Anda di halaman 1dari 104

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK TRANSFORMASI CERITA RAKYAT


PADA SISWA KELAS XI SMAN 3 ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Oleh

HASPIA

105331107516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

i
ii
iii
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Telp : 0411-860837/860132 (Fax)
Email : fkip@unismuh.ac.id
Web : www.fkip.unismuh.ac.id
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

‫بســــــم اللـه الرحـمن الرحيــــم‬

SURAT PERNYATAAN

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama Mahasiswa : Haspia


Stambuk : 105331107516
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dengan Judul : Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama
dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita
Rakyat Pada Siswa Kelas XI SMAN 3 Enrekang

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2020


Yang Membuat Pernyataan

Haspia
NIM. 105331107516

Terakreditasi Instisusi

iv
Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Telp : 0411-860837/860132 (Fax)
Email : fkip@unismuh.ac.id
Web : www.fkip.unismuh.ac.id
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

‫بســــــم اللـه الرحـمن الرحيــــم‬

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Haspia


Stambuk : 105331107516
Jurusan : Pendidikaan Bahasa dan Sastra Indoneisa
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2020


Yang Membuat Perjanjian

Haspia

v
MOTTO

Perubahan ada pada diri sendiri

Setiap mengarah ke perubahan yang lebih baik akan ada banyak tantangan

Teruslah bergerak ke depan

Lakukanlah dengan baik

Sesungguhnya

Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan


kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah 286)

Dan

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

( QS. Al-Insyirah 5)

Kupersembahkan kepada:

kedua orang tuaku ayahanda Alm. Laga dan ibunda Hanija, saudaraku,

teman-temanku atas kekihlasan dan doanya dalam mendukung penulis

dalam mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

vi
ABSTRAK

Haspia, 2020. “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama


Dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyat pada Siswa Kelas XI
SMAN 3 Enrekang”. Skripsi Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Muhammad Dahlan.

Tujuan penelitian ini yakni meningkatkan keterampilan siswa dalam


menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat
pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
secara mendalam dengan tahapan-tahapan pelaksanaan yaitu, perencanaan,
tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi secara berulang. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dengan jumlah
siswa 28. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Instrument yang digunakan berupa lembar observasi dan tes menulis. Teknik
pengumpulan data tiap siklus dan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara analisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di siklus I dan


terlebih di siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan hasil belajar
sebelum tindakan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik
transformasi cerita rakyat. Hal tersebut dibuktikan bahwa penggunakan teknik
transformasi cerita rakyat berhasil meningkatkan nilai hasil belajar menulis
naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang. Nilai rata-rata pada siklus
I mencapai 70.21 sedangkan nilai rata-rata siklus II lebih meningkat mencapai
81.35. Aktivitas siswa setelah belajar menulis naskah drama dengan menggunakan
teknik transformasi cerita rakyat, siswa lebih aktif dan mudah berfikir untuk
menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam naskah drama dan motivasi
belajarpun meningkat dan lebih menyenangkan.

Kata kunci: menulis, naskah drama, transformasi cerita rakyat.

vii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia penulis persembahkan kecuali puji dan

syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan segala nikmat berupa

kesempatan, kesehatan, ketabahan, petunjuk, dan kekuatan iman sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Salam serta salawat tak lupa penulis

hantarkan kepada nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya

yang tetap istiqamah di jalan Allah.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang

harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan studi pada Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun

judul skripsi ini adalah ” Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama

Dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyat Pada Siswa kelas XI

SMAN 3 Enrekang” Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari

berbagai hambatan dan tantangan akan tetapi, semua itu dapat diatasi berkat

petunjuk dari Allah Swt, serta kerja keras dan rasa percaya diri dari penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis menerima dengan ikhlas segala kritikan dan masukan-

masukan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih dengan setulusnya kepada semua pihak yang turut

serta memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral. Ananda haturkan

penghormatan dan terima kasih yang setulusnya kepada:

viii
Alm. Laga dan Hanija yaitu kedua orang tua yang telah mendidik,

mengasuh, dan membimbing, serta berkorban dengan sepenuh hati dan seluruh

jiwa raganya dalam membiayai pendidikan sampai bisa menyelesaikan studi dan

tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak saya yang tidak

bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kedua orang tua dalam

membiayai kuliah dan biaya hidup sehari-hari selama kuliah.

Dr. Munirah, M. Pd. pembimbing I dan Muhammad Dahlan, S. Pd., M.

Pd pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mencurahkan segenap

perhatian, arahan, dorongan, dan semangat serta pandangan-pandangan dengan

penuh rasa kesabaran sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang sangat

berarti bagi penulis sejak penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. Bapak

dan Ibu dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membagikan

ilmunya kepada penulis selama ini.

Dr. Munirah, M. Pd., Ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Dr. Muhammad Akhir, M. Pd., Sekretaris jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan petunjuk serta saran dalam

aktifitas akademik.

Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag Selaku rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membina Universitas Muhammadiyah

Makassar ke arah yang lebih baik, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph D. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada kedua Keluarga Besar:baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu yang

telah memberikan arahan dan motivasinya serta menyumbangkan sedikit berupa

materi, sehingga Ananda bersemangat dalam setiap jejak langkah dalam menuntut

ilmu dan kakanda-kakanda senior yang telah membantu, serta memberikan

arahan, teman-teman angkatan 2016 khususnya kelas C, sahabat

ix
penulis Eka Putri R, Suci Indah Sari, Nur Atikah dan teman-teman P2K Hilmia

Azhar, Wawat Hidayati, Nur Adila, dan Miftahul Jannah yang selalu memberikan

motivasi, dukungan, dan mengajarkan arti kesabaran dalam mengerjakan skripsi

ini. Keluarga besar Sanggar Seni Matawai dan keluarga besar Komunitas seni

Massenrempulu yang sudah memberikan wadah sebagai tempat menuntut ilmu

selain di bangku perkuliahan.

Terima kasih atas segala doa, motivasi, dan dukungan serta masukan-

masukannya sehingga skripsi ini diselesaikan dengan kendala yang tak begitu

berarti. Semoga bantuan yang telah kalian berikan bernilai pahala di sisi Allah

Swt.

Segenap kemampuan, tenaga, dan daya pikir telah dicurahkan dalam

menyelesaikan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun,

sesempurnanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan karena dengan

kesalahan dapat mengambil pelajaran yang berharga dan itu semua tidak dapat

diraih dengan begitu saja tanpa pengorbanan, ikhtiar, dan doa. Oleh karena itu,

penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Makassar, September 2020

Penulis

Haspia

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................................v

MOTTO.................................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ......................................6

A. Kajian Pustaka ..............................................................................................6


1. Penelitian Relevan..................................................................................6
2. Pengertian Menulis.................................................................................9
3. Teori Sastra ..........................................................................................15
4. Pengertian Drama .................................................................................17

xi
5. Certita Rakyat.......................................................................................22
6. Teknik Transformasi Cerita Rakyat .....................................................24
7. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Transformasi
Cerita Rakyat ........................................................................................26
B. Kerangka Pikir ...........................................................................................27
C. Hipotesis .....................................................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................30

A. Jenis Penelitian ...........................................................................................30


B. Setting Dan Subjek Penelitian....................................................................30
C. Faktor yang diselediki ................................................................................30
D. Prosedur Penelitian.....................................................................................30
E. Instumen Penelitian ....................................................................................37
F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................37
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................38
H. Indikator Keberhasilan ...............................................................................40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..........................................................................................42


B. Pembahasan................................................................................................52

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................................................56
B. Saran ..........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus I ...................................43

Tabel 4.2 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus I ...................45

Tabel 4.3 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas

XI MIPA I SMAN 3 Enrekang pada siklus I.........................................46

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus II .................................48

Tabel 4.5 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus II ..................50

Tabel.4.6 Tabel 4.6 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada

siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang pada siklus II ....................51

Tabel 4.7 Hasil belajar menulis naskah drama.......................................................53

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir....................................................................................28

Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II ..........................................31

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia merupakan suatu tujuan untuk

mengembangkan keterampilan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan.

Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada

di sekolah. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup

komponen kemampuan berbahasa yang meliputi aspek-aspek menyimak,

berbicara, membaca dan menulis. Dari keempat aspek tersebut, menulis adalah

aspek yang paling sulit, karena menulis tidak hanya menyalin kata- kata atau

kalimat, melainkan menuangkan ide-ide dan gagasan. Dan keterampilan menulis

merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang penting dalam kehidupan

manusia.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang

melibatkan berbagai keterampilan lainnya, di antaranya kemampuan menyusun

pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang

tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa kemudian disusun dalam

bentuk paragraph. Oleh karena itu keterampilan menulis merupakan keterampilan

berbahasa yang paling rumit.

Menurut Tarigan (2013), menulis adalah keterampilan berbahasa untuk

berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Lebih lanjut, beliau juga

mengatakan bahwa keterampilan menulis suatu kegiatan yang produktif dan

1
2

ekspresif. Di sisi lain, menulis mempunya manfaat bagi seseorang, salah satunya

motivasi untuk tetap berminat dalam kegiatan menulis.

Penulisan naskah drama di sekolah diakui masih sangat minim. Kenyataan

ini berdampak pada lemahnya apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

karya sastra. Pembelajaran sastra di sekolah sering dianaktirikan. Pembelajaran

sastra dianggap tidak penting dan menghabiskan waktu. Salah satu sebab

diabaikannya pembelajaran sastra di sekolah adalah media yang dipakai untuk

melaksanakan proses pembelajaran sastra tidak menarik atau membosankan.

Permasalahan lain yang muncul yaitu kemampuan siswa tergolong rendah dan

kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan menulis naskah drama.

Pembelajaran keterampilan menulis naskah drama di Sekolah Menengah

Atas, siswa dituntun menulis naskah drama dari pengalaman yang menarik

ataupun hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Model yang

bias diberikan oleh guru masih bersifat tradisional, misalnya guru menentukan

topik dan kerangka kemudian siswa hanya mengembangkan apa yang telah diberi

oleh guru.

Berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh informasi bahwa

pembelajaran sastra di SMAN 1 Enrekang kelas XI selama ini kurang sesuai

dengan harapan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam

proses pembelajaran. Kendala yang dihadapi antara lain materi yang disampaikan

hanya terbatas pada sumber buku dan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan media

yang digunakan sangat minim. Khusus pembelajaran menulis drama, kurangnya


3

motivasi serta tidak adanya model untuk dijadikan contoh bagi siswa-siswa yang

sudah mempunyai minat menulis khususnya menulis drama. Kurang tertariknya

siswa untuk menulis drama dan minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara

menulis drama. Semua itu menimbulkan anggapan bahwa menulis drama itu sulit

untuk mereka lakukan.

Dipilihnya SMAN 3 Enrekang kelas XI sebagai subjek penelitian karena

kemampuan siswanya masih tergolong rendah karena masih banyak siswa yang

belum bisa mencapai standar kurikulum yang telah ditetapan, yaitu 75. Sarana dan

prasarana pendukung pelajaran yang kurang memadai, penggunaan model dan

teknik pembelajaran yang kurang optimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti memilih teknik transformasi

cerita rakyat sebagai teknik menulis naskah drama untuk memecahkan masalah

dan meningkatkann efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar. Pemilihan

cerita rakyat sebagai media yang transformasi ke dalam naskah drama karena

berbagai pertimbangan salah satunya, yaitu cerita rakyat memiliki unsur-unsur

yang ada juga dalam drama seperti, adanya konflik, alur, tokoh, dan latar. Hal lain

yang dimiliki oleh cerita rakyat adalah dialog antar tokoh seperti yang ada dalam

drama. Selain itu, dalam cerita rakyat juga ada nilai moral yang bisa dijadikan

dijadikan pembelajaran bagi siswa salah satunya yaitu nilai pendidikan karakter.

Berdasarkan teknik yang telah peneliti rancang, maka peneliti berharap

keterampilan siswa dalam menulis terutama menulis naskah drama dapat

meningkat dan dapat meraih nilai ketuntasan yang telah disepakati di Sekolah.

Dalam penelitian ini, nilai KKM yang diterapkan oleh peneliti adalah 75, siswa
4

yang sudah meraih nilai rata-rata 75 dikatakan lulus. Sedangkan siswa yang

meraih nilai dibawah 75 dikatakan tidak lulus. Berdasarkan nilai yang telah

ditentukan, apabila siswa mendapatkan nilai di atas rata-rata lebih banyak

daripada siswa yang mendapatkan nilai di bawah yang telah ditentukan maka

penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Begitupun sebaliknya apabila siswa

banyak yang mendapatkan nilai di bawah yang telah ditentukan maka dapat

disimpulkan bahwa peneliti gagal dalam menerapkan teknik yang telah dirancang.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan

Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyak Pada Siswa Kelas XI

SMAN 3 Enrekang “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “ Apakah dengan menggunkan teknik transformasi cerita rakyat dapat

meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3

Enrekang ?”

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan

menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siswa kelas XI SMAN 3

Enrekang.
5

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya mengharapkan hasil yang sangat memuaskan.

Oleh karena itu, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Secara teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian

keilmuan yang memberikan bukti secara ilmiah tentang peningkatan

keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi

cerita rakyat dan menjadikan sebagai acuan dalam pembelajaran keterampilan

menulis naskah drama.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti: sebagai penambah pengetahuan tentang keterampilan

menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita

rakyat.

b. Bagi guru: dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran

keterampilan menulis naskah drama dan menciptakan suasana belajar

yang menarik dan tidak membosankan.

c. Bagi siswa: dengan melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik

transformasi cerita rakyat , siswa mampu meningkatkan keterampilan

mereka tentang menulis naskah drama pada pembelajaran bahasa

Indonesia dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini yakni

penelitian yang dilakukan oleh Delfanida (2018) berjudul “ Peningkatan

Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Media

AudioVisual Siswa Kelas Kelas VII SMP 26 Pekanbaru”. Kesimpulan dalam

penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan media audiovisual

dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas VII

SMP 26 Pekanbaru. Meningkatnya keterampilan menulis naskah drama pada

penilitian ini disebabkan karena penggunaan media audiovisual yang lebih

diminati oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran

berlangsung dan menciptakan susasana belajar yang menyenangkan pada

siswa.

Kesamaan yang terdapat dapat penelitian Delfanida dengan penelitian

ini adalah sama-sama meniliti kemampuan siswa dalam menulis naskah

drama. Sedangkan yang membedakan penelitian ini adalah media yang

diguanakan. Peneliti sebelumnya menggunakan media audiovisual sebagai

media pembelajaran sedangkan penelitian ini menggunakan cerita rakyat

sebagai objek yang akan ditransformasi menjadi naskah drama.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syaeful Rahman (2017) yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan

6
7

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) “. Penelitian ini

menyimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching

Learning pada siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama.

Peningkatan terjadi pada penelitian tersebut, karena penggunaan pendekatan

Contextual Teaching Learning yang diterapakan dapat menciptakan suasana

belajar menjadi lebih termotivasi dan rileks dalam mengikuti pembelajaran.

Siswa lebih senang dalam menulis naskah drama sehingga tercipta suasana

yang aktif, kreatif, inovatif dan efektif.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Muh. Ariful Burhan

(2017) yang berjudul “Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan

Pendekatan Kontekstual Teknik Learning Community pada Siswa Kelas XI

Tanriwiyah”. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual teknik Learning

Community dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis drama pada

siswa kelas XI Tanrawiyah meningkat.

Berdasarkan penelitian relevan yang dilakukan oleh Ahmad Syaeful

Rahman dan Muh. Ariful Burhan dengan penelitian ini sama-sama meneliti

kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Sedangkan yang

membedakan penelitian ini dengan penelitin yang dilakukan oleh Ahmad

Syaeful Rahmad dan Muh. Ariful Burhan ialah penelitian ini menggunakan

teknik transformasi dalam peningkatan menulis naskah drama sedangkan

penelitian Ahmad Syaeful Rahmad dan Muh. Ariful Burhan menggunakan

pendekatan Contextual Learning. Hanya saja penelitian Muh. Ariful Burhan

fokus pada pendekatan kontekstual teknik Learning Community.


8

Penelitian relevan selanjutnya yang dilakukan oleh N. Yuli Mutiara

(2013) berjudul “Penerapan Teknik Transformasi Cerpen dalam Pembelajaran

Menulis Naskah Drama pada Siswa kelas VIII SMP UPI Bandung”.

Penelitian tersebut mengalami peningkatan menulis naskah drama pada Siswa

kelas VIII setelah menerapkan teknik transformasi cerpen. Penelitian relevan

yang dilakukan oleh N. Yuli Mutiara hampir sama dengan penelitan ini

karena sama-sama menggunakan teknik transformasi, hanya saja yang

membedakan dari kedua penelitian tersebut ialah objek yang akan

ditransformasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainnah (2016) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Melalui Pembelajaran

Brain Based Learning Peserta Didik Kelas IX SMPN 2 Campalagian”

mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar pada siswa khususnya

siswa kelas IX SMPN 2 Campalagian dengan proses pembelajaran menulis

naskah drama dengan menggunakan Brain Based Learning sangat efektif

dalam pembelajaran menulis naskah drama.

Berdasarkan peneliti relevan yang dilakukan oleh Mutmainnah jika

dibandingkan dengan penelitian ini sama-sama meneliti kemampuan siswa

dalam menulis naskah drama. Sedangkan yang membedakan ialah model

pembelajarannya.
9

2. Menulis

1. Pengertian menulis

Menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus

dikuasai siswa. Menulis atau mengarang adalah salah satu metode terbaik

untuk mengembangkan keterampilan di dalam menggunkan suatu bahasa.

Menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Kegiatan ini melibatkan

cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkan dalam bentuk

bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat.

Secara umum, menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan

gagasan, pikiran, pengalaman dan pengetahuan kedalam bentuk catatan

dengan menggunakan aksara, lambang atau simbol yang dibuat secara

sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain.

Keterampilan menulis merupakan sebuah kemampuan motorik sehingga

dapat dikembangkan dengan kegiatan lain untuk menunjang keberhasilan

dalam menulis seperti saat bermain sambil menulis apa saja yang

dikerjakannya. Keberhasilan menulis adalah dengan menggunakan lambang-

lambang dari bahasa yang dipahami oleh penulis maupun pembaca yang

menggunakan bahasa yang sama.

Menurut Tarigan (2013) menulis adalah keterampilan berbahasa

untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain. Lebih lanjut

beliau mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Sementara itu pengertian menulis telah banyak

dikemukakan oleh para ahli, diantaranya, Kurniawan (2014), mengungkapkan


10

bahwa menulis kreatif bagi anak adalah menulis pengalaman yang dialami

dengan mengkreasikan fantasi dan imajinasi anak-anak. Kreativitas yang

dimaksud di sini adalah melalui imajinasi dan fantasi anak-anak mengelolah

pengalaman sendiri menjadi karya kreatif berupa tulisan yang indah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis adalah

melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mrngarang dan membuat surat )

dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati penulis ke dalam bentuk

tulisan, sehingga maksud hati penulis bias diketahui banyak orang melalui

tulisan yang dituliskan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang banyak menuntut

kemampuan bidang kebahasaan dan pengetahuan di luar kebahasaan yang

menjadi isi tulisan, yang merupakan ide atau gagasan secara sistematis

sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.

2. Tujuan Menulis

Tujuan menulis dapat mewujudkan tujuan yag tidak sederhana.

Menurut Tarigan, tujuan menulis adalah respons atau jawaban yang

diharapkan oleh penulis dari pembaca. Berdasarkan batasan tujuan tersebut,

maka tujusn menulis meliputi hal-hak berikut:

1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan

disebut wacana informasi (informative discourse).

2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan untuk menyakinkan atau

mendesak disebut wacana persuasive (persuasive discourse).


11

3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau

mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer ( wacana kesustraan

atau literaty discourse).

4. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan

berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).

HugonHartig mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut:

1. Assignment Purpose ( tujuan penguasaan), yaitu menulis yang

dilakukan untuk menyelesaikan tugas bukan atas kemauan sendiri.

2. Altruistic Purpose ( Tujuan altruistic), bertujuan untuk menyenangkan

para pembaca, ingin menolog para pembaca memahami, menghargai

perasaan, dan penalarannya.

3. Persuasive purpose ( tujuan persuasive), yaitu tulisan yang bertujuan

meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4. Informasional purpose ( tujuan pesuasif), yaitu tulisan yang bertujuan

memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

5. Self- ekspresive (tujuan pernyataan diri), yaitu tukisan yang bertujuan

meperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para

pembaca.

6. Creative purpose (tujuan kreatif), tulisan yang bertujuan mencapai

nilai-nilai artistic, nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemrcahan masalah), yaitu

keinginan penulis utuk memecahkan masalah dengan menjelaskan,

menjernihkn, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran dan


12

gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para

pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis

adalah mengenali kemampuan dan potensi diri sampai dimana pengetahuan

yang dimiliki dan memperluas wawasan baik secara teoritis maupun

mengenal fakta-fakta yang berhubungan.

3. Manfaat Menulis

Menulis memiliki peran yang sangat penting bagi manusia yang selalu

dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain, banyak manfaat yang bias

diperoleh dari aktivitas menulis.

Menurut Semi (2007:4) berpendapat bahwa manfaat menulis dapat

menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas

disekitar lingkungan itulah yang kadang dimiliki oleh orang yang bukan

penulis. Seseorang dalam menulis memiliki rasa ingin tahu dan melatih

kepekaannya terhadap lingkungan sekitar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Laksana (2008:10), manfaat menulis

dapat menambah wawasan, melatih diri untuk berpikir lebih baik dan

memelihara akal sehat. Manfaat menulis dapat memberikan kekuatan lisan

dan kemahiran dengan gerakan lidah dan penanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis

memiliki manfaat yang sangat luas. Selain dapat mengenali kemampuan dan

potensi diri, menulis merupakan cara menyampaikan perasaan berupa

pengetahuan, pikiran, perasaan, dan pengalaman kita kepada orang lain.


13

4. Jenis-jenis Menulis

Banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya

dalama sebuah tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan menghasilkan

berbagai bentuk tulisan. Semi (2007), mengemukakan empat bentuk atau jenis

tulisan yaitu:

1. Narasi adalah tulisan yang tujuannya meceritakan kronologis peristiwa

kehidupan manusia.

2. Eksposisi merupakan tulisan tulisan yang bertujuan memberikan

informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan,

dan bagaimana.

3. Deskripsi merupkan tulisan yang bertujuan untuk memberikan rincian atau

detail tentangobjek sehingga dapat memberikan pengaruh pada emosi dan

menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau

meraskan langsung apa yang disampaikan penulis.

4. Argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau

membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis.

5. Tahap-tahap Menulis

Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, kita kita terlebih dulu

mengetahui tahap-tahap dalam menulis. Komaidi (2011 :26-29) mengemukakan

bahwa tahap-tahap menulis sebagai berikut.

a. Sebelum menulis(persiapan)

Proses membangun suatu fondasi untuk topic yang berdasarkan pada

pengetahuan, gagasan, dan pengalaman anda.


14

b. Draft kasar

Mulai membangun dan mengembangkan gagasan-gagasan.

c. Berbagi

d. Dapat dilakukan dengan cara meminta sesorang teman, rekan, pasangan

atau teman sekelas anda membacanya dan dan mengatakan mana yang

benar-benar kuat.

e. Perbaikan(revisi)

Setelah mendapatkan umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang

perlu digaraplagi, diulangi, dan diperbaiki.

f. Penyuntingan( editing)

Pada tahap ini, perbaikan semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda

baca.

g. Penulisan kembali

Tulislah kembali tulisan anda, masukkan isi yang baru dan perubahan-

perubahan penyuntingan.

h. Evaluasi

Periksalah untuk memastikan apa yang anda rencanakan dan apa yang

anda sampaikan.

3. Teori Sastra

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta

„Sastra‟, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata

dasar „Sas‟ yang berarti "instruksi" atau "ajaran" dan „Tra‟ yang berarti “alat” atau

“sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
15

"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan. Istilah

tersebut kemudian mengalami perkembangan. Keusastraan tidak hanya berupa

tulisan, tetapi ada pula yang berbentuk lisan. Karya semacam itu disebut dengan

sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang dinamakan dengan kesusastraan meliputi

karya sastra lisan dan tulisan dengan ciri khasnyaa terdapat pada keindahan

bahasanya.

Sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi

yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan

manusia dapat mengisi kedahagaan jiwa karena membaca karya sastra bukan saja

memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain,

karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat.

Sastra merupakan suatu bentuk budaya universal. Sastra merupakan

produk karya seni kreatif yang objeknya adalah manusia dengan segala

permaslahannya dan disampaikan atau diwadahi oleh bahasa yang khas yang

mengandung nilai estetik. Sastra tidak pernah sama antara satu tempat di dunia ini

dengan tempat lain, tidak pernah sama antara waktu dengan waktu yang lain.

Selain itu, karya sastra merupakan suatu tiruan alam, mimesis, tetapi juga

merupakan imanjinasi dan produk kreativitas.

Karya sastra sering dinilai objek yang unik dan sering kali sukar

diberikan rumusan yang jelas dan tegas. Sastra sebagai objek ilmu yang tidak

perlu diragukan lagi. Walaupun unik dan sukar dirumuskan dalam suatu rumusan

yang universa, karya sastra adalah sosok yang dapat diberikan batasan dan ciri-
16

ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia (Semi, 2012 : 24). imajinasi

yang terdapat dalam diri pengarangnya.

Berdasarkan urain di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra

merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

menggunakan bahasa sebagai pengantar dan memiliki nilai estetik.

Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakter karena

sastra memiliki potensi fungsional untuk menumbuhkan ide dan sikap bagi

pembaca. Dalam karya sastra terdapat teori pembentukannya yaitu unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik sebagai berikut:

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang berada di dalam karya sastra itu

sendiri. Adapun unsur-unsur tersebut meliputi, tema, latar, alur, tokoh atau

penokohan, karakter, konflik, sudut pandang, dan gaya bahasa.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra, antara

lain, nilai moral, pendidikan pengarang, ekonomi, dan social.

4. Pengertian Drama

Drama secara harfiah, dama berasal dari bahasa Yunani draomai yang

berarti berbuat atau bertindak. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan

gerak. Drama juga merupakan proses pemeranan diri kita menjadi seseorang

harus diperankan di dalam pementasan. Dan drama adalah kehidupan sehari-

hari yang dipentaskan dengan sistematis dan menarik.


17

Wiyanto (2002 : 1-2) berpendapat bahwa drama adalah hidup yang

dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok

drama. Drama merupakan proses pemeranan diri kita menjadi seseorang yang

harus diperankan di dalam pementasan.

Menurut fauzi (2007:9) drama adalah karya sastra yang mengungkapkan

cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Merujuk pada defenisi drama

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dialog-dialog yang ada dalam drama

merupakan yang paling penting karena berfungsi membangun cerita atau

menghidupkan tokoh-tokohnya. Drama merupakan aktivitas kreatif dalam

dirinya sendiri meliputi konvensi dan keterampilan yang menambah nilai

pendidikan.

Berdasarkan bebrapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa drama

sebagai cabang karya sastra dengan bentuk dialog atau percakapan sebagai ciri

utamanya, dan memiliki konvensi penulisn tersendiri yang berbeda dengan

karya sastra lain.

1. Unsur-unsur Drama

Secara umum, unsur-unsur drama dibedakan menjadi unsur intrinsik

dan ekstrinsik. Berikut penjelasannya:

a. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembentuk drama dari

dalam. Komponen-komponen yang termasuk sebagai unsur intrinsic

drama antara lain adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dialog

bahasa, konflik, dan amanat.


18

1) Tema

Tema merupakan ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita

drama. Tema juga dapat dikatakan sebuah gagasan pokok dari

keseluruhan isi cerita dalam drama.

2) Alur

Alur dalam drama adalah jalan cerita dari sebuah pertunjukkan

drama mulai babak pertama hingga babak terakhir. Alur juga

disebut plot. Umumnya alur cerita dimulai dari tahapan eksposisi,

komplikasi, klimaks, dan resolusi.

3) Tokoh

Tokoh merupakan pemeran yang ada dalam cerita. Tokoh

dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya seperti tokoh

protagonis atau tokoh utama, serta tokoh figuran yang menjadi

peran pembantu.

4) Latar/setting

Latar terdiri dari tempat untuk menggambarkan lokasi drama, latar

waktu untuk memberi info kapan terjadi adegan dalam drama, serta

latar situasi untuk menjelaskan suasana dalam cerita di drama

tersebut.

5) Dialog

Dalam drama, juga terdapat unsur dialog. Dialog merupakan

serangkaian percakapan dalam cerita. Dialog bisa terdiri satu tokoh


19

dengan tokoh lain, bias juga berupa dialog sendiri atau disebut

sebagai monolog.

6) Bahasa

Bahasa atau gaya bahasa digunakan dalam percakapan cerita

drama. Bahasa juga bisa menggambarkan watak tokoh, latar,

atapun peristiwa yang sedang terjadi.

7) Konflik

Konflik adalah pertentangan atau masalah yang terjadi pada suatu

dram. Adanya konflik menjadi inti permasalahan yang ada dalam

drama.

8) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampikan oleh pengarang

kepada penonto. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui

peran para tokoh dalam cerita drama.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik drama merupakan unsur-unsur pembentuk drama dari

luar. Komponen-komponen yang termasuk sebagai unsur ekstrinsik

drama antara lain adalah:

1) Latar belakang pengarang

2) Nilai agama dan kepercayaan

3) Psikologis pengrang

4) Situasi social budaya


20

2. Jenis- Jenis Drama

Pratiwi. dkk (2014: 21-26) mengungkapkan bahwa, berdasarkan isi,

naskah drama terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Tragedi (Drama Duka)

Drama tragedi (drama duka) adalah drama yang menceritakan jalan hidup

tokoh yang erat dengan penderitaan, kesedihan, situasi yang tidak

menguntungkan, dan berakhir dengan nasib tokoh yang tragis.

b. Drama Komedi (Drama Ria)

Naskah drama komed ialah naskah drama dengan jalan cerita dan tema

yang ringan, bersifat menghibur, dengan selorohan ringan, bersifat

menghibur, dengan selorohan ringan di dalamnya yang dapat bersifat

menyindir pihak-pihak tertentu, dan selalu diakhiri dengan peristiwa yang

menggembirakan (happy ending).

c. Tragikomedi (Naskah Drama Dukaria) Naskah drama tragikomedi adalah

naskah drama yang menggunakan alur duka cita, tetapi berakhir dengan

kebahagiaan.

3. Langkah-langkah Menulis Naskah Drama

Adapun langkah-langlah dalam menulis naskah drama, antara lain:

1) Menentukan tema

Tema adalah dasar cerita, gagasan umum yang menopang sebuah karya

sastra yang terkandung dalam teks sebagai stuktur semantic dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.


21

2) Menentukan plot atau kerangka cerita

Plot adalah jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan

jalinan konflik antar dua orang atau dua tokoh yang berlawanan.

3) Menentukan Penokohan

Penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

4) Menentukan setting dan latar

Setting meliputi, waktu dan suasana sedangkan latar yaitu, tempat kejadian.

Latar dan setting dalam drama selain berfungsi untuk membuat cerita

menjadi lebih tampak hidup dan menggambarkan gagasan tertentu secara

tidak langsung.

5) Membuat dialog

Dialog merupakan bahan dasar sebuah drama. Dialog adalah unsur

terpenting dalam drama. Melalui dialog, akan timbul suatu komunikasi

antar tokoh dengan tokoh lain maupun dengan lingkungannya sehingga

membentuk alur yang diinginkan.

6) Menentukan amanat

Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan pengarang melalui

dramanya kepada pembaca atau pengamat. Amanat dalam karya sastra

biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,

pendangannya tentang nilai-nilai kebenaran.


22

5. Cerita rakyat

1. Pengertian cerita rakyat

Cetira rakyat merupakan salah satu kearifan lokal. Yang dimaksud dengan

kearifan lokal adalah pandangan terhadap kehidupan dan ilmu pengetahuan, serta

berbagai strategi kehidupan yang diwujudkan pada sejumlah aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mengatasi problematika dalam

pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepkan

sebagai kebijakan setempat, dalam konsep “local wisdom” yang bermakna

pengetahuan setempat serta “local knowledge” yang bermakna kecerdasan di

wilayah setempat. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari

satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang

dalam masyarakat pada masa lampau. Cerita rakyat merupakan suatu bagian dari

sebuah dogeng. Cerita rakyat biasanya disampaikan dengan cara lisan dan sudah

berkembang turun-menurun.

Cerita rakyat merupakan sebuah kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

dan kisah nyata, dibarengi dengan pesan moral yang mengandung makna

kehidupan dan tata cara dalam berinteraksi dengan makhluk.

Menurut Suripan, cerita rakyat adalah cerita yang diwariskan secara turun

temurun dari generasi lama ke generasi baru secara lisan. Cerita rakyat bisa

diartikan sebagai wujud ekspresi suatu budaya yang ada di masyrakat melalui
23

tutur yang mempunyai hubungan secara langsung dengan berbagai aspek budaya

serta susunan nilai social masyarakat itu sendiri.

Sisyono (2008 : 4) mengemukakan cerita rakyat merupakan salah satu

karya sastra yang berwujud cerita yang lahir, hisup, dan berkembang di

masyarakat tradisional yang disebarkan secara lisan, mengandung survival,

sifatnya abonim, dan disebarkan diantara kolektif khusus dalam jangka yang

lumayan lama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat

merupakan sebuah kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata,

dibarengi dengan pesan moral yang mengandung makna kehidupan dan tata cara

dalam berinteraksi dengan makhluk.

2. Unsur-unsur cerita rakyat

Adapun unrus-unsur cerita rakyat sebagai berikut:

a. Unsur intrinsik

1) Tema merupakan pokok dari pemikiran yang menjadi jiwa dan dasar pada

suatu cerita.

2) Alur/plot adalah rangkaian peristiwa yang dibuat dan dijalin secara teliti

guna membentuk suatu cerita dalam hubungan sebab akibat. Pada dasarnya,

alur dibedakan menajdi alur maju dan mundur.

3) Setting/latar cerita merupakan gambaran mengenai suasana, tempat, dan

waktu ketika terjadinya peristiwa tersebut.


24

4) Penokohan meliputi penciptaan, penentuan, citra/gambar (biasa berupa

gambaran sifat atau watak tokoh pelaku).

5) Sudut pandang adalah bagaimana cara pandangan si pengarang ketikan

,emceritakan suatu cerita.

6) Gaya bahasa pengarang

7) Amanat biasanya berupa gagasan yang mendasari cerita, serta mengandung

pesan dan nasihat yang ingin disampaian pleh si penulis/pengarang kepada

pembaca.

6. Teknik Trasnformasi Cerita Rakyat

1. Pengertian transformasi cerita

Transformasi cerita atau teks pada dasarnya adalah perubahan teks dari

satu bentuk ke bentuk yang lainnya sebagai perwujudan resepsi pembaca terhadap

suatu teks.

Berkaitan dengan pembelajaran menulis naskah drama, proses

transformasi cerita rakyat dapat diartikan ke dalam naskah drama dengan tetap

memperhatikan unsur-unsur pembentukannya, seperti tema, setting, alur, tokoh,

dan penokohan.

Menurut Teeuw (2003:152), mengemukakan bahwa interkstual,

penyalinan dan penyaduran pada hakekatnya bentuk transformasi dari system

yang lain. Dalam melakukan transformasi, penulis memberi kebebasan untuk

mengembangkan cerita sesuai dengan daya apresiasinya dengan tidak

menyimpang dari isi dan tema. Mentransformasikan suatu cerita berarti


25

mengalihkan bentuk cerita tersebut. Dalam hal ini, cerita rakyat dialihkan kedalam

naskah drama.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat di simpulkan bahwa proses

pentransformasian tidak hanya dipakai pada pengalihan bentuk dari drama ke

cerita pendek. Pentransformasian pula dapat digunakan dalam pengalihan bentuk

cerita rakyat ke dalam naskah drama.

2. Manfaat teknik transformasi

Menulis adalah hal yang mudah bagi orang yang biasa melakukannya.

Namun, hal ini sering kali menjadi beban bagi mereka yang jarang melakukan

proses menulis. Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran yang

diadopsi dari teknik kesustraan yakni transformasi adalah:

1) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi sastra.

2) Meningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa

sendiri.

3) Meningkatkan dan merumuskan kalimat topik yang tepat dan relevan

dengan isi cerita.

7. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Transformasi Cerita

Rakyat

Teknik transformasi ini hanya dapat digunakan dalam pembelajaran sastra

saja. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut:
26

a. Memahani cerita rakyat

Tahap ini merupakan proses memahami cerita rakyat. Proses ini dapat

dilakukan dengan cara dengan penuh penghayatan dan pendalaman. Hal yang

utama diketahui yakni judul dari cerita rakyat tersebut untuk memberikan

gambaran mengenai isi ceirta rakyat tersebut kemudian menganalisis kata-kata

dari cerita rakyat tersebut.

b. Mengapresiasi cerita rakyat

Pada tahap apresiasi ini dilakukan dengan mencatat unsur intrinsik yang

terdapat dalam cerita rakyat tersebut.

c. Menceritkan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk ringkasan

Tahap ini, siswa berusaha memaknai cerita rakyat dan menemukan tokoh

dalam cerita rakyat tersebut serta mengungkapkan ide yang ada dalam cerita

rakyat itu.

d. Menceritkan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk naskah drama

Tahap ini merupakan tahap terkahir. Tahap ini merupakan hasil paraphrase

di olah dengan cara memasukkan unsur-unsur naskah drama, diantaranya

imajinasi, tokoh, latar, amanat, alur, dan memperhatikan pilihan kata.

Mentransformasikan cerita rakyat dapat dilakukan juga dengan cara

memperluas unsur intrinsik dan unsur-unsur lain yang mendukung cerita rakyat

misalnya (1) menambah tokoh (2) mengembangkan penokohan (3) menghidupkan

konflik (4) menghadirkan latar yang mendukung (5) memunculkan penampilan

(performance).
27

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup empat aspek

keterampilan berbahasa yang meliputi keretampilan menyimak, keterampilan

membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek yang harus dicapai

dalam pembelajaran ini. Menulis adalah hal penting dalam mengembangkan

pengetahuan masuia yang dapat mengubah perilaku manusia secara psikologis,

dalam hal ini khususnya menulis naskah drama.

Berdasarakan observasi awal, kamampuan menulis naskah drama saat ini

tergolong rendah dan belum menunjukkan hasil memuaskan. Maka peneliti ingin

mengetahui dan meningkatkan keterampilan menulis drama dengan memberikan

tes berupa penugasan menulis sebuah naskah drama dengan menggunaan teknik

transformasi cerita rakyat.

Setelah siswa mengerjakan tes yang diberikan, maka selanjutnya peneliti

menganalisis data dan berakhir pada penentuan nilai.


28

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diubah dalam bentuk bagan:

Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia

menyimak membaca Menulis


berbicara

Menulis Drama

Keterampilan Menulis
Keadaan awal
Naskah drama rendah

Tindakan

Keterampilan menulis
naskah drama
Keadaan akhir
meningakat

Temuan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


29

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini

sebagai berikut: jika teknik transformasi cerita rakyat diterapkan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang, maka

kemampuan menulis naskah drama dapat meningkat.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi secara berulang.

Menurut Wiriatmaja (2005) menyatakan penelitian tindakan kelas sebagai

suatu bentuk penelaan yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu

dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalissasi dan

kebenaran dari praktik-praktik social atau kependidikan yang mereka lakukan

sendiri.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 3 Enrekang pada semester genap

Tahun ajaran 2020/2021 selama dua bulan. Sebagai subjek penelitian adalah

Siswa SMAN 3 Enrekang kelas XI MIPA I.

C. Faktor yang diselediki

Faktor yang diselediki pada penelitian ini adalah:

1. Faktor siswa yakni bagaimana kemampuan keterampilan menulis naskah

drama dengan menggunakan transformasi cerita rakyat.

2. Faktor pembelajaran yaitu melihat terjadinya interaksi antara guru dengan

siswa maupun dengan siswa lainnya saat proses belajar mengajar.

3. Faktor hasil yaitu dengan hasil prestasi belajar siswa setelah proses

pembelajaran.

30
31

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri atas dua siklus. Kedua

siklus ini merupakan rangkaian kegiatan yang sering berkaitan, yang artinya

pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan atau perbaikan dari pelaksanaan siklus I.

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, dan siklus II pun

dilaksanakan sebanyak tiga kali. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor yang

diselediki.

Untuk dapat mengetahui hasil belajar bahasa Indonesia khususnya Menulis

Naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang, maka diberikan tes awal

dan hasilnya dianggap sebagai skor dasar. Selanjutnya dilakukan proses

pembelajaran dengan penerapan teknik transformasi cerita rakyat.

Secara sederhana prosedur penelitian dapat digambarkan dalam bagan berikutn

ini:
32

SIKLUS I

Tahap Pelaksanaan Tahap Observasi


Tahap Perencanaan
Tindakan dan Evaluasi

Belum Refleksi

SIKLUS II

Tahap Pelaksanaan
Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap Observasi
dan Evaluasi

Refleksi

Hasil

Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II


33

Langkah-langkah pelaksanaan Siklus I dapat diuraiakan secara berikut:

1. Gambaran Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini sebagai berikut:

1) Menelaah kurikulum SMA kelas XI Semester Ganjil tahun ajaran

2020/2021.

2) Membuat rencana pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Menyatakan kegiatan dan topik utama pembelajaran yang akan

diberikan, kompetensi dasar, bidang studi, kelas/semester dan

alokasi waktu.

b) Menyatakan tujuan umum pembelajaran (indikator pencapaian hasil

belajar).

c) Memberitahu model dan metode pembelajaran.

d) Membuat skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.

e) Menyatakan authentic assessment-nya yaitu dengan data siswa dapat

diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

f) Membuat evaluasi berupa soal-soal yang disusun berdasarkan

materi-materi yang telah diajarkan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

melaksanakan tindakan di kelas (mengajar) berdasarkan RPP yang telah dibuat.

Pada pembelajaran menulis naskah drama, tindakan dilakukan oleh guru sebagai
34

penerapan upaya peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan

menggunakan Teknik transformasi cerita rakyat.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan pertama

guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah yang telah dibuat,

dan pertemuan kedua guru melakukan pemberian tes berupa menulis naskah

drama.

c. Tahap Observasi

Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi.

Tahap observasi ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Data hasil observasi tersebut dicatat dalam lembar observasi yang meliputi

kehadiran siswa, keaktifan siswa baik dalam hal bertanya atau memberikan

tanggapan, menjawab pertanyaan guru, dan menyelesaikan soal latihan.

Selanjutnya, evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus I dengan memberikan

tes tertulis. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap

materi yang telah diperoleh selama siklus I berlangsung. Dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan secara tertulis mengenai

pendekatan yang digunakan.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis.

Dalam hal ini, penulis dapat merefleksi diri dengan memperhatikan data hasil

observasi. Kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


35

Hasil refleksi pada siklus I dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat

perencanaan pada tahap siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan

dipertahankan.

2. Gambaran Pelaksanaan dari Siklus II

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pada siklus II diuraikan secara

berikut:

a. Tahap Perencanaan

Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus II yaitu:

1) Merencanakan tindakan berdasarkan hasil refleksi tindakan dari siklus

I.

2) Membuat model pembelajaran langsung dengan menggunakan media.

3) Membuat soal tes untuk melihat kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diajarkan dalam

siklus II.

4) Membuat lembar observasi siklus II sebagai lanjutan dari siklus I.

5) Menyiapkan alat bantu pembelajaran dalam rangka optimalisasi

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap perencanaan yang telah disusun selanjutnya dijabarkan ke dalam

tahap pelaksanaan. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sama dengan

pelaksanaan dalam siklus I dengan menggunakan perbaikan atau penambahan

sesuai dengan kenyataan..


36

Hal utama dalam siklus II dibanding dengankan siklus I adalah

mengupayakan semaksimal mungkin agar kreativitas dan kemandirian serta

keberanian timbul secara menyeluruh kepada setiap siswa sehingga dengan

sendirinya mampu membuat hubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan

sehari harinya serta berani mengeluarkan pertanyaan ataupun tanggapan.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I yaitu

mengamati dan mencatat kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung yang meliputi kehadiran dan keaktifan siswa dalam hal bertanya dan

memberikan tanggapan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas, dan

menyelesaikan soal latihan. Sedangkan tahap evaluasi diberikan tes tertulis (tes

akhir) guna mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa setelah diberikan tindakan.

Tahap siklus ini, siswa juga diberikan kesempatan untuk memberi

tanggapan secara tertulis mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran langsung dengan menggunakan media.

d. Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini digunakan pada akhir siklus, hasil yang diperoleh pada

tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Begitu pula dengan evaluasi. Dengan

demikian peneliti dapat memperhatikan dan merefleksi diri “Apakah kegiatan

yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan siswa dan hasil belajar

siswa khususnya keterampilan menulis naskah drama”


37

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data atau

informasi yang bermanfaat untuk menjawab permaslahan penelitian. Dalam

instrument penelitian terdapat beberapa bagian yaitu:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan untuk melihat

aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi

terhadap guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru

dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

b. Tes Menulis

Tes menulis merupaka n salah satu instrument penelitian untuk mengukur

kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Kriteria

instrumen ini adalah hendaknya memiliki tingkat validitas ( dapat mengukur apa

yang hendak diukur) dan memiliki tingkat reabilitas (tes dapat memberikan

informasi yang konsisten).

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengandung data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif berupa data-data perilaku siswa selama dalam proses

penulisan naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat

dan data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan

nilai tes penulisan naskah drama. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.


38

1. Observasi

Observasi merupakan proses pengambilan data dalam penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan melihat situasi penelitian. Observasi atau

pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data terkait perilaku siswa

dan guru dalam pembelajaran menulis naskah drama. Observasi kelas

didukung oleh lembar observasi, dan penggunaan catatan lapangan untuk

mencatat semua peristiwa dalam pembelajaran.

2. Tes Menulis (Naskah Drama)

Tes merupakan seperangkat rangsang (stimuli) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan

penetapan skor angka. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

keterampilan menulis drama, maka dalam penelitian ini dilakukan tes

penulisan naskah drama. Tes dilakukan tiga kali, yaitu pratindakan dan

sesudah pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II. Peneliti melakukan

evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dengan cara

membandingkan hasil pemerolehan skor tes. Data-data yang dihasilkan dari

tes menulis naskah drama merupakan data kuantitatif yang kemudian

dianalisis secara kuantitatif juga.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tersebut setelah dilakukannya pengambilan data, maka

data tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil observasi,

dan catatan guru atau jurnal kelas dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data hasil

tes dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistika deskriptif yang


39

terdiri dari, rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum yang diperoleh setiap

siklus.

Hasil menulis siswa akan dianalisis dengan menghitung kualitas

pembelajaran yaitu dengan rumus:

Menurut Sudjana, (2006):

Nilai Rata-rata

X= ∑x x 100%

Keterangan:N

X= Nilai rata-rata
∑x= Jumlah nilai siswa
N=Jumlah Siswa

Rumus nilai ketuntasan belajar, sebagai berikut:


NK = NS x 100
JS

Keterangan:

NK = Nilai Ketuntasan
NS = jumlah skor siswa yang dicapai
JS =Jumlah Skor Keseluruahn
Adapun tingkat kemampuan siswa sebagai berikut:

No Skor Ketrangan
1. 85-100 Sangat Baik
2. 75-84 Baik
3. 60-74 Cukup
4. 40-59 Rendah
5. 0-39 Rendah sekali
40

H. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian dua kali tindakan, keberhasilan

penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan,

baik terikat dengan suasana belajar dan pembelajaran. Indikator keberhasilan

penelitian tindakan kelas ini adalah jika skor rata-rata hasil tes siswa melalui

penerapan teknik transformasi cerita rakyat mengalami peningkatan keterampilan

siswa dalam menuis naskah drama, secara klasikal dan terjadi perubahan sikap

siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan

keaktifan siswa dalam hal ini: mengemukakan pendapat, menyampaikan

informasi, menjawab pertanyaan, kerjas sama dalam kelompok. Siswa dikatakan

tuntas belajar apabila memperoleh skor >75 secara individu dan skor ideal dari

tuntas klasikal 85% dari siswa yang telah tuntas belajar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari

dua pertemuan, satu kali pertemuan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan

pemberian tes siklus. Metode pelaksanaannya mengikuti prinsip kerja PTK yang

terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan evaluasi, dan refleksi.

1. Hasil Pelaksanaan Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I ini, peneliti menelaah kurikulum SMA

kelas XI Semester Genap tahun ajaran 2020/2021, membuat Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi membuat lembar

kegiatan siswa, dan membuat alat evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaa tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali

pertemuan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan guru setiap pertemuan adalah:

1) Mengimplemantasikan dan menerapkan rancangan yang telah dibuat

sesuai dengan RPP.

2) Memberikan motivasi kepada siswa.

3) Memberikan dan mejelaskan materi.

4) Menentukan konsep utama yang akan dipelajari.

41
42

5) Meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.

6) Meberikan contoh soal yang akan diberikan kepada siswa.

7) Membimbing siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran menulis

teks drama dengan penerapan teknik transformasi cerita rakyat.

8) Menutup pelajaran.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I,

diperoleh hasil pengamatan siswa selama proses pembelajaran di setiap

pertemuan. Adapun deskripsi perilaku siswa pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus I

Jumlah
No Komponen yang diamati (%)
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 20 71.42%


tentang teori drama.
2. Siswa dapat memahami cerita rakyat 15 53.57%
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat 20 71.42%
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita 21 75%
rakyat dalam bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan 28 100%
menggunakan teknik transformasi cerita
rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan 5 17.58%
yang berkaitan dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan 4 14.28%
dengan menulis drama.
43

Hasil observasi pada siklus I, perilaku siswa selama proses pembelajaran

menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat,

Sebagian besar siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah

drama, akan tetapi tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Komponen pertama yang diamati pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang

yaitu, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama. Pada komponen

tersebut, siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan Langkah-langkah

menulis drama sebanyak 20 orang siswa atau 71.42%. terdapat 8 orang siswa atau

28.57% siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil tersebut

masih kurang baik karena masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan

guru.

Kedua, siswa dapat memahami cerita rakyat. Pada komponen ini siswa

masih tergolong rendah dalam memahami cerita rakyat. Dari jumlah siswa 28

hanya 15 yang dapat memahami cerita rakyat atau 53.57%. Pada komponen

ketiga, siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat. Komponen in sudah tergolong

kedalam kategori baik karena 20 dari 28 siswa atau 71.42% dapat mengapresiasi

cerita rakyat. Komponen keempat, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita

rakyat. Komponen ini juga sudah tergolong kedalam kategori baik karena 21 dari

28 siswa atau 75% dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat serta

mengungkapkan ide yang ada dalam cerita rakyat tersebut.

Kelima, siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik

transformasi cerita rakyat. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa dalam

menulis naskah drama sebanyak 100% atau seluruh siswa menulis naskah drama

dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.


44

Berdasarkan hasil observasi pada komponen keenam, siswa yang aktif

mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama sebanyak 5

orang siswa atau 17.85%

Pada komponen ketujuh, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

sebanyak 4 orang siswa atau 14.28% yang aktif menjawab pertanyaan yang

berkaitan dengan drama.

Pada saat pembelajaran atau pemberian materi telah selesai, tahap

selanjutnya yang dilakukan adalah pemberian tes. Pemberian tes menulis naskah

drama dilakukan untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa dalam

pembelajaran menulis naskah drama. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai

Langkah awal dalam menerapkan pembelajaran menulis naskah drama dengan

menggunkan teknik transformasi cerita rakyat. Adapun nilai hasil tes belajar

menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dapat

dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus I

No Skor Kategori Jumlah siswa Jumlah skor % Rata-rata

1 85-100 Sangat baik 4 340 14.29

2 75-84 Baik 4 309 14.29

3 60-74 Cukup 18 1.208 64.28

4 40-59 Rendah 2 109 7.14

5 0-39 Rendah sekali 0 0 0

Jumlah 28 1966 100


45

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes menulis naskah

drama secara klasikal adalah 70.21 atau dalam kategori cukup. Dari 28 siswa

hanya 4 siswa yang mendapatkan hasil yang sangat baik atau 14.29%. Pada

kategori baik hanya 4 siswa yang dapat dikategorikan dalam kategori baik dengan

nilai 14,29. 18 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup atau 64.28%.

Dan selebihnya, 2 siswa yang memperoleh nilai rendah atau 7.14%. Sehingga 2

siswa tersebut dapat dikategorikan rendah dalam menulis naskah drama. Dari

penjelasan hasil tes tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang memperoleh

nilai sangat rendah.

Untuk melihat persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa

kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang setelah menerapkan pembelajaran menulis

naskha drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siklus I

sebagai berikut.

Tabel 4.3 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA

I SMAN 3 Enrekang pada siklus I

Skor kategori Jumlah siswa Persentase

75-100 Tuntas 8 28.58

0-75 Tidak tuntas 20 71.42

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas dapat disipulkan bahwa jumlah siswa yang

tuntas adalah 8 siswa atau 28.58% dan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah

terdapat 8 siswa atau 71.42%.


46

d. Tahap Refleksi

Siklus I dalam penelitian ini dengan menerapkan pembelajaran menulis

naskah drama dengan menggunakan teknik transfotmasi cerita rakyat,

pembelajaran atau pemabahsan dimulai dengan pembahasan tentang menulis

naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat sebagai

acuan dalam membuat naskah drama. Pada saat melakukan kegiatan menulis

naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat siswa

dibimbing secara individu. Pada siklus I ini siswa antusias dalam pembelajaran

dikarenakan tertarik dengan teknik pembelajaran yang dilakukan.

Namun, hasil skor yang diperoleh oleh siswa pada siklus I masih terlihat

banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM. Dari 28 siswa hanya 8 siswa atau

28.58% yang tuntas. Karena hasil yang diperoleh pada siklus I belum

menunjukkan hasil yang baik dan teknik yang digunakan belum terserap dengan

baik oleh siswa, maka akan dilanjutkan pada siklus II.

2. Hasil Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan pada siklus II ini peneliti juga menyiapkan

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan lembar observasi. RPP disusun

oleh peneliti dan didiskusikan Bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

untuk menyempurnakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dan

refleksi pada siklus I, maka proses pembelajaran pada siklus II akan lebih

diarahkan dengan mengacu pada hasil evaluasi siklus I, perbaikan-perbaikan yang


47

ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan mengubah beberapa peraturan

yang terdapat pada siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap perencanaan yang telah disusun selanjutnya dijabarkan ke dalam

tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan lanjutan atau

perbaikan dari tahap pelaksanaan tindakan pada siklus I. Adapun hal-hal yang

harus dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II adalah:

1) Menjelaskan materi pada pertemuan sebelumnya.

2) Menentukan konsep utama yang akan dipelajari

3) Meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab

pertanyaan dari guru.

4) Memberikan contoh dan membimbing siswa dalam menulis naskah drama

dengan menggunakan teknik transformasi.

5) Menyimpulkan pembelajaran dan memberi evaluasi.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada tahap observasi dan evaluasi yang dilakukan pada siklus II, data

aktivitas siswa pada siklus II diperoleh melalui hasil pengamatan perilaku

siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun hasil

observasi perilaku siswa pada siklus II sebagai berikut.


48

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus II

Jumlah
No Komponen yang diamati (%)
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 26 96.85%


tentang teori drama.
2. Siswa dapat memahami cerita rakyat 24 85.71%
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat 25 89.28%
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita 26 96.85%
rakyat dalam bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan 28 100%
menggunakan teknik transformasi cerita
rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan 12 42.85%
yang berkaitan dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan 9 32.14%
dengan menulis drama.

Berdasarkan tabel di atas, observasi yang dilakukan mengenai

pembelajaran menulis naskah drama dengan mengguakan teknik transformasi

cerita rakyat terdapat perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Beberapa

siswa pada siklus I tidak memperhatikan penjelasan guru, pada siklus II siswa

sudah mulai memperhatikan guru. Hasil observasi pada siklus II menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis

naskah dama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat. Respon

siswa mengalami peningkatan pada siklus II disbanding siklus I.


49

Berdasarkan observasi yang dilakukan, siswa memperhatikan penjelasan

guru tentang teori drama mengalami peningkatan. Dari jumlah siswa keseluruhan

yaitu 28 siswa sudah aktif dalam meperhatikan penjelasan guru membuat proses

pembelajaran jauh lebih kondusif. Pada aspek ini mengalami peningkatan sebesar

21.43% hasil hasil observasi siklus I atau sekitar 26 siswa atau 92.85% yang

sudah memperhatikan penjelasan guru dengan baik.

Komponen kedua, siswa dapat memahami cerita rakyat. Pada komponen

ini tergolong ke dalam kategori sangat baik karena dari 28 terdapat 24 siswa atau

85.71 % yang dapat memahami ceirta rakyat. Pada komponen ketiga, siswa juga

sudah termasuk kedalam kategori baik karena terdapat 25 dari 28 siswa atau

89.28% yang dapat mengapresiasi cerita rakyat. Sementara pada komponen

keempat siswa yang dapat dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam

bentuk ringkasan sebanyak 26 atau 92.85% dan termasuk kedalam kategori sangat

baik.

Pada kegiatan menulis naskah drama masih memperoleh nilai sebesar

100% karena dari jumlah siswa yaitu 28 aktif dalam menulis naskah drama

dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.

Komponen keenam yang diamati yaitu siswa aktif mengajukan pendapat

atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama. Berdsarkan hasil observasi,

sebanyak 12 atau 42.85% siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan.

Berdsarkan hasil observasi pada komponen ketujuh, yaitu siswa aktif

menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menulis drama. Pada kegiatan ini,

perilaku siswa mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Sebanyak 9


50

siswa atau 32.14% siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan

drama.

Setelah dilakukan proses pembelajaran menulis naskah drama dengan

menggunakan teknik transformasi cerita rakyat maka dilakukan tes pada siklus II.

Hasil yang diperoleh merupakan acuan keberhasilan pengajran. Adapun nilai hasil

tes menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dapat

dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.2 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus II

No Skor Kategori Jumlah siswa Jumlah skor % Rata-rata

1 85-100 Sangat baik 16 1369 57.14

2 75-84 Baik 8 621 28.58

3 60-74 Cukup 4 284 14.29

4 40-59 Rendah 0 0 0

5 0-39 Rendah sekali 0 0 0

Jumlah 28 2274 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes menulis naskah

drama secara klasikal adalah 81.21 atau dalam kategori baik. Dari 28 siswa hanya

16 siswa yang mendapatkan hasil yang sangat baik atau 57.14%. Pada kategori

baik hanya 4 siswa yang dapat dikategorikan dalam kategori baik dengan nilai

28.58%. 4 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup atau 14.29. Dari

penjelasan hasil tes siklus II dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang
51

memperoleh nilai rendah dan sangat rendah.bahwa tidak ada siswa yang

memperoleh nilai sangat rendah.

Untuk melihat persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa

kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang setelah menerapkan pembelajaran menulis

naskha drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siklus

II sebagai berikut.

Tabel 4.5 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA

I SMAN 3 Enrekang pada siklus II

Skor kategori Jumlah siswa Persentase

75-100 Tuntas 24 85.71

0-75 Tidak tuntas 4 14.28

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas dapat disipulkan bahwa jumlah siswa yang

tuntas pada siklus II adalah 24 siswa atau 85.71% dan jumlah siswa yang tidak

tuntas adalah terdapat 4 siswa atau 14.28%.

d. Tahap Refleksi

Penerapan teknik transformasi cerita rakyat telah berhasil membuat siswa

lebih semangat dalam belajar. Perasaan senang siswa dalam belajar bahasa

Indonesia khususnya menulis naskah drama sudah semakin terlihat dengan

keaktifan siswa dan juga hasil menulis naskah drama yang dibuat oleh masing-

masing siswa dalam belajar. Rasa percaya diri siswa menunjukkan adanya

peningkatan yang terlihat pada setiap proses pembelajaran berlangsung.


52

Aktiitas siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya menulis naskah

dramasemakin meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki aktivitas yang

rendah dalam menulis naskah drama. penggunaan teknik transformasi cerita

rakyat membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar sehingga tidak ada lagi

ketakutan siswa untuk bertanya pada saat proses pembelajaran. Dan peneliti juga

dapat memaksimalkan waktu yang ada, sehingga tidak terkesan terburu-buru lagi

dalam proses pembelajaran.

Secara umum hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran

menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat ini

mengalami peningkatan, baik dari segi keaktifan siswa maupun dari segi

kemampuan siswa dalam menyelesaiakn tes secara individu, sehingga telah

memberikan dampak positif terhadap peningkatanhasil belajar bahasa Indonesia

khususnya dalam menulis naskah drama.

B. Pembahasan

Pada bagian ini, yang menjadi pembahasan adalah peningkatan

keterampilan menulis naskah drama dan perilaku siswa pada kelas XI MIPA I

SMAN 3 Enrekang setelah melakukan pembelajaran menulis naskah drama

dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.

1. Peningkatan hasil belajar menulis naskah drama

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dalam proses pembelajaran

menulis naskah drama meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan

menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.


53

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa pada siklus I

hasil belajar siswa pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

teknik transformasi cerita rakyat pada siswa kelas XI MIPA 1 di SMAN 3

Enrekang dengan jumlah siswa 28 hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 70.21

atau berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus

I belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan

yakni 75.

Selanjutnya, hasil tes belajar bahasa Indonesia khususnya menulis nskah

drama pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Dari 28 siswa kelas XI

MIPA 1 di SMAN 3 Enrekang nilai rata-ratanya mencapai 81.35 atau berada pada

kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 11.14%dari hasil siklus I. Pada

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I

sangat berhasil dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada

siswa kelas XI MIPA 1 SMAN 3 Enrekang karena hasil yang dicapai memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

2. Perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI MIPA I SMAN 3

Enrekang selama kegiatan belajar berlangsung melalui pembelajaran dengan

menggunakan teknik transformasi cerita rakyat ternyata mampu mengubah

perilaku siswa seiring dengan peningkatan keterampilan menulis naskah drama.

Pada pelaksanaan siklus I terdapat tujuh komponen yang diamati yaitu,

siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama sudah cukup baik
54

meskipun masih ada siswa yang tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan

materi drama.

Siswa yang dapat memahami cerita rakyat, mengapresiasi cerita rakyat,

dan siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk ringkasn

masih tergolong dalam kategori rendah. Ketiga komponen ini termasuk kedalam

kategori rendah karena hanya beberapa siswa yang dapat memahami,

mengapresiasi, dan menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk

ringkasan.

Siswa yang aktif dalam menulis naskah drama sudah tergolong sangat baik

karena seluruh siswa kelas XI MIPA I aktif dalam menulis naskah drama dengan

menggunakan teknik transformasi cerita rakyat. Kemudian, pada komponen

keaktifan siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan

drama masih juga termasuk dalam kategori rendah. Dan komponen terakhir atau

ketujuh, masih dapat dikatakan rendah karena hanya sebagian kecil siswa aktif

dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan drama.

Pada siklus II, ketujuh komponen yang diamati tersebut mulai terlihat

peningkatan. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru pada saat proses

pembelajaran mengalami peningkatan meskipun masih ada siswa yang tidak

memperhatikan pada saat guru menjelaskan teori drama.

Siswa yang dapat memahami cerita rakyat, mengapresiasi cerita rakyat,

dan siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk ringkasan

sudah mengalami peningkatan dari hasil observasi siklus I. ketiga komponen ini

sudah termasuk dalam kategori baik.


55

Kegiatan siswa menulis naskah drama jumlah siswa yang aktif menulis

naskah drama tergolong kedalam kategori sangat baik karena seluruh siswa kelas

XI MIPA I mengikuti kegiatan menulis naskah drama. Sementara untuk perilaku

siswa dari segi keaktifan siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan dan siswa

menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan drama mengalami peningkatan dari

siklus I.

Kegiatan menulis dapat memberikan banyak manfaat kepada siswa, salah

satunya yaitu menuangkan ide-ide yang dimiliki. Semi (2007:4) berpendapat

bahwa menulis dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam

melihat realitas disekitar lingkungan yang kada dimiliki oleh orang yang bukan

penulis. Meningkatkan keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan

teknik transformasi cerita rakyat karena siswa sangat memiliki rasa ingin tahu

mengenai cerita tersebut.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini,

yakni penelitian yang dilakukan oleh Delfanida (2018) yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan

AudioVisual Siswa Kelas VII SMP 26 Pekanbaru” dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan dengan menggunakan media audio visual dapat

meningkatkan keterampilan menulis naskah drama. Persamaan dari kedua

penelitian ini adalah sama-sama meningkat. Penelitian sebelumnya mengalami

peningkatan dengan menggunakan media audio visual sedangkan pada penelitian

ini juga mengalami peningkatan dengan menerapkan teknik transformasi cerita

rakyat. Manfaat dari peenggunaan media pada peneltian sebelumnya membuat


56

siswa lebih bergairah dalam prses pemebalajaran karena dengan menggunakan

media audio visual siswa tidak merasa bosan. Sedangkan penelitian ini juga

memberikan manfaat kepada siswa karena dengan menggunakan teknik

transformasi cerita rakyat membuat siswa lebih mudah berfikir dan menunagkan

ide-ide ke dalam naskah drama.

Hasil penelitian ini juga berkaitan dengan penerapan teknik transformasi

yang dilakukan oleh N. Yuli Mutiara (2013) dengan judul penelitian Penerapan

Teknik Transormasi Cerpen dama Pembelajaran Naskah Drama pada Siswa Kelas

VIII SMP UPI Bandung. Hasil Penelitian menunjukkan peningkatan setelah

menerapkan teknik transformasi cerpen. Penelitian ini menunjukkan kesamaan

dengan penelitian sebelumnya karena sama-sama menggunakan teknik

transformasi dalam pembelajaran, tetapi yang hanya membedakan dari kedua

penelitian ini ialah objek yang akan ditransformasi. Berdasarkan penelitian yang

sudah dilakukan oleh N. Yuli Mutiara, teknik transformasi sangat efektif

dilakukan dalam pembelajaran naskah drama.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa

peningkatan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transormasi

cerita rakyat meningkat. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh

siswa pada saat tes dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar

70.21 dan pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebesar 11.14% atau nilai

rata-rata yang diperoleh pada siklus II sebesar 81.35 atau hasil perolehan

mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditentukan.

Aktivitas siswa setelah melakukan pembelajaran menulis naskah drama

dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat menunjukkan bahwa siswa

kelas XI SMAN 3 Enrekang memberikan respon positif. Mereka lebih mudah

menulis naskah drama dikarenakan siswa lebih mudah mendapatkan ide. Dilihat

dari tingkah laku siswa selama kegiatan siklus I dan siklus II. Dapat diketahui

bahwa penggunaan teknik transformasi cerita rakyat dalam pembelajaran menulis

naskah drama dapat mengubah tingkah laku siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang.

Perubahan tingkah laku siswa yang terjadi adalah perubahan positif. Siswa semula

kesulitan menemukan gagasan yang tepat kemudian pada siklus II siswa lebih

menjadi baik menulis naskah drama pada lembar kerja, lebih aktif dan mudah

berfikir kreatif dan menuangkan ide-ide yang dimiliki pada saat penulisan naskah

drama.

57
58

B. Saran

Berdsarkan hasil simpulan penelitian ini, peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Cerita rakyat sangat efektif diterapkan untuk pembelajaran menulis naskah

drama karena siswa dapar mengembangkan cerita tersebut melalui naskah

drama. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan cerita rakyat dalam

meningkatkan pembelajaran menulis naskah drama guna mencapai nilai di atas

rata-rata yang telah ditentukan.

2. Pada saat proses pembelajaran menulis naskah drama, hendaknya guru

menggunakan metode pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa

salah satunya adalah teknik transormasi cerita rakyat.

3. Para praktisi dibidang Pendidikan atau penelitian lain dapat melakukan

penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang ada, seperti pemanfaatan

media untuk pembelajaran menulis naskah drama. Selain itu, penulis memberi

saran sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti hendaknya sudah

mengenal dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian sehingga

peneliti tidak mengalami kesulitan dalam melakukan observasi.


DAFTAR PUSTAKA

Burhan, Muh. Ariful. 2017. Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan


Pendekatan Kontekstual Teknik Learning Community pada Siswa Kelas
XI Tanriwiyah. Jurnal Ilmiah Pendekatan Bahasa dan Sastra Indonesia
(Online), Vol 3, No. 1
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source, diakses 23
Desember 2019. Pukul 19:45
Delfanida, 2018. Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan
Menggunakan Media AudioVisual Siswa Kelas Kelas VII SMP 26
Pekanbaru. (Online). Vol. 2, No. 7
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad, diakses 23 Desember 2019. Pukul 19:44
Fauzi. 2007. Bagaimana Menulis Drama. Bandung: CV. Armiko
Hamdan. 2017. Pengertian Cerita Rakyat (Online)
http://satujam.com/pengertian-cerita-rakyat/, diakses 14, Desembe 2019.
Pukul 10.39

Isnaini. 2016. Peningkatan Ketrampilan Menulis Naskah Drama dengan Strategi


Buku Bergambar Minim Kata Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Imogiri,
Bantul. (skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta

KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Online)


http://kbbi.web.id/di, diakses 11 Desember. Pukul 10.25

Komaidi. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media

Kurniawan. 2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Laksana. 2008. Panduan Praktis Mengarang-Menulis. Semarang: Aneka Ilmu

Luky. 2019. Teks Cerita Rakyat (Online)


http//www.yuksinau.id/tekscerita rakyat/, diakses 14 Desember 2019.
Pukul 11.11
Mulyati, Yeti. 2014. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Munirah. 2015. Pembelajaran Menulis Kreatif Drama dalam Pengembangan Nilai
Pendidikan Berkearifan Lokal, Prosiding Seminar Nasional PIBSI
XXXVII. Yogyakarta: 2-3 Oktober 2015
………. 2018. Pengembangan Keterampilan Menulis. Unismuh Makassar

59
60

Mutiara, N. Yuli. 2013. Penerapan Teknik Transformasi Cerpen dalam


Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siswa kelas VIII SMP UPI
Bandung.. (Online). Diakses pada 23 Desember 2019. Pukul 19.46
Mutmainnah. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Melalui
Pembelajaran Brain Based Learning Peserta Didik Kelas IX Smpn 2
Campalagian. Jurnal Pendidikan Papatudzu. (Online). Vol. 1, No. 2
https://media.neliti.com/media/publications/283597-peningkatan-
kemampuan-menulis-naskah-dra-6b8f204b.pdf, diakses 23 desember
2019. Pukul 19:49

Patmawati, Annika Catur. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Drama


(skripsi). Bengkulu: Universitas Bengkulu

Rahman, Ahmad Syaeful. 2017. Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah


Drama dengan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL).
Literasi Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Sastra dan daerah. (Online).
Vol. 7, No. 1
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source , diakses 23
Desember 2019. Pada pukul 19:47

Ramadhan, Difa Sari. 2016. Gerakan Menulis Bersama (Online)


http://g-m.b.blogspot.com/2016/II/pengertian-tujuan-dan-manfaat-
menulis.html?=, diakses 11 Desember 2019. Pukul 10.55

Rimang, Sitti Suwadah Rimang. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Aura Pustaka

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasarKeterampilan Menulis. Bandung: Angkasa

…………….... 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Sudjana. 2006. Metode Statistik. Jakarta: Rineka Cipta

Tarigan, H. 2013. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:


Angkasa

Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya

Wiriatmaja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

Wiyanto. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo


61

N
62

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

SEKOLAH : SMA NEGERI 3 ENREKANG


MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS/SEMESTER : XI/I
MATERI POKOK : TEKS DRAMA
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab,responsif, dan imajinatif dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian, misteri, imajinasi, serta
permasalahan remaja dan sosial.
63

3.1 Memahami struktur dan kaidah teks drama, baik secara lisan maupun tulisan
3.1.1 Mengetahui struktur isi teks drama.
3.1.2 Mengetahui ciri bahasa teks drama.
4.1 Menginterpretasi makna teks drama, baik secara lisan maupun tulisan.
4.1.1 Memahami isi teks drama.
4.1.2 Menginterpretasi isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dalam teks drama.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran ini diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengetahui struktur isi teks drama.
2. Peserta didik dapat mengetahui ciri bahasa teks drama.
3. Peserta didik dapat memahami isi teks drama.
4. Peserta didik dapat mengetahui ciri-ciri teks drama.
5. Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam teks drama.
6. Peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur ekstrinsik dalam teks drama
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengenalan struktur isi teks drama.
2. Pengenalan ciri bahasa teks drama.
3. Pemahaman isi teks drama.
4. Interpretasi isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dalam teks drama.
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model : Menulis Terbimbing.
Metode: Pemberian tugas, diskusi
F. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media:
1. Contoh-contoh teks drama
2. Uraian yang berkaitan dengan struktur isi teks cerita pendek/rakyat (abstrak,
orientasi, komplikasi, resolusi,evaluasi, dan coda).
Sumber belajar:
1. Buku Kumpulan drama
2. Buku yang berkaitan dengan genre teks.
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan media massa.
4. Kosasih, Engkos. 2014. Buku Kretif Berbahasa Indonesia untuk SMK kelas
XI. Jakarta: Erlangga.
64

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
waktu
 Peserta didik merespon salam dan
pertanyaan guru yang berhubungan
Pendahuluan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
 Peserta didik menerima informasi
tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan yang akan
dilaksanakan.
 Peserta didik menerima informasi tentang
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Peserta didik menerima pengarahan bahwa
melalui topik pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap santun, jujur, kerja
sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
Mengamati
 Peserta didik membaca contoh
teks film/drama.
Inti  Peserta didik mencermati uraian yang
berkaitan dengan struktur isi
teks film/drama (abstrak, orientasi,
komplikasi, resolusi, evaluasi dan coda).
 Peserta didik membaca contoh
teks film/drama yang lain.
Mempertanyakan
 Peserta didik mempertanyakan uraian
yang berkaitan dengan struktur isi
teks film/drama yang dibaca.
 Peserta didik membuat pertanyaan
yang berhubungan dengan isi
teks film/drama dengan bahasa yang
komunikatif.
Mengeksplorasi (menalar)
 Peserta didik menemukan struktur isi
teks film/drama.
 Peserta didik menemukan ciri-ciri
teks film/drama.
 Peserta didik mendiskusikan hasil
temuan terkait dengan struktur isi dan
ciri bahasa teks film/drama.
65

Mengasosiasi (mencoba)
 Peserta didik mencari hubungan antara
struktur isi dan ciri bahasa film/drama.
 Peserta didik mendiskusikan hubungan
antara struktur isi dan ciri
bahasa film/drama.
 Peserta didik menyimpulkan unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik
teks film/drama dalam diskusi kelas
dengan saling menghargai.
Mengomunikasikan
 Peserta didik menjelaskan struktur isi
dan ciri bahasa teks film/drama.
 Peserta didik saling menila
kebenaran/ketepatan penjelasan
teman/kelompok.
 Peserta didik mempresentasikan unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik
teks film/drama dengan rasa percaya
diri.
 Peserta didik menanggapai presentasi
teman/ kelompok lain secara santun.
 Peserta didik dan guru menyimpulkan
Penutup materi pelajaran.
 Refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Peserta didik menerima tugas dari
guru.

H. PENILAIAN
Teknik penilaian:
1. Penilaian proses/ pengamatan.
2. Tertulis.
3. Lisan.
4. Pemberian tugas
Bentuk Instrumen:
1. Tes lisan:
1) Cerita yang bagaimanakah drama itu?
66

2) Dimanakah bisa ditemukan teks drama?


2. Tes tertulis:
1) Tentukan struktur isi teks drama yang telah dibaca!
2) Tentukan ciri bahasa teks drama yang telah dibaca!
3) Tentukan isi teks drama yang telah dibaca!
4) Tentukan ciri-ciri teks drama!
5) Tentukan unsur-unsur intrinsik dalam teks drama!
6) Tentukan unsur-unsur ekstrinsik dalam teks drama!

Lembar Observasi

Jumlah
No Komponen yang diamati
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama.


2. Siswa dapat memahami cerita rakyat
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam
bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik
transformasi cerita rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan
dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menulis
drama.
67

Penilaian Tes Tertulis:


Aspek Skor
Siswa menjawab benar semua 6
Siswa menjawab benar 5 5
Siswa menjawab benar 4 4
Siswa menjawab benar 3 3
Siswa menjawab benar 2 2
Siswa menjawab benar 1 1
Skor maksimal 6
Keterangan: Skor yang di peroleh
Nilai akhir = ----------------------------- x 100
Skor maksimal

Enrekang. 2020
Mengetahui,
Kepala SMAN 3 ENREKANG Peneliti

Haspia

NIM. 105331107516
68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

SEKOLAH : SMAN 3 ENREKANG


MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA/XI
KELAS/SEMESTER : XI/I
MATERI POKOK : TEKS DRAMA
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab,responsif, dan imajinatif dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian, misteri, imajinasi, serta
permasalahan remaja dan sosial.
3.2 Membandingkan teks drama, baik secara lisan maupun tulisan
3.2.1. Mengidentifikasi persamaan struktur isi dua teks drama.
69

3.2.2 .Mengidentifikasi perbedaan struktur isi dua teks drama.


3.2.3. Mengidentifikasi persamaan ciri bahasa dua teks drama.
3.2.4 Mengidentifikasi perbedaan ciri bahasa dua teks drama.
4.2 Memproduksi teks drama, yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan
dibuat baik secara lisan maupun tulisan.
4.2.1. Menyusun langkah-langkah penulisan teks drama sesuai dengan unsur drama,
struktur isi dan ciri bahasa.
4.2.2 Menyusun teks drama sesuai dengan unsur drama, struktur isi dan ciri bahasa.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran ini diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi persamaan struktur isi beberapa teks drama.
2. Peserta didik dapat mengidentifikasi perbedaan struktur isi beberapa teks drama.
3. Peserta didik dapat mengidentifikasi persamaan ciri bahasa beberapa teks drama
4. Peserta didik dapat mengidentifikasi perbedaan ciri bahasa beberapa teks drama.
5. Peserta didik dapat menyusun langkah-langkah penulisan teks drama sesuai
dengan unsur drama, struktur isi & ciri bahasa.
6. Peserta didik menentukan topik teks drama.
7. Peserta didik membuat teks drama sesuai dengan unsur-unsur drama dan ciri
bahasa.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Persamaan dan perbedaan struktur isi dan ciri bahasa beberapa teks drama.
2. Langkah-langkah penulisan teks drama (menggali pengalaman, menemukan topik,
mengembangkan topik sesuai dengan unsur-unsur drama, struktur isi dan ciri
bahasa).
E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Model : Menulis Terbimbing
Metode: Diskusi, pemberian tugas, dan tanya jawab.
F. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media: Contoh-contoh teksdrama
Sumber belajar:
1. Buku Kumpulan drama.
2. Buku yang berkaitan dengan genre teks.
70

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Alokasi
waktu
 Peserta didik merespon salam dan pertanyaan
guru yang berhubungan dengan kesyukuran
kepada Tuhan.
 Peserta didik menerima informasi
Pendahuluan tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya
dengan yang akan dilaksanakan.
 Peserta didik menerima informasi tentang
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Peserta didik menerima pengarahan bahwa
melalui topik pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap santun, jujur, kerja
sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
Mengamati
 Peserta didik membaca teks drama.
 Peserta didik menggali pengalaman dan
peristiwa/kejadian.
Mempertanyakan
 Peserta didik mempertanyakan persamaan dan
perbedaan struktur isi dan ciri bahasa dua
drama.
 Peserta didik mempertanyakan topik
pengalaman, peristiwa/kejadian yang digali.
Mengeksplorasi (menalar)
 Peserta didik mengidentifikasi persamaan
Inti struktur isi dua teks drama yang dibaca.
 Peserta didik mengidentifikasi persamaan ciri
bahasa dua teks drama yang dibaca.
 Peserta didik mengidentifikasi perbedaan
struktur isi dua teks drama yang dibaca.
 Peserta didik mengidentifikasi perbedaan ciri
bahasa dua teks drama yang dibaca.
 Peserta didik menentukan topik
teks drama sesuai pengalaman, kejadian, atau
peristiwa dengan cermat.
 Peserta didik membuat teks drama sesuai
dengan struktur isi teks drama, ciri bahasa
(pertanyaan retoris, proses material, konjungsi
71

temporal) dan unsur intrinsik serta unsur


ekstrinsik.
Mengasosiasi (mencoba)
 Peserta didik mendiskusikan dan
menyimpulkan persamaan dan perbedaan dua
teks drama dalam diskusi kelas.
 Peserta didik mendiskusikan dan
menyimpulkan film/drama yang dibuat.
Mengomunikasikan
 Peserta didik menjelaskan persamaan dan
perbedaan struktur isi dan ciri bahasa dua
teks drama.
 Peserta didik membacakan hasil diskusi teks
drama dengan intonasi dan ekspresi yang tepat
dan saling memberikan komentar.
 Peserta didik dan guru menyimpulkan materi
Penutup pelajaran.
 Refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Peserta didik menerima tugas dari guru.

H. PENILAIAN
Teknik penilaian:
1. Penilaian proses/ pengamatan.
2. Tertulis.
3. Lisan.
4. Pemberian tugas.
Bentuk Instrumen:
1. Tes lisan:
1). Apa judul teks drama yang sudah dibaca?
2). Ceritakan isi teks drama yang telah dibaca!
2. Tes tertulis:
1). Jelaskan persamaan struktur isi dari dua drama yang telah dibaca!
2). Jelaskan persamaan ciri bahasa dua drama yang telah dibaca!
3). Jelaskan perbedaan struktur isi dua drama yang telah dibaca!
4). Jelaskan perbedaan ciri bahasa dua drama yang telah dibaca!
72

5).Buatlah langkah-langkah penulisan teks drama sesuai dengan struktur isi dan ciri
bahasa drama!
3. Tugas keterampilan:
1).Kembangkanlah topik tersebut menjadi teks drama sesuai dengan, unsur-unsur
drama dan ciri bahasa drama!
Lembar Observasi

Jumlah
No Komponen yang diamati
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama.


2. Siswa dapat memahami cerita rakyat
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat dalam
bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik
transformasi cerita rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan
dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menulis
drama.

Penilaian Tes Tertulis:


Aspek Skor
Siswa menjawab benar semua 5
Siswa menjawab benar 4 4
Siswa menjawab benar 3 3
Siswa menjawab benar 2 2
Siswa menjawab benar 1 1
Skor maksimal 4
Keterangan:
Skor yang di peroleh
Nilai akhir = ----------------------------- x 100
Skor maksimal
73

Penilaian Tes Tertulis/ Portofolio:


No Aspek Skor Kriteria Kategori
Penilaian
1 Tema 10 Jika tema drama sesuai denga nisi teks Baik
drama
3 Jika tema drama tidak sesuai denga nisi Kurang Baik
teks drama
2 Setting 10 Jika setting drama dapat dideskripsikan Baik
dengan jelas dan hidup.
3 Jika setting drama tidak dapat Kurang Baik
dideskripsikan dengan jelas dan hidup.

3 Alur 10 Jika alur yang digunakan untuk Baik


mendukung adanya konflik baik.

3 Jika alur yang digunakan untuk Kurang Baik


mendukung adanya konflik kurang
baik.
4 Penokohan 10 Jika penggunaan karakter tokoh sangat Baik
jelas.
3 Jika penggunaan karakter tokoh tidak Kurang Baik
jelas.

5 Bahasa 20 Bahasa yang digunakan sesuai dengan Baik


tiap-tiap karakter tokoh yang berbeda.

5 Bahasa yang digunakan tidak sesuai Kurang Baik


dengan tiap-tiap karakter tokoh yang
berbeda.
6 Dialog 20 Jika dialog yang digunakan komunikati Baik
dan sesuaui dengan karakter tokoh

5 Jika dialog yang digunakan tidak Kurang Baik


komunikatif dan tidak sesuai dengan
karakter tokoh.
74

7 Teks 20 Jika penulisan teks samping sesuai Baik


Samping dengan kaidah penulisan teks drama

5 Jika penulisan teks samping tidak Kurang Baik


sesuai dengan kaidah penulisan teks
drama

Mengetahui, Enrekang, 2020


Kepala SMA N 3 ENREKANG Peneliti

Haspia

Nim. 105331107516
75

Lembar Observasi Siklus I

Jumlah
No Komponen yang diamati
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori 20


drama.
2. Siswa dapat memahami cerita rakyat 15
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat 20
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat 21
dalam bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan 28
teknik transformasi cerita rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang 5
berkaitan dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan 4
menulis drama.

Lembar Observasi Siklus II

Jumlah
No Komponen yang diamati
siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori 26


drama.
2. Siswa dapat memahami cerita rakyat 24
3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat 25
4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat 26
dalam bentuk ringkasan.
5 Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan 28
teknik transformasi cerita rakyat.
6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang 12
berkaitan dengan menulis drama.
7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan 9
menulis drama.
76

“Jalan Pintas Lajana”

Ada seseorang anak lelaki yang bernama Lajana. Dia memiliki seorang
adik perempuan yang bernama Didok. Mereka adalah keluarga keluarga yang
serba kekurangan.

Namun demikian, Lajana lebih memilih makan dan tidur setiap hari kini
usia Lajana beranjak dewasa. Teman sepermainannya telah banyak berkebun
dan bersawah. Berbeda dengan Lajana yang juga memperlihatkan
kedewasaannya. Ia sangat malas bekerja apalagi membantu ibunya mengurus
adiknya.

Pada saat Lajana dilahirkan, asa baru buat ibunya. Ia sangat berharap
pada anak lelakinya itu agar kelak dapat membantu menghidupi keluarga
mereka. Tetapi, harapan itu belum juga nyata, Lajana sangat malas. Sementara
ibunya terus bekerja. Ia tak kenal lelah. Siang dan malam bagi ibunya adalah
sesuap nasi untuk buah hatinya, Lajana dan Didok.

Melihat tingkah Lajana yang tidak berubah, ibunya semakin bingung.


Setiap saat ibunya memohon kepada anak sulungnya agar mau membantu
kebutuhan keluarga, apalagi kehidupan keluarga mereka semakin hari semakin
memilukaan,

Suatu pagi yang menyedihkan. Ibunya hendak memasak tetapi sebutir


beras pun tak ada apalagi lauk dan sayur. Ibunya yang telah tua memohon-
mohon bahkan dengan cucuran air mata kepada Lajana agar mau berbuat
sesuatu untuk kelarganya.

Beberapa saat kemudian, Lajana memanggil ibunya. Mendengar suara


Lajana membuat ibunya sangat bahagia. Ia yakin, anaknya telah sadar dan tidak
lagi malas seperti kemarin-kemarin.

“Ibu...saya mau bekerja. Saya akan membajak sawah” kata Lajana.

“Benar?“Tanya Ibunya kegirangan.

“Tapi, Ibu harus menyiapkan beras ketan dan 2 ekor ayam untuk saya
dan teman-teman yang akan membantu membajak sawah” Akal bulus Lajana.

“Untuk apa? Beras untuk makan saja tidak ada apalagi beras ketan dan
ayam!” jawab Ibunya.

Mereka saling bertatapan sejenak. Lalu Ibunya berkata, “Baiklah kalau itu
maumu anakku. Saya akan penuhi permintaanmu” kunci Ibunya.

Setelah perbincangan tersebut, Ibunya langsung ke rumah tetangganya


untuk meminjam beras ketan dan mencari ayam. Ibunya tidak ragu untuk
meminjam karena ia sangat yakin bahwa anaknya telah sadar dan mau bekerja.
77

Setelah beras ketan dan ayam telah ada, ia mulai memasak dengan dengan
perasaan bahagia.

Setelah semuanya usai, Ibunya mengantarkan makanan itu ke sawah


yang letaknya jauh dan harus menyebrangi sungai. Setibanya di pinggir sungai,
ternyata Lajana sudah menunggu. Karena tidak ingin ketahuan, Lajana melarang
ibunya ikut menyebrang sungai dengan alasan sungainya dalam dan berbahaya.
Untuk meyakinkan Ibunya, ia menyebrangi sungai smabil melipat kakinya
sehingga seolah-olah sungai itu sangat dalam. Meski tidak bisa sampai ke
sawah, ibunya sangat bahagia karena anaknya telah berusaha. Smentara Lajana
sangat bahagia karena makanan yang dibawa ibunya bisa ia makan sendiri.

Bebrapa bulan kemudian, area persawahan di sekitar sawah Lajana


telang menguning, tiba saatnya padi tersebut diketam. Lagi-lagi, keadaan ini
dimanfaatkan Lajana. Apalagi ada orang-orang kampung akan berlomba-lomba
untuk mengetam padinya masing-masing.

Perempuan-perempuan desa akan melakukan hal yang sama, mereka


akan beramai-ramai mengantarkan makanan ke sawah. Jika matahari tepat
diatas kepala, Lajana akan segera menuju semak belukar yang akan dilewati
perempuan-perempuan pengantar makanan. Ia akan menakutinya sehingga
mereka berlarian dan meninggalkan makanannya. Dan akhirnya, makanan
tersebut dimakan oleh Lajana seorang diri.

Tidak hanya sampai disini akal bulusnya. Jika malam tiba, Lajana akan
mencari padi yang disimpan pada gubuk orang lain dan membawanya pulang.
Setibanya di rumah, Ibunya sangat gembira karena kerja Lajana telah
membuahkan hasil.

Padi itu akhirnya diolah dan dimasak. Ibu dan anak perempuannya
menikmati nasi tanpa sayur dan lauk. Melihat keadaan itu, Lajana kembali
melancarkan akalnya. Ia kembali bersembunyi di semak yang akan dilewati
petani sayur atau pedagang sayur. Jika orang yang membawa sayur telah dekat,
ia akan menakutinya sehingga akan berlari dan meninggalkan barng bawaannya.

Hal yang sama juga ia lakuan dipinggir sungai. Lajana akan berbuat
sesuatu untuk mengambil ikan para nelayan yang telah berhasil dipancingnya.
Setiap kembali dari kebun, lajana membawa sayur dan ikan untuk keluarganya.
Dengan yakin ia mengatakan bahwa sayur itu dari pematang sawah dn lauk itu
dari sungai yang ia pancing sendiri. Tanpa curiga, Ibunya memasak sayur dan
lauk tersebut.

Pagi itu Lajana tidak ke sawah karena ibunya akan ke pasar berbelanja.
Lajana disuruh Ibunya untuk menjaga adiknya Didok. Sebenarnya Lajana tidak
suka pada anak kecil apalagi jika ia rewel. Lajana lalu berpkiri agar adiknya
78

tenang dan tidak merangkak kesan-kemari. Ia akhirya menempel kedua mata


adiknya sehingga tidak bisa melihat.

Sepulang dari pasar, Ibunya sangat panik melihat mata Didok yang
tertutup terus. Lajana lalu menyarankan kepada ibunya agar memanggil dukun
dab nebyiapkan makanan enak.

Lajana ternyata belum berubah. Ia menyamar jadi dukun dengan sarung


dan aksesorisnya lainnya. Lajana pura-pura mulutnya komat-kamit layaknya
dukun. Setelah itu, ia menghabisi makanan yang telah disajikan ibunya. Ia makan
terlalu banyak sehingga mengantuk dan ketiduran. Al hasil, Ibunya membuka
sarung dan ditemukan sosoknanaknya yang selalu mengelabui ibunya. Akibat
perbuatan si Lajana, masyarakat resah dan ibunya tidak bis berbuat apa-apa.
79

Tumaling Pemberani dari Tuara

Sebuah kampung yang terletak 6km dari kota Enrekang konon katanya
dulu kala hidup seorang rakyat bernama Tumaling. Seorang lelaki yang memiliki
badan yang tegap dan besar.

Tumaling hidup seorang diri. Ia sangat cinta pada kampungnya sehingga


ada setiap penduduk asing yang masuk akan ditanyai beberapa hal. Salah
satunya adalah tujuan dan maksud kedatangannya. Ia tak pernah memandang
apa dan siapa latar belakang tetamu yang datang. Jika ada tetamu asing yang ia
lihat, ia akan segera memiringkan badannya di tengah jalan pertanda tamu harus
berhenti dan menjawab pertanyaan tumaling. Ia seakan-akan menjadi satpam di
kampungnya.

Dari hari ke hari sikap Tumaling tidak pernah berbubah. Ia tidak bosan
untuk berjalan dari batas utara ke batas selatan kampung. Hal ini ia lakukan
sendiri.

Setiap ada rakyat lain yang menanyakan perilaku Tumaling, ia akan


menjawab bahwa kampung kita adalah kampung yang suci, aman, dan tentram.
Kita harus selektif dalam memilih tamu jangan sampai kedatangan mereka
membawa misi tersendiri sehingga akan berdampak negatif pada kampung kita
kedepannya.

Sifat dan sikap Tumaling mulai tercium oleh Raja. Dari mulut ke mulut, beredar
berita bahwa di kampung sana terdapa orang yang akan Tuara(dialek
Enrekang/posisi badan yang agak miring) jika ada tamu yang akan masuk.
Karena berita itu, akhirnya Tumaling di panggil oleh Raja.

“Oh...benarkah engkau rakyatku yang bernama Tumaling?”

“Kataya engkau akan tuara, jika ada orang asing yang memasuki kampungmu?”
tanya Raja”.

“Benar Raja, sayalah Tumaling” jawabnya singkat.

Tumaling dan Raja terus berkomunikasi. Pada akhirnya Raja akan menguji
keberaniaan Tumaling seperti yang diceritakan rakyat lainnya.

“Tumaling, saya ingin melihat keberanianmu!”

“Saya ingin kamu menuju keselatan, daerah yang terkenal selalu kacau karena
banyak orang jahat dan pecuri yang tinggal di sana” jelas Raja”.

“Lalu?” balas tumaling.

“Bunuh mereka yang kau anggap jahat, selalu buat kekacauan, selalu mencuri.”
80

“Apa?” Tumaling dengan nada kaget.

“Tidak itu saja, setelah kau bunuh bawa buktinya ke kampungmu dan kehadapan
saya!”

“Apakah sayang harus membawa jasad mereka?”

“Bukankaah itu terlalu berat Raja, belum lagi jaraknya jauh” rayu Tumaling

“Tidak. Kau tak perlu bawa mereka. Cukup potong dan pasang telinganya
melingkar di perutmu yang besar itu”

“Jadi tidak ada bagian perut yang akan terlihat hanya telinga-telinga para
penjahat” lanjut Raja.

Tumaling akhirnya dikirim ke daerah Selatan. Setidaknya di sana,


keadaan sebenarnya Raja jauh lebih parah dari pada cerita yang diceritakan
Raja. Tumaling pun mulai berpikir dan menyusun strategi untuk membunuh
parah menjahat itu.

Satu demi satu telinga terpasang di perut Tumaling. Jumlah para penjahat
mulai berkurang. Waktu yang digariskan Raja hampir selesai sementara penjahat
di daerah selatan masih banyak,

Tiap malam Tumaling mendeteksi parah penjahat dan menyusun strategi


hingga membunuhnya. Rakyat daerah Selatan mengakui kehebatan Tumaling
karena berhasil menghabisi gerombolan pengacau di daerah Selatan. Akhirnya,
daerah Selatan mulai aman.

Kini tiba waktunya Tumaling pulang menghadap Raja. Daerah Selatan


juga mulai aman serta waktu yang telah digariskan raja hampir usai. Sementara,
di sekitar istana telah banyak orang untuk menunggu kedatangan Tumaling. Raja
pun demikian. Ia penasaran dengan lingkaran telinga di perut Tumaling.

Tumaling pun tiba, sama seperti yang di minta Raja. Perutnya yang besar
telah melingkar tali dan diisi dengan telinga manusia. Jumlah telinga yang
terpasang nyaris tidak bisa terhitung. Melihat itu, Raja dan masyarakat pun
mengakui bahwa Tumaling memang pemberani.

Hingga saat ini, kampung kelahiran Tumling bernama Malauwwe/Tuara


dengan alasan bahwa Tuara adalah cara Tumaling menjaga kampung ini.
Masyarakat di kampung Tuara banyak yang percaya bahwa salah satu kuburan
keramat di daerah Tuara adalah kuburan Tumaling.
81

Hasil Penilaian Tes Evaluasi Keterampilan Menulis Naskah Drama SIklus I

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Ahmad Saleh 85 Tuntas


2 Aiman Nuraisyah 70 Tidak Tuntas
3 Aida Sara 70 Tidak Tuntas
4 Alwilsa Sesar Suardi 85 Tuntas
5 Annisa. B 70 Tidak Tuntas
6 Aulia Akifa AP 70 Tidak Tuntas
7 Citra Ayu Lestari 63 Tidak Tuntas
8 Eka Nur Rahma 63 Tidak Tuntas
9 Erika 63 Tidak Tuntas
10 Ewinda Budianto 63 Tidak Tuntas
11 Hasyuni Bahri 85 Tuntas
12 Husnul Qalbi 53 Tidak Tuntas
13 Lera 78 Tuntas
14 Miftahul Rahma T 63 Tidak Tuntas
15 Musfira Syam 71 Tidak Tuntas
16 Mutmainna 70 Tidak Tuntas
17 Nadila 63 Tidak Tuntas
18 Nimma 75 Tuntas
19 Nur Hikma 70 Tidak Tuntas
20 Nur Aisyah Upa 85 Tuntas
21 Putri Hamzah 70 Tidak Tuntas
22 Reza Puspitasari 70 Tidak Tuntas
23 Risky Anggraini 78 Tuntas
24 Risky Ahsan Syarif 70 Tidak Tuntas
25 Sinta Andrinawati Putri 78 Tuntas
26 Siti Fatima Azzahra 56 Tidak Tuntas
27 Suci Hafsari 66 Tidak tuntas
28 wahdini 63 Tidak tuntas
Jumlah 1966
Rata-rata 70.21
82

Hasil Penilaian Tes Evaluasi Keterampilan Menulis Naskah Drama SIklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Ahmad Saleh 93 Tuntas


2 Aiman Nuraisyah 85 Tuntas
3 Aida Sara 85 Tuntas
4 Alwilsa Sesar Suardi 85 Tuntas
5 Annisa. B 85 Tuntas
6 Aulia Akifa AP 78 Tuntas
7 Citra Ayu Lestari 85 Tuntas
8 Eka Nur Rahma 70 Tidak Tuntas
9 Erika 85 Tuntas
10 Ewinda Budianto 85 Tuntas
11 Hasyuni Bahri 85 Tuntas
12 Husnul Qalbi 85 Tuntas
13 Lera 86 Tuntas
14 Miftahul Rahma T 85 Tuntas
15 Musfira Syam 85 Tuntas
16 Mutmainna 85 Tuntas
17 Nadila 70 Tidak Tuntas
18 Nimma 75 Tuntas
19 Nur Hikma 78 Tuntas
20 Nur Aisyah Upa 78 Tuntas
21 Putri Hamzah 78 Tuntas
22 Reza Puspitasari 85 Tuntas
23 Risky Anggraini 78 Tuntas
24 Risky Ahsan Syarif 85 Tuntas
25 Sinta Andrinawati Putri 78 Tuntas
26 Siti Fatima Azzahra 78 Tuntas
27 Suci Hafsari 73 Tidak tuntas
28 wahdini 71 Tidak tuntas
Jumlah 2274
Rata-rata 81.35
83
84
85
86
87
88

Dokumentasi siklus I
89

Dokumentasi Siklus II
90

RIWAYAT HIDUP

HASPIA, lahir pada tanggal 21 Agustus 1996 tepatnya di

Kalosi kabupaten Enrekang, anak kelima dari lima bersaudara

dari ayahanda alm. Laga dan ibunda Hanija.

Penulis menyelesaikan Pendidikan sekolah dasar pada tahun

2010 di SDN 113 PANA desa Pana kecamatan Alla kabupaten

Enrekang. Pada tahun yang sama yaitu 2010 penulis melanjutkan Pendidikan di

SMP NEGERI 1 ALLA kecamatan Alla kabupaten Enrekang. kemudian tamat

pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan Pendidikan ke SMA NEGERI 1 ALLA

kecamatan Alla kabupaten Enrekang dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang

sama yaitu 2016, penulis melanjutkan Pendidikan di perguruan tinggi Universitas

Muhammadiyah makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai