Anda di halaman 1dari 28

BIMBINGAN DAN KONSELING

MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan Islam Semester 2 Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
Tahun Akademik 2019/2020

Oleh:

Ahmad Algifari Salere


Nim. 80200219042

Dosen Pemandu:

Dr. Saprin, M.Pd.I.

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah swt. karena kehendak dan ridhanya, yang
telah memberikan rahmat berupa kemampuan berpikir untuk manusia sehingga,
manusia mampu membedakan yang batil dan yang hak. Dan berkat rahmat itu
pula sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan lancar.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan nabi
Muhammad saw. yang telah memberikan pedoman hidup, yakni al-Qur’an dan
Sunnah untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang

“bimbingan dan konseling”. Makalah ini merupakan tugas yang terstruktur dari

mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam, Penulis mengucapkan banyak terimah

kasih kepada beliau yang bersedia mengarahkan jalannya mata kuliah ini

sampai akhir nantinya.

Dalam makalah ini sekiranya masih banyak kesalahan dan kekurangan,


hal itu dikarenakan penulis masih dalam proses belajar. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.

Gowa, 20 Desember 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah merupakan  sebuah proses tolong

menolong  antara individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri

mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat

masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling

menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional dan social yang

diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak

diharapkan bertindak sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru,

pengurus sekolah dan orang tua dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak

bertanggung  jawab seperti guru untuk memastikan bahwa pelajar mencapai

dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor mampu untuk mengadakan

hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan

pelajar.

Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai

pengalaman diri, peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka

dengan menolong mereka mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap

kekuatan sendiri, dan bersumber dari diri mereka dan  bertujuan untuk

mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan

bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu

praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan tertentu.


B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi bimbingan dan konseling?

2. Bagaimana guru bimbingan konseling?

3. Apa prinsip dan asas bimbingan konseling?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bimbingan dan konseling.

2. Dapat mengetahui guru bimbingan konseling.

3. Dapat mengetahui Prinsip dan asas bimbingan konseling.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan

konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,

pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan

merupakan suatu proses pemberian bantuan.

Menurut Abu Ahmadi, bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan

kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu

mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami

lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang

lebih baik.1 Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti,

bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau

orang dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana

yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.2

Sementara Bimo Walgito, mendefinisikan bahwa bimbingan adalah

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar

1
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 1.
2
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rieka Cipta,
2004), h. 99.
individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.3 Chiskolm dalam

McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti, mengungkapkan bahwa bimbingan

diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai

informasi tentang dirinya sendiri.4

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa bimbingan

merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu dalam

mengemabangkan potensi yang dimilikinya sehingga individu tersebut dapat

hidup sebagaimana yang diharapkan. Bantuan yang dimaksud adalah berupa

moril. Kemudian bantuan itu harus dilakukan secara sistematis oleh pembimbing

agar individu atau kelompok tersebut dapat menjadi pribadi yang mandiri.

2. Pengertian Konseling

Dalam kehidupan manusia terkadang kita mengalami hal-hal yang tidak

baik dimata masyarakat, terkhusus pada siswa sekolah yang masih mencari jati

diri dan ingin mencoba berbagai hal baru yang tanpa mereka sadari bisa

berdampak buruk bagi kepribadian mereka. Demi mengatasi pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa dibutuhkan bimbingan konseling dari guru BK

“Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka

antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-

kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini

konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan

kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan

menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi

3
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Andi, 2004), h. 4-5.
4
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, h. 94.
maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat mempelajari bagaimana

memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan

datang.5

Adapun Jones, menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan

profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini

biasanya bersifat individual atau seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan

lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan

memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat

membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.6

Dari beberapa pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa konseling

adalah proses pemberian bantuan dengan cara tatap muka yang dilakukan oleh

seorang ahli yaitu konselor terhadap kliennya yang memiliki masalah dalam

hidupnya.

Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa

bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat

memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga

individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk

mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa

depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

5
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, h. 101.
6
Insano, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2004), h. 11.
Dengan latar belakang keadaan manusia sebagaimana tersebut, maka

dengan kata lain dapat dikatakan bahwa manusia bahagia atau sengsara di dunia

dan di akhirat nanti. Karena mengingat sifat seperti inilah, diperlukan adanya

upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju ke arah kebahagiaan, menuju

citranya yang lebih baik. Salah satu cara dan jalan yang dapat dilakukan adalah

dengan menghadirkan bimbingan konseling agama bagi manusia atau individu

(siswa) yang memerlukannya. Adanya bimbingan konseling di lingkungan

masyarakat akan lebih banyak membantu siswa dalam mengenal diri dan

keberadaannya sebagai makhluk Allah swt. Allah berlirman dalam surt Al-Hujarat

ayat 10 berbunyi :

      


    
Terjemahnya:

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah

terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.7

Sesuai dengan ayat diatas maka Allah menganjurkan kepada manusia

untuk saling menasehati antara sesamanya sedang mengalami masalah dan telah

jauh dari kebenaran Ilahi. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan konseling, maka

pada prinsipnya bimbingan dan penyuluhan ini dilakukan tidak boleh sembarang

orang, melainkan oleh orang tertentu yang memiliki keahlian. Keahlian ini

tentunya mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan pandangan yang

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah al-Kaffah (Bekasi: PT.
7

Dua Sukses Mandiri, 2012), h.516.


disertai oleh kematangan pribadi dan kemauan yang kuat untuk melakukan usaha

bimbingan penyuluhan.

1. Bimbingan dan konseling berkenaan dengan perilaku, oleh sebab itu

tujuan bimbingan dan konseling adalah dalam rangka:

a. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang

dibimbing atau dikonseling.

b. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.

c. Membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada

diri individu dan lingkungan.

d. Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya

secara mandiri.8

Dilihat dari sejarahnya, bimbingan konseling berkaitan erat dengan

pemberian nasehat. Bimbingan konseling membantu klien memahami dan

memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar

mencapai tujuan yang ditentukan sendiri. Menurut George dan Cristiani tujuan

utama dari bimbingan konseling adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.

b. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu.

c. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan.

d. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan.

e. Menyediakan fasilitas pengembangan kemampuannya.

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai

8
Tohirin, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 35.
pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna

dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif

sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu,

khususnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2. Ragam Layanan Bimbingan Konseling

a. Layanan Orientasi Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat

memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama

orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki

peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya

peserta didik di lingkungan yang baru ini.

b. . Layanan Informasi Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan

peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh

yang besar kepada peserta didik (terutama orang tua) menerima dan

memahami informasi (seperti informasi informasi pendidikan dan

jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan

pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga,

dan masyarakat.

c. Layanan Penempatan dan Penyaluran Yaitu layanan bimbingan yang

memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran

yang tepat (misalnya, penempatan/penyaluran di dalam kelas,

kelompok belajar, jurusan, atau program studi, program pilihan,

magang, kegiatan kulikuler/ ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi,


bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.

d. Layanan Bimbingan Belajar Yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan

dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang

cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek

tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu,

teknologi, dan kesenian.

e. Layanan Konseling Perorangan Yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan

layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/

konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan

permasalahannya.

f. Layanan Bimbingan Kelompok Yaitu layanan bimbingan yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama

memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari

pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya

sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga,

dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan.

g. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok yaitu

layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik

memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan

permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika


kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak,

yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interkasi antar sesama

anggota kelompok.9

B. Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Guru Bimbingan Konseling

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling.

Sebagai pihak yang paling memahami dasar teknik konseling secara luas, konselor

dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu

konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi

klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapinya.10

Konselor disebut juga dengan guru pembimbing yaitu orang yang

bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anank bangsa. Setiap hari guru

pembimbingmeluangkan waktu demi kepentingan anak didik. Bila suatu keitka

ada anak didik yang tidak hadir disekolah, guru pembimbing menanyakan kepada

anak-anak yang hadir, apa sebab dia tidak hadir ke sekolah.

Ngalim Purwanto mengatakan bahwa guru pembimbing sebagai pendidik

adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi atau

rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya kebudayaan suatu

masyarakat dan Negara, sebagaian besar bergantung pada pendidikan dan

pengajaran yang diberikan oleh guru pembimbing.11

Guru pembimbing adalah unsur utama pelaksana bimbingan di sekolah.


9
Dewa ketut sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 43-51.
10
Namora Lumanggo, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teoori Dan Praktik,
(Jakarta : Kencana, 2011), h. 21.
11
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 126.
Pengangkatan dan penempatannya didasarkan atas kompetensi yang dimilikinya,

yaitu kemampuan dan keterampilannya dalam memberikan layanan bimbingan

dan konseling kepada siswa. Guru pembimbing adalah seorang guru yang

disamping mengajar disalah satu bidang studi, terlihat juga dalam rangkaian

pelayanan bimbingan dan konseling. Jadi tenaga ini adalah part-time teacher dan

part-time counselor.12

Guru pembimbing adalah salah satu tenaga kependidikan yang

mengamban sebahagian tugas kependidkkan di sekolah, yaitu terlakananya

kegiatan bimbingan konseling yang mencakup dimensi-dimensi kemanusiaan

seperti individu, sosial, kesusilaan, dan keberagamaan. 13 Berdasarkan penjelasan

diatas dapat disimpulakn bahwa guru pembimbing adalah seorang tenaga pendidik

disekolah yang bertanggung jawab atas layanan bimbingan konseling disekolah

yang didasarkan atas kompetensi yang dimilikinya.

2. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Tugas konselor di sekolah adalah melaksanakan bimbingan dan konseling

serta mengasuh siswa sebanyak 150 orang. ”Sesuai dengan ketentuan surat

keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan

Administrasi Kepegawaian Negara nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 tahun 1993,

diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan

bimbingan yaitu konselor untuk 150 orang siswa.14

12
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : Grasindo, 1997), h.
188.
13
Neviyarti, S.M.S, Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil,
(Bandung : Alfabeta, 2009), h. 75.
14
Abu Bakar M Luddin, Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Konseling, (Bandung :
Cita Pustaka Media Perintis, 2009), h. 52.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan dengan

berpedoman kepada ketentuan yang telah ditetapkan yaitu : Pelayanan bimbingan

dan konseling pola 17 plus yang terdiri dari enam bidang bimbingan yaitu bidang

pribadi, sosial, belajar, karir, berkeluarga dan keberagamaan. Sembilan jenis

layanan yaitu orientasi, informasi, penempatan/penyaluran, pembelajaran,

konseling perorangan, konseling kelompok, bimbingan kelompok, konsultasi dan

mediasi. Enam kegiatan pendukung yaitu instrumentasi bimbingan konseling,

himpunan data, konfrensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan tampilan

pustaka.15

Lebih lanjut dijelaskan dalam buku Abu Bakar M Luddin yang sama.

Bahwa layanan adalah suatu tindakan yang sifat dan arahnya menuju kondisi yang

lebih baik dan membahagiakan bagi orang yang dilayani. Berikut ini diuraikan

bimbingan dan konseling pola tujuh belas tersebut, yaitu :

a. Enam bidang bimbingan

1. Bidang kehidupan pelayanan pribadi, yaitu membantu individu menilai

kecakapan, minat, bakat dan karakteristik kepribadian diri sendiri

untuk mengembangkan diri secara realistik.

2. Bidang pelayanan kehidupan sosial, yaitu membantu individu menilai

dan mencari alternatif hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan

teman sebaya dengan lingkungan sosial yang lebih luas.

3. Bidang pelayanan kegiatan belajar yaitu membantu individu dalam

kegiatan belajarnya dalam rangka mengikuti jenjang dan jalur

15
Abu Bakar M Luddin, Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Konseling, (Bandung :
Cita Pustaka Media Perintis, 2009), h. 150-158.
pendidikan tertentu dan/atau dalam rangka menguasai sesuatu

kecakapan dan keterampilan tertentu.

4. Bidang pelayanan perencaan dan pengembangan karir yaitu membantu

individu dalam mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil

keputusan berkenaan dengan karir tertentu baik karir dimasa depan

maupun karir yang sedang dijalani.

5. Bidang pelayanan kehidupan berkeluarga yaitu membantu individu

dalam mencari dan menetapkan serta mengambil keputusan berkenaan

dengan rencana perkawinan dan/atau kehidupan berkeluarga yang

dijalaninya.

6. Bidang pelayanan kehidupan berkeagamaan yaitu membantu individu

dalam memantapkan diri berkenaan dengan perilaku berkeagamaan

menurut agama yang dianutnya.

b. Sembilan Jenis Layanan

1. Layanan orientasi, yaitu layanan konseling dalam rangka membantu

individu, mengenal dan memahami lingkungan atau sekolah yang baru

dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar penyesuaian diri

sehingga membantunya untuk berperan aktif dilingkungan yang baru

itu.

2. Layanan informasi, adalah layanan konseling dalam rangka membantu

individu menerima dan memahami berbagai informasi seperti

informasi pendidikan dan informasi jabatan yang didapat dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan


pertimbangan lainnya untuk kepentingan mereka.

3. Layanan penempatan/penyaluran, adalah layanan konseling dalam

rangka membantu individu memperoleh penempatan dan penyaluran

yang tepat, sesuai dengan potensi, kemampuan, bakat, minat, cita-cita

serta kondisi pribadinya.

4. Layanan pembelajaran, adalah layanan konseling dalam rangka

membantu individu mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik, menguasai materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar

siswa mengembangkan aspek berbagai tujuan dan kegiatan belajar

lainnya yang berguna bagi kehidupan dan perkembangan siswa.

5. Layanan konseling perorangan, adalah konseling dalam rangka

membantu individu membahas dan mengentaskan masalah yang

dialaminya dengan bertatap muka secara langsung dengan

pembimbing.

6. Layanan bimbingan kelompok, adalah layanan konseling dalam rangka

membantu sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai

bahan dari narasumber yang berguna untuk menunjang kehidupannya,

baik sebagai individu maupun sebagai pelajar untuk dapat

menyesuaikan diri dalam suasana kelompok, menerima secara terbuka

persamaan dan perbedaan antar anggota kelompok.

7. Layanan konseling kelompok, adalah layanan bimbingan konseling

dalam rangka membantu siswa secara bersama-sama membahas dan

mengentaskan masalah yang dialami masing-masing anggota


kelompok.

8. Layanan konsultasi, adalah layanan konseling yang dilaksanakan oleh

konselor terhadap konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh

wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya

dalam memahami kondisi dan/atau permasalahan pihak ketiga.

9. Layanan mediasi, adalah layanan konseling yang dilaksanakan

konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan

saling tidak menemukan kecocokan.

c. Enam kegiatan pendukung

1. Instrumentasi konseling yaitu kegiatan pendukung layanan konseling

dalam rangka mengumpulkan data dan keterangan tentang individu

baik secara perorangan maupun kelompok.

2. Himpunan data yaitu kegiatan pendukung layanan konseling dalam

rangka menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan

keperluan pengembangan individu secara individual.

3. Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung layanan konseling dalam

rangka membahas masalah yang dialami individu dalam satu forum

pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat

memberikan bahan, keterangan dan kemudahan bagi terentaskannya

permasalahan tersebut.

4. Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung layanan konseling dalam

rangka memperoleh data, keterangan dan kemudahan bagi terentasnya

permasalahan individu melalui kunjungan kerumah mereka.


5. Alihtangan kasus yaitu kegiatan pendukung layanan konseling dalam

rangka menuntaskan pengentasan masalah individu dengan cara

memindahkan penanganan masalah dari satu pihak ke pihak lain yang

lebih ahli.

6. Tampilan pustaka yaitu layanan pendukung yang berhubungan dengan

kemampuan dan keupayaan seseorang untuk membaca dan memahami

buku-buku yang berhubungan dengan kemajuan pembelajaran.

C. Prinsip dan Asas Bimbingan Konseling

1. Prinsip bimbingan dan konseling

Prinsip yang berasal dari asal kata ” Prinsipra” yang artinya permulan

dengan sautu cara tertentu melhirkan hal-hal lain, yang keberadaanya tergantung

dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoriitik dan

teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

yanG dimaksudkan. (Hallen, 2002: 63). Prayitno mengatakan: ”Bahwa prinsip

merupaka hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebgai

pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsi-prinsip bimbingan

dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek yang

dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan.

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prisip yang digunakan bersumber dari

kajian filosofis hasil dari penelit ian dan pengalama praktis tentang hakikat

manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayany.

Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya:


a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat

membantu dirinya sendiridalam menyelesaikan masalah yang

dihadapinya. 

b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang

dibimbing.

c. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki

karakteristik tersendiri.

d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan

lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang

menyelesaikannya.

e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh

individu yang akandibimbing.

f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu

dan masyarakat.

g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus

sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.

h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang

memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dapat bekerja sama dan

menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun

di luar lembaga penyelenggarann pendidikan ,

i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk

mengetahui hasil dan pelaksanaan program (Nurihsan, 2006 : 9)

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah

berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses

penanganan masalah.
2. Asas-asas bimbingan dan konseling

Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “ Dasar”. Tetapi asas

dalam pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”. Jadi asas bimbingan

dan konseling berarti rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang

guru pembimbing atau konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan

bimbingan dan konseling. Setiap kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan

pegangan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian pula dalam layanan/

kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan pegangan dalam

menjalankan kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas asas yang harus

menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling .

adalah:  Asas kerahasiaan,  asas Kesukarelaan, asas Keterbukaan, asas kekinian,

asas Kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas

kenormatifan, asas keahlian, asas ahli tenaga, asas tut wuri handayani.16  

1. Asas kerahasiann

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling,

kadang-kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat

pribadi/rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga

kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya. Sebagai konselor

berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang diperoleh

dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam

bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau

informasi yang dipercayakan kepada konselor atau guru pembimbing dapat

dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam

16
Hallen A,  Bimbingan & Konseling: (Jakarta; Ciputat Press 2005), h. 62-69).
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas

kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri konseli.

2. Asas Kesukarelaan

Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.

Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan

merupakan suatu paksaan, akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena

itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama

yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing dengan konselinya.

Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela menceritakan

serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor

3. Asas keterbukaan

merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/guru pembimbing, karena

hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan batin

tanpa aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan

kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok

hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan fisiknya. Konselor

yang sukses adalah konselor yang memudahkan konseli untuk membuka

dirinya dan berusaha memahami lebih jauh tentang dirinya sendiri. Asas ini

menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam

memberikan keterangan maupun informasi. Dalam hal ini konselor/guru

berkewejiban mengembangkan keterbukaan konseli.

4. Asas Kekinian

Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari

masalah yang dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya

pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu

yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari rasa

penyesalannya terhadap apa yang terjadi di masa lalu

dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang

akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya

pada saat ini. Sesuai dari apa yang dikemukakan di atas, maka diharapkan

konselor dapat mengarahkan konseli untuk memecahkan masalah yang sedang

dihadapinya sekarang

5. Asas Kemandirian

Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar

konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli. Ciri-ciri

kemandirian tersebut yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan

lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta

mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan

segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi

berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap kemandirian

tersebut, maka konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap

konseli atas keluhan-keluhan yang diungkapkan. 

6. Asas Kegiatan

Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor

memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konselinya. Dalam hal

ini konseli harus mampu melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut

dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang telah

ditetapkan. Asas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi secara aktif

atas kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor

harus berusaha/mendorong agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang

telah ditetapkan tersebut.


7. Asas Kedinamisan 

Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan

terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik.

Terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan

waktu tertentu sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi

konseli. Isi layanan bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu

bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan

sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama

sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat

dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.

8. Asas kenormatifan

Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan

berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja

sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan

masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal ini peranan guru, orang tua dan

siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai

menjalani kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi

terbantunya konseli yang mengalami masalah.

9. Asas Kenormatifan

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak

bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan

lingkungannya. Maka kegiatan bimbingan dan konseling, konselor tentu akan

menyertakan norma-norma yang dianutnya ke dalam hubungan konseling.

baik secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus diingat bahwa konselor

tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada
konselinya. Seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini adalah

didasarkan pada norma-norma yang berlaku yaitu norma agama, hukum,

peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang

berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini

harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/konseli dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas Keahlian

Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas

harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan,

keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/guru

pembimbing akan menunjang hasil konseling. Pendek kata bahwa para

pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus benar-benar ahli

dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah profesional.

11. Asas Ahli Tangan

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani

masalah-masalah yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang

dihadapi konseli adalah unik (kedalamannya, keluasannya, dan

kedinamisannya), disamping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

konselor adalah terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat

diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu

mengalih tangankan (referal) konseli pada pihak lain (konselor) yang lebih

ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh konseli tersebut.

Pengalihan tanganan seperti ini adalah wajib, artinya masalah klien tidak

boleh terkatung-katung di tangan konselor yang terdahulu itu.

12. Asas tut wuri handayani


Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling

bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan

secara sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu

tujuan. Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak

hanya dirasakan adanya pada saat konseli mengalami masalah dan

menghadapkannya kepada konselor/guru pembimbing saja. Kegiatan

bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan

aktif sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Asas ini menghendakis agar pelayanan bimbingan dan konseling

secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa

aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan

dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Layanan bimbingan dan konseling sendiri sejatinya merupakan bagian

integral di lingkungan pendidikan dalam upaya membantu peserta didik agar

mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensinya, oleh karena itu

sebagai tujuan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling

terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Layanan yang dimiliki oleh

bimbingan konseling antara lain layanan orientasi, informasi, penempatan dan

penyaluran, bimbingan belajar, konseling, perorangan dan bimbingan konseling

kelomok.

Keberhasilan layanan bimbingan konseling tidak terjadi dengan sendirinya,

hal ini terjadi karena adanya asas yang mendukung layanan bimbingan konseling

tersebut sehingga layanan bimbingan konseling dapat dinikmati oleh pihak yang

membutuhkan layanan tersebut, asas-asas yang di maksut itu seperi:

Asas kerahasiaan,  asas kesukarelaan,  asas keterbukaan,  asas kekinian, asas

kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas

kenormatifan, asas keahlian, asas ahli tenaga, asas tut wuri handayani.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 1.

Abu Bakar M Luddin, Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Konseling,

(Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2009), h. 52.

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Andi, 2004), h. 4-5.

Dewa ketut sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling,

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 43-51.

Hallen A,  Bimbingan & Konseling: (Jakarta; Ciputat Press 2005), h. 62-69).

Insano, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2004), h. 11.

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah al-Kaffah

(Bekasi: PT. Dua Sukses Mandiri, 2012), h.516

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 126.

Namora Lumanggo, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teoori Dan

Praktik, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 21.

Neviyarti, S.M.S, Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil,

(Bandung : Alfabeta, 2009), h. 75.

Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rieka

Cipta, 2004), h. 99.

Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta : Grasindo,

1997), h. 188.
.

Anda mungkin juga menyukai