Anda di halaman 1dari 26

UU N0.

7 Tahun 2021
Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
TARIF WP ORANG PRIBADI BERDASARKAN
UU PPH
Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%

di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 500.000.000,- 30%


TARIF WP ORANG PRIBADI BERDASARKAN UU HPP
(SESUAI UU NO. 7 TAHUN 2021)

Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Pajak
Sampai dengan Rp 60.000.000,- 5%

di atas Rp 60.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- 15%

di atas Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 25%

di atas Rp 500.000.000,- s/d Rp 5.000.000.000,-


30%
di atas Rp 5.000.000.000,- 35%
PTKP WP ORANG PRIBADI

PTKP Jumlah

Wajib Pajak Orang Pribadi Rp54.000.000,00

Tambahan untuk WP kawin Rp 4.500.000,00


Tambahan untuk tanggungan/orang (mak 3
Rp 4.500.000,00
Tanggungan)

Tambahan apabila penghasilan istri digabung


Rp54.000.000,00
dengan suami
PKTP DALAM PELAPORAN PAJAK PPH PASAL 21 UNTUK WAJIB PAJAK SELENGKAPNYA

Status Wajib Pajak Kode PTKP (Rp)


Wajib Pajak Tidak Kawin TK/0 54.000.000
Wajib Pajak Tidak Kawin dengan satu orang tanggungan TK/1 58.500.000
Wajib Pajak Tidak Kawin dengan dua orang tanggungan TK/2 63.000.000
Wajib Pajak Tidak Kawin dengan tiga orang TK/3 67.500.000
Wajib Pajak Kawin K/0 58.500.000
Wajib Pajak Kawin dengan satu orang tanggungan K/1 63.000.000
Wajib Pajak Kawin dengan dua orang tanggungan K/2 67.500.000
Wajib Pajak Kawin dengan tiga orang tanggungan K/3 72.000.000
Wajib Pajak Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan
K/I/0 112.500.000
suami

Wajib Pajak Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan


K/I/1 117.000.000
suami, dengan satu orang tanggungan

Wajib Pajak Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan


K/I/2 121.500.000
suami, dengan dua orang tanggungan

Wajib Pajak Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan


K/I/3 126.000.000
suami, dengan tiga orang tanggungan
PERHITUNGAN PPH 21 BERDASARKAN UU PPH :

WP Anto seorang teknisi tidak kawin mempunyai


penghasilan 12.000.000 per bulan, hitunglah PPH 21
terhutang WP Anto berdasarkan UU PPH dan UU HPP
(Harmonisasi Peraturan perpajakan)
PERHITUNGAN PPH 21 BERDASARKAN UU PPH :
Penghasilan Bruto Setahun Rp.12.000.000 x 12 Bulan Rp.144.000.000,-
Dikurangi
Biaya Jabatan Rp. 6.000.000,-
Penghasilan Neto setahun
Rp.138.000.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak TK/0 Rp. 54.000.000,-
Penghasilan
PPh 21 : Kena Pajak Rp. 84.000.000,
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.50.000.000,- Rp. 2.500.000,-
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.34.000.000,- Rp. 5.100.000,-

PPh 21 terutang Setahun Rp.2.500.000 + Rp.5.100.000 Rp. 7.600.000,-

PPh 21 dipotong sebulan Rp.7.600.000 / 12 Rp. 633.333,-


PERHITUNGAN PPH 21 UU HPP :
Penghasilan Bruto Setahun Rp.11.000.000 x 12 Bulan Rp.144.000.000,-
Dikurangi
Biaya Jabatan Rp. 6.000.000,-
Penghasilan
Neto setahun Rp.138.000.000,-
Penghasilan
PPh 21 : Tidak Kena Pajak TK/0 Rp. 54.000.000,-
Tarif Lapis Pertama 5% x Rp.60.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp. 84.000.000,
Tarif Lapis Kedua 15% x Rp.24.000.000,- Rp. 3.600.000,-

PPh 21 terutang Setahun Rp.3.000.000 + Rp.3.600.000 Rp. 6.600.000,-

PPh 21 dipotong sebulan Rp.6.600.000 / 12 Rp. 550.000,-


Pada dua perhitungan pajak di atas dapat
disimpulkan bahwa pajak terutang setahun Pak
Anto lebih kecil apabila menggunakan tarif
pajak PPh 21 UU HPP dibandingkan dengan tarif
pajak UU PPh.
WP BADAN
Bentuk Badan

• Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV/Commanditaire vennootschap),


Perseroan lainnya
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN),Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),BUMN/BUMD
dengan nama dan dalam bentuk apapun
• Firma,Kongsi,Koperasi, Dana Pensiun,Persekutuan
• Perkumpulan (dapat berbentuk asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan)
• Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik
• Atau organisasi yang sejenis
• Lembaga
JENIS BENTUK USAHA TETAP
1. Tempat kedudukan manajemen, Cabang perusahaan, Kantor perwakilan
2. Gedung kantor, Pabrik, Bengkel, Gudang, Ruang untuk promosi dan penjualan
3. Pertambangan dan penggalian sumber daya alam, Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi (migas)
4. Pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, atau kehutanan, Proyek konstruksi, instalasi, atau perakitan
5. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari
dalam jangka waktu 12 bulan
6. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
7. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia
8. Komputer atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan kegiatan melalui internet.
TARIF PPH BADAN
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) bagian b menyatakan bahwa tarif pajak yang dikenakan secara umum
kepada WP Badan adalah sebesar 28% sejak 2009

Tarif PPh Badan turun menjadi 25%. Tarif ini mulai diberlakukan untuk tahun pajak 2010
Tarif PPh Badan terbaru WP Badan dalam negeri dan berbentuk Badan Usaha Tetap (BUT):
• 22% berlaku pada 2020 dan 2021
• 20% berlaku pada 2022
WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk), akan mendapatkan tarif PPh Badan terbaru 3% lebih rendah
(19%) dari penurunan PPh Badan secara umum tersebut.
Syarat Perusahaan Terbuka atau Perusahaan Tbk dapat tarif 3% lebih rendah dari PPh Badan secara
umum tersebut adalah:
• Wajib Pajak Dalam Negeri
• Berbentuk Perseroan Tbk
• Jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia paling sedikit 40%
• Memenuhi persyaratan tertentu yang diatur dalam keterntuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022
TARIF PPH BADAN DALAM UU HPP

WP Badan: 22% (dua puluh dua persen)


WP Badan Perusahaan Terbuka sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (2b) UU PPh:
19%
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK BADAN DENGAN
MENGGUNAKAN TARIF UMUM YANG BERLAKU TAHUN 2022
YAKNI 22%.

Diketahui data WP Badan dengan peredaran Bruto 8milyar, biaya terkait


penghasilan usaha 5 M, penghasilan lain 700 juta dan biaya terkait dengan
penghasilan lain 300 Juta, kompensasi kerugian 200 juta, kredit pajak
pph pasal 25 100 juta,
pph pasal 22 dipungut pihak ketiga 20 juta,
pph pasal 23 dipungut pihak ketiga 30 juta,
Berapa besarnya Pajak yang masih harus dibayaruntuk WB Badan tersebut ?
PENGHITUNGAN PPH BADAN
Peredaran bruto Rp8.000.000.000
Biaya terkait penghasilan usaha Rp5.000.000.000 (-)
Penghasilan neto usaha Rp3.0000.000.000
Penghasilan lain Rp700.000.000
Biaya terkait penghasilan lain Rp300.000.000 (-)
Penghasilan lainnya neto R400.000.000 (+)
TOTAL penghasilan neto Rp3.400.000.000
Kompensasi kerugian Rp 200.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp3.200.000.000
Pajak Penghasilan terutang:
Rp 3.200.000.000,00 x 22% = RP 704.000.000
Kredit Pajak :
PPh Pasal 25 Rp100.000.000
PPh Pasal 22 dipungut Pihak ketiga Rp 20.000.000
PPh Pasal 23 dipotong Pihak ketiga Rp 30.000.000
Rp150.000.000 (-)
Pajak yang masih harus dibayar Rp 554.000.000
:
Contoh Kasus
Pajak Badan Usaha Tetap & Tarif Pajak BUT, Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
dari Bentuk Usaha Tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20%.

Peneghasilan Kena Pajak BUT Tahun


Rp20.500.000.000
2021

PPh 22% x Rp20.500.000.000 Rp4.510.000.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak setelah pajak Rp15.990.000.000

PPh 26 yang terutang 20% x Rp15.990.000.000 Rp3.198.000.000


PPH TERUTANG PERUSAHAAN DENGAN PENDAPATAN BRUTO
KURANG DARI RP4,8 MILIAR

Rumus pajak penghasilan terutang wajib pajak badan A


adalah: (50% x 20% x Penghasilan Kena Pajak).

PT A pada 2022 memiliki peredaran bruto sebesar Rp4,5 miliar.


jumlah penghasilan kena pajak adalah Rp900 juta.

Perhitungan PPh Badan terutang dari PT A


(50% x 20% x Rp900 juta)
= Rp90 juta
PPH TERUTANG PERUSAHAAN DENGAN PENDAPATAN BRUTO LEBIH DARI RP4,8 MILIAR HINGGA KURANG DARI RP50 MILIAR

Rumus pajak penghasilan terutang sebagai berikut: [(50% x 25%) x Penghasilan Kena Pajak memperoleh
fasilitas] + [25% x Penghasilan Kena Pajak tidak memperoleh fasilitas]
PT B pada 2022 , peredaran bruto Rp25 miliar dan mendapatkan fasilitas, maka perhitungan PPh Terutang
(Rp4,8 miliar : Rp25 miliar) x Rp2 miliar = 384 juta
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto dan tidak mendapatkan fasilitas, maka jumlah PPh
terutangnya
Rp2 miliar – Rp384 juta = Rp1,616 miliar
PPh terutang PT B
(50% x 20%) x Rp384 juta = 38,4 juta
20% x Rp1,616 miliar = 323,2 juta
PPh Terutang = Rp38,4 juta + 323,2 juta = 361,6 juta
PPH TERUTANG PERUSAHAAN DENGAN PENDAPATAN BRUTO DI ATAS RP50 MILIAR

Ketentuan umum pengenaan pajak penghasilan terutang wajib pajak badan tanpa pengurangan tarif
dan dengan tarif tunggal yakni 20% untuk tahun 2022 sesuai UU HPP.
PT C pada 2022 mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp70 miliar.

Perhitungan PPh Badan terutang PT C

20% x Rp70 miliar= Rp14 miliar


PPH BADAN TERUTANG PERUSAHAAN
BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA
WP badan berbentuk Perseroan Terbuka tersebut untuk dapat menikmati pengurangan tarif
5% dari tarif WP Badan umum.

Syaratnya adalah:
• Memiliki 40% saham yang dicatat dalam Bursa Efek Indonesia untuk diperdagangkan.
• Paling tidak memiliki kepemilikan saham oleh 300 pihak publik, baik itu badan maupun
pribadi.
• Saham yang dimiliki masing-masing pihak hanya boleh kurang dari 5% dari keseluruhan
saham yang disetor penuh dan harus dipenuhi dalam waktu 183 hari kalender dalam
jangka satu tahun pajak
CONTOH

PT D Tbk memiliki modal 10 miliar yang ditepatkan dan disetorkan secara penuh senilai Rp
9 miliar.
Nilai nominal untuk setiap lembar sahamnya adalah Rp5000. Maka, total saham yang
ditempatkan maupun disetor penuh adalah 1,8 juta lembar saham.
PT D Tbk mencatatkan 40% saham, yakni 720 ribu lembar saham di Bursa Efek Indonesia
yang dimiliki oleh 310 pihak dengan persentase kepemilikan maksimal 3,50%. Kondisi ini
dilakukan selama 183 hari kalender dalam satu Tahun Pajak.
PT D Tbk berhak mendapatkan penurunan tarif PPh Badan 5% lebih rendah dari tarif PPh
Badan umum yang sebesar 20% dari Penghasilan Kena Pajak.
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Tarif Pajak Pertambahan Nilai
• Sebesar 11% (sebelas persen) yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022.
• Kenaikan menjadi 12% (dua belas persen) yang mulai berlaku paling lambat tanggal
1 Januari 2025.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: Ekspor
• Barang Kena Pajak Berwujud
• Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
• Ekspor Jasa Kena Pajak
TARIF 11%

Pengusaha kena pajak X menjual tunai barang kena pajak dengan harga Jual Rp 20.000.000

Pajak pertambahan nilai yang terutang

11% x Rp 20.000.000 = Rp 2.200.000.

Artinya, pajak pertambahan nilai sebesar Rp 2.200.000 itu adalah pajak keluaran yang
dipungut oleh pengusaha kena pajak X.
Seseorang mengimpor barang kena pajak yang dikenai
tarif 11% dengan nilai impor Rp 30.000.000.
Pajak pertambahan nilai yang dipungut lewat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai

11 % x Rp 30.000.000 = Rp 3.300.000.
TARIF 0%

Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan Nilai
Ekspor Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
0% x Rp10.000.000,00 = Rp0,00.
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp0,00 (nol rupiah) tersebut merupakan Pajak
Keluaran.
PENERAPAN TARIF 12%

Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak tertentu yang dikenai tarif 12%
(dua belas persen) dengan Nilai Impor Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
Berapa besar Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai

12% x Rp10.000.000,00 = Rp1.200.000,00.

Anda mungkin juga menyukai