Anda di halaman 1dari 6

Nama : Suci Rismanda Utami

Nim : A31109022

Contoh Soal-Soal hukum Pajak

1. PKP "B" dalam bulan Januari 1996 :


Menjual 80 pasang sepatu @ Rp.120.000,00 = Rp. 9.600.000,00
Memakai sendiri 5 pasang sepatu untuk pemakaian sendiri, DPP adalah harga jual tanpa
menghitung laba kotor, yaitu Rp 100.000,- per pasang = Rp 500.000,00
PPN yang terutang :
Atas penjualan 80 pasang sepatu
10% x Rp.9.600.000,00 = Rp 960.000,00
Atas pemakai sendiri
10% x Rp.500.000,00 = Rp 50.000,00
Jumlah PPN terutang = Rp 1.010.000,00

2. PKP "D" pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian. Mesin cuci pakaian
dikategorikan sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM dengan tarif
sebesar 20%. Dalam bulan Januari 1996 PKP "D" menjual 10 buah mesin cuci kepada
PKP "E" seharga Rp.30.000.000,00.
PPN yang terutang
10% x Rp.30.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
PPn BM yang terutang
20% x Rp. 30.000.000,000 = Rp 6.000.000,00
PPN dan PPn BM yang terutang PKP "D" = Rp. 9.000.000,00

3. Pada tanggal 6 Januari 2006, Tuan “S” membeli tanah yang terletak di Kabupaten “XX”
dengan harga Rp.50.000.000,00. NJOP PBB tahun 2006 Rp. 40.000.000,00. Mengingat
NJOP lebih kecil dari harga transaksi, maka NPOP-nya sebesar Rp. 50.000.000,- Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak selain karena
waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke
bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, untuk Kabupaten “XX”
ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00. Mengingat NPOP lebih kecil dibandingkan
NPOPTKP, maka perolehan hak tersebut tidak terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.
BPHTB = 5 % x (Rp. 50 juta – Rp. 60 juta) = 5 % x (0) = Rp. 0 (nihil).

4. Pada tanggal 7 Januari 2006, Nyonya “D” membeli tanah dan bangunan yang terletak di
Kabupaten “XX” dengan harga Rp. 90.000.000,- NJOP PBB tahun 2006 adalah Rp.
100.000.000,00. Sehingga besarnya NPOP adalah Rp. 100.000.000.-. NPOPTKP untuk
perolehan hak selain karena waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang
masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas
atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, untuk
Kabupaten “XX” ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00. Besarnya Nilai Perolehan Objek
Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah Rp. 100.000.000,00 dikurangi Rp. 60.000.000,00
sama dengan Rp. 40.000.000,00, maka perolehan hak tersebut terutang Bea Perolehan
Hak atas Tanah

BPHTB = 5 % x (Rp. 100 – Rp. 60) juta = 5 % x ( Rp. 40) juta = Rp. 2 juta .

5. Pada tanggal 28 Juli 2006, Tuan“S” mendaftarkan warisan berupa tanah dan bangunan
yang terletak di Kota “BB” dengan NJOP PBB Rp. 400.000.000,00. NPOPTKP untuk
perolehan hak karena waris untuk Kota “BB” ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00.
Besarnya NPOPKP adalah Rp. 400.000.000,00 dikurangi Rp. 300.000.000,00 sama
dengan Rp. 100.000.000,00, maka perolehan hak tersebut terutang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.

BPHTB = 50% x 5 % x (Rp. 400 – Rp. 300) juta = 50% x 5 % x ( Rp. 100) juta
= Rp. 2,5 juta.

6. Pada tanggal 7 November 2006, Wajib Pajak orang pribadi “K” mendaftarkan hibah
wasiat dari orang tua kandung, sebidang tanah yang terletak di Kota “BB” dengan NJOP
PBB Rp. 250.000.000,00. NPOPTKP untuk perolehan hak karena hibah wasiat yang
diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah
wasiat, termasuk suami/istri, untuk Kota “BB” ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00.
Mengingat NPOP lebih kecil dibandingkan NPOPTKP, maka perolehan hak tersebut
tidak terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

BPHTB = 50% x 5 % x (Rp. 250 – Rp. 300) juta = 50% x 5 % x (0)


= Rp. 0 (nihil).

7. PKP "A" bulan Januari 1996 menjual tunai kepada PKP "B" 100 pasang sepatu @
Rp.100.000,00 = Rp.10.000.000,00

PPN terutang yang dipungut oleh PKP"A" 10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00

Jumlah yang harus dibayar PKP "B" = Rp.11.000.000,00

8. PKP "E" bulan Januari 1996 menjual 10 buah mesin cuci tersebut diatas seharga
Rp.40.000.000,00

PPN yang terutang 10% x Rp.40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00

9. PT. Korindo Motors mendapatkan tagihan dari PT. Suzuki atas pembelian mobil Rp
375.000.000,- termasuk PPN dan PPN BM 40% PPN BM 50/150 x Rp 375.000.000,- =
Rp 125,000,000 PPN 10/150 x Rp 375.000.000,- = Rp 25,000,000 Rp 150,000,000
Harga Rp 375,000,000
PPN BM Rp (125,000,000)

PPN Rp (25,000,000) Rp 225,000,000

10. Nilai Import

Cost insurance freigh (CIF) US$ 20.000

Nilai konversi Rp 9.500/US$

Bea masuk 20%

Jawaban :

Nilai import = US$ 20.000,- x Rp 9.500,- Rp 190,000,000

Bea masuk 20% x Rp 190.000.000,- Rp 38,000,000

DPP Rp 228,000,000

PPN 10% Rp 22,800,000

PPN BM 20% Rp 45,600,000

Yang harus dibayar Rp 68,400,000


Nama : Suci Rismanda Utami

Nim : A31109022

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

 Pengertian
1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB): adalah pajak yang dikenakan
atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak;
2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan: adalah perbuatan atau peristiwa hukum
yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau bangunan oleh orang pribadi atau
badan;
3. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, berserta bangunan di
tasnya sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 16 tentang Rumah Susun dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya.

 Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan meliputi:
a. Pemindahan hak karena
1. jual beli
2. tukar-menukar
3. hibah
4. hibah wasiat
5. waris
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
8. penunjukan pembeli dalam lelang
9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. penggabungan usaha
11. peleburan usaha
12. pemekaran usaha
13. hadiah.
b. Pemberian hak baru karena:
1. kelanjutan pelepasan hak;
2. di luar pelepasan hak.
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
hak milik atas satuan rumah susun atau hak pengelolaan.

 Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh:
a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum
c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar
fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;
d. Orang pribadi atau badan atau karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan
tidak adanya perubahan nama;
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf;
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

 Subjek Pajak
Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan atau bangunan. Subjek Pajak sebagaimana tersebut diatas yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut Undang-Undang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

 Tarif Pajak
Tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

 Dasar Pengenaan BPHTB


Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dalam hal;
a. Jual beli adalah harga transaksi
b. Tukar-menukar adalah nilai pasar
c. Hibah adalah nilai pasar
d. Hibah wasiat adalah nilai pasar
e. Waris adalah nilai pasar;
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar
h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum
tetap adalah nilai pasar
i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai
pasar
j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar
k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar
l. Peleburan usaha adalah nilai pasar
m. emekaran usaha adalah nilai pasar
n. Hadiah adalah nilai pasar;
o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam
Risalah Lelang

 Pengenaan BPHTP
a. pengenaan BPHTB karena waris dan Hibah Wasiat BPHTB yang terutang atas
perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah sebesar 50% dari BPHTB yang
seharusnya terutang.
b. pengenaan BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan. Besarnya BPHTB karena
pemberian Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut:
- 0% (nol persen) dan BPHTB yang seharusnya terutang terutang dalam hal
penerima Hak Pengelolaan adalah Departemen, Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/kota,
Lembaga Pemerintah lainnya, dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan
Nasional (Perum Perumnas)
- 50% (lima puluh persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal
penerima Hak Pengelolaan selain dimaksud diatas.

 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan secara
regional paling banyak;
a. Rp. 49.000.000 (empat puluh sembilan juta rupiah) dalam hal perolehan hak Rumah
Sederhanan Sehat (RSH) dan Rumah Susun Sederhana
b. Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dalam hal perolehan hak baru melalui program
pemerintah yang diterima pelaku usaha kecil atau mikro dalam dalam rangka program
peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan kredit bagi usaha Mikro
dan kecil;
c. Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dalam hal perolehan hak karena waris, atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah
dengan pemberi hibah termasuk istri/suami
d. Paling banyak Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) dalam hal selain a, b dan c.

Anda mungkin juga menyukai