Anda di halaman 1dari 19

MULTIPLE INTELEGENSI

MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan Islam Semester 2 Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Tahun Akademik 2019/2020

Oleh:

SYAHRUNI
Nim. 80200219033

IKA FITRIANI
Nim. 80200219041

Dosen Pemandu:

Dr. Saprin, M.Pd.I.

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah swt. karena kehendak dan ridhaNya, yang
telah memberikan rahmat berupa kemampuan berpikir untuk manusia sehingga,
manusia mampu membedakan yang batil dan yang hak. Dan berkat rahmat itu
pula sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan lancar.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan nabi
Muhammad saw. yang telah memberikan pedoman hidup, yakni al-Qur’an dan
Sunnah untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Multiple

Itelegensi”. Makalah ini merupakan tugas yang terstruktur dari mata kuliah

Psikologi Pendidikan Islam, Penulis mengucapkan banyak terimah kasih

kepada beliau yang bersedia mengarahkan jalannya mata kuliah ini sampai

akhir nantinya.

Dalam makalah ini sekiranya masih banyak kesalahan dan kekurangan,


hal itu dikarenakan penulis masih dalam proses belajar. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.

Gowa, 27 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah terbesar dari Allah SWT kepada

manusia dan menjadikannya sebagai salah satu pembeda manusia dibandingkan

dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus

mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,

melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Selain manusia,

sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang

sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan

hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah).

David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu

kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi

dengan lingkungan secara efektif.1Menurut beberapa teori, kecerdasan atau

intelegensi terkait dengan cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang

cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan cerdas

ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat.

Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena

dianggaplebih melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak.Konsep MI

menjadikan pendidik lebiharif melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa

lebih diterima dan dilayani.Konsep ini“menghapus” mitos anak cerdas dan tidak

cerdas, karena menurut konsep ini, semua anakhakikatnya cerdas.Hanya saja

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Rosda
Karya, 2005), 93.
konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru. Kecerdasan intelektual

tidak hanya mencakup dua para meter tersebut di atas, tetapi juga harus dilihat

dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan

naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan

kecerdasan jamak (Multiple Intelligences).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi multiple intelegensi?

2. Bagaimana aspek multiple intelegensi?

3. Bagaimana cara mengembangkan multiple intelegensi?

4. Bagaimana pembelajaran yang berbasis multiple intelegensi?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi multiple intelegensi.

2. Dapat mengetahui aspek multiple intelegensi?

3. Dapat mengembangkan multiple intelegensi?

4. Dapat mengetahui pembelajaran yang berbasis multiple intelegensi?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Multiple Intelegensi

Teori multiple inteligensi atau kecerdasan majemuk ditemukan dan

dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan

professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard Univercity,

Amerika Serikat. Gardner juga mendefinisikan bahwa inteligensi itu merupakan

kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu

setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.

Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu

kecerdasan yang memiliki arti “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”.

MI adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Dr. Howard Garner,

seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang

menarik pada teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan

Redefenisi Kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori

kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih

banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes

psikologis, kemudian hasil tes diubah menjadi angka standar kecrdasan. Daniel

Muijs dan David Reynoalds dalam bukunya yang bejudul Effective Teaching

mengatakan bahwa gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang

sejak 1905 banyak digunakan oleh psikolog di seluruh dunia.2

2
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2013), 132.
Multiple intelligences merupakan sebuah penilaian yang melihat secara

deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan

masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat

bagaimana pikiran manusia mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda kongkret

maupun hal-hal yang absrtak.

Dalam buku Freme of Mind, gardner mengatakan bahwa ”intelligence is the

ability to find and solve problems and create products of value in one’s own

culture”. Menurut gardner; kecerdasan seseorang tiba-tiba tidak diukur dari hasil

tes psikologis standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua

hal. Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem

solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk yang mempunyai nilai

budaya (creatvity).

Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya

kecerdasan verbal atau kecerdasan logika. Gardner dengan cerdas memberi label

”multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna kecerdasan. Gardner selalu

memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan MI seseorang, yaitu komponen inti,

kompetensi dan kondisi akhir terbaik. Ternyata tiga hal tersebut sangat berkaitan

dengan dunia pendidikan. Setiap area otak yang disebut lobus of brain ternyata

punya komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari area otak

apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan

inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Dan apabila kompetensi tersebut

diasah terus menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan

muncul kondisi akhir terbaik seseorang. Kondisi akhir terbaik inilah yag disebut
kebanyakan orang ”profesi”. Namun, jika stimulus yang diberikan tidak tepat,

kompeteni tersebut tidak akan muncul menonjol atau hanya biasa-biasa saja.3

Berdasarkan pengertian dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah

kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup

yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan

seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang

bermacam-macam. Gardner menekankan pada kemampuan memecahkan

persoalan yang nyata, karena seseorang memiliki kemampuan inteligensi yang

tinggi bila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya

dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan

kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi

inteligensinya.4

kecerdasan bukan kemampuan seseorang dalam menjawab tes IQ dalam

kamar tertutup, melainkan kecerdasan itu dapat dilihat dari bagaimana

kemampuan seseorang untuk memecahan persoalan-persoalan nyata dalam situasi

yang bermacam-macam dalam kehidupan ini Kecerdasan telah ada dan mengakar

dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas

manusia. Pada anak usia 0-3 tahun terjadi proses pertumbuhan sel-sel saraf serta

pembentukan koneksi (hubungan antara sel-sel saraf). Setelah berumur 4-5 tahun,

pertumbuhan otak akan mencapai 80%. Pengaruh pada perkembangan neuron

dalam SSP (sistem saraf pusat) akan meningkatkan kemampuan daya pikir yang
3
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia, (Bandung: Kaifa, 2013), 76
4
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007), 145.
lebih kompleks. Penyerapan informasi dari luar diri semakin banyak. Selanjutnya

ketika anak usia anak mencapai 6 tahun lebih terjadi perluasan ruang gerak serta

hubungan sosial yang lebih rumit. Kondisi ruang gerak dan peluasan lingkungan

memberi informasi yang semakin banyak dan berubah-ubah. Inilah masa-masa

ideal untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari struktur otak yang telah

terbentuk.5

Intelegensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya

banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi

seseorang tetap mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah

secara signifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila

menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan

masalah dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.Hal ini memicu upaya

keras dari Howard Gardner untuk melakukan penelitian dengan melibatkan para

ahli dari berbagai disiplin ilmu yang pada akhirnya melahirkan teori multiple

intelligences (kecerdasan jamak).6

Teori multiple intelligence adalah validasi tertinggi, gagasan bahwa

perbedaan individu adalah penting adalah penting. Pemakaiannya dalam

pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan

terhadap setiap atau berbagi cara siswa belajar, disamping pengenalan,

pengakuan, penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing

pembelajar. Teori multiple intelligence bukan hanya mengakui perbedaan

individual ini untuk tujuan-tujuan praktis seperti pengajaran dan penilaian, tetapi
5
Sutan Surya, Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini, (Yogyakarta : Andi, 2007), 1.
6
Susan Baum, dkk., Multiple Intelligences in the Elementary Classroom, (New York:
Teachers College Press, 2005 ), 10.
juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan

menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju suatu

titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.7

B. Aspek Multiple Intelegensi

Menurut sterbeg gainer (1996) mengatakan aspek - aspek inteligensi yaitu

sebagai berikut :

1. Kecerdasan verbal – linguistic

Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita

atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan

linguistik yang menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak

untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan

proses berpikirnya.8

2. Kecerdasan logika – mathematic

Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggi

memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi.

Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.

Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu

mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung.9

3. Kecerdesan spasial - visual

Kecerdasan spasial menurut Gardner adalah kemampuan untuk

memberikan gambar-gambar dan kemampuan dalam


7
Julia Jasmine, Profesional’s Guide : Teaching with Multiple Intelligences. Terjemahan
Purwanto, (Bandung: Nunsa Cendekia, 2016) 5-7.
8
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara: Menerapkan dan Meningkatkan Kecerdasan
Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligences, (Bandung: Kaifa, 2002), 9.
9
Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek, (Batam: Interaksara,
2003), 41
mentransformasikan dunia visual spasial, termasuk kemampuan

menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis,

berpikir tiga dimensi, serta menciptakan ulang dunia visual.10

4. Kecerdasan kinestetis jasmani

Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata,

senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada

gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.

Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

orang yang memiliki kecerdasan ini akan dengan mudah dapat

mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka

pikirkan dan rasakan, akan dengan mudah diekspresikan dengan gerak

tubuh atau ekspresi tubuh. Mereka juga dapat dengan mudah

memainkan mimik, drama, dan peran. Biasanya diiringi oleh

keterampilan dalam koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan,

kelenturan, dan kecepatan, maka gerakan-gerkan yang mereka

perlihatkan akan terlihat seimbang, luwes, dan cekatan.11

5. Kecerdesan musikal

Kecerdasan musik menurut Gardner adalah kemampuan untuk

mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk

musik dan suara.12Kecerdasan musik juga meliputi kemampuan untuk

mengamati, membedakan, mengarang, dan membentuk bentuk-bentuk

10
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Kritik MI, EI, SQ, AQ, dan Succesful
Intelligence Atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), 145-146.
11
Takdirotun Musyfiroh, Cerdas Melalui Bermain: Cara Mengasah Multiple Intelligences
Anak Sejak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2008), 51-52.
12
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2007)h 36
musik, kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang

didengar. Oleh karena itu, sistem simbol yang digunakan untuk

menyandikan kecerdasan ini adalah sistem notasi musik dan kode

morse.13

6. Kecerdasan intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan

pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara

adaptif berdasar pengenalan diri tersebut. Termasuk dalam kecerdasan

ini adalah kemampuan berefleksi dan berkeseimbangan diri, memiliki

kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, mempunyai kemapuan

untuk mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidupnya, bisa

mengatur perasaan serta emosi dirinya sendiri.14

7. Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal menurut Gardner adalah kemampuan untuk

mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan

temperamen orang lain, kepekaan akan ekspresi wajah, suara, serta

isyarat orang lain. Kecerdasan ini menyangkut kemampuan untuk

memberikan tanggapan secara layak terhadap kondisi orang lain. Jadi

secara umum, kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai

orang. Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh para komunikator,

13
Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Inteligence-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) h 11
14
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h 41
fasilitator, dan penggerak massa. Kecerdasan ini biasanya dimiliki

oleh orang-orang ekstrovert.15

8. Kecerdasan naturalis

Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki

ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang,

di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita

yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan

hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.16

9. Inteligensi eksistensial(existentialintelligence)

Yaitu kemampuan yang berkaitan dengankepekaan dan

kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam

keberadaan atau eksistensi manusia. 17

C. Mengembangkan Multiple Intelegensi

Gardner telah mnegajukan teori kecerdasan majemuk, teori kecerdasan yang

sama sekali berbeda dengan teori kecerdasan tunggal (IQ). Melalui teori yang

diajukan Gardner tersebut dapat diketahui bahwa setiap pembelajaran memiliki

cara berangkat yang unik untuk menserap pengetahuan.

Secara umum, Gardner memberikan syarat kemampuan yang dapat

dipertimbangkan sebagai inteligensi yaitu bersifat universal, kemampuan dasarnya

adalah unsur biologis dan haruslah memenuhi delapan kriteria. Teori kecerdasan

ganda, dikembangkan Gardner berdasarkan pandangannya bahwa kecerdasan


15
Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung:
Nuansa, 2007), 27.
16
Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar dengan
Memanfaatkan Multiple Inteligence-nya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 36-37.
17
Nida’ul Munafiah strategi pembelajaran anak usia dini berbasis multiple inteligences,
( jawa tengah.penerbit mangku bumi 2018 ).
pada saat sebelumnya hanya dilihat dari segi linguistik dan logika, padahal ada

berbagai kecerdasan dan orang-orang dengan tipe kecerdasan lain yang tidak

diperhatikan. Kecerdasan jamak adalah sebuah penilaian yang dilihat secara

deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan

masalah dan menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini merupakan suatu alat yang

digunakan untuk melihat pikiran manusia mengoperasikan lingkungannya, baik

yang berhubungan dengan benda-benda konkret maupun abstrak.18

Di awal penelitiannya, ia mengumpulkan banyak sekali kemampuan manusia

yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang inteligensi. Setelah

kemampuan itu dianalisis secara teliti, akhirnya ia menyusun daftar tujuh

inteligensi yang dimiliki manusia dalam buku fenomenalnya, Frames of Mind

( 1993 ), yakni inteligensi linguistik, inteligensi logis matematis, inteligensi

spasial, inteligensi musikal, inteligensi kinestik, inteligensi interpersonal, dan

inteligensi intrapersonal. Pada bukunya Intelligence Reframed ( 2000 ), ia

menambahkan adanya dua inteligensi baru, yakni inteligensi naturalis dan

inteligensi eksistensial.19

D. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegensi

Pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan pada kemampuan logika

(matematika) dan bahasa yang disampaikan dalam bentuk ceramah mungkin

membosankan siswa. Teori Multiple Intelligences menyarankan beberapa cara

18
Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek, (Batam: Interaksara,
2003), 123.
19
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2007),
19.
yang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajar

yang lebih efektif.

Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang dapat digunakan oleh guru

sebagai berikut:

- Kata-kata (Linguistic Intelligence)


- Angka atau logika (Logical -Mathematical Intelligence)
- Gambar (Visual -Spatial Intelligence)
- Musik (Musical Intelligence)
- Pengalaman fisik (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
- Pengalaman sosial (Interpersonal Intelligence)
- Refleksi diri (Intrapersonal Intelligence)
- Pengalaman di lapangan (Naturalist Intelligence)
- Peristiwa (Existence Intelligence)
Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke sembilan

kecerdasan secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan konteks

pembelajaran itu sendiri.

Sebenarnya dalam melaksanakan proses belajar yang menggunakan kerangka

Multiple Intelligences tidaklah sesulit yang dibayangkan. Yang dibutuhkan

hanyalah kreativitas dan kepekaan guru. Artinya setiap guru harus bisa berpikir

secara terbuka yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional, mau menerima

perubahan, serta harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap hal yang bisa

digunakan di lingkungan sekitar dalam menunjang proses belajar.

Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode

pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang

canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklah

demikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses


pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan

menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar

kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk

mengembangkan Visual-Soatial Intelligence, role play untuk mengembangkan

Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk

mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri

untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain.

Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang hanya

menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusia cenderung

tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan Manusia

cenderung akan tetap mempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil

risiko, karena untuk berubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari

perubahan itu sendiri yang seringkali ‘menakutkan’.

Penerapan multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak

harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple

Intelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran

dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini

didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di

lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.

Kenyataan, saat ini adalah kurangnya guru-guru yang memiliki inisiatif untuk

mencoba keluar dari pola pengajaran tradisional, meskipun dari pihak atasan

menfasilitasi dan mengadakan pembinaan bagi setiap guru agar dapat


mengembangkan diri agar dapat menyampaikan materi pelajaran seefektif

mungkin.

Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab guru

dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan. Kita harus

bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki andil dalam

menentukan cara belajar anaknya. Masih banyak orang tua yang memiliki pola

pikir tradisional dalam memandang kemampuan yang harus dicapai oleh anaknya.

Mereka masih memandang anaknya bodoh, jika anaknya tidak pandai dalam

matematika atau bahasa. Pola pikir orang tua seperti itu harus diubah. Pihak

sekolah hendaknya mengadakan seminar bagi orang tua. Seminar itu menjelaskan

bahwa kecerdasan anak bukan hanya dipandang dari kemampuan matematika dan

bahasa, melainkan masih banyak kemampuan lainnya yang dapat dikembangkan

sesuai dengan keunikan anak. Jika pandangan baru ini diberikan kepada orang tua,

diharapkan setiap orang tua dapat mendukung pihak sekolah untuk

mengembangkan Multiple Intelligences. Salah satu bentuk peran serta orang tua

dalam pengembangan Multiple Intelligences adalah dengan tidak memaksakan

anak untuk hanya menguasai kemampuan matematika dan bahasa, tetapi mereka

pun dapat membimbing dan mengarahkan anaknya sesuai dengan keunikannya

masing-masing.

Selain mengadakan seminar, kerja sama pihak sekolah dengan orang tua

dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran Wali Kelas dan guru Bimbingan

Konseling dengan cara melakukan pertemuan berkala dengan pihak orang tua.
Kerja sama ini dilaksanakan dalam upaya untuk memantau setiap perkembangan

anak dan mengamati keunikan setiap anak, sehingga pendidikan bisa diberikan

sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Multiple intelligence adalah Multiple intelligences merupakan sebuah

penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan

kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.

Pendekatan ini merupakan alat untuk melihat bagaimana pikiran manusia

mengoperasikan dunia, baik itu benda-benda kongkret maupun hal-hal

yang absrtak.

2. Aspek multiple inteligensi yaitu Logical – Mathematical Intelligence


(Number / Reasoning Smart), Visual – Spatial Intelligence (Picture
Smart), Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart), Musical
Intelligence (Music Smart), Interpersonal Intelligence (People Smart),
Intra personal Intelligence (Self Smart), Naturalist Intelligence (Nature
Smart), E xistence Intelligence.

3. Perkembangan multiple intelegensi biasanya dikembangkan pada periode

awal masa anak-anak karena pada masa ini anak-anak belajar untuk

mengembangkan keterampilannya. Teori kecerdasan saran kepada kita

untuk menyebarluaskan kemampuan atau kelebihan dan mengubur

kelemahan kita.

4. Upaya menerapkan Mulitiple Intelligences bukan hanya tanggung jawab


guru dan kepala sekolah saja, tetapi pihak orang tua pun perlu dilibatkan.
Kita harus bersinergi dengan pihak orang tua. Orang tua pun memiliki
andil dalam menentukan cara belajar anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, T. 2002. Sekolah Para Juara: Menciptakan Multiple Intelegeces di


Dunia Pendidikan. Bandung.
Amstrong.Thomas. 2005 Setiap Anak Cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar
dengan Memanfaatkan Multiple Inteligence-nya, Jakarta.

Baharudin. 2007, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jogjakarta

Baum.Susan.2005.Multiple Intelligences in the Elementary Classroom, New York

Chatib.Munif,2013 Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences


di Indonesia, Bandung

Efendi.Agus.2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21, Kritik MI, EI, SQ, AQ, dan Succesful
Intelligence Atas IQ, Bandung

Fandy’s. 2010. Teori Multiple Intelegency Howard Gardner.

Gardner.Howard.2003. Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek, Batam.

Jasimine.Julia.2007 Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences,


Bandung.

Munafiah. Nida’ul.2018 strategi pembelajaran anak usia dini berbasis multiple


inteligences, jawa tengah.

Musyfiroh.Takdirotun,2008 Cerdas Melalui Bermain: Cara Mengasah Multiple


Intelligences Anak Sejak Usia Dini, Jakarta.

Sukmadinata.Syaodih.2005.Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung

Suparno. Paul, 2007. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta

Surya.Sutan .2007. Melejitkan Multiple Intelligence Sejak Dini, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai