Anda di halaman 1dari 12

FENOMENOLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Kualitatif

Dosen Pengampu :
Alfiana Indah Muslimah, M.Psi

DISUSUN OLEH :
Wahyuningtyas 41183507170012
Vina Rahma Hidayati 41183507170022
Ajeng Ratna Sopia 41183507170031
Dhea Ridka Febrian 41183507170034
Adinda Kemala Rahadiani 41183507170047

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayat dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini. Adapun penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dulu meminta maaf dan memohon
maklum bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ditemukan banyak
keterbatasan. Dengan sebab itu, penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta
kritik yang membangun dari segenap pihak agar laporan ini lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bekasi, September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
A. Pendekatan Fenomenologi ............................................................................................ 2
B. Fokus Penelitian ............................................................................................................ 4
C. Penentuan Informan dan lokasi penelitian .................................................................... 4
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 5
E. Hal yang harus diperhatikan ......................................................................................... 6
F. Teknik Analisis Data..................................................................................................... 6
G. Keuntungan atau Kelebihan Pendekatan Fenomenologi............................................... 7
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata fenomena sudah tidak asing lagi ditengar ditelinga kita, begitupula
dengan peristiwa-peristiwa yang sering dijumpai kita sebut juga dengan kata
Fenomena, lantas apa itu FENOMENOLOGI? Apakah sama dengan fenomena yang
kita ketahui selama ini?. Fenomenologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
(Phainomenon) yang bearti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri.
Prinsip-prinsip penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl.
Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur
pengalaman yang masih implisit. Istilah ‘fenomenologi’ digunakan begitu luas dalam
studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora dan maknanya, sebagaimana diakui Patton
(1990: 68), digunakan sebagai sebuah paradigma yang menjadi payung penelitian
kualitatif, disepadankan dengan paradigma interpretif, atau naturalistik, untuk
mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan
dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11). Dalam kehidupan sekarang ini
dipengaruhi oleh Fenomenologi yang diajarkan oleh Husserl, Husserl telah
menemukan cara-cara yang khas untuk memahami fenomena yang terjadi disekitar
kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan fenomenologi?
2. Bagaimana fokus penelitian fenomenologi?
3. Bagaimana penentuan informan dan lokasi penelitiannya?
4. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam pendekatan fenomenologi?
5. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam pendekatan fenomenologi?
6. Bagaimana teknik analisis data dalam pendekatan fenomenologi?
7. Apa saja keuntungan atau kelebihan pendekatan fenomenologi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Fenomenologi
Secara harfiah, fenomenologi berasal dari kata phainomenon dari bahasa
Yunani yang berarti gejala atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Istilah
fenomena dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu fenomena itu selalu menunjuk
keluar dan fenomena dari sudut pandang kesadaran kita. Oleh karena itu, dalam
memandang suatu fenomena kita harus terlebih dulu melihat penyaringan atau ratio,
sehingga menemukan kesadaran yang sejati.

Istilah ‘fenomenologi’ digunakan begitu luas dalam studi ilmu-ilmu sosial dan
humaniora dan maknanya, sebagaimana diakui Patton (1990: 68), seringkali
membingungkan, setidaknya karena tiga alasan. Pertama, kadang-kadang istilah
‘fenomenologi’ digunakan sebagai sebuah paradigma yang menjadi payung penelitian
kualitatif , disepadankan dengan paradigma interpretif, atau naturalistik. Disebut
‘naturalistik’ karena perolehan data dilakukan dengan latar alami. Kedua, sebagai
sebuah perspektif teoretik, dan ketiga sering juga digunakan sebagai nama salah satu
jenis penelitian kualitatif atau sebuah metode mencari kebenaran ilmiah.

Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki


pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh
ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-
langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak
dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi
juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan.

Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama


pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah
makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran
manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran

2
dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009: 11). Prinsip-prinsip
penelitian fenomenologis ini pertama kali diperkenalkan oleh Husserl. Husserl
mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman
yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu Intensionalitas dan
Intersubyektifitas, dan juga mengenal istilah phenomenologik Herme-neutik yang
diperkenalkan oleh Heidegger.

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan


subjektif atau interpretif (Mulyana, 2001:59) Lebih lanjut Maurice Natanson
mengatakan bahwa istilah fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generic
untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menempatkan kesadaran
manusia dan makna subjektifnya sebagai focus untuk memahami tindakan sosial
(lihat Mulyana, 2001: 20-21).

Menurut Watt dan Berg (1995:417), fenomenologi tidak tertarik mengkaji


aspek-aspek kausalitas dalam suatu peristiwa, tetapi berupaya memahami tentang
bagaimana orang melakukan sesuatu pengalaman beserta makna pengalaman itu bagi
dirinya.

Kuswarno (2009:36), lebih lanjut menggambarkan sifat dasar penelitian kualitatif,


yang relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi dan membedakannya
dari penelitian kuantitatif:

1. Menggali nilai-nilai dalam pengalaman kehidupan manusia.


2. Fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per-bagian yang
membentuk keseluruhan itu.
3. Tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman,
bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran dari realitas.
4. Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama, melalui
wawancara formal dan informal.
5. Data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami
perilaku manusia.

3
6. Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan
komitmen pribadi dari peneliti.
7. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian
dari keseluruhan.

B. Fokus Penelitian
Penelitian fenomenologi pada hakekatnya adalah berhubungan dengan interpretasi
terhadap realitas. Fenomenologi mencari jawaban tentang makna dari suatu
fenomena. Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi focus dalam penelitian
fenomenologi yakni:

1. Textural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang sebuah
fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif, data yang yang bersifat
faktual, hal yang terjadi secara empiris.
2. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai
pengalamannya. Deskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut
pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari
subjek penelitian berkaitan dengan pengalaman nya itu (Hasbiansyah.
2008:171).

C. Penentuan Informan dan lokasi penelitian


Penentuan informan dalam penelitian fenomenologi bergantung pada
kapabilitas orang yang akan diwawancarai untuk dapat mengartikulasikan nya
pengalaman hidupnya (lihat Creswell, 1998:111-113). Lebih lanjut Creswell
(1998:118) persyaratan informan yang baik adalah: “...all individuals studied
represent people who have experienced the phenomenon”. Sedangkan lokasi
penelitian bisa di suatu tempat tertentu atau tersebar, dengan memperhatikan individu
yang akan dijadikan informan. Masalah jumlah bukanlah hal yang utama walaupun

4
Creswell mengatakan bahwa jumlah informan cukup sebanyak 10 orang (Cresswell,
1998: 122), yang paling penting adalah terjadinya kejenuhan data (redudansi data).

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara
mendalam dengan informan untuk menguak arus kesadaran. Pada proses wawancara,
pertanyaan yang diajukan tidak berstruktur, dan dalam suasana yang cair. Wawancara
bias diperdalam dengan menggunakan teknik lain seperti observasi partisipatif,
penelusuran dokumen, dll, termasuk dengan menggunakan wawancara mendalam
atau in-depth interview. Wawancara mendalam ini digunakan untuk memperoleh
mendetail tentang fenomena atau pendidikan yang diteliti. Wawancara jeni sini pula
bertujuan untuk mendapatkan “sesuatu” dari yang belum terlihat. Data yang diperolah
dari in-depth interview ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Interpretative
Phenomenological Analysis (IPA).

Menurut Smith dikutip Bayir dan Limas (2016) ada beberapa tahapan dalam IPA,
yaitu:

1. Reading and re-reading


2. Initial noting
3. Developing emergent themes
4. Searching for connections acros emergent themes
5. Moving the next cases
6. Looking for patterns acros cases.

IPA ini bertujuan untuk mengungkap secara detail bagaimana partisipan


memaknai dunia pribadi dan sosialnya. Fokus utama studi fenomenologi ini adalah
makna berbagai pengalaman, peristiwa, dan status yang dimiliki oleh partisipan.
Studi ini juga berupa ya untuk mengeksplorasi pengalaman personal dan
memfokuskan pada persepsi atau pendapat individu tentang pengalaman pada objek
atau peristiwa.

5
E. Hal yang harus diperhatikan
Ada hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif, khususnya yang
menggunakan pendekatan fenomenologi. Banyak peneliti kontemporer yang
mengklaim menggunakan pendekatan fenomenologi tetapi mereka jarang
menghubungkan metode tersebut dengan prinsip dari filosofi fenomenologi
(Sohndkk: 2017). Hal ini perlu digaris bawahi agar kualitas penelitian fenomenologi
yang dihasilkan memiliki nilai dan hasil standar yang tinggi.

Untuk menuju ke hasil tersebut, penelitian fenomenologi harus memperhatikan ciri-


ciri yang melingkupinya, yaitu:

1 Mengacu pada kenyataan,


2 Memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada
dalam situasi tertentu, dan
3 Memulai dengan diam.

F. Teknik Analisis Data


Creswell (1998:147150), menjelaskan tentang teknik analisis data dalam kajian
fenomenologi sebagai berikut:

1. Peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena/pengalaman yang dialami


subjek penelitian.
2. Peneliti kemudian menemukan pernyataan (hasilwawancara) tentang
bagaimana orang-orang menemukan topik, rinci pernyataan-pernyataan
tersebut dan perlakuan setiap pernyataan memilik inilai yang setara, kemudian
rincian tersebut dikembangkan dengan tidak melakukan pengulangan.
3. Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dikelompokkan dalam unit-unit
bermakna, peneliti merinci unit-unit tersebut dan menuliskan sebuah
penjelasan teks tentang pengalaman yang disertai contoh dengan seksama.
4. Peneliti kemudian merefleksikan pemikirannya dengan menggunakan variasi
imajinatif (imaginative variation) atau deskripsi struktural (structural

6
description), mencari keseluruhan makna yang memungkinkan dan melalui
perspektif yang divergen (divergent perspectives), mempertimbangkan
kerangka rujukan atas gejala (phenomenon), dan mengkonstruksikan
bagaimana gejala tersebut dialami.
5. Peneliti kemudian mengkonstruksi seluruh penjelasan tentang makna dan
esensi pengalamannya.
6. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan tersebut menunjukkan
adanya kesatuan makna berdasarkan pengalaman seluruh informan. Setelah
itu, kemudian tulis deskripsi gabungannya.

G. Keuntungan atau Kelebihan Pendekatan Fenomenologi


Pertama, sebagai metode keilmuan, fenomenologi dapat mendeskripsikan dan
menggambarkan suatu fenomena secara apa adanya tanpa memanipulasi data di
dalamnya. Dalam kondisi ini, kita sebagai peneliti harus mengesampingkan terlebih
dahulu pemahaman kita tentang agama, adat, dan ilmu pengetahuan agar pengetahuan
dan kebenaran yang ditemukan benar-benar objektif.

Kedua, metode ini memandang objek kajiannya sebagai sesuatu yang utuh
dan tidak terpisah dengan objek lain. Artinya, pendekatan ini menekankan pada
pendekatan yang holistic dan tidak parsial sehingga diperoleh pemahaman yang utuh
tentang suatu objek.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam memandang suatu fenomena kita harus terlebih dulu melihat
penyaringan atau ratio, sehingga menemukan kesadaran yang sejati. Fenomenologi
bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis
kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi
sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu
sosial dan pendidikan.

Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi focus dalam penelitian
fenomenologi yakni textural description dan structural description. Teknik
pengumpulan data utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara mendalam
dengan informan untuk menguak arus kesadaran. Penelitian fenomenologi harus
memperhatikan ciri-ciri yang melingkupinya, yaitu mengacu pada kenyataan,
memahami arti peristiwa dan keterkaitannya dengan orang-orang yang berada dalam
situasi tertentu, dan memulai dengan diam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asih. Imalia. (2005). Fenomenologi Husserl: Sebuah Cara "Kembali Ke Fenomena".


Jurnal Keperawatan Indonesia, 9(2) , 75-80.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika.

Kuwarno, Engkus. (2007). Tradisi Fenomenologi Pada Penelitian Komunikasi


Kualitatif. Jurnal Sosiohumaniora, 9(2) , 161-176.

Anda mungkin juga menyukai