Oleh
Abstrak:
Artikel ini membahas , fungsi, aspek-aspek kecerdasan pendidikan kecerdasan Intelektual dalam
Alqur’an. Kecerdasan Intelektual dalam Al-Qur’an yang dimiliki Manusia dan dibekali Allah
SWT intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir,
merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti
kemampuan umat Islam menghafal Al Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu
mantiq. Penelitian ini merupakan penelitian Library research dengan analisis deskriptif. Hal ini
berupa literatur yang terkait tentang Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang real bahwa
manusia di ciptakan oleh Allah di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan fikiran yang
mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makluk Allah yang lainnya, dengan
potensi yang dimilikinya maka pentingnya memahami dan mempelajari kitab Al-Qur’an dan
mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positif dalam
mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah dengan hal itu potensi
yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.
Pendahuluan
Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di berbagai kesempatan seperti dialog dan
diskusi ketika berbicara tentang manusia antara lain adalah Potensi apa yang dimiliki oleh
manusia untuk menghadapi kenyataan hidup ini. Dapat kah ia dengan potensi itu
mengatasi berbagai persoalan yang ia hadapi. Berbagai pertanyaan tersebut telah dicoba
dijawab sebaik mungkin melalui kemampuan yang dimiliki oleh manusia berupa
kemampuan berfikir dan bernalar atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan akal
(kecerdasan intelektual IQ).
Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa orang yang memiliki kecerdasa
nakal yang cukup tinggi tetapi ia gagal dalam menghadapi berbagai persoalan yang
mereka hadapi dalam hidup, maka para psikolog kemudian berpikir tentang kemungkinan
adanya satu kemampuan lain selain dari kecerdasan akal yang dapat membantu manusia
dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi sehingga lahirah apa yang
kemudian lebih dikenal dengan Kecerdasan Emosional (EQ).Dalam artikel ini akan di
paparkan mengenai pendidikan kecerdasan intelektual dalam AlQur‟an. Di harapkan
dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi mahasiswa
maupun khalayak umum yang membacanya untuk kemudian dapat diterapkan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.3
Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu
diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan
strategi penerapannya mesti dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna
menumbuhkan kecerdasan intelektual anak didik. Proses pertumbuhan kecerdasan
intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak.
Pendidikan Islam di samping berupaya membina kecerdasan intelektual, juga membina
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Pendidikan Islam membina dan
meluruskan hati terlebih dahulu dari penyakit-penyakit hati dan mengisi dengan akhlak
yang terpuji, seperti ikhlas, jujur, kasih sayang, tolong menolong, bersahabat,silaturahmi
dan lain-lain. Ajaran akhlak yang demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses
1
Cucu Surahman, Tafsir Tarbawi Di Indonesia ‘‘Hakikat, Validasi, dan Kontribusinya Bagi Ilmu Pendidikan
Islam’’, (Margomulyo, Tayu-Pati:MaghzaPuastaka, 2019), hlm.180
2
Suteja,TafsirTarbawi:Pengantarke Tafsir Tarbawi,Cirebon:Nurjati Press,2012),15-92
3
Mohammad Iqbal Abdullah Kafi, Syarifah Hanum, ‘’Pendidikan KecerdasanIntelektualBerbasis Al-Qur’an’’, E-
Jurnal AL-HIKMAH, Vol 2, No 1 (2020), hlm.99
pendidikan Islam.4Kecerdasan intelektual dapat dikembangkan optimal
denganmemahami bagaimana sistem kerja otak manusia, penelitian mutakhir menujukan
bahwa otak manusia terdiri dari 100 milyar selaktif masing-masing sel ialah:Kecerdasan
intelektual (bahasa inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti,
kemampuam menalar, merencanakan, memecahkan masalah berpikir abstrak, memahami
gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitanya dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat di ukur dengan
mengguanakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga yang
pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia
berdasarkan perbandingan usia kronologis.
5
Pasiak Taufik, revolusi IQ/EQ/SQ antaraneurosains dan al-quran, mizan: Bandung: 2003. Hal. 193
6
Ibid.hal.196
7
(Joseph, 1978, p.8)
8
(Galton dalam Joseph, 1978,p.20).
mengelompokkan inteligensi kedalam dua katagori, yang pertama adalah dengan istilah
factor yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif yang dimiliki secara individu
misal kemampuan mengingat dan berfikir, katagori yang kedua adalah merupakan
inteligensi yang di pengaruhi oleh lingkungan sehingga factor g.9
Manusia dibekali Allah SWT intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat
yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan
secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al Qur‟an
dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu. Keistimewaan ini karena kasih sayang
Allah SWT pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin
menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul SAW memberikan
indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah Konsentrasi pada satu titik yang jelas,
berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga.
Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi
sulit. Bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam dan melalui cara yang
ringan dan lain sebagainya.10
9
Lul luk Nur Mufidah,KecerdasanIntelektual,KecerdasanEmosional Dan Kecerdasan Spiritual (IESQ) Dalam
Perspektif Al-Qur’an’’(TelaahAnalitisQS.Maryam Ayat 12-15),dalamjurnal ilmu,Tarbiyah’’At-
Tajdid’’,Vol.1,No.2,juli 2012.hal.200
10
Ibid hal.38
11
Marsuki, Iq-GpmKualitasKecerdasanintelektualgenerasipembaharuan masa depan,( UB Press, Malang, 2014).
Hal.12
12
Cucu Surahman, Op.Cit,
bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansa-
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama
Islam karena tidak ada agama selain Islam yang diawali dengan perintah untuk menuntut
ilmu. Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan.
Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu karena ilmu bukan materi
yang bisa dihitung dengan nilai sehingga bisa diketahui besar kecilnya, tapi ilmu adalah
lautan yang luas yang bisa ditelusuri, lautan yang dalam yang bisa diselami apabila
mempunyai keinginan dan kesungguhan untuk mendapatkannya.13Apabila diperhatikan
isi al-Qur’an dan al-Hadits, maka terdapat beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap
muslim,baik laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong
menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu
artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat atau
mendengar.14Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat banyak dalam alQur’an dan
Hadits. Ini berarti bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang
berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan untuk
bisa menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisasegalapengalaman yang
didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan aqidah dan ibadah, baik
yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. 15
a. Surat al-Isra’ : 36
ٰۤ
ُٔواًل
ْ سـْ ول ِٕى َك َكانَ َع ْنهُ َم ُص َر َوا ْلفَُؤا َد ُك ُّل ا
َ َس ْم َع َوا ْلب
َّ س لَ َك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِنَّ ال
َ َواَل تَ ْقفُ َما لَ ْي
Artinya:“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”16
14
Fatoni,TAFSIR TARBAWI Menyikap Tabir Ayat-Ayat Pendidikan,(Lombok Tengah,Nusa Tenggara
Barat;ForumPemuda Aswaja,2020),hlm.32
15
Ibid,hlm.33
16
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-isra/ayat-36?utm_source=google&utm_medium=organic diakses pada
tanggal 22 desember 2022
yang tidak sejalan dengannya dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Jangan berucap jika engkau tidak mengetahui,
jangan mengaku tahu jika engkau tidak tahu, dan jangan mengaku mendengar jika
engkau tidak dengar. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, yang merupakan
alat pengetahuan, semuan yaitu yakni alat-alat itu masing-masing tentangnya akan
ditanyai bagaimana pemiliknya menggunakan atau pemiliknya dituntut untuk
mempertanggung jawabkan bagaimana ia menggunakannya.17
Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini bahwa Allah melarang berbicara tanpa
dasar pengetahun yang jelas atau sumber yang valid dan hanya praduga saja. Artinya,
sebelum memutuskan sesuatu, kita harus menjaga lisan kita untuk berbicara, atau saat
berdialog – mendengar informasi – melihat fenomena, harus berhati-hati dan dilengkapi
dengan bukti-bukti yang kuat. Inilah ajaran yang di bawa al-Qur’an tentang pentingnya
ketelitian sebelum bertindak. Sehingga apa yang kita teliti, eksperimen dan ilmu
pengetahuan tidak rapuh dan gampang dipatahkan lawan.Bagi Qurais Shihab, amanah
amaliyah yang didengungkan abad modern ini tidak lain sebagian dari amanah aqliyah
dan qalbiyah yang dikumandangkan tanggungjawabny oleh al-Qur’an, dimana manusia
bertanggung jawab terhadap kerja pandangan, penglihatan, dan hatinya serta bertanggung
jawab kepada Allah yang menganugerahkan semua alat-alatkomunikasiini.Al-Maraghi
menjelaskan ayat ini dengan mengemukakan penafsiran beberapa pakar: Pertama, Ibnu
Abbas mengatakan: “jangan kamu memberi kesaksian, kecuali apa yang telah engkau
benar-benar melihatnya, dan apa di dengar dengan telingamu, dan apa yang diketahui
oleh hati dengan penuh kesadaran. Kedua, Qatadah berkata: “Jangan kamu berkata:
“Saya telah mendengar" padahal kamu belum mendengar, dan jangan berkata: “Saya
telah melihat” padahal kamu belum melihat, dan jangan kamu berkata: “Saya telah
mengetahui” padahal kamu belum mengetahui. Ketiga, ada juga pendapat lain yang
mengatakan: “Yang dimaksud dengan larangan mengatakan sesuatu yang tidak diketahui,
ialah dengan pengetahuan yang benar, akan tetapi hanya dengan prasangka dan dugaan,
seperti tersebut dalam firman Allah:
'Keempat, ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah: larangan
kepada kaum musyrikin mengikut kepercayaan nenek moyang mereka, dengan bertaklid
buta dan dengan mengikuti keinginan hawa nafsu seperti keadaan mereka mengikuti
kepercayaan nenek moyang mereka terhadap berhala, dan memahami berhala itu dengan
macam-macam nama,
Artinya:“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya Telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”Maksudnya sesungguhnya Allah
akan bertanya kepada pendengaran, penglihatan dan hati apa yang dilakukan
pemiliknya, sebagaimana Allah terangkan dalam ayat lain.
Fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan kita adalah praduga atau hanya
‘katanya-katanya’ tanpa ada dasar dan landasan yang cukup. Dari ayat ini, kita dapat
mengambil hikmah bahwa Allah memberikan batasan-batasan hukuman, karena banyak
permusuhan, kerusakan, pertikaian, dan pembunuhan terjadi karena perkataan tanpa
dasar/praduga, apa yang dikatakan itu tidak sesuai dengan apa yang ia dengar, dan tidak
sesuai dengan apa yang ia lihat, atau tidak sesuai dengan suara hatinya. Apabila yang
dikatakan itu sesuai dengan pendengaran penglihatan dan suara hatinya, selamat lahia
dari ancaman api neraka, dan dia akan menerima pahala dan keridhaan Allah. Sebaliknya,
jika tidak sesuai, tentulah ia akan dimasukkan kedalam api neraka. Jadi, kaitannya
dengan pendidikan intelektual adalah bahwa al-Qur’an sangat mengedepankan kebenaran
intelektual, bukan sekedar dugaan atau prasangka belaka. Kebenaran intelektual adalah
kebenaran yang didasarkan pada kebenaran pendengaran, penglihatan, dan hati atau akal
secara integral. Maka untuk mendapatkan kebenaran intelektual ini, diperlukan
pendidikan intelektual.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah anjuran agar menggunakan
akal/intelektual dalam membedakan antara yang benar dan yang salah atau yang baik dan
yang buruk. Pelajaran lainnya adalah agar meyakini dengan keyakinan yang benar jika
memang yang diyakini tersebut benar dan baik dan larangan mengikuti pendapat orang
lain, apalagi mengikutinya tanpa cross-check kebenarannya.
19
AbuddinNata,Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan,(Jakarta,PT.RajaprindoPersada ,2020),hlm 35-38
pada indahnya bentuk fisik, namun lebih dari itu yaitu diberikannya akal kepada manusia
bukanlah sebatas pada indahnya bentuk fisik, namun lebih dari itu yaitu di berikannya
akal kepada manusia untuk dapat mengolah dan menata kehidupan berdasarkan ilmu.
Akal adalah refleksi dari dimensi manusia sebagai insan yaitu makhluk yang bisa
menalar dan menggunakan logika rasional dalam basis hidupnya. Akal adalah salah satu
nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah kepadaManusia, dengan perannya yang sangat
strategis dalam mendukung setiap proses kehidupany amanusia. Sebagaimana firman
Allah
Akal dalam padanan kata bahasa indonesia merupakan bentuk kata serapan dari
bahasa Arab al-aql. Dalam susunan shigat bahasa Arab al-aql berasal dari kata aqala yang
memiliki makna dasar mengikat atau menahan.20Berdasarkan pemaknaan tersebut maka
adanya akal memiliki posisi yang bersebrangan dengan hawa nafsu. Seorang manusia
yang menggunakan akalnya berarti ia memposisikan akal tersebut sebagai pengendali
setiap tindakannya dan tidak memberikan ruang kepada hawa nafsu untuk mengendalikan
dirinya.Akal dan hawa nafsu adalah dua hal yang selalu bertempur dalam diri manusia
yang masing-masingnya menghendaki arah yang berlawanan. Akal selalu
mempertimbangkan baik dan buruk kemudian memilih yang baik, namun berbeda halnya
dengan hawa nafsu yang tidak mempertimbangkan apapun dan selalu ingin menahan,
memberi batas, serta konsekuensi terhadap setiap pilihan, namun hawa nafsu selalu ingin
lepas dan bebas. Dalam kondisi ini akal menghendaki adanya sesuatu batasan yang
berpatokan pada suatu pedoman walaupun manusia sejatinnya memiliki kehendak yang
memungkinkan tercapainya kebebasan, sedangkan hawa nafsu tidak menghendaki adanya
suatu batasan dalam setiap hal.21Nafsu menjadi titik awal suatu keinginan dan harapan
muncul dari dalam diri manusia untuk mengejar setiap keinginan dunia. Kemudian besar
kecilnya atau baik buruknya realisasi dari keinginan tersebut bergantung dari kombinasi
antara akal dan nafsu dalam bentuk dominasi antara keduanya.22
ِ شد ٗ َّٓه ٰاتَ ْي ٰنهُ ُح ْك ًما َّو ِع ْل ًما ۗ َو َك ٰذلِكَ نَ ْج ِزى ا ْل ُم ْح
َسنِيْن ُ ََولَ َّما بَلَ َغ ا
20
Harun Nasution. Akal dan Wahyu dalam Islam( UIPress,Jakarta: 1986). Hal. 511
21
Harjoni. Agama Islam dalamPandanganFilosofis,(Alfabeta. Bandung: 2012). Hal. 53)
22
Buya Hamka. FilsafatHidup(Republika, Jakarta: 2015). Hal. 59
Artinya:“Dan tatkala dia cukup dewasa kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu.
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”23
Allah menganugerahkan kepada Yusuf kenabian dan ilmu. Kata ada yang
mempersamakan dengan hikmah. Kata ini terambil dari Kata yang menggunakan huruf-
huruf berkisar maknanya pada “menghalangi”, seperti hukum yang berfungsi
menghalangi terjadinya penganiayaan.Hikmah antara lain berarti mengetahui yang paling
utama dari segala sesuatu, baik ide maupun perbuatan. Seseorang yang ahli dalam
melakukan sesuatu disebut hakim Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila
digunakan/diperlihatkan akan menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang lebih
besar dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini
ditarik dari kata hakamah yang berarti kendali karena kendali menghalangi
hewan/kendaraan mengarah kearah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih
perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik
dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah, dan pelakunya pun dinamai
bijaksana atau hakim.Adapun makna hukum dan ilmu yang dimaksud oleh ayat ini,
pastilah ia merupakan sesuatu yang mantap dan benar, tidak disertai oleh keraguan, atau
kekeruhan akibat nafsu atau godaan setan karena keduanya adalah anugerah Allah.
23
https://kalam.sindonews.com/ayat/22/12/yusuf-ayat-22 diakses pada tanggal 22 desember 2022
24
Ibid .hal.60
E. Berbagai macam bentuk aktifitas yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi
akal/kecerdasan dalam Al qur’an
a. Nadhara
bermakna melihat bentuk penelaahan (observasi) dan perenungan. Terdapat 30 ayat
lebih yang memuat kata ini. Salah satu contohnya yaitu:
c. Tafakkara,
berfikir. Penyebetan ini terdapat dalam 16 ayat
هّٰللا
ِ قُ ِل ا ْل َع ْف ۗ َو َك ٰذلِ َك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي
َت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّك ُر ْو ۙن
25
Muhammad Abdullah Khatib dkk.Syariah Risalah Ta’alim terj.AL-Ithishoma.Jakarta:2012.Hal.255
26
Ibid,hlm 256
Artinya:Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir
(QS Al-Baqarah (2):219)
d. Faqiha,
bermakna mengerti, memahami. Penyebutan ini terdapat dalam 16 ayat. Salah satu
contoh yaitu:
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat
tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran
Kami kepada orang-orang yang mengetahui.Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan
peran Allah Swt dalam menciptakan manusia, ayat ini mengatakan, Allah Swt dalam
menciptakan kalian umat manusia belum pernah keluar dari batasan dan kalian adalah
makhluk yang lebih baik dari seluruh makhluk lainnya. Kalian semua adalah umat
manusia, baik laki-laki maupun perempuan, berkulit hitam maupun putih, bahkan dari ras
27
Al-Ulwani jabir Thaha,identifikasi terhadap pikiran Modern dan Alternatif pemecahannya(Bandung ;sinar baru
algesindo ,2012).hal 45
dan kabilah manapun, diciptakan dari satu jenis dan satu jiwa. Semua manusia yang
pernah ada dan akan datang merupakan amanat Allah yang diletakkan di tulang sulbi
28
ayah dan ibu. Ketika tiba Hari Kiamat, manusia semua mati dan akan dibangkitkan dari
kuburan untuk berkumpul di padang Mahsyar.
e. Tazakkara.
Bermakna mengingat, memperoleh, mendapat pelajaran. Penyebutannya terdapat
dalam 40 ayat, salah satu contohnya yaitu:
f. Fahima.
Bermakna memahami
َسبِّ ْحنَ َوالطَّ ْي ۗ َر َو ُكنَّا ٰف ِعلِيْن َ سلَيْمٰ ۚنَ َو ُكاًّل ٰاتَ ْينَا ُح ْك ًما َّو ِع ْل ًم ۖا َّو
َ ُس َّخ ْرنَا َم َع د َٗاو َد ا ْل ِجبَا َل ي ُ فَفَهَّ ْم ٰن َها
Artinya: maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-
masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan
gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan
kamilah yang melakukannya (QS Al-Anbiyaa (12):79)
29
Ibid.hal 169
berikan) kepadanya (hikmah) kenabian (dan ilmu) tentang masalah-masalah agama (dan
telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud) demikianlah gunung-gunung dan burung-burung itu ditundukkan untuk bertasbih
bersama Nabi Daud. Nabi Daud memerintahkan gunung-gunung dan burung-burung
untuk ikut bertasbih bersamanya bila ia mengalami kelesuan, hingga ia menjadi semangat
lagi dalam bertasbih. Dan Kamilah yang melakukannya yakni Kamilah yang
menundukkan keduanya dapat bertasbih bersama Daud, sekalipun hal ini menurut kalian
merupakan hal yang ajaib dan aneh yaitu tunduk dan patuhnya gunung-gunung dan
burung-burung kepada perintah Nabi Daud‟‟.
Dalam pandangan Islam, akal dan hati merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan dal yang identik jika dilihat dari sudut pandang perannya
dalam membangun persepsi manusia. Manusia di bedakan dengan mahluk lainnya karena
memiliki akal, kemudian lebih jauhnya adalah karena manusia memiliki hati yang
menjadi rambu-rambu dalam kehidupannya. 30
Kesimpulan
30
Ibid.hal 170
DAFTAR PUSTAKA
Surahman Cucu, (2019). Tafsir Tarbawi Di Indonesia ‘‘Hakikat, Validasi, dan Kontribusinya
Bagi Ilmu Pendidikan Islam’’, (Margomulyo, Tayu-Pati:Maghza Puastaka,)
Wahidi Ridhoul. (2016). Tafsir Ayat-Ayat Tarbawi Dan Kontekstualisasi Ayat-Ayat Pendidikan.
(Daerah Istimewa Yogyakarta;TrussMedia)
Taufik Pasiak (2003) revolusi IQ/EQ/SQ antaraneurosains dan al-quran, mizan: Bandung)
https://www.tokopedia.com/s/quran/al-isra/ayat-36?utm_source=google&utm_medium=organic
diakses pada