Anda di halaman 1dari 3

Rangga Fakhrurriza\

210901502014
Akuntansi S1 / Kelas A
BAB 13
PENDAPATAN, PENGHASILAN, DAN PENJUALAN

AKUNTANSI
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:114- 122), pendapatan (income) berarti suatu
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Nilai yang dipakai untuk mengukur pendapatan berkaitan dengan
nilai/harga yang disepakati dalam transaksi (nilai wajar). Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan
sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa
serta PPN.
Pengakuan pendapatan dibagi dalam 4 bagian sebagai berikut.
1. Penjualan barang diakui apabila sebagai berikut:
a. risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang telah dialihkan kepada pembeli;
b. entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan manajerial sampai kepada
tingkat kepemilikan atau pengendalian efektif atas barang yang terjual;
c. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
d. ada kemungkinan besar manfaat ekonomi mengalir masuk ke dalam entitas; dan
e. biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur dengan andal.
2. Penyediaan jasa diakui apabila hasil transaksi penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal.
Entitas harus mengakui pendapatan sesuai dengan tahap penyelesaiannya pada akhir periode
pelaporan, sehingga biasanya entitas menggunakan metode persentase penyelesaian.
3. Kontrak konstruksi
Entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak
yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang
disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir perio de pelaporan, biasanya
adalah metode persentase penyelesaian.
4. Bunga, royalti, dan dividen
Entitas harus mengakui pendapatan dari penggunaan aset pada saat: a) ada kemungkinan bahwa
manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; dan b) jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.

PERPAJAKAN
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), pengertian penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/ diperoleh W, baik yang berasal dari Indonesia maupun
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan WP yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
1. Penghasilan Objek Pajak
Menurut Pasal 4 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yang merupakan objek pajak
adalah sebagai berikut.
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima tau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang;
Rangga Fakhrurriza\
210901502014
Akuntansi S1 / Kelas A
b. hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha; dan
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan tang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP 130 Tahun 2000 jo. SE-542/ PJ./2000);
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aset (PMK-79/ PIMK.03/2008 jo. PER-12/ PJ/2009 jo.
SE-56/PJ/2009);
n. premi asuransi, termasuk premi reasuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah (PP 25 Tahun 2009);
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan (SE-04/PJ.42/2002); dan
s. Surplus Bank ndonesia (PP 94 Tahun 2010).
2. Penghasilan Bukan Objek Pajak
Sedangkan penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak, menurut pasal 4 ayat (3) UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan;
(PP 18 Tahun 2009).
harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima ole badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
avat (I) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan schubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah, kecuali yang diberikan
oleh bukan WP;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan ole dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf
g. dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan PMK-234/ PMK.03/200S;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Rangga Fakhrurriza\
210901502014
Akuntansi S1 / Kelas A
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
l. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, kemudian ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut yang ketentuannya diatur lebih lanjut
m. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dan/atau badan hukum lainnya yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan
Sosial kepada WP tertentu, WP atau anggota masyarakat yang tidak mampu, yang sedang
mengalami bencana alam, dan/atau yang tertimpa masalah.
3. Penghasilan Dikenakan Pajak Penghasilan Final
Pengenaan pajak yang bersifat final berarti bahwa jumlah PPh yang telah dibayar sendiri atau
dipotong ole pihak lain tidak dapat dikreditkan atau digabungkan dengan penghasilan lain yang
bersifat tidak final dalam penghitungan PPh pada akhir tahun dalam SPT tahunan.
Menurut Pasal 4 ayat 2 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 atas:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, bunga obligasi dan SUN,
dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4. Beban yang Berhubungan dengan Pajak Penghasilan Final dan Non-Pajak Penghasilan
a. Biaya yang berhubungan dengan penghasilan yang bersifat final. Sesuai Pasal 4 ayat (1) UU
PPh, apabila suatu jenis penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final, maka
penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif
umum. Dengan kata lain bahwa biaya yang berhubungan dengan penghasilan yang bersifat final
tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
b. Biaya yang berhubungan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Sesuai Pasal
6 ayat (1) UU PPh bahwa untuk dapat dibebankan sebagai biaya secara fiskal, maka
pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
Dengan demikian pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

Anda mungkin juga menyukai