oleh :
1
Kata Pengantar
Terimaksih dan mohon maaf kami haturkan kepada rekan dan pihak –
pihak terkait.apabila banyak ketidak sesuaian dan ketepan makalah.
Penulis
2
3
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan .........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
4
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Makalah
Berangkat dari latar belakang yang di jelaskan maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Bentuk Ijtihad?
2. Bagaimana Pembaharuan dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia?
3. Bagaimana Positifikasi dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah kami buat, maka kami memilika
beberapa tujuan, diantaranya:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Bentuk Ijtihad
2. Mahasiswa mampu mengerti Pembaharuan dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia
3. Mahasiswa mampu memahami Positifikasi dinegara
Mesir,Arab,Sudan,Pakistan,lybia,dan Malaysia
5
BAB II
PEMBAHASAN
A . Berbagai Bentuk Ijtihad
Bentuk-bentuk ijtihad :
1. Ijma’
Ijma’ merupakan salah satu metode yang dipakai para ulama untuk
menetapkan suatu hukum, apabila mereka dihadapkan suatu persoalan
hukum yang tidak ditemukan dalam landasan hukum islam maupun dalam
as-sunnah. Apabila suatu peristiwa terjadi dan membutuhkan ketentuan
hukum dan peristiwa tersebut dikemukakan kepada para ulama yang
memiliki kemampuan berijtihad, dan kemudian mereka mengambil
kesepakatan berupa hukum dari peristiwa tersebut. Prinsip-prinsip dalam
ijma’ :
a. Ijma’ dapat terjadi dengan kesepakatan para ulama (mujtahid)
b. Adanya permasalahan yang tidak terdapat dalam nash Al-qur’an
c. Terjadi pada masa tertentu.
Dengan demikian ijma’ dapat dikatakan tidak sah apabila terdapat ulama
yang tidak menyetujui, hanya terdapat seorang mujtahid, tidak ada kebulatan yang
nyata, dan sudah jelas terdapat dalam nash.2
1
Ahmad Badi’ “ IJTIHAD : Teori dan Penerapannya” Volume 24 Nomor 2 September 2013 hal 28-
29
2
Drs. Zakaria Syafe’i “IJMA SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM (kajian tentang kehujjahan ijma’ dan
pengingkarannya” No. 67/XIII/1997 hal 29
6
2. Qiyas
Qiyas adalah metode untuk menyimpulkan hukum yang biasanya
menjawab persoalan baru. Secara lughah atau bahasa, kata qiyas berarti
qadara, yang artinya mengukur, membandingkan sesuatu dengan yang
semisalnya. Sedangkan arti qiyas secara istilah menurut al-Ghazali dan al-
Mustashfa yaitu menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu
yang diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau
meniadakan hukum dari keduanya disebabkan terdapat hal yang sama
antara keduanya, dalam penetapan hukum/sifat atau peniadaan
hukum/sifat.3 Qiyas memiliki beberapa syarat yaitu :
a. Ashal (pokok) : adanya ashal harus lebih dahulu dari cabang (far’un)
dan ashal sudah mempunyai hukum yang ditetapkan degan nash
b. Far’un (cabang) : adanya cabang tidak boleh mendahului ashal, cabang
tidak mempunyai ketentuan hukum sendiri, illat yang terdapat pada
cabang harus sesuai dnegan illat yang terdapat pada ashal, dan hukum
ditetapkan atas cabang harus sama dengan hukum ashal
c. Illat : illat harus tetap berlaku, illat harus berpengaruh pada hukum,
illat harus terang dan tentu, illat tidak berlawanan dengan nash
Mesir
Sejarah Singkat Negara Mesir Sejarah Mesir secara historis dapat kita lihat
ketika Mesir berada pada kekuasaan Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai
ibu kotanya merupakan awal kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam yang
berkembang menjadi kota dan negara tujuan setiap orang. Mesir menjadi sangat
menarik pada masa kekuasaan Romawi tersebut karena ia mempunyai potensi
yang secara tradisional telah berakar di Mesir (H. Nasution, 2003: 21). Kerajaan
Romawi Timur dengan ibu kota Bizantium merupakan rival berat pengembangan
3
Kutbuddin Aibak “ Qiyas sebagai dalil hukum syara’ (Analisis qiyas sebagai metode ijtihad dalam
istinbath hukum)” AHKAM, Volume 08, Nomor 1, Juli 2006 hal 34
7
Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kholifah
Umar Bin Khatab.4
4
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun, hlm 3
5
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun,Ibid
8
Pembaharuan dan Potifikasi di Negara Mesir dalam catatan sejarah, Mesir
pernah diduduki oleh beberapa kerajaan, yaitu dimulai dari masa Fir’aun, Yunani,
dan Romawi, Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, 6 ║Jurnal Integrasi
Ilmu Syari‘ah, Volume 2, Nomor 3, September-Desember 2021 dan Utsmaniyah.
Menurut A.J. Butler, penduduk negara/ kerajaan tersebut telah menyebabkan
Mesir jatuh dalam situasi yang tidak menguntungkan, bahkan seluruh organisasi
pemerintahan di Mesir diarahkan untuk tujuan memeras keuntungan bangsa
terjajah untuk kepentingan penguasanya.
Degenerasi dan dekadensi aqidah dan politik nepotisme dan absolutis yang
bertentangan semangat egaliterianisme yang diajarkan Islam setelah merajalelanya
bid’ah, kurafat, fabrikasi dan supertisi di kalangan umat Islam dan membuat buta
terhadap ajaran-ajaran Islam yang orisinal. Maka tampilah pada abad peralihan 13
ke-14 seorang tokoh Ibnu Taimiyah yang melakukan kritik tajam sebagai reformis
(Tajdid) dengan seruannya agar umat Islam kembali kepada Al-Qur’an, Sunnah
serta memahami kembali ijtihad. Lebih jauh Muhamamd Abduh menggambarkan
bahwa metode pendidikan yang otoriter juga merupakan salah satu pendorong
mandegnya kebebasan intelektual, sehingga ia sendiri merasa tidak begitu tertarik
mendalami agama pada masa kecil lantaran kesalahan metode itu, yakni berupa
cara menghafal pelajaran di luar kepala.
9
Al-Azhar yang selama ini berkembang menjadi simbol kajian keilmuan,
juga terjangkit penyakit kejumudan dengan hanya mengajarkan ilmu agama dan
melarang segala bentuk kajian keilmuan yang berangkat dari sisi rasionalitas,
sistematik dan ilmiyah. Keterbukaan dalam melakukan pemikiran keislaman dan
pendidikan dengan orientasi pada sikap rasionalitas merupakan barang baru, yang
sama sekali tidak berkembang di kalangan umat Islam Mesir, dan tawaran-
tawaran semacam itu akan menimbulkan reaksi yang keras, yang berkembang dari
mereka yang tidak mau menggunakan rasionalitas dan pembahasan sistematis
terhadap ajaran Islam.
Hal tersebut sangat wajar karena umat Islam telah jatuh pada sikap
kehangatan sufisme dan mistisisme. Pada tahap perkembangannya, pola
pembaharuan hukum Islam Kontemporer di Mesir lebih mengarah kepada hal-hal
berikut: Pertama, pembaharuan sistem berfikir artinya tata cara berfikir umat
Islam yang harus meninggalkan pola pikir tradisional yang dogmatik.
Dalam fase ini terdapat beberapa peraturan dan perundang undangan yang
ditetapkan oleh Muhammad Ali dan penguasa sebelumnya, di antaranya Qanun
Al-Fallah (berkaitan dengan masalah pertanian), Qanun As-Siyasah Hammah
(mengatur hal-hal yang berrkaitan dengan adminitrasi umum, termasuk yang
menyangkut hak dan kewajiban pegawai serta sanksi hukum bagi yang melakukan
pelanggaran), Qanun Amaliyat Al-Jusur (mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
pembuatan jembatan dan pengairan), Qanun As-Siyasah Laihah, Qanun Al-Lailah
As Sa’diyah (mengatur tanah-tanah kharaj) (Masyafa’ah, 2012).
10
Berbagai undang-undang di atas, tidak sepenuhnya berdasar syariat Islam,
tetapi banyak diwarnai oleh intervensi kebijakan penguasa dan undang-undang
Perancis. Dengan demikian, dapat dilihat betapa lemahnya peradilan pada fase ini,
fana kekuasaan peradilan banyak ditentukan oleh penguasa sehingga dalam
pelaksanaannya banyak kesimpangsiuran. Misalnya, dalam menjatuhkan
putusanya, hakim akan melihat status dan kedudukan sosial seseorang
(Masyafa’ah, 2012).6
Arab
6
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun, hlm 5-6
7
HUKUM ISLAM DI DUNIA ISLAM MODERN Mohammad Fairuzzabady Dosen Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu, hlm 2
11
Secara substansial, pembaharuan Hukum Islam memiliki dua kategori:
Pertama, intra-doctriner reform, yakni pembaharuan yang dilakukan dengan cara
menggabungkan ragam pendapat madzhab besar yang ada dalam khazanah
Hukum Islam, dan di saat yang sama mengambil pendapat di luar madzhab besar.
Kedua, extra-doctrinal reform, yakni pembaharuan dengan memberikan tafsir
hukum yang sama sekali baru. 5 Pembaharuan ini dimulai oleh Kekhilafahan
Turki Uthmani. Salah satu warisan monumental dari pembaharuan hukum Turki
Uthmani adalah diterbitkannya kodifikasi hukum, al-Majallah al-Ahkam al-
Adliyyah atau al-Majallah pada 1870. Al-Majallah, merupakan kitab hukum
perdata (kode sipil) di seluruh wilayah kekuasaan Khilafah Turki Usmani dan
dianggap sebagai Kode Sipil pertama dunia Islam. Sumber hukum materi al-
Majallah kebanyakan diambil dari pandangan madzhab Hanafi.6 Secara umum,
Dunia Islam masa kini tengah menghadapi 8kenyataan bahwa ekspresi-ekspresi
hukum Islam, dengan berbagai produk fikih di dalamnya, berbeda dari satu
wilayah ke wilayah lain,7 termasuk Saudi Arabia. 41 Saudi Arabia yang nama
lengkapnya, al-mamlakah alArabiyyah al-Su’u>diyyah atau Kerajaan Arab Saudi
adalah sebuah kerajaan di semanajung Arab.8 Pada awal abad ke 16, Turki
menguasai semanajung Arab, terutama bagian Utara dan Barat laut. Kemudian
Inggris turut menanamkan kekuasaannya di daerah itu.
12
Kekuasaan Turki di Hijaz lebih banyak berpengaruh dalam segala hal termasuk
dalam bidang peradilan, mengingat letak Hejaz yang mudah terjangkau oleh
Istanbul. Sebaliknya kekuasaan Turki di Nejd kurang begitu berpengaruh karena
letak geografisnya yang sulit dilalui. Nejd dapat melepaskan diri dari kekuasaan
Turki pada tahun 1803 seratus tahun lebih awal daripada kemerdekaan Hejaz yang
baru lepas tahun 1924.
13
undang langit. Raja berperan sebagai wakil Allah di muka bumi ini dalam
menjalankan undang-undangnya9
9
Ibid
10
Ibid
14
Dalam hal ini 50 putusan ditentukan oleh tiga orang hakim kecuali dalam
hukuman mati, potong tangan, dan rajam, harus diputuskan lima orang hakim.
15
c) Kitab Undang-Undang Hukum Keluarga ( Family Code ) 1984. Kitab
Undang- undang Hukum keluarga ini mengatur lebih luas dari ordonansi
perkawinan, di dalamnya juga sudah mencakup tentang kewarisan dan hal-hal
yang terkait dengan hukum keluarga lainnya.11
Sudan
Pada dasarnya, sebelum Mesir tiba pada tahun 1821, Muslim Sudan sudah
mengetahui hukum Islam. Namun, ketika Inggris memerintah Sudan, sistem
hukum Sudan didasarkan pada prinsip-prinsip hukum umum Inggris dan
Eropa seperti bekas koloni Inggris lainnya. Hal ini terjadi lantaran Inggris
menjajah Mesir & Sudan termasuk pada Anglo-Egyption Condominiumantara
1889-1956. Tetapi pada sisi lain, ordonansi peradilan aturan Islam mengakui
peradilan-peradilan tadi & jua mengakui pemegang otoritas yudisial pada
bawah syariah (Qadi al-Qudat) buat meletakkan anggaran-anggaran lebih
jelasnya bagi peradilan-peradilan itu (Mahmood, 1972: 64).
Bentuk peradilan ini terdiri dari lembaga jangka menengah dan awal
tertinggi. Kehakiman tertinggi memiliki kekuasaan untuk membatasi undang-
undang dan pembentukannya, sedangkan peradilan perantara dan peradilan
awal memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan tentang masalah
11
Ibid
16
Alahwal Asysyasiyah, seperti pelaku pidana , perkawinan, zakat, penjahat.
saya menunggu. Warisan (zaelani, 2012: 331-342).
Tentu saja, faktor sosial dan politik juga berdampak besar bagi Mesir.
Sejak abad ke-19, gerakan sosial Islam modernis dan gerakan sosial Islam
reformis telah membahas masalah yang menentukan hukum Islam. Fenomena
perjuangan ini berbenturan dengan gerakan sosial Islam Mesir, termasuk
karya rintisan Qasim Amin, seorang pakar ilmu sosial ternama. Karya sosial
Qasim Amin, Tarek al-Mala, kontroversial pada karena dianggap terlalu
liberal oleh ulama konservatif Mesir. Setelah mengalami penolakan oleh
ulama Mesir, kemudian draf tersebut diusulkan kembali oleh komite Mesir
tahun 1927 untuk UU No. 20 Tahun 1929 yang isinya hampir sama dengan
draf yang ada dalam UU No. 25 Tahun 1920, tetapi UU No. 20 Tahun 1929
12
PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DI M ESIR DAN SUDAN: STUDI KOMPARASI, Asrizal1.2, Hasbi
Umar3, Hermanto Harun4, hal. 10
17
merupakan pengaruh dari pemikiran Muhammad Abduh dan Qasim Amin
penulis buku Tahrir al-Mar’ah (Pembebasan Perempuan) di Mesir. 13 Namun
dekrit tersebut gagal karena ditolak oleh Raja Fu'ad pada tahun. Kemudian
diusulkan lagi pada tahun 1943 dan 1945, namun juga ditolak oleh Kerajaan
Mesir (K. Nasution, 2009).
Pakistan
18
Ini adalah gambaran dari tradisi panjang yang dipertahankan oleh negara
Pakistan menjadi aturan dengan membuat hukum yang berlaku Negara.
pakistan Ia memiliki keistimewaan yang sangat kental dengan nuansa religi
dalam menentukan pasal tersebut. Hal ini pun juga tentutnya yang
menjadikan corak hukum keluarga Islam yang diterapkan di Negara Pakistan
pun pastinya berasaskan tradisi teo-demokrasi.17
17
Ibid hal.3
18
Ibid
19
Ibid
19
diubah. Dengan dasar ajaran Islam. Namun, konstitusi ini dihapuskan pada tahun
1958.Konstitusi dihapuskan pada tahun 1956, dan pemerintah Pakistan
mengumumkan Ordonansi Hukum Keluarga Islam.berdasarkan rekomendasi
laporan Komisi Nasional.
Lybia
Malaysia
20
Dalam penerapan hukum islam di Malaysia dalam semua bidang menjadi
fenomena kultural karena hukum islam berkembang bersama dengan masuknya
islam di Malaysia. Ini menjadi alasan mengapa Malaysia mudah menerima
hukum islam, meskipun di wilayah tersebut terdapat berbagai suku. Bukti
diterapkannya hukum islam di Malaysia yang terdiri atas tiga fase periode
melayu, periode penjajahan, periode kemerdekaan. Aspek kultural menjadi
salah satu faktor yang mendukung penerapan hukum islam di Malaysia, yang
mana telah disebutkan bahwa undang-undang islam tumbuh dan berkembang
bersama adat dalam masyarakat.
Secara politik ada dua kelompok besar yang berkembang di Malaysia yaitu
United Malaya Nation Organitation (UMNO) dan Partai Islam se Malaysia
(PAS). Jika diamati hubungan politik pemerintahan Malaysia dengan islam,
maka yang diangkat yaitu pandangan melayu dari barisan national yakni partai
UMNO yang diketua oleh Dr. Mahatir Muhammad.20
UMNO dan PAS memiliki misi yang sama yaitu menerapkan hukum islam
di Malaysia, inilah yang menjadi faktor yang mendasar sehingga hukum islam
dapat berlaku di Malaysia. Dalam konstitusi 1957 telah diubah tahun 1964
dengan menyatakan bahwa islam adalah agama federasi (pasal 3 ayat 1
konstitusi Malaysia 23 agustus 1957), sehingga muncul konsekuensi yang logis
dari pernyataan tersebut menjadi empat prinsip demokrasi islam yang
tercamtum dalam konstitusi malaysia yaitu : musyawarah (pasal 38 ayat 1
konstitusi Malaysia), prinsip keadilan (pasal pasal 7 aya 1 dan pasal 8 ayat 1
konsitusi malaysia), prinsip kebebasan (pasal 10 ayat 1,a,b,c), dan prinsip
persamaan (pasal 8 ayat 2)21
Setelah kemerdekaan pada tahun 1957, otoritas legislative dalam hal
agama dan hukum islam deserahkan oleh konstitusi federal kepala negara-
negara bagian. Wujud lain penerapan hukum islam di Malaysia bukan hanya
dalam bentuk perdata tetapi juga mengenai hukum pidana. Selain berbagai
pisan islam, masih banyak lagi rumusan hukum baru yang ditetapkan dalam
sebuah konfrensi nasional yang diadakan di kedah untuk membicarakan hukum
islam, yang membahas berkaitan hukum pidana, sebagai lanjutan dibentuk
sebuah komite yang terdiri dari ahli hukum islam dan anggota bantuan hukum
untuk memprtimbangkan beberapa amndemen.
Hasil rumusan undang-undang baru tersebut adalah:
1. Administrasi hukum islam
a. UU Administrasi Pengadilan Syariah Kelantan, 1992
b. UU Mahkamah Syariah Kedah, 1983
20
John. L. Esposito, Islam Dan Develop ment Religion And Sosiopolitical Change, Ter.
Saonuddin,Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik. New York University Press, 1980, H.
164.
21
Mohammad Tahir Azhari, Negara Hukum (Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi
Hukum Islam Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa Kim), (cet, I; Jakarta
bulan bintang, 1992), h. 158-161.
21
c. UU Administrasi Hukum Islam Wilayah Federasi, 1985
2. Hukum keluarga
3. Acara Pidana
a. UU Hukum Acara Pidana Islam Kelantan, 1984
b. UU Hukum Pidana Islam Wilayah Federal.
4. Acara Perdata
a. UU Hukum Acara Pidana Islam Kelatan, 1984
b. UU Hukum Acara Pidana Islam Kedah
5. Pembuktian
- UU Pembuktian Pengadilan Syariah Wilayah Federal
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijtihad adalah pengerahan daya upaya untuk menemukan suatu hukum secara
rinci. Ijtihad mempunyai berbagai bentuk di dalamnya yaitu ijma’ dan qiyas.
Pembaharuan hukum islam di mesir sejarah singkatnya Negara Mesir Sejarah
Mesir secara historis dapat kita lihat ketika Mesir berada pada kekuasaan
Romawi di Timur dengan Bizantium sebagai ibu kotanya merupakan awal
kebangkitan Mesir di abad permulaaan Islam yang berkembang menjadi kota
dan negara tujuan setiap orang. Di dalam negara arab Secara substansial,
pembaharuan Hukum Islam memiliki dua kategori yaitu intra-doctriner reform
dan extra-doctriner reform. Pada negara sudan pada dasarnya, sebelum Mesir
tiba pada tahun 1821, Muslim Sudan sudah mengetahui hukum Islam. Namun,
ketika Inggris memerintah Sudan, sistem hukum Sudan didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum umum Inggris dan Eropa seperti bekas koloni Inggris
lainnya. Sejarah hukum di Pakistan hingga 14 Agustus 1947 berbagi dengan
India. Pada saat pembentukan negara ini pada tanggal tersebut, ia mewarisi
dari negara induknya India. Untuk lebih jelasnya tentang sejarah terbentuknya
UU Hukum Keluarga di Pakistan. pada tahun 1974 kode hukum baru muncul
untuk menekankan hukum syariat islam dalam semua aspek dari sisitem
hukum lybia. Dalam penerapan hukum islam di Malaysia dalam semua bidang
menjadi fenomena kultural karena hukum islam berkembang bersama dengan
masuknya islam di Malaysia. Ini menjadi alasan mengapa Malaysia mudah
menerima hukum islam, meskipun di wilayah tersebut terdapat berbagai suku.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
25