Anda di halaman 1dari 19

Tentang : "HUKUM ISLAM PADA PERIODE KBENGKITAN KEMBALI"

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

SEJARAH HUKUM ISLAM

Disusun oleh :

Kelompok 6

M.ARDA BILY

GUMELAR WIRA HUSADA (22.24.502)

Dosen pengampu : Heryani.S.Th.I,M.Sy

SEMESTER 2 B
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA(HTN)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Ulama dalam Kebangkitan kembali Hukum Islam.........................................3

B. Kegiatan-kegiatan Pembangunan Fiqh Modern...........................................................4

C. Perkembangan Hukum Islam di beberapa Negara Islam..............................................5

D. Transformasi Fiqh melaui peraturan Perundang-undangan.........................................7

E. Perkembangan Studi Fiqh secara Mugaran.................................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur atas berkat
rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat mengumpulkan bahan –
bahan materi makalah ini dari internet. Kami telah berusaha semampu saya untuk
mengumpulkan berbagai macam bahan tentang "Hakikat Hukum Islam".

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon bantuan dari para pembaca.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon
maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum

Kuala Tungkal, 24 Mei 2023

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Berbicara mengenai sejarah hukum dalam skala luas, pada hakikatnya sama saja dengan
membicarakan sejarah peradaban manusia untuk mengatur kehidupannya. Demikian pula halnya
manakala perjalanan historis hukum Islam dikaji, atau dibahas dalam diskursus-diskursus ilmiah
(scientificdiscourses),maka tidak akan dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban umat
Muhammad saw. Itu sendiri.

Eratnya korelasi antara hukum Islam dengan masyarakat muslim menjadikannya sebagai
bagian yang cukup urgen. Sebab bidang ini selain berposisi sebagai inti dari ajaran agama
samawi terakhir, juga merupakan manifestasi tata cara hidup dan perilaku umat-Nya. Lebih
spesifik berbicara mengenai hukum Islam M. Atho Mudzhar berpendapat bahwa terdapat
empatjenis produk pemik iran hukum Islam yang dikenal dalam perjalanan sejarah hukum Islam,
yaitu fiqh, kep agama, peraturan perundang-undangan di negeri muslim, dan fatwa-fatwa ulama.
Masing-masing produk pemikiran hukum Islam itu mempunyai ciri-ciri khasnya tersendiri.

Dalam tulisan sederhana ini, penulis hanya akan memfokuskan pembahasan pada aspek
fiqh, khususnya mengembangkannya di alam yang bergerak semakin global dewasa ini.
Sekurang-kurangnya ada be-berapa alasan prinsipil yang mendasari pemilihan tema ini.:

Pertama, fiqh seringkali dijadikan san paling mendasar oleh masyarakat muslim,
sehingga tanpa disadari mereka telah terkungkung dalam pandang khususnya) atau
bahkantentang Islam itu sendiri (pada umumnya). Kedua, kebanyakan masyarakat muslim telah
sempurna, matang dan siap saji. Sehingga yang lebih berkembang adalah upaya-upaya adopsi,
akomodasi dan kontinyuasi keseluruhan pemikiran fukaha masa lalu tanpa reserve, sementara
gagasangagasan yang ditendensikan untuk menc oleh ulama-ulama kontemporer seringkali
“dicurigai” sebagai upaya pendistorsian syariat Islam. 1

1 Al-Bahi, Muhammad, al-Fikr al-Islami wa al-Mujtama' al-Mu'asir, Beirut: Dar al- Kutub al-Bannani, 1975. Al-
Dimasyqi,'Abd al-Qadir ibn Badran.
.

1
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Peranan Ulama dalam Kebangkitan kembali Hukum Islam?

b. Apa Kegiatan-kegiatan Pembangunan Fiqh Modern Perkembangan Hukum Islam di beberapa


Negara Islam?

d. Apa Saja Transformasi Fiqh melaui peraturan Perundang-undangan?

e. Apa Maksud Dari Perkembangan Studi Fiqh secara Mugaran?

C. Tujuan

a. Untuk Mengetahui Peranan Ulama dalam Kebangkitan kembali Hukum Islam!

b. Untuk Mengetahui Kegiatan-kegiatan Pembangunan Fiqh Modern Perkembangan Hukum


Islam di beberapa Negara Islam!

d. Untuk Mengetahui Transformasi Fiqh melaui peraturan Perundang-undangan!

e. Untuk Mengetahui Perkembangan Studi Fiqh secara Mugaran!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.PERANAN ULAMA DALAM KEBANGKITAN KEMBALI HUKUM ISLAM

Jika ulama memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi serta akhlaqul karimah maka
penguasa dan umat secara keseluruhan juga akan menjadi baik.Sebaliknya, jika ulama rusak
(banyak ulama su') maka akan rusak pula penguasa dan bangsanya.Dalam kitab Ihya' Ulumiddin,
Imam al-Ghazali menulis: "Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para
penguasa; dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama; dan kerusakan ulama
disebabkan oleh karena cinta harta dan cinta kedudukan; dan barang siapa dikuasai oleh ambisi
duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat, apalagi penguasanya."

Kitab Ihya' Ulumiddinmenjadi saksi sejarah yang penting bagaimana peranan ulama dalam
kebangkitan umat Islam pada zaman Perang Salib, sebagaimana diungkapkan Dr Majid Irsan al-
Kilani dalam bukunya, Hakadza Dhahara Jiilu Shalahuddin wa-Hakadza `Adat al-Quds. Ketika
kekuasaan politik dan kemajuan teknologi yang dimiliki umat Islam tidak mampu lagi menahan
keterpurukan, mereka dijajah dan ditindas, bahkan Kota Yerusalem pun jatuh ke Pasukan Salib
(1099 M).

Para ulama yang dimotori oleh Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan lain-lain berhasil membangun
madrasah sebagai kekuatan sentral untuk melahirkan generasi baru yang hebat, yaitu generasi
Shalahuddin. Di Indonesia pun (Adian Husaini: 2015) sejarah telah menunjukkan peranan sentral
para ulama dalam melawan penjajahan dan mempertahankan serta mengisi
kemerdekaan.Bahkan, perumusan Konstitusi Negara RI, UUD 1945, yang memberikan
penegasan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid), juga pentingnya
kemanusiaan dibangun di atas landasan konsep adil dan beradab, serta rakyat yang dipimpin oleh
hikmah dan kebijaksanaan, sampai tujuan mewujudkan keadilan sosial, tak lepas dari peran para
ulama, seperti KH Wahid Hasyim, Haji Agus Salim, Kahar Muzakkir, dan Abikoesno
Tjokrosoejoso.

Begitu juga ketika penjajah akan kembali lagi, para ulama di bawah kepemimpinan KH
Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa: wajib hukumnya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tentunya terlalu banyak jika disebutkan satu per satu, peranan ulama dalam mengawal
perjalanan NKRI sehingga menjadi "baldatun thayyibatun wa-rabbun ghafur".Bahkan, sejak
berdiri pada 1975, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan representasi dari para ulama
di Indonesia telah memainkan peran penting dalam mengawal kekuasaan dan membina
masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini pun, keberadaan dan peranan MUI semakin
menunjukkan peran yang strategis di tengah umat dan bangsa.

3
B.KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN FIQIH MODERN

Secara etimologis, kata fiqh memiliki beberapa arti di antaranya adalah pengetahuan,
pengertian dan pemahaman. Di dalam Alquran sendiri, kata fiqh dalam bentuk kata kerja disebut
sebanyak 20 kali dalam 12 surat dan 20 ayat. Kesemuanya berkenaan dengan konteks
pembicaraan soal-soal keagamaan. Ditinjau dari perspektif historis, terma fiqh inipada mulanya
sa-ngat luas sehingga bisa dimaknai sebagai pengetahuan dan pemaham-an yang mendalam
(profound) mengenai sesuatu hal. “Sesuatu hal” di sini bisa mencakup bahasa, keahlian tentang
onta, asketisme, teologi, hukum, dan sebagainya.

Lambat laun terma fiqh ini menyempit menjadi masalah-masalah hukum, bahkan lebih sempit
lagi yaitu pada literatur hukum. Sehingga fiqh didefinisikan secara sebagai pengetahuan tentang
hukum-hukum syariat yang bersifat furu‟ (cabang) yang digali (secara langsung) dari dalil-
dalilsyar’i yang terperinci. Atau bisa jugadipahami sebagai pemeliharaan hukumhukum furu’
secara mutlak, apakah hukum-hukum tersebut langsung diambil dari dalil-dalilnya atau tidak.

pada dasarnya dapat dikatakan bahwa memahami dunia fiqh pemahaman adanya faktor-faktor
yang senantiasa berubah dan menuntut adanya pemahaman-pemahaman baru. Karena itu prinsip
bahwa ketentuan hukum Islam senantiasa bergerak maju sesuai dengan perubahan zaman,
kondisi dan tempat (taghayyur al-ahkam manat bi taghayyur al-azminah, alahwal wa al-amkinah)
adalah ketentuanprinsip yang semestinya di-jadikan sebagai sebuah pegangan kunci. Isu-isu baru
yang ber-kembang seperti supremasi Hak-hak Asasi Manusia (HAM), kesetaraan dan keadilan
gender, dsb tidak bisa diabaikan oleh para sarjana muslim.

Terkait dengan pandangan di atas, Rahman mengajukan sebuah tawaran yang menarik
berkenaan dengan Rahman sebagai: “the effort to understand the meaning of a relevanttext or
precedent in the past, containing a rule, and to alter that rule by extending or restricting or
otherwise modifying it in such a manner that a new situations can be subsumed under it by a new
solution” (upaya memahami makna suatu teks atau peristiwa di masa lampau yang relevan, yang
mengandung suatu ketentuan hukum, dan mengubah ketentuan hukum tersebut dengan cara
memperluas, membatasi, atau memodifikasinya dengan cara-cara yang suatu situasi baru dapat
dicakup di dalamnya dengan solusi baru).

Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa pintu ijtihad dalam pemahaman Rahman adalah
bersifat terbuka. Namun demikian yang perlu dicatat adalah bahwa keterbukaan ijtihad yang
dimaksud oleh Rahman hanya berkenaan dengan aspek-aspek di luar aspek teologis dan ibadah.
Lebih konkretnya, sasaran ijtihad yang perlu dikembangkan adalah pada ketentuanketentuan
hukum yang memiliki muatan-muatan sosial. 1

11 al-Madkhal ila Madhhab al-Imam Ahmad


bin Hanbal, Beirut: Dar al-Muassasah al-Risalah, 1981.

4
C.PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DI BERBAGAI NEGARA ISLAM
Beberapa ahli hukum Islam dari Barat telah mengkaji secara serius perkembangan dan
pembaharuan hukum Islam yang terjadi di beberapa negara dewasa ini. Anderson, salah seorang
peneliti hukum Islam, menyimpulkan adanya beberapa poin penting dalam proses pembaharuan
di beberapa negara.

Diantaranya, sejak kira-kira tahun 1850 terjadi dikotomi hukum dalam dunia Islam; satu bagian
diwarnai oleh aturan-aturan yang khas berinspirasi Barat, seperti hukum dagang, sementara
bagian lainnya tetap berada di bawah naungan syari’ah, seperti hukum keluarga.

Berikutnnya sejak tahun 1915 proses perubahan hukum keluarga itu berkembang dengan
pesat. Pembaharuan di sini dilaksanakan dengan tiga bahan pokok, yaitu (a) adanya sarana untuk
memperoleh pengakuan berlakunya hukum atas tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh syari’ah.
(b) Prinsip yang mengatakan bahwa sebagai pengganti pelaksanaan pandangan-pandangan
dominan dari mazhab tertentu, seperti dari mazhab Hanafi, mengenai persoalan yang rinci
(furû’).

Di sini badan legislatif diperbolehkan menerapkan variasi tertentu dari pandangan-pandangan


tersebut, seperti yang dikemukakan oleh beberapa mazhab lain dan (c) diperlakukannya aturan-
aturan hukum acara untuk melengkapi syari’ah yang pelaksanaannya disertai dengan sanksi-
sanksi pidana.Sedangkan Coulson mengklasifikasikan pembaharuan hukum Islam ke dalam
empat bentuk;

Pertama, adanya upayakodifikasi hukum Islam menjadi undang-undang hukum negara; sejumlah
hukum Islam di-ijtihâd-kan sebagai hukum negara, sehingga memiliki kekuatan hukum yang
mengikat bagi warga negara dan memiliki sanksi bagi pelanggarnya. Ini disebut prinsip siyâsah.

Kedua, munculnya prinsip takhayyur yaitu kaum muslimin bebas memilih pendapat para imam
mazhab dan menggunakannya sesuai dengan kemaslahatan masyarakat.

Ketiga, munculnya upaya untuk mengantisipasi perkembangan peristiwa hukum yang baru
dengan mencari alternatif-alternatif hukum dengan menggunakan prinsip-prinsip hukum Islam
yang luwes dan elastis. Prinsip ini disebut prinsip tathbîq.

Keempat, timbulnya upaya perubahan hukum dari yang lama kepada yang baru, sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang bersifat dinamis yang disebut konsep tajdîd (neo-ijtihâd).

Sementara menurut analisis Abdullahi Ahmad an-Na’im (Na’im, 1997:74), pembaharuan hukum
keluarga dan waris Islam di beberapa negara mengambil beberapa teknik, yaitu takhayyurdan
siyâsah, seperti penjelasan Coulson tersebut. Namun, ia menambahkan tiga bentuk yang lain,
yaitu, pertama, takhsîsh alQadha atau hak penguasa untuk memutuskan dan menguatkan
keputusan pengadilan. Ini digunakan sebagai prosedur untuk membatasi penerapan syari’ah pada
persoalan-persoalan hukum perdata.

5
Prosedur yang sama juga digunakan untuk mencegah pengadilan dari penerapan syari’ah
dalam keadaan yang spesifik tanpa mengubah substansi aturan-aturan syari’ah yang relevan.
Kedua, reinterpretasi atas ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, misalnya dalam Hukum
Status Personal Tunisia Tahun 1956 dinyatakan bahwa perceraian tidak sah kecuali dengan
keputusan pengadilan. Ketiga, pembaharuan dilakukan dengan cara yang digunakan dalam
tradisi hukum adat tanpa menentang dan mengubah prinsip dan aturan-aturan syari’ah yang
berdasarkan al-Qurân dan hadis seperti yang terjadi di India.10 Adapun diyang telah ada, demi
membangun mazhab fiqh nasional, sedikit banyak menganut prinsip-prinsip yang dijelaskan
tersebut.2

2J.N.D. Anderson, Islamic Law in the Modern World, Connecticut:


Greenwood Press, 1975, hh. 109-111.
N.J. Coulson, A History of Islamic Law, Edinburgh: Edinburgh
University Press, 1971, hh. 182-217.
Abdullah Ahmad An-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, terj. A. Suaedi
dan Amiruddin, Yogyakarta: LkiS, 1997, h. 74.
10 Ibid.

6
D. .TRANSFORMASI FIQH MELALUI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Aspek hukum Islam, maka seyogyanya hukum islam dalam perundang-undangan dan
peraturanperaturan hukum yang diterapkan di Negara-negara muslim modern juga harus
memenuhi semua aspek, baik yang berkaitan dengan hukum privat (perdata) maupun hukum
publik (pidana). Namun realita yang ada, tidak semua negara muslim mengimplementasikan
kedua aspek hukum tersebut dalam perundang-undangan negara. Bahkan mayoritas negara hanya
menonjolkan hukum keluarga Islam dalam perundang-undangan mereka.

Menurut Daud Ali, tidak diimplementasikannya hukum publik bahkan hukum privat islam
(kecuali hukum keluarga) dalam perundang-undangan negara muslim dikarenakan kedua hukum
tersebut telah kehilangan jiwa wahyu Ilahi dan sunnah Rasulullah, akibat pengaruh penjajahan
dan westernisasi hukum. Hanya hukum keluarga yang masih bertahan dari pengaruh tersebut
hingga saat ini.4 Sehingga wajar bila yang tampak saat ini, undang-undang Islam yang berlaku di
negara-negara muslim hanya berkait dengan hukum keluarga.

Berikut penulis paparkan secara ringkas perundang-undangan dan peraturanperaturan hukum


Islam yang diterapkan di berbagai negara:

1) Al-Jazair

Al-Jazair merupakan negara Islam yang populasi muslimnya mencapai 99 %. Negara

ini terletak di utara Afrika dengan berbahasa resmi Arab dan Prancis. Hukum Islam dalam

bentuk perundang-undangan yang berlaku di sini hanya berkaitan dengan hukum perkawinan

dan hukum keluarga. Sedangkan hukum sipil, hukum kriminal dan administrasi peradilan

masih diwarnai dengan warna hukum yang dibawa oleh kolonial Prancis yang pernah berkuasa

di negara ini.

Secara umum hukum islam yang menjadi perundang-undangan dinegara ini diadopsi

dari fiqih Maliki yang merupakan mazhab terbesar penganutnya di Negara ini.

Berikut legislasi hukum Islam yang terakomodasi di negara Aljazair:

a) Ordonansi Perkawinan (Marriage Ordinance)1959. Ordonansi ini mengatur

tentang hukum keluarga yang berkaitan dengan perkawinan yang sesuai dengan

konsep hukum perkawinan Islam yang berlaku dengan merujuk kepada mazhab

7
fikih mayoritas yang dianut oleh umat Islam di Al-Jazair yaitu fiqih Malikib) Hukum Ordonansi
Perkawinan (Amandemen) ( Marriage Ordinance (Amendment)

Law ) 1963. Ini adalah amandemen pertama dari ordonansi perkawinan yang telah

berlaku dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan kebutuhan hukum yang

berkembang di tengah-tengah masyarakat.alam wilayah perdata belum menyentuh

kepada pidana.

c) Kitab Undang-Undang Hukum Keluarga ( Family Code ) 1984. Kitab Undangundang Hukum
keluarga ini mengatur lebih luas dari ordonansi perkawinan, di

dalamnya juga sudah mencakup tentang kewarisan dan hal-hal yang terkait dengan

hukum keluarga lainnya.

2) Mesir

Mesir dengan populasi penduduk yang 92 % muslim adalah negara yang mayoritas

penduduknya bermazhab syafi'i. Namun dahulu, ketika mesir merupakan propinsi otonom dari

kekhalifahan Utsmaniyah, sistim hukum yang diterapkan adalah sistim hukum hanafi.8 Setelah

berada dalam jajahan Inggris Raya, sistem hukumnya secara perlahan terpengaruh terhadap

sitim hukum eropa yang dibawa oleh Inggris. Baru pada tahun 1920 terbentuk pembaharuan

aturan perundang-undangan Islam yang berkaitan dengan status personal.9

Secara ringkas perundang-undangan Islam yang diterapkan di Mesir pada era modern,

antara lain:10

a)Hukum tentang status personal (Al-Ahwal al-Sakhshiyah) 1920 -1929.

Hukum ini mengatur tentang hukum privat dan public yang berlaku di Mesir.

b)Hukum tentang waris,wasiat dan wakaf (Qonun al-Mirats wa alWashiyah wa al-Ushul al-
Waqf/Laws on inheritance, wills and waqf) 1943-1952. Fokus pada

hukum ini mengatur tentang aturan-aturan hukum yang berkaitan tentang kewarisan, wasiat dan
wakaf

c)Undang-undang sipil (perdata) dan undang-undang peradilan (Civil

8
Codes and Laws on Courts) 1931-1955. Undang-undang ini juga mengatur tentang hukum privat
sekaligus penegasan fungsi lembaga peradilan sebagai lembaga yudikatif.

d) Syari'ah dalam Undang-undang Dasar 1977. Ini adalah kodifikasi undang-undang

dasar Negara Mesir yang ruhnya sudah diwarnai oleh Syari’at Islam.

e) Undang-Undang Jihan 1979 merupakan amandemen pertama dari hukum personal

1920-1929.

f) Amandemen Hukum Status Personal 1985.

3) Iraq

Iraq merupakan negeri di asia barat yang populasi muslimnya mencapai 95 %. Negeri

1001 malam yang mempunyai dua bahasa resmi (Arab dan Inggris) ini memilki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

a) Undang-undang Sipil (perdata) 1951. Undang-undang ini mengatur tentang hukum

privat yang berlaku.

b) Undang-undang status personal (Al-Ahwal al-Sakhshiyah) 1959. Undang-undang

ini sudah mengatur hukum privat dan hukum publik yang berlaku.

c) Amandemen Undang-undang status personal 1963.

d) Undang-undang tentang Hak tempat tinggal bagi wanita yang dicerai (Law on

Divorced Wife's Right to Residence). Undang-undang ini mengatur tentangperlindungan dan


jaminan hak-hak wanita yang mengalami perceraian dalam

sebuah ikatan perkawinan.

4) Yordania

Yordania merupakan negara monarki demokratis yang terletak asia timur dengan

populasi penduduk muslim sebesar 95 % dari jumlah penduduk. Implementasi hukum Islam

dalam bentuk perundang-undangan pada negara ini dapat dilihat dalam:11

a) Undang-Undang tentang hak-hak keluarga (Law on Family Right) 1951.

b) Syari'ah dalam Undang-Undang Dasar 1952.

9
c) Undang-undang sipil dan Undang-undang lain (Civil Code and some other laws)

1952-1976.

d) Undang-undang status personal (Code of Personal Status) 1976.

e) Amandemen undang-undang status personal 1977.

5) Kuwait

Kuwait dalam perkembangan legislasi hukum Islam dikenal dengan reformasi

dibidang hukum waris dan pembaharuan legislasi. Khusus dalam bidang pembaharuan legislasi

dimulai dalam masa pemerintahan Amir Syaikh Abdullah Salim Al-Sabah. Pada masa ini

(tepatnya tahun 1951), dia melakukan perombakan Undang-undang Wakaf dengan merujuk

kepada Undang-undang Wakaf Mesir tahun 1946 dan Undang-undang Wakaf Libanon tahun

1947. Kedua undang-undang wakaf terakhir ini, dikolaburasikan dalam satu bentuk
perundangundangan wakaf yang berlaku di Kuwait. Dismaping itu, ada beberapa aturan
perundangundangan lain yang dirujuk dari hukum material Mesir dan Prancis yang
menghasilkan;

Undang-Undang Hukum Sipil (Perdata) dan Prosedur Perniagaan (Civil an Commercial

Procedur Code) pada tahun 1960. Dan setahun sesudahnya (1961) disempurnakan dengan

terbentuknya Undang-Undang Hukum Perdata Kuwait, Undang-undang Hukum Niaga,

Undang-Undang Hukum Perbuatan Kriminal dan Undang-Undang tentang Ganti Rugi (Law on

Damages).3

3 Hallaq, Wael B., Sejarah Teori Hukum Islam (A History of Islamic Legal Theories), terj. E.Kusnadiningrat, Jakarta;
Raja Grafindo Persada, 2000. Hassan, A.. Pintu Ijtihad sebelum Tertutup (The Early Development of Islamic.

10
E.PERKEMBANGAN STUDI FIQIH SECARA MUQARAM

Perbandingan mazhab atau dalam bahasa Arab disebut muqaranah al-mazahib berasal dari
dua sub kata, yaitu kata mugaranah dan mazahib. Secara etimologi mugaranah seperti dalam
kamus munjid karangan Luis Ma'luf adalah berasal dari kata: yang artinya mengumpulkan,
membandingkan antara dua perkara ‫ مقارنة‬- ‫ يقارن‬- ‫ قارن‬atau lebih.

Berdasarkan makna lughowi diatas, maka perbandingan mazhab menurut ulama fiqh adalah:

‫ جمع آراء األئمة المجتهدين مع أدلتها في المسالة الواحدة المختلف فيها‬: ‫الفقه المقارن‬.

‫ومقابلة هذه األدلة بعضها مع بعض ليظهر بعد مناقشتها أي األقوال أقوى دليال‬

"Mengumpulkan pendapat para imam mujtahidin berikut dalil-dalilnya tentang suatu masalah
yang diperselisihkan, dan kemudian membandingkan serta mendiskusikan dalil- dalil tersebut
satu sama lainnya untuk menemukan yang terkuat dalilnya."

Fiqh Muqaran adalah Suatu ilmu yang mengumpulkan pendapat-pendapat suatu masalah
ikhtilafiyah dalam fiqh, mengumpulkan, meneliti dan mengkaji serla mendiskusikan dalil
masing-masing pendapat secara objektif, untuk dapat mengetahui pendapat yang terkuat, yaitu
pendapat yang didukung oleh dalil-dalil yang terkuat, dan paling sesuai dengan jiwa. dasar, dan
prinsip umum syariat Islam.

Fiqh Muqaran atau dalam istilah lain disebut Perbandingan Mazdhab adalah ilmu pengetahuan
yang membahas pendapat-pendapat fuqaha' (Mujtahidin) beserta dalil- dalilnya mengenai
berbagai masalah, baik yang disepakati, maupun yang diperselisihkan dengan membandingkan
dalil masing-masing, yaitu dengan cara mendiskusikan dalil-dalil yang dikemukakan oleh
mujtahidin untuk menemukan pendapat yang paling kuat dalilnya.Adapun tujuan dan manfaat
mempelajari perbandingan madzhab adalah sebagai berikut:

1).Untuk mengetahui pendapat-pendapat para imam madzhab dalam berbagai masalah yang
diperselisihkan hukumnya, disertai dalil-dalil atau alasan yang dijadikan dasar bagi setiap
pendapat, dengan mempelajari dalil yang dipakai oleh imam madzhab tersebut dalam
menetapkan hukum orang yang melakukan studi perbandingan akan mendapat keuntungan ilmu
pengetahuan secara sadar dan meyakinkan akan ajaran agamanya, dan akan memperoleh hujjah

11
yang jelas dalam melaksanakan ajaran agamanya, sehingga dia tergolong kedalam kelompok
orang yang disebut dalam alquran sebagai berikut:

َ‫س ْب َحانَ هَّللا ِ َو َما َأنَا ِمن‬


ُ ‫قل هذه سبيلي َأ ْدعُو إلى هللا على بصيرة أنا ومن المعننِي َو‬

ْ ‫ا ْل ُم‬
‫ش ِر ِكين‬

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyala, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang
yang musyrik"Sehingga terlepas dari kelompok orang yang juga di sebutkan dalam alquran,yang
ayat dan artinya sebagai berikut:

‫س ُهنَا فَما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا‬


َ ‫ول قَالُوا َح‬
ِ ‫س‬ُ ‫وإذا قي َل لَ ُه ْم تَ َعالَ ْوا ِإلَى َما َأن َز َل هللاُ َوِإلَى ال َّر‬

َ َ‫َأ َولَ ْو َكانَ آبَاُؤ ُه ْم ال يَ ْعلَ ُمون‬


‫ش ْيًئا َواَل َي ْهتَدُون‬

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak
kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak(pula) mendapat
petunjuk.

2) Dapat merumuskan kaidah-kaidah dan dasar-dasar hukum yang dapat diamalkan sesuai
dengan hukum Islam dan tidak bertentangan dengan lainya.

3) Untuk mengetahui dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang digunakan setiap imam madzhab
dalam mengistimbatkan hukum dan dalil-dalilnya, dimana setiap imam madzhab tersebut tidak
menyimpang dan tidak keluar dari dalil-dalil alquran dan alsunnah, sebagai buah dari cara ini,
orang yang melakukan studi tersebut akan menjadi orang yang benar-benar menghormati semua
imam madzhab tanpa membedakan yang satu dengan yang lainnya, karna padangan dan dalil
yang digunakan masing-masing pada hakikatnya tidak terlepas dari aturan-aturan ijtihad. Maka
sepantasnyalah orang yang mengikuti kepada salah satu imam madzhab itu mengikuti pula jejak
dan petunjuk imamnya dalam menghormati imam lain.

4) Dengan memperhatikan landasan berfikir para imam madzhab, orang yang melakukan studi
perbandingan madzhab dapat mengetahui bahwa dasar-dasar mereka pada hakikatnya tidak
keluar dari nushuush Alquran dan Alsunnah, Qiyas, maslahah mursalah, istishab, atau prinsip-
prinsip umum dalam nash-nash syariat Islam dalam menyelesakain semua persoalan yang ada
dalam kehidupan masyarakat. baik dari ibadah ataupun muamalah, yang dalil-dalil ijtihad itupun
digali dari nash-nash Alquran dan Alsunnah. Dengan demikian orang-orang yang melakukan

12
studi perbandingan itu akan memahami, bahwa perbuatan dan amalan sehari-hari itu dari
pengikut madzhab lain, bukan diatur oleh kaum non islam.

5) Dapat mengetahui betapa luasnya pembahasan ilmu fiqh dan betapa kayanya khazanah hukum
Islam yang diwariskan untuk kita oleh para Ulama terdahulu sehingga hampir tidak ada masalah
walau bagaimanapun modernnya yang tidak dijamahnya secara langsung atau tidak langsung

LANGKAH-LANGKAH ATAU SISTEMATIKA MUQARANAH DALAMHUKUM Dalam


melakukan perbandingan hukum, ada beberapa langkah-langkah yang harusdilakukan oleh
seorang muqarin. Di antaranya adalah:

1) Menentukan masalah yang akan dikaji. Misalnya masalah "hukum bacaan basmalah"

pada awal fatihah di dalam shalat.

2) Menelusuri sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat antara hukum-hukum yang ada.

3) Mengumpulkan semua pendapat ahli fiqih yang menyangkut masalah tersebut serta meneliti
semua kitab-kitab fiqih dalam berbagai madzhab.

4) Mengumpulkan semua dalil yang menjadi landasan semua pendapat yang dikutip oleh para
mujtahid, baik dalil-dalil itu berupa ayat Alquran atau Sunnah, ijma dan qiyas ataupun dalil-dalil
lain.

5) Meneliti semua dalil. Yakni untuk mengetahui dalil-dalil yang lemah dan dalil-dalilkuat agar
dapat diketahui kekuatannya sebagai hujjah

6) Menganalisa dalil dan mendiskusikannya. Yakni untuk mengetahui apakah dalil-dalil

itu memang tepat digunakan pada tempatnya serta benarkah indikasinya menunjukkan kepada
hukum yang dimaksud, ataukah ada kemungkinan atu alternatif yang lain.

7) Menelusuri hikmah-hikmah yang terkandung di belakang perbedaan itu. Yakni untuk


dimanfaatkan sebagai rahmat Allah SWT4

4 Rasyid, Daud, Islam dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Suma, Muhammad Amin, Ijtihad
Ibn Taymiyyah dalam Fiqh Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Syah, Ismail Muhammad dkk, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Jika ulama memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi serta akhlaqul karimah maka
penguasa dan umat secara keseluruhan juga akan menjadi baik.Sebaliknya, jika ulama rusak
(banyak ulama su') maka akan rusak pula penguasa dan bangsanya.

pada dasarnya dapat dikatakan bahwa memahami dunia fiqh pemahaman adanya faktor-faktor
yang senantiasa berubah dan menuntut adanya pemahaman-pemahaman baru. Karena itu prinsip
bahwa ketentuan hukum Islam senantiasa bergerak maju sesuai dengan perubahan zaman,
kondisi dan tempat (taghayyur al-ahkam manat bi taghayyur al-azminah, alahwal wa al-amkinah)
adalah ketentuanprinsip yang semestinya di-jadikan sebagai sebuah pegangan kunci.

Beberapa ahli hukum Islam dari Barat telah mengkaji secara serius perkembangan dan
pembaharuan hukum Islam yang terjadi di beberapa negara dewasa ini. Anderson, salah seorang
peneliti hukum Islam, menyimpulkan adanya beberapa poin penting dalam proses pembaharuan
di beberapa negara.

Aspek hukum Islam, maka seyogyanya hukum islam dalam perundang-undangan dan
peraturanperaturan hukum yang diterapkan di Negara-negara muslim modern juga harus
memenuhi semua aspek, baik yang berkaitan dengan hukum privat (perdata) maupun hukum
publik (pidana). Namun realita yang ada, tidak semua negara muslim mengimplementasikan
kedua aspek hukum tersebut dalam perundang-undangan negara. Bahkan mayoritas negara hanya
menonjolkan hukum keluarga Islam dalam perundang-undangan mereka.

Fiqh Muqaran adalah Suatu ilmu yang mengumpulkan pendapat-pendapat suatu masalah
ikhtilafiyah dalam fiqh, mengumpulkan, meneliti dan mengkaji serla mendiskusikan dalil
masing-masing pendapat secara objektif, untuk dapat mengetahui pendapat yang terkuat, yaitu
pendapat yang didukung oleh dalil-dalil yang terkuat, dan paling sesuai dengan jiwa. dasar, dan
prinsip umum syariat Islam.

14
B.Saran

sebagai seorang muslim, hendaknya kita mengetahui istilah-istilah tersebut dan diharapkan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari contoh
melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat Islam, serta melakukan aktivitas dengan
memperhatikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut syariat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, Daud, Islam dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Suma,
Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taymiyyah dalam Fiqh Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Syah, Ismail Muhammad dkk, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Hallaq, Wael B., Sejarah Teori Hukum Islam (A History of Islamic Legal Theories), terj.
E.Kusnadiningrat, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2000. Hassan, A.. Pintu Ijtihad sebelum
Tertutup (The Early Development of Islamic.

J.N.D. Anderson, Islamic Law in the Modern World, Connecticut:


Greenwood Press, 1975, hh. 109-111.

N.J. Coulson, A History of Islamic Law, Edinburgh: Edinburgh


University Press, 1971, hh. 182-217.

Abdullah Ahmad An-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, terj. A. Suaedi


dan Amiruddin, Yogyakarta: LkiS, 1997, h. 74.
10 Ibid.

Al-Bahi, Muhammad, al-Fikr al-Islami wa al-Mujtama' al-Mu'asir, Beirut: Dar al- Kutub al-
Bannani, 1975. Al-Dimasyqi,'Abd al-Qadir ibn Badran. al-Madkhal ila Madhhab al-Imam Ahmad
bin Hanbal, Beirut: Dar al-Muassasah al-Risalah, 1981.

16

Anda mungkin juga menyukai