Dosen Pengampu :
Alfiana Indah Muslimah, M.Psi
DISUSUN OLEH :
Wahyuningtyas 41183507170012
Vina Rahma Hidayati 41183507170022
Ajeng Ratna Sopia 41183507170031
Dhea Ridka Febrian 41183507170034
Adinda Kemala Rahadiani 41183507170047
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini. Adapun penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dulu meminta maaf dan memohon
maklum bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ditemukan banyak
keterbatasan. Dengan sebab itu, penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta
kritik yang membangun dari segenap pihak agar laporan ini lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata fenomena sudah tidak asing lagi ditengar ditelinga kita, begitupula
dengan peristiwa-peristiwa yang sering dijumpai kita sebut juga dengan kata
Fenomena, lantas apa itu FENOMENOLOGI? Apakah sama dengan fenomena yang
kita ketahui selama ini?. Fenomenologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
(Phainomenon) yang bearti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri.
Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl.
Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur
pengalaman yang masih implisit. Istilah ‘fenomenologi’ digunakan begitu luas dalam
studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora dan maknanya, sebagaimana diakui Patton
(1990: 68), digunakan sebagai sebuah paradigma yang menjadi payung penelitian
kualitatif, disepadankan dengan paradigma interpretif, atau naturalistik, untuk
mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan
dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11). Dalam kehidupan sekarang ini
dipengaruhi oleh Fenomenologi yang diajarkan oleh Husserl, Husserl telah
menemukan cara-cara yang khas untuk memahami fenomena yang terjadi disekitar
kita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan fenomenologi?
2. Bagaimana fokus penelitian fenomenologi?
3. Bagaimana penentuan informan dan lokasi penelitiannya?
4. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam pendekatan fenomenologi?
5. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam pendekatan fenomenologi?
6. Bagaimana teknik analisis data dalam pendekatan fenomenologi?
7. Apa saja keuntungan atau kelebihan pendekatan fenomenologi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Fenomenologi
Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata phainomenon dari bahasa
Yunani yang berarti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah
fenomena dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk
keluar dan fenomena dari sudut pandang kesadaran kita. Oleh karena itu, dalam
memandang suatu fenomena kita harus terlebih dulu melihat penyaringan atau ratio,
sehingga menemukan kesadaran yang sejati.
Istilah ‘fenomenologi’ digunakan begitu luas dalam studi ilmu-ilmu sosial dan
humaniora dan maknanya, sebagaimana diakui Patton (1990: 68), seringkali
membingungkan, setidaknya karena tiga alasan. Pertama, kadang-kadang istilah
‘fenomenologi’ digunakan sebagai sebuah paradigma yang menjadi payung penelitian
kualitatif , disepadankan dengan paradigma interpretif, atau naturalistik. Disebut
‘naturalistik’ karena perolehan data dilakukan dengan latar alami. Kedua, sebagai
sebuah perspektif teoretik, dan ketiga sering juga digunakan sebagai nama salah satu
jenis penelitian kualitatif atau sebuah metode mencari kebenaran ilmiah.
2
dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11). Prinsip-prinsip
penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl. Husserl
mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman
yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu Intensionalitas dan
Intersubyektifitas, dan juga mengenal istilah phenomenologik Herme-neutik yang
diperkenalkan oleh Heidegger.
3
6. Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan
komitmen pribadi dari peneliti.
7. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian
dari keseluruhan.
B. Fokus Penelitian
Penelitian fenomenologi pada hakekatnya adalah berhubungan dengan interpretasi
terhadap realitas. Fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu
fenomena. Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi focus dalam penelitian
fenomenologi yakni:
1. Textural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang sebuah
fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif, data yang yang bersifat
faktual, hal yang terjadi secara empiris.
2. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya. Deskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut
pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari
subjek penelitian berkaitan dengan pengalaman nya itu (Hasbiansyah.
2008:171).
4
Creswell mengatakan bahwa jumlah informan cukup sebanyak 10 orang (Cresswell,
1998: 122), yang paling penting adalah terjadinya kejenuhan data (redudansi data).
Menurut Smith dikutip Bayir dan Limas (2016) ada beberapa tahapan dalam IPA,
yaitu:
5
E. Hal yang harus diperhatikan
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif, khususnya yang
menggunakan pendekatan fenomenologi. Banyak peneliti kontemporer yang
mengklaim menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi mereka jarang
menghubungkan metode tersebut dengan prinsip dari filosofi fenomenologi
(Sohndkk: 2017). Hal ini perlu digaris bawahi agar kualitas penelitian fenomenologi
yang dihasilkan memiliki nilai dan hasil standar yang tinggi.
6
description), mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui
perspektif yang divergen (divergent perspectives), mempertimbangkan
kerangka rujukan atas gejala (phenomenon), dan mengkonstruksikan
bagaimana gejala tersebut dialami.
5. Peneliti kemudian mengkonstruksi seluruh penjelasan tentang makna dan
esensi pengalamannya.
6. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan tersebut menunjukkan
adanya kesatuan makna berdasarkan pengalaman seluruh informan. Setelah
itu, kemudian tulis deskripsi gabungannya.
Kedua, metode ini memandang objek kajiannya sebagai sesuatu yang utuh
dan tidak terpisah dengan objek lain. Artinya, pendekatan ini menekankan pada
pendekatan yang holistic dan tidak parsial sehingga diperoleh pemahaman yang utuh
tentang suatu objek.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memandang suatu fenomena kita harus terlebih dulu melihat
penyaringan atau ratio, sehingga menemukan kesadaran yang sejati. Fenomenologi
bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis
kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi
sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu
sosial dan pendidikan.
Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi focus dalam penelitian
fenomenologi yakni textural description dan structural description. Teknik
pengumpulan data utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara mendalam
dengan informan untuk menguak arus kesadaran. Penelitian fenomenologi harus
memperhatikan ciri-ciri yang melingkupinya, yaitu mengacu pada kenyataan,
memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam
situasi tertentu, dan memulai dengan diam.
8
DAFTAR PUSTAKA