Oleh:
MIRWAN
NIM: 80100322231
PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
potensi fitrah yang tidak dimiliki mahluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan
agar manusia dapat mengemban dua tugas utama yaitu sebagai khalifatullah di muka
bumi dan juga hamba Allah untuk beribadah kepada-Nya. Manusia dengan berbagai
potensi tersebut memerlukan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan
diembannya dapat terwujud.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, karena selain anugerah
bentuk yang paling bagus juga dilengkapi dengan akal pikiran. Dengan potensi yang
zaman dan lingkungan yang positif sehingga terbentuk kepribadian yang utuh dan
sempurna. Potensi Diri sebenarnya lebih populer dalam Psikologi Pendidikan yaitu
Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) yang diperkenalkan oleh Howard
Gardner.
masalah dan membuat keputusan yang tepat. Kecerdasan juga dapat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk belajar, memahami, dan mengekspresikan diri dengan baik
1
2
Howard Gardner dalam teori kecerdasan majemuk, yaitu bahwa kecerdasan terdiri dari
musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Ada juga definisi dari David
Wechsler, yang mengembangkan tes kecerdasan yang digunakan secara luas, bahwa
pandang dan konteks yang digunakan, dan dapat didefinisikan dengan cara yang
berbeda oleh para ahli dan pakar.
diberikan oleh Allah kepada manusia untuk berpikir, memahami, dan memecahkan
Allah yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan diri sendiri,
sehingga kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat dan
agama.
Selain itu, dalam Islam juga terdapat pengakuan terhadap berbagai jenis
ini dianggap sebagai anugerah dari Allah yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk
Dalam Islam, kecerdasan juga tidak hanya dilihat dari segi kognitif saja, tetapi
manusia dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi masyarakat dan
agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
Otak manusia memiliki lapisan terluar yang disebut neo-cortex. Otak neo-
IQ (kecerdasan intelektual).1
Secara garis besar kecerdasan intelektual adalah kemampuan potensial
Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Secara
melalui tes atau ujian daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan
1
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Jakarta: Arga)
2
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan Spiritual Bagi Anak, (Yogyakarta:
Katahati, 2010), h. 30.
3
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.
4
5
menghitung, dan mudah atau tidaknya dalam menganalisis data. Dengan ujian maka
dengan besaran maksimum 20%, bahkan hanya 6% menurut Steven J.Stein, Ph.D. dan
Howard E. Book, M.D.4 Kecerdasan intelektual (IQ) tidak dapat dijadikan ukuran
yang memiliki IQ biasa namun dia menjadi seseorang yang sukses, begitu juga
sebaliknya banyak orang yang memilki IQ tinggi namun kalah dalam persaingan
pekerjaan.
Kecerdasan intelektual muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat, sejak anak di dalam kandungan (masa pranata) sampai tumbuh menjadi
dewasa. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan satu triliun sel
neuron yang terdiri dari seratus miliar sel aktif dan sembilan ratus miliar sel pendukung
aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam
perolehan pembelajaran.
Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman mengenai pentingnya kecerdasan
4
Agustian, Rahasia Sukses, h. 61.
5
Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 15.
6
a. Kemampuan spasial
b. Kecepatan perseptual
c. Penalaran numeric
d. Makna verbal
e. Kelancaran kata
f. Ingatan
g. Penalaran induktif.9
Pada dasaranya setiap manusia merupakan makhluk yang diberi akal lebih
tinggi di banding makhluk yang lain. Akal tersebut dapat membentuk sebuah
kecerdasan yang biasa disebut dengan kecerdasan intelektual, beberapa fungsi adanya
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 455.
7
Inteligensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena
a. Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
b. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan
dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
e. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
Dapat disimpulkan bahwa kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain.
Sehingga untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman
kepada salah satu faktor tersebut atau salah satu faktor saja.
7
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada (GP)
Press, 2009), h. 34.
8
menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri
EQ merupakan bagian yang lebih dalam dari otak neo-cortex yakni terdapat
pada lapisan lymbic system (lapisan tengah). Pada otak tengah ini terletak pengendali
kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan soial. EQ
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk
berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati), untuk memelihara
8
Agustian, Rahasia Sukses, h. 62.
9
Kementeri Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 370.
Retno Indayati, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Tulungagung: IAIN Tulungagung
10
mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering
dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional.17 Seseorang yang mampu
mengenali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan
mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara
mantap. Misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan, seperti
kembali dari tekanan emosi.13 Mungkin dapat diibaratkan sebagai seorang pilot
pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu kota tujuan dan kemudian
11
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Grafindo Persada, 2006), h. 91.
12
Meyanlina, Pengantar Psikologi, http://www.kompasiana.com, dikases 09 Mei 2023.
13
M. Usman Najati, al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, Terj. Irfan Sahir, Belajar EQ dan
SQ dari Sunah Nabi, (Jakarta: Hikmah, 2002), h. 166.
10
kemarahan itu, tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat
semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Hasil yang baik dapat tercapai jika diikuti dengan motivasi yang kuat dari dalam diri.14
Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan optimisme yang tinggi, sehingga
seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.
Misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain dan sebagainya.
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain
dengan kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga
Anak-anak yang memiliki kemampuan ini, yaitu sering pula disebut sebagai
kemampuan berempati. Empati ialah bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan
respon emosional yang sama dengan orang tersebut.15 Adapun contoh bersikap empati
seperti mampu menangkap pesan nonverbal dari orang lain seperti nada bicara, gerak-
mengelola emosi orang lain, sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan
14
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 73.
15
Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta: Gunung Mulia, 1994), h. 62.
11
membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas.16 Anak-anak dengan kemampuan ini
cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul dan menjadi lebih populer.
cemerlang prestasi akademiknya, namun bila tidak dapat mengelola emosinya maka
menjadi mudah marah, mudah putus asa atau angkuh dan sombong sehingga maka
prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Selain itu kecerdasan
emosi berkaitan dengan pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan menghadapi
lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara cepat agar lebih berhasil dalam mengatasi
tuntutan lingkungan. Selain indikasi di atas, Yasin menyebutkan bahwa kecerdasan
a. Kendali diri
b. Empati
Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan
c. Pengaturan diri
kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
16
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 32.
17
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 42.
12
d. Motivasi
menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif
dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
e. Keterampilan sosial
dengan orang lain dan cermat membaca situasi serta jaringan sosial.18
3. Fungsi Kecerdasan Emosional
lain:
a. Dengan adanya kecerdasan emosi, manusia bisa merasakan hal-hal yang bersifat
manusiawi.
diri dari suasana hati yang tidak mengenakkan seperti marah, khawatir dan
kesedihan.
c. Orang yang memiliki kecerdasan emosi akan lebih memiliki harapan yang lebih
tinggi karena ia tidak terjebak di dalam kecemasan dan depresi. Dengan harapan
d. Dengan kecerdasan emosi orang akan memiliki sikap optimisme yang merupakan
18
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sketsa, 2007),
h. 42-47
13
menghadapi kesulitan dan kegagalan karena dia melihat kesulitan sebagai sesuatu
e. Orang yang mampu mengenali emosi diri dan mengelolanya akan dapat
mengendalikan diri.
satu faktor yang membentuk karakter seseorang di masa yang mendatang. Adapun
a. Keluarga
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang
b. Lingkungan pendidikan
19
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, h. 48-51
14
anak karena lingkungan pendidikan menjadi rumah asupan kedua bagi anak untuk
c. Masyarakat
dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersosial, seseorang menjalin hubungan yang
luas dengan masyarakat. Apapun yang ada di masyarakat begitu mudah mempengaruhi
perkembangan emosi seseorang seperti masyarakat kota yang terkenal dengan gaya
hidup konsumtif membuat seseorang dapat terpengaruh untuk melakukan hal yang
serupa.20
memungkinkan kita utuh.21 Kecerdasan spiritual berada pada bagian yang paling
dalam dari diri kita, terkait dengan kebijaksanaan yang berada di atas ego. Bisa
dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang memiliki peranan
yang menyangkut fungsi jiwa sebagai peran internal diri yang memiliki kemampuan
20
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 37
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 98.
15
dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan.22 Kecerdasan
ini perttama kali digagas oelh Danah Zohar dan Ian Marshall.
Kecerdasan spiritual bukan saja mengatahui nilai-nilai yang ada tetapi juga
itu kecerdasan spiritual (SQ) tidak bergantung pada budaya atau nilai. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah bahwa kecerdasan spiritual tidak mengikuti nilai-nilai yang
ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
kedamaian hati. Dengan belajar untuk memaknai setiap peristiwa yang terjadi maka
spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi
kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya. Sebagaimana firman
Terjemahnya:
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.23
22
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 31.
23
Kemeterian Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 121.
16
rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemampuan mengkhayati nilai-nilai
dengan hati yang rela dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama.24
Tanggung jawab kepada sang pencipta dapat membantu seseorang untuk terus belajar
dan bekerja keras tanpa rasa jenuh. Allah membimbing siapa saja yang ridla kepada-
Nya melalui jalan-jalan keselamatan dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar
dari kegelapan menuju cahaya.
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menerima dengan hati yang rela
dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh agama. Tanggung jawab kepada
sang pencipta dapat membantu seseorang untuk terus belajar dan bekerja keras tanpa
rasa jenuh.
emosional menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai hidup dan
menjalani hidup penuh berkah.26 Terutama pada masa sekarang, dimana manusia
Menurut Zohar dan Marshall, ada sembilan tanda orang yang memiliki
24
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 35.
25
Agustian, Rahasia Sukses, h.103.
26
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 32.
17
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual ditandai dengan sikap hidup yang
fleksibel atau bisa luwes dalam menghadapi persoalan. Fleksibel berarti memiliki
pengetahuan yang luas dan mencerminkan sikap dari hati yang tidak kaku.
Tidak banyak orang yang bisa menghadapi penderitaan dengan baik. Pada
umumnya manusia mengeluh, kesal, marah atau bahkan putus asa ketika dihadapkan
dengan penderitaan. Akan tetapi orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang
Setiap orang pasti mempunyai rasa takut, entah sedikit atau banyak. Takut
terhadap apa saja, termasuk menghadapi kehidupan. dalam menghadapi rasa rakut ini,
tidak sedikit dari manusia yang dijangkiti oleh rasa khawatir yang berlebihan, bahkan
berkepanjangan. Padahal yang ditakutkan itu belum tentu terjadi. Takut menghadapi
kemiskinan dapat membuat seseorang lupa terhadap hukum dan nilai sehingga orang
tersebut menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Namun tidak demikian
bagi orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi. ia bisa menghadapi dan
mengelola rasa takut itu dengan baik. Dengan sabar, ia akan menghadapi segala sesuatu
18
dan ia selalu ingat bahwa Allah SWT menjadi saksi atas segala yang dilakukan
sehingga ia selalu di jalan yang benar sesuai aturan dan syariat Islam.
berkualitas. Maksudnya adalah seseorang yang memiliki visi dan nilai berarti orang
hal agar keputusan dan langkah yang diambil dapat mendekati keberhasilan.
masalah dengan baik, tidak secara parsial, dan dapat mengambil keputusan dengan
baik pula.
19
belandaskan Islam.27
seseorang untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami
manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang memadai, karena telah menempuh
pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri yang kental dalam diri manusia modern
Wacana di atas sejalan dengan syariat Islam, dimana syariat pertamanya adalah
kualitas iman atau emosional yang baik, sehingga berkah yang diharapkan setiap
manusia dalam hidupnya tidak dapat diperoleh.
Proses pembersihan diri dan upaya untuk menjernihkan hati, dengan tujuan
27
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Keceerdasan, h. 36-37.
28
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), h. 168.
20
sifat-sifat Allah yang agung dan indah memunculkan sifat-sifat yang baik sehingga
sehingga menjadi suatu langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pola
do’a dan dzikir yang digali dari Al-Qur’an dan Hadits. Bilamana setiap manusia bisa
mengendalikan emosinya, maka kehidupan akan menjadi lebih indah.
nilai kebenaran.29
adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.30 Untuk itu setiap manusia
(IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) yang diiringi dengan semangat spiritual (SQ),
sehingga terjadi suatu perpaduan yang dahsyat untuk membangun karakter manusia
Selain itu, menurut Marsha Sinetra, pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual
29
Agustian, Rahasia Sukses, h. 65.
30
Masykur Alif Rahman, Rahasia Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib Si Super Genius, (Yogyakarta:
Diva Press, 2014), h. 132.
21
d. Memiliki pandangan yang luas mengenai dirinya dan orang lain serta lingkungan
sekitarnya.31
seorang anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau mahluk ruhaniyah di sekitarnya
mengalami transendensi fisikal dan material.
semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan
alat-alat indranya.
pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Orang pertama bekerja dengan muka
cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Orang kedua bekerja dengan ceria,
gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan
pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda kerjakan? “orang pertama
menjawab, “Saya sedang menumpuk batu.” Orang kedua berkata, “Saya sedang
31
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Populer Obor,
2003), h. 46.
Rasniardhi,
32
“Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak”.,
http://rasniardhi.blogspot.com/2007/12/mengembangkan-kecerdasanspiritual-anak. html, diakses 5 Mei
2023.
22
masalah. Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup
Contoh: Seorang anak diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup
menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa kalau orang itu
tinggi pada sesama makhluk Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan
terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan.
yaitu:
a. Memiliki Visi
Visi adalah cara seseorang melihat gambar diri di hari esok. Visi tersebut
didasari oleh pengalaman, pengetahuan dan harapan. Visi atau tujuan setiap muslim
yang cerdas secara spiritual, akan menjadikan pertemuan Allah sebagai puncak dari
visi pribadinya yang kemudian dijabarkan dalam bentuk perbuatan baik yang terukur
dan terarah. Hal ini mendorong dirinya untuk menjadikan dunia hanya sebuah
perantauan yang harus kembali pulang ke akhirat dengan membawa bekal serta
33
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, (Jakarta: Gema Insan
Press, 2001), h. 1-38.
34
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 7.
23
dimana saja. Mereka meyakini adanya kamera ilahiah yang terus menyoroti
qalbunya, dan mereka merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya
dzat, sifat dan af’alNya.36Dzikir bagaikan kompas dan seluruh peralatan mesin
kapal bagi nahkoda kapal. Yaitu petunjuk agar misi dan pelayarannya selamat.37
Do’a merupakan dzikir dan ibadah, karena do‟a memiliki keutamaan yang
sama seperti dzikir dan ibadah. Dan di dalam do‟a terdapat kelapangan bagi jiwa
dan penyembuhan kesulitan, duka cita dan gelisah karena orang yang berdo‟a selalu
sehingga membuat diri manusia menjadi makhluk yang kuat dan tidak putus asa dalam
35
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 14.
36
M. Yaniyullah Delta Auliya, Melejitkan Kecerdasan Hati & Otak Menurut Petunjuk al-
Quran & Neurologi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 392.
37
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 18.
38
M. Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, (Bandung: Hikmah, 2002), hlm. 119-
120.
39
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, hlm. 29.
24
sulit dengan sabar dan teguh adalah orang yang berkepribadian kuat yang sehat
penolongmu, Sesungguhnya
Di dalam nilai-nilai sabar, sikap yang paling dominan yaitu, sikap percaya
diri, optimis, mampu menahan beban ujian dan terus berusaha sekuat tenaga.42
kepada kebaikan dan kebenaran. Sabda Rasulullah SAW.: “Jadikanlah hidup hari ini
lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini”. Dan orang-
orang tersebut merasakan kerugian apabila waktunya berlalu begitu saja tanpa ada
2) Memiliki Empati
3) Berjiwa Besar
perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas secara ruhaniah
40
M. Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, h. 138.
41
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 153.
42
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 32.
25
yang dibuat orang pada dirinya. Karena menyadari bahwa sikap pemberian maaf
sebagai bukti kesalehan dan salah satu bentuk tanggung jawab hidup. Karena hal itu
4) Bahagia Melayani
Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang
lingkungannya dengan penuh rasa cinta dan kelembutan. Hal ini merupakan investasi
yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat saja melainkan di dunia
juga.44
antara lain:45
terjadi
b. Dapat mengatasi kesedihan
c. Dapat memaknai setiap masalah yang terjadi sebagai ujian yag diberikan Tuhan
menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang cerdas
dalam kehidupan. Untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita
43
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, 33-37.
44
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 38-39.
45
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcendental Intelegensi, h. 44-45.
26
kepada Allah yaitu dengan cara meningkatkan taqwa dan menyempurnakan tawakal
antara lain:
a. Pembinaan dan pendidikan akhlak. Spiritual adalah salah satu metode pendidikan
b. Kecerdasan spiritual untuk mendidik hati dan budi pekerti. Pendidikan sejati adalah
bahagia menjadi tujuan hidup kita semua, hampir tanpa kecuali. Maka dengan itu
ada tiga kunci SQ dalam meraih kebahagiaan hidup yaitu: cinta yang dicurahkan
kepada Allah, berdoa serta berbuat kebajikan dan berbudi pekerti luhur.49
46
Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam: dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan
Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), hlm. 67.
47
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002) hlm. 28.
48
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, h. 103.
49
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, h. 112-122.
27
sifat-sifat Ilahiah dan menuju kesabaran atau tetap mengikuti suara hati untuk
pemahaman.51
efektif.52
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual bisa
sendiri
seseorang.
50
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ,
159-167.
51
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir
Integralistik dan Holistic Untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan,
2002), h. 5.
52
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
h. 13.
53
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
h. 46-47
28
didapatkan di dalam sumber ajaran Islam yang utama dan pertama, Al-Qur’an dan
didukung oleh Hadits. Di dalam Al-Qur’an telah dibicarakan berbagai emosi yang
kepada makhluk-Nya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaannya bagi
keberlangsungan hidup.54
satu ranah kecerdasan saja melainkan ketiga aspek mulai dari kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual harus dikembangkan ssecara bersama agar mencapai hasil
54 44
Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam..., hal. 105
Syah, Psikologi Belajar, h. 86
29
yang begitu penting dalam kehidupan seseorang.55 Hal ini dapat menuntut manusia
memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Dalam Islam sendiri
diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. Emotional quotient (EQ) yaitu
kecerdasan yang di dalamnya terdiri dari lima komponen yaitu kesadaran diri,
manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur sebuah hubungan sosial. Spiritual
quotient (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada
di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Orang yang mempunyai kecerdasan
spiritual yang baik akan mampu memakai memaknai secara positif pada setiap
potensi yang berbeda, namun secara fungsional satu kesatuan yaitu saling melengkapi.
55
Agustian, Rahasia Sukses, h. 88.
56
Agustian, Rahasia Sukses, h. 280.
57
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, (Jogjakarta:
Katahati, 2010), hlm. 38-39.
30
manusia terdapat komponen untuk aspek rasional, emosional dan spiritual. 58 Ary
segitiga sama kaki, dimana ketiga sudutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya
yang mana dapat dipahami bahwa SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk
IQ dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan demikian jelaslah bahwa
dalam kehidupan manusia SQ-lah yang mutlak harus dimiliki. Hal ini adalah sebagai
bantahan terhadap pendapat para tokoh yang mengatakan bahwa IQ dan EQ saja yang
memberi makna hidup dan mengarahkan aktifitas manusia. IQ dan EQ ternyata tidak
mampu mencapai kehidupan yang tenang dan abadi, karena setelah keduanya dimiliki
masih terasa kegelisahan jiwa. Fungsi dan peran yang paling dominan dalam setiap
58
Abdullah Hadziq, Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multukultural, (ttp: t.p.2012), h. 30.
59
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ, h.
12-13.
BAB III
PENUTUP
mengelola emosi secara efektif, serta mengenali dan memahami emosi orang
mencari makna dan tujuan hidup, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan,
alam semesta, dan manusia lainnya.
4. Hubungan IQ, EQ dan SQ bagaikan segitiga sama kaki, dimana ketiga sudutnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang mana dapat dipahami bahwa SQ
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power.Jakarta: Arga,
Auliya, M. Yaniyullah Delta. Melejitkan Kecerdasan Hati & Otak Menurut
Petunjuk al-Quran & Neurologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Azzet, Akhmad Muhaimin. Mengembangkan Keceerdasan Spiritual Bagi Anak.
Yogyakarta: Katahati, 2010.
Djaali, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Indayati, Retno. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Tulungagung: IAIN
Tulungagung Press, 2014.
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru) Jakarta: Gaung Persada
(GP) Press, 2009.
Jaya, Yahya. Spiritualisasi Islam: dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental. Jakarta: Ruhama, 1994.
Loekmono, Lobby. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: Gunung Mulia, 1994.
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Populer
Obor, 2003.
Musthofa, Yasin. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam Yogyakarta:
Sketsa, 2007.
Najati, M. Usman. al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, Terj. Irfan Sahir, Belajar
EQ dan SQ dari Sunah Nabi. Jakarta: Hikmah, 2002.
Najati, M. Usman. Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi. Bandung: Hikmah, 2002.
Nasution, S. Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta:
Ar- Ruzz Media. 2013.
Rahman, Masykur Alif. Rahasia Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib Si Super Genius,
Yogyakarta: Diva Press, 2014.
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar Jakarta: Grafindo Persada, 2006.
33
Sumber Internet
Meyanlina, Pengantar Psikologi, http://www.kompasiana.com, Dikases 09 Mei 2023
http://rasniardhi.blogspot.com/2007/12/mengembangkan-kecerdasanspiritual-anak.
html, Diakses 05 Mei 2023.