Anda di halaman 1dari 34

TRILOGI KECERDASAN

(KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOTIONAL DAN SPRITUAL)

Makalah Studi Kritis Pemikiran Islam

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas untuk


Memppersentasikan dan Didiskusikan
Pada Bidang Dirasah Islamiyah Konsentrasi Dakwah dan Komunikasi

Oleh:

MIRWAN
NIM: 80100322231

Dosen Pengampuh: Prof. Dr. H. Moch Qasim Mathar, M.A

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai

potensi fitrah yang tidak dimiliki mahluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan

agar manusia dapat mengemban dua tugas utama yaitu sebagai khalifatullah di muka
bumi dan juga hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya. Manusia dengan berbagai

potensi tersebut memerlukan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan
diembannya dapat terwujud.

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, karena selain anugerah

bentuk yang paling bagus juga dilengkapi dengan akal pikiran. Dengan potensi yang

dimiliki tersebut, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik

secara jasmani maupun rohani, yang selaras dengan perkembangan pengetahuan,

zaman dan lingkungan yang positif sehingga terbentuk kepribadian yang utuh dan

sempurna. Potensi Diri sebenarnya lebih populer dalam Psikologi Pendidikan yaitu
Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) yang diperkenalkan oleh Howard

Gardner.

Kecerdasan adalah kemampuan individu untuk mengumpulkan, memproses,

menganalisis, dan menerapkan informasi dan pengetahuan untuk menyelesaikan

masalah dan membuat keputusan yang tepat. Kecerdasan juga dapat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk belajar, memahami, dan mengekspresikan diri dengan baik

dalam berbagai situasi dan lingkungan.

1
2

Terdapat berbagai macam definisi kecerdasan, di antaranya adalah definisi dari

Howard Gardner dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu bahwa kecerdasan terdiri dari

delapan jenis, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematika, visual-ruang, kinestetik,

musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Ada juga definisi dari David

Wechsler, yang mengembangkan tes kecerdasan yang digunakan secara luas, bahwa

kecerdasan adalah kemampuan untuk memahami situasi, mengevaluasi informasi,

memecahkan masalah, dan memahami konsep abstrak.


Namun demikian, definisi kecerdasan dapat bervariasi tergantung pada sudut

pandang dan konteks yang digunakan, dan dapat didefinisikan dengan cara yang
berbeda oleh para ahli dan pakar.

Dalam perspektif Islam, kecerdasan diartikan sebagai kemampuan akal yang

diberikan oleh Allah kepada manusia untuk berpikir, memahami, dan memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan dianggap sebagai anugerah dari

Allah yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan diri sendiri,

masyarakat, dan agama.

Islam menekankan pentingnya pengembangan kecerdasan dalam berbagai


aspek kehidupan, baik dalam bidang akademik, sosial, maupun spiritual. Sebagai umat

Muslim, kita dianjurkan untuk terus belajar dan mengembangkan pengetahuan,

sehingga kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat dan

agama.

Selain itu, dalam Islam juga terdapat pengakuan terhadap berbagai jenis

kecerdasan yang berbeda-beda, seperti kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematika,

kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan spiritual. Kecerdasan-kecerdasan


3

ini dianggap sebagai anugerah dari Allah yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk

kepentingan diri dan masyarakat.

Dalam Islam, kecerdasan juga tidak hanya dilihat dari segi kognitif saja, tetapi

juga mencakup kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan emosional mencakup

kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengungkapkan emosi dengan baik,

sementara kecerdasan spiritual mencakup kemampuan untuk memahami dan

mengembangkan hubungan dengan Allah. Secara keseluruhan, Islam menekankan


pentingnya pengembangan kecerdasan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga

manusia dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat dan
agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas dapat dirumuskan sub-sub

masalah sebagai berikut?

1. Apa pengertian dan penjelasan mengenai kecerdasan intelektual (IQ)?

2. Apa pengertian kecerdasan emosional (EQ)

3. Apa pengertian dan penjelasan mengenai kecerdasan spritual (SQ)


4. Apa hubungan antara IQ, EQ dan SQ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan masalah

dalam makalah yang peneliti tulis yaitu sebagai berikut;

1. Untuk mengindentikasi kecerdasan intelektual

2. Untuk mengidentifikasi kecerdasan emosional

3. Untuk mengindentifikasi kecerdasan spiritual

4. Untuk menganalisis dan mengidentifikasi hubungan IQ, EQ dan SQ


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Tentang IQ (Intelligence Quotient)

1. Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ)

Otak manusia memiliki lapisan terluar yang disebut neo-cortex. Otak neo-

cortex manusia mampu berhitung, belajar aljabar, mengoperasikan komputer, belajara


bahasa Inggris, dan lainnya. Melalui penggunaan otak neo-cortex maka lahirlah konsep

IQ (kecerdasan intelektual).1
Secara garis besar kecerdasan intelektual adalah kemampuan potensial

seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat–alat berpikir.2

Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara

teknis kecerdasan intelektual pertama kali ditemukan oleh Alfred Binet.

Menurut pendapat lain bahwa kecerdasan intelektual/Intelligence Quotient

(IQ) merupakan kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif,

pembelajaran (kecerdasan intelektual) cenderung menggunakan kemampuan


matematis-logis dan bahasa, pada umumnya hanya mengembangkan kemampuan

kognitif (menulis, membaca, menghafal, menghitung dan menjawab).3

Kecerdasan tersebut dikenal dengan kecerdasan rasional karena menggunakan

potensi rasio dalam memecahkan masalah. Penilaian kecerdasan dapat dilakukan

melalui tes atau ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan

1
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Jakarta: Arga)
2
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan Spiritual Bagi Anak, (Yogyakarta:
Katahati, 2010), h. 30.
3
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.

4
5

menghitung, dan mudah atau tidaknya dalam menganalisis data. Dengan ujian maka

dapat dilihat tingkat kecerdasan intelektual seseorang.

Menurut berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia

dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya 6% menurut Steven J.Stein, Ph.D. dan

Howard E. Book, M.D.4 Kecerdasan intelektual (IQ) tidak dapat dijadikan ukuran

dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup bermasyarakat. Banyak orang

yang memiliki IQ biasa namun dia menjadi seseorang yang sukses, begitu juga
sebaliknya banyak orang yang memilki IQ tinggi namun kalah dalam persaingan

pekerjaan.
Kecerdasan intelektual muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat, sejak anak di dalam kandungan (masa pranata) sampai tumbuh menjadi

dewasa. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan satu triliun sel

neuron yang terdiri dari seratus miliar sel aktif dan sembilan ratus miliar sel pendukung

yang kesemuanya berkumpul di otak.5 Kecerdasan intelektual (inteligensi) merupakan

aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam

perolehan pembelajaran.
Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman mengenai pentingnya kecerdasan

intelektual pada Q.S. Az-Zumar: 9:


َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ٰ ْ ُ َ ْ َّ ً َ َّ ً َّ َ ٰ ٌ َ َ ُ ْ ََّ
‫اجدا وق ۤاىِٕما يحذر الا ِخرة ويرجوا رحمة ر ِبهٖۗ قل هل يست ِوى‬ َ ْ
‫امن هو قا ِنت انا َۤء الي ِل س‬
ِ
ْ َ ْ ُ ُ َّ َ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ
ࣖ ‫اب‬ َ ُ ُ ُ
ِ ‫ال ِذين يعلمون وال ِذين لا يعلمونٖۗ ِانما يتذكر اولوا الالب‬
Terjemahnya
Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut

4
Agustian, Rahasia Sukses, h. 61.
5
Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 15.
6

kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:


Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”.6
2. Ciri-ciri Kecerdasan Intelektual

Menurut Louis Thurstone menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari tujuh

kemampuan mental primer yang meliputi:

a. Kemampuan spasial

b. Kecepatan perseptual

c. Penalaran numeric

d. Makna verbal

e. Kelancaran kata

f. Ingatan

g. Penalaran induktif.9

3. Fungsi Kecerdasan Intelektual

Pada dasaranya setiap manusia merupakan makhluk yang diberi akal lebih

tinggi di banding makhluk yang lain. Akal tersebut dapat membentuk sebuah

kecerdasan yang biasa disebut dengan kecerdasan intelektual, beberapa fungsi adanya

kecerdasan spiritual adalah:


a. Menyimpan pengetahuan

b. Mendapatkan pengetahuan yang baru

c. Dapat memahami sesuatu dengan pemaknaan yang lebih dalam

d. Dapat meingkatkan pengetahuan.10

6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 455.
7

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual

Inteligensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena

adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:

a. Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.

b. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

c. Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri


seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

d. Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami


pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis,

dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga

mencapai kesanggupan dalam menjalankannya masing-masing.

e. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode juga

bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.7

Dapat disimpulkan bahwa kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain.
Sehingga untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman

kepada salah satu faktor tersebut atau salah satu faktor saja.

B. Tinjauan Tentang EQ (Emotional Quotient)

1. Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)

EQ (Emotional Quotients) atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan

emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan

7
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press, 2009), h. 34.
8

menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri

dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan.8

EQ merupakan bagian yang lebih dalam dari otak neo-cortex yakni terdapat

pada lapisan lymbic system (lapisan tengah). Pada otak tengah ini terletak pengendali

emosi dan perasaan kita. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:


ُّ ُ ْ َ َ ‫ه َّ ه‬
َ‫الذ ُن ْوب‬ َ ْ َّ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ٰٓ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ ٰ ْ ُ
‫ٖۗان اّٰلل يغ ِفر‬
ِ ‫اّٰلل‬
ِ ‫۞ قل ي ِعب ِادي ال ِذين اسرفوا على انف ِس ِهم لا تقنطوا ِمن رحم ِة‬
ْ
َّ ‫ٖۗاَّن ٗه ُه َو ال َغ ُف ْو ُر‬
ُ‫الرح ْيم‬ ًْ َ
ِ ‫ج ِميعا‬
ِ
Terjemahanya:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.9
Dalam kecerdasan emosional setidaknya ada lima komponen pokok yakni

kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan soial. EQ

pertama kali digagas oleh Daniel Goleman.10

Muhaimin juga berpendapat bahwa kecerdasan emosional berfungsi sebagai

kemampuan pengendalian diri sendiri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan

untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk

mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,


mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan

berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati), untuk memelihara

8
Agustian, Rahasia Sukses, h. 62.
9
Kementeri Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 370.
Retno Indayati, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Tulungagung: IAIN Tulungagung
10

Press, 2014), h. 63.


9

hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta

untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.11

2. Indikasi/Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Ada lima indikasi yang terdapat di dalam kecerdasan emosional yaitu:12

a. Kemampuan mengenali emosi diri

Kemampuan mengenali emosi diri merupakan kemampuan seseorang dalam

mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering
dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional.17 Seseorang yang mampu

mengenali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara

mantap. Misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti

memilih sekolah, sahabat, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.

b. Kemampuan mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk

mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat

mempengaruhi perilakunya secara salah. Kemampuan mengelola emosi akan


berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, serta mampu memulihkan

kembali dari tekanan emosi.13 Mungkin dapat diibaratkan sebagai seorang pilot

pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu kota tujuan dan kemudian

mendaratkannya secara mulus. Misalnya seseorang yang sedang marah, maka

11
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Grafindo Persada, 2006), h. 91.
12
Meyanlina, Pengantar Psikologi, http://www.kompasiana.com, dikases 09 Mei 2023.
13
M. Usman Najati, al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, Terj. Irfan Sahir, Belajar EQ dan
SQ dari Sunah Nabi, (Jakarta: Hikmah, 2002), h. 166.
10

kemarahan itu, tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat

yang akhirnya disesalinya di kemudian hari.

c. Kemampuan memotivasi diri

Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk memberikan

semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Hasil yang baik dapat tercapai jika diikuti dengan motivasi yang kuat dari dalam diri.14

Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan optimisme yang tinggi, sehingga
seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.

Misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain dan sebagainya.
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain

Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) seringkali diwujudkan

dengan kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga

orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya.

Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula disebut sebagai

kemampuan berempati. Empati ialah bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan

respon emosional yang sama dengan orang tersebut.15 Adapun contoh bersikap empati
seperti mampu menangkap pesan nonverbal dari orang lain seperti nada bicara, gerak-

gerik, dan ekspresi wajah dari orang lain

e. Kemampuan membina hubungan social

Kemampuan membina hubungan sosial merupakan kemampuan untuk

mengelola emosi orang lain, sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan

14
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
15
Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta: Gunung Mulia, 1994), h. 62.
11

membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas.16 Anak-anak dengan kemampuan ini

cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul dan menjadi lebih populer.

Disini dapat kita simpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional untuk

dikembangkan. Karena banyak dijumpai orang-orang yang begitu cerdas, begitu

cemerlang prestasi akademiknya, namun bila tidak dapat mengelola emosinya maka

menjadi mudah marah, mudah putus asa atau angkuh dan sombong sehingga maka

prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Selain itu kecerdasan
emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan menghadapi

lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara cepat agar lebih berhasil dalam mengatasi
tuntutan lingkungan. Selain indikasi di atas, Yasin menyebutkan bahwa kecerdasan

emosi memiliki lima ciri pokok, yaitu:

a. Kendali diri

Kendali diri adalah pengendalian tindakan emosional yang berlebihan.

Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan menekannya karena setiap perasaan

mempunyai nilai dan makna tertentu bagi kehidupan manusia.17

b. Empati
Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan

sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang.

c. Pengaturan diri

Pengaturan diri adalah menangani emosi kita sehingga berdampak positif

kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan

sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

16
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 32.
17
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 42.
12

d. Motivasi

Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif

dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

e. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah menangani emosi dengan baik ketika berhubungan

dengan orang lain dan cermat membaca situasi serta jaringan sosial.18
3. Fungsi Kecerdasan Emosional

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pada dasarnya emosi mempunyai


kemanfaatan bagi keberlansungan hidup manusia. Beberapa manfaat tersebut antara

lain:

a. Dengan adanya kecerdasan emosi, manusia bisa merasakan hal-hal yang bersifat

manusiawi.

b. Orang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk melepaskan

diri dari suasana hati yang tidak mengenakkan seperti marah, khawatir dan

kesedihan.
c. Orang yang memiliki kecerdasan emosi akan lebih memiliki harapan yang lebih

tinggi karena ia tidak terjebak di dalam kecemasan dan depresi. Dengan harapan

yang tinggi tersebut ia akan mampu memotivasi diri.

d. Dengan kecerdasan emosi orang akan memiliki sikap optimisme yang merupakan

sikap pendukung bagi seseorang agar tidak terjatuhdalam keputusasaan bila

18
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sketsa, 2007),
h. 42-47
13

menghadapi kesulitan dan kegagalan karena dia melihat kesulitan sebagai sesuatu

yang dapat diselesaikan dan melihat

kegagalan adalah sesuatu yang dapat diperbaiki.

e. Orang yang mampu mengenali emosi diri dan mengelolanya akan dapat

mengendalikan diri.

f. Kecerdasan emosi akan melahirkan sikap empati, yakni kemampuan untuk

merasakan apa yang dirasakan orang lain, maka ia akan


mengontrol sikap dan perilakunya terhadap orang lain.19

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional perlu dikembangkan sejak dini karena merupakan salah

satu faktor yang membentuk karakter seseorang di masa yang mendatang. Adapun

keerdasan emosional dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

a. Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengembangkan

pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang

nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya


merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan

anggota masyarakat yang sehat.

b. Lingkungan pendidikan

19
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, h. 48-51
14

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempengaruhi emosi seorang

anak karena lingkungan pendidikan menjadi rumah asupan kedua bagi anak untuk

mengembangkan emosi yang dimiliki.

c. Masyarakat

Manusia mendapatkan gelar makhluk sosial yang selalu menjalin hubungan

dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersosial, seseorang menjalin hubungan yang

luas dengan masyarakat. Apapun yang ada di masyarakat begitu mudah mempengaruhi
perkembangan emosi seseorang seperti masyarakat kota yang terkenal dengan gaya

hidup konsumtif membuat seseorang dapat terpengaruh untuk melakukan hal yang
serupa.20

C. Tinjauan Tentang SQ (Spiritual Quotient)

1. Pengertian Kecerdasanspiritual (SQ)

SQ (Spiritual Quotients) tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan

spiritual (SQ) merupakan kecerdasan rohaniah yang menuntun diri kita

memungkinkan kita utuh.21 Kecerdasan spiritual berada pada bagian yang paling

dalam dari diri kita, terkait dengan kebijaksanaan yang berada di atas ego. Bisa
dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang memiliki peranan

penting dalam meningkatkan karakter seseorang.

Pengertian lain menyebutkan bahwa keceradasn spiritual adalah kecerdasan

yang menyangkut fungsi jiwa sebagai peran internal diri yang memiliki kemampuan

20
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 37
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 98.
15

dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan.22 Kecerdasan

ini perttama kali digagas oelh Danah Zohar dan Ian Marshall.

Kecerdasan spiritual bukan saja mengatahui nilai-nilai yang ada tetapi juga

secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Dalam perkembangan seseorang, tidak

hanya dibutuhkan kepandaian, namun kreatifitas juga sangat dibutuhkan. Di samping

itu kecerdasan spiritual (SQ) tidak bergantung pada budaya atau nilai. Maksud dari

pernyataan tersebut adalah bahwa kecerdasan spiritual tidak mengikuti nilai-nilai yang
ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

Kecerdasan spiritual berasal dari dalam hati, menjadikan seseorang kreatif


ketika dihadapkan pada masalah pribadi, mencoba melihat makna yang terkandung di

dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan

kedamaian hati. Dengan belajar untuk memaknai setiap peristiwa yang terjadi maka

seseorang dapat meningkatkan perkembangan spiritualnya. Selain itu kecerdasan

spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi

kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya. Sebagaimana firman

Allah dalam surat Al-Hajj ayat 46, sebagai berikut:


َ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ُ َ ْ َّ ٌ َ ٰ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َّ ٌ ْ ُ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ َْ ْ ُ ْ َ ْ َ ََ
‫افلم ي ِسيروا ِفى الار ِض فتكون لهم قلوب يع ِقلون ِبه ٓا او اذان يسمعون ِبهاۚف ِانها لا تعمى‬
َّ ْ ُ ُ ْ ٰ
ْ ُ ُّ ْ ُ َ َْ ْ َ ُ َ َْْ
‫الابصار ول ِكن تعمى القلوب ال ِتي ِفى الصدو ِر‬

Terjemahnya:
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.23

22
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 31.
23
Kemeterian Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 121.
16

Kecerdasan spiritual disini bermakna bahwa seseorang individu yang memiliki

rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemampuan mengkhayati nilai-nilai

agama. Keridlaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima

dengan hati yang rela dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama.24

Tanggung jawab kepada sang pencipta dapat membantu seseorang untuk terus belajar

dan bekerja keras tanpa rasa jenuh. Allah membimbing siapa saja yang ridla kepada-

Nya melalui jalan-jalan keselamatan dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar
dari kegelapan menuju cahaya.

Dengan bermodalkan SQ, manusia mengabdi kepada Allah untuk mengelola


bumi sebagai khalifah. Target utamanya semata mencari keridhaan Allah.25 Keridhaan

dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima dengan hati yang rela

dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama. Tanggung jawab kepada

sang pencipta dapat membantu seseorang untuk terus belajar dan bekerja keras tanpa

rasa jenuh.

Kecerdasan spiritual (SQ) yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan

emosional menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai hidup dan
menjalani hidup penuh berkah.26 Terutama pada masa sekarang, dimana manusia

modern terkadang melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu.

2. Indikasi/Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Marshall, ada sembilan tanda orang yang memiliki

kecerdasan spiritual, yakni sebagai berikut:

24
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 35.
25
Agustian, Rahasia Sukses, h.103.
26
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 32.
17

a. Kemampuan bersikap fleksibel

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual ditandai dengan sikap hidup yang

fleksibel atau bisa luwes dalam menghadapi persoalan. Fleksibel berarti memiliki

pengetahuan yang luas dan mencerminkan sikap dari hati yang tidak kaku.

b. Derajat kesadaran diri yang tinggi

Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi berarti ia mengenal


dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih mudah mengendalikan diri

dalam berbagai situasi dan keadaan, termasuk dalam mengendalikan emosi.


c. Kecakapan untuk menghadapi penderitaan

Tidak banyak orang yang bisa menghadapi penderitaan dengan baik. Pada

umumnya manusia mengeluh, kesal, marah atau bahkan putus asa ketika dihadapkan

dengan penderitaan. Akan tetapi orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang

baik akan mempunyai kemampuan dalam menghadapi penderitaan dengan baik.

d. Kecakapan untuk menghadapi rasa takut

Setiap orang pasti mempunyai rasa takut, entah sedikit atau banyak. Takut
terhadap apa saja, termasuk menghadapi kehidupan. dalam menghadapi rasa rakut ini,

tidak sedikit dari manusia yang dijangkiti oleh rasa khawatir yang berlebihan, bahkan

berkepanjangan. Padahal yang ditakutkan itu belum tentu terjadi. Takut menghadapi

kemiskinan dapat membuat seseorang lupa terhadap hukum dan nilai sehingga orang

tersebut menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Namun tidak demikian

bagi orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi. ia bisa menghadapi dan

mengelola rasa takut itu dengan baik. Dengan sabar, ia akan menghadapi segala sesuatu
18

dan ia selalu ingat bahwa Allah SWT menjadi saksi atas segala yang dilakukan

sehingga ia selalu di jalan yang benar sesuai aturan dan syariat Islam.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual berarti memiliki hidup yang

berkualitas. Maksudnya adalah seseorang yang memiliki visi dan nilai berarti orang

tersebut tidsk akan mudah terkena bujuk dan rayu.

f. Enggan melakukan hal yang merugikan


Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan enggan bila

keputusan atau langkah-langkah yang diambilnya bisa menyebabkan kerugian yang


tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena ia bisa berfikir lebih selektif dalam

mempertimbangkan berbagai hal.

g. Kecenderungan melihat keterkaitan berbagai hal

Seseorang memerlukan kemampuan dalam melihat keterkaitan antara berbagai

hal agar keputusan dan langkah yang diambil dapat mendekati keberhasilan.

h. Ditandai oleh kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika”

Pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana jika” biasanya dilakukan oleh


seseorang untuk mencari jawaban yang mendasar. Inilah tanda bagi orang yang

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Dengan demikian ia dapat memahami

masalah dengan baik, tidak secara parsial, dan dapat mengambil keputusan dengan

baik pula.
19

i. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi dapat dipercaya untuk

menjadi pemimpin yang bertanggung jawab karena dalam hidupnya senantiasa

belandaskan Islam.27

Berdasarkan pendapat lain, kecerdasan spiritual ditandai dengan kemampuan

seseorang untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami

perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan-aturan yang


berlaku.28 Pada perkembangan zaman banyak orang mengatakan manusia berkembang

menjadi manusia modern.


Berdasarkan beberapa pendapat mengenai manusia modern merupakan

manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang memadai, karena telah menempuh

pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri yang kental dalam diri manusia modern

adalah suka membaca.

Wacana di atas sejalan dengan syariat Islam, dimana syariat pertamanya adalah

membaca. Namun, terkadang kualitas intelektual tersebut tidak dibarengi dengan

kualitas iman atau emosional yang baik, sehingga berkah yang diharapkan setiap
manusia dalam hidupnya tidak dapat diperoleh.

Proses pembersihan diri dan upaya untuk menjernihkan hati, dengan tujuan

memunculkan kemampuan mendengar suara hati terdalam yang merupakan sumber

kebijaksanaan dan motivasi. Pengaktifan, pembangkitan secara mental dan spiritual

untuk memunculkan kemampuan dan potensi yang tersembunyi, pengisian dengan

27
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 36-37.
28
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), h. 168.
20

sifat-sifat Allah yang agung dan indah memunculkan sifat-sifat yang baik sehingga

membangun citra positif yang mempesonakan.

Pengembangan potensi diri menjadi suatu metode untuk melepaskan,

mengarahkan, mengendalikan kekuatan pikiran bawah sadar (unconscious mind)

sehingga menjadi suatu langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pola

pengasahannya melalui berbagai aplikasi dan keilmuan canggih berdasar kekuatan

do’a dan dzikir yang digali dari Al-Qur’an dan Hadits. Bilamana setiap manusia bisa
mengendalikan emosinya, maka kehidupan akan menjadi lebih indah.

IQ memang penting kaehadirannya dalam kehidupan manusia agar manusia


bisa memanfaatkan teknologi demi efisiensi dan efektivitas. Sedangkan EQ begitu

penting untuk membangun hubungan sesama manusia. Dan SQ mengajarkan nilai-

nilai kebenaran.29

Dalam menunjang kesuksesan seseorang, yang paling banyak menopang

adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.30 Untuk itu setiap manusia

perlu mendapatkan suatu pelatihan dan pemahaman tentang kecerdasan intelektual

(IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) yang diiringi dengan semangat spiritual (SQ),
sehingga terjadi suatu perpaduan yang dahsyat untuk membangun karakter manusia

yang sempurna, baik di dunia, di masyarakat maupun di mata Allah SWT.

Selain itu, menurut Marsha Sinetra, pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual

terlihat dalam beberapa kepribadian, antara lain:

a. Memiliki kesadaran diri yang mendalam.

b. Memiliki pemahaman tentang tujuan hidup

29
Agustian, Rahasia Sukses, h. 65.
30
Masykur Alif Rahman, Rahasia Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib Si Super Genius, (Yogyakarta:
Diva Press, 2014), h. 132.
21

c. Memiliki rasa untuk berkontribusi kepada orang lain

d. Memiliki pandangan yang luas mengenai dirinya dan orang lain serta lingkungan

sekitarnya.31

Sedanglan menurut Jalaluddin Rakhmat sebagaimana dikutip oleh Rasniardhi,

ada 5 ciri orang yang cerdas secara spiritual,32 yaitu:

a. Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan materi, contohnya yaitu

seorang anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau mahluk ruhaniyah di sekitarnya
mengalami transendensi fisikal dan material.

b. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak. Contohnya


ketika seorang anak sudah mengalami transendensi fisikal dan material, kemudian

ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam

semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan

alat-alat indranya.

c. Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman seharihari. Misalnya: Dua orang

pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Orang pertama bekerja dengan muka

cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Orang kedua bekerja dengan ceria,
gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan

pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda kerjakan? “orang pertama

menjawab, “Saya sedang menumpuk batu.” Orang kedua berkata, “Saya sedang

membangun masjid!” orang kedua telah mengangkat pekerjaan “menumpuk bata”

pada makna yang lebih luhur.

31
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Populer Obor,
2003), h. 46.
Rasniardhi,
32
“Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak”.,
http://rasniardhi.blogspot.com/2007/12/mengembangkan-kecerdasanspiritual-anak. html, diakses 5 Mei
2023.
22

d. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan

masalah. Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup

secara rasional atau emosional saja tetapi menghubungkannya dengan makna

kehidupan secara spiritual yaitu melakukan hubungan dengan pengatur kehidupan.

Contoh: Seorang anak diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup

menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau orang itu

bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia akan diberi jalan.


e. Kemampuan untuk berbuat baik. Yaitu seorang anak yang memiliki rasa kasih yang

tinggi pada sesama makhluk Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan
terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan.

Toto Tasmara mengungkapkan bahwa ada 8 indikator kecerdasan spiritual, 33

yaitu:

a. Memiliki Visi

Visi adalah cara seseorang melihat gambar diri di hari esok. Visi tersebut

didasari oleh pengalaman, pengetahuan dan harapan. Visi atau tujuan setiap muslim

yang cerdas secara spiritual, akan menjadikan pertemuan Allah sebagai puncak dari
visi pribadinya yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur

dan terarah. Hal ini mendorong dirinya untuk menjadikan dunia hanya sebuah

perantauan yang harus kembali pulang ke akhirat dengan membawa bekal serta

memenuhi seluruh tanggung jawab kepada Allah SWT.34

33
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, (Jakarta: Gema Insan
Press, 2001), h. 1-38.
34
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 7.
23

b. Merasakan Kehadiran Allah

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasakan kehadiran Allah

dimana saja. Mereka meyakini adanya kamera ilahiah yang terus menyoroti

qalbunya, dan mereka merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya

diketahui dan dicatat Allah tanpa ada satupun yang tercecer.35

c. Berdzikir dan Berdoa

Dzikir bermakna penyebutan atau penghadiran. Penyebutan dengan lidah


dan penghadiran dengan hati. Makna yang dimaksud ialah penghadiran Allah baik

dzat, sifat dan af’alNya.36Dzikir bagaikan kompas dan seluruh peralatan mesin
kapal bagi nahkoda kapal. Yaitu petunjuk agar misi dan pelayarannya selamat.37

Do’a merupakan dzikir dan ibadah, karena do‟a memiliki keutamaan yang

sama seperti dzikir dan ibadah. Dan di dalam do‟a terdapat kelapangan bagi jiwa

dan penyembuhan kesulitan, duka cita dan gelisah karena orang yang berdo‟a selalu

mengharap do‟anya dikabulkan oleh Allah.38

d. Memiliki Kualitas Sabar

Sabar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri yang mengajak ke hal-hal


negatif. Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita

sehingga membuat diri manusia menjadi makhluk yang kuat dan tidak putus asa dalam

menghadapi cobaan atau ujian dari Allah.39

35
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 14.
36
M. Yaniyullah Delta Auliya, Melejitkan Kecerdasan Hati & Otak Menurut Petunjuk al-
Quran & Neurologi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 392.
37
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 18.
38
M. Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, (Bandung: Hikmah, 2002), hlm. 119-
120.
39
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, hlm. 29.
24

Sesungguhnya orang yang dapat menghadapi musibah dan situasi-situasi yang

sulit dengan sabar dan teguh adalah orang yang berkepribadian kuat yang sehat

jiwanya.40 Allah memerintahkan kita untuk bersabar seperti dalam firmanNya:

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, Sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah/2: 153).41

Di dalam nilai-nilai sabar, sikap yang paling dominan yaitu, sikap percaya
diri, optimis, mampu menahan beban ujian dan terus berusaha sekuat tenaga.42

1) Cenderung Pada Kebaikan

Orang-orang yang bertaqwa adalah tipe manusia yang selalu cenderung

kepada kebaikan dan kebenaran. Sabda Rasulullah SAW.: “Jadikanlah hidup hari ini

lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini”. Dan orang-

orang tersebut merasakan kerugian apabila waktunya berlalu begitu saja tanpa ada

satu pun kebaikan yang dilakukan.

2) Memiliki Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain. Merasakan


rintihan dan mendengar debaran jantungnya, sehingga mampu beradaptasi dengan

merasakan kondisi batiniah orang lain.

3) Berjiwa Besar

Berjiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan

perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas secara ruhaniah

40
M. Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, h. 138.
41
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 153.
42
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 32.
25

(spiritual) adalah mereka yang mampu memaafkan, betapapun pedihnya kesalahan

yang dibuat orang pada dirinya. Karena menyadari bahwa sikap pemberian maaf

sebagai bukti kesalehan dan salah satu bentuk tanggung jawab hidup. Karena hal itu

diharapkan bisa mempengaruhi orang lain agar berbuat yang sama.43

4) Bahagia Melayani

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang

muslim. Melayani atau menolong merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian


terhadap nilai kemanusiaan. Orang tersebut akan melayani manusia dan alam

lingkungannya dengan penuh rasa cinta dan kelembutan. Hal ini merupakan investasi
yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat saja melainkan di dunia

juga.44

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan spiritual memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan sehari-hari,

antara lain:45

a. Dengan memiliki kecerdasan spiritual, seseorang dapat mengatasi masalah yang

terjadi
b. Dapat mengatasi kesedihan

c. Dapat memaknai setiap masalah yang terjadi sebagai ujian yag diberikan Tuhan

Kondisi spiritual seseorang berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam

menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang cerdas

dalam kehidupan. Untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita

43
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, 33-37.
44
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 38-39.
45
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 44-45.
26

kepada Allah yaitu dengan cara meningkatkan taqwa dan menyempurnakan tawakal

serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya. Beberapa fungsi kecerdasan spiritual,

antara lain:

a. Pembinaan dan pendidikan akhlak. Spiritual adalah salah satu metode pendidikan

akhlak dan pembinaan jiwa.46

b. Kecerdasan spiritual untuk mendidik hati dan budi pekerti. Pendidikan sejati adalah

pendidikan hati, karena pendidikan hati tidak saja menekankan segisegi


pengetahuan kognitif intelektual saja tetapi juga menumbuhkan segi-segi kualitas

psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam kehidupan sehari-hari.47


c. Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk meraih hidup bahagia.48 Hidup

bahagia menjadi tujuan hidup kita semua, hampir tanpa kecuali. Maka dengan itu

ada tiga kunci SQ dalam meraih kebahagiaan hidup yaitu: cinta yang dicurahkan

kepada Allah, berdoa serta berbuat kebajikan dan berbudi pekerti luhur.49

d. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan

kebermaknaan hidup agar hidup kita menjadi lebih bermakna.

e. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual, dalam pengambilan keputusan


cenderung akan melahirkan keputusan yang terbaik, yaitu keputusan spiritual.

Keputusan spiritual itu adalah keputusan yang diambil dengan mengedepankan

46
Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam: dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan
Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), hlm. 67.
47
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002) hlm. 28.
48
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, h. 103.
49
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, h. 112-122.
27

sifat-sifat Ilahiah dan menuju kesabaran atau tetap mengikuti suara hati untuk

memberi dan tetap menyayangi.50

f. Kecerdasan spiritual memberi kemampuan untuk membedakan dengan ihwal baik

dan jahat, memberi rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan dengan

pemahaman.51

g. Kecerdasan Spiritual merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara

efektif.52
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual bisa

membawa seseorang kepada kesuksesan dan memperoleh ketentraman diri, serta


memunculkan karakter-karakter mulia di dalam diri manusia.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Dalam perkembangannya, kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi antara lain:53

a. Keberhasilan seseorang dalam mengembangkan beberapa bagian dari dirinya

sendiri

b. Pendidikan yang diberikan oleh keluarga sejak kecil


c. Lingkungan sekitar yang dapat memberikan pengaruh terhadap keadaan spiritual

seseorang.

50
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ,
159-167.
51
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir
Integralistik dan Holistic Untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan,
2002), h. 5.
52
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
h. 13.
53
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
h. 46-47
28

D. Hubungan Kecerdasan Intelektual, Emotional dan Spritual

Berkaitan dengan kecerdasan, Islam memiliki konsep tersendiri yang bisa

didapatkan di dalam sumber ajaran Islam yang utama dan pertama, Al-Qur’an dan

didukung oleh Hadits. Di dalam Al-Qur’an telah dibicarakan berbagai emosi yang

dirasakan manusia seperti ketakutan, marah, cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu,

malu, dan kesedihan.


Islam memandang kecerdasan adalah karunia Allah SWT yang diberikan

kepada makhluk-Nya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaannya bagi
keberlangsungan hidup.54

Dalam pengembangannya, seseorang dituntut untuk tidak mengembangkan

satu ranah kecerdasan saja melainkan ketiga aspek mulai dari kecerdasan intelektual,

emosional, dan spiritual harus dikembangkan ssecara bersama agar mencapai hasil

yang maksimal. Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 36:


ً ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ٰۤ ُ ُّ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َّ ٌ ْ َ َ َ َْ َ ُ َْ ََ
ُٔ ِٕ َ
‫ٖۗان السمع والبصر والفؤاد كل اولىك كان عنه مسـولا‬ ْ
ِ ‫ولا تقف ما ليس لك ِبه ِعلم‬
Terjemahnya:
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.44
Berdasarkan ayat di atas terdapat kesimpulan bahwa setiap manusia dituntut

untuk mengembangkan keseluruhan kecerdasan yang dimiliki agar menjadi manusia

yang unggul secara maksimal.

54 44
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam..., hal. 105
Syah, Psikologi Belajar, h. 86
29

Islam memandang bahwa kecerdasan intelektual dan emosional memiliki peran

yang begitu penting dalam kehidupan seseorang.55 Hal ini dapat menuntut manusia

untuk menjalankan fitrahnya secara utuh.

Adapun kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam adalah kemampuan untuk

memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Dalam Islam sendiri

memandang bahwa kecerdasan spiritual berkaitan dengan sifat istiqamah, kerendahan

hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan, keseimbangan, integritas dan


penyempurnaan itu semua dinamakan Akhlakul Karimah.56

Intelligence quotient (IQ) yaitu kemampuan potensial seseorang untuk


mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan ini bisa

diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Emotional quotient (EQ) yaitu

kecerdasan yang di dalamnya terdiri dari lima komponen yaitu kesadaran diri,

manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur sebuah hubungan sosial. Spiritual

quotient (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat

internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada

di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Orang yang mempunyai kecerdasan
spiritual yang baik akan mampu memakai memaknai secara positif pada setiap

peristiwa, masalah dan penderitaan yang dialaminya.57

Ketiga jenis kecerdasan di atas, yaitu SQ, IQ dan EQ meskipun memiliki

potensi yang berbeda, namun secara fungsional satu kesatuan yaitu saling melengkapi.

55
Agustian, Rahasia Sukses, h. 88.
56
Agustian, Rahasia Sukses, h. 280.
57
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, (Jogjakarta:
Katahati, 2010), hlm. 38-39.
30

Kombinasi ketiganya secara ilmiah sangat memungkinkan, karena dalam otak

manusia terdapat komponen untuk aspek rasional, emosional dan spiritual. 58 Ary

Ginanjar dalam tulisannya menggambarkan bahwa hubungan IQ, EQ dan SQ bagaikan

segitiga sama kaki, dimana ketiga sudutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya

yang mana dapat dipahami bahwa SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi

yang menghasilkan ketenangan jiwa (jiwa muthma’innah).59


Fungsi SQ adalah mengoptimalkan fungsi IQ dan EQ, bila SQ tidak ada maka

IQ dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan demikian jelaslah bahwa
dalam kehidupan manusia SQ-lah yang mutlak harus dimiliki. Hal ini adalah sebagai

bantahan terhadap pendapat para tokoh yang mengatakan bahwa IQ dan EQ saja yang

memberi makna hidup dan mengarahkan aktifitas manusia. IQ dan EQ ternyata tidak

mampu mencapai kehidupan yang tenang dan abadi, karena setelah keduanya dimiliki

masih terasa kegelisahan jiwa. Fungsi dan peran yang paling dominan dalam setiap

kehidupan adalah kombinasi antara kecerdasan IQ, EQ dan SQ.

58
Abdullah Hadziq, Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multukultural, (ttp: t.p.2012), h. 30.
59
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ, h.
12-13.
BAB III

PENUTUP

Setelah menjelaskan mengenai kecerdasa intelektual, kecerdasan emotional dan

spiritual maka, penulis memberikan kesimpulan dalam makalah ini yaitu:

1. Kecerdasan intelektual (inteligensi) merupakan aspek psikologis yang dapat

mempengaruh kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan pembelajaran.


2. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk memahami,

mengelola, dan mengungkapkan emosi dengan tepat dalam berbagai situasi. EQ


melibatkan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi sendiri,

mengelola emosi secara efektif, serta mengenali dan memahami emosi orang

lain untuk membangun hubungan yang sehat dan produktif.

3. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memahami,

mengembangkan, dan mengintegrasikan dimensi spiritual dalam hidupnya.

Kecerdasan spiritual juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mencari makna dan tujuan hidup, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan,
alam semesta, dan manusia lainnya.

4. Hubungan IQ, EQ dan SQ bagaikan segitiga sama kaki, dimana ketiga sudutnya

tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang mana dapat dipahami bahwa SQ

merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara

efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang menghasilkan

ketenangan jiwa (jiwa muthma’innah)

31
32

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power.Jakarta: Arga,
Auliya, M. Yaniyullah Delta. Melejitkan Kecerdasan Hati & Otak Menurut
Petunjuk al-Quran & Neurologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Azzet, Akhmad Muhaimin. Mengembangkan Keceerdasan Spiritual Bagi Anak.
Yogyakarta: Katahati, 2010.
Djaali, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Indayati, Retno. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Tulungagung: IAIN
Tulungagung Press, 2014.
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru) Jakarta: Gaung Persada
(GP) Press, 2009.
Jaya, Yahya. Spiritualisasi Islam: dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental. Jakarta: Ruhama, 1994.
Loekmono, Lobby. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: Gunung Mulia, 1994.
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Populer
Obor, 2003.
Musthofa, Yasin. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam Yogyakarta:
Sketsa, 2007.
Najati, M. Usman. al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, Terj. Irfan Sahir, Belajar
EQ dan SQ dari Sunah Nabi. Jakarta: Hikmah, 2002.
Najati, M. Usman. Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi. Bandung: Hikmah, 2002.
Nasution, S. Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta:
Ar- Ruzz Media. 2013.
Rahman, Masykur Alif. Rahasia Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib Si Super Genius,
Yogyakarta: Diva Press, 2014.
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar Jakarta: Grafindo Persada, 2006.
33

Tasmara, Toto. Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi. Jakarta: Gema


Insan Press, 2001.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Zohar, Danah dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam
Berpikir Integralistik dan Holistic Untuk Memaknai Kehidupan, Terj.
Rahmani Astuti, dkk, Bandung: Mizan, 2002.

Sumber Internet
Meyanlina, Pengantar Psikologi, http://www.kompasiana.com, Dikases 09 Mei 2023
http://rasniardhi.blogspot.com/2007/12/mengembangkan-kecerdasanspiritual-anak.
html, Diakses 05 Mei 2023.

Anda mungkin juga menyukai