BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Semua manusia ini diciptakan pada dasarnya sama. Sama-sama cerdas, pintar,
pandai, tidak ada manusia yang bodoh, Yakin dan Percayalah akan hal itu Karena Tuhan itu
Maha Adil. Mungkin anda merasa tidak percaya diri , karena anda tidak bisa menjadi seperti
orang lain, yang bisa mendapat juara kelas, bisa mendapatkan teman yang banyak, bisa
mengerjakan soal-soal dari dosen ataupun guru. Yakinlah, itu semua karena kecerdasan yang
anda miliki masih terkekang belum terbebas dari belenggu kemalasan dan kesibukan.
BAB II
PEMBAHASAN
asan
A. Pengertian kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga
diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan memberikan
solusi terhadap dalam berbagai situasi.
B. Teori – Teori tentang Kecerdasan
pengertian kecerdasan yang dikemukan oleh beberapa ahli berikut ini:
Gregory: Kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan
masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya
tertentu.
C. P. Chaplin: Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.
Anita E. Woolfolk: Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau
lingkungan pada umumnya.
C. Klasifikasi Kecerdasan
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang
ringan dan tahan lama, dia telah melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun.
Tak heran kalau ada yang bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang
membuat Anda yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung
menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk
mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau
tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis
Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-
citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi para pendaki gunung.
Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi tiga bagian:
Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan
hidup). Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
Camper (berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya
mereka berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang
terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah moto para
campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan, dan selangkah
lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan
yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
climber (pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan
segala keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan dan
kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan mendapatkan banyak
kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Dalam konteks
ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan kata lain, AQ membedakan antara
para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem
seorang climber (pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan
(adversity quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi
(emotional quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik
Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen R. Covey.
AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari.
Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level
AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka
selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah
khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan
dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat
ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan
bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi
terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau
ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi.
Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan
kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan
orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang
lain pada umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The
New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi
tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK tinggi kalah bersaing
dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah tetapi lebih berani dalam bertindak?
Sedangkan,Secara konvensional klasifikasi kecerdasan dewasa ini masih mengikuti
klasifikasi yang dikembangkan oleh Binet dan Simon, diantaranya :
1. Idiot ( IQ 0 – 9 ); Dimana Idiot adalah istilah yang diperuntukan bagi anak yang pemikiran
masih sangat rendah atau paling rendah.
2. Embisil ( IQ 20 – 49 )
3. Moron ( IQ 50 – 69 ); Moron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada masa dewasa,
moron dianggap memiliki kecerdasan.
4. Inferior ( IQ 70 – 79 ); merupakan kelompok tersendiri dari individu –individu terbelakang.
Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok embisil, namun kelompok ini
memiliki kecakapan tertentu yang melebihi kecerdasannya.
5. Bodoh ( IQ 80 – 89 ); Pada umumnya kelompok ini agak lambat dalam mencerna pelajaran
disekolah.
6. Normal / rata – rata ( IQ 90 -109); kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar
prestasinya diantaran populasi.
7. Pandai ( IQ 110 -119); Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan pendidikan
tingkat universitas atau perguruan tinggi.
8. Superior ( IQ 120 -129); Kelompok ini lebih cakap.
9. Sangat Superior ( IQ 130 - 139); Kelompok ini merupakan kelompok superior yang berbeda
pada tingkat tertinggi dalam kelompok tersebut.
10. Gifted ( IQ 140 - 179); kelompok ini merupakan mereka yang tidak genius tetapi menonjol
dan terkenal.
11. Genius ( IQ 180 keatas); kelompok ini bakat dan keistimewaanya telah tampak sejak kecil.
D. 9 Tipe – Tipe Kecerdasan Manusia menurut Prof. Dr. Howard Gardner
1. Intellegence of Word (Kecerdasan Mengolah Kata)
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mengacu pada penggunaan bahasa lisan maupun
tulisan dan kemampuan berbahasa dengan baik dan efektif. Biasanya orang yang memiliki
Kecerdasan ini dapat menghibur, mengajar, meyakinkan dan memberikan argumentasi
dengan bahasa yang sangat baik dan benar. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini biasanya
suka dan tertarik dengan bermain kata-kata, diskusi, membaca, dan pastinya menulis.
Seseorang yang punya kecerdasan ini mampu mengekspresikan hal dengan bahasa secara
singkat, tepat dan jelas. Oleh karena itu, Orang yang memiliki kecerdasan ini dapat
beragumen dengan baik. Untuk pekerjaan, biasanya menjadi Pelawak, Artis, Penulis,
pokoknya yang berhubungan dengan bahasa dan tulisan deh.
2. Intellegence of Logic (Kecerdasan Logika)
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mengacu pada penalaran, logika, dan mengolah
angka yang baik. Biasanya orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki pemikiran yang
rasional. Orang yang memiliki Kecerdasan ini mempunyai kemampuan untuk memahami
argumen lawan bicara dengan logis dan dapat memecahakan masalah matematika dengan
baik dengan menggunakan kecerdasan logis dan matematis.
Para Ilmuan kebanyakan memiliki kemampuan ini untuk mendapatkan suatu hipotesa
sebelum di uji. Untuk pekerjaan, biasanya menjadi seorang ilmuan, akuntan, dan yang
berhubungan dengan logika dan matematis.
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan
atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor
bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar,
dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
3. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan
yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan,
misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhan.
1. Faktor Pengalaman
Pengalaman meupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi
seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan
dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak – kanak yang
memperoleh pengasuhan yang dari ibunya akan tumbuhlebih cepat dan lebih sukses
dibanding anak yang kurang mendapatkan perhatian lebih cendrung menimbulkan rasa
rendah diri dan frustasi.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termauk potensi
kecerdasan seseorang. Seseorang yang memberi stimulus dan tantangan diikuti
pemberdayaan serta dukungan yang akan memperkuat otot mental dn kecerdasan.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan
yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga
diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan memberikan
solusi terhadap dalam berbagai situasi di lingkungan hidupnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan
asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka
memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa
yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk
mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk
mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang
sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA