Anda di halaman 1dari 17

Konsep Pendidikan Intelektual Menurut Al-Quran

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh

Ella Imro’atul Latifah (201220116)

Abstrak:

Artikel ini membahas , fungsi, aspek-aspek kecerdasan pendidikan kecerdasan Intelektual dalam
Alqur’an. Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur’an yang dimiliki Manusia dan  dibekali Allah
SWT intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir,
merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti
kemampuan umat Islam menghafal Al Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu
mantiq. Penelitian ini merupakan penelitian Library research dengan analisis deskriptif. Hal ini
berupa literatur yang terkait tentang Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang real bahwa
manusia di ciptakan oleh Allah di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan fikiran yang
mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makluk Allah yang lainnya, dengan
potensi yang dimilikinya maka pentingnya memahami dan mempelajari kitab Al-Qur’an dan
mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positif dalam
mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah dengan hal itu potensi
yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. 

Kata Kunci: Pendidikan, Kecerdasan Intelektual, Alqur’an

Pendahuluan
Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di berbagai kesempatan seperti dialog dan
diskusi ketika berbicara tentang manusia antara lain adalah Potensi apa yang dimiliki oleh
manusia untuk menghadapi kenyataan hidup ini. Dapat kah ia dengan potensi itu
mengatasi berbagai persoalan yang ia hadapi. Berbagai pertanyaan tersebut telah dicoba
dijawab sebaik mungkin melalui kemampuan yang dimiliki oleh manusia berupa
kemampuan berfikir dan bernalar atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan akal
(kecerdasan intelektual IQ).

Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia mempunyai unsur jasmani (material),


akal, dan ruhatau rohani. Ketigannya sama pentingnya untuk dikembangkan.48 Menurut
al-Shaybanī, seperti dikutip Ahmad Tafsir, ketiga komponen itu saling berkaitan dan
tidak bisa dipisahkan, seperti sisi-sisi segitiga sama kaki.1 Maka ketika kita akan
mendesain suatu pendidikan, maka harus dapat membina ketiga unsur tersebut secara
proporsional. Manusia diciptakan untuk menjadi khalīfah fi al-ard (khalifah di muka
bumi). Layaknya manusia menjadi khalifah, karenaia memiliki potensi untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang didapat dari proses belajar. Hal ini terlihat dari
pernyataan al-Qur’an (QS. al-Baqarah [2]: (hal:180). Pengetahuan tentang konsep
manusia adalah diantara hal yang paling penting dalam dunia pendidikan, termasuk
dalam Pendidikan Islam. Bahkan menurut Suteja, masalah pendidikan adalah masalah
pemahaman tentang hakikat manusia. Inti pendidikan adalah ikhtiar memberdayakan
fithrah dan seluruh potensi baiknya.2

Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa orang yang memiliki kecerdasa
nakal yang cukup tinggi tetapi ia gagal dalam menghadapi berbagai persoalan yang
mereka hadapi dalam hidup, maka para psikolog kemudian berpikir tentang kemungkinan
adanya satu kemampuan lain selain dari kecerdasan akal yang dapat membantu manusia
dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi sehingga lahirah apa yang
kemudian lebih dikenal dengan Kecerdasan Emosional (EQ).Dalam artikel ini akan di
paparkan mengenai pendidikan kecerdasan intelektual dalam AlQur‟an. Di harapkan
dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi mahasiswa
maupun khalayak umum yang membacanya untuk kemudian dapat diterapkan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.3

A. Pengertian Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur’an.

Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu
diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan
strategi penerapannya mesti dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna
menumbuhkan kecerdasan intelektual anak didik. Proses pertumbuhan kecerdasan
intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak.
Pendidikan Islam di samping berupaya membina kecerdasan intelektual, juga membina
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Pendidikan Islam membina dan
meluruskan hati terlebih dahulu dari penyakit-penyakit hati dan mengisi dengan akhlak
yang terpuji, seperti ikhlas, jujur, kasih sayang, tolong menolong, bersahabat,silaturahmi
dan lain-lain. Ajaran akhlak yang demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses

1
Cucu Surahman, Tafsir Tarbawi Di Indonesia ‘‘Hakikat, Validasi, dan Kontribusinya Bagi Ilmu Pendidikan
Islam’’, (Margomulyo, Tayu-Pati:MaghzaPuastaka, 2019), hlm.180

2
Suteja,TafsirTarbawi:Pengantarke Tafsir Tarbawi,Cirebon:Nurjati Press,2012),15-92

3
Mohammad Iqbal Abdullah Kafi, Syarifah Hanum, ‘’Pendidikan KecerdasanIntelektualBerbasis Al-Qur’an’’, E-
Jurnal AL-HIKMAH, Vol 2, No 1 (2020), hlm.99
pendidikan Islam.4Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan optimal
denganmemahami bagaimana sistem kerja otak manusia, penelitian mutakhir menujukan
bahwa otak manusia terdiri dari 100 milyar selaktif masing-masing sel ialah:Kecerdasan
intelektual (bahasa inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti,
kemampuam menalar, merencanakan, memecahkan masalah berpikir abstrak, memahami
gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitanya dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat di ukur dengan
mengguanakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga yang
pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia
berdasarkan perbandingan usia kronologis.

Pendidikan merupakan pokok dalam penyusunan formula untuk meningkatkan


kecerdasan intelektual selain pendidikan emosional dan spritual juga sangat berpengaruh
dengan tingkat optimal kecerdasan, ketika intelektualitas manusia mampu bekerja
mengukur tingkat kecepatan, mengukur hal yang baru, menyimpan dan mengingat
kembali informasi yang ada sehingga menjadikan manusia yang terampilan dan
profesional. Ibnu manzhur mengategorikan istilah kecerdasan intelektual (Inteligensi),
akal pikiran, menahan, mencegah, membedakan, tambang pengikat, ganti rugi diartikan
Aql (secara harfiyah). `aql juga disamakan dengan al hijr (menahan) diri hawa nafsunya.5
Jika di cermati kata `aql tampak sedemikian rupa luas maknanya kata `aql juga memiliki
dukungan yang kuatdari al-qur‟an. Fungsi pengikat aql secara ilmiah dipelajari dalam
semiotika (ilmu tanda) yang sangat berguna bagi semua disiplin ilmu. `aql yang di
maksud memiliki kaitan erat dengan ayat yang hanya bisa di pahami dengan `aql
tersebut.`aql jenis inilah yang oleh farabi di bedakan dengan intelektual.6

Pendidikan kecerdasan Intelektual Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu


kemampuan umum yang membedakan kualitas orang satu dengan orang yang lain,
kecerdasan intelektual lazim disebut inteligensi7. Inteligensi adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang
komplek dan selalu berubah serta di pengaruhi oleh faktor genetic.8Sedangkan Sudrajat
4
Muhammad Jarot, Quranic Quotient Kecerdasan kecerdasan bentukan al-qur’an, (hikmah:Jakarta, 2005),hlm.35

5
Pasiak Taufik, revolusi IQ/EQ/SQ antaraneurosains dan al-quran, mizan: Bandung: 2003. Hal. 193

6
Ibid.hal.196

7
(Joseph, 1978, p.8)

8
(Galton dalam Joseph, 1978,p.20).
mengelompokkan inteligensi kedalam dua katagori, yang pertama adalah dengan istilah
factor yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif yang dimiliki secara individu
misal kemampuan mengingat dan berfikir, katagori yang kedua adalah merupakan
inteligensi yang di pengaruhi oleh lingkungan sehingga factor g.9

Manusia dibekali Allah SWT intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat
yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan
secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al Qur‟an
dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu. Keistimewaan ini karena kasih sayang
Allah SWT pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin
menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul SAW memberikan
indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah Konsentrasi pada satu titik yang jelas,
berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga.
Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi
sulit. Bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam dan melalui cara yang
ringan dan lain sebagainya.10

B. Fungsi Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur’an.

Wiramari hardja mengemukakan tentang kecerdasan intelektual, ia menyebutkan


tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif, diantaranya:
a. Kemampuan figure yaitu merupakan pemahaman dan nalar di bidang bentuk.
b. Kemampuan verbal merupakan pemahaman dan nalar di bidang bahasa.
c. Pemahaman dan nalar di bidang numeric atau yang berkaitan dengan angka, biasa
disebut dengan kemampuan numeric.11

C. Manusia dalam perspektif al-quran


Pemahaman yang keliru tentang manusia dan fitrahnya akan melahirkan proses
pendidikan yang gagal memerankan dirinya sebagai alat memanusiakan manusia, karena
pendidikan hanya akan melahirkan disharmonisasi aspek-aspek kepribadian manusia.12
Karena itu maka hampir dalam semua buku filsafat dan ilmu pendidikan Islam akan
ditemukan pembahasan tentang konsep manusia. Salah satu ciri yang membedakan Islam
dengan agama yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu, di dalam
alQur’an, kata ilmu dan kata-kata jadiannya di gunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna

9
Lul luk Nur Mufidah,KecerdasanIntelektual,KecerdasanEmosional Dan Kecerdasan Spiritual (IESQ) Dalam
Perspektif Al-Qur’an’’(TelaahAnalitisQS.Maryam Ayat 12-15),dalamjurnal ilmu,Tarbiyah’’At-
Tajdid’’,Vol.1,No.2,juli 2012.hal.200
10
Ibid hal.38
11
Marsuki, Iq-GpmKualitasKecerdasanintelektualgenerasipembaharuan masa depan,( UB Press, Malang, 2014).
Hal.12
12
Cucu Surahman, Op.Cit,
bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansa-
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama
Islam karena tidak ada agama selain Islam yang diawali dengan perintah untuk menuntut
ilmu. Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan.
Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu karena ilmu bukan materi
yang bisa dihitung dengan nilai sehingga bisa diketahui besar kecilnya, tapi ilmu adalah
lautan yang luas yang bisa ditelusuri, lautan yang dalam yang bisa diselami apabila
mempunyai keinginan dan kesungguhan untuk mendapatkannya.13Apabila diperhatikan
isi al-Qur’an dan al-Hadits, maka terdapat beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap
muslim,baik laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong
menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu
artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau
mendengar.14Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat banyak dalam alQur’an dan
Hadits. Ini berarti bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang
berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan untuk
bisa menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisasegalapengalaman yang
didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan aqidah dan ibadah, baik
yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. 15

D. Telaah ayat- ayat alquran tentang kecerdasan intelektual

a. Surat al-Isra’ : 36
ٰۤ
‫ُٔواًل‬
ْ ‫سـ‬ْ ‫ول ِٕى َك َكانَ َع ْنهُ َم‬ ُ‫ص َر َوا ْلفَُؤا َد ُك ُّل ا‬
َ َ‫س ْم َع َوا ْلب‬
َّ ‫س لَ َك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِنَّ ال‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَ ْي‬
Artinya:“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”16

Tafsir dan Kontekstual Ayat


Ayat di atas merupakan tuntunan universal bagi umat Islam. Kecenderungan manusia
dimana dan kapanpun, pastime nilai baik orang yang disenangi dan menilai lawannya
dengan sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, key words yang diungkapkan dalam ayat ini
menggunkaan bentuk tunggal (as-sam’a, al-bashar, al-fuad), tujuannya tidak lain adalah
mencakup setiap insan.Lakukanlah apa yang telah Allah perintahkan dan hindari apa
13
Hadi CecengAndri,Inspirasi Al-Qur’an untuk Pendidikan.DEEPUBLISH,Yogyakarta:2017,Hal 59-60

14
Fatoni,TAFSIR TARBAWI Menyikap Tabir Ayat-Ayat Pendidikan,(Lombok Tengah,Nusa Tenggara
Barat;ForumPemuda Aswaja,2020),hlm.32
15
Ibid,hlm.33

16
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-isra/ayat-36?utm_source=google&utm_medium=organic diakses pada
tanggal 22 desember 2022
yang tidak sejalan dengannya dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Jangan berucap jika engkau tidak mengetahui,
jangan mengaku tahu jika engkau tidak tahu, dan jangan mengaku mendengar jika
engkau tidak dengar. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, yang merupakan
alat pengetahuan, semuan yaitu yakni alat-alat itu masing-masing tentangnya akan
ditanyai bagaimana pemiliknya menggunakan atau pemiliknya dituntut untuk
mempertanggung jawabkan bagaimana ia menggunakannya.17

Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini bahwa Allah melarang berbicara tanpa
dasar pengetahun yang jelas atau sumber yang valid dan hanya praduga saja. Artinya,
sebelum memutuskan sesuatu, kita harus menjaga lisan kita untuk berbicara, atau saat
berdialog – mendengar informasi – melihat fenomena, harus berhati-hati dan dilengkapi
dengan bukti-bukti yang kuat. Inilah ajaran yang di bawa al-Qur’an tentang pentingnya
ketelitian sebelum bertindak. Sehingga apa yang kita teliti, eksperimen dan ilmu
pengetahuan tidak rapuh dan gampang dipatahkan lawan.Bagi Qurais Shihab, amanah
amaliyah yang didengungkan abad modern ini tidak lain sebagian dari amanah aqliyah
dan qalbiyah yang dikumandangkan tanggungjawabny oleh al-Qur’an, dimana manusia
bertanggung jawab terhadap kerja pandangan, penglihatan, dan hatinya serta bertanggung
jawab kepada Allah yang menganugerahkan semua alat-alatkomunikasiini.Al-Maraghi
menjelaskan ayat ini dengan mengemukakan penafsiran beberapa pakar: Pertama, Ibnu
Abbas mengatakan: “jangan kamu memberi kesaksian, kecuali apa yang telah engkau
benar-benar melihatnya, dan apa di dengar dengan telingamu, dan apa yang diketahui
oleh hati dengan penuh kesadaran. Kedua, Qatadah berkata: “Jangan kamu berkata:
“Saya telah mendengar" padahal kamu belum mendengar, dan jangan berkata: “Saya
telah melihat” padahal kamu belum melihat, dan jangan kamu berkata: “Saya telah
mengetahui” padahal kamu belum mengetahui. Ketiga, ada juga pendapat lain yang
mengatakan: “Yang dimaksud dengan larangan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui,
ialah dengan pengetahuan yang benar, akan tetapi hanya dengan prasangka dan dugaan,
seperti tersebut dalam firman Allah:

‫ض ۗا‬ َّ ‫ض الظَّنِّ اِ ْث ٌم َّواَل ت ََج‬ ۖ ْ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا‬


ُ ‫س ْوا َواَل يَ ْغت َْب بَّ ْع‬
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬ ُ ‫س‬ َ ‫اجتَنِبُ ْوا َكثِ ْي ًرا ِّمنَ الظَّنِّ اِنَّ بَ ْع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫اب َّر ِح ْي ٌم‬ٌ ‫اَيُ ِح ُّب اَ َح ُد ُك ْـم اَنْ يَّْأ ُك َل لَلَ َْح ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُم ْو ۗهُ َواتَّقُوا َ ۗاِنَّ َ تَ َّو‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka
(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
17
RidhoulWahidi,Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi Dan Kontekstualisasi Ayat-Ayat Pendidikan(Daerah Istimewa
Yogyakarta;TrussMedia,2016),Hlm.135
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.”Menurut riwayat yang diriwayatkan oleh muttafaq ‘

'Keempat, ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah: larangan
kepada kaum musyrikin mengikut kepercayaan nenek moyang mereka, dengan bertaklid
buta dan dengan mengikuti keinginan hawa nafsu seperti keadaan mereka mengikuti
kepercayaan nenek moyang mereka terhadap berhala, dan memahami berhala itu dengan
macam-macam nama,

Artinya:“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya Telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”Maksudnya sesungguhnya Allah
akan bertanya kepada pendengaran, penglihatan dan hati apa yang dilakukan
pemiliknya, sebagaimana Allah terangkan dalam ayat lain.

Fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan kita adalah praduga atau hanya
‘katanya-katanya’ tanpa ada dasar dan landasan yang cukup. Dari ayat ini, kita dapat
mengambil hikmah bahwa Allah memberikan batasan-batasan hukuman, karena banyak
permusuhan, kerusakan, pertikaian, dan pembunuhan terjadi karena perkataan tanpa
dasar/praduga, apa yang dikatakan itu tidak sesuai dengan apa yang ia dengar, dan tidak
sesuai dengan apa yang ia lihat, atau tidak sesuai dengan suara hatinya. Apabila yang
dikatakan itu sesuai dengan pendengaran penglihatan dan suara hatinya, selamat lahia
dari ancaman api neraka, dan dia akan menerima pahala dan keridhaan Allah. Sebaliknya,
jika tidak sesuai, tentulah ia akan dimasukkan kedalam api neraka. Jadi, kaitannya
dengan pendidikan intelektual adalah bahwa al-Qur’an sangat mengedepankan kebenaran
intelektual, bukan sekedar dugaan atau prasangka belaka. Kebenaran intelektual adalah
kebenaran yang didasarkan pada kebenaran pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal
secara integral. Maka untuk mendapatkan kebenaran intelektual ini, diperlukan
pendidikan intelektual.

b. Surah Yunus 35-36

‫ق َأن يُتَّبَ َع َأ َّمن اَّل‬ ُّ ‫ق َأ َح‬ ٓ ‫ق َأفَ َمن يَ ْه ِد‬


ِّ ‫ى ِإلَى ٱ ْل َح‬ ِّ ‫ق قُ ِل ٱهَّلل ُ يَ ْه ِدى لِ ْل َح‬ ِّ ‫ى ِإلَى ٱ ْل َح‬ ٓ ‫قُ ْل َه ْل ِمن ش َُر َكٓاِئ ُكمـ َّمن يَ ْه ِد‬
َ ‫ش ْيـ ًۚٔا ِإنَّ ٱهَّلل‬ ِّ ‫ِّى ِإٓاَّل َأن يُ ْهد َٰى ۖ فَ َما لَ ُك ْم َكيْفَ ت َْح ُك ُم َو َو َما يَتَّبِ ُع َأ ْكثَ ُر ُه ْم ِإاَّل ظَنًّ ۚا ِإنَّ ٱلظَّنَّ اَل يُ ْغنِى ِمنَ ٱ ْل َح‬
َ ‫ق‬ ٓ ‫يَ ِهد‬
‫َعلِي ۢ ٌم بِ َما يَ ْف َع ُل‬
Artinya:“Katakanlah“Apakah di antarasekutu-sekuturmuada yang menunjuki kepada
kebenaran?” Katakanlah"Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka
apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti
ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberipetunjuk?
Mengapakamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran1. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka
kerjakan.”18

Tafsir dan Kontekstual Ayat


Melalui ayat 35 ini Nabi Muhammad diperintahkan”Katakanlah "Apakah di antara
sekutu-sekutu yakni sembahan-sembahan yang kamu jadikan sekutu sekutu bagi Allah
ada yang menunjuki kepada kebenaran?” antara lain mengutus nabi dan rasul,
mebentangkan bukti-bukti bahkan mengaku sebagi pencipta? Pasti tidak ada!, karenaitu,
Katakanlah hai Muhammad “Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa
membimbing dengan berbagai cara menuju kepada kebenaran yang sempurna. Maka,
“Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran yang sempurna itu lebih
berhak diikuti dengan sungguh-sungguh ataukah yang tidak dapat membimbing walau
sedikit kecuali bila ia dibimbing? Mengapa kamu berbuat demikian? Bagaimanakah
kamu mengambil keputusan?.Demikian Quraish Shihab menafsirkan ayat ini.Ayat ini
menggunakan dua redaksi yang berbeda ketika berbicara tentang petunjuk Allah.
Pertama,yaknimenggunakan kata ( yang diterjemahkan membimbing menuju kebenaran.
Kedua, diterjemahkan dengan Allah membimbing kepada kebenaran. Bagi Quraish
Shihab perbedaan ini untuk menganekaragamkan redaksi.

Sementara al-Biqa’i berpendapat bahwa kata mengisyaratkan kuasa Allah


melimpahkan hidayah dengan cepat, berbeda dengan yang tidak mengisyaratkan hal
tersebut, dengan demikian maknanya adalah Dia membimbing kepada kebenaran dengan
cepat jika Dia berkehendak dan Dia membimbing kepada kebenaran siapa yang ia
kehendaki.Wujud, keesaan, dan kekuasaan Allah dibuktikan dengan penciptaan manusia,
dan bukti hidayah/bimbingan-Nya adalah anugerahnya membimbing semua mahkluk
melaksanakan peran yang diharapkan darinya. Sementara berhala-berhala atau sekutunya
tidak dapat memberi bimbingan tidak juga mendapat bimbingan. Artinya pemuka
kepercayaan itu tidak mampu memberi bimbingan kepada orang lain, kecuali jika mereka
terlebih dahulu memperoleh bimbingan Allah.Kemudian ayat 36 dalam surat ini
menegaskan bahwa mereka terdiam dan ini menunjukkan bahwa kebanyakan mereka
tidak mengikuti secara sungguh-sungguh kecuali dugaan yang sangat rapuh saja, yakni
sangkaan, padahal sesungguhnya dugaan yang rapuh tidak sedikitpun berguna
menyangkut perolehan kebenaran, apalagi yang terkait dengan qaqidah, tidak juga dapat
18
https://kanalsembilan.net/detailpost/surah-yunus-ayat-35-36 diakses pada tanggal 22 desember 2022
menggantikannya. Menurut Quraish Shihab ayat 36 ini dipahami dalam konteks aqidah.
Harus dicatat bahwa sebagian hukum-hukum Islam berdasarkan dzan dan sedikit sekali
yang bersifat qath’i. Allah memberi toleransi hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan
al-Qur’an dan sunnah, walaupun dalam batas ‘dugaan’ yang memiliki dasar. Potongan
ayat yang menayatakan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali dugaan saja,
sebagian kecil yang tidak masuk dalam kelompok kebanyakan adalah yang mengetahui
kebenaran tapi enggan menyambutnya demi mengikuti hawa nafsu atau mempertahankan
status sosialnya. Ayat ini juga mengingatkan orang yang suka ikut-ikutan tanpa alasan
dan dasar agar cepat sadar dan memperhatikan kelemahan-kelemahan kepercayaan
mereka.

Dari sini dipahami pendidikan intelektual adalah sebuah proses meningkatkan


kualitas kemampuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sehingga mampu
menyesuaikan dirinya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya, untuk membangun dunia ini dengan
konsep yang ditetapkan-Nya.Pendidikan intelektual mengajarkan kepada anak didik dan
pendidik. Maksudnya, tidak taklid buta terhadap informasi atau pendapat orang lain tanpa
adanya komentar atau setidaknya memberikan tanggapan atas informasi yang
datang.19Rasulullah Saw mengajarkan agar umatnya tidak taklid buta,

Artinya:“Dari Hudzaifah ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian


menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami
juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat
zhalim.' Akan tetapi mantapkan lah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga
berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat
zhalim."Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasang harib tidak kami ketahui kecuali
melalui jalur ini.” (Hr. Tirmidzi)

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah anjuran agar menggunakan
akal/intelektual dalam membedakan antara yang benar dan yang salah atau yang baik dan
yang buruk. Pelajaran lainnya adalah agar meyakini dengan keyakinan yang benar jika
memang yang diyakini tersebut benar dan baik dan larangan mengikuti pendapat orang
lain, apalagi mengikutinya tanpa cross-check kebenarannya.

Misi manusia dalam mengemban pewarisan bumi adalah misi menjalani


kehidupan di muka bumi dengan seluruh kompleksitas sistemnya dengan suatu ujian
tunggal: pilihan mengikuti titah Allah sebagai fitrah ruhaniyyah atau tersandar mengikuti
titah diri dalam ketenggelaman daya tarik fasilitas kebumian di antara naluri kesenangan
(al-shahwatnnafsiyyah) dalam fungsi-fungsi kelezatan jasmaniyah duniawi.Namun
keutamaan yang paling agung yang diberikan Allah kepada manusia bukanlah sebatas

19
AbuddinNata,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,(Jakarta,PT.RajaprindoPersada ,2020),hlm 35-38
pada indahnya bentuk fisik, namun lebih dari itu yaitu diberikannya akal kepada manusia
bukanlah sebatas pada indahnya bentuk fisik, namun lebih dari itu yaitu di berikannya
akal kepada manusia untuk dapat mengolah dan menata kehidupan berdasarkan ilmu.
Akal adalah refleksi dari dimensi manusia sebagai insan yaitu makhluk yang bisa
menalar dan menggunakan logika rasional dalam basis hidupnya. Akal adalah salah satu
nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah kepadaManusia, dengan perannya yang sangat
strategis dalam mendukung setiap proses kehidupany amanusia. Sebagaimana firman
Allah

‫س ِن تَ ْق ِو ْي ۖ ٍم‬ َ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن‬


َ ‫سانَ فِ ْٓي اَ ْح‬
Artinya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya(QS AtTiin (95):4)9.

Akal dalam padanan kata bahasa indonesia merupakan bentuk kata serapan dari
bahasa Arab al-aql. Dalam susunan shigat bahasa Arab al-aql berasal dari kata aqala yang
memiliki makna dasar mengikat atau menahan.20Berdasarkan pemaknaan tersebut maka
adanya akal memiliki posisi yang bersebrangan dengan hawa nafsu. Seorang manusia
yang menggunakan akalnya berarti ia memposisikan akal tersebut sebagai pengendali
setiap tindakannya dan tidak memberikan ruang kepada hawa nafsu untuk mengendalikan
dirinya.Akal dan hawa nafsu adalah dua hal yang selalu bertempur dalam diri manusia
yang masing-masingnya menghendaki arah yang berlawanan. Akal selalu
mempertimbangkan baik dan buruk kemudian memilih yang baik, namun berbeda halnya
dengan hawa nafsu yang tidak mempertimbangkan apapun dan selalu ingin menahan,
memberi batas, serta konsekuensi terhadap setiap pilihan, namun hawa nafsu selalu ingin
lepas dan bebas. Dalam kondisi ini akal menghendaki adanya sesuatu batasan yang
berpatokan pada suatu pedoman walaupun manusia sejatinnya memiliki kehendak yang
memungkinkan tercapainya kebebasan, sedangkan hawa nafsu tidak menghendaki adanya
suatu batasan dalam setiap hal.21Nafsu menjadi titik awal suatu keinginan dan harapan
muncul dari dalam diri manusia untuk mengejar setiap keinginan dunia. Kemudian besar
kecilnya atau baik buruknya realisasi dari keinginan tersebut bergantung dari kombinasi
antara akal dan nafsu dalam bentuk dominasi antara keduanya.22

d. Surat Yusuf Ayat 22

ِ ‫شد ٗ َّٓه ٰاتَ ْي ٰنهُ ُح ْك ًما َّو ِع ْل ًما ۗ َو َك ٰذلِكَ نَ ْج ِزى ا ْل ُم ْح‬
َ‫سنِيْن‬ ُ َ‫َولَ َّما بَلَ َغ ا‬

20
Harun Nasution. Akal dan Wahyu dalam Islam( UIPress,Jakarta: 1986). Hal. 511

21
Harjoni. Agama Islam dalamPandanganFilosofis,(Alfabeta. Bandung: 2012). Hal. 53)

22
Buya Hamka. FilsafatHidup(Republika, Jakarta: 2015). Hal. 59
Artinya:“Dan tatkala dia cukup dewasa kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu.
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”23

Tafsir dan Kontekstual Ayat

Allah menganugerahkan kepada Yusuf kenabian dan ilmu. Kata ada yang
mempersamakan dengan hikmah. Kata ini terambil dari Kata yang menggunakan huruf-
huruf berkisar maknanya pada “menghalangi”, seperti hukum yang berfungsi
menghalangi terjadinya penganiayaan.Hikmah antara lain berarti mengetahui yang paling
utama dari segala sesuatu, baik ide maupun perbuatan. Seseorang yang ahli dalam
melakukan sesuatu disebut hakim Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila
digunakan/diperlihatkan akan menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang lebih
besar dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini
ditarik dari kata hakamah yang berarti kendali karena kendali menghalangi
hewan/kendaraan mengarah kearah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih
perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik
dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya pun dinamai
bijaksana atau hakim.Adapun makna hukum dan ilmu yang dimaksud oleh ayat ini,
pastilah ia merupakan sesuatu yang mantap dan benar, tidak disertai oleh keraguan, atau
kekeruhan akibat nafsu atau godaan setan karena keduanya adalah anugerah Allah.

Dalam konteks pendidikan intelektual, seorang akan sampai pada usia


kematangan, kedewasaan, kesempurnaan dan kekuatan intelektual, setelah mengalami
pertumbuhan jasmani atau akal yang sempurna. Namun mengenai pada umur berapa
kematangan intelektual itu muncul banyak perbedaan pendapat dikalangan ulama
sebagaimana dijelaskan di atas, ada yang mengatakan usia 40 tahun adalah puncak
kesempurnaan. Sementara al-Maraghi dengan merujuk data yang lebih valid yakni
versidokter dan sosiolog. Menurut dokter manusia mencapai puncak intelektualnya pada
umur 25 tahun, di sisi lain sosiolog mengatkan bakat manusia akan secara bertahap yakni
sedikit demi sedikit. Ibnu Abbas berpendapat umur kedewasan seseorang adalah 33
tahun. Terlepas semua itu, dalam pendidikan intelektual menurut hemat penulis, usia
kematangan intelektual seseorang bukan satu-satunya faktor terpenting dalam
pendidikan. Akan tetapi pola pikir, cara bersikap, cara berkomunikasi, cara menghadapi
persoalaan, dan cara bertindak dalam melakukan segala sesuatu, itu yang menjadi
penentu kematangan intelektual seseorang. Tidak kalah pentingnya seorang pendidik dan
yang di didik memanfaatkan intelektualnya sesuai norma-norma agama. Artinya sesuai
aturan-aturan Allah dan intelektualnya digunakan pada jalan benar bukan kepada hal-hal
negatif yang dapat merusak citra pendidikan itu sendiri.24

23
https://kalam.sindonews.com/ayat/22/12/yusuf-ayat-22 diakses pada tanggal 22 desember 2022

24
Ibid .hal.60
E. Berbagai macam bentuk aktifitas yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi
akal/kecerdasan dalam Al qur’an

a. Nadhara
bermakna melihat bentuk penelaahan (observasi) dan perenungan. Terdapat 30 ayat
lebih yang memuat kata ini. Salah satu contohnya yaitu:

َ ‫فَ ۡليَ ۡنظُ ِر ااۡل ِ ۡن‬


َ ِ‫سانُ ِم َّم ُخل‬
ؕ‫ق‬
Artinya : Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan (QS Ath-
Thariq (86):5)
Tafsir dan kontekstual ayat
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan. Dia
ciptakan dari air yang dipancarkan. Yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang
dada perempuan’’.Manusia diciptakan dari air yang memancar yang secara kasat mata
seolah tiada kehidupan disana. Dari air yang kelihatannya tak ada kehidupan itulah
manusia diciptakan. Kemudian di matikan dan kelak dihidupkan lagi.25
b. Tadabbara,
Bermakna merenungkan, menelaah kembali sesuatu yang telah lalu (14 Muhammad
Abdullah Khatib dkk. Syariah RisalahTa’alimterj. Al-Ithishom. Jakarta: 2012. Hal.
255) atau sesuatu yang telah berubah dari keadaanya yang telah berubah dari keadaan
yang awalnya untuk kemudian di terapkan kebaikannya di masa sekarang yang akan
datang.
َ ُ‫ب َأ ْقفَال‬
ٓ ‫ها‬ ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ٱ ْلقُ ْر َءانَ َأ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati
mereka terkunci (QS Muhammad (47):24)
Tafsir dan kontekstual ayat
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka
terkunci’’.Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran) yang dapat membimbing
mereka untuk mengetahui perkara yang hak (ataukah) sebenarnya (pada hati) mereka
(terdapat kuncinya) karena itu mereka tidak dapat memahami kebenaran.26

c. Tafakkara,
berfikir. Penyebetan ini terdapat dalam 16 ayat

‫هّٰللا‬
ِ ‫قُ ِل ا ْل َع ْف ۗ َو َك ٰذلِ َك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّك ُر ْو ۙن‬

25
Muhammad Abdullah Khatib dkk.Syariah Risalah Ta’alim terj.AL-Ithishoma.Jakarta:2012.Hal.255

26
Ibid,hlm 256
Artinya:Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir
(QS Al-Baqarah (2):219)

Tafsir dan kontekstual ayat


Al-Qur‟an surat Al-baqarah ayat 219 ini intinya adalah menerangkan tentang
khamar dan judi, bahwasannya didalam ayat ini disebutkan bahwa “Khamar dan judi
pada keduanya terdapat dosa besar”. Kendatipun dalam ayat ini disebutkan pula bahwa
pada keduanya itu ada beberapa manfaat bagi manusia namun dosa keduanya lebih besar
dari pada manfaat atas karenanya.Begitulah cara Allah memberikan petunjuk dengan
ayat-ayat-Nya untuk kebahagiaan dan kesentausaan umat manusia. Ditunjukkan-Nya
jalan mana yang dapat mendatangkan manfaat dan kebaikan dan jalan yang akan
menjerumuskannya kedalam bahaya dan kerusakan. Dalam halini, manusia agar dapat
memikirkannya. Berpikir bukan untuk dunia saja tetapi juga memikirkan akhirat, agar ia
dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dalam setiap usaha dan
pekerjaannya.Kaum muslimin menjadi jaya dan mulia, bilamana mau mempergunakan
akalnya untuk memikirkan keselamatan hidupnya dan masyarakatnya di dunia dan di
akhirat. Di dunia mereka menjadi orang yang terhormat dan disegani, karena mereka
adalah orang-orang yang mampu, berwibawa dan memegang tampuk-tampuk kekuasaan.
Di akhirat dia menjadi orang yang beruntung, karena amal kebajikannya yang banyak.27

d. Faqiha,
bermakna mengerti, memahami. Penyebutan ini terdapat dalam 16 ayat. Salah satu
contoh yaitu:

ِ ‫ص ْلنَا ااْل ٰ ٰي‬


َ‫ت لِقَ ْو ٍم يَّ ْفقَ ُه ْون‬ َّ َ‫ع ۗقَ ْد ف‬ ْ ‫س َّوا ِح َد ٍة فَ ُم‬
ْ ‫ستَقَ ٌّر َّو ُم‬
ٌ ‫ست َْو َد‬ ٍ ‫شا َ ُك ْم ِّمنْ نَّ ْف‬ ْٓ ‫َو ُه َو الَّ ِذ‬
َ ‫ي اَ ْن‬
Artinya: Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada
tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-
tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui (QS Al-an’am
(6):98 )

Tafsir dan kontekstual ayat

Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat
tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran
Kami kepada orang-orang yang mengetahui.Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan
peran Allah Swt dalam menciptakan manusia, ayat ini mengatakan, Allah Swt dalam
menciptakan kalian umat manusia belum pernah keluar dari batasan dan kalian adalah
makhluk yang lebih baik dari seluruh makhluk lainnya. Kalian semua adalah umat
manusia, baik laki-laki maupun perempuan, berkulit hitam maupun putih, bahkan dari ras

27
Al-Ulwani jabir Thaha,identifikasi terhadap pikiran Modern dan Alternatif pemecahannya(Bandung ;sinar baru
algesindo ,2012).hal 45
dan kabilah manapun, diciptakan dari satu jenis dan satu jiwa. Semua manusia yang
pernah ada dan akan datang merupakan amanat Allah yang diletakkan di tulang sulbi
28
ayah dan ibu. Ketika tiba Hari Kiamat, manusia semua mati dan akan dibangkitkan dari
kuburan untuk berkumpul di padang Mahsyar.

e. Tazakkara.
Bermakna mengingat, memperoleh, mendapat pelajaran. Penyebutannya terdapat
dalam 40 ayat, salah satu contohnya yaitu:

َ‫ق ۗ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون‬ ُ ُ‫َأفَ َمن يَ ْخل‬


ُ ُ‫ق َك َمن اَّل يَ ْخل‬
Artinya: apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS An Nahl (16):
17)
Tafsir dan kontekstual ayat
apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan.
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran’’.Apakah sama dalam pandangan akal
sehat antara yang mampu dan yang lemah, sehingga zat yang menciptakan semua itu
sama seperti tidak mampu menciptakan apa-apa. Apakah kalian buta hai orang-orang
musyrik, akan tanda-tanda kekuasaan Allah, sehingga kalian tidak mengambil pelajaran
dan bersyukur kepadan-Nya. 29

f. Fahima.
Bermakna memahami
َ‫سبِّ ْحنَ َوالطَّ ْي ۗ َر َو ُكنَّا ٰف ِعلِيْن‬ َ ‫سلَيْمٰ ۚنَ َو ُكاًّل ٰاتَ ْينَا ُح ْك ًما َّو ِع ْل ًم ۖا َّو‬
َ ُ‫س َّخ ْرنَا َم َع د َٗاو َد ا ْل ِجبَا َل ي‬ ُ ‫فَفَهَّ ْم ٰن َها‬
Artinya: maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-
masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan
gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan
kamilah yang melakukannya (QS Al-Anbiyaa (12):79)

Tafsir dan kontekstual ayat


Maka Kami telah memberikan pengertian tentang hukum) yakni keputusan yang
adil dan tepat (kepada Sulaiman) keputusan yang dilakukan oleh keduanya itu
berdasarkan ijtihad masing-masing, kemudian Nabi Daud mentarjihkan atau menguatkan
keputusan yang diambil oleh Nabi Sulaiman. Menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa
keputusan keduanya itu berdasarkan wahyu dari Allah dan keputusan yang kedua yaitu
yang telah diambil oleh Nabi Sulaiman berfungsi memansukh hukum yang pertama,
yakni hukum Nabi Daud (dan kepada masing-masing) dari pada keduanya (Kami
28
Ahmad Munir,TAFSIR TARBAWI mengungkap pesan al-qur’an tentang Pendidikan,ponorogo;2017.Hal. 168

29
Ibid.hal 169
berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan
telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih
bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung
untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat
lagi dalam bertasbih. Dan Kamilah yang melakukannya yakni Kamilah yang
menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian
merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan
burung-burung kepada perintah Nabi Daud‟‟.
Dalam pandangan Islam, akal dan hati merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan dal yang identik jika dilihat dari sudut pandang perannya
dalam membangun persepsi manusia. Manusia di bedakan dengan mahluk lainnya karena
memiliki akal, kemudian lebih jauhnya adalah karena manusia memiliki hati yang
menjadi rambu-rambu dalam kehidupannya. 30

Kesimpulan

Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang di miliki manusia sebagaimana yang di


jelaskan di dalam Al-Qur'an memberikan sebuah gambaran yang real bahwa manusia di
ciptakan oleh Allah di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan fikiran yang mana
akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makluk Allah yang lainnya, dengan
potensi yang dimilikinya maka pentingnya memahami dan mempelajari kitab AlQur‟an
dan mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positf
dalam mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah dengan hal
itu potensi yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an.
Manusia dibekali Allah SWT intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat yang
tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan
secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al Qur‟an
dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu.

30
Ibid.hal 170
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Khatib, Muhammad, dkk.( 2012).Syariah Risalah Ta’alim terj.AL-Ithishoma.Jakarta

Ceceng Andri ,Hadi.(2017). Inspirasi Al-Qur’an untuk Pendidikan.DEEPUBLISH,Yogyakarta

Fatoni.(2020). TAFSIR TARBAWI Menyikap Tabir Ayat-Ayat Pendidikan,(Lombok Tengah,Nusa


Tenggara Barat;Forum Pemuda Aswaja)

Hamka Buya.( 2015). Filsafat Hidup. Republika, Jakarta.

Harjoni. (2012). Agama Islam dalam Pandangan Filosofis. Alfabeta. Bandung.

Jarot Muhammad. (2005). Quranic Quotient Kecerdasan kecerdasan bentukan al-qur’an,


(hikmah:Jakarta)

Marsuki, Iq-Gpm Kualitas Kecerdasan intelektual generasi pembaharuan masa depan,( UB


Press, Malang, 2014).

Nasution Harun. (1986). Akal dan Wahyu dalam Islam . UI Press,Jakarta

Surahman Cucu, (2019). Tafsir Tarbawi Di Indonesia ‘‘Hakikat, Validasi, dan Kontribusinya
Bagi Ilmu Pendidikan Islam’’, (Margomulyo, Tayu-Pati:Maghza Puastaka,)

Suteja. ( 2012). Tafsir Tarbawi:Pengantar ke Tafsir Tarbawi,Cirebon:Nurjati Press)

Wahidi Ridhoul. (2016). Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi Dan Kontekstualisasi Ayat-Ayat Pendidikan.
(Daerah Istimewa Yogyakarta;TrussMedia)

Iqbal Abdullah Kafi..(2020) Syarifah Hanum:Pendidikan KecerdasanIntelektualBerbasis Al-


Qur’an, E-Jurnal AL-HIKMAH,)

Taufik Pasiak (2003) revolusi IQ/EQ/SQ antaraneurosains dan al-quran, mizan: Bandung)

Munir Ahmad (2017)TAFSIR TARBAWI mengungkap pesan al-qur’an tentang


Pendidikan,ponorogo;)
Jabir Al-ulwani (2012) Thaha,identifikasi terhadap pikiran Modern dan Alternatif
pemecahannya(Bandung ;sinar baru algesindo )

Nata Abuddin,(2020)Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,(Jakarta,PT.RajaprindoPersada ,)

Harjoni(2012). Agama Islam dalamPandanganFilosofis,(Alfabeta. Bandung:)

Lul luk Nur Mufidah(2012),KecerdasanIntelektual,KecerdasanEmosional Dan Kecerdasan


Spiritual (IESQ) Dalam Perspektif Al-Qur’an’)

https://kalam.sindonews.com/ayat/22/12/yusuf-ayat-22 diakses pada tanggal 22 desember


2022

https://kanalsembilan.net/detailpost/surah-yunus-ayat-35-36 diakses pada tanggal 22


desember 2022

https://www.tokopedia.com/s/quran/al-isra/ayat-36?utm_source=google&utm_medium=organic
diakses pada

Anda mungkin juga menyukai