Anda di halaman 1dari 13

RMK Akuntansi Perpajakan

AKUNTANSI ATAS PAJAK INVESTASI

Ditulis oleh:

Nasrullah

Stb. 002804332022

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
Definisi Investasi Jangka Pendek

Dana kas menganggur (idle cash) adalah kelebihan kas yang tidak
diperlukan dalam waktu dekat. Biasanya kelebihan dana ini kelebihan dana ini
dimanfaatkan untuk membeli atau menanamkannya dalam bentuk surat-surat
berharga yang dapat segera dijual. Investasi jangka pendek atau surat-surat efek
harus memenuhi syarat-syarat aman, likuid, dan menghasilkan.

Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan atau
didanai dari kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki oleh
perusahaan yang dimaksudkan untuk dimiliki selama dua belas bulan atau
kurang. Kelebihan uang kas

dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan pendapatan karena itu


kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selam masa tidak terpakainya kas
tersebut. Karena jangka watu

tidak dipakainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam
bentuk atau dalam jangka pendek. Investasi jangka pendek bisa dilakukan dalam
bentuk deposito, sertifikat bank atau surat-surat berharga yaitu saham ( efek
ekuitas) dan obligasi (efek Utang).

Menurut PSAK 13 (1994) tentang akuntansi untuk Investasi, ada tiga syarat
yang harusdipenuhi, yaitu :

1. Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera.

2. Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila dibutuhkan


dana untukkegiatan umum perusahaan.

3. Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain.

Syarat-syarat tentang investasi jangka panjang tidak diatur secara khusus


dalam ketentuan perpajakan. Oleh sebab itu, cara klasifikasi menurut PSAK 13
tersebut juga dapat diberlakukan untuk kepentingan perpajakan.

Menurut IAI (2009:43) Dalam SAK-ETAP efeka dalah surat berharga, yaitu
surat

pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligassi, tanda bukti utang,
unit
penyertaan kontrak investasi, kolektif, kontrak berjangka atas efek.
Pengakuan dan

pengukuran investasi pada efek utang dapat diklasifkasikan ke dalam 3


kelompok yaitu:1. Efek Dimliki Hingga Jatuh Tempo (Held to Martuty - HTM)
Apabila entitas memiliki investasi utang HTM dan berniat memiliki
hingga jatuh

tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan


dalam kelompok investasi dala utang dan disajikan dalam neraca sebesar
biaya perolehan setelah amortisasi prem/diskonto. 2. Efek
“Diperdagangkan” (Trading)
Surat berharga dalam bentuk apapun saham yang dibeli dan dimiliki
untuk dijual kembali dalamperiode singkat (kurang dari 3 bulan atau
mungkin diukur dalam hitungan hari). Menurut IAI dalam SAK ETAP
(2009:46-47) investasi utang yang dikelompokkan dalam kelompok
“trading” diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca. Efek yang dibei
dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, harus diklasifikasikan
dalam kelompok “trading”. Pengelompokkan ini biasanya
ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering
dilakukan. Tujuandari investasi utang ini dimiliki adalah untuk menhasilkan
laba dari perbedaan harga jangka pendek. Laba/rugi yang belum
direalisasi atas investasi utang “trading” harus diakui sebagai
penghasilan.

3. Efek “Tersedia Untuk Dijual” (Avaible for Sale – AFS)

Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:842-845, 848-850)


investasi dalam bentuk utang maupun ekuitas yang termasuk dalam
kategori AFS dilaporkan sebesar fair valuedalam neraca. Keuntungan/
kerugian yang belum terealisasi terkait dengan perubahan fair value akan
dicatat dalam akun unrealized gain or loses (bagia dari laporan laba/rugi yang
dilaporkan dalam ekuitas). Perubahan fair valuetidak akan dilaporkan sebagai
bagian dari net incomesampai investasi tersebut dijual.

Nilai Investasi Jangka Pendek Dalam Neraca

Investasi jangka pendek (marketable) adalah asset yang tingkat


likuiditasnya sangat tinggi. Dengan demikian, besarnya investasi jangka
pendek menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka
pendek. Nilai investasi ini dalam neraca menurut Akuntansi komersial dapat
disajikan menggunakan dua cara, yaitu:

4. Nilai perolehan, tetap diberi keterangan tambaha mengenai


harga pasar.2. Nilai terendah antara nilai perolehan dan harga
pasar.
Penilaian ini mengakibatkan penurunan nilai aset. Selisih harga tersebut
diakui sebagai kerugian. Metode penilaian ini tidak diperkenankan untuk
keperluan perpajakan, sebab bertentangan dengan prinsip nilai historis yang
dianut dalam perpajakan. Penilaian investasi jangka pendek menurut perpajakan
didasarkan pada nilai perolehannya.

Sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-


01/PJ.313/1992, ditentukan bahwa penilaian surat-surat efek berpegang pada
Pasal 10 ayat 3 Undang- undang PPh 1984, yaitu penilaian persediaan hanya
diperbolehkan menggunakan harga
perolehan. Sedangkan keuntungan atau kerugian karena penjualan atau
pengalihan saham hendaknya berpedoman pada ketentuan Pasal 4 ayat 1 PPh
1984, yaitu sebesar selisih antara harga jual dengan perolehan.

Surat berharga dalam valuta asing, sesuai dengan ketentuan perpajakan,


harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah. Penjabarannya dilakukan
menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tetap yang dilakukan secara taat
asas.

Pajak Penghasilan Atas Keuntungan Transaksi Saham

Capital gain adalah keuntungan transaksi saham yang dikenakan Pajak


Penghasilan. Pengenaan ini didasarkan pada UU Nomor 7 Tahun 1983 Jo. UU
Nomor 10 Tahun 1994 Pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan : “Yang
menjadi objek Pajak adalah penghasilan, yaitusetiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia, yang dapat dipakai atau menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.” Hal ini
juga mencakup

penghasilan yang diterima atau diperoleh dari transaksi penjualan saham.

Besarnya PPh yang dipungut dari transaksi penjualan saham di bursa efek di
tentukan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut biaya PPh yang bersifat final sebesar
0,1% (satu

per seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan. Sedangkan


untuk saham

pendiri pemilik saham pendiri dikenakan tambahan PPh sebesar 0,5% (setengah
Persen) dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun
1996. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1
Januari 1997, nilai saham ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran
umum perdana.

Jurnal akuntansi perpajakan untuk penjualan bukan saham pendiri atau penjualan
saham

pendiri adalah :

Jurnal Penjualan Bukan Saham Pendiri Jurnal Penjualan Saham Pendiri

Kas xxxx Kas xxxx

PPh 4 (2) xxxx PPh 4 (2) xxxx

PT…Investasi dalam saham- Xxxx Saham Biasa xxx


x

Penghasilan atas transaksi penjualan saham di potong langsung oleh penyelenggara

bursa efek pada saat transaksi jual beli saham. Pihak penyelenggara bursa efek
yang akan membayar atau menyetor PPh Pasal 4 ayat 2 tersebut ke kas Negara
menggunakan surat setoran pajak dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan
pajak menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPh 4 ayat 2.

Sekuritas

Sekurtitas (Surat Berharga) yang mudah diperjualbelikan merupakan bentuk


investasi sementara untuk memanfaatkan dan yang tidak dipergunakan
(secondary cash reserves). Dengan motivasi penyisihan dana sementara
tersebut, keuntungan karena flutuasi harga
bukan merupakan tujuan utama dari pembelian sekuritas. Sekuritas dapat
berbentuk saham (sekuritas ekuitas), obligasi dan sekuritas yang lain.

Saham

Sekuritas saham dapat berbentuk saham biasa dan saham preferen.


Sebagaimana terjadi pada akuntansi komersial, nilai saham dicatat sebesar
harga perolehannya pada saat pembelian.Penghasilan dari saham dapat
berupa dividen (tunai, saham atau harta), saham bonus (dari revaluasi aset
atau kapitalisasi agio), dari hak membeli emisi saham perusahaan
(stock warrants, preeptive rights, dan right issues), dan capital gain.

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat 3 UU PPh, dividen atau bagian laba


yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas (PT) sebagai Wajib Pajak (WP)
Dalam Negeri, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD),

dan dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau berkedudukan
di Indonesia tidak dikenakan pajak dengan syarat : dividen tersebut berasal
dari cadangan

modal yang ditahan dan bagi PT, BUMN, dan BUMD yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari
jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan
sahamtersebut.
Praktik akuntansi komersial menyajikan dua pilihan penilaian sekuritas
saham dalam neraca, yaitu : harga perolehan (cost method) dan harga terendah
antara harga perolehan dan harga pasar (cost or market price whichever is
lower).

Dalam praktik, terutama untuk saham yang


mobilitasnya di pasar cukup tinggi,
pembukuan saham kebanyakan didasarkan atas nilai perolehan dengan alasan
harga pasar

bersifat sementara. Berdasarkan alasan tersebut, metode penilaian dengan harga


terendah antara harga pasar dengan harga perolehan sering tidak dipakai. Untuk
keperluan akuntansi perpajakan, penjelasan Pasal 10 ayat 6 UU PPh menyatakan
ketentuan tentang penilaian persediaan berlaku juga untuk sekuritas. Untuk
keperluan pajak, persediaan hanya diperbolehkan untuk dinilai
berdasarkan harga
perolehan. Oleh karena itu, alternatif penilaian sekuritas menurut harga
terendah antara harga harga perolehan dan harga pasar tidak diperkenankan.
Dengan berlakunya metode penilaian berdasarkan harga perolehan,
penghasilan saham yang berupa dividen hanya diakui pada saat secara nyata
terdapat pembagian dividen.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997, penghasilan (positif


dan negatif) dari transaksi penjualan saham di bursa efek dikenakan PPh 0,1%
untuk saham pada umumnya atau 0,5% untuk saham pendiri. Karena pungutan
pajak diperlakukan sebagai pungutan final, maka untuk akuntansi pajak,
penghasilan dari penjualan saham tidak perlu dilaporkan dalam SPT Tahunan
dan dikonsodilasikan dengan penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak
final. Sebagai akibat pengenaan pajak final tersebut, semua
pengeluaran dan biaya tidak dapat dikurangkan pada penghasilan, baik yang
berasal darisaham itu maupun penghasilan yang lain.
CONTOH SOAL

Misalnya, PT Buana pada tanggal 1 Maret 2007 menjual saham PT Mars,


yang dibelinya Rp 1.000.000,00 dengan Rp 1.100.000,00 dan biaya penjualan
(jasa pialang dan sebagainya) Rp 20.000,00. Keuntungan bersih PT Buana dari
penjualan saham tersebut adalah Rp 80.000,00. Namun untuk tujuan
perpajakan, jumlah Rp 1.100,00(0,1% x Rp

1.100.000,00).
Demikian juga bila sebaliknya terjadi kerugian. Misalnya saham dijual
dengan harga Rp 950.000,00 dan jasa pialang sebesar Rp 10.000,00 oleh
administrasi pajak, kerugian tersebut di kesampingkan dan perusahaan
tetap harus membayar PPh Rp 950,00 (0,1% x Rp 950.000,00)tanpa
mempertimbangkan adanya fakta kerugian. Hal ini semata-mata karena alasan
kesederhanaan administrasi pemajakan dan pemberian kepastian kepada
pembayar pajak.

Jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi


tersebut adalah : 1. Jika saham terjual

dengan harga Rp1.100.000,00


Tanggal Keterangan Debet Kredit

1-Mar- Kas Rp 1.078.900,00 -


2007
PPh 4 ayat (2) Rp 1.100,00 -
terjual dengan harga Rp. 950.000

Tanggal Keterangan Debet Kredit

1-Mar- Kas Rp 939.050,00 -

2007

PPh 4 ayat (2) Rp 950,00 -

Rugi penjualan saham Rp 60.000,00 -

Obligasi

Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah


jangka waktutertentu, Umumnya obligasi memberika penghasilan bunga dengan
jumlah tetap kepada

investor. Ada kalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian keuntungan.
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) bagian (g) UU PPh menganggap bagian
keuntungan

tersebut sebagai penghasilan. Perlakuan akuntansi pajak atas sekuritas obligasi


hampirsama dengan saham.
Jika dalam pembelian obligasi termasuk dalam unsur bunga berjalan, bunga
tersebut harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas
bunga obligasi yang tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi,
tetapi harus dicatat sebagai pajak yang dibayar di muka (PPh 23 dengan tariff
15% x penghasilan bruto). Sedangkan bunga obligasi di bursa efek dikenakan
PPh final (PPh 4 ayat 2) sebesar 20% dari penghasilan

bruto.
Selain bunga tetap, penghasilan obligasi bunga berupa capital gain dan
realisasi

diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat
pelunasan obligasi. Hanya bunga obligasi dan dividen dari saham yang
diperdagangkan di bursa yang diterima WP perseorangan yang tidak melebihi
jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (setahun) dibebaskan dari pajak.
Prinsip penilaian sekuritas saham berlaku juga atas obligasi. Demikian juga
dengan pencatatan pelaporan obligasi melalui bursa efek diperlakukan sama
dengan saham.

CONTOH SOAL
Pada 1 Juli 2011 PT Budi membeli 10 lembar obligasi PT Noni dengan
harga nominal

Rp 10.000,00 dan kurs sebesar 110%. Bunga obligasi 12% pertahun dibayar
setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober. Komisi pialang sebesar Rp 8.000,00.
Obligasi akan dilunasi pada 31 Desember 2015 (4,5 tahun lagi).
Pencatatan investasi obligasi oleh PT Budi tahun 2011 adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

1 Juli Investasi pada efek tertentu Rp 110.000,00 -


2011
Pendapatan bunga Rp 3.000,00 -

Utang PPh Pasal 4 ayat (2) - Rp 1.500,00

Kas/Bank - Rp 111.500,00

Sesuai PP 16 Tahun 2009, PT Budi berkewajiban melakukan pemotongan PPh Pasal 4


ayat (2) atas diskonto yang merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi
sebesar 15% x Rp 10.000,00 = Rp 1.500,00. Paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, PT Budi harus menyetor PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dipotongnya ke
kas Negara.

Tanggal Keterangan Debet Kredit

10 Agst Utang PPh Pasal 4 ayat (2) Rp 1.500,00 -


2011
Kas/Bank - Rp 1.500,00

Sesuai Pasal 21 UU PPh, PT Budi berkewajiban melakukan pemotongan


PPh 21 atas

Tanggal Keterangan Debet Kredit

1 Beban komisi Rp 8.000,00 -


Juli 2011
Utang PPh 21 - Rp 400,00

Kas/Bank - Rp 7.600,00

pembayaran komisi yang merupakan penghasilan bagi yang menerima sebesar


5% x Rp8.000,00 = Rp 400,00.
Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, PT Budi harus menyetorkan PPh 21
yangtelah dipotongnya ke kas Negara.

Tanggal Keterangan Debet Kredit

10 Agst Utang PPh 21 Rp 400,00 -


2011
Kas/Bank - Rp 40

Sesuai PP 16 Tahun 2009, pendapatan bunga yang diterima PT Budi


berkewajiban melalkukan pemotongan PPh pasal 4 ayat (2) oleh PT Noni
sebagai pemberi penghasilan sebesar 15% x Rp 6.000,00 = Rp 900,00. PPh
ini bersifat final sehingga tidak dapat diperhitungkan oleh PT Budi pada
SPT Tahunan PT Budi.

Tanggal Keterangan Debet Kredit

1 Okt 2011 Kas/Bank Rp 5.100,00 -


PPh 23 dibayar di muka Pendapatan Rp 900,00
bunga - -

Rp 6.000
Penyesuaian pada akhir tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Des Piutang bunga Rp 3.000,00 -
2011
Pendapatan bunga - Rp 3.000,00

Premi obligasi diamortisasi sebesar Rp 1.111,00 untuk 6 bulan selama tahun 2011yang dimasukkan dalam
pos pengurangan penghasilan bunga.

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31 Des Pendapatan bunga Rp 1.111,00 -


2011
Investasi pada efek tertentu - Rp 1.111,00
Penutup yang dibuat pada akhir tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31 Des Pendapatan bunga Rp 4.889,00 -


2011
Rugi-laba - Rp 4.889,00

Sekuritas Yang Lain WP dapat mempunyai sekuritas yang lain, di antaranya warkat komersial
(commercial paper), surat promes (promissory notes), bill of exchange (trade acceptance), banker’s acceptance, sertifikat
deposito, dan repurchase agreement. Sekuritas-sekuritas tersebut merupakan instrument pasar uang yang dapat
diperjualbelikan setiap saat. Selisih antara nilai yang dibayar pada saat pembelian dan nilai yang diterima pada saat
penjualan atau pelunasan merupakan penghasilan bagi pemegang sekuritas. Sebagaimana terjadi dengan penghasilan
yang dikenakan pajak pada pemegang sekuritas, biaya dan kerugian dapat dikurangkan dari penghasilan oleh penerbit
sekuritas. Metode penilaian pada saham dan obligasi dapat diterapkan terhadap jenis sekuritas yang lain.

2.2 Akuntansi Pajak Investasi Jangka Pendek


Prinsip yang berlaku dala akuntansi komersial diikuti juga dalam akuntansi pajak. Memang Undang-
undang pajak tidk mengatur tersendiri secara rinci yang berkaita denga investasi jangka pendek maupun
jangka panjang. Investasi jangka pendek dapat
berbentuk surat berharga atau disebut sekuritas. Sekuritas ini mudah untuk diperjual

belikan semata-mata bertujuan untuk keuntunga dari fluktuasi harga, tetapi lebih pada tujuan untuk
memanfaatkan dana yang tidak digunakan.

Terkait dengan sekuritas saha ini, dari sisi capital gain perlu dipahami pasal-pasal yang mengatur seperti
halnya pasal 4 ayat 3 huruf (f). Undang-undag pajak penghasilan yang menyatakan bahwa dividen atau bagian
laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD
dari penyertaan modal pada bada usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia tidak
dikategorikan sebagai objek untuk dikenakan pajak penghasilan denga syarat

1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

2. Bagi perseroa terbatas, BUMN, BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham

pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yag disetor da harus
mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan bunga beralan. Dalam hal pembelian obligasi, maka unsur
bunga berjalan diperhitungkan sebaga penghasilan.

Pajak penghasilan atas bunga obligasi yang dipungut tidak dapat dikapitalisasi, tetapi pencataannya dilakukan sebagai
pajak yang dibayar dimuka yaitu pajak penghasilan pasal 23. Penghasilan yang diperoleh atas investasi obligasi ini
berupa bunga atau capital gain (keuntungan karena pelepasan) atau realisasi disagio (selisih antara nilainominal dengan
nilai perolehan). Aturan prpaakan atas penghasilan dari bunga obligasi dan dividn dari saham yang diperdagangkan di
bursa mengacu pada unang-undang tidak termasuk kategori objek pajak penghasilan. Namun demikian, apabila
penerimanya adalah WP orang pribadi yang melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, maka dividen yang
diterimanya itu dikennakan Pajak Penghasilan.

Kesimpulan

Investasi merupakan salah satu cara perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan kas jika terjadi surplus.
Dengan berinvestasi maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan tidak menganggur. Investasi dapat dimaksudkan
sebagai akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang. Dengan adanya
investasi maka perusahaan mengharapkan beberapa keuntungan yakni terjaminnya manajemen kas, terciptanya hubungan
yang erat dan memperkuat posisi keuangan suatu perusahaan. Investasi merupakan unsur yang sangat penting dalam
perusahaan. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan sebagai dasar penilaian manajemen kas
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai