Anda di halaman 1dari 25

MODUL 5

OBJEK PAJAK

TUGAS HUKUM PAJAK


KJ 001 SESI 5

DISUSUN OLEH :
“ KELOMPOK V “

WILDA FADILLA AKMAL


PAULINA
CHRESENSIANA.S.BARUT

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0/
15
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2023

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0/
15
MODUL HUKUM PAJAK
OBJEK PAJAK

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Dengan mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami :
1. Pengertian Pajak
2. Objek Pajak

B. Contoh dan Uraian


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian


besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan.

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi


penyelengaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.
Sehingga Pemerintah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah satu
pewujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana dalam pembiayaan
Negara dalam Pembangunan Nasional guna tercapainya tujuan negara. Penting
dan strategisnya peran serta sektor perpajakan dalam penyelenggaraan
pemerintah dapat dilihat pada Anggaran Belanja Negara (APBN) dan Rancangan
APBN setiap tahun yang disampaikan pemerintah, yaitu terjadinya peningkatan
persentase sumbangan pajak dari tahun ke tahun.

Penggunaan uang pajak meliputi:


Pembayaran gaji aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara
Nasional Indonesia, dan Polisi Negara Republik Indonesia sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan;

Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk, Bantuan
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 1/
15
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya, Pengadaan Beras
Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); Pembangunan
sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas,
kantor polisi;

Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh


lapisan masyarakat.

Uang pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran publik, sehubungan dengan

tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan Sejak bayi kita telah

menikmati Pajak

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2/
15
Contoh : Imunisasi

Sejak sekolah dasar kita telah menikmati pajak yang telah terkumpul sehingga
biaya sekolah dapat terjangkau sampai ke perguruan tinggi. Transportasi umum
disediakan untuk memudahkan kita dalam mencapai tujuan (sekolah, tempat
kerja). Hal ini pun disubsidi oleh pemerintah. Keamanan dan ketertiban dapat
terjaga sehingga kita merasa aman selama bepergian. Biaya berobat di Rumah
Sakit menjadi jangkau karena biaya kesehatan dibiayai pemerintah dari pajak.
Fasilitas & infrastruktur umum dibangun untuk kenyamanan kita seperti: jalan,
jembatan, kebersihan, taman, pasar, dan sebagainya, juga dibiayai oleh
pemerintah.

Berdasarkan lembaga yang mengelolanya, pajak dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu:

I. Pajak Pusat
Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak antara lain:
1. Pajak Penghasilan (PPh);
Segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau
objek pajak, baik :
a. Keadaan (seperti: memiliki kendaraan bermotor, radio, televisi, memiliki
tanah atau barang tak gerak, menempati rumah tertentu)
b. Perbuatan (seperti: melakukan penyerahan barang karena perjanjian),
maupun
c. Peristiwa (seperti: kematian, keuntungan yang diperoleh secara
mendadak).

Tetapi objek pajak yang menjadi sasaran PPh adalah penghasilan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Perubahan UU PPh 2008,
yang lengkapnya berbunyi, “Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Contoh Objek Pajak Penghasilan :
Contoh-contoh penghasilan yang merupakan objek PPh antara lain:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 3/
15
bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan; dan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan;

Objek Pajak Penghasilan :


e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 4/
15
final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek
yang diperdagangkan di pasar uang, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivative
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima ole
perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estat, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterim
atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu,yang diatur
dalam atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN);


Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dikenakan terhadap
Penyerahan atau impor Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang
dilakukan Pengusaha Kena Pajak .
Objek PPN adalah Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
PENYERAHAN YANG DIKENAKAN PPN :
(Pasal 4 UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM)
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha;
2. Impor Barang Kena Pajak;
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha;
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean; atau
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK


(Pasal 1A UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM)
1. Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
2. Pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli
dan perjanjian leasing;
3. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui
juru lelang;
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 5/
15
4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-Cuma atas Barang Kena
Pajak;
5. Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut
ketentuan dapat dikreditkan;
6. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang;
7. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi

TIDAK TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BARANG KENA


PAJAK (Pasal 1A UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM)
1. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud
dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang;
2. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;
3. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang, dalam hal Pengusaha
Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang

3. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM);


Objek PPnBM merupakan BKP yang tergolong mewah. Regulasi objek
PPnBM: UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. Tarif PPnBM terbagi menjadi 2 kelompok, yakni tarif PPnBM
kendaraan bermotor dan non kendaraan bermotor. Setiap kelompok tarif
PPnBM atas objek PPnBM ini memiliki regulasi yang berbeda-beda. Formulir
yang digunakan dalam melakukan pelaporan PPnBM
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor Perkebunan, Perhutanan, dan
Pertambangan (P3);

Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan.

1,Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya;
2.Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan
adalah :
2.a. jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan
satukesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
2.b. jalan TOL;
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 6/
15
2.c. kolam renang;
2.d. pagar mewah;
2.e. tempat olah raga;
2.f . galangan kapal, dermaga;
2.g. taman mewah;
2.h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
2.i. fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Objek pajak yang tidak dikenakan PBB :

1. Objek Pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan


umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan
nasional,yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
2. Objek Pajak yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau
yang sejenis dengan itu;

3.Objek Pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;

4.Objek Pajak yang digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat


berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
5.Objek Pajak yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

5. Bea Meterai

Objek Bea Materai (UU No. 10 Tahun 2020)

Objek Bea Materai pada Bagian Kesatu Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020

(1) Bea Meterai dikenakan atas:

a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu


kejadian yang bersifat perdata; dan

b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7/
15
(2) Dokumen yang bersifat perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:

a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya


yang sejenis, beserta rangkapnya;

b. akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;

c. akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;

d. surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak

berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang,

salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang

g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:

1. menyebutkan penerimaan uang; atau

2. berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah

dilunasi atau diperhitungkan;

h. Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Tarif Bea Materai pada Bagian Kedua Pasal 5 UU No. 10 Tahun 2020

Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenai Bea Meterai dengan tarif
tetap sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).

II. Pajak Daerah


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 8/
15
Pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, dalam hal ini ditangani oleh Dinas
Pendapatan Daerah atau instansi yang menangani pemungutan pajak daerah, antara
lain:
Provinsi:
1. Pajak Kendaraan Bermotor;
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4. Pajak Air Permukaan;
5. Pajak Rokok.

Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (mulai tahun 2011
atau selambat-lambatnya tahun 2014);
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (mulai berlaku 1
Januari 2011).

Pada dasarnya setiap orang pribadi baik Warga Negara Indonesia/Warga Negara
Asing yang bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang didirikan/berkedudukan
di Indonesia merupakan Wajib Pajak, kecuali ketentuan peraturan perundang-
undangan menentukan lain. Mengingat sifatnya yang wajib, maka orang atau suatu
badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9/
15
Wajib Pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Orang Pribadi
Adalah mereka yang telah mempunyai penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) sesuai batasan PTKP telah ditentukan oleh Undang-Undang Pajak
Penghasilan.

Badan
Adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan Iainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentukbadan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktikkan sejak zaman dahulu oleh nenek
moyang kita pada masa kerajaan. Setiap rakyat diwajibkan menyerahkan upeti yang
sudah ditentukan besarnya kepada raja. Upeti dimaksud dapat berupa hasil bumi
ataupun harta benda Iainnya. Pemungutan upeti ini atau pajak terus berlanjut
hingga zaman penjajahan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, pajak ditetapkan dan dipungut oleh negara, bukanlah
seperti upeti atau hal lain yang membebani warganya. Namun pajak merupakan
kontribusi pembangunan dari warga. Hal ini sebagai bentuk dari komitmen rakyat
Indonesia dan konsekuensi dari mendirikan suatu negara yang merdeka dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
15
berdaulat. Membayar pajak juga merupakan bentuk dari partisipasi warga dalam
mengisi kemerdekaan. Sistem pemungutan pajak ada beberapa macam. Pada awal
kemerdekaan, sistem pemungutan pajak Indonesia berdasarkan Official Assesment
System yaitu pihak yang penentuan jumlah pajak terutang dari Wajib Pajak
ditetapkan oleh aparat pajak.

Sejak reformasi perpajakan di Indonesia pada tahun 1984, sistem pemungutan


pajak yang baru diperkenalkan di Indonesia yaitu Self Assessment System. Sistem
pemungutan ini memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan
diri, menghitung, memperhitungkan utang pajaknya sendiri, membayar pajak
terutang ke bank tempat pembayaran pajak dan kantor pos serta melaporkan hasil
perhitungan pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak. Pada sistem ini aparat pajak
bertugas untuk mengawasi, melakukan pelayanan dan penyuluhan kepada Wajib
Pajak.

Kenapa Wajib Pajak harus ber-NPWP?


Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban
untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diberikan kepada
Wajib Pajak mempunyai fungsi, yaitu:
 sebagai sarana dalam administrasi perpajakan,
 sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalammelaksanakan
hak dan Kewajiban perpajakannya,
 menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan.
Mengingat fungsinya sebagai tanda pengenal diri, maka Orang Pribadi dan Badan
yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak wajib memiliki NPWP.

Kini Wajib Pajak diberikan kemudahan untuk mendaftarkan diri melalui menu
aplikasi di internet yang bernama e-registration dengan alamat www.pajak.go.id

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 /
15
Setelah memiliki NPWP, Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk melaksanakan 3M
yaitu : Menghitung pajak; Menyetor/membayar pajak; Melaporkan pajak.

Membayar pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 4


rangkap yang terlebih dahulu telah diisi/ditulis dan ditandatangani.
Pembayaran Pajak dapat dilakukan di :
- Bank tempat pembayaran pajak;
- Kantor Pos

PERHATIAN:
Uang untuk pembayaran pajak harus disetor ke bank tempat pembayaran pajak
atau kantor pos, bukannya ke kantor pajak baik itu KPP ataupun KP2KP.

Batas waktu Pembayaran Pajak:


PPh Pasal 21, 23 dan 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling
lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir;
PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir;

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus disetor
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.

SPT Tahunan Orang Pribadi paling lambat dibayar akhir bulan ke tiga setelah
akhir tahun pajak (31 Maret). Kekurangan pembayaran pajak yang terutang
berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar
lunas sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

Bayarlah pajak tepat waktu agar terhindar dari denda.


Apa saja yang dilaporkan dalam proses pelaporan pajak?
Pajak dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 /
15
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan
untuk: melaporkan jumlah penghasilan yang menjadi objek pajak dan/atau bukan
objek pajak; melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak; melaporkan
harta dan kewajiban dan susunan anggota keluarga (tanggungan).

Terdapat 2 macam SPT yaitu:


1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu masa pajak
(dilaporkan setiap tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau masa
pajak berakhir). Untuk SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Dalam hal akhir bulan
adalah hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka SPT
Masa PPN dapat disampaikan pada hari kerja berikutnya.
2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau
bagian tahun pajak dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga setelah
tahun pajak berakhir untuk WP Orang Pribadi dan paling lambat akhir bulan
keempat setelah tahun pajak berakhir untuk WP Badan.

SPT dapat disampaikan:


1. Secara langsung yaitu melalui KPP dan KP2KP terdekat, Pojok Pajak,
Mobil Pajak, atau Drop Box di tempat publik yang ditentukan.
2. Melalui pos, jasa ekspedisi atau jasa kuriri yang dapat meberikan tanda
bukti pengiriman.
3. Secara Elektronik (e-filing) melalui jalur internet.

Cara mendapatkan/memperoleh formulir SPT :


 datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama;
 datang langsung ke Kantor Pelayanan
 Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
 mendownload melalui web site Ditjen Pajak (www.pajak.go.id)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
15
Pengisian SPT sebaiknya harus:
Benar Jelas. Mata Uang Rupiah Huruf Latin Lengkap Ditandatangani. Setiap
Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT yang telah diisi terlebih dahulu.

Dalam struktur Kantor Pajak Modern setiap Wajib Pajak dilayani oleh satu orang
Account Representative (AR) yang akan melayani seluruh kebutuhan Wajib Pajak
secara personal.

Lebih Dekat Mengenal Pajak Pusat


Undang-Undang yang mengatur tentang pemungutan pajak pusat:
- Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang KUP)
- Pajak Penghasilan (Undang-Undang PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang yang tergolong
Mewah (Undang-Undang PPN/PPnBM)
- Pajak Bumi dan Bangunan (Undang-Undang PBB)
- Bea Meterai
- (Undang-Undang Bea Meterai) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(Undang-Undang PPSP)
- Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak yang dikenakan atas setiap penghasilan yang diterima yang diperoleh
Wajib Pajak.
Penghasilan dimaksud adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi dan menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dengan demikian penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji,


honorarium, hadiah, hasil sewa rumah, bunga, deviden, royalti, komisi, gratifikasi,
bonus dan lain sebagainya.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 /
15
Pajak yang dipungut dari konsumen atas konsumsi setiap barang dan/atau jasa di
dalam negeri. Pada prinsipnya setiap barang dan jasa dikenai PPN, kecuali
ditetapkan lain oleh Undang-Undang, misalnya kebutuhan pokok seperti beras.

Pajak Penjualan atas Barang yang tergolong Mewah (PPnBM)


Pajak yang dikenakan terhadap konsumsi barang-barang yang tergolong mewah.

Barang yang tergolong mewah adalah:


1. Barang tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok;
2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
3. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan bumi dan/atau
bangunan.

Contoh: apabila A memiliki tanah perkebunan, dan tanah


tersebut disewakan kepada PT X maka dalam hal ini PT X yang mendapat
manfaat langsung dari tanah tadi wajib membayar PBB-nya, kecuali perjanjian
menentukan lain.

Bea Meterai
Pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen-dokumen tertentu.
Contoh: surat berharga, kuitansi pembayaran yang menyebutkan jumlah uang,
surat perjanjian, akta-akta notaris termasuk salinannya, akta yang dibuat oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah, surat-surat lain yang digunakan sebagai alat
pembuktian di depan pengadilan, dan sebagainya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 /
15
Apa itu pendompleng pembangunan?
Tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke
empat antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa secara berkeadilan. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya
negara membutuhkan dana yang tidak sedikit sebagaimana dituangkan dalam
APBN. Sumber pembiayaan negara dari pajak merupakan sumber dana yang
paling memungkinkan dan sekaligus menunjukkan kemandirian pembangunan
suatu negara.

Dari tahun ke tahun, penerimaan pajak yang ditargetkan selalu meningkat. Untuk
mewujudkan hal tersebut, selain tergantung pada faktor pertumbuhan ekonomi,
juga sangat tergantung pada kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban
sebagai warga negara. Pajak memiliki aspek strategis yang bukan semata-mata
sebagai sumber penerimaan negara tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab
dan wujud kebersamaan (kegotong-royongan) semua warga negara demi
keberlangsungan bangsa. Tentunya yang dimaksud masyarakat di sini adalah
masyarakat yang sadar dan peduli melaksanakan kewajiban perpajakan.

Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya peranan


pajak serta kecenderungan ketidakrelaan untuk membayar pajak ketika
memperoleh penghasilan sering menimbulkan sikap penghindaran pajak.
Ironisnya, masyarakat tersebut banyak menuntut pemerintah agar menyediakan
berbagai fasilitas. Sikap semacam ini sesungguhnya dapat dikatakan sebagai
pendompleng (free rider) pembangunan.

Ilustrasi berikut ini untuk memudahkan pemahaman mengenai hal tersebut di atas.
Negara dengan masyarakat didalamnya dianalogikan sebagai kelompok siswa
yang sedang mengerjakan tugas bersama. Negara mempunyai cita-cita
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, demikian juga dengan
kelompok siswa yang mempunyai cita-cita untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Ketika ada siswa yang hanya “numpang nama” dan tidak memberi kontribusi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 /
15
dalam pengerjaan tugas kelompok, siswa tersebut bisa disebut sebagai free rider.
Atau contoh lainnya, negara dianalogikan sebagai kereta api yang berangkat
membawa penumpang (rakyat) untuk menuju stasiun pemberhentian sesuai
dengan yang dicita-citakan dalam Pembukaan UUD 1945. Namun didalam kereta
api tersebut terdapat “penumpang gelap” (free rider) yang menikmati jasa
angkutan tanpa membayar tiket perjalanan kereta api dimaksud.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, warga negara yang mampu tetapi
tidak berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran pajak dan hanya
mau ikut menikmati hasil pembangunan tidak ada bedanya dengan free rider.
Jadi, sebagai warga negara yang baik, harus menjaga keseimbangan antara
pelaksanaan kewajiban dan penuntutan hak kepada negara.

Yang mampu membayar pajak lebih banyak kepada negara untuk disalurkan
kepada yang lebih membutuhkan. Banyak sarana umum yang dipergunakan
bersama juga dibiayai dari uang pajak. Jadi semua orang merasakan manfaat
pajak.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 17 /
15
C. LATIHAN SOAL

1. Apa yang dimaksud dengan Objek Pajak?


A. Pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat
B. Kebutuhan masyarakat berupa barang atau jasa
C. Aset yang dikenakan pajak oleh pemerintah
D. Upah yang diterima oleh pekerja

2. Berikut ini yang bukan termasuk objek pajak adalah?


A. Tanah
B. Pembelian Mobil
C. Bunga Bank
D. Pendapatan

3. Berapakah tarif pajak yang dikenakan pada tanah yang dimiliki?


A. 2,5%
B. 5%
C. 10%
D. 20%

4. Contoh perhitungan pajak untuk pembelian mobil adalah?


A. (Harga Mobil + PPN) x Pajak Kendaraan Bermotor
B. (Harga Mobil - PPN) x Pajak Kendaraan Bermotor
C. (Harga Mobil x PPN) x Pajak Kendaraan Bermotor
D. (Harga Mobil / PPN) x Pajak Kendaraan Bermotor

5. Berikut ini yang termasuk objek pajak adalah?


A. Bunga Bank
B. Pembelian Rumah
C. Pendapatan
D. Penjualan Mobil

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 18 /
15
D. Jawaban
1. C
2. C
3. B
4. A
5. B

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 19 /
15
Referensi
DJP Online

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 20 /
15
BATAS WAKTU PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
1.Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
(OP)
a.Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
 Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP
yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
b.Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

2.Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


a.Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
b.Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

3.Untuk SPT Masa


a.Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 20 hari setelah akhir
Tahun Pajak.
b.Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis
pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak.
c.Tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak untuk
SPT Masa, yaitu :
1. Jika tanggal jatuh tempo pembayaran pajak bertepatan dengan hari libur
termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
2. Jika tanggal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk
hari sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
3. Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 21 /
15
4.Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa
adalah :
Batas Pembayaran (Paling Lambat ...) Batas
Pelaporan

No Undang
Jenis Pajak Undang di
.
(Pasal 2 PMK 242/PMK.03/2014) bidang
Perpajaka
n
tgl 20 bulan
1 PPh pasal 4(2) setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
2 PPh pasal 4(2) pemotongan tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
3 PPh pasal 15 setor sendiri tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
4 PPh pasal 15 pemotongan tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
5 PPh pasal 21 tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
6 PPh pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
7 PPh pasal 25 tgl 15 bulan berikutnya
berikutnya
PPh pasal 22 impor setor sendiri (dilunasi bersamaan
8 saat penyelesaian dokumen PIB
dg bea masuk, PPN, PPnBM)
hari kerja
terakhir
9 PPh pasal 22 impor yang pemungutan oleh BC 1hari kerja berikutnya
minggu
berikutnya
14 hari
hari yang sama dg pembayaran atas setelah
10 PPh pasal 22 pemungutan oleh bendaharawan
penyerahan barang masa pajak
berakhir
tgl 20 bulan
11 PPh pasal 22 migas tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
tgl 20 bulan
12 PPh pasal 22 pemungutan oleh WP badan tertentu tgl 10 bulan berikutnya
berikutnya
akhir bulan
akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berikutnya
13 PPN & PPnBM berakhir & sebelum SPT masa PPN setelah
disampaikan masa pajak
berakhir
14 PPN atas kegiatan membangun sendiri tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak akhir bulan
berakhir berikutnya
setelah
masa pajak
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 22 /
15
berakhir
akhir bulan
berikutnya
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau tgl 15 bulan berikutnya setelah saat
15 setelah
JKP dari Luar Daerah Pabean terutangnya pajak
Masa Pajak
berakhir
akhir bulan
berikutnya
16 PPN & PPnBM Pemungutan Bendaharawan tgl 7 bulan berikutnya setelah
masa pajak
berakhir
PPN dan/ atau PPnBM pemungutan oleh Pejabat harus disetor pada hari yang sama dengan
17 Penandatanganan Surat Perintah Membayar sebagai pelaksanaan pembayaran kepada PKP
Pemungut PPN Rekanan Pemerintah melalui KPPN
akhir bulan
berikutnya
tgl 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak
18 PPN & PPnBM Pemungutan selain bendaharawan setelah
berakhir
masa pajak
berakhir
20 hari
setelah
PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat melaporkan
harus dibayar paling lama pada akhir Masa berakhirny
19 beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa. (Pasal 3
Pajak terakhir. a Masa
ayat (3B) UU KUP)
Pajak
terakhir
20 hari
setelah
Pembayaran masa selain PPh 25 WP kriteria tertentu harus dibayar paling lama sesuai dengan
berakhirny
20 yang dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam batas waktu untuk masing-masing jenis
a Masa
satu SPT Masa. (Pasal 3 ayat (3B) UU KUP) pajak.
Pajak
terakhir.

Ketentuan terkait SPT Masa PPh Pasal 25:


1. Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah:
 WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjan bebas
 WP OP yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi PTKP (kepada WP ini juga dikecualikan dari
kewajiban menyampaikan SPT Tahunan)
2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 melalui bank persepsi
atau kantor pos persepsi dengan sistem pembavaran secara online dan Surat
Setoran Pajak (SSP)-nya telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi
Pembayaran Negara (NTPN), maka SPT Masa PPh Pasal 25 dianggap telah
disampaikan ke KPP sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum pada SSP.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 23 /
15

Anda mungkin juga menyukai