Anda di halaman 1dari 10

Makalah

INTELEGENSI EMOSIONAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

OLEH:

KELOMPOK VII

FITRIANI
HAMRIANI
HARIANTI
IDRAWANA
IMADINA
IRMAYANTI
INTISARI
IRAWATI

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan mahasiswa dalam menghadapi masalah tentunya tidak terlepas dari
cara mahasiswa dalam menyikapi suatu permasalahan yang dalam hal ini akan terkait
sekali dengan kecakapan emosionalnya dalam menghadapi masalah. Satu hal yang perlu
diingat bahwasanya sebagai seorang bidan nantinya tentu akan lebih banyak berhadapan
dengan individu/ klien yang sakit, yang butuh pertolongan sehingga dalam konteks ini
sangat diperlukan keterampilan sosial menyangkut bagaimana seorang bidan berinteraksi
dengan orang lain dengan sabar, ulet dan tekun dalam memecahkan masalah klien.

Seseorang mahasiswa yang memiliki IQ tinggi diharapkan memperoleh hasil


belajar yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ rendah. Hal tersebut
karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang diberikan
sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaannya akan lebih baik (Eysenck. 1981). Tes inteligensi seseorang dapat dipandang
sebagai ukuran kemampuan belajar atau inteligensi akademik. Menurut Anastasi, 1997,
bahwa orang yang memiliki skor inteligensi yang cukup tinggi akan berhasil dalam
lingkungan kerja. Goleman, 2001 menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-
kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri
sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Goleman. 2000
juga mengatakan bahwa kecerdasan emosional di dalamnya termasuk kemampuan
mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri. Seacara khusus untuk
mencapai hasil belajar yang baik membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam lingkungan
pendidikan, berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun di luar
lingkungan pendidikan, berperan penting dalam dalam membentuk moral dan disiplin
para peserta didik yang nanti akan memberi pelayanan pada pengguna jasa. Apabila
dilengkapi dengan kecerdasan spiritual/ spiritual question(SQ), maka akan menjadi
lebih lengkap karena kecerdasan spiritual.
Menurut Zohar dan Marshal 2001, menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilia bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bernilai dan bermakna.

Dalam hal ini kecakapan emosi mahasiswa akan diukur melalui kecerdasan
emosionalnya. Kecerdasan emosional atau dikenal dengan Emotional Quotient (EQ) yang
didalamnya tercakup kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Adanya perdebatan tentang IQ dan EQ, maka muncul kecerdasan. Spiritual (SQ) yang
ikut berperan yang lebih menekan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada
penekanan agama ( Hoffman. 2002).

Dalam hal ini kecakapan emosi mahasiswa akan diukur melalui kecerdasan
emosionalnya. Kecerdasan emosional atau dikenal dengan Emotional Quotient (EQ) yang
didalamnya tercakup kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.
Adanya perdebatan tentang IQ dan EQ, maka muncul kecerdasan. Spiritual (SQ) yang
ikut berperan yang lebih menekan pada makna hidup dan bukan hanya terbatas pada
penekanan agama ( Hoffman. 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
3. Apa yang dimaksud dengan praktik kebidanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi
2. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan emosional
3. Untuk mengetahui apa itu praktik kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Intelegensi
Teori intelegensi pertama kali diperkenalkan oleh Charles Darwin yaitu pencetus
teori evolusi. Namun, apa sebenarnya intelegensi itu? Intelegensi secara umum dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalaman dan berusaha
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang efektif untuk
beradaptasi dengan lingkungan atau kondisi baru.
Kata intelegensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelligence yang berawal pula
dari bahasa Latin, yaitu intellectus dan intellegere atau intelligentia. Menurut beberapa
sumber disebutkan bahwa Charles Darwin merupakan tokoh yang memperkenalkan teori
intelegensi. Akan tetapi, beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Spearman dan Wynn
Jones Pol yang pertama kali mengemukakan teori intelegensi pada tahun 1951.
Spearman dan Wynn menjelaskan bahwa ada konsep lama tentang suatu kekuatan
atau power yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia yang tunggal dengan
pengetahuan sejati. Kekuatan yang disebutkan oleh Spearman dan Wynn disebut sebagai
nous dalam bahasa Yunani dan pengguna dari kekuatan tersebut disebut dengan nama
noeseis. Menurut bahasa Yunani, intelegensi dapat diartikan sebagai perilaku atau
aktivitas yang menjadi wujud dari daya maupun potensi ketika memahami sesuatu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelegensi ialah
daya reaksi atau disebut pula sebagai penyesuaian yang tepat serta cepat, baik itu dalam
fisik maupun mental pada pengalaman yang baru, dan membuat pengalaman serta
pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang siap untuk digunakan jika dihadapkan
pada suatu fakta atau kondisi yang baru, dan bisa pula dikatakan sebagai kecerdasan.
a. Pengertian Intelegensi
 Menurut Para AhliGuilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk
memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang
diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen,
yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa inteligensi
merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.
 Howard Gardner (1985) mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah, atau menciptakan suatu produk dalam berbagai macam setting
dan dalam situasi nyata.
 William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan
tujuannya. William Stern berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh
kepada inteligensi seseorang (Anne Anastasi, 1997).
 David Wechsler (dalam Jackson, 2003), Inteligensi adalah kapasitas keseluruhan atau
global individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menangani lingkungan secara
efektif. Istilah keseluruhan atau global digunakan karena terdiri dari elemen atau
kemampuan yang meskipun tidak sepenuhnya independen, namun secara kualitatif
terdiferensialkan.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat di jelaskan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.

B. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan menurut Spearman dan Jones, bahwa ada suatu konsepsi lama tentang
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak
yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian
dalam Bahasa Yunani disebut nuos, sedangkan penggunaan kekuataan tersebut disebut
noesis. Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa Latin dikenal sebagai intellectus
dan intelligentia. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris masing-masing diterjemahkan
sebagai intellect dan intelligence. Transisi bahasa tersebut, ternyata membawa perubahan
makna yang mencolok.
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh
psikolog Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire
untuk menerangkan kualitas-kualitas itu antara lain : empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan,
kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat. Mereka mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau
membangkitkan emosi, seperti emosi untuk membantu berpikir, memahami emosi dan
pengetahuan tentang emosi serta untuk merefleksikan emosi secara teratur seperti
mengendalikan emosi dan perkembangan intelektual (Dalam Shapiro, 2003).
Intelligence, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut inteligensi (kecerdasan),
semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan
sebagai suatu kekuatan lain (Hamzah, 2012). Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain dan menjaga hubungan
baik dengan orang lain. Kemampuan ini juga mencakup kontrol diri, semangat dan
ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri sendiri (Goleman, 2000).
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai salah satu
bentuk intelegensi yang melibatkan kemampuan untuk menangkap perasaan dan emosi
diri sendiri dan orang lain, untuk membedakannya dan menggunakan informasi ini dalam
menuntuk pikiran dan tindakan seseorang, kecerdasan emosional bukanlah lawan
kecerdasan intelektual, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan
konseptual maupun didunia nyata. Kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor keturunan, sehingga membuka kesemoatan bagi kita untuk melanjutkan apa yang
sudah disediakan oleh alam agar kita mempunyai peluang lebih besar untuk meraih
keberhasilan. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki
peran yang sangat besar dan penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja,
dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat (Dalam Shapiro, 2003).
Kecerdasan emosi merupakan dasar-dasar pembentukan emosi yang mencakup
keterampilan-keterampilan seseorang untuk menunda kepuasan dan mengendalikan
impuls-impuls, tetapi optimis jika berhadapan dengan kemalangan dan ketidak pastian,
menyalurkan emosi-emosi yang kuat secara efektif, mampu memotivasi dan menjaga
semangat disiplin diri dalam mencapai tujuan-tujuan, menangani kelemahan-kelemahan
pribadi, menunjukkan rasa empati kepada orang lain, dan membantu kesadaran diri dan
pemahaman diri (Patton, 2000; dalam Yapono, 2013).
Cooper & Sawaf mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan
kemampuan emosi sebagai sumber energy dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan orang lain
dan diri sendiri serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energy
dalam kehidupan sehari- hari. Dimana kecerdasan emosional juga merupakan
kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, untuk
membangun produktif dan meraih keberhasilan (Dalam Ary Ginanjar, 2001).
Reuven Bar-On, kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan,
kompetensi dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Sementara itu Stein dan E.
Book mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kecakapan yang
memungkinkan kita melapangkan jalan kita di dunia yang rumit aspek pribadi, akal sehat
yang penuh dengan misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif
setiap hari (Dikutip dari Rufahniyyah, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosinal (Emotional Intelligence)
merupakan kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosionalnya dengan menjaga
keselarasan emosi dan bagaimana cara mengungkapkannya melalui pengendalian diri
untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional memungkinkan
seseorang menentukan pilihan-pilihan yang lain tentang apa yang kita makan, siapa yang
akan kita jadikan teman hidup, pekerjaan apa yang kita lakukan dan bagaimana menjaga
keseimbangan antara kebutuhan pribadi kita dan kebutuhan orang lain.
a. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
 Usia merupakan salah satu hal yang mempengaruhi emosi seseorang. Usia merupakan
salah satu indikator yang harus di pertimbangkan dalam mengevaluasi kecerdasan
emosi seseorang.
 Budaya dan sosial ekonomi :seseorang dalam mengendalikan emosi akan mengalami
banyak perubahan apabila pindah tempat tinggal atau jika kondisi sosial ekonomi yang
mengalami perubahan.
 Keluarga merupakan pengaruh besar terhadap kecerdasan emosional anak. Terutama
pada kasus single parents akan berdampak pada anak yang tidak dapat mengontrol diri,
kecewa, frustasi, mudah marah, kurang motivasi, iri, ketidakstabilan emosi serta
kurang percaya diri.
C. Praktik Kebidanan
Prakrik kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh
bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
Praktik kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik
pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesehatan ibu dan janin/ bayinya.
Masa antara dalam lingkup praktik kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam
hal proses reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.
Praktik kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat
holistik dan menyatukan dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya,
spritual, psikologi dan fisik dari pengalaman reproduksinya.
a. Kompetensi Bidan
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang
paling utama bagi bidan. Sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan, bidan bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan praktiknya. Yang dimaksud kompetensi bidan adalah
pengetahuan dasar, sikap dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh bidan dalam
melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan Dengan mengacu pada Permenkes 572 tahun 1996
tentang registrasi dan praktik bidan, peran fungsi dan kompetensi yang ada dalam
kurikulum D3 Kebidanan, serta mempertahankan Draft VI kompetensi bidan yang
disusun ICM April 1998, maka peran dan kompetensi bidan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Peran Bidan
a) Pelaksanaan asuhanpelayanan kebidanan
b) Pengelolaan pelayanan KIAKB
c) Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan
d) Pelaksanaan penelitian dalam pelayanan kebidanan

2. Kompetensi Bidan
a) Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya
b) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua
c) Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu
d) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan
setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan
aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita
e) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu tinggi
dan tanggap terhadap budaya setempat
f) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi baru
lahir sehat sampai dengan 1 bulan
g) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan
balita sehat 1 bulan – 5 tahun
h) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada keluarga
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat
i) Bidan memberikan asuhan kebidanan pada wanita ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Intelegensi atau kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah,
kemampuan dalam berfikir belajar, memecahkan masalah, memproses sesuatu dan
menyesuaikan diri pada lingkungan.
2. Kecerdasan emosinal (Emotional Intelligence) merupakan kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosionalnya dengan menjaga keselarasan emosi dan
bagaimana cara mengungkapkannya melalui pengendalian diri untuk mencapai tujuan
3. Prakrik kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan
dalam bentuk asuhan kebidanan.
B. Saran
1. Untuk Institusi Pendidikan Kebidanan Agar mengubah paradigma bahwa
keberhasilan pembelajaran tidak saja ditunjukkan oleh kelengkapan sarana dan
prasarana serta tenaga pendidik, tetapi ada hal yang lebih penting lagi yakni faktor-
faktor lain diluar institusi pendidikan salah satunya faktor kecerdasan yang ada pada
diri peserta didik.
2. Dalam mengikuti pembelajaran, sebagai seorang mahasiswa hendaknya selalu
bersungguh- sungguh dalam mengikuti setiap proses pembelajaran, dan harus disadari
bahwasanya dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin dibutuhan suatu pola-pola
pengambilan putusan yang cepat dan tepat, menjaga sikap yang tidak emosional serta
menjunjung tinggi akhlak kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai