Anda di halaman 1dari 17

0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LECTURE NOTES

Akuntansi Pajak Penghasilan


Minggu Ke-9

Maya Safira Dewi, SE.,Ak.,M.Si

mdewi@binus.edu
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan dapat menjelaskan akuntansi pajak penghasilan

2. Peserta diharapkan memahami akuntansi pajak penghasilan.

OUTLINE MATERI :

1. Penghasilan Kena Pajak


2. Beda Tetap dan Beda waktu
3. Intra dan Inter Period Tax allocation
4. PSAK 46
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

I. Penghasilan sebagai objek pajak penghasilan, objek pajak final dan bukan objek

pajak penghasilan

Pasal 4 ayat (1) UU PPh :

(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-


pihak yang bersangkutan; dan
5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya


dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Pasal 4 ayat (2) UU PPh

(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final :

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan;
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

c. warisan;
d. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
f. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
g. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
(1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

(2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor;

h. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
i. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura


berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
(1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

(2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur


lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,

II. Beda tetap dan beda waktu


Koreksi fiscal harus dilakukan oleh wajib pajak ketika menghitung besarnya PPh
terutang pada akhir tahun karena perbedaan ketentuan pengakuan antara akuntansi
komersial dengan ketentuan perpajakan.
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan

Be
eda Tetap
disebabkan adaanya perbed daan pengakkuan penghasilan dan
biaya antara akkuntansi kom
mersial dan p
peraturan peerpajakan,
anttara lain :
• Penghasilan
P s
sebagai objeek pajak
• Penghasilan
P bukan sebaggai objek pajak
• Peghasilan
P teerkena PPh final
• Biaya
B sebagai pengurangg penghasilan n bruto
• Biaya
B bukan ssebagai penggurang pengghasilan brutto

Be
eda Waktu
Terrjadi karena adanya perbbedaan penggakuan besarnya
waktu secara akuntansi kom mersial dibaandingkan deengan
seccara fiskal, m
misalnya :
• Waktu
W pengaakuan manfaaat dari aktivva dilakukan
n
p
penyusutan a
atau amortissasi
• Waktu
W dierolehnya pengaakuan dan wwaktu diakui biaya

IIII. Intra Perriod dan Intter Period A


Alokasi PPh
h Badan

Inttra Periiod tax allocattion


• Alo
okasi beban n pajak padda tahun yang
y sama , merupakkan
penndekatan pengungka
p apan (disclo
osure) dan
n pelaporaan satu
seggemen pen nghasilan ssetelah dikurangi pajaak
pennghasilannnya sehinggga nampak beberap pa penghassilan
settelah pajakk

Intter Perio
od Tax Allocation
• Alo
okasi selisih
h pajak daan utang paajak
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan

I PSAK 46
IV. 4

PSAK
K 46 mengatur tentangg perlakuan
n pajak pennghasilan daalam laporaan
keuangan suaatu unit usahha. Selama inni perusahaaan tidak mennyajikan perbbedaan akibat
pengaruh fisccal dalam laporan
l keuangan komeersial. Jika terjadi perb
bedaan antarra
perlakuan Akuntansi
A daan perlakuaan fiscal, hanya
h dilakkukan rekon
nsilisi fiscaal.
R
Rekonsiliasi fiscal tidak mempengaaruhi laporaan keuangann komersial karena tidaak
diicatat dalam
m pembukuaan Akuntanssi. Akibatny
ya laporan kkeuangan koomersial tidaak
dapat mengg
gambarkan pengaruh yan ditimbbulkan olehh perbedaaan perlakuaan
A
Akuntansi daan fiscal.
Karena
K Standar Akuntanssi
Internassional m
menyatakan penyajiaan
perbedaaan tersebbut, makaa Laporaan
Keuangan yang disusun m
menggunaka
an
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidaak
mewajibbakan penyaajian dan pengungkapaan
perbedaaan tersebut. Selain itu innvestor asinng
yang in
ngin menannamkan mo
odalnya padda
perusahaan Indoneesia juga tiidak dapaat
mengev
valuasi pengaaruh perbedaaan itu dalam
m
laporan keuanagan.

Penerrapan PSAK
K 46

¾ Penyu
usunan Lapooran Keuanngan yang mengacu
m k
kepada PSA
AK 46 hanyya
dituju
ukan untuk kepentingaan pelaporann Akuntansii. Penghasilaan dan biayya
yang timbul dari pengaruh perbedaan
p teemporer akiibat perbedaaan perlakuaan
Akunttansi dan fisscal hanya aakan mempen
ngaruhi lapooran keuanggan komersiaal.
Perbedaan tersebuut tidak akann mempengaaruhi laporann pajak pengh
hasilan dalam
m
surat Pemberitahuuan (SPT), yang selam
ma ini selallu menggunnakan metodde
utang pajak.
¾ Jika teerdapat perbbedaan perlaakuan akntannsi dan fiscaal, SAK digu
unakan untuuk
keperlluan pelaporan Akuntannsi. Sedang
gkan pelaporran fiscal mengacu
m padda
ketenttuan perpajaakan yang berlaku. Denngan demikiaan penghasillan dan biayya
yang timbul akibbat penerapaan PSAK 46
6 (yang mennggunakan metode
m pajaak
0452
2F ‐ Akuntansi Perpajakan

tangguuhan) tidak akan dilapporkan dalam


m SPT (yanng menggunnakan metodde
utang pajak)

P
Perbedaan teemporer

Perbedaan peerlakuan anaatara Akuntaansi dan fisccal menimbuulkan dua jen


nis perbedaaan
yaitu perbedaaan tetap dann temporer.

Y
Yang dimakssud dengan perbedaan
p teemporer adaalah perbedaaan jumlah tercatat
t aktivva
attau kewajibaan menurut dasar Akunntansi dan daasar fiscal. D
Dasar Akun
ntansi adalaah
niilai buku attau nilai terccatat aktiva dan kewajibban menuruut pembukuaan Akuntanssi.
D
Dasar fiscal adalah nilaii buku fiscaal yang diguunakan sebaagai dasar peelaporan surrat
pemberitahuaan (SPT) pajak.

Perbedan tem
mporer dapaat berupa ak
ktiva pajak tangguhan
n atau kewa
ajiban pajaak
taangguhan.

Akktiva pajakk tangguh


han
• adalah jumlah pajak pengghasilan terp
pulihkan pad
da periode
m
mendatang akibat adanyaa perbedaan n temporer yang
y bisa
dikurangkan d
dan sisa kom
mopensasi keerugian.
• bersumber daari perbedaaan pengakuaan beban penghapusan
piutang dan b
beban tuntutan hukum aantara akunttansi dan
fiscal.

Kewajiban P
Pajak tangguhan
• adalah jumlah pajak pengghasilan teru
utang pada periode
p
m
mendatang akibat adanyaa perbedaan n temporer kena
k pajak.
• bersumber daari perbedaaan metode p penyusustan dan
perbedaan peengakuan peenjualan cicilan antara akuntansi dan
fiscal
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Perbedaan metode Utang Pajak dan Metode Pajak Tangguhan (Defered Tax
Liabilities)

Diketahui pada tahun 2010 :

¾ Penghasilan Bruto 40.000.000.000,- Laba sebelum pajak menurut Akuntansi


Rp 400.000.000., tariff PPh 25%
¾ Tidak ada perbedaan tetap
¾ Perbedaan temporer hanya disebabkan oleh oenysustan aktiva, dengan rincian
sebagai berikut :
Penyusutan fiscal (saldo menurun) Rp 100.000.000

Penyusutan Akuntansi (garis lurus) Rp 50.000.000

Hitung :
a) Penghasilan Kena Pajak (menurut SPT) tahun 2010
b) Beban PPh (menurut SPT) tahun 2010 dengan metode utang pajak dan
metode pajak tangguhan
c) Penghasilan bersih (menurut Akuntansi) tahun 2010 dengan metode utang
pajak dn metode pajak tangguhan

Perhitungan :

a) Penghasilan Kena Pajak (menurut SPT) tahun 2008


Penyusutan Fiscal (saldo menurun) Rp 100.000.000
Penyusutan Akuntansi (garis lurus) Rp 50.000.000
Perbedaan temporer Rp 50.000.000
Perbedaan temporer kumulatif Rp 50.000.000

Laba sebelum pajak Rp 400.000.000


Perbedaan temporer : penyusutan (50.000.000)
Penghasilan kena pajak 350.000.000
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

b) Beban PPh (menurut SPT) tahun 2010

Metode Utang Pajak


Penghasilan kena pajak Rp 350.000.000
Tarif pajak 25%
Beban PPh Rp 87.500.000

Metode Pajak Tangguhan


Penghasilan kena pajak Rp 350.000.000
Tarif pajak 25% 25%
Beban PPh Rp 87.500.000

Metode utang pajak dan metode pajak tangguhan akan


menghasilkan beban pajak yang sama karena
penghitungan beban pajak tidak dipengaruhi oleh
perbedaan metode Akuntansi. Penghitungan beban PPh
hanya mengikuti ketentuan perpajakan

c) Penghasilan bersih (menurut Akuntansi) tahun 2010

Metode Utang Pajak


Laba sebelum pajak Rp 400.000.000
Beban PPh Rp 87.500.000
Penghasilan bersih 312.500.000

Metode Pajak Tangguhan


Perbedaan temporer Rp 50.000.000
Perbedaan temporer kumulatif Rp 50.000.000
Penghasilan bersih 25%
Rp 12.500.000

Metode Pajak Tangguhan


Penghasilan kena Pajak Rp 400.000.000

Beban PPh : Rp 87.500.000


Kini Rp 12.500.000
Tangguhan Rp 100.000.000
Penghasilan bersih 300.000.000
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Dalam menghitung penghasilan bersih, terdapat


perbedaan antara metode utang pajak dan metode pajak
tangguhan. Metode pajak tangguhan memberikan
penghasilan bersih yang lebih kecil karena adanya
pengakuan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan.
Metode hutang pajak hanya mengakui beban PPh tanpa
mengakui beban pajak tangguhan

Beban pajak kini sama dengan jumlah PPh terutang atas


Penghasilan Kena Pajak, seperti yang dilaporkan dalam SPT. Beban pajak
tangguhan adalah beban yang timbul akibat kenaikan kewajiban pajak
tangguhan.

Jika laba sebelum pajak tiap tahun Rp 400.000.000 dan perbedan


temporer karena penyusutan aktiva tetap terjadi selama 4 tahun, maka :

(dalam 1.000) 2010 2011 2012 2013


Penyusutan fiscal (saldo
menurun) Rp100.000 Rp50.000 Rp25.000 Rp25.000
Penyusutan akuntansi (garis
lurus) Rp50.000 Rp50.000 Rp50.000 Rp50.000

Penghasilan Rp400.000.000 Rp400.000.000 Rp400.000.000 Rp400.000.000


kena Pajak

Beban PPh : Rp87.500.000 Rp100.000.000 Rp106.250.000 Rp106.250.000


Kini Rp12.500.000 Rp0 (Rp6.250.000) (Rp6.250.000)
Tangguhan Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000
Penghasilan 300.000.000 300.000.000 300.000.000 300.000.000
bersih

Jika menggunakan metode pajak tangguhan, penghasilan bersih tiap tahun


menjadi sama jumlahnya, karena pengaruh perbedaan temporer dibagi dalam
empat tahun, sesuai dengan lamanya perbedaan temporer tersebut berpengaruh.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Perbedaan metode Utang Pajak dan Metode Pajak Tangguhan (Defered Tax
ASSETS

PT K mengakui kerugian Rp 200.000.000 pada laporan keuangan tahun 2010 karena


penghapusan piutang. Menurut fiscal, jumlah ini hanya dapat dikurangkan pada saat
kerugian tersebut direalisasi, yaitu saat piutang benar-benar tidak dapat ditagih.
Tahun 2012 piutang tersebut baru dapat dihapuskan sesuai ketentuan perpajakan. PPh
terutang tahun 2010 Rp 300.000.000 dan tahun 2012 Rp 350.000.000. Tarf PPh 25%

Aktiva Pajak Tangguhan tahun 2010

Kerugian penghapusan piutang menurut akuntansi Rp200.000.000


Kerugian penghapusan piutang menurut fiscal Rp0
Perbedaan temporer kumulatif Rp200.000.000
tarif pajak 25%

Aktiva pajak tangguhan Rp50.000.000

Perhitungan Beban PPh tahun 2010

METODE
Utang Pajak Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan tahun 2010 Rp0 Rp50.000.000
Aktiva pajak tangguhan tahun 2009 Rp0 Rp0
Beban (keuntungan) pajak tangguhan 2010 Rp0 Rp50.000.000
Beban pajak kini Rp300.000.000 Rp300.000.000
Beban PPh Rp300.000.000 Rp250.000.000

Perhitungan Beban PPh tahun 2012

METODE
Utang Pajak Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan tahun 2012 Rp0 Rp0
Aktiva pajak tangguhan tahun 2011 Rp0 Rp0
Beban (keuntungan) pajak tangguhan 2011 Rp0 Rp0
Beban pajak kini Rp350.000.000 Rp400.000.000
Beban PPh Rp350.000.000 Rp400.000.000
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

SIMPULAN

Sesuai dengan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan


(KDPPLK), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pemakai
laporan keuangan yang dimaksud dalam KDPPLK tersebut adalah investor,
karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah, dan masyarakat. Sementara itu, tugas akuntan adalah untuk melindungi
pemakai tersebut dari kesalahan membaca informasi dalam akuntansi keuangan yang
disajikan akuntan.

Dampak praktiknya, perusahaan-perusahaan yang merupakan wajib pajak


badan harus menghitung penghasilan dengan dua cara yan berbeda. Di satu sisi,
akuntan perusahaan harus menyajikan laporan keuangan kepada pemegang saham
sesuai dengan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Sementara itu, di sisi
lain akuntan juga harus menyajikan laporan keuangan kepada pemerintah, dalam hal
ini Direktorat Jendral Pajak, sesuai dengan ketentuan perpajakan dalam sebuah surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan badan atau di singkat SPT Tahunan Pajak.

Karena antara PSAK dan ketentuan perpajakan banyak memiliki perbedaan


penentuan laba akuntansi (preyax financial income) dan penghasilan kena pajak atau
laba fiscal (taxabe income) juga seringkali menghasilan perbedaan.

Tujuan dan ruang lingkup PSAK 46 :

PSAK 46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan.


Masalah utama dalam perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah
bagamana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
periode mendatang untuk hal berikut ini :

(a) Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilities) masa depan yang diakui
dalam laporan posisi keuangan; dan

(b) transaksi dan kejadian lain pada periode kini yang diakui dalam keuangan entitas
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

Selain itu, PSAK 46 juga mengatur pengakuan aset pajak tangguhan yang timbul dari
rugi paak yang belum dikompensasikan atau kredit pajak belum dimanfaat, penyajian
pajak penghasila dalam laporan keuangan dan pengungkapan informasi yang terkait
dengan pajak penghasilan.
0452F ‐ Akuntansi Perpajakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, (2009), Akuntunsi Pajak , PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

Jakarta, Bab XVI

Anda mungkin juga menyukai