Oleh:
Ari Kurniawan
NPM. 2271010048
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mandiri dalam Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga makalah ini kiranya
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Psikologi Pendidikan.
Penulis,
Ari Kurniawan
NPM. 2271010048
I. PENDAHULUAN
1
Ani Muttaqiyathun, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual Dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Dosen”, EKONOMIKA BISNIS, Vol. 2 No. 2 /Juni 2010, h.
396.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas lebih jauh tentang apa
sebenarnya itu Intelligence Quotient/Kecerdasan Intelektual dan
Kecerdasan Emosional/Emotional Quotient , serta mengapa kita harus
menyelaraskan keduanya agar tidak timpang/ berat sebelah.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian, Urgensi, dan Indikatornya
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang secara harfiah berarti
sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya.
Selain cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya
seperti sehat dan kuat fisiknya.2
1. Pengertian Intelligent Quotient (IQ) dan Emosional Quotient
(EQ)
Menurut Azwar inteligensi merupakan kemampuan atau
kekuatan untuk melakukan sesuatu.3 Tulisan Sukardi yang dikutip
Baharina menyatakan ada beberapa pengertian IQ atau Inteligence
Quotient, antara lain: yang disampaikan Wechsler bahwa
intelegensi adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu
tujuan, untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan
dengan lingkungan sekitarnya secara memuaskan.4
Istilah intelek menurut Chaplin berasal dari kata intellect ,
yang berarti: “Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta
kemampuan menilai dan mempertimbangkan, dan kemampuan
mental atau inteligensi”.5 Menurut William Stern, inteligensi adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru,
2
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. XII. Jakarta: Balai
Pustaka, 1991. h. 211
3
Masaong dan Tilome. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence. Cetakan kesatu.
Bandung: Alfabeta, 2011. h. 55
4
Ani Muttaqiyathun, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual Dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Dosen”, EKONOMIKA BISNIS, Vol. 2 No. 2 /Juni 2010, h.
400
5
Soeparwato, dkk. Psikologi Perkembangan. UPT MKK Universitas Negeri Semarang,
2005. h. 81
dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuan.6
Sedangkan Tilaar 7
,kemampuan intelektual guru ialah berbagai
perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang
diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru.
IQ merupakan suatu kecerdasan yang berkaitan dengan
kesadaran akan ruang, kesadaran akan suatu yang tampak dan
penguasaan matematika. Dengan kecerdasan ini manusia mampu
menghitung, belajar aljabar, mengoperasikan computer, belajar
bahasan asing, memahami rumus-rumus fisika maupun melakukan
perhitungan yang rumit sekalipun.8
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kecerdasan Intelektual ialah kemampuan
seseorang untuk menyelasikan masalahnya secara independen
dengan efektif dan efisien.
Pengertian emotional intelligence atau kecerdasan emosi
diartikan oleh beberapa pakar antara lain menurut Goleman yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan
dengan orang lain.9
Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf kecerdasan emosi
adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif
6
Ngalim Poerwanto. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2003. h. 52
7
HAR.Tilaar. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Grasindo: Jakarta, 2002. h.
338
8
Ginanjar. ESQ Power. Jakarta: Arga, 2003.
9
Ibid. 396
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.10
Menurut Furqon Hidayatullah, “yang dimaksud dengan
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikan emosinya pada saat menghadapi situasi yang
menyenangkan maupun yang menyakitkan”.11
Baron seperti dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan :
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi
dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.”12
Rahman yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional
adalah mentabilitas yang menentukan seberapa baik manusia
mampu menggunakan keterampilan-keterampilan lain yang
dimilikinya, termasuk intelektual yang belum terasah.13
Beberapa keterangan diatas, memberikan benang merah
bahwa kecerdasan emosional merupakan kondisi mental seseorang
yang mempengaruhi pengelolaan emosi yang terkendali pada diri
pribadi maupun ketika berinteraksi dengan orang lain.
10
Ani Muttaqiyathun, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual Dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Dosen”, EKONOMIKA BISNIS, Vol. 2 No. 2 /Juni 2010, h.
397
11
M. Furqon Hidayatullah. Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. ( Surakarta:
Yuma Pustaka, 2012). h. 198
12
Steven. J. Stein, dan Howard E. Book, Ledakan EQ. Penerbit Kaifa: Bandung, 2002. h.
157
13
Arief Rahman. Menyinari Relung-Relung Nurani. Penerbit Hikmah: Jakarta, 2002. h.
157-158
2. Urgensi Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional
Menjadi rahasia umum bahwa Dunia pendidikan di mata
masyarakat sedikit ternodai disebabkan sejumlah pelajar dan
lulusan pendidikan yang menunjukkan sifat yang kurang terpuji di
masyarakat. Banyak pelajar yang terlibat dalam tawuran,
melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan,
penyimpangan seksual, mengkosumsi narkoba dan lain-lain.
Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para pelajar tersebut
benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan aparat
kepolisian. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya
peningkatan jumlah pengangguran yang kebanyakan luaran
pendidikan. Jika fenomena tersebut terus menerus terjadi, maka
sulit mencari alternatif lain yang paling efektif untuk membina
moralitas masyarakat. Menurut hemat penulis, salah satu faktor
terjadinya fenomena tersebut adalah kurang berimbangnya antara
pembinaan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional.
Kenyataan menunjukkan bahwa suatu sistem, metode, atau
teknik, betatapun ilmiah dan canggihnya, tidak akan berdaya-guna
selama tidak dijalankan oleh manusia atau pribadi yang berkualitas.
Ungkapan the man behind the system (orang di balik system) atau
the man behind the gun (orang di balik senjata) menggambarkan
bahwa penentu proses pendidikan adalah manusia juga (setelah
Tuhan).14
14
Muskinul Fuad, “KUALITAS PRIBADI KONSELOR: URGENSI DAN
PENGEMBANGANNYA”, KOMUNIKA, Vol. 3 No. 2/Juli-Desember 2009, h. 3
pembawaan seseorang tersebut dari lahir. Begitu juga emosi, Rika
berpendapat bahwa “Emosi sangat penting bagi rasionalitas, begitu
pula sebaliknya rasionalitas memiliki peran eksekutif bagi emosi.
Emosi dapat bersifat membahayakan manakala emosi tidak
dibimbing oleh nalar. Tidak sedikit kasus yang memperlihatkan
emosi yang begitu liar karena sebuah kekecewaan ataupun
ketakutan. Karena itu, keberhasilan hidup atau kesuksesan individu
adalah manakala individu mampu menselaraskan kecerdasan
rasional dan kecerdasan emosional”.15
15
Rika Sa’diyah, “Urgensi Kecerdasan Emosional bagi Anak Usia DIni”, CAKRAWALA,
Vol. 4 No. 1/2013, h. 17
16
A. Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001. h.
157
faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 3 yaitu: 1)
Faktor Genetik; 2) Faktor Gizi; dan 3) Faktor Lingkungan.17
17
Sulaiman Effendi, “HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL DAN
INTELEKTUAL DENGAN KEBERHASILAN BELAJAR”, Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah
Volume I No. 2/Desember 2013
18
Lina Herlina, “Kecerdasan Intelektual Dan Minat Belajar Sebagai Determinan Prestasi
Belajar Siswa” JURNAL PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN Vol. 3 No. 2/Juli 2018,
Hal. 246
19
Sutipyo R dan Ika Nurul Kholida, “PRESTASI BELAJAR SISWA SMK
MUHAMMADIYAH III WATES DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSINYA”, Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 1/Juni 2017
6) jika ada yang jatuh dalam permainan, teman-temannya
menghendaki agar meninggalkan arena agar permainan
tetap berlanjut
7) sampai umur 10 tahunan, tensi kemarahan anak laki-laki
dengan anak perempuan adalah sama tingginya, pada
umur 13 tahun ke atas emosi anak laki-laki terus
bertambah jika ia sedang marah
20
Makmun Mubayidh. Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006. h. 64
1. Linguistik Verbal
Kecerdasan yang biasanya dipakai oleh institusi pendidikan untuk
mengukur IQ seorang anak, biasanya berkisar pada kemampuan
menggunakan kata-kata secara efektif.
2. Numerik
Kecerdasan yang berhubungan dengan angka atau matematika,
termasuk juga kemahiran menggunakan logika.
3. Spasial
Kecerdasan gambar dan visualisasi yang berhubungan dengan
kreatifitas seperti seni dan desain.
4. Kinestetik
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik seperti
olah raga dan penari. Termasuk juga orang yang cepat belajar
dengan cara melihat, menyentuh dan mengerjakan sesuatu secara
langsung.
5. Naturalis
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan
dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Misalnya
pelatih binatang.
6. Interpersonal
Kecerdasan di mana ia mampu memahami dan berkomunikasi
dengan mudah dengan orang lain.
7. Intrapersonal
Kemampuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
termasuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri.
Kecerdasan ini juga sering disebut dengan kecerdasan emosi atau
emotional intelligence (EQ).
8. Musikal
Kemampuan menyanyikan lagu, peka irama atau sekedar
menikmati musik.
9. Moral
Kemampuan untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang ada di
masyarakat dan menerapkannya dengan baik pada keseharian.
21
Mohammad Miftah, Anak dan Media Pembelajaran, Jakarta: Publica Indonesia Utama,
2022. hal 59-61
perlu kita perhatikan dalam penilaian tersebut, seperti usia, dan jenis
kelamin.
1. Cara Mengukur Hasil Belajar Pada Aspek Kecerdasan
Intelektual
Menurut Lina Herlina, dkk, beberapa acuan yang
digunakan untuk mengukur kecerdasan intelektual siswa adalah
sebagai berikut :
a. Kemampuan daya tangkap
b. Kemampuan daya ingat
c. Kemampuan verbal
d. Kemampuan numerical
e. Kemampuan abstraksi ruang
f. Kemampuan analisa dan sintesis
2. Cara Mengukur Hasil Belajar Pada Aspek Kecerdasan
Emosional
A. Simpulan
Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan seperti sisi mata koin. Perlu berjalan
beriringan agar hasil belajar siswa kelak menjadi kaffah atau menyeluruh,
tidak hanya pintar secara akademis namun juga memiliki akhlakul karimah,
pun sebaliknya tidak hanya berakhlak mulia namun juga unggul dan memiliki
daya saing dengan manusia lainnya secara intelektual.
Dilihat dari sudut pandang agama, Pendidikan agama mempunyai dua
fungsi yaitu, sebagai penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang
kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya dan sebagai penanaman
sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di
sekolah.23
Untuk itu, para pendidik perlu membenahi pola belajar dengan selalu
menyelipkan pesan moral value agar kecerdasan intelktual dan emosional
peserta didik seimbang.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali
kekurangan yang mungkin mengusik para pembaca. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini.
23
A. Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001. h.
157
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
J. Stein, Steven. dan Howard E. Book. 2002. Ledakan EQ. Penerbit Kaifa:
Bandung.
Indonesia Utama.
Pustaka Al-Kautsar.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. XII. Jakarta:
Balai Pustaka.
Semarang.
Tafsir, A. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya.
Jakarta.
2009.
1/Juni 2017
R., Sutipyo dan Nurul Kholida, Ika.“PRESTASI BELAJAR SISWA SMK
1/Juni 2017