Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN 5 KECERDASAN

https://haninatikiranas.com

1. Intellegent Quotient (IQ)


Kecerdasan Pikiran ini adalah kecerdasan yang bertumpu kekuatan otak kita untuk memikirkan
dalam merampungkan permasalahan. Bila kita ikuti Psikotes, terdapat beberapa masalah yang
menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, umpamanya masalah tentang delik ruangan
seperti bentuk ruangan kubus yang diputar-putar bakal jadi seperti apa. Masalah ini mempunyai
tujuan untuk lihat kekuatan pikiran kita dalam merampungkan satu permasalahan dari beragam
segi.

Telah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (system rekrutmen serta promosi personel
militer) serta dunia kerja, memakai IQ juga sebagai standard mengukur kecerdasan seorang.
Namun namanya juga temuan manusia, arti teknis yang datang dari hasil kerja Alfred Binet ini
(1857 – 1911) lama kelamaan memperoleh sorotan dari beberapa pakar serta mereka mencatat
sekurang-kurangnya ada dua kekurangan (bukanlah kekeliruan) yang menuntut untuk
diperbaruhi, yakni :
a. Pemahaman absolut pada score IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyebutkan kecerdasan manusia itu telah seperti
angka mati serta tak dapat dirubah, yaitu tak pas. Penemuan modern menunjuk pada kenyataan
bahwa kecerdasan manusia itu cuma 42% yang dibawa dari lahir, sesaat bekasnya, 58% adalah
hasil dari sistem belajar.

b. Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika serta logika


Steve Hallam sekali lagi menyampaikan bahwa pandangan itu tidaklah pas, karena saat ini
semakin banyak pembuktian yang mengarah pada kenyataan bahwa kecerdasan manusia itu
berbagai macam. Buktinya, Michael Jordan disebutkan cerdas sepanjang terkait dengan bola
basket. Mozart disebutkan cerdas sepanjang punyai urusan dengan musik. Mike Tyson
disebutkan cerdas sepanjang terkait dengan arena tinju.
2. Emotional Quotient (EQ)
Dimaksud juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan pada kekuatan manusia
dalam mengelola emosi serta perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangatlah punya pengaruh dalam
performace serta kecakapan emosi kita dalam bekerja, serta kekuatan diri kita dalam hadapi satu
permasalahan. Seorang yang mempunyai Emosi yang jelek meskipun IQ nya besar, dia bakal
tidak berhasil dalam kehidupannya karena tak dapat mengontrol diri waktu hadapi satu
permasalahan. Kecerdasan emosi telah jadi satu tolok ukur paling utama yang di cari oleh
perusahaan pada pegawainya serta kerap adalah karakteristik penentu keberhasilan dalam kerja
serta pembedaan kemampuan serta performace satu karyawan. Kecerdasan emosi yaitu kekuatan
untuk memperoleh serta mengaplikasikan pengetahuan dari emosi diri serta emosi orang lain
supaya dapat lebih sukses serta dapat meraih kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes
juga kecerdasan emosi ini kerap jadi tolak ukur paling utama dalam merekrut pegawai, lantaran
dengan kecerdasan emosi yang tinggi meskipun mempunyai IQ yang rendah condong
perusahaan merekrut pegawai yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi, lantaran
kecerdasan IQ gampang untuk ditingkatkan dibanding kecerdasan emosi.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyebutkan bahwa “kontribusi
IQ untuk kesuksesan seorang cuma seputar 20 persen serta bekasnya yang 80 persen ditetapkan
oleh serumpun aspek-faktor yang dimaksud Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada
yang memiliki pendapat bahwa bila IQ mengangkat manfaat pikiran, EQ mengangkat manfaat
perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi bakal berusaha membuat keseimbangan dalam dianya ;
dapat mengupayakan kebahagian dari dalam dianya serta dapat merubah suatu hal yang jelek jadi
suatu hal yang positif serta bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih diutamakan pada jati
diri serta emosi kita. Meskipun emosi bisa dikontrol dengan ikuti pelatihan-pelatihan seperti
ESQ serta yang lain, namun perlu kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini.

3. Spiritual Qoutient (SQ)


Kecerdasan Spiritual ini terkait dengan kepercayaan kita pada Tuhan. Kecerdasan ini nampak
jika kita betul-betul meyakini atas semua ciptaannya serta semua kuasanya pada manusia
(bukanlah atheis).
Danah Zohar, penggagas arti teknis SQ (Kecerdasan Spiritual) disebutkan bahwa bila IQ bekerja
untuk lihat ke luar (mata pikiran), serta EQ bekerja memproses yang didalam (telinga perasaan),
jadi SQ (spiritual quotient) menunjuk pada keadaan ‘pusat-diri’ (Danah Zohar & Ian Marshall :
SQ the ultimate intelligence : 2001). Kecerdasan ini yaitu kecerdasan yang mengangkat manfaat
jiwa juga sebagai piranti internal diri yang mempunyai kekuatan serta kepekaan dalam lihat arti
yang ada dibalik fakta apa yang ada ini. Kecerdasan ini bukanlah kecerdasan agama dalam
versus yang dibatasi oleh kebutuhan-pengertian manusia serta telah jadi ter-kavling-kavling
sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih punyai urusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang
ber – SQ tinggi dapat memaknai penderitaan hidup dengan berikan arti positif pada tiap-tiap
momen, permasalahan, bahkan juga penderitaan yang dirasakannya. Dengan berikan arti yang
positif itu, ia dapat menghidupkan jiwanya serta lakukan perbuatan serta aksi yang positif.

4. Moral Quotient (MQ)


Nilai, filosofi, serta himpunan kecerdasan moral mempunyai dampak yang sangatlah utama pada
bisnis. Hal itu adalah basic dari visi, maksud, serta budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan
moral tidak cuma untuk tahu yang benar serta yang salah, tetapi juga untuk berbuat dan bertindak
yang benar. Pada segolongan populasi manusia ada sekumpulan manusia dengan jumlah
prosentase yang kecil menanggung derita, alami sakit jiwa maupun terkucil. Grup ini
kemungkinan tak “mengerti” yang benar serta yang salah. Kenapa kita tak seringkali bertindak
yang pas? Umumnya orang bertindak yang pas terkadang saja. Melakukan tindakan atas tiap-tiap
ketentuan yang kita buat sehari-hari, memperhitungkan apa yang “benar”, apa yang tambah baik
serta bisa menolong komune kita, organisasi, serta orang lain. Tetapi kita tidak selamanya
sepakat dengan apa yang benar.

Dalam soal ini nilai serta filosofi ikut bertindak. Penilaian kita jadi basic dalam yakin serta
memastikan aksi. Filosofi adalah jalan untuk kita untuk memastikan nilai. Filosofi yang cerdas
adalah hasrat untuk mengerti manusia, benda, serta dunia lewat rangkaian kata yang melukiskan
bagaimanakah mereka bekerja dengan hal tersebut sediakan satu keamanan emosional dalam
meramalkan hari esok. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam bikin
ketentuan, serta menaksirkan harga dari suatu hal melawan “kode” yang mendasar atau mengatur
garis dasar yang mengakibatkan kemelut. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan pada
kesadaran persaingan, kadang-kadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin saja
pernah mendengar pengucapan seorang dengan filosofi yang cerdas, misalnya : “jika anda
mempunyai jalan keluar yang luwes, orang lain bakal mempercayainya. Tak perlu berusaha
untuk memberikan keyakinan mereka tentang kebaikannya. ” Mereka bisa memakai suatu style
kemimpinan, bila visi yang digambarkan jadi pemicu yang baik di hari esok.

Dalam hipotesa riset ini diketemukan bahwa ada hal lebih mendasar dari kekuatan kecerdasan
emosional. Hal itu terlihat sejenis kompas moral. Hal itu adalah jantung dari keberhasilan bisnis
yang jalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini diberi nama kecerdasan moral (moral intelligence).
Kecerdasan moral adalah kemampuan mental untuk memastikan bagaimanakah prinsip umum
manusia yang perlu dipakai pada nilai, maksud, serta aksi. Arti yang gampang, kecerdasan moral
adalah kekuatan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh
prinsip umum. Prinsip umum adalah keyakinan tentang perilaku manusia dengan cara umum
pada semua budaya didunia.

Kecerdasan moral tidak cuma utama untuk mengefektifkan kepemimpinan, tetapi juga adalah
“pusat kecerdasan” untuk semua manusia. Kenapa? Lantaran kecerdasan moral dengan cara
segera mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat suatu hal yang bermanfaat. Kecerdasan
moral memberi hidup manusia mempunyai maksud. Tanpa ada kecerdasan moral, kita tidak bisa
berbuat suatu hal serta peristiwa-peristiwa sebagai pengalaman jadi tak bermakna. Tanpa ada
kecerdasan moral kita akan tidak tahu kenapa pekerjaan yang kita kerjakan? Serta apa yang perlu
ditangani?

5. Adversity Quotient
Saat pada akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) sukses temukan baterai yang enteng serta
tahan lama, dia sudah melalui 50. 000 percobaan serta bekerja sepanjang 20 th.. Tidak heran bila
ada yang ajukan pertanyaan, “Mr. Edison, Anda sudah tidak berhasil 50. 000 kali, lantas apa
yang bikin Anda meyakini bahwa pada akhirnya Anda bakal sukses? ” Dengan cara spontan
Edison segera menjawab, “Berhasil? Tidak cuma sukses, saya sudah memperoleh banyak hasil.

Apakah adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ yaitu kecerdasan untuk menangani
kesusahan. “AQ adalah aspek yang bisa memastikan bagaimanakah, jadi atau tidaknya, dan
sejauh mana sikap, kekuatan serta kemampuan Anda terwujud didunia, ” catat Stoltz. Secara
singkat, orang yang mempunyai AQ tinggi bakal lebih dapat wujudkan cita-citanya dibanding
orang yang AQ-nya lebih rendah.Kaya Hati dan Pikiran, Tercermin dalam Kecerdasan IQ-SQ-
EQ

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kaya Hati dan Pikiran, Tercermin
dalam Kecerdasan IQ-SQ-EQ", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Dalam berbagai artikel, saya selalu mengingatkan diri sendiri tentang vitalnya intelektual, sosial,
emosional, analisis, kreatif-imajinatif-inovatif, dan iman (ISEAKI) yang rumus dan turunannya
sudah saya tulis menjadi sebuah buku, untuk menjalani kehidupan nyata setiap manusia.

Sementara untuk kegiatan olah raga, khususnya sepak bola, saya selalu mengingatkan diri
dengan intelegensi, personality, teknik, dan speed (IPTS), atau akronim TIPS=teknik,
intelegensi, personality, dan speed.

Jadi, mengukur kompetensi manusia apakah berhasil dalam pendidikan atau tidak, atau malah
belum terdidik, bagi saya cukup melihat seseorang dari nilai rapor kecerdasan ISEAKI dalam
perilaku,  sikap dan perbuatan, serta dalam olah raga (sepak bola dll).
Di dalam ISEAKI dan TIPS, termaktub Intelligent Quotient (IQ), Kecerdasan Spiritual (SQ), dan
Kecerdasan Emosional atau (EQ)

IQ cermin keberasilan pendidikan

Mengutip Very Well Mind, menurut Howard Gardner awalnya ada delapan jenis kecerdasan
manusia. Kedelapan jenis IQ itu antara lain, sebagai berikut.

1. Kecerdasan linguistik (verbal-linguistic)

2. Kecerdasan matematik atau logika (logical-mathematical)

3. Kecerdasan spasial (visual-spatial)

4. Kecerdasan kinetik dan jasmani (bodily-kinesthetic)

5. Kecerdasan musikal (music-rhythmic and harmonic)

6. Kecerdasan interpersonal (interpersonal)

7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal)

8. Kecerdasan naturalis (naturalistic)

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Gardner menambahkan satu lagi aspek kecerdasan, yaitu: 9.
Eksistensial (existential). Kecerdasan yang mencakup sisi spiritual dan transendental. Walaupun
akhirnya jenis kecerdasan ini mulai populer, tapi teori mengenai eksistensial ini mendapat
banyak kritik karena kurangnya bukti empiris.

Terkait IQ ini, kini seiring dengan apa yang setiap tahun, World Population Review (WPR)
lakukan, yaitu merilis data tingkat IQ ratusan negara di dunia.

Bagi media massa, persoalan IQ ini juga menjadi perhatian prioritas, terutama bagi media
mainstream di Indonesia, sebab, di Asia Tenggara saja, kecerdasan Indonesia masih tercecer,
meski negeri ini sudah merdeka 77 tahun, tetapi tetap terasa dalam penjajahan.

Mengapa menyoal hal ini, bagi pemerintah dan stakeholder terkait di Indonesia seperti dianggap
angin lalu selama puluhan tahun? Sementara bagi negara lain sangat diperhatikan dan
diprioritaskan?

Sebab pendidikan Indonesia yang terus berkubang masalah, nilai rata-rata IQ Indonesia cukup
rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Pasalnya, nilai IQ erat kaitannya dengan sistem
pendidikan yang membuahkan kecerdasan masyarakat. Sistem pendidikan yang kuat cenderung
menghasilkan populasi yang lebih cerdas dari waktu ke waktu.

Selain World Population peringkat pendidikan juga diukur dengan skor PISA,  sebagai dasar
perbandingan kecerdasan penduduk. Skor PISA Indonesia juga selalu memprihatinkan. Bahkan
tidak mencapai skor rata-rata negara Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD).
Indonesia malah masih terus berjuang untuk menjadi anggota OECD. Namun, sejak hubungan
kerja sama Indonesia dengan OECD terus berjalan sejak tahun 2007, saat OECD menetapkan
Indonesia sebagai salah satu mitra strategis, bersama dengan Brasil, Tiongkok, India, dan Afrika
Selatan.

Mengapa IQ Indonesia terus terpuruk?

Jawabnya, sistem pendidikan di Indonesia masih menerapan kurikulum hafalan. Padahal IQ


dipengaruhi banyak faktor termasuk genetika, asupan gizi, dan lain-lain. Karenanya, Kurikulum
Pendidikan yang mengedepankan kemampuan memecahkan masalah dapat meningkatkan IQ.

Selama ini kurikulum pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan sistem hafalan daripada


mengasah kemampuan pemecahan masalah.

Atas kondisi ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud
ristek) terlihat tengah mengatasi masalah tersebut melalui penerapan kurikulum problem-based.

Salah satu upaya tersebut adanya penghapusan tes mata pelajaran pada Seleksi Masuk Bersama
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diganti dengan tes skolastik. Termasuk sudah gulirkannya
Kurikulum Merdeka.

Semoga program-program tersebut dapat mengentaskan masalah rendahnya IQ. Walau pun
persoalan guru sebagai ujung tombak pendidikan, masih sangat bermasalah, karena berkutat pada
persoalan kelayakan, kompetensi, dan sertifikasi,
Setali tiga uang, selama ini, dunia pendidikan kita juga banyak direcoki oleh  kepentingan-
kepentingan. Ada kepentingan pribadi, kelompok, serta program transformasi pendidikan banyak
diganjal, dan lain sebagainya.

130 di dunia, 10 di Asia.Tenggara

Kira-kira, dengan program-program terbaru dari Kemendikbud-ristek,  khusus kecerdasan ini,


apakah Indonesia dapat merangkak naik di Asia Tenggara dan dunia. Sebab, berdasarkan data
yang dirilis WPR, nilai rata-rata IQ penduduk Indonesia adalah 78,49. Angka ini membuat
Indonesia menempati urutan ke-130 dari total 199 negara yang diuji.

Sementara, untuk Asia Tenggara, Indonesia hanya berada di urutan 10 di atas Timor Leste yang
ada di urutan terbawah, walau capaian skor IQnya sama. Inilah data yang dirilis WPR di 2022
untuk kecerdasan bangsa Asia Tenggara.

1. Singapura

Negara di kawasan Asia Tenggara dengan rerata skor IQ tertinggi adalah Singapura dengan skor
105,89 dari total 5.975.689 populasi. IQ penduduk Singapura menempati urutan ketiga di dunia.

2. Kamboja.

Rerata skor IQ negara Kamboja yakni 99,75. Sementara untuk peringkat dunia, Kamboja masuk
ke dalam urutan ke-15.

3. Myanmar
Myanmar memiliki rerata skor IQ sebesar 91,18. Negara ini menempati posisi ke-52 dalam
peringkat dunia.

4. Vietnam

Vietnam menduduki peringkat ke-4 rerata skor IQ di kawasan Asia Tenggara dengan rerata skor
IQ tertinggi sebesar 89,53. Di tingkat dunia, Vietnam berada di urutan ke-60.

5. Thailand

Thailand menduduki peringkat ke-5 rerata skor IQ di Asia Tenggara. Rerata skor penduduk
mereka adalah 88,87. Thailand menempati posisi ke-64 dalam peringkat dunia.

6. Malaysia

Malaysia memiliki rerata skor IQ sebesar 87,58, menjadikan negara ini menempati posisi ke-6 se
Asia Tenggara. Malaysia berada di urutan ke-73 pada pemeringkatan rerata IQ seluruh negara.

7. Brunei Darussalam

Brunei Darussalam memiliki rerata skor IQ sebesar 87,58. Untuk peringkat dunia, Brunei masuk
ke dalam urutan ke-74.

8. Filipina

Filipina menduduki peringkat ke-8 rerata skor IQ di kawasan Asia Tenggara dengan rerata skor
IQ sebesar 81,64. Di tingkat dunia, Vietnam berada di urutan ke-111.
9. Laos

Dengan rerata skor IQ sebesar 80,99, Laos menjadi negara yang menempati posisi ke-9 se Asia
Tenggara. Sementara di dunia, Laos menempati peringkat ke-114.

10. Indonesia

Capaian skor sebesar 78,49 menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-10 di Asia Tenggara.
Di tingkat dunia, Indonesia berada di urutan ke-130.

11. Timor Leste

Di urutan ke-11 ada Timor Leste dengan capaian skor IQ sama dengan Indonesia. Pada
pemeringkatan dunia, Timor Leste menduduki urutan ke-132.

SQ, EQ, Tragedi Kanjuruhan, politik, keteladanan

Dengan IQ yang terus terpuruk, dalam peta kecil kehidupan masyarakat Indonesia, persoalan SQ
atau kecerdasan spiritual dan masalah kecerdasan emosional atau EQ, pun cukup signifikan
bermasalah.

Dengan kondisi masyarakat Indonesia terkini, adalah cerminan pula dari keberadaan SQ dan EQ.
Padahal hasil penelitian telah membuktikan bahwa EQ berkontribusi 2 kali lebih penting dalam
mempengaruhi kesuksesan hidup di dunia dan akhirat, dibandingkan IQ.
SQ alias kecerdasan spiritual, melampaui keterampilan kognitif dan emosional. Dilansir dari
Psychreg, Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku berjudul SQ: Connecting with Our
Spiritual Intelligence, menggambarkan bahwa SQ sebagai sebuah kecerdasan paling mendasar.

SQ dapat digunakan untuk mengembangkan kapasitas mengenai makna, visi, dan nilai.
Misalnya, mengingat kematian serta memikirkan betapa kecilnya diri ini dibandingkan luasnya
alam semesta.

Jadi, kemampuan SQ memungkinkan seseorang untuk bermimpi dan berusaha.

Kecerdasan spiritual memiliki tiga aspek, yaitu: tanggung jawab, kerendahan hati, dan
kebahagiaan.

Terkait tiga aspek ini, mana yang banyak mendarah daging di masyarakat Indonesia? Dari rakyat
jelata hingga para elite dan para pemimpin negeri ini.

Berikutnya, kecerdasan emosional juga sangat vital, karena EQ berperan sangat penting dalam
proses menghadapi kehidupan sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain. Tak adanya EQ,
Anda tidak akan bisa menjalankan hidup sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.

Apakah kasus Tragedi Kajuruhan yang menelan 125 nyawa suporter sepak bola melayang ada
kaitannya dengan kecerdasan IQ, SQ, dan EQ?

Tentu ada. Terlebih, elemen kecerdasan emosional membuat seseorang mampu menguasai 5 soft
skill ini:
1. Kesadaran  Diri (Self Awareness)

Mampu mengenali emosi, kemampuan, kekuatan, kelemahan dan batasan diri. Seseorang yang
memiliki kesadaran pada diri sendiri dapat mudah untuk mendengar, menerima, dan
menjalankan kritik dari orang lain.

2. Regulasi Diri (Self Regulation)

Mampu mengontrol emosi dan tindakan dengan baik sehingga jauh dari tindakan impulsif yang
merugikan. Seseorang dengan self regulation yang tinggi, akan tahu kapan harus mengeluarkan
emosinya.

3. Motivasi (Motivation)

Seseorang yang cerdas secara emosional adalah orang yang dapat memotivasi dirinya sendiri.
Motivasi dalam melakukan sesuatu akan datang pada sendirinya.

4. Empati (Empathy)

Empati membuat seseorang memahami dan menumbuhkan koneksi dengan orang lain secara
emosional. Anda juga akan peduli dan tulus dalam berhubungan dengan siapapun.

5. Kemampuan Sosial (Social Skill)

Kemampuan sosial sangat penting dalam dunia kehidupan. Dengan memiliki social skill tinggi,
seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi dengan baik.
Dengan menguasai soft skill tersebut, seseorang akan memiliki hubungan yang menyenangkan di
lingkungan keluarga, masyarakat, dunia pekerjaan, dll. Lalu, kira-kira bagian soft skill manakah
yang sangat siginifikan dengan Tragedi Kanjuruhan, dan tragedi lainnya di Indonesia. Mudah
mengidentifikasinya.

Selain itu, memiliki EQ yang tinggi, akan sangat bermanfaat bagi seseorang. Dengan EQ tinggi,
seseorang akan mampu:

a. Berkomunikasi secara efektif. Mampu mendengarkan dan memberi respon secara baik kepada
orang lain, rekan kerja, dll.

b. Mengatasi tekanan masalah, kehidupan, pekerjaan dll, dengan baik, karena memiliki self
awareness yang tinggi, akan lebih mudah mengendalikan tingkat stres yang dialami.

c. Menerima masukan, kritik, saran dari orang lain, rekan kerja dll, tanpa melakukan pembelaan
diri, dll.

Itulah menyoal IQ, SQ, dan EQ. Apakah Indonesia segera akan lepas landas dari ketiganya?
Siapa yang paling wajib bertanggungjawab mengentaskan dari keterpurukan IQ?
Menyembuhkan SQ yang malah menjadi komoditi politik? Dan, EQ yang terus terjerembab
karena miskinnya keteladanan? Bagaimana dengan amanat Pembukaan UUD 1945? Apakah
sudah sesuai, hingga detik ini?

Yang pasti, kaya hati dan pikiran adalah cermin kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual
(SQ), kecerdasan emosi (EQ) seseorang.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kaya Hati dan Pikiran, Tercermin
dalam Kecerdasan IQ-SQ-EQ", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/sjwsupartono/633c77a94addee6fc03e2852/kaya-hati-dan-pikiran-
tercermin-dalam-kecerdasan-iq-sq-eq?page=all#sectionall

Kreator: Supartono JW

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai