Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan momentum bagi calon peneliti untuk

mendemonstrasikan hasil bacaannya yang ekstensif terhadap literatur-literatur

yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan diteliti. 1 Melalui kajian pustaka,

peneliti akan mampu mengidentifikasi kemungkinan signifikansi dan konstribusi

akademik dari penelitiannya pada waktu dan tempat tertentu.

Pendapat lain mengemukakan bahwa kajian pustaka adalah uraian

sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.2 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penelitian

yang akan dilakukan belum memperoleh hasil yang memuaskan dari penelitian-

penelitian yang pernah dilakukan peneliti terdahulu sehingga diperlukan

penelitian lanjutan. Penyebab dari kurang memuaskannya sebuah hasil penelitian

adalah biasanya dari teori atau metode yang digunakan atau data serta sumber data

yang kurang representatif.

Tinjauan pustaka atau disebut dengan nama lain kajian pustaka

adalah daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal papers,

artikel, disertasi, tesis, skripsi, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang

dikutip di dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian

pustaka harus dirujuk di dalam skripsi. Referensi ditulis urut menurut abjad huruf

1Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Laporan Penelitian (Cet. II; Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2016), h. 13.

2Mahsun, Metode Penelitian Bahasa (Cet V; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.
32.

3
4

awal dari nama akhir/keluarga penulis pertama dan tahun penerbitan (yang terbaru

ditulis lebih dahulu).

            Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian

penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper dalam

Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni:

menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat

dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan

literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian

sebelumnya.3

Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk menentukan apa yang telah

dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.

Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang

lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk

menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Dengan

mengkaji penelitian sebelumnya, dapat memberikan alasan untuk hipotesis

penelitian, sekaligus menjadi indikasi pembenaran pentingnya penelitian yang

akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson mengemukakan bahwa kajian pustaka

dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan konsep dan teori

yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.

Dalam Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan

konsep-konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang

hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat

bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah

kumpulan pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai

3 Creswell John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods


Approaches, terj. Achmad Fawaid (Yogyakarta: 2010), h. 40.
5

literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan

sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian.

Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-

konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang

diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari

gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan

pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau

pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi

atau landasan teoritis dalam penelitian.

Kajian pustaka menjelaskan laporan tentang apa yang telah ditemukan

oleh peneliti lain atau membahas masalah penelitian. Kajian penting yang

berkaitan dengan masalah biasanya dibahas sebagai subtopik yang lebih rinci agar

lebih mudah dibaca. Bagian yang kurang penting biasanya dibahas secara singkat.

Bila ada beberapa hasil penelitian yang mirip dengan masalah penelitian, maka

dapat dituliskan.

            Dari beberapa pengertian mengenai tinjauan pustaka diatas. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa tinjauan pustaka adalah bagian awal yang sangat penting untuk

dilakukan oleh seorang peneliti sebelum mulai melakukan penelitiannya. Kajian

atau tinjauan pustaka akan sangat menolong peneliti dalam menentukan hipotesis

dari apa yang akan diteliti berikut juga agar meyakinkan pembaca bahwa

penelitian yang ia lakukan belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga secara

tidak langsung tinjauan pustaka dapat menjadi sebuah acuan agar tidak ada

plagiasi dalam sebuah proses penelitian.

2. Fungsi Kajian Pustaka

Fokus penelitian yang sedang dikerjakan perlu diulas melalui kajian

pustaka yang dihasilkan. Kajian pustaka ini dapat berupa buku-buku teks, laporan
6

hasil penelitian, makalah, risalah, dan karya-karya ilmiah seperti skripsi, tesis dan

disertasi. Dalam Kajian pustaka, peneliti membuat deskripsi secara sistematis

tentang hasil penelitian sebelumnya, yang sejalan dengan topik penelitian yang

sedang dilakukannya. Dengan kata lain, topic penelitian dibandingkan dengan

kajian-kajian yang sama dengan hasil penelitian terdahulu.

Kesuma, salah seorang ahli metodologi penelitian menyebutkan bahwa

terdapat tiga fungsi dari kajian pustaka, yaitu:4

1. Untuk memastikan pernahnya masalah yang lagi diteliti dilakukan oleh

peneliti lain.

2.  Apakah masalah yang diteliti dikaji secara komprehensif, lengkap dan

hasilnya memuaskan atau tidak.

3. Mengungkapkan kekhasan atau perbedaan masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian ini, penulis berpandangan bahwa kajian pustaka sangat

bermanfaat untuk memetakan posisi penilaian yang sedang dilakukan.

Sejalan dengan fungsi ini, kajian pustaka bermanfaat untuk: (a)

memperdalam pengetahuan ihwal masalah yang diteliti sehingga menguasainya.

(b) menegaskan karangka teoritis yang dijadikan landasan atau karangka berfikir

terhadap masalah penelitian. (c) mempertajam konsep-konsep yang digunakan

sehingga memudahkan perumusan hipotesis-hipotesis, dan (d) menghindarkan

terjadinya pengulangan penelitian terhadap masalah yang diteliti.

Sehingga terdapat dua manfaat penting dari tinjauan pustaka yaitu manfaat

epistimologi dan praktik. Manfaat epistimologi terkait dengan pendalaman

pengetahuan, penajaman teori, dan konsep yang terkait dengan fokus penelitian.

Manfaat praktik terkait dengan tidak berulangnya penelitian yang sama.

3. Kriteria Pemilihan Sumber Pustaka

4 Muhammad,  Metode Penelitian Bahasa  (Yogyakarta: al-Zurr Media 2011), h. 108.


7

Kriteria pemilihan sumber pustaka mencakup:5

a. Ketetapan (adequa-cy) Isi dari sumber pustaka sesuai dengan penelitian yang

dilaksanakan.

b. Kejelasan (clarity) Sumber pustaka harus mudah dipahami atau dimengerti

oleh peneliti.

c. Empiris (empericalness) Sumber pustaka itu berdasarkan pada kenyataan

bukan hasil imajinasi.

d. Terorganisasi (Organization) Isi dari sumber pustaka harus terorganisasi

dengan baik sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informasi.

e. Kemutakhiran (Recen-cy) Sumber pustaka harus berdasarkan perkembangan

terbaru dalam   bidangnya (up to date).

f. Relevansi (relevance) Sumber pustaka berhubungan dengan penelitian.

g. Meyakinkan (convic-ingness) Sumber pustaka dapat menjadi acuan yang

terpercaya bagi peneliti.

Berdasarkan penggunaan acuan diatas yaitu: sumber acuan umum dan

khusus, penelitian dapat melakukan dua penelaahan atau analisis dalam

menggambarkan kajian pustaka yang berkaitan. Penalaran deduktif dilakukan

berdasarkan teri-teri atau konsep-konsep umum yang ada dan penalaran induktif

dilakukan berdasarkan sintesis atau pemaduan hasil-hasil penelitian.6

Secara garis besar sumber bacaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:7

5 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Cet. I;


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 67

6 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, h. 67.


7 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. 14; Jakarta: Paragonatama Jaya, 2014), h.
35.
8

a. Referensi umum: sumber yang dijadikan rujukan utama oleh peneliti,

misalnya dari artikel tertentu, karangan ilmiah, buku, dan dokumen lainnya

yang berkaitan langsung dengan pertanyaan penelitian. Referensi umum

merupakan indeks, yaitu daftar pengarang, judul buku, tempat penerbitan

artikel atau wacana atau berupa abstrak.

b. Sumber primer: adalah publikasi di mana seseorang melakukan penelitian

penelitian kemudian diterbitkan. Penulis mengkomunikasikan temuannya

secara langsung kepada pembaca. Sumber primer penelitian pendidikan adalah

jurnal, misalnya Jurnal of Research in Science Teaching. Ada jurnal yang

diterbitkan bulanan, tiga kali dalam setahun, dan artikel yang dimuat

merupakan laporan hasil penelitian.

c. Sumber sekunder: adalah publikasi di mana penulis mendeskripsikan hasil

karya orang lain. Sumber sekunder adalah buku (text books), ensiklopedia

pendidikan, kajian penelitian, atau buku tahunan

4. Langkah-langkah Menyusun Kajian Pustaka

Untuk pendekatan kuantitatif selain menyertakan  sejumlah besar teori dan

konsep pada bagian pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau

menggambarkan secara detail literatur dalam  bagian khusus dengan judul seperti

tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka, dan pada bagian akhir penelitian

meninjau kembali literatur terkait dan membandingkan dengan temuan penelitian.

Berikut ini adalah sintesis dari  langkah-langkah melakukan kajian pustaka

menurut Donald Ary dan Creswell sebagai berikut:8

a. Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari

materi, referensi, dan bahan pustaka yang terkait.

8 Donald Ary, dkk, terj. Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Cet. III;
Yogyakarta: Pelajar Offset, 2007), h. 91.
9

b. Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa

didapatkan dari sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.

c. Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature

map) urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara

lengkap.

d. Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai

dengan urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.

e. Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan

teori-teori dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan

variabel penelitian.

f. Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik

penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan

orisinalitas dan pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding

dengan literatur yang sudah ada.

Langkah-langkah di atas dapat digunakan untuk menulis kajian pustaka

berbagai jenis metode/pendekatan penelitian. Selain itu juga dapat mempersempit

ruang lingkup penelitian  yang diajukan sehingga rumusan masalah dan langkah

penelitian lebih jelas dan dapat dilakukan dengan baik.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah alur pikir yang logis dan dibuat dalam bentuk

diagram bertujuan menjelaskan secara garis besar pola subtansi penelitian yang

akan dilaksanakan.9 Kerangka berfikir adalah rumusan-rumusan yang dibuat

berdasarkan proses berfikir deduktif dalam rangka menghasilkan konsep-konsep

9 Tim Sembilan, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi (Makassar: Alauddin


University, 2013), h. 27.
10

dan proposisi-proposisi baru yang memudahkan seorang peneliti merumuskan

hipotesis penelitiannya.10

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori-

teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didedifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara

teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu

dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. 11

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian dikemukakan apabila dalam

penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian

hanya membahas dua variabel atau lebih secara mandiri maka yang dilakukan

peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing

variabel, juga argumentasiterhadap variasi besaran variabel yang diteliti.12

Tujuan kerangka teoritis yang paling utama adalah untuk mempermuda

perumusan hipotesis, selain itu kerangka teoritis juga berguna untuk mempertegas

junis hubungan yang terjadi atar variable serta untuk menggambarkan bagaimana

proses pengorganisasian dan analisis data dilakukan.13

Kerangka berfikir harus menerangkan dan menjelaskan hal-hal yang

berkaitan dengan:14

1. Mengapa penelitian dilakukan

10 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,


Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian, Edisi Revisi. Cet. I; Makassar:
Alauddin Press, 2013.
11 Muhammad Ilyas, Metodologi Penelitian Pendidikan: Dasar-dasar, Prinsip, Teknik
dan Prosedur (Makassar: Alauddin University Press, 2015), h. 93.
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kulitatif, Kunatitatif, dan R & D (Cet. 27; Bandung:
Alfabeta, 2018), h. 60.
13 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi (Makassar: Alauddin Press, 2013), h. 15.
14 Cik Hasan Basri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi
Bidang Agama Islam (Cet. I; Jakarta: Logos, 1998), h. 40.
11

Penelitian dilakukan untuk mencari sebuah kebenaran dari data atau

masalah yang ditemukan, seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada

dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah

atau membenarkan hasil penelitian sebelumnya, menemukan suatu kajian baru

(ilmu baru) yang akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah yang ada.

2. Bagaimana proses penelitian dilakukan

Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan

yang diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode sampling, olah

literatur (studi pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.

3. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut

Apa yang akan diperoleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran

yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara umum

tidak semuanya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan

sebelumnya

4. Untuk apa hasil penelitian diperoleh

Yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu masalah yang kontropersi di

kalangan masyarakat atau untuk membantah opini atau mitos yang tersebar sejak

turun temurun.

Langkah-langkah dalam menyusun kerangka berfikir yang selanjutkan

akan membuahkan hipotesis adalah sebagai berikut:15

1. Menetapkan variabel yang diteliti

Menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam

menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan

terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang akan diteliti,

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kulitatif, Kunatitatif, dan R & D, h. 61-63.


12

dan apakah sama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori

yang akan dikemukakan.

2. Membaca buku dan hasil penelitian

Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca

buku-buku dan yang hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat

berbentuk buku teknis, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat

dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.

3. Deskripsi teori dan hasil penelitian

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dikemukakan teori-teori

yang berkenaan dengan variabel yag diteliti. Definisi terhadap masing-masing

variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel dan

kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian.

4. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori

dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan

mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-

betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori

yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.

5. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan anatara teori

satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.

Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan

teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.

6. Sintesa kesimpulan

Melaui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil

penelitian yang relevan dengan semua variable yang diteliti, selanjutnya peneliti
13

dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara

variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat

digunakan untuk merumuskan hipotesis.

7. Kerangka berfikir

Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka

selanjutnya disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat

berupa kerangka berfikir yang assosiatif/hubungan maupun

komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir assosiatif dapat menggunakan

kalimat: jika begini maka akan begitu, jika komitmenkerja tinggi, maka

produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan

baik, maka kebocoran anggaran akan berkurang.

C. Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan

tesis (kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan

dari sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi

benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.16

Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang

diperkirankan secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap

dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban

sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan

dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V (Cet. 12; Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2002), h. 64
14

pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab

rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.17

b. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir

deduktif dalam rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari

kesimpulan umum berupa premis-premis. Adapun kebenaran logika deduktif

menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-premis itu

merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya,

maka dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu

mempunyai kepastian kebenaran pula.18

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah

mendalami permasalahan penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan

dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.19

Lebih lanjut Hamid mengemukakan bahwa hipotesis dibuat atas dasar

pengetahuan-pengetahuan yang diambil dari problematik-problematik yang timbul

dari penelitian yang mendahuluinya, dari renungan-renungan atas pertimbangan

yang masuk akal.20 Hipotesis seharusnya konsisten dengan penelitian-penelitian

yang dikemukakan dalam kajian pustaka. Hipotesis berupa rangkuman atau

kesimpulan dari teori-teori yang ada dalam kajian pustaka maupun dari hasil

penelitian terdahulu yang relevan sebagai jawaban sementara dari rumusan

masalah.

17 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013), h. 79


18 Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa
Retakama Media, 2011), h. 21
19 Sugiyono, Metode Penelitian Kulitatif, Kunatitatif, dan R & D, h. 63.
20 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. II; Bandung: Alfabeta. 2011), h.
43.
15

Peneliti harus memahami terlebih dahulu pola hubungan yang terdapat dan

mungkin terjadi atau tipe hubungan di antara variabel yang diteliti untuk dapat

mengemukakan hipotesis dengan benar.

Hubungan Pertama, yang menunjuk dan dapat dikatakan pengaruh, yaitu

hubungan yang bersifat asymetris. Hubungan kedua, dan tidak menyatakan

pengaruh, yaitu hubungan asymetris. Hubungan ketiga adalah reciprocal.21

Mengingat adanya berbagai hubungan maka pemahaman secara

konseptual teoretis hubungan dua variabel perlu dikaji secara lebih jelas, sebelum

dinyatakan dalam hipotesis. Tipe hubungan asymetris biasanya digambarkan

dengan anak panah ().

Contoh:
X Y

Ini berarti variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y. Hubungan

yang ada dapat dikatakan berpengaruh. Artinya, X mempengaruhi Y tetapi Y tidak

dapat mempengaruhi X.

Hubungan symetris tidak menunjukkan pengaruh dan biasanya

dilambangkan dengan garis sedikit melengkung ( ), yang menunjuk

pada masing-masing variabel.

Contoh:

Panen Panen
jagung kedelai

Hubungan tersebut menjelaskan bahwa variabel I mempunyai hubungan

dengan variabel II, tetapi tidak dapat diinterpretasikan variabel I memengaruhi

variabel II, sebab variabel I setara dengan variabel II dan tidak mungkin

21 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Cet.
V; Jakarta: Kencana, 2019), h. 131.
16

memberikan sumbangan terhadap variabel II.22 Mana yang lebih menentukan tidak

dapat dinyatakan dengan pasti, karena banyak variabel lain yang tersembunyi

yang tidak diteliti dan dapat memengaruhi variabel yang diteliti.

Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis dan jika berdasarkan

penelitian bersifat kuantitatif maka hipotesis merupakan jawaban atas suatu

masalah yang secara rasional (ilmiah) harus berlandaskan teoretis tertentu.23

Tujuan pengujian hipotesis untuk menentukan apakah jawaban teoretis tersebut

telah tertuang dalam kumpulkan dan dianalisis yang kemudian diproses melalui

pengujian secara ilmiah.

Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja

penelitian.

b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang

kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai

tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.

d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.24

2. Jenis-jenis Hipotesis

Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu :

a. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan

mengenai hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara

22 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, h.


132.

23 Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi (Cet. II; Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2004), h. 169.

24 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 151.


17

dua variable atau lebih sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut

sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.

Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis

tentang perbedaan.

Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang

saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian

korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1) hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.

2) hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.

3) hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan

perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang

perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.

b. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)

Hipotesis statistika secara umum, Menurut Yatim Riyanto, hipotesis

dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null

hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2) hipotesis alternative

(alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.

Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya

hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan

adanya hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya,
18

Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa

SD.

Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis

terarah) dan non directional hipotheses (hipotesis tak terarah).

Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan

oleh peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan

bahwa variabel independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap

variabel dependent. Misalnya: siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih

tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan

menggunakan metode curah pendapat (diskusi).

Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang

diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel

independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen

menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak

menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan

dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar

inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

c. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji

Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis

mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup

kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor

adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor

(jabaran dari hipotesis mayor).

Contoh hipotesis mayor :

Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan

prestasi belajar siswa SMA.


19

Contoh hipotesis minor :

1) Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar

siswa SMA.

2) Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa

SMA,

3) Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa

SMA. 25

3. Karakteristik Hipotesis Yang Baik

Mengutip pendapat Yatim Riyanto yang mengatakan bahwa, sebenarnya

nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian

empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan

diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu yang

memberikan ciri hipotesis yang baik.26

Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary:27

a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan

penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau

diterangkan.

b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-

variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel

atau lebih.

c. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat

testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.

25 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 163-165
26 Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan (Surabaya: SIC, 2010), h. 16.
27 Donald Ary, dkk, terj. Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Cet.
III; Yogyakarta: Pelajar Offset, 2007), h. 122-126.
20

d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis

hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang

sebelumnya sudah mapan.

e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16)

bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:

a. Bisa diterima oleh akal sehat.

b. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.

c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.

d. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.

Adapun menurut Borg dan Gall dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi

empat criteria, yaitu:

a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih.

b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar

teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan

jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu

ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang

menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara

professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.

c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar

mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.

d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini

hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang

bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran


21

tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah selayaknya

kalau rumusannya singkat dan padat.28

4. Perumusan Hipotesis

Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu

tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan

generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan

telaah pustaka.29

Merumuskan hipotesis pada dasarnya tidak ada aturannya. Namun agar

hipotesis itu berfungsi sebagai penuntun dalam proses penelitian khususnya dalam

mengumpulkan data penelitian, teknik merumuskannya dapat mengikuti saran-

saran sebagai berikut:30

a. Hipotesis itu hendaknya menyatakan pertautan antara dua atau lebih variabel.

Hal ini dikarenakan penelitian ilmiah itu sendiri sebagai suatu proses untuk

mengungkap keterkaitan baik dalam bentuk pengaruh, hubungan, atau sekedar

perbedaan antara variabel satu dengan yang lain.

b. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat

pernyataan. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai jawaban sementara atau

suatu permasalahan yang diajukan, sehingga peneliti hanya bekerja untuk

menguji penerimaan dan penolakan jawaban sementara berdasarkan data yang

terkumpul dan tidak diganggu oleh hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan

pengujian tersebut.

c. Hipotesis sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat yang jelas dan padat.

d. Hipotesis hendaknya dapat diteliti.

28 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 165-166.
29 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 68.
30 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Cet. III; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
h. 197.
22

5. Pengujian Hipotesis

Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan,

1982: 133) dan Yatim Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis,

peneliti perlu:31

a. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila

hipotesis itu benar.

b. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan,

eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan

apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.

c. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah

hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.

Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji

hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan

memerlukan akurasi yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah

data sampel yang merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah

ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung

dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah

selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis

yang diajukan oleh peneliti tersebut.

Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang

dilakukan, peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan

peneliti ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan

oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan

dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima

sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara

31 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian Sosial Dan Penelitian (Jakarta: Rajawali


Pers, 2014), h. 167.
23

hipotesis nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya

pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak,

dan Ha = diterima.

Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari

hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima

hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses

pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu

mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti

sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang

ada.32

Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa

dalam merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima

keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis

seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung

terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

32Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja
Grafindo, 2006), h. 57.

Anda mungkin juga menyukai