Anda di halaman 1dari 13

PAJAK PENGHASILAN

SUBJEK, OBJEK, TARIF.

Kelompok 1 (satu)
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN

● Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak
Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak.

● Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh


penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
DASAR HUKUM PENGATURAN PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50.
selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemenkan :

Undang-Undang Nomor 7
01 Tahun 1991 04 Undang-Undang
36 Tahun 2008
Nomor

Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004,


02 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1991
05 pemerintah menerapkan sistem pajak
yang ditanggung pemerintah yang
diatur dalam : Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor
03 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2000
486/KMK.03/2003
Subyek Pajak Penghasilan
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:

Termasuk Subjek Tidak Termasuk Subjek


Pajak Pajak
 Badan perwakilan negara asing
 Orang Pribadi
 Pejabat perwakilan diplomatik, dan
 Harta warisan belum
konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
dibagi
 Badan negara asing
 Organisasi-organisasi Internasional
 Bentuk Usaha Tetap
yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan
 Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan
Objek Pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap


tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun .
Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun
termasuk :
 penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
 hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
 laba usaha
 keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
 penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
 bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
 dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun
 Royalti
 sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
 penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
 keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
 keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
 selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
 premi asuransi;
 iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
 tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
Yang Tidak Termasuk Objek Pajak
Bantuan atau sumbangan
Warisan
Harta
Penggantian atau imbalan
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang
tertentu
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima)
tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak


bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila
penghasilan netto wajib pajak orang pribadi jumlahnya di
bawah PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh)
pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau
penerima penghasilan sebagai objek PPh pasal 21 maka
penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan
PPh pasal 21.
Catatan: Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi .

 Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp 2.025.000 untuk PTKP.

 Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar Rp 2.025.000 untuk setiap
anak dan hanya berlaku sampai anak yang ketiga

 Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya.

 Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan tarif pajak
penghasilan tetap sama.
PERHITUNGAN
STATUS PEKERJA PTKP (Rp)

Belum Kawin 24.300.000

Kawin, anak 0 26.325.000

Kawin, anak 1 28.350.000

Kawin, anak 2 30.375.000

Kawin, anak 3 32.400.000


PKP (Penghasilan Kena Pajak)

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk


menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan
Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto
wajib pajak dengan pengurang penghasilan bruto.
PERHITUNGAN

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp) Tarif Pajak

Sampai dengan 50 juta 5%

Di atas 50 juta sd 250 juta 15%

Di atas 250 juta sd 500 juta 25%

Di atas 500 juta 30%


SEKIAN PRESENTASI DARI KAMI, BILA ADA
YANG BERTANYA KAMI AKAN MEMBERI
JAWABAN,
BUKAN HARAPAN
KARNA KAMI DI SINI PRESENTASI
BUKAN MENGISI HATI YANG SUNYI.

Anda mungkin juga menyukai