Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

MATERI
“DIMENSI KECERDASAN MANUSIA”

OLEH:

NAMA-NAMA KELOMPOK :

1. …………………
2. …………………
3. …………………

SMA NEGERI 9 MANADO


TAHUN AJARAN 2021/2022
Dimensi Kecerdasan Manusia

DIMENSI JIWA ( IQ, EQ, SQ, CQ DAN AQ )

1. IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT):

Pada umumnya IQ rata-rata orang diberi angka 100.


“IQ hanya digunakan antara lain membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling
secara runtut dan mencari hubungan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ
tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifan seseorang.

Sementara itu, kecerdasan anak dilihat dari pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang
dialaminya. Kemudian di dalam pikirannya, pengalaman itu diubah menjadi kata-kata atau
angka. Karena itu, Kita harus menekankan pentingnya pemahaman. ”Karena pemahaman
adalah kombinasi antara upaya memperbanyak masukan melalui pancaindra dan
pengetahuan yang sudah dimiliki".

Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak? Para orang tua harus meningkatkan cara
belajar, membaca, dan mengulang. Misalnya, untuk memperkenalkan cara membaca, ibu
membantu anak dengan memberi garis di bawah kata-kata yang penting, meminta anak
membaca dengan suara keras dan menjelaskan makna bacaannya.
Selain itu, orang tua juga mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional,
mencetuskan ide selancar mungkin, midmapping, meningkatkan perbendaharaan kata-
kata, berpikir sambil membayangkan, humor, berpikir kritis, dan bermain.
Tujuannya untuk menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, karena struktur otak belahan
kiri dan kanan mempunyai tugas yang berbeda.
Kenapa perlu menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan? Agar anak bisa membaca lancar
dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja, mengingat, mendengar,
berpikir sekaligus pada saat yang sama atau menjadi juara pada cabang olahraga tertentu.
Semua itu dibutuhkan koordinasi otak kiri dan kanan dengan baik serta terlatih.
Tetapi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa pula melalui kebiasaan. misalnya
dengan menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk, menghargai
kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
Menurut dr Andre Meaza mengatakan bahwa masa usia dini merupakan periode emas
untuk melakukan proses stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan
membentuk wiring system. ”Tahapan awal kehidupan anak merupakan tahapan penting
karena anak sudah mampu menerima keterampilan dan pengajaran sebagai dasar
pengetahuan dan proses berpikir.”
Andre juga menjelaskan, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum
memasuki usia 4 tahun. Justru perkembangan kognitif usia 17 tahun merupakan akumulasi
perkembangan dari anak lahir.
Menurut dr. Andre, anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%,
4-8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%. ”Memang perkembangan otak
sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir,”
katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan
berdampak lama. Oleh karena itu, anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik,
fungsi otaknya akan berkembang lebih baik
Ruang Lingkup IQ meliputi:
• Kapasitas umum seseorang untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu.
• Berhubungan dengan penalaran / berfikir.
• Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara
logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marten Pali,
1993).

PENGUKURAN / KLASIFIKASI IQ :
• Very Superior : 130 –
• Superior : 120 – 129
• Bright normal : 110 – 119
• Average : 90 – 109
• Dull Normal : 80 – 89
• Borderline : 70 – 79
• Mental Defective : 69 and bellow

CIRI KHAS IQ (INTELLEGENCE QUOTIEN) :


• Logis
• Rasional
• Linier
• Sistematis

2. EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)
Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan
yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang tingkat
kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak
menjamin seseorang akan meraih kesuksesan.
Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard menjelaskan bahwa ada
ukuran/patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam bukunya yang
terkenal, Emotional Intelligence, membuktikan bahwa tingkat emosional manusia lebih mampu
memperlihatkan kesuksesan seseorang.
Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi IQ
sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa bertambah maupun berkurang. Artinya, jika seseorang
terlahir dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja dia mencoba dengan
segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior (jenius), begitu pula sebaliknya. Tetapi,
Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan seumur hidup dengan belajar.
Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga
meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh
yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan Emosi menyangkut banyak
aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu:
 empati (memahami orang lain secara mendalam)
 mengungkapkan dan memahami perasaan
 mengendalikan amarah
 kemandirian
 kemampuan menyesuaikan diri
 disukai
 kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
 kesetiakawanan
 keramahan
 sikap hormat
Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada
anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk :
 membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis
 bekerja dalam kelompok secara harmonis
 berbicara dan mendengarkan secara efektif
 mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif)
 mengatasi masalah dengan teman yang nakal
 berempati pada sesama
 memecahkan masalah
 mengatasi konflik
 membangkitkan rasa humor
 memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit
 menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri
 menjalin keakraban
Jika seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang tersebut
akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang ada tanpa membuat
masalah yang baru.

Ruang Lingkup EQ (Emotional Quotient):


• Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri,
mengelola
   emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain (Daniel Goldman).
• Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (Peter Salovely & John Mayer).
• Emosi adalah letupan perasaan seseorang.

ASPEK EQ (SALOVELY & GOLDMAN)


1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
2. Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
3. Kemampuan memotivasi diri.
4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

EQ TINGGI
• Berempati.
• Mengungkapkan dan memahami perasaan.
• Mengendalikan amarah.
• Kemandirian.
• Kemampuan menyesuaikan diri.
• Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
• Kesetiakawanan.
• Keramahan.
• Sikap hormat.

SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)
• Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri.
• Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri
seseorang kepada
   nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001).
• Paul Edwar, SQ adalah bukti ilmiah ketika anda merasakan keamanan (SECURE), kedamaian
(PEACE),
   penuh cinta (LOVED), dan bahagia (HAPPY).
CIRI-CIRI SQ TINGGI
• Menurut Dimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001):
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

CQ (CRETIVITY QUOTIENT)
KECERDASAN KREATIVTAS
• Potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang
ilmu dan
   teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya
• Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan
yang dapat
   diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul.

Ciri-ciri kreativitas menurut Guil Ford :


a. KELANCARAN : Kemampuan memproduksi banyak ide.
b. KELUWESAN : Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan
pemecahan masalah.
c. KEASLIAN : Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinal sebagai hasil pemikiran
sendiri.
d. PENGURAIAN : Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.
e. PERUMUSAN KEMBALI : Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui
cara yang berbeda dengan yang sudah lazim.

Cara Memunculkan Gagasan Kreatif :


1. Kuantitas gagasan : Teknik-teknik kreatif dalam berbagai tingkatan keseluruhannya bersandar
padapengembangan pertama sejumlah gagasan sebagai suatu cara untuk memperoleh gagasan
yang baik dan kreatif.
2. Teknik brainstorming : Teknik ini cenderung  menghasilkan gagasan baru yang orisinil untuk
menambah jumlah gagasan konvensional yang ada.

Cara Memunculkan Gagasan Kreatif


3. Sinektik : Suatu metode atau proses yang menggunakan metafora dan analogi untuk
menghasilkan
    gagasan kreatif atau wawasan segar ke dalam permasalahan.
4. Memfokuskan tujuan : Membuat seolah-olah apa yang diinginkan akan terjadi besok, telah
terjadi saat ini
    dengan melakukan visualisasi yang kuat.
AQ (ADVERSITY QUOTIENT)
KECERDASAN DALAM MENGHADAPI MASALAH
• Kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan
mampu
   mengatasi tantangan hidup.
• Menurut Stoltz, AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya,
serta
   sejauh  mana sikap, kemampuan dan kinerja seseorang terwujud di dunia.

Macam-Macam AQ
• AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti) : tingkatan AQ paling rendah, menyerah
ketika
   menghadapi kesulitan hidup.
• AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah) : campers adalah AQ tingkat bawah.
• AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki) : climbers adalah pendaki sejati.

Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio
seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan
ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur
kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan
latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir,
bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan
menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal
yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang
tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti
sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self
respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan
memahami orang (to understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang
(to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan,
penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari
bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk
memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi
sesama manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya
mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita
akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata
mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna,
nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Adversitas Quotient (AQ), pernah dengar? Menurut kamus adversity berarti kemalangan,
kesulitan, dan penderitaan. AQ disini adalah kecerdasan kita pada saat menghadapi segala
kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapinya, sebagian lagi
mudah takluk dan menyerah. Dengan demikian kecerdasan adversitas adalah sebuah daya
kecerdasan budi-akhlak-iman manusia menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk
kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus mengambil keuntungan
dari kemenangan-kemenangan itu

A. Pembahasan

1. Difinisi Kecerdasan

Biasanya orang yang pandai Bahasa Inggris secara otomatis akan menjawab ‘bright,
intelegence, smart’(yang terakhir menurut English America), brilliant, genius.Kata cerdas
banyak dipakai dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan, terutama sekali saat
merumuskan tujuan pendidikan, tujuan sekolah, dan beberapa target pendidikan.

Kata cerdas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 mempunyai arti : Sempurna
perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb), tajam pikiran sedangkan
kecerdasan di artikan sebagai : Perihal cerdas, perbuatan yang mencerdaskan,
kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran), yg
menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi
secara fungsional dengan yang lain.

Menurut definisi dalam kamus Oxford, padanan kata cerdas yaitu, kata ‘intelegent’
didefinisikan sbb: good at learning, understanding and thinking in a logical way about
things; showing this ability. Sedangkan dalam kamus Thesaurus, sebagai berikut : Having
or showing intelligence, often of a high order Padanan kata yang lain, yaitu kata ’shrewd’
menurut definisi Thesaurus : Having or showing a clever awareness and resourcefulness in
practical matters.
Bertahun-tahun definisi cerdas telah “dihakimi” oleh test IQ. Test yang lahir dari karya
pakar psikologi Prancis Alfred Binet pada awal abad ke-20 ini, semula merupakan ujicoba
untuk mengidentifikasi anak-anak yang masalah belajarnya membutuhkan pendidikan
perbaikan (Accelerated Learning, 2002:57).

Menurut Colin Rose, dalam bukunya Kuasai Lebih Cepat (2002:26), “Cara baru
memandang kemampuan manusia” yang memaknai kecerdasan sebagai, kemampuan
menciptakan produk bermanfaat dan menyelesaikan masalah sehari-hari”. Howard
Gardner, seorang professor pendidikan dari Universitas Harvard yang merupakan pencetus
teori Multiple Intelligence, juga penulis buku terkenal Frames of Mind, mengatakan
bahwa kecerdasan itu bukanlah sesuatu yang mutlak seperti halnya ketika kita mengukur
tinggi badan atau panjangnya sesuatu, sehingga bisa muncul label cerdas dan tidak cerdas.
Definisi di atas tidak ada yang salah dan tidak ada yang paling benar.Dan juga tidak ada
larangan untuk membuat definisi baru tentang arti kecerdasan.

B.
2. Macam-macam Kecerdasan Manusia

Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka dari Harvard University, menemukan bahwa
sebenarnya manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan. Howard menyebutnya sebagai
kecerdasan majemuk atau multiple intelligence. Mula-mula Howard menemukan tujuh
kecerdasan, namun dalam perkembangan selanjutnya, ia berhasil menemukan satu
kecerdasan lagi. Sehingga sampai hari ini diperkirakan setiap manusia memiliki delapan
jenis kecerdasan.
Kedelapan jenis kecerdasan itu adalah:

a. Kecerdasan Naturalis (nature smart)

Secara sederhana, orang dengan nature smart adalah orang yang sangat menyukai alam dan
lingkungannya. Ia sangat suka bepergian dan segala macam kegiatan luar ruang. Biasanya
seorang nature smart juga suka memelihara binatang atau merawat tanaman.

Ciri-ciri:

Suka bepergian atau hiking (naik gunung), tertarik pada objek wisata pantai dan
pegunungan, gemar memasak, suka fotografi atau videografi, suka menonton acara televisi
tentang flora atau fauna, mudah mengingat detail sebuah lokasi, suka berkemah di alam
terbuka, menikmati liburan ke taman safari atau kebun binatang, peduli terhadap
lingkungan hidup, suka mengikuti organisasi pencinta alam, tertarik dengan jenis binatang
atau tumbuhan yang aneh, suka berkebun.
Pengembangan:

Bagi penggemar flora, anda bisa membuat kebun sendiri dan mengumpulkan berbagai jenis
tanaman. Bagi penggemar binatang, cobalah memelihara binatang tertentu. Banyaklah
membaca buku tentang flora dan fauna. Bergabunglah dengan berbagai perkumpulan yang
sering mengadakan hiking, jalan-jalan di alam terbuka, dan sebagainya.

Kecerdasan lain yang mendukung: Body smart, karena anda membutuhkan stamina yang
cukup kuat untuk naik gunung atau berkemah di alam terbuka. Selain itu, kecerdasan lain
tidak berpengaruh secara langsung pada seorang nature smart. Pekerjaan yang sesuai:
Arkeolog, astronom, ahli botani, ahli biologi, peneliti lingkungan, florist, arsitek lanskap,
pelaut, dokter hewan, fotografer alam, dan sebagainya.

b. Kecerdasan Intrapersonal (self smart)

Seorang self smart adalah orang yang bisa memahami diri sendiri. Ia tahu tujuan hidupnya,
punya target-target yang ingin dicapai, mengerti apa potensi dan kelemahan-kelemahan
yang ia miliki. Selain itu, orang dengan kecerdasan ini akan selalu mengintrospeksi diri dan
menarik pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Sebenarnya ini
adalah jenis kecerdasan yang harus dikembangkan oleh semua orang hingga maksimal.
Kecerdasan ini sangat diperlukan untuk mengambil berbagai keputusan penting dalam
hidup kita dan untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul.

Ciri-ciri:

Suka bekerja seorang diri, bisa memegang teguh pendirian meski banyak yang melawan,
cenderung masa bodoh (cuek), sering mengintrospeksi diri, mengerti kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, secara berkala suka memikirkan masa depan dan rencana-rencana
hidup, realistis, bisa menghadapi kegagalan dan kemunduran dengan tabah, biasanya
dianggap orang yang bijaksana, suka membaca buku-buku pengembangan diri, bisa
mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi, lebih suka berwiraswasta (usaha
sendiri) daripada kerja ikut orang.

Pengembangan:

Saat teduh adalah hal yang sangat efektif untuk mengembangkan self smart anda. Secara
berkala evaluasilah diri anda. Bertanyalah pada diri sendiri, “Apa tujuan hidup saya?”,
“Apa yang ingin saya capai dalam waktu dekat maupun jangka panjang?”, “Apa potensi
dan kekuatan yang saya miliki?” Cara lain untuk mengembangkan self smart anda adalah
dengan menyediakan waktu untuk merenung. Kemudian catatlah hasil perenungan anda.

Kecerdasan lain yang mendukung : Kecerdasan lain berguna untuk mempermudah


pengembangan self smart kita. Misalnya, orang yang memiliki music smart akan lebih
mudah merenung bila disertai dengan iringan lagu. Orang dengan nature smart bisa lebih
mudah melakukan introspeksi saat berada di alam terbuka. Orang dengan picture smart bisa
menuangkan hasil perenungannya dalam bentuk gambar agar lebih mudah diingat.

c. Kecerdasan Interpersonal (people smart)

Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Mudah berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, orang dengan kecerdasan ini sanggup
menempatkan diri dan membaca situasi orang-orang di sekitarnya. Ia bisa dengan cepat
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Kegiatan-kegiatan berkelompok akan lebih
disukai.

Ciri-ciri:

Mudah berteman, suka bertemu dengan orang-orang atau kenalan baru, suka bekerja dalam
kelompok, suka kegiatan sosial, berusaha ‘maha hadir’ (suka bila dibutuhkan oleh orang
lain), tidak betah berada di rumah sendirian, banyak berbicara, dalam menghadapi masalah
cenderung meminta bantuan orang lain, suka memotivasi orang lain, senang berada dalam
keramaian, bisa mengatur atau memimpin sekelompok orang, menyukai permainan yang
dilakukan bersama (monopoli, kartu).

Pengembangan:

Bergaullah dengan berbagai orang seluas-luasnya dan pelajarilah karakter-karakter mereka.


Belajarlah melihat apa yang mereka sukai dan apa yang tidak mereka sukai. Ini akan
membantu anda membangun hubungan dengan orang-orang baru. Ikutlah dalam berbagai
organisasi dan banyaklah terlibat dalam berbagai perkumpulan yang membangun hidup
anda. Perluaslah wawasan anda, sehingga ketika bertemu dengan banyak orang, anda
punya banyak bahan untuk didiskusikan dan diceritakan.

Kecerdasan lain yang mendukung: Yang terutama adalah word smart. Dengan pengolahan
kata-kata yang baik, kemampuan sosial anda akan semakin efektif. Kecerdasan lain juga
dibutuhkan, namun tergantung pada jenis pekerjaan yang anda miliki. Pekerjaan yang
sesuai: Pengusaha, public relations, psikolog, konselor, marketing, politikus, trainer, aktivis
sosial, reporter, sosiolog, dsb.

d. Kecerdasan Musik (music smart)

Rasanya tidak perlu dijelaskan lagi. Bagi anda yang sangat menyukai musik dan punya
bakat di bidang musik, sudah pasti anda adalah orang yang memiliki kecerdasan musik.

Ciri-ciri:

Suka bersiul, mudah menghafal nada lagu yang baru didengar, menguasai salah satu alat
musik tertentu, peka terhadap suara fals/sumbang, suka bekerja sambil bernyanyi atau
bersenandung, sangat berminat untuk mengetahui perkembangan musik dunia, mengenal
berbagai jenis irama musik, punya keinginan untuk menguasai lebih dari satu jenis alat
musik, merasa tidak bisa hidup tanpa musik, memiliki suara yang merdu, tertarik pada
sesuatu yang menghasilkan bunyi-bunyian; bila mendengar musik, ada anggota tubuh yang
mengikuti irama.

Pengembangan:

Banyaklah mendengar berbagai jenis musik. Berusahalah menguasai sebanyak mungkin


alat musik, tetapi harus ada satu alat musik yang dikuasai hingga mahir. Bentuklah sebuah
band dan berlatihlah bersama-sama. Ikut kursus atau mencari seorang guru juga akan lebih
baik dalam meningkatkan kemampuan musik anda. Jika ada waktu luang dan sedang dalam
suasana hati yang baik, cobalah untuk menciptakan lagu sendiri.
Kecerdasan lain yang mendukung: Secara langsung hampir tidak ada kecerdasan lain yang
dibutuhkan. Tetapi secara tidak langsung body smart, self smart, word smart, picture smart,
dan nature smart juga dibutuhkan dalam mengembangkan music smart anda.

Body smart dibutuhkan karena anda membutuhkan keterampilan tangan dan koordinasi
tubuh untuk memainkan alat musik (kecuali vokalis tentunya). Self smart dan word smart
bagus bagi anda yang suka menciptakan lagu. Picture smart atau nature smart bagus untuk
mengembangkan otak kanan anda, karena bermain musik juga menggunakan otak kanan.
Pekerjaan yang sesuai: Tentunya semua yang berhubungan dengan musik, mulai dari
menjadi pemain musik, vokalis, pembuat jingle, arranger, pencipta lagu, dan sebagainya.

e. Kecerdasan Kinestetis (body smart)

Kemampuan untuk mengendalikan gerakan, keseimbangan, koordinasi, dan ketangkasan


bagian-bagian tubuh. Umumnya orang dengan body smart sangat menyukai olahraga dan
suka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mengandalkan fisik. Orang body smart hampir
tidak bisa berdiam diri dan cukup aktif. Namun, kecerdasan tubuh bukan hanya soal
olahraga dan stamina fisik saja. Kemampuan berperan dan menirukan perilaku tertentu juga
termasuk keahlian yang dimiliki oleh orang-orang dengan kecerdasan tubuh. Pernahkah
anda melihat orang yang suka mengotak-atik sesuatu (misalnya mesin, peralatan elektronik,
atau menjahit bagi yang wanita)? Bisa jadi mereka juga orang-orang yang memiliki body
smart.

Ciri-ciri:

Suka berolahraga, bisa menirukan perilaku atau gerak-gerik orang lain, suka menari, suka
kegiatan luar ruang, tidak betah duduk diam dalam waktu yang lama, menyukai kegiatan
yang membutuhkan keterampilan tangan, ketika berpikir biasanya harus bergerak; ketika
berbicara, banyak anggota tubuh yang bergerak; malas membaca, suka pekerjaan keluar
kantor, memiliki kekuatan fisik dan stamina yang lebih tinggi dibanding orang lain, suka
kegiatan yang berbahaya (misalnya bungee jumping).

Pengembangan:

Berolahraga! Selain itu bagi yang suka prakarya (pekerjaan tangan), cobalah untuk
mengembangkan hobi tersebut. Bagi yang pria, bisa mulai belajar mengotak-atik mesin
atau peralatan elektronik. Sedangkan bagi yang wanita, mulailah membuat berbagai
pernak-pernik dan aksesoris. Cukup banyak buku keterampilan yang dapat dipelajari, mulai
dari origami, clay, menjahit, lipat-melipat, dan sebagainya.

Kecerdasan lain yang mendukung: Secara tidak langsung tidak ada kecerdasan lain yang
secara spesifik diperlukan. Tergantung bidang pekerjaan terkait. Misalnya untuk
olahragawan, logic smart juga diperlukan untuk menganalisis kemampuan dan kelemahan
lawan, serta menyelidiki situasi lapangan dan kondisi lingkungan. Dengan memiliki
kemampuan analisis yang baik, sang olahragawan dapat menyiapkan strategi terbaik guna
meningkatkan kemungkinannya untuk berhasil. Pekerjaan yang sesuai: Atlet, penari,
perajin, pesulap, penata rambut, penjahit, aktor, stuntman, montir, dan sebagainya.

f. Kecerdasan Matematis (logic smart)

Kecerdasan matamatis atau kecerdasan logika. Orang yang memiliki kecerdasan ini
biasanya unggul dalam pelajaran-pelajaran IPA, seperti fisika dan matematika. Orang
dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan analisis yang kuat dan dapat berpikir secara
teratur, bahkan pola pikirnya cenderung kaku. Orang logic smart adalah orang yang
realistis dan selalu mencari jawaban atas berbagai pertanyaan. Tetapi harus diwaspadai
karena biasanya orang logic smart cenderung mencari alasan terhadap segala sesuatu,
sehingga mereka sulit memercayai Tuhan yang ajaib.

Atheis umumnya terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah orang-orang
yang kecewa terhadap Tuhan atau agama. Kelompok kedua adalah orang-orang logic smart
yang mencoba menganalisis Tuhan dan mencari penjelasan-penjelasan.

Ciri-ciri:

Unggul dalam matematika dan fisika, suka bertanya ‘kenapa’ terhadap segala sesuatu,
mudah menghafal angka, suka menganalisis sesuatu, yakin bahwa segala sesuatu ada
sebab/alasannya, tertarik pada teknologi dan berbagai penemuan terbaru, suka cerita
detektif/misteri, bertindak secara kronologis/teratur/berurutan, suka berandai-andai, suka
berdebat; senang melakukan penelitian, eksperimen, atau survei; menyukai film-film fiksi
ilmiah (science fiction).

Kecerdasan lain yang mendukung : People smart guna menambah wawasan dan teman,
supaya tidak dianggap kutu buku dan orang aneh. Nature smart juga perlu guna memancing
otak anda untuk menemukan berbagai pertanyaan yang bisa memperkaya pengetahuan
anda. Music smart, karena konon katanya musik bisa merangsang kerja otak manusia
menjadi lebih maksimal. Cocok bagi mereka yang gemar ‘memeras’ otak. Pekerjaan yang
sesuai : Ilmuwan, guru/pengajar sains, akuntan, analis data, programmer, ekonom, ahli
teknik (mesin, sipil, elektro, kimia), peneliti, ahli statistik.

g. Kecerdasan Spasial (picture smart)

Kecerdasan spasial atau kecerdasan gambar. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat
mudah mengingat gambar, dan memiliki imajinasi yang kuat. Apabila ia membayangkan
sesuatu, bayangan itu tergambar dengan jelas dalam pikirannya. Umumnya orang dengan
kecerdasan ini juga memiliki kemampuan dalam menggambar. Biasanya orang-orang yang
memiliki picture smart adalah para seniman.Kelebihan para pemilik picture smart, selain
terletak pada imajinasinya juga pada matanya. Mata mereka biasanya peka atau jeli
menangkap hal-hal yang tidak dilihat oleh orang lain.

Ciri-ciri:

Tidak mengalami kesulitan dalam membaca peta, lebih tertarik pada gambar daripada
tulisan, peka terhadap warna, suka fotografi atau videografi, mampu membayangkan
sebuah benda dilihat dari berbagai sudut, suka mencoret-coret bila sedang bertelepon atau
berbicara dengan orang, suka bermain puzzle, suka menyederhanakan sesuatu menjadi
gambar, gemar membaca komik, imajinatif (mudah membayangkan), peka terhadap tata
letak (interior, majalah, dsb), suka menggambar.

Pengembangan:

Lebih banyak menggambar. Jika anda sedang belajar, cobalah untuk menggambar poin-
poin penting yang anda dapatkan, karena anda akan lebih mudah mengingatnya. Jika anda
sedang menulis catatan apa saja, cobalah untuk menambahkan gambar-gambar yang
berhubungan dengan catatan anda. Lebih baik lagi jika anda membuat catatan harian
(diary) berupa sketsa. Banyaklah membaca buku-buku yang memuat berbagai visualisasi
menarik (buku-buku desain, fotografi, dsb).

Kecerdasan lain yang mendukung: Kecerdasan lain yang paling mendukung adalah nature
smart. Biasanya alam adalah sumber inspirasi yang tak terbatas bagi para seniman. Dalam
dunia kerja, dibutuhkan juga berbagai kecerdasan lain untuk menunjang picture smart anda.
Biasanya logic smart juga dibutuhkan untuk menunjang picture smart anda. Bahkan
seorang desainer grafis juga membutuhkan word smart dalam pekerjaannya. Pekerjaan
yang sesuai: Desainer grafis, arsitek, desainer interior, pemahat/pematung, fotografer,
kamerawan, ilustrator, komikus, pelukis, desainer produk, animator, dan sebagainya.

h. Kecerdasan Linguistik (word smart)

Kecerdasan linguistik atau kecerdasan bahasa. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai
mengolah kata-kata. Sebagian di antara mereka pandai berkata-kata (misalnya: presenter,
rohaniwan, pendongeng, mc, dsb). Sebagian lagi pandai menulis (misalnya: novelis,
penulis buku, dsb). Tetapi cukup banyak juga yang menguasai keduanya.

Ciri-ciri:

Suka membaca, gemar menulis (puisi, cerpen, novel, diary, dsb), suka bermain scrable atau
mengisi TTS, pandai bercerita, suka memelesetkan atau memarodikan kata-kata, lebih suka
mendengar secara lisan (auditory), mudah mengingat kata-kata aneh, suka menghibur
orang lain atau diri sendiri dengan serangkaian kata/kalimat, suka berintonasi dalam
berkata-kata, punya banyak perbendaharaan kata, mudah menemukan kejanggalan bahasa
dalam tulisan atau kata-kata orang lain, suka menghabiskan waktu di toko buku.

Pengembangan:

Cara utama untuk mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan membaca berbagai buku,
majalah, dan litaratur lainnya. Ada baiknya membiasakan diri menulis sesuatu (pengalaman
hidup sehari-hari, atau apa pun yang didapat ketika membaca sesuatu, menonton film, atau
bersaat teduh). Kecerdasan lain yang mendukung:

Akan lebih baik jika ditunjang dengan pengembangan self smart, logic smart, dan people
smart. Ketiga kecerdasan itu akan lebih meningkatkan kemampuan anda dalam mengolah
kata, serta memperluas wawasan anda. Pekerjaan yang sesuai:

MC, pembawa acara, rohaniwan, trainer, penyiar radio, guru, editor, story teller, public
relations, sastrawan, penulis, copywriter, pelawak.

B. Kesimpulan

Setiap manusia memiliki semua jenis dari delapan kecerdasan itu, namun hanya ada
beberapa yang dominan atau menonjol dalam diri seseorang. Kita sering kali menganggap
bahwa orang yang memiliki kecerdasan matematis (logic smart) sebagai orang yang pintar.
Namun, survei membuktikan bahwa mereka yang dulunya terkenal nakal dan bandel di
kelas, justru pada saat bekerja bisa sukses dan menjadi pemimpin atas orang-orang yang
dikenal rajin dan pandai di kelas. Mengapa bisa demikian? Mereka yang nakal dan bandel
itu bukanlah bodoh, tetapi mereka memang tidak menonjol dalam kecerdasan matematis
dan mungkin menonjol dalam jenis kecerdasan yang lain. Mudah-mudahan sedikit yang
kami sajikan dalam makalah ini mampu menghindarkan kita semua dari kesesatan dalam
mamahami kecerdasan secara parsial, sehingga kita dapat bersikap secara tepat dan
bijaksana.

·         ·   Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untukmenjelaskan1.  sifat pikiran


yang mencakup sejumlahkemampuan, seperti kemampuan menalar,
memecahkanmasalah,berpikir abstrak, memahami  Kecerdasan seseorang selalu
digagasan,menggunakan bahasa dan belajar kaitkan dengan fungsiotak. Otak manusia terdiri
dari : Otak Besar &  Otak Besar bagian kanan merupakan Pusat KecerdasanEmosiOtak Kecil
Sedangkan Otak Besar bagian kiri merupakan PusatKecerdasan Intelektual (kemampuan
berpikir), sekaliguspusat nalar, akal, pikiran, dan logika
·         ·  2. Memahami PerbedaanIQ EQ Kecerdasan
·         ·  3.  IQž seseorang pada hakikatnya menetap, meski tidak mutlak, artinya masih ada
kemungkinan perubahan IQ jika ada usaha yang keras untuk  Faktoryang mendukung hasil kerja
seseorang,žmengubah (meningkatkannya). yaitu: 1. Faktor Internal, yang meliputi kondisi fisik
dan psikis. 2. Faktor Eksternal, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial.
·         ·  4. Menurut Gardner, menemukan dalam setiap anak tersimpan 8 kecerdasan yang siap
berkembang, yaitu:1. Kecerdasan Linguistik (Kecerdasan Berbahasa) - Lisan: pendongeng,
orator. - Tertulis: pengarang, editor, wartawan. Kecerdasan ini mencangkup kemampuanà kata,
bahasa, bunyi, makna, retorika, dan lain-lain.2. Kecerdasan Matematic (kecerdasaan angka) -
Menggunakan angka dengan baik: akuntan,ahli , matematika. -Melakukan penalaran secara
tepat: ilmuwan, ahli logika, pemograman komputer. Kecerdasanà ini mencangkup kepekaan pada
pola dan hubungan logis, hubungan sebab akibat, proses kategorisasi, perhitungan3. Kecerdasan
Spasial (cerdas gambar) - Dimensi spasi-visual: pilot, pengemudi, pramuka. -
Mentransformasikan: dekorator, arsitek, pelukis,penemu.
·         ·  5. 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Body smart = Cerdas Tubuh) q Keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan : (Aktor, Pemain
Pantomim-Operet, Penari, Atlet). q Dan keterampilan tangan untuk mencipta atau mengubah :
(Pengrajin, Teknik Mesin, Mekanik, Dokter Bedah, Pengukir).5. Kecerdasan Musikal (Cerdas
Musik – Nada Suara) q Kemampuan mengerjakan bentuk-bentuk musikal dengan cara
mempersepsi (pengguna musik). membedakan (kritikus musik), menggubah (komposer), dan
mengekspresikan (penyanyi)6. Kecerdasan Interpersonal (Self Smart = Cerdas
Diri) q Kemampuan mempersepsi diri dan membedakan suasana hati, keinginan, motivasi dan
perasaan orang lain.7. Kecerdasan Intrapersonal (People Smart = Cerdas Bergaul) q Kemampuan
memahami diri sendiri dan bertindak atas pemahaman diri sendiri8. Kecerdasan Naturalis
(Cerdas Alam) q Keahlian mengenal dan mengategorikan spesies flora dan fauna dan alam
sekitar.Kemampuan dasarnya adalah kepekaan terhadap fenomena(gejala) alam dan menyikapi
makhluk hidup
·         ·  �6.  Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,
mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di  Menurut Goleman dalam Nuraini,
terdapat 5 dimensi atau�sekitarnya. komponenkecerdasan emosional (EQ) , Yaitu : 1.
Pengenalan Diri 2. Pengendalian Diri 3. Motivasi 4. Empati 5. Keterampilan Sosial
·         ·  7.  Ciri-ciri orang yang mempunyai EQ tinggi : 1.Tutur katanya sopan.� 2.Menghargai
dan menghormati pendapat orang lain. 3.Empati yang tinggi. 4.Menjalin hubungan dengan orang
lain secara harmonis. 5.Tegas dan tidak sombong. 6.Mampu mengahadapi berbagai persoalan.
7.Kehadirannya sangat  Ciri-ciri orang yang mempunyai EQ rendah : 1.Cerewet.�di dambakan.
2.Sering merendahkan, mempermalukan orang lain. 3.Berbicara kasar. 4.Tegas tapi sombong.
5.Tidak punya jiwa kemandirian. 6.Suka mengejek.
·         ·  8. ž Amarah : Beringas, mengamuk,benci, marah besar, kesal hati, terganggu, žrasa
pahit, tersinggung, bermusuhan,kebencian Kesedihan ž: Pedih, sedih, muram, suram, kesepian,
ditolak cinta, panik Rasa Takut : Ngeri gugup, takut, cemas,khawatir, was-
was,waspada,kecut, žpanik Kenikmatan : Senang, gembira, bahagia, ringan, bangga,
kenikmatan žterhibur, termotivasi Cinta : Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, žhormat, mabuk kepayang Malu : Kesal, mual, benci, hina

Tujuh Macam Kecerdasan


kecerdasan umumnya yang kita mengerti sangat sempit, yaitu hanya berkaitan dengan daya
ingat, logika, atau penalaran. Dr. John Elliot, seorang profesor
pendidikan pada jurusan pengembangan (kecerdasan) manusia dari Maryland University, dalam
seminar pada bulan April 1993 di Jakarta, membahas adanya tujuh macam kecerdasan yaitu:
Kecerdasan Fisikal: Kecerdasan ini tampil dalam bentuk kinerja (performance) fisik manusia,
seperti pada diri atlet umpamanya. Mereka yang unggul dalam kecerdasan
fisikal ini mampu mendayagunakan fisik mereka pada taraf yang mengherankan pada orang-
orang biasa. Olahragawan, pelukis, pengukir, penulis indah, pemain sirkus, dan
penari adalah kelompok-kelompok manusia yang cerdas fisiknya.

Kecerdasan Ruang-Waktu: Kecerdasan ini membuat seseorang selalu sadar akan posisi
relatifnya dalam koordinat ruang-waktu. Orang yang tidak cerdas ruang, tetap bingung
akan jalan-jalan di Jakarta, walaupun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Orang yang
tersesat, yakni orang yang mengalami disorientasi ruang, termasuk pula pada golongan
tak cerdas ruang. Sebaliknya pilot, nakhoda, penyelam, penjelajah alam, pemain bulu tangkis,
adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ruang yang tinggi. Demikian juga
arsitek, insinyur, ahli geometri, fisikawan dan sejarawan.
Kecerdasan Penalaran: Inilah kecerdasan yang secara umum dikenal luas sebagai kecerdasan.
Orang ini mampu memahami relasi antarbagian dalam realitas yang disadarinya dan karena itu ia
produktif membuat kesimpulan-kesimpulan.
Kecerdasan macam ini juga termasuk kemampuan berpikir logis dan matematis.

Kecerdasan Verbal: Anak kecil yang sudah pandai berceloteh dan memiliki vocabulary yang
mengherankan pastilah cerdas secara verbal. Orang-orang yang cari makan dengan
mengandalkan kepiawaian mulutnya, seperti guru, pengacara, instruktur, orator, master of
ceremony, penyiar radio, komentator olahraga, termasuk penulis, reporter, dan
penyiar adalah golongan orang-orang cerdas verbal. Orang-orang ini mampu mengekspresikan
diri, pikiran, dan perasaannya lewat rangkaian kata-kata.
Kecerdasan Sosial: Orang yang cerdas secara social seolah-olah mampu membaca orang
dengan akurat. Dan bias mengetahui persis apa isi hati, suasana hati, dan keinginan orang lain.
Karena itu, ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi, dan
termasuk memimpin orang lain. Konflik antarpribadi,
pertengkaran, ketakharmonisan hubungan, dan semacamnya, banyak berpangkal pada
ketakcerdasan sosial yang bersangkutan.
Kecerdasan Musikal: Kecerdasan ini membuat seseorang mampu memahami, menghayati, dan
mengekspresikan nada, irama, dan suara dalam bentuk musikal yang estetik. Musikus dalam
segala bentuknya, termasuk seniman pada umumnya, tentulah
termasuk kaum cerdas musikal.
Kecerdasan Etis-Spiritual: Orang cerdas di bidang ini mampu mengerti hal ikhwal spiritual.
Tidak saja dalam pengertian bahwa ia memahami dunia spiritual, tapi lebih
pada kemampuannya menampilkan sikap dan praktik hidup yang harmonis dengan nilai-nilai
fundamental yang secara tajam diketahuinya. Hati nuraninya bening, suara batinnya tajam, dan
mata hatinya awas dalam membedakan apa yang baik dari yang tidak baik, dan membedakan apa
yang baik, yang terbaik, dan yang sempurna. Orang yang unggul di bidang ini pada akhirnya
menampilkan diri sebagai pribadi yang bijak bestari, penuh hikmat, agung, dan berwibawa.
Menurut Prof. Elliot, semua manusia memiliki ketujuh macam kecerdasan ini dengan kombinasi
kualitas yang berbeda dari orang ke orang. Dengan demikian mudah dipahami adanya kenyataan
yang kita lihat seperti orang yang goblok ruang tapi cerdas musikal, dosen jenius matematika
tapi sontoloyo dalam mengajar.
Di lain pihak kita juga dapat menjumpai orang multi cerdas: pintar bergaul, jenius fisika, piawai
main biola, luhur budi pekerti, serta canggih dalam mengajar. Einstein konon
termasuk dalam kategori ini.

Jika kita bandingkan tujuh macam kecerdasan di atas dengan sepuluh kunci sukses menurut
Wareham dan Carnegie, tampaklah bahwa banyak di antaranya merupakan fungsi dari salah satu
kecerdasan tersebut. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu
elemen kunci untuk berhasil, karena dengannya kita dimampukan untuk mengenal teritori
permainan, diri kita sendiri, mitra tanding kita, aturan permainan, serta jebakan-jebakan
pertandingan yang lazim. Olehnya kita juga mampu menyusun strategi permainan yang
membawa kita kepada kemenangan
akhir. Namun tetap perlu kita catat, kecerdasan bukanlah segalanya. Masih ada hal-hal lain yang
bukan termasuk kategori kecerdasan pada daftar Wareham dan Carnegie.

Pengaruh IQ EQ dan SQ terhadap Prestasi


antara iq,eq dan sq
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini teknologi semakin maju, inovasi-inovasi baru selalu bermunculan. Banyak tercipta
alat-alat yang mempermudah segala aktivitas manusia. Alat-alat transportasipun semakin
canggih, tidak hanya dapat menjelajahi permukaan bumi tapi sudah ditemukan alat-alat
transportasi untuk menjelajah luar angkasa seperti ke bulan dan ke Planet Mars. Hal ini
menjadikan dunia semakin sempit. Penemuan-penemuan ini merupakan hasil dari kerja otak
yaitu pada kecerdasan Intelektual atau Intelegence Quotient (IQ).

Kecerdasan intelektual (IQ) dapat di ukur dan dikategorikan menurut tingkat IQ itu sendiri.
Banyak instansi yang menyaring calon pegawainya melalui tes IQ. Tapi seiring dengan
perkembangan zaman, ternyata muncul pandagan bahwa IQ saja tidaklah cukup untuk
menentukan kecerdasan dan menjamin kesukseksan seseorang. IQ harus dibarengi dengan
kecerdasan lainnya yang disebut EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional. Hal ini
dapat diterima oleh masyarakat dalam kurun waktu yang lama sebelum muncul lagi pandangan
bahwa IQ dan EQ saya masih belum menjamin kesuksesan seseorang dan masih dibutuhkan
kecerdasan lainnya yang disebut SQ (Spritual Quotient) atau kecerdasan spiritual.

Berdasarkan pemikiran kecerdasan yang selalu berkembang inilah, penulis mencoba mengulas
lebih dalam tentang IQ, EQ dan SQ serta hubungan dan peranan ketiga macam kecerdasan
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah :

(1) Apakah pengertian kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ).

(2) Bagaimanakah karakteristik IQ, EQ dan SQ

(3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi IQ, EQ dan SQ seseorang.

(4) Apakah pera IQ, EQ dan SQ bagi kehidupan.

(5) Bagaimanakah hubungan antara IQ, EQ dan SQ

(6) Bagaimanakah penarapan IQ, EQ dan SQ dalam kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecerdasan Intelektual (IQ)

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan intelektual atau IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari
Perancis pada awal abad ke – 20.

Pengertian kecerdasan intelektual (IQ) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Surya Brata (1982)

Kecerdasan intelektual (IQ) didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu
untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau masalah yang dihadapi.

Sorenson (1977)

Kecerdasan interlektual (IQ) adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon, dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Stern (1953)

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan
menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.

Thorndike

“Intelegence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand
point of truch of fact“. Orang dianggap memiliki kecerdasan intelektual apabila responnya
merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.

Freeman (1959)

Kecerdasan intelektual dipandang sebagai capacity to integrate experiences, capacity to learn,


capacity to perform tasks regarded by psychologist as intellectual and capacity to carry on
abstract thinking. Orang yang memiliki kecerdasana intelektual adalah orang yang memiliki
kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman, kemampuan untuk belajar dengan
lebih baik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan
aspek psikologis dan intelektual dan kemampuan untuk berpikir abstrak.

2.1.2 Karakteristik Kecerdasan Intelektual (IQ)

Umumnya orang tua beranggapan hasil tes IQ berkaitan dengan kecerdasan. Anak ber-IQ 130
dianggap berkemampuan luar biasa dalam segala bidang. Jika anak juga olah raga namun ber IQ
taraf rata-rata atau anak yang nilai matematika yang jeblok dan IQ nya taraf rata-rata di anggap
bodoh. Pemahaman seperti itu tak tepat, IQ hanya mengukur kemampuan lingguistik dan logika
matematika sedangkan kecerdasan mengacu pada kemampuan problem solving. Kenyataannya
IQ tinggi tak menjamin yang bersangkutan berhasil dalam kehidupan kelak, perannya hanya
sebesar 20 %. Banyak contoh yang membuktikan hal tersebut antara lain orang yang ber IQ
tinggi, namun tentu mampu berempati atau melakukan tindak pidana.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual (IQ)

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda.
Ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang
menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaannya
pandangan tersebut dapat diketahui bahwa IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pengaruh faktor bawaan

Banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari satu
keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (+ 0,50), orang
yang lembar (+ 0,90), yang tidak bersanak saudara (+ 0,20), anak yang di adopsi korelasi dengan
orang tua angkatnya (+ 0,10 – + 0,20).

2. Pengaruh faktor lingkungan

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang di konsumsi oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi IQ seseorang.

Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan
lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).

3. Stabilitasi kecerdasan Intelektual (IQ)

Stabilitasi IQ tergantung perkembangan organik otak.

4. Pengaruh faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik
maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya.

5. Pengaruh faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan IQ.

6. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar.

7. Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

2.1.4 Peran Kecerdasan Intelektual (IQ) bagi Kehidupan

IQ adalah kecerdasa manusia yang dimiliki oleh otak manusia yang bisa melakukan beberapa
kemampuan, seperti kemampuan yang bisa melakukan kemampuan, seperti kemampuan
menalar, merencanakan masalah, berpikir, abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa,
dan belajar.

Berkat kecerdasan intelektualnya memang manusia telah mampu menjelajah ke bulan dan luar
angkasa lainnya, menciptakan teknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia terasa
lebih dekat dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir, serta menciptakan alat-alat
teknologi lainnya yang super canggih. Namun bersamaan itu pula kerusakan yang menuju
kehancuran total sudah mulai, menipis telah menyebabkan terjadinya pemasaran global, bajir dan
kekeringan pun terjadi di mana-mana. Gunung-gunung menggeliat dan memuntahkan akan dan
lahar panasnya. Penyakit-penyakit ragawi yang sebelumnya tidak dikenal, mulai bermunculan,
seperti Flu Burung (Avian lnfluenza). Aids serta jenis-jenis penyakit mematikan lainnya.
Bahkan, tatanan sosial-ekonomi menjadi kacau balau karena sikap perilaku manusia yang
mengabaikan kejujuran dan amarah (perilaku koruptif dan perilaku manipulatif).

2.2 Kecerdasan Emosional (EQ)

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman (1999) adalah salah seorag yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia
lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi
seseorang, yaki kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebulan
emosional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dnegan orang lain.

Para pakar memberikan definisi beragam pada EQ, diantaranya adalah kemampuan untuk
menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan
mengelolanya. Menurut definisi ini, EQ mempunyai empat dimensi berikut :

1. Mengenal, menerima dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional) caranya mampu


membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan baik melalui suara, ekspresi wajah dan
tingkah laku.

2. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Caranya perubahan emosi bisa mengubah
sikap optimis menjadi pesimis. Terkadang emosi mendorong manusia untuk menerima
pandangan dan pendapat yang beragam.
3. Memahami dan menganalisa emosi. Mampu mengetahui perubahan dari satu emosi ke emosi
lain seperti berubahnya dari emosi marah menjadi rela atau lega.

4. Mengelola emosi

Mampu mengelola emosi sendiri atau orang lain dengan cara meringankan emosi negatif dan
memperkuat emosi positif. Hal ini dilakukan denga tapa menyembuhkan informasi yang
disampaikan oleh emosi-emosi ini dan tidak berlebihan.

2.2.2 Karakteristik Kecerdasan Emosional (EQ)

Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence menuliskan bahwa
berbeda dengan tes-tes untuk IQ yang sudah dikenal, sampai sekarang belum ada tes tertulis
tunggal yang menghasilkan nilai kecerdasan emosional. Meskipun ada banyak penelitian
mengenai masing-masing komponennya, beberapa komponen seperti empah, paling banter diuji
dengan mengambil contoh kemampuan aktual seseorang sewaktu mengerjakan tugas tersebut.
Namun, dengan patokan bagi apa yang disebut resikonya ego yang agak mirip dengan
kecerdasan emosional.

Menurut Goleman, EQ yang baik bisa dan dapat dipelajari serta diraih seiring dengan
pertumbuhan seorang anak. Oleh karena itu, untuk mengetahui tinggi atau rendahnya tingkat EQ
pada anak dapat dilakukan sebanyak dua kali yaitu ketika anak berusia sebelum 12 tahun dan
ketika si anak pada usia 12 tahun.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional bawaan bisa berkembag atau rusak, hal ini tergantung pada pengaruh
yang diperoleh anak dimana kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa datang dari orang tua, keluarga
atau sekolah. Anak melalui hidupnya dengan potensi yang baik untuk perkembangan emosinya,
hanya saja pengalaman emosi yang dialaminya di lingkungan anarkis atau tidak bersahabat
menyebabkan grafik perkembangan EQnya menurun. Sebaliknya, bisa saja seorang anak
mempunyai EQ bawaan yang rendah, namun Eqnya ini bisa berkembang dengan baik, jika ia
dididik dengan baik melalui pengalaman-pengalaman emosional yang ramah dan bersahabat.
Perilaku emosi cerdas yang diperlihatkan lingkungannya menyebabkan grafik Eqya menjadi
tinggi.

Para orang tua yang gagal mengajuka kecerdasan emosional kepada anak-anak sebagai berikut :

1. Orang tua yang mengabaikan, yang tidak menghiraukan mengganggap sepi ataupun
meremehkan emosi-emosi negatif anak.

2. Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis terhadap ungkapan perasaan-perasaan
negatif anak dan barangkali memarahi atau menghukum mereka karena mengungkapkan
emosinya.

3. Orang tua Laisez – Faire, yang menerima emosi anak dan berempati dengan mereka tetapi
tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-batas pada tingkah laku anak tersebut.

2.2.4 Peran Kecerdasan Emosional (EQ) bagi Kehidupan

Emosi adalah kepalsuan, kemampuan dan keterampilan untuk menangkap kecerdasan dan
menilai serta megendalikan emosi diri sendiri, orang lain dan kelompok. Aka tetapi definisi
kecerdasan emosi masih merupakan rahasia yang belum terungkap dan masih berubah-ubah.
Kecerdasan emosi merupakan suatu bangunan yang tersusun atas lima dimensi. Kelima dimensi
adalah pengetahuan, pengelolaan hubungan, motivasi diri, empati dan pengendalian perasaan
atau emosi. Kecerdasan emosi sendiri masih merupakan subjek penelitian yang mengungkapkan
kenyataan bahwa ia berbeda dari kemampuan kognitif atau teknis serta menggunakan bagian
otak yag berbeda pula. Kecerdasan emosi penting untuk menanganni situasi yang bermuatan
emosi, suatu kondisi yang sering terjadi. Ini barangkali adalah bagia yang paling sulit dalam
mengembangkan kecerdasan seseorang. Muatan dari emosi negatif serta dampak dari
kepercayaan diri, keberanian dan kejujuran dapat diperoleh dengan baik melalui kecerdasan
emosi. Keterampilan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan emosi akan membetuk
seperangkat kemampuan pokok yang mempengaruhi banyak isu bisnis yang vital bagi sensasi
individu serta keberhasilan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan faktor yang paling jelas
mengatur pola kehidupan. Kecerdasan ini penting dalam pengelolaan emosi yang diperlukan
untuk dapat membangun pola yang berhasil. Pengembangan kecerdasan emosi sangat penting
bagi keberhasilan tingkah laku dan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan penentu dalam
pembentukan serta keberhasilan hubungan dimasyarakat. Kecerdasan ini juga dapat
menghilangkan perasaan takut, cemas, dan marah yang menghambat dalam pengendalian emosi.

Kompotensi utama kecerdasan emosi yang membuat seseorang memiliki kepribadian yang utuh
adalah sebagai berikut (1) Kesadaran-diri emosional. Seberapa jauh Anda mampu mengenai
perasaan sendiri (2) Ekpresi emosional : Kemampuan mengekspresikan perasan dan naluri (3)
Kesadaran akan emosi orang lain : kemampuan mendengarkan, merasakan atau mengintusikan
perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh, maupun petunjuk lain (4) Kreativitas : berhubungan
dnegan berbagai sumberdaya non kognitif yang gagal membantu menentuka ide baru,
menemukan solusi alternatif dan cara efektif melakukan sesuatu (5) Kegigihan / fleksibilitas :
ulet dan tetap berhasrat serta berharap walaupun ada halangan (6) Hubungan antarpribadi :
menciptakan dan mempertahankan jejaring dengan orang-orang yang bersamanya. Anda menjadi
realitas yang utuh (7) Ketidakpuasaan konstruktif kemampuan tetap tenang dan fokus dengan
emosi yang tidak meningkat sekalipun dalam perselisihan (8) Wawasan/Optimisme : positif dan
optimistik (9) Belas kasihan/empat kemampuan.Berempat dan menghargai perasaan orang lain
(10) Intuisi : kemampuan mengenali, mempercayai, dan menggunakan perasaan kuat yang
muncul dari dalam, serta respons kognitif lain yang dihasilkan oleh indera, emosi, pikiran dan
tubuh (11) Kesengajaan : mengatakan apa maksud Anda dan tekad untuk melaksanakan apa yang
Anda katakan : bersedia tahan terhadap gangguan dan godaan agar dapat bertanggung jawab atas
tindakan dan sikap. (12) Radius kepercayaan : mempercayai bahwa seseorang itu “baik” sampai
terbukti sebaliknya : namun, tidak juga berlaku mempercayai seseorang (13) Kekuatan Pribadi
yakin yang dapat menghadapi segala tantangan dan hidup sesuai dengan pilihan.

2.3 Kecerdasan Spiriitual (SQ)

2.3.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Berangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual
maupun kecerdasan emosionalnyan, pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan fungsi afektif,
kognitif, dan konatifnya manusia akan menyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa diluar
dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apapun, termasuk dirinya
penghayatan seperti itu menurut Zakiah Darajat (1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan
(Religious Experience) Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak
hanya sampai kepada pengakuan atas keberadaan-Nya, namun juga mengaku-Nya sebagai
sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh
karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan
disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif,
secara simbodik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari. Temua ilmiah yang digagas
oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Mishael Persinger pada tahun
1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S Ramachandran pada tahun 1997 menemukan
adanya God Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual yang
terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah
manusia yang terdalam. Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya melahirkan konsep
kecerdasan spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha
memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Dengan istilah yang disebut
Spiritual Quotient (SQ).

Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk mengdahapi persoalan makna atau value,
yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.

2.3.2 Karakteristik Kecerdasan Spiritual (SQ)

Jika anak balita memiliki SQ paling tinggi, dia jujur mengungkapkan sesuatu berdasarkan apa
yang ada di tolak hatinya. Bila tak suka, anak balita akan bilang tak suka, tak memanipulasi
jawabannya. Sejalan bertambahya usia, SQ akan menurun, karenanya orang tua harus terus
mengajarkan anak untuk mengembangkan SQ-nya, misal mengajarjan anak bahwa kakak
menolong adik bukan karena kewajibannya sebagai kakak semata, namun dilandasi kasih sayang
pada adik.
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) secara umum dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu keyakinan dalam diri,
potensi diri, dan kemauan dari diri tersebut. Selain faktor-faktor tersebut peran keluarga dalam
membentuk dan meningkatkan serta membina kecerdasan spiritual ini sangat dibutuhkan. Apa
yang keluarga tunjukan setiap harinya akan membentuk pribadi anak tersebut. Kondisi yang
mendukung seorang anak dalam keluarga akan membuat kecerdasan spiritualnya terbentuk dan
terbina dengan baik.

2.3.4 Peranan Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam Kehidupan

Menurut Zohar dan Marshal, Kecerdasan Spiritual (SQ) penting dalam kehidupan. Ia
menjelaskan bahwa seseorang yang SQ nya tinggi cenderung menjadi pemimpin yang penuh
pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih
tinggi terhadap orang lain. Ia dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain.penjelasan ini juga
berlaku terhadap keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun karakter
manusia yaitu anggota keluarga yang mengilhami orang disekitarnya, dan meciptakan pribadi
utuh yang mampu bertindak bijaksana sehingga dalam keluarga tadi tercipta suatu
kesinambungan. Mengenai karakter manusia yang mengilhami dan memberikan pengaruh positif
berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini covey menerangkan bahwa kemenangan publik
di mulai dengan kemenangan pribadi. Tempat untuk membangun hubungan apapun adalah di
dalam diri sendiri, dalam lingkungan pengaruh dan karakter. Setiap pribadi yang menjadi
mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mampu
mengaplikasikan integritas, maka ia pun dapat membangun hubungan saling tergantung, kaya,
langgeng dan sangat produktif dengan orang lain.

Kecerdasan spiritual mampu mengungkapkan yang abadi, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah
dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga mampu membimbing kecerdasan
lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam
keluar sehingga membuat manusia dapat lebih benar, lebih sempurna, lebih efektif. Lebih
bahagia dan menyikapi sesuatu dengan lebih jerih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur
dalam keseluruhan hidupnya.

Dengan kecerdasan spiritual pribadi akan memiliki pribadi utuh dan berpusat pada prinsip yang
benar. Apabila tindakan didasari dibimbing oleh yang benar maka tindakan ucapan, dan sikapnya
menjadi bijaksana dan penuh kebaikan.

Individu yang mampu mengembangkan kecerdasan spiritual akan memiliki prinsip dan cara
pandang yang realistis, mampu menyatukan keragaman, mampu memaknai, dan
menstranformasikan kesulitan menjadi medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang
lebih tajam dan matang.

2.4 Hubungan Antara IQ, EQ dan SQ


Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intellience menjelaskan bahwa kunci
sukses seseorag ternyata tidak hanya disebabkan tingginya IQ (Inteligence Quotion) saja, ada
faktor lain yang dapat membawa seseorang menuju kesuksesan, yaitu EQ ( Emotional
Quotionale) atau kecerdasan emosional. Di dalam buku itu diceritakan yang pada intinya bahwa
ada percobaan yang dilakukan terhadap anak kecil, dimana untuk mendapatkan sebuah kue yang
enak, seorang anak harus berusaha dan menunggu terlebih dahulu. Dari sekitar banyak anak,
terdapat sedikit sekali yang akhirnya yang mendapat kue itu setelah berusaha dan menunggu.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata anak-anak yang sabar ini meraih kesuksesan lebih
dibanding teman-temannya yang lain, setelah beberapa pengkajian dan penelitian lebih dalam,
para penelitipun berkesimpulan bahwa kecerdasan emosionalnya yang dimiliki oleh seseorang
menjadi kunci dalam keberhasilan seseorang.

Dewasa ini, ada perkembangan terbaru dalam menentukan faktor kunci keberhasilan seseorang,
yaitu Spiritual Quation (SQ). Teori ini berkembang setelah didapat banyak orang-orang yang
sukses ternyata mempunyai rohani yang kering. Mereka kehausan spiritual, setelah mendapatkan
apa yang mereka impikan bahkan apa yang semua di dunia ini impikan, yaitu kekayaan
berlimpah, ketenaran, kekuasaan, kedudukan yang tinggi. Mobil-mobil lux mereka berjejer rapi
di dalam rumah bak istana yang megah dan luas. Tetapi justru disitulah mereka menemuka
neraka di dalamnya, suami dan istri yang bertikasi sepanjang hari, anak-anak yang berbius oleh
dunia kelamnya. Tidak ada kedamaian di saat yang ada hayalah detik-detik penantian menuju
kehancuran penghuninya. Oleh karena itu selai IQ dan EQ yang tinggi, dibutuhkan lain apa yang
dinamakan kecerdasan spiritual (QS).

Selain itu, Ary Ginanjar Agustian seorang dosen, pengusaha, dan penulis buku Emotional dan
Spiritual Quotient (ESQ) dan ESQ power yang terkenal dengan pemikirannya yang diberi nama
ESQ, sebuah pemikiran yang menguak adanya kolerasi yang sangat kuat antara dunia usaha,
profesionalisme dan manajemen modern, dalam hubungannya dengan intisari al-Islam : rukun
Islam dan rukun Iman.

Menurut, IQ terletak pada fungsi otak neocortex , EQ terletak pada fungsi otak lymbic system,
sedangkan SQ pada fungsi otak godsport atau terletak pada temporallobe.

Penemuan IQ, EQ dan SQ menjadi syarat ilmiah bahwa kecerdasan spiritual sudah ada dalam
fungsi neroscience otak manusia. Namun kecerdasan intelektual saja tak cukup, masih
dibutuhkan apa yang disebut EQ, EQ menunjukkan bukti bahwa sangat berperan penting
didalam keberhasilan kita.

Sebuah lembaga pernah membuat penelihan. Mereka melihat data bank raksasa bernama EQ
inventory. Di sini dikumpulkan data-data seluruh orang sukses di mula bumi. Hasilnya,
ditemukan bukti bahwa kecerdasan intelektual hanya 6% membawa keberhasilan, bahkan
maksimum hanya 20 %.
2.5 Penerapan IQ, EQ da SQ Dalam Kehidupan

IQ, EQ dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita
alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :

1. Merumuskan keputusan atau eksekusi

2. Menjalankan keputusan atau eksekusi

3. Menyikapi keputusan atau eksekusi

Rumusan keputusan itu seharusnya didasarkan pada fakta yang kita termuka di lapangan realita
(apa yang terjadi) bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka atau tidak suka.
Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir untuk menemukan
fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dari setiap pilihan
keputusan yang ada. Rencana keputusan yang hendak diambil merupakan hasil dari penyaringan
logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi kepentingan dan keuntungan
diri kita sendiri. Bagaimanapun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan
dengan oran lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ yaitu kemampuan memahami
(empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam membimbing dan
memutuskan. Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini, yang harus dipertimbangkan,
sehingga kita tidak bisa menggunakan rumus logika matematis untung rugi. Kita pun sering
menjumpai kenyataan bahwa faktor human tosch turut mempengaruhi penerimaan atau pendakan
seseorang terhadap kita-salah satu contoh kongkrit di Indonesia budaya “kekurangan” sangat
ketal mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis atau bahkan penyelesaian konflik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

IQ merupakan kecerdasan untuk melakukan kemampuan menalar, merencanakan masalah,


berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. EQ merupakan
kemampuan untuk menyikapi pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami dan
mengelolanya. Sedangkan SQ merupakan kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha
memberikan penghayatan bagaimana agar hidup lebih bermakna.

IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait
didalam diri kita. Ketiganya sangat diperlukan dalam menentukan kesuksesan seseorang. IQ saja
tidak akan cukup tanpa dibarengi dengan EQ dan SQ.

3.2 Saran-Saran
– Hendaknya kita memahami lebih dalam tentang pengertian, karakteristik, faktor dan peran IQ,
EQ dan SQ.

– Hendaknya kita memahami hubungan IQ, EQ dan SQ.

– Hendaknya kita menerapkan IQ, EQ dan SQ dalam kehidupan


 
                                                                                                   
Sumber : http://baslini.blogspot.com/2010/11/8-dimensi-kecerdasan.html
                   http://www.slideshare.net/nadyaweningpranayadipta/bkkecerdasan-manusia
                   http://beanridho.wordpress.com/2011/11/18/7-macam-kecerdasan-manusia-mana-
yg-paling-menonjol-dlm-diri-anda/
                   http://yulilestari3.blogspot.com/2012/09/pengaruh-iq-eq-dan-sq-terhapat-
prestasi.html
                  
DIMENSI KECERDASAN
MANUSIA
KELOMPOK 6

Anda mungkin juga menyukai