangunan dan
struktur, arsitek harus mampu menggunakan material-
material ramah lingkungan dan yang mempunyai recycling
life yang cepat dan dapat diperbarui, memanfaatkan
bahan-bahan daur ulang, serta mampu mengkombinasikan
penggunaan baja dengan bahan-bahan tersebut, sehingga
meminimalisasi material yang terbuang saat proses
pembangunan.

4. Keselamatan
Karya arsitektur harus mampu menjamin keselamatan
penghuninya seandainya terjadi bencana/musibah
apapun sebagai salah satu wujud ikhtiar, seperti pesan
Nabi dalam Hadits Riwayat Abu Dawud, “Mintalah selalu
keselamatan kepada llah swt”.

Paradigma Arsitektur Islami -245 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

5. Kenyamanan
Karya arsitektur harus mampu memberikan kenyamanan
bagi penghuninya, sehingga penghuni selalu bersyukur
atas kenikmatan yang diberikan Allah, seperti nikmat
diberi udara dan pencahayaan alami, seperti dinyatakan
di dalam al-Qur‟an Surat Ibrahim Ayat 7, ”Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

6. Konteks
Karya arsitektur harus mampu menyatu dengan
lingkungan dimana arsitektur itu didirikan, artinya tidak
merusak lingkungan alam maupun lingkungan buatan. Hal
ini dinyatakan di dalam al-Qur‟an Surat al-Qashash Ayat
77, “….dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.

7. Efisien
Karya arsitektur harus efisien, misalnya denganprinsip
“luxurious in simplicity”, artinya mewah dalam desain
tapi murah dalam pendanaannya, sehingga menghindari
kemubadziran. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu

- 246 - Paradigma Arsitektur Islami


Islam dan Iptek (AIK VI)

adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah


sangat ingkar kepada Tuhannya.111
Adapun prinsip dari arsitektur Islam yang dapat di
terapkan pada pembangunan Islam di antaranya
1. Adalah prinsip pengingata lepada tuhan yang memiliki
makna bahwa umat Islam senantiasa mengingat allah .

2. Adalah prinsip pada ibadah dan juga perjuangan .dimana


prinsip ini memiliki makna bahwa kehidupan umat bukan
hanya pada msalah ibadah namun juga di sertai aspek
perjuangan .

3. Ada prinsip pengingstsn terhadap wakaf dan juga


kesejahteraan public . dimana Islam selalu mengajar
umatnya untuk slalu berinteraksi dan tidak lupa saling
tolong menolong.

4. Adalah prinsip pengingatan akan kerendahan hati yang


lebih mengutamakan ahlak terpuji. Contoh arsitektur
Islam di antaranya :
a. Tajmahal
b. The citadel
c. Istana montaza
d. Benteng agra

111
Yudoseputro,Wiyoso. Pengantar seni rupa Islam Di Indonesia.
Bandung : Penerbit Agkasa .1986.Hal 78 - 80
Paradigma Arsitektur Islami -247 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

e. Masjid agung samara


f. Istana al hambara112

D. Prinsip Desain dalam Arsitektur Islam


Hakekatnya semua arsitektur didesain dengan tujuan
tepat guna. Akan tetapi dengan kemungkinanadanya
beberapa faktor, hasil akhirnya belum tentu memberi “guna”
maksimal seperti apa yang di harapkan. Keberhasilan
arsitektur, semestinya dinilai bukan hanya pada bentuk akhir
perwujudan dan desainnya, melainkan apakah ia mampu dan
berhasil memberikan pengaruh yang baik terhadap penghuni
dan lingkungan dimana arsitektur itu berada. Oleh karena
itu, seperti telah diungkapkan di atas, desain/rancangan
harus selalu berorientasi tepat guna dan “well-tasted”, yaitu
sesuai atau cocok bagi penghuninya dan mempunyai
pengaruh yang positif pada lingkungannya.
Sikap yang bijaksana adalah belajar dari masyarakat
dan alam, memperluas wawasan kita, untuk mencari
informasi yang perlu kita jadikan masukan bagi desain tepat
guna, karena banyak sekali dalam al-Qur‟an maupun al-
Hadits yang menganjurkan kita untuk selalu melakukan
segala sesuatunya harus mempunyai manfaat ataupun
maslahat bagi masyarakat, seperti dalam salah satu hadits di
atas.Pertimbangan dalam Perancangan Arsitektur Seorang

112
Yudo seputro. Wiyoso .Penghantar Seni Rupa Islam di
Indonesia . Bandung Penerbit Angkasa,
- 248 - Paradigma Arsitektur Islami
Islam dan Iptek (AIK VI)

arsitek dalam merancang sangat dianjurkan untuk mengikuti


lima langkah merancang arsitektur atau mengikuti prinsip
prinsip113

E. Dampak Arsitektur Islam dalam kehidupan manusia


Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan
yang terpancar dari aspek fisik dan metafisik bangunan
melalui konsep pemikiran Islam yang bersumber dari Al-
Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama
maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah sesuatu
yang tampak secara jelas oleh panca indra.
Dalam hal ini sebuah bangunan dengan fasade yang
memiliki bentuk dan langgam budaya Islam dan dapat dilihat
secara jelas melalui beberapa budaya, seperti budaya arab,
cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk fisik
yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri
penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan sebagainya.
Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca
indra tetapi dapat dirasakan hasilnya.
Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain
arsitektur Islam tersebut, seperti bagaimana membuat
penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman
ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan
penghuni merasa bersyukur. Contoh lain hasil desain ruang

113
Sumalyo, Yulianto . Arasitektur Masjid dan Monument Sejarah muslim.
Yogyakarta gajah mada Univesityy press . 2000
Paradigma Arsitektur Islami -249 -
Islam dan Iptek (AIK VI)

dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orang tua


dan anak lebih dekat, sehingga membuat mereka rajin
beribadah.114

114
IKAPI . Pencerminan Nilai Budaya Dalam Arsitektur Di Indonesia .
Yogyakarta :Djambatan , 1985
- 250 - Paradigma Arsitektur Islami
Islam dan Iptek (AIK VI)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Z. A. Perkembangan Pikiran Terhadap Agama . Jakarta:


Pustaka Al-Husna. 1984.
Abdullah, Amin, et al., Islamic Studies Dalam Paradigma
Integrasi-Interkoneksi (Sebuah Antologi), Yogyakarta Suka
Pres, 1997.
Abdul Qadim Zallum, Demokrasi Sistem Kufur: Haram Mengambil,
Menerapkan, dan Menyebarluaskannya, (Bogor : Pustaka
Thariqul Izzah, 2001).
Agus, Bustanudin. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial : Studi
Banding Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran
Islam,Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, yang
diterjemahkan oleh Umar Sitanggal, dkk, (Semarang:
Toha Putra, 1989).
Al-Ikhwan.net, Al-Qur‟an dan IPTEK (2): Sumber-Sumber Ilmu
Pengetahuan dalam Islam, Al-Ikhwan.net.com, di akses
20 November 2020
Amin abdullah, dkk, integrasi sains-islam mempertemukan
epistemologi islam dan sains, Pilar Religia, yogyakarta,
2004.
Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial,
Jakarta : Amzah, 2007.
Anshari, E. S. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1981.

Daftar Pustaka -251 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Arif Sadiman, dkk. Media Pendidikan (Pengertian,


Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta : PT Raja
Grafindo, 2012.
Arief, Abbas. 1993. Manajenen Transportasi, Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada.
Arsyad M. Natsir, Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah, Bandung:
Mizan, cet.I, 1989.
Azizy, A. Qodri, Penelitian Agama di Dunia Barat, dalam Jurnal
Penelitian Walisongo, Edisi 13, 1999.
Baiquni, A. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan
Teknologi. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa,
1996.
Baqir Zainal Abidin, Et. Al, Integrasi Ilmu Agama Dan Intrepretasi
Dan Aksi, (Bandung : Mizan, 2005).
Budi Winarto, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru, (Yogyakarta:
Tajidu Press, 2004).
Bukhari Umar, Hadist Tarbawi (Pendidikan Dalam Perspektif
Islam). Jakarta : Anizah, 2012.
Chemistry - The Central Science". The Chemistry Hall of Fame.
York University. Diakses tanggal 29 November 2020.
Choiruddin Hadhiri S.P., Klasifikasi Kandungan al-Quran, Jakarta:
Gema Insani Press, 1993
Farhana. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan
dan Kemajuan Media ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010

- 252 - Daftar Pustaka


Islam dan Iptek (AIK VI)

Hadhiri ,Choiruddin S.P. Klasifikasi Kandungan al-Quran, Jakarta:


Gema Insani Press, 1993.
Hasan Aedy,Teori dan Aplikasi Pembangunan Perspektif Islam
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
Hasbi ash-Shiddieqy, Teungku M. Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur'an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011.
Hidayatulloh, Realisasi Ilmu Pengetahuan Dan Agama,
International Seminar On Gatering Knowledge Through
Research, Uum-Umsida
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Fathul Baari, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006.
IKAPI. Pencerminan Nilai Budaya Dalam Arsitektur Di Indonesia.
Yogyakarta: Djambatan, 1985.
Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.
K. Bertenz, 2007. Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Madjid. 1990. Nurcholish, Reaktualisasi Nilai-Nilai Kultural Dalam
Proses Transformasi Masyarakat, Simposium nasional ICHI,
Malang, 6-8 Desember
Mattulada, A, 1991. Ilmu-Ilmu Kemasyaiaan (Humaniora)
Tantangan, Harapan-harapan Dalam Pembangunan, UNHAS
M. Chabib Thoha, 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,. Cet. 1

Daftar Pustaka -253 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran Tafsir Maudhui Atas


Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. 1999.
Mohd. Arifullah, Hubungan Sains Dan Agama (Rekonstruksi Citra
Islam Di Tengah Ortodoksi Dan Perkembangan Sains
Kontemporer) Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol.2
L No. L, Juni 2006.
Muawanah Qurotul. Arsitektur Masjid Rahmad Kembang kuning.
Surabaya ; Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, 1999.
Muslich Shabir, Terjemah Riyadluss Shalihin, Semarang: CV. Toha
Putra,1981.
Muh. Asnawi, dkk, Al-Quran Hadits Untuk Madrasah Aliyah Kelas
X, Semarang: C.V. Gain & Son, 2004
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan ekonomi dalam Islam,
Jakarta: BumiAksara, 1991
Muhammad Sya’ban, Ismail. Mengenal Qira-at al-Qur’an, terj.
AgilHusin Al-Munawar, dkk, Semarang: Dina Utama, 1993.
Musthafa Ahmad ,al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi, juz15., terj.
Hery Noer Ali, Semarang: Toha Putra, 1993.
Mustofa umar ali azhab, Tafsir Alfutiri yang diterjemahkan oleh
Umar Sitanggal, dkk, (Yogyakarta : Toha Putra, 1989)
Nasril Hadjar, Pengenalan Astronotika dan Teknologi Antariksa,
(Jakarta: Orsat Pemuda, t.th.).
Nurchalis Bakry et.al. Bioteknologi dan Al-Qur`an Referensi
Dakwah Dai Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 1996).
Prof. Dr. T Jacob, Dkk, Evolusi Manusia Dalam Konsepsi Islam,,
(Bandung : Risalah, 1984).

- 254 - Daftar Pustaka


Islam dan Iptek (AIK VI)

Prof. Dr. Oemar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta.


1995.
Rahmiati dan Nor Hamdan, Dinamika Peran Ulama Dalam Politik
Praktis, Banjarmasin: Antasari Press, 2006.
R. Williams and D. Edge, “The social shaping of technology”,
Research Policy, Vol. 25, No. 6, September, 1996
Saifulloh, Konsep Iptek Dan Keterpaduann Dalam Alquran , Jurnal
Hunafa Vol 3 No 3 September 2006
Sumalyo, Yulianto. Arasitektur Masjid dan Monument Sejarah
muslim. Yogyakarta Gajah Mada Univesityy Press. 2000.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial, dan
Politik. Jakarta: PT Gramedia, 1986.
Syeichul Hadipermono, Bayi Tabung dan Rekayasa Genetika,
Surabaya: Wali Demak Press, 19995
Uli dan Rio L. Dulu Islam Pernah Berjaya - www.swaramuslim.net
Umar Hasyim. Mencari Ulama Pewaris Nabi. Surabaya : PT. Bina
Ilmu, 1988.
Yudoseputro, Wiyoso. Pengantar Seni Rupa Islam Di Indonesia.
Bandung: Penerbit Agkasa, 1986.
Yukron, Amin., & Muhammad Kholil, Pengantar Teknik Industri,
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam. (Jakarta : Gema
Insani Press, 1997).
W Wisnu, Arya. Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Daftar Pustaka -255 -


Islam dan Iptek (AIK VI)

Zaini Dahlan. Qur‟an Karim dan Terjemahan, Yogyakarta: UII


Press, 1997.
Zaghlul An Najjar, Pembuktian Sains Dalam Sunnah, Terjemah,
Azni Ilham Faylasufa, Jakarta : Amzah, 2007
Zakiyyah, Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.

- 256 - Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai