1. Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut.
2. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan
atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final
.
B. KETENTUAN UMUM PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
1. Ketentuan Umum Pembukuan
Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 28
tahun 2007, yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
Wajib Pajak (WP) Badan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu
tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00.
Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28 ayat 2
UU KUP adalah:
WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang diperbolehkan
meghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan
penghasilan neto.
WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
2. Syarat Pencatatan
Syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan adalah:
Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan
yang sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia;
Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis;
Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat
tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan
selama 10 (sepuluh) tahun;
Pencatatan harus dapat menggambarkan anatara lain:
Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
diterima dan/atau diperoleh;
Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final
F. STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS/ ACCRUAL BASIS AND CASH BASIS
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam
arti penghasilan diakui pada saat perolehan dan biaya diakui pada saat terutang.
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan
beerdasarkan metode presentase tingkat penyelesain pekerjaan yang umumnya dipakai
dalam bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu
seperti real estate.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Stelsel kas biasanya
digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan jasa, misalnya
transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara penyerahan jasa dan
penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama.
Penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh
penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok
penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
b) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan daan hak-hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat
dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
c) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat azas (konsisten).
K. SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan sengaja:
1. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar.
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak memperhatikan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya;atau
3. Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online di
Indonesia.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang baya