Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

POSITIFIKASI HUKUM ISLAM DINEGARA-NEGARA ISLAM ERA


MODERN BESERTA RUANG LINGKUPNYA
Disusun guna memenuhi tugas Semester Genap Mata Kuliah tarikh tasyrih
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Makrum Kholil, M.Ag

oleh :

1. Rachma Atika (1521013)


2. Abimanyu Riskhan Salasa (1521023)
3. Yasmin Zahro Muna(1521026)
4. Khayadiyana(1521032)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
IAIN PEKALONGAN
2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat anugrah dan hidayah kepada kami ,sehingga dalam
menyusun makalah yang berjudul “POSITIFIKASI HUKUM ISLAM
DINEGARA-NEGARA ISLAM ERA MODERN BESERTA RUANG
LINGKUPNYA’’ kami diberikan kemudahan serta kelancaran. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan dan terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir. Aamiin.

Terimakasih kami ucapkan kepada rekan- rekan kelompok yang telah


berpartisipasi dalam pembuatan makalah atau penyusunan makalah ini .harapan
kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat ,baik tersurat maupun
tersirat untuk kita petik dan kita amalkan dikehidupan .

Terimaksih dan mohon maaf kami haturkan kepada rekan dan pihak –
pihak terkait.apabila banyak ketidak sesuaian dan ketepan makalah.

Pekalongan, Apil 2022

Penulis

2
3
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

C. Tujuan .........................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Berbagai Bentuk Ijtihad.............................................................................6

B. Pembaharuan dan Positifikasi dinegara


Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia.............................................7

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

4
BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Makalah
Berangkat dari latar belakang yang di jelaskan maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Bentuk Ijtihad?
2. Bagaimana Pembaharuan dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia?
3. Bagaimana Positifikasi dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah kami buat, maka kami memilika
beberapa tujuan, diantaranya:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Bentuk Ijtihad
2. Mahasiswa mampu mengerti Pembaharuan dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia
3. Mahasiswa mampu memahami Positifikasi dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia

5
BAB II
PEMBAHASAN
A . Berbagai Bentuk Ijtihad

Ijtihad adalah pengerahan daya upaya untuk menemukan suatu hukum


secara rinci. Hal ini diupayakan oleh para ulama untuk menjawab segala persoalan
yang muncul pada saat dalam sumber utama agama tidak ditemukan dalil atau
ketentuan hukum yang jelas. Dalam pelaksanaan ijtihad, faktor-faktor yang harus
diperhatikan adalah perubahan sosial, budaya, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta lebih dari itu yang harus sesuai dengan tuntutan zaman dan
melibatkan beberapa disiplin ilmu sosial-ekonomi agar pembacaan sebuah
masalah lebih komprehensif.1

Bentuk-bentuk ijtihad :

1. Ijma’
Ijma’ merupakan salah satu metode yang dipakai para ulama untuk
menetapkan suatu hukum, apabila mereka dihadapkan suatu persoalan
hukum yang tidak ditemukan dalam landasan hukum islam maupun dalam
as-sunnah. Apabila suatu peristiwa terjadi dan membutuhkan ketentuan
hukum dan peristiwa tersebut dikemukakan kepada para ulama yang
memiliki kemampuan berijtihad, dan kemudian mereka mengambil
kesepakatan berupa hukum dari peristiwa tersebut. Prinsip-prinsip dalam
ijma’ :
a. Ijma’ dapat terjadi dengan kesepakatan para ulama (mujtahid)
b. Adanya permasalahan yang tidak terdapat dalam nash Al-qur’an
c. Terjadi pada masa tertentu.

Dengan demikian ijma’ dapat dikatakan tidak sah apabila terdapat ulama
yang tidak menyetujui, hanya terdapat seorang mujtahid, tidak ada kebulatan yang
nyata, dan sudah jelas terdapat dalam nash.2

1
Ahmad Badi’ “ IJTIHAD : Teori dan Penerapannya” Volume 24 Nomor 2 September 2013 hal 28-
29
2
Drs. Zakaria Syafe’i “IJMA SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM (kajian tentang kehujjahan ijma’ dan
pengingkarannya” No. 67/XIII/1997 hal 29

6
2. Qiyas
Qiyas adalah metode untuk menyimpulkan hukum yang biasanya
menjawab persoalan baru. Secara lughah atau bahasa, kata qiyas berarti
qadara, yang artinya mengukur, membandingkan sesuatu dengan yang
semisalnya. Sedangkan arti qiyas secara istilah menurut al-Ghazali dan al-
Mustashfa yaitu menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu
yang diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau
meniadakan hukum dari keduanya disebabkan terdapat hal yang sama
antara keduanya, dalam penetapan hukum/sifat atau peniadaan
hukum/sifat.3 Qiyas memiliki beberapa syarat yaitu :
a. Ashal (pokok) : adanya ashal harus lebih dahulu dari cabang (far’un)
dan ashal sudah mempunyai hukum yang ditetapkan degan nash
b. Far’un (cabang) : adanya cabang tidak boleh mendahului ashal, cabang
tidak mempunyai ketentuan hukum sendiri, illat yang terdapat pada
cabang harus sesuai dnegan illat yang terdapat pada ashal, dan hukum
ditetapkan atas cabang harus sama dengan hukum ashal
c. Illat : illat harus tetap berlaku, illat harus berpengaruh pada hukum,
illat harus terang dan tentu, illat tidak berlawanan dengan nash

B . Pembaharuan Hukum Islam di Negara Mesir & Arab

 Mesir

Sejarah Singkat Negara Mesir Sejarah Mesir secara historis dapat kita lihat
ketika Mesir berada pada kekuasaan Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai
ibu kotanya merupakan awal kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam yang
berkembang menjadi kota dan negara tujuan setiap orang. Mesir menjadi sangat
menarik pada masa kekuasaan Romawi tersebut karena ia mempunyai potensi
yang secara tradisional telah berakar di Mesir (H. Nasution, 2003: 21). Kerajaan
Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival berat pengembangan

3
Kutbuddin Aibak “ Qiyas sebagai dalil hukum syara’ (Analisis qiyas sebagai metode ijtihad dalam
istinbath hukum)” AHKAM, Volume 08, Nomor 1, Juli 2006 hal 34

7
Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kholifah
Umar Bin Khatab.4

Pada saat Umar menjadi Khalifah, Romawi Timur merupakan target


pengembangan misi keislaman dan akhirnya kekuatan militer Romawi tidak dapat
menghambat laju kemenangan Islam di Mesir, karena keberadaan Islam sebagai
agama baru memberikan keluasaan dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu
tidak diperoleh dari pemerintahan Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi
yang labil karena berkembangnya konflik keagamaan (Marsot, 1990: 11). Mesir
menjadi wilayah Islam pada zaman khalifah Umar bin Khattab pada 640 M, Mesir
ditaklukkan oleh pasukan Amr Ibn al-Ash yang kemudian ia dijadikan gubernur di
sana. Kemudian diganti oleh Abdullah Ibn Abi Syarh pada masa Usman dan
berbuntut konflik yang menjadi salah satu sebab terbunuhnya Usman ra. Mesir
menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan pernah dikuasai dinasti-dinasti kecil
pada zaman Bani Abbas, seperti Fatimiah (sampai tahun 567 H) yang mendirikan
Al-Azhar, dinasti Ayubiyah (567- 648 H) yang terkenal dengan perang salib dan
perjanjian ramalah mengenai Palestina, dinasti Mamluk (648-922 H) sampai
ditaklukan oleh Napoleon dan Turki Usmani (Hotman, 1991: 11–15) (Hamid,
2010: 90).

Bagaimanapun Mesir adalah sebuah tempat yang sarat dengan peran


politik dan kesejarahan. Bagaimana tidak, nampaknya Mesir dilahirkan untuk
selalu dapat berperan dan memberikan sumbangan terhadap perjalanan sejarah
Islam itu sendiri. Dari segi ekonomi dan politik, ia memberikan sumbangan yang
cukup besar terutama sektor perdagangan dan pelabuhan Iskandariyah yang
memang sejak kerajaan Romawi Timur merupakan pelabuhan yang ramai.
Sedangkan dari segi pembangunan hukum Islam, Mesir merupakan daerah yang
ikut melahirkan bentuk dan aliran hukum Islam terutama dengan kehadiran Imam
Syafi’i, yang hukum-hukumnya sangat dikenali5

4
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun, hlm 3
5
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun,Ibid

8
Pembaharuan dan Potifikasi di Negara Mesir dalam catatan sejarah, Mesir
pernah diduduki oleh beberapa kerajaan, yaitu dimulai dari masa Fir’aun, Yunani,
dan Romawi, Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, 6 ║Jurnal Integrasi
Ilmu Syari‘ah, Volume 2, Nomor 3, September-Desember 2021 dan Utsmaniyah.
Menurut A.J. Butler, penduduk negara/ kerajaan tersebut telah menyebabkan
Mesir jatuh dalam situasi yang tidak menguntungkan, bahkan seluruh organisasi
pemerintahan di Mesir diarahkan untuk tujuan memeras keuntungan bangsa
terjajah untuk kepentingan penguasanya.

Di satu sisi, banyaknya Negara yang menguasai Mesir membawa nilai-


nilai postif, tetapi di pihak lain, mau tidak mau, terjadi asimilasi itu terjadi dalam
aspek perundangundangannya. Thaha Husain menuturkan bahwa mereka yang
berada dalam roda pemerintahan Mesir modern lebih cenderung mengikuti pola
Raja Louis di Perancis daripada mengikuti pola Abdul Hamid di Turki. Mereka
membentuk pengadilanpengadilan negeri dan memberlakukan hukum Barat
daripada hukum Islam. Pembaharuan hukum Islam di Mesir menurut John L.
Esposito dilatarbelakangi oleh ortodoksi sunni yang mengalami proses kristalisasi
setelah bergulat dengan aliran muktazilah, aliran syiah dan kelompok khawarij
yang kemudian disusul dengan sufisme yang pada tahapan selanjutnya mengalami
degenerasi.

Degenerasi dan dekadensi aqidah dan politik nepotisme dan absolutis yang
bertentangan semangat egaliterianisme yang diajarkan Islam setelah merajalelanya
bid’ah, kurafat, fabrikasi dan supertisi di kalangan umat Islam dan membuat buta
terhadap ajaran-ajaran Islam yang orisinal. Maka tampilah pada abad peralihan 13
ke-14 seorang tokoh Ibnu Taimiyah yang melakukan kritik tajam sebagai reformis
(Tajdid) dengan seruannya agar umat Islam kembali kepada Al-Qur’an, Sunnah
serta memahami kembali ijtihad. Lebih jauh Muhamamd Abduh menggambarkan
bahwa metode pendidikan yang otoriter juga merupakan salah satu pendorong
mandegnya kebebasan intelektual, sehingga ia sendiri merasa tidak begitu tertarik
mendalami agama pada masa kecil lantaran kesalahan metode itu, yakni berupa
cara menghafal pelajaran di luar kepala.

9
Al-Azhar yang selama ini berkembang menjadi simbol kajian keilmuan,
juga terjangkit penyakit kejumudan dengan hanya mengajarkan ilmu agama dan
melarang segala bentuk kajian keilmuan yang berangkat dari sisi rasionalitas,
sistematik dan ilmiyah. Keterbukaan dalam melakukan pemikiran keislaman dan
pendidikan dengan orientasi pada sikap rasionalitas merupakan barang baru, yang
sama sekali tidak berkembang di kalangan umat Islam Mesir, dan tawaran-
tawaran semacam itu akan menimbulkan reaksi yang keras, yang berkembang dari
mereka yang tidak mau menggunakan rasionalitas dan pembahasan sistematis
terhadap ajaran Islam.

Hal tersebut sangat wajar karena umat Islam telah jatuh pada sikap
kehangatan sufisme dan mistisisme. Pada tahap perkembangannya, pola
pembaharuan hukum Islam Kontemporer di Mesir lebih mengarah kepada hal-hal
berikut: Pertama, pembaharuan sistem berfikir artinya tata cara berfikir umat
Islam yang harus meninggalkan pola pikir tradisional yang dogmatik.

Kedua, upaya membangun semangat kolegial umat, agar memperoleh


kesempatan melakukan aktualiasai ajaran terutama partisipasi aktif dalam
percaturan politik, ekonomi dan hukum di dunia, sebab selama ini, umat Islam
secara aktif tidak mampu memberikan partisipasinya dalam percaturan dunia
(Masyafa’ah, 2012: 208–236). Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa,
pemerintahan Mesir modern sudah membentuk pengadilan-pengadilan negeri.
Adapun perkembangan peradilan dan perundang-undangan di Mesir melewati tiga
fase, yaitu sebelum terbentuknya Qanun AlMukhtalitah dan Ahliyah.

Dalam fase ini terdapat beberapa peraturan dan perundang undangan yang
ditetapkan oleh Muhammad Ali dan penguasa sebelumnya, di antaranya Qanun
Al-Fallah (berkaitan dengan masalah pertanian), Qanun As-Siyasah Hammah
(mengatur hal-hal yang berrkaitan dengan adminitrasi umum, termasuk yang
menyangkut hak dan kewajiban pegawai serta sanksi hukum bagi yang melakukan
pelanggaran), Qanun Amaliyat Al-Jusur (mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
pembuatan jembatan dan pengairan), Qanun As-Siyasah Laihah, Qanun Al-Lailah
As Sa’diyah (mengatur tanah-tanah kharaj) (Masyafa’ah, 2012).

10
Berbagai undang-undang di atas, tidak sepenuhnya berdasar syariat Islam,
tetapi banyak diwarnai oleh intervensi kebijakan penguasa dan undang-undang
Perancis. Dengan demikian, dapat dilihat betapa lemahnya peradilan pada fase ini,
fana kekuasaan peradilan banyak ditentukan oleh penguasa sehingga dalam
pelaksanaannya banyak kesimpangsiuran. Misalnya, dalam menjatuhkan
putusanya, hakim akan melihat status dan kedudukan sosial seseorang
(Masyafa’ah, 2012).6

Berikut sekilas lampiran secara ringkas perundang-undangan Islam yang


diterapkan di Mesir pada era modern, antara lain:

a) Hukum tentang status personal (Al-Ahwal al-Sakhshiyah) 1920 -1929. Hukum


ini mengatur tentang hukum privat dan public yang berlaku di Mesir.

b) Hukum tentang waris,wasiat dan wakaf (Qonun al-Mirats wa al- Washiyah wa


al-Ushul al-Waqf/Laws on inheritance, wills and waqf) 1943-1952. Fokus pada
hukum ini mengatur tentang aturan-aturan hukum yang berkaitan tentang
kewarisan, wasiat dan wakaf

c) Undang-undang sipil (perdata) dan undang-undang peradilan (Civil Codes and


Laws on Courts) 1931-1955. Undang-undang ini juga mengatur tentang hukum
privat sekaligus penegasan fungsi lembaga peradilan sebagai lembaga yudikatif.

d) Syari'ah dalam Undang-undang Dasar 1977. Ini adalah kodifikasi undang-


undang dasar Negara Mesir yang ruhnya sudah diwarnai oleh Syari’at Islam.

e) Undang-Undang Jihan 1979 merupakan amandemen pertama dari hukum


personal 1920-1929.

f) Amandemen Hukum Status Personal 1985.7

 Arab

6
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun, hlm 5-6
7
HUKUM ISLAM DI DUNIA ISLAM MODERN Mohammad Fairuzzabady Dosen Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu, hlm 2

11
Secara substansial, pembaharuan Hukum Islam memiliki dua kategori:
Pertama, intra-doctriner reform, yakni pembaharuan yang dilakukan dengan cara
menggabungkan ragam pendapat madzhab besar yang ada dalam khazanah
Hukum Islam, dan di saat yang sama mengambil pendapat di luar madzhab besar.
Kedua, extra-doctrinal reform, yakni pembaharuan dengan memberikan tafsir
hukum yang sama sekali baru. 5 Pembaharuan ini dimulai oleh Kekhilafahan
Turki Uthmani. Salah satu warisan monumental dari pembaharuan hukum Turki
Uthmani adalah diterbitkannya kodifikasi hukum, al-Majallah al-Ahkam al-
Adliyyah atau al-Majallah pada 1870. Al-Majallah, merupakan kitab hukum
perdata (kode sipil) di seluruh wilayah kekuasaan Khilafah Turki Usmani dan
dianggap sebagai Kode Sipil pertama dunia Islam. Sumber hukum materi al-
Majallah kebanyakan diambil dari pandangan madzhab Hanafi.6 Secara umum,
Dunia Islam masa kini tengah menghadapi 8kenyataan bahwa ekspresi-ekspresi
hukum Islam, dengan berbagai produk fikih di dalamnya, berbeda dari satu
wilayah ke wilayah lain,7 termasuk Saudi Arabia. 41 Saudi Arabia yang nama
lengkapnya, al-mamlakah alArabiyyah al-Su’u>diyyah atau Kerajaan Arab Saudi
adalah sebuah kerajaan di semanajung Arab.8 Pada awal abad ke 16, Turki
menguasai semanajung Arab, terutama bagian Utara dan Barat laut. Kemudian
Inggris turut menanamkan kekuasaannya di daerah itu.

Diantara sekian banyak keemiran di Arab, yang paling menonjol dan


bertahan lama adalah Dinasti Sa’ud, yang pada abad ke 14 telah menguasai
keemiran di Dariyyah, dekat kota Riyadh sekarang. Pada tahun 1902 muncul
seorang pemimpin muda yang berbakat dari dinasti Sa’ud yang menyusun
kekuatan pasukan yang berasal dari kaum badui digabung dalam ikhwan
(persaudaraan). Dalam waktu singkat ia telah dapat mengkonsolidasi dinastinya.
Ia dapat menguasai Riyadh, Ned (1906), Hasa (1913), Asir (1923) dan Hejaz
(1925). Pada tahun 1932 ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Arab Saudi
sebagai gabungan dari kesultanan Nejd dan kerajaan Hejaz. Pada mulanya Nejd
berada dibawah pimpinan Abdul Aziz bin Abdurrahman sejak tahun 1906,
sedangkan Hijaz berada di bawah pimpinan Syarif Husain. Baik Nejd maupun
Hejaz, sebelumnya sama-sama berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani.
8
Pembaharuan Hukum Islam di Saudi Arabia Oleh: Usman Musthafa, hlm 40-43

12
Kekuasaan Turki di Hijaz lebih banyak berpengaruh dalam segala hal termasuk
dalam bidang peradilan, mengingat letak Hejaz yang mudah terjangkau oleh
Istanbul. Sebaliknya kekuasaan Turki di Nejd kurang begitu berpengaruh karena
letak geografisnya yang sulit dilalui. Nejd dapat melepaskan diri dari kekuasaan
Turki pada tahun 1803 seratus tahun lebih awal daripada kemerdekaan Hejaz yang
baru lepas tahun 1924.

Perbedaan lama dan pendeknya kekuasaan Turki tersebut dapat


dimungkinkan berpengaruh pula terhadap perjalanan hukum Islam dan tata-
hukum yang berlaku di dalamnya, baik yang bersumber dari shari’ah maupun dari
luar shari’ah.9 42 Lahirnya Kerajaan Saudi Arabia sebagai jelmaan dari Najed dan
Hejaz, dengan tegas menyatakan bahwa negara berlandaskan hukum Islam. Arab
Saudi menempatkan Islam sepenuhnya sebagai asas, dalam bidang struktur
pemerintahan, kebijaksanaan, legitimasi, dan dalam melaksanakan setiap
perubahan. Madhhab Hanbali dijadikan sebagai madhhab resmi negara.
Kenyataan ini menjadi bukti bahwa shari’ah tetap relevan dengan perubahan dan
tuntunan zaman, khususnya yang dihadapi kerajaan Saudi Arabia. Model
pembaharuan hukum Islam di Saudi Arabia meletakkan hukum Islam
berdampingan dengan tata hukum lainnya, dan dijadikan sebagai sumber hukum
kedua. Karena itu, tulisan ini akan menjelaskan model pembaharuan hukum Islam
dan tata hukum sistem peradilan yang berlaku di Saudi Arabia.

. Sistem Politik dan Undang-Undang Dasar Kerajaan Saudi Arabia


mempunyai sistem politik dan Konstitusi yang menyatakan dengan tegas, bahwa
Shari’at Islam menjadi dasar dan aturan Negara. Secara politis pernyataan
konstitusional tersebut menunjukkan adanya tuntutan dan usaha-usaha
mensejajarkan setiap tindakan pemerintah dan perilaku masharakat harus selaras
dengan shari’at Islam. Sementara raja sebagai penguasa eksekutif adalah yang
menjalankan dan membuat peraturan dalam halhal tertentu. Karenanya, selain
memiliki posisi sebagai pemimpin politik, raja berperan juga sebagai imam atau
pemimpin agama. Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sumber kekuasaan
adalah Allah. Al-Qur’an dan al-Sunnah berikut penjelasannya merupakan undang-

13
undang langit. Raja berperan sebagai wakil Allah di muka bumi ini dalam
menjalankan undang-undangnya9

Walaupun demikian, Raja tetap mempunyai wewenang dalam menentukan


kebijakan-kebijakan yang tidak dijelaskan al-Qur’an atau al-Sunnah. Raja
membentuk peraturan memilih para pemuka/bangsawan, membentuk sebuah
badan sejenis kabinet (Majlis Shura/atau Majlis Wuzara) dari kalangan
bangsawan. Para menteri dalam majlis tersebut diberi tugas memimpin
departemen masing-masing dan memberi usulan kepada raja. Di Arab Saudi tidak
terdapat dewan perwakilan yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat, dan juga
tidak terdapat partai politik. Yang ada adalah Majlis Shura yang anggota-
anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh raja. Dengan demikian, tidak dapat
dikatakan bahwa kekuasaan raja di Arab Saudi mutlak dan tanpa batas. Karena
raja, seperti halnya warga negara lain, juga harus tunduk kepada shari’ah.
Pelanggaran terhadap hukum Ila>hi dapat dijadikan alasan atau dasar untuk
menurunkan raja dari tahta. Hal demikian pernah terjadi pada Raja Sa’ud bin
Abdul Azis yang memerintah dari tahun 1953 sampai tahun 1964. Karena
dianggap tidak layak lagi untuk memerintah, maka pada tahun 1964, majlis yang
terdiri dari sejumlah pengeran senior Saudi, ulama dan pejabat tinggi kerajaan,
atas dasar alasan demi kepentingan umum, meminta raja untuk turun tahta dan
menggantinya dengan salah seorang saudara laki-lakinya, Faisal, yang
memerintah sampai pada tahun 1975

Tata Hukum Kerajaan Saudi Arabia adalah sebagai berikut: 10

1. Pertama, Majlis al-Qad}a al-‘A’la> (Mahkamah Agung). Majlis ini berwenang


meninjau kembali putusanputusan lebih rendah dalam putusan hukuman mati,
potong tangan dan hukum rajam. Dan berwenang pula untuk mengangkat,
menaikkan pangkat, pemindahan, dan peraturan cuti bagi para qa>d}i>.

2. Kedua, Mahkamah Tamyi>z, yang berwenang meninjau kembali putusan


perdata dan putusan pidana yang telah diputuskan peradilan yang lebih rendah.

9
Ibid
10
Ibid

14
Dalam hal ini 50 putusan ditentukan oleh tiga orang hakim kecuali dalam
hukuman mati, potong tangan, dan rajam, harus diputuskan lima orang hakim.

3. Ketiga, Al-Mahakim al-‘Ammah, yang berwenang mengadili segala perkara


pidana dan perkara lainnya. Terdiri dari seorang hakim dan atau lebih.
Sebagaimana putusanputusan pada umumnya diambil oleh seorang hakim,
dikecualikan dalam perkara pembunuhan, rajam dan potong tangan, maka putusan
diambil oleh tiga orang hakim.

4. Keempat, Al-Maha>kim al-Juz’iyyah, yang berwenang mengadili perkara yang


ringan, yang dapat diselesaikan dengan segera, putusan diambil oleh seorang
hakim Selain dari empat mahkamah ini ada lagi Badan Peradilan istimewa yang
dinamakan Dewan Maz}a>lim. Dewan ini dikepalai oleh seorang kepala setingkat
menteri. Ia tidak bertanggung jawab kepada Menteri Kehakiman, tetapi kepada
Raja. Diantara tugas dewan ini menangani perkara korupsi dan suap. Dewan ini
sangat besar fungsinya terutama dalam penyelamatan keuangan negara dari
penyelewenganpenyelewengan, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di
Indonesia.

Secara umum hukum islam yang menjadi perundang-undangan dinegara


ini diadopsi dari fiqih Maliki yang merupakan mazhab terbesar penganutnya di
Negara ini.6 Berikut legislasi hukum Islam yang terakomodasi di negara Aljazair:

a) Ordonansi Perkawinan (Marriage Ordinance)1959. Ordonansi ini mengatur


tentang hukum keluarga yang berkaitan dengan perkawinan yang sesuai dengan
konsep hukum perkawinan Islam yang berlaku dengan merujuk kepada mazhab
fikih mayoritas yang dianut oleh umat Islam di Al-Jazair yaitu fiqih Maliki.

b) Hukum Ordonansi Perkawinan Amandemen ( Marriage Ordinance


(Amendment) Law ) 1963. Ini adalah amandemen pertama dari ordonansi
perkawinan yang telah berlaku dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan
kebutuhan hukum yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.alam wilayah
perdata belum menyentuh kepada pidana.

15
c) Kitab Undang-Undang Hukum Keluarga ( Family Code ) 1984. Kitab
Undang- undang Hukum keluarga ini mengatur lebih luas dari ordonansi
perkawinan, di dalamnya juga sudah mencakup tentang kewarisan dan hal-hal
yang terkait dengan hukum keluarga lainnya.11

 Sudan

Pada dasarnya, sebelum Mesir tiba pada tahun 1821, Muslim Sudan sudah
mengetahui hukum Islam. Namun, ketika Inggris memerintah Sudan, sistem
hukum Sudan didasarkan pada prinsip-prinsip hukum umum Inggris dan
Eropa seperti bekas koloni Inggris lainnya. Hal ini terjadi lantaran Inggris
menjajah Mesir & Sudan termasuk pada Anglo-Egyption Condominiumantara
1889-1956. Tetapi pada sisi lain, ordonansi peradilan aturan Islam mengakui
peradilan-peradilan tadi & jua mengakui pemegang otoritas yudisial pada
bawah syariah (Qadi al-Qudat) buat meletakkan anggaran-anggaran lebih
jelasnya bagi peradilan-peradilan itu (Mahmood, 1972: 64).

Dalam mengembangkan hukum, Sudan memiliki peradilan yang bebas


dan independen yang tidak terpengaruh oleh kekuasaan. Namun demikian,
lembaga ini bertanggung jawab penuh kepada Kepala Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Qadhi al-Qudhat adalah dengan
otoritas penuh atas pengadilan Syariah. Peradilan memiliki kepala bernama
Rasiul Qadha, yang dipilih langsung oleh kepala negara. Sejak Kadi
memiliki kewenangan Arkudat, hasil pemikiran hakim menjadi dasar
yayasan. Jadi meskipun Sudan adalah negara yang telah mereformasi hukum
Islam, itu tidak berlebihan. Bentuk reformasi yang dilakukan oleh Sudan
merupakan reformasi yang lahir dari seorang hakim dalam bentuk putusan
hakim.

Bentuk peradilan ini terdiri dari lembaga jangka menengah dan awal
tertinggi. Kehakiman tertinggi memiliki kekuasaan untuk membatasi undang-
undang dan pembentukannya, sedangkan peradilan perantara dan peradilan
awal memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan tentang masalah
11
Ibid

16
Alahwal Asysyasiyah, seperti pelaku pidana , perkawinan, zakat, penjahat.
saya menunggu. Warisan (zaelani, 2012: 331-342).

Tentang sifat dan metode reformasi Sudan terkait dengan reformasi


doktrinal Artinya, tetap mengacu pada konsep fiqh tradisional. Takhayyur,
pilihan salah satu dari ulama hukum Islam, termasuk ulama putus sekolah,
kadang disebut Tarjih dan Talfiq. (Gabungan dari beberapa pendapat
ilmuwan) (K. Nasution, 2010: 25). Metode yang digunakan untuk Takhayyur
dan Talfiq adalah memilih sekolah dengan pola pikir yang berbeda.
Eklektisisme fatwa memungkinkan pengadilan menyimpang dari aturan
mazhab Hanafi. Mazhab Hanafi, di sisi lain, diakui sebagai sekolah umum
untuk masalah hukum perdata Muslim. Teknik ini, juga dikenal sebagai
Tarfik, menggabungkan satu aliran dengan yang lain (Naim, 1994: 90).

Pembaharuan hukum Islam di Mesir, dimulai pada tahun 1920 dengan


lahirnya Undang-Undang Keluarga Mesir, yaitu Law No. 25 tahun 1920 dan
Law No. 20 tahun 1929.12 Kemudian dikembangkan dan dimatangkan
menjadi aturan penuh hukum keluarga Mesir. Secara khusus, proposal untuk
membatasi poligami dan hak untuk perceraian sepihak oleh suami yang gagal
di Republik Arab Mesir. Seperti RUU 25 Tahun 1920 juga ditentang keras
oleh para sarjana Mesir (K. Nasution, 2009: 285).

Tentu saja, faktor sosial dan politik juga berdampak besar bagi Mesir.
Sejak abad ke-19, gerakan sosial Islam modernis dan gerakan sosial Islam
reformis telah membahas masalah yang menentukan hukum Islam. Fenomena
perjuangan ini berbenturan dengan gerakan sosial Islam Mesir, termasuk
karya rintisan Qasim Amin, seorang pakar ilmu sosial ternama. Karya sosial
Qasim Amin, Tarek al-Mala, kontroversial pada karena dianggap terlalu
liberal oleh ulama konservatif Mesir. Setelah mengalami penolakan oleh
ulama Mesir, kemudian draf tersebut diusulkan kembali oleh komite Mesir
tahun 1927 untuk UU No. 20 Tahun 1929 yang isinya hampir sama dengan
draf yang ada dalam UU No. 25 Tahun 1920, tetapi UU No. 20 Tahun 1929

12
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI, Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun4, hal. 10

17
merupakan pengaruh dari pemikiran Muhammad Abduh dan Qasim Amin
penulis buku Tahrir al-Mar’ah (Pembebasan Perempuan) di Mesir. 13 Namun
dekrit tersebut gagal karena ditolak oleh Raja Fu'ad pada tahun. Kemudian
diusulkan lagi pada tahun 1943 dan 1945, namun juga ditolak oleh Kerajaan
Mesir (K. Nasution, 2009).

 Pakistan

Didalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zamroni.14 Bersikeras


Pakistan memiliki tradisi teodemokrasi konstitusional yang panjang Inggris
telah dipengaruhi, sebagaimana tercermin dalam kurikulum pendidikan
hukum dan praktik hukum saat ini. Konstitusi 1956 didasarkan pada gagasan
Abuara Almoudi Dan Muhammad Assad menyatakan bahwa republik Islam
dapat diakui sebagai satu. Karakter religius sampai tahun 1962.

Pada waktu yang bersamaan kekuatan Islam politik bersaing dengan


kekuatan yang memperjuangkan Republik Pakistan (tanpa kata “Islam”)
berusaha mengganti frase “Al-Quran dan Sunnah”. Perebutan kekuasaan
antara semangat Negara Islam dengan Negara sekuler tergambar dalam Pasal
1 Konstitusi 1956 yang inti bunyinya bahwa Pakistan akan menjadi republik
federal yang dikenal sebagai republik Islam Pakistan.15

Lanjutnya dalam penelitian menyatakan bahwa dalam amandemen ketiga


yang terjadi pada 1973 melahirkan konstitusi pertama yang disahkan melalui
sebuah majlis nasional dengan menempatkan dasar-dasar pemerintahan Islam
dengan prinsip demokrasi seperti dinyatakan pada mukadimah konstitusi
yang inti bunyinya bahwa dalam prinsip-prinsip keadilan demokrasi,
kebabasan, kesertaraan, toleransi dan sosial sebagaimana yang diutarakan
dalam Islam harus sepenuhnya diamati secara seksama. Yang mana pada
setiap umat Islam haruslah diterapkan untuk menata hidup mereka baik
idividu maupun secara bersama sesuai dengan ajaran Islam dan pula yang
disyaratkan dalam Al-Quran dan Sunnah.16
13
Ibid
14
SYARI’AH DAN POLITIK HUKUM KELUARGA DI NEGARA PAKISTAN, Rohmadi, hal. 2
15
Ibid
16
Ibid

18
Ini adalah gambaran dari tradisi panjang yang dipertahankan oleh negara
Pakistan menjadi aturan dengan membuat hukum yang berlaku Negara.
pakistan Ia memiliki keistimewaan yang sangat kental dengan nuansa religi
dalam menentukan pasal tersebut. Hal ini pun juga tentutnya yang
menjadikan corak hukum keluarga Islam yang diterapkan di Negara Pakistan
pun pastinya berasaskan tradisi teo-demokrasi.17

Sejarah hukum di Pakistan hingga 14 Agustus 1947 berbagi dengan India.


Pada saat pembentukan negara ini pada tanggal tersebut, ia mewarisi dari
negara induknya India. Untuk lebih jelasnya tentang sejarah terbentuknya UU
Hukum Keluarga di Pakistan, seperti berikut ini.18

1. 1850 Hukum pengecualian kasta sosial.


2. Undang-undang Perceraian tahun 869 dan Undang-Undang
Perkawinan Kristen tahun 1872.
3. 1875 Hukum Dewasa;
4. 1890 Trust dan individu di bawah Trust Act.
5. Metode verifikasi wakaf tahun 1913-1930;
6. Undang-Undang Wakaf Tahun 1923 (Direvisi dengan Metode
Tanah,UU di Sindh) Nomor 18 Tahun 1935);
7. Undang-Undang Pencegahan Perkawinan Anak tahun 1929;
8. Hukum Keluarga Islam (Syariah) Hukum 1937; hukum
perceraian Islam 1939.

Pada tahun 1961, Komisi Nasional negara Pakistan merekomendasikan


beragam masalah keluarga bagi penyempurnaan UU Hukum Keluarga yang ada.
Atas dasar rekomendasi yang dibuat Komisi tersebut, suatu ordinansi yang
dikenal sebagai Ordinansi Hukum Keluarga Islam disahkan pada tahun 1961.19

Konstitusi pertama Republik Islam Pakistan diumumkan pada tahun 1956.


Kedua undang-undang tersebut menyatakan bahwa mereka konsisten dengan
ajaran dasar Islam. Itu telah disahkan dan undang-undang ini perlu ditinjau dan

17
Ibid hal.3
18
Ibid
19
Ibid

19
diubah. Dengan dasar ajaran Islam. Namun, konstitusi ini dihapuskan pada tahun
1958.Konstitusi dihapuskan pada tahun 1956, dan pemerintah Pakistan
mengumumkan Ordonansi Hukum Keluarga Islam.berdasarkan rekomendasi
laporan Komisi Nasional.

 Lybia

Pada 18 september 1969 menjadi awal revormasi Lybia, Muammar


Qaddafi mulai menulis garis besar program politiknya. Ia memerintahkan
kekuatan militer asing untuk meninggalkan wilayah Lybia dan menyerukan
kenetralan dan persatuan nasional dan Arab. Qaddafi menciptakan suatu
kekosongan dengan memberikan konsep pemikiran yang menggabungkan
nasionalisme Arab dan sosialisme dengan fundamentalisme islam menurut
caranya sendiri. Qaddafi mengumumkan bahwa kebijaksanaan sosial dari negara
adalah sosialisme islam “ suatu sosialisme yang terpancar dari agama islam yang
sebenarnya dan juga dari al-Quran.

Pada tahun 1971, Qaddafi mencoba memperkenalkan kembali hukum


islam di Lybia. Hukum pidana sepanjang kanonik (batas-batas dari Allah)
diperlakukan dimana potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi perzinahan,
dan berbagai hukum islam lainnya mengenai hukum zakat dan larangan rente-
Bank. Pada saat kemerdekaannya Lybia mengadopsi kitab undang-undang pidana
tahun 1953 yang didasarkan pada hukum barat sebagaimana terrefleksi dalam
KUHP Mesir tahun 1948. Tetapi pada tahun 1971 dibentuk sebuah komisi untuk
merevisi undang-undang negara agar sesuai dengan prisip-prinsip syariat
islam.dan pada tahun 1973 Lybia telah berlaku undang-undang baru mengenai
kejahatan terhadap harta kekayaan, zina dan undang-undang lainnya yang
berdasarkan hukum islam. negara inilah yang diakui sebagai segara pertama yang
melkukan kodofikasi hukum pidana islam dengan teknik perundang-undangan
modern.

Lybia merupakan bangsa muslim sunni, agama di Lybia menembus semua


aspek kegidupan. Rakyat beragama secara fundamental melekat pada iman islam
mereka. Sistem revolusioner yang berkomitmen kuat untuk islam telah
menegaskan kembali nilai-nilai islam. pada tahun 1974 kode hukum baru muncul
untuk menekankan hukum syariat islam dalam semua aspek dari sisitem hukum
lybia. Setelah revolusi pada 18 september 1969 dengan keyakinan muslim, semua
minuman yang mengandung beralkohol dilarang, bar dan klub malam ditutup,
hiburan sederhana dan provokatif dilarang. Penggunaan kelender islam dibuat
wajib.

 Malaysia

20
Dalam penerapan hukum islam di Malaysia dalam semua bidang menjadi
fenomena kultural karena hukum islam berkembang bersama dengan masuknya
islam di Malaysia. Ini menjadi alasan mengapa Malaysia mudah menerima
hukum islam, meskipun di wilayah tersebut terdapat berbagai suku. Bukti
diterapkannya hukum islam di Malaysia yang terdiri atas tiga fase periode
melayu, periode penjajahan, periode kemerdekaan. Aspek kultural menjadi
salah satu faktor yang mendukung penerapan hukum islam di Malaysia, yang
mana telah disebutkan bahwa undang-undang islam tumbuh dan berkembang
bersama adat dalam masyarakat.
Secara politik ada dua kelompok besar yang berkembang di Malaysia yaitu
United Malaya Nation Organitation (UMNO) dan Partai Islam se Malaysia
(PAS). Jika diamati hubungan politik pemerintahan Malaysia dengan islam,
maka yang diangkat yaitu pandangan melayu dari barisan national yakni partai
UMNO yang diketua oleh Dr. Mahatir Muhammad.20
UMNO dan PAS memiliki misi yang sama yaitu menerapkan hukum islam
di Malaysia, inilah yang menjadi faktor yang mendasar sehingga hukum islam
dapat berlaku di Malaysia. Dalam konstitusi 1957 telah diubah tahun 1964
dengan menyatakan bahwa islam adalah agama federasi (pasal 3 ayat 1
konstitusi Malaysia 23 agustus 1957), sehingga muncul konsekuensi yang logis
dari pernyataan tersebut menjadi empat prinsip demokrasi islam yang
tercamtum dalam konstitusi malaysia yaitu : musyawarah (pasal 38 ayat 1
konstitusi Malaysia), prinsip keadilan (pasal pasal 7 aya 1 dan pasal 8 ayat 1
konsitusi malaysia), prinsip kebebasan (pasal 10 ayat 1,a,b,c), dan prinsip
persamaan (pasal 8 ayat 2)21
Setelah kemerdekaan pada tahun 1957, otoritas legislative dalam hal
agama dan hukum islam deserahkan oleh konstitusi federal kepala negara-
negara bagian. Wujud lain penerapan hukum islam di Malaysia bukan hanya
dalam bentuk perdata tetapi juga mengenai hukum pidana. Selain berbagai
pisan islam, masih banyak lagi rumusan hukum baru yang ditetapkan dalam
sebuah konfrensi nasional yang diadakan di kedah untuk membicarakan hukum
islam, yang membahas berkaitan hukum pidana, sebagai lanjutan dibentuk
sebuah komite yang terdiri dari ahli hukum islam dan anggota bantuan hukum
untuk memprtimbangkan beberapa amndemen.
Hasil rumusan undang-undang baru tersebut adalah:
1. Administrasi hukum islam
a. UU Administrasi Pengadilan Syariah Kelantan, 1992
b. UU Mahkamah Syariah Kedah, 1983

20
John. L. Esposito, Islam Dan Develop ment Religion And Sosiopolitical Change, Ter.
Saonuddin,Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik. New York University Press, 1980, H.
164.
21
Mohammad Tahir Azhari, Negara Hukum (Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi
Hukum Islam Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa Kim), (cet, I; Jakarta
bulan bintang, 1992), h. 158-161.

21
c. UU Administrasi Hukum Islam Wilayah Federasi, 1985
2. Hukum keluarga
3. Acara Pidana
a. UU Hukum Acara Pidana Islam Kelantan, 1984
b. UU Hukum Pidana Islam Wilayah Federal.
4. Acara Perdata
a. UU Hukum Acara Pidana Islam Kelatan, 1984
b. UU Hukum Acara Pidana Islam Kedah
5. Pembuktian
- UU Pembuktian Pengadilan Syariah Wilayah Federal

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijtihad adalah pengerahan daya upaya untuk menemukan suatu hukum secara
rinci. Ijtihad mempunyai berbagai bentuk di dalamnya yaitu ijma’ dan qiyas.
Pembaharuan hukum islam di mesir sejarah singkatnya Negara Mesir Sejarah
Mesir secara historis dapat kita lihat ketika Mesir berada pada kekuasaan
Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai ibu kotanya merupakan awal
kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam yang berkembang menjadi kota
dan negara tujuan setiap orang. Di dalam negara arab Secara substansial,
pembaharuan Hukum Islam memiliki dua kategori yaitu intra-doctriner reform
dan extra-doctriner reform. Pada negara sudan pada dasarnya, sebelum Mesir
tiba pada tahun 1821, Muslim Sudan sudah mengetahui hukum Islam. Namun,
ketika Inggris memerintah Sudan, sistem hukum Sudan didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum umum Inggris dan Eropa seperti bekas koloni Inggris
lainnya. Sejarah hukum di Pakistan hingga 14 Agustus 1947 berbagi dengan
India. Pada saat pembentukan negara ini pada tanggal tersebut, ia mewarisi
dari negara induknya India. Untuk lebih jelasnya tentang sejarah terbentuknya
UU Hukum Keluarga di Pakistan. pada tahun 1974 kode hukum baru muncul
untuk menekankan hukum syariat islam dalam semua aspek dari sisitem
hukum lybia. Dalam penerapan hukum islam di Malaysia dalam semua bidang
menjadi fenomena kultural karena hukum islam berkembang bersama dengan
masuknya islam di Malaysia. Ini menjadi alasan mengapa Malaysia mudah
menerima hukum islam, meskipun di wilayah tersebut terdapat berbagai suku.

B. Kritik Dan Saran


Kami menyadari ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran guna kesesuain dan kebenaran
dalam menyusun makalah ini.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Makatungkang Ramli, Penerapan Hukum Imslam diMalaysia


Asrizal1.2, Hasbi Umar3, Hermanto Harun4, PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI
M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI , Jurnal Integerasi Ilmu Syari’ah,Vol.2,No.3,
September Desember 2021
Badi’ Ahmad, “ IJTIHAD : Teori dan Penerapannya” Vol. 24 No.2 September 2013
Drs. Syafe’i Zakaria, “IJMA SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM (kajian tentang kehujjahan
ijma’ dan pengingkarannya” No. 67/XIII/1997
Aibak Kutbuddin, “ Qiyas sebagai dalil hukum syara’ (Analisis qiyas sebagai metode
ijtihad dalam istinbath hukum)” AHKAM, Volume 08, Nomor 1, Juli 2006
Fairuzzabady Mohammad, HUKUM ISLAM DI DUNIA ISLAM MODERN,JurnalFakultas Syari’ah dan
Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Musthafa Usman, Pembaharuan Hukum Islam di Saudi Arabia
Esposito .John. L., Islam Dan Develop ment Religion And Sosiopolitical Change, Ter.
Saonuddin,Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik. New York University Press, 1980
Azhari Mohammad Tahir, Negara Hukum (Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat
Dari Segi Hukum Islam Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa Kim), (cet, I;
Jakarta bulan bintang, 1992)
Astutik Lilis Hidayati Yuli,Muttaqim Muhammad Ngizul, Positifikasi Hukum Keluarga
didunia Muslim Melalui Pembaharuan Hukum Keluarga, Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman,Vol.20,No.1,Juli 2020
Rohmadi, Syariah dan politik Hukum Keluarga dinegara Pakistan,Jurnal IAIN Bengkulu

25

Anda mungkin juga menyukai