Anda di halaman 1dari 18

Kamis, 16 April 2020

BAB IX

INVESTASI JANGKA PANJANG DAN


AKTIVA TAK BERWUJUD

KELOMPOK 1:

JOVAN MICHAEL SANDRICHO (04)


MARIA MAGDALENA SANTALIA JHON (06)
KADEK DWIKA DHARMA PUTRA (09)
PUTU ERSANTI NURWITA DEVI (19)
NI KADEK AYU SASMITA CAHYANI (24)

KELAS PERPAJAKN I

DIPLOMA III PERPAJAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 HARGA PEROLEHAN DARI INVESTASI JANGKA PANJANG DAN AKTIVA TAK
BERWUJUD
A. Pengertian Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan sekuritas yang tidak mudah diperdagangkan dan
dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan dalam jangka waktu lebih dari
siklus normal operasi perusahaan. Investasi jangka panjang bukan merupakan sumber dana
yang cepat. Investasi jangka panjang biasanya dicatat pada biaya perolehan. Tetapi jika
terjadi penurunan yang tidak bersifat sementara dalam penilaian investasi jangka panjang
tersebut, nilai tercatat dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut. Indikator nilai suatu
investasi dapat diperoleh dengan mengacu pada nilai pasarnya, aktiva dan kinerja investee
serta arus kas yang diharapkan dari aktivitas tersebut. Resiko dan jenis serta penyertaan
(stake) investor pada investe juga diperhitungkan. Pembatasan distribusi oleh investee
tersebut atau pelepasan investasi oleh investor mungkin mempengaruhi investasi. Contoh :
pembayaran dividen atau pembayaran kembali investasi.
Banyak investasi jangka panjang yang secara individual penting bagi perusahaan yang
melakukan investasi. Nilai tercatat dari investasi jangka panjang karenanya, biasanya
ditentukan secara individual. Namun, dari beberapa negara, sekuritas ekuitas mudah
dipasarkan yang diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang dapat dinilai menurut
yang terendah antara biaya dan nilai pasar yang ditentukan pada basis portofolio. Dalam
hal ini, penurunan sementara dan pemulihan atas penurunan tersebut dimasukkan dalam
ekuitas.
Penurunan selain penurunan sementara dalam nilai tercatat investasi jangka panjang
dibebankan pada laporan laba rugi. Penurunan nilai tercatat dapat dipulihkan jika
selanjutnya terdapat kenaikan dalam nilai invetasi tersebut, atau jika alasan penurunan
tersebut tidak relevan lagi. Pemulihan tersebut tidak boleh menyebabkan nilai investasi
melebihi biaya perolehannya semula (original cost).
Investasi properti lazim dicatat sebagai investasi jangka panjang kecuali apabila
dimaksudkan untuk dimiliki dalam waktu satu tahun atau kurang. Investasi properti tidak
boleh disajikan sebagai bagian dari aktiva tetap dan tidak boleh disusutkan.
B. Tujuan Investasi Jangka Panjang
a) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti
bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
b) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi,
kepentingan sosial.
c) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian
ekuitas perusahaan tersebut.
d) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang
dihasilkan.
e) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
f) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
C. Bentuk - bentuk Investasi Jangka Panjang
Ada banyak pilihan bagi perusahaan untuk menetapkan bentuk investasi jangka
panjangnya. Ada perusahaan yang memilih investasi pada tanah atau bangunan (bukan
untuk operasi perusahaan) yang disebut dengan investasi properti. Ada juga yang memilih
investasi dalam bentuk tabungan atau deposito, atau pilihan investasi yang lain yaitu
pembelian saham atau obligasi.
Investasi jangka panjang dapat dilakukan perusahaan dalam bentuk obligasi atau saham.
Apabila diperbandingkan, kedua bentuk investasi tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Investasi jangka panjang dalam obligasi memberikan jaminan yang pasti atas
penerimaan bunga selama kurun waktu tertentu. Bila tingkat bunga di pasaran menurun,
tingkat bunga obligasi tidak berubah karena tingkat bunganya sudah ditetapkan dalam
perjanjian awal. Di lain pihak, investasi jangka panjang dalam saham akan memberikan
penghasilan yang lebih tinggi daripada tingkat bunga obligasi, apabila perusahaan
mendapat keuntungan yang tinggi dan sebaliknya.

a. Investasi pada Obligasi


Obligasi merupakan surat pinjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka waktu
tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan jumlah tetap
kepada investor. Adakalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian
keuntungan. Kalau diterima oleh pemegang obligasi yang berbentuk badan, dengan
rekarakterisasoi sebagai deviden, bagian keuntungan yang diterima itu tidak
dikenakkan pajak. Namun, bagi pembayar bunga yang direkarakterisasi sebagi deviden
itu bukan merupakan biaya pengurang penghasilan.
Karena pada saat jatuh temponya, obligasi akan dibayar (kembali) sejumlah
nominalnya, agio obligasi merupakan kerugian bagi investor dan sebaliknya disagio
merupakan penghasilan. Hal sebaliknya berlaku untuk perusahaan penerbit obligasi.
Dalam praktek akuntansi komersial, dengan adanya agio dan disagio (diskonto)
obligasi itu, investor mendapatkan penghasilan bunga efektif yang berbeda dengan
tingkat bunga nominal. Perhitungan bunga efektif itu menghendaki adanya amortisasi
agio dan disagio sebagai koreksi terhadap nilai buku obligasi Bertujuan memperoleh
bunga tetap setiap tahun selama masa investasi. Penyelesaian bunga berjalan dan
amortisasi :
 Jurnal penyesuaian terhadap bunga yg belum diterima jika tgl bunga tidak tepat
pada tanggal akhir periode akuntansi.
 Jurnal penyesuaian terhadap amortisasi agio atau disagio, jika obligasi dibeli
dengan harga diatas atau dibawah nilai nominal.

b. Investasi Jangka Panjang dalam Saham


Investasi dalam bentuk saham merupakan pembelian atau penyertaan dana dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Sesuai dengan maksudnya, investasi dalam saham
dapat untuk tujuan jangka pendek (investasi lancar) atau tujuan jangka panjang.
Keuntungan dalam bentuk saham :
 Deviden
 Capital Again
Dan keuntungan lainnya bisa berupa control management yaitu hak menentukan
kebijakan atas perusahaan yang dibeli. Control Management diperoleh ketika
kepemilikan saham sampai jumlah mayoritas. Perusahaan yang melakukan investasi
saham adalah perusahaan Induk, dan Perusahaan yang mengeluarkan saham adalah
Perusahaan Anak. Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak hubungannya disebut
Perusahaan Afiliasi.
PSAK Nomor 13 Buku SAK 1994 surat berharga (termasuk saham) harus dinyatakan
sebesar harga beli ditambah dengan biaya yang lain (termasuk pajak, misalnya PPN
yang dibayarkan atas jasa pialang yang tidak dapat dikreditkan. Harga perolehan
investasi jangka panjang :
Harga beli saham + Biaya – biaya (komisi pialang /broker,pajak
Apabila terjadi pengurangan nilai yang cukup material dan sifatnya permanen maka
selisihnya dapat diperhitungkan sebagai kerugian dan rekening cadangan penurunan
nilai investasi. Sesuai ketentuan perpajakan, PPN itu tidak seharusnya di aktivir sebagai
pembentuk harga perolehan saham. Demikian juga kalau tidak dapat dikreditkan, namun
PPN itu oleh pengusahan dianggap sebagai Revenue Expenditure (sesuai dengan PP No.
47 tahun 1994).
PSAK Nomor 15 dalam buku SAK 1994 mengatur perlakuan akuntansi untuk invetor
yang melakukan investasi dalam perusahaan asosiasi yang mempunyai pengaruh
signifikan dalam keputusan yang menyangkut kebijakan finansial dan Operasi
perusahaan. Dan perusahaan asosiasi dapat dibukukan dengan menganut metode yaitu :
 Harga perolehan ( cost )
 Ekuitas ( equity )
Untuk tujuan perpajakan, berdasarkan Pasal 10 ayat 5 UU PPh menyatakan Investasi
saham tanpa memperhatikan presentasi kepemilikan dibukukan berdasarkan harga
perolehan. Berbeda dengan dividen yang tidak dikenai pajak pada saat pembagian,
keuntungan pengalihan saham (selisih harga jual di atas harga beli) dikenakan pajak
(pasal 4 ayat 1 bagian d UU PPh). PenjualanSaham di Pasar Modal : Penghasilan dari
penjualan dikenakan PPh 0,1% untuk bukan saham pendiri atau 5,1% untuk saham
pendiri dan bersifat final (0,5% berdasarkan peraturan pemerintah No. 14 tahun 1997).
Tidak memperkenankan pengurangan biaya penjualan terhadap penghasilan bruto kena
pajak. Penjualan saham di luar Pasar Modal
 Penghasilan dari penjualan dikenakan tarif umum (progresif dengan tarif
marginal 15% dan 30%).
 Membolehkan pengurangan biaya penjualan terhadap penghasilan bruto kena
pajak, kecuali kalau pengahsilan netonya negatif (rugi) tidak dikenakan pajak.
Dividen saham yang diterima oleh investor badan tidak dikenakan PPh (bukan obyek
pajak). Keuntungan dari penjualan saham (selisih antara harga jual dan harga rata-rata)
dikenakan pajak pada tahun berjalan.
Contoh kasus :
Saudara Winarno mendirikan PT. Andi pada tahun 1994 dengan modal saham sebanyak 1000
lembar @Rp. 10.000, disetor Rp. 5.000.000 dan modal dalam portepel Rp. 5.000.000. Dalam
tahun 1995 dalam modal portepel diambil saudara Listijani dengan harga Rp. 10.000.000
(agio Rp. 5.000.000). Pada 1996 agio itu dikonversi menjadi saham @ Rp. 10.000 dan dibagi
kepada Winarno danListijani dengan porsi yang sama. Pada akhir tahun itu juga semua
saham agio milik Winarno dan Listijani dijual kepada Sudarmanto dengan harga Rp. 12.500.

Penyelesaian :
Pembukuan komersial saudara Winarno & Listijani dengan mengalokasikan Harga Perolehan
saham :
 Saudara Winarno  5.000.000 : (500.000+250.000) = Rp. 6.667
 Saudara Listijani  10.000.000 : (500.000+250.000) = Rp. 13.333
Saudara Winarno Saudara Listijani

Kas 3.125.000 Kas 3.125.000


Investasi saham 1.666.750 Rugi penjualan saham208.250
Laba penjualan saham Investasi saham 3.333.250
1.458.250

Transaksi saham dengan menggunakan cost method dan equity method


Transaksi Cost Method
-Pembelian investasi Investasi dlm saham PT.A XXX
Kas XXX
-Pengumuman laba rugi Tidak ada Jurnal -
-Pembagian dividen Kas xxx
PPh 23 dibayar dimuka xxx
Pendapatan Deviden xxx

Transaksi Equity Method


-Pembelian investasi Investasi dlm saham PT.A XXX
Kas xxx
-Pengumuman laba rugi Investasi dlm saham PT.A xxx
Pendpt.Investasi xxx
-Pembagian dividen Kas xxx
PPh 23 dibayar dimuka xxx
Investasi dlm saham PT.A xxx

c. Investasi pada Surat Berharga yang Lain


Selain saham dan obligasi, perusahaan dapat melakukan investasi pada surat berharga
lain, misalnya warkat komersial. Pencatatan pada investasi dalam warkat komersial itu
hampir sama dengan obligasi. Perbedaan kecil kemungkinan terjadi dengan adanya
diskonto pada jenis surat berharga itu. Diskonto dimaksud merupakan penghasilan dari
pemegang warkat komersial yang akan direalisasi pada saat pelunasan warkat itu.

d. Investasi Jangka panjang dalam Obligasi


Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka waktu
tertentu. Obligasi menghasilkan bunga dengan jumlah tetap kepada investor. Penjelasan
Pasal 4 ayat 1 bagian (g) UU PPh merekarakterisasi bagian keuntungan itu sebagai
deviden.
 Kalau diterima oleh pemegang obligasi yang berbentuk badan tidak dikenakan
pajak.
 Sedangkan bagi pembayar bunga bukan merupakan biaya pengurang penghasilan.
Dalam praktek akuntansi komersial, adanya agio & disagio (diskonto) obligasi itu,
investor mendapatkan pengahsilan bunga efektif yang berbeda dengan tingkat bunga
nominal (tersurat di atas warkat obligasi). Perhitungan bunga efektif menghendaki adanya
amortisasi agio & disagio sebagaikoreksi terhadap nilai buku obligasi.
Contoh Kasus :
Tanggal 1 Juni 1990 Saudara Andi membeli 10 lembar obligasi PT. Iwan dengan nilai
nominal Rp. 10.000.000 dan kurs 110%. Bunga Obligasi 12% per tahun dibayar tiap 1 April
& 1 Oktober. Komisi penjualan Rp. 8.000.000. Obligasi akan dilunasi pada 31 Desember
1994 (4,5 tahun lagi)
 Pencatatan investasi obligasi tahun 1990 oleh Saudara Andi
31 Desember 1990
(1) Piutang bunga3.000
Penghasilan bunga 3.000
(untuk mencatat bunga berjalan tiga bulan :Oktober-Desember)

(2) Penghasilan bunga 2.000


Investasi obligasi 2.000
(untuk mencatat amortisasi agio dan biaya pialang setengah tahun : ½ / 41/2 X 18.000)

(3) Penghasilan bunga 4.000


Rugi-laba 4.000
[untuk memindahkan penghasilan bunga ke rugi laba (-3.000 + 6.000 + 3.000 – 2.000)]

e. Investasi Dalam Dana


Perusahaan karena keharusan (sesuai dengan kontrak) atau secara sukarela setiap tahun
dapat menyisihkan suatu dana dalam jumlah tertentu. Dana itu dapat dibentuk misalnya
untuk pelunasan utang (obligasi), saham preferen atau pembelian aktiva. Dalam
hubungan dengan ketentuan perpajakan, sebagai contoh dengan pembentukan dana
(cadangan) reklamasi perusahaan pertambangan yang dananya harus dititipkan pada bank
pemerintah. Selanjutnya, dana itu dapat dikelola sendiri atau diserahkan kepada pihak
ketiga. Penanaman dana itu dapat memberikan hasil bagi perusahaan, misalnya dalam
bentuk bunga (dari deposito dan tabungan yang lain), dividen (saham), dan sewa (dari
harta).

f. Investasi dalam Aktiva Lain – lain


Perusahaan dapat melakukan investasi pada aktiva lain-lain, misalnya tanah dan
bangunan atau properti. Selain karena ada kelebihan dana, investasi itu dimaksudkan
untuk keperluan ekspansi masa yang akan datang. Penghasilan dari investasi itu pada
umumnya merupakan penghasilan kena pajak. Begitu juga dengan keuntungannya
apabila investasi itu dijual. Misalnya : Investasi pada tanah atau bangunan, penghasilan
dari investasi tersebut ataupun keuntungan dari penjualan investasi tersebut merupakan
penghasilan kena pajak.
D. Pengertian Aktiva Tak Berwujud
Pengertian dari aktiva tak berwujud (intangible asset) ini menunjuk pada aset dari
perusahaan yang tidak berbentuk fisik dan memiliki sifat aset jangka panjang. Artinya,
aktiva tidak berwujud milik perusahaan ini tidak ditujukan untuk dijual suatu hari nanti.
Seluruh aktiva tidak berwujud akan dikelola untuk menghasilkan keuntungan untuk
operasional perusahaan. Berdasarkan definisi dari aktiva tidak berwujud ini, maka dapat
dimengerti bahwa keberadaannya sangat penting untuk perusahaan. Namun ada beberapa
bentuk dan jenis berbeda dari aktiva tidak berwujud (intangible asset) ini.
E. Karakteristik Aktiva Tidak Berwujud
Pada dasarnya ada 3 karakteristik aktiva tidak berwujud, yaitu:
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, mendapatkan nilai dari hak dan keistimewaan yang
diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrumen keuangan, menghasilkan nilainya dari klaim untuk
menerima kas atau ekuivalen kas di masa mendatang.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, menyediakan jasa dalam
kurun waktu bertahun-tahun.

F. Karakteristik Pendukung Aktiva Tidak Berwujud


Selain karakteristik utama di atas, ada beberapa karakteristik pendukung aktiva tidak
berwujud, seperti:
a) Diperoleh melalui pengembangan atau dibeli secara terpisah atau menjadi satu
dengan aset lain.
b) Secara tidak langsung digunakan dalam operasional perusahaan.
c) Dipengaruhi oleh kegiatan kompetitor.
d) Memiliki nilai pada perusahaan.
e) Tidak ditentukan umur ekonomisnya.
Di awal perolehan aset atau aktiva tidak berwujud harus diakui sebesar harga
perolehannya, sedangkan untuk periode berikutnya aktiva tidak berwujud dilaporkan
sebesar nilai tercatatnya. Harga perolehan aktiva tidak berwujud ditentukan melalui cara
perolehannya. Untuk aset atau aktiva tidak berwujud yang didapatkan melalui pembelian
kas, maka harga perolehannya adalah sebesar jumlah uang yang dibayarkan. Namun, jika
aset tersebut didapatkan melalui proses pertukaran dengan aset lainnya, nilai perolehannya
menjadi sebesar perkiraan harga pasar dari aset yang digunakan sebagai penukar.

G. Masa Manfaat Aktiva Tidak Berwujud


Umumnya masa manfaat untuk aktiva tidak berwujud tidak lebih dari 20 tahun sejak
digunakannya. Dalam mempertimbangkan masa manfaat aktiva tidak berwujud yang harus
diperhatikan adalah:
1. Perkiraan penggunaan aset oleh organisasi dan efisiensi pengelolaannya.
2. Siklus hidup produk pada umumnya.
3. Keusangan teknologi atau teknis.
4. Kestabilan industri dimana aset digunakan dan tren pasar terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan.
5. Perkiraan pemakaian dan efisiensi pengelolaan aset.
6. Estimasi tindakan pesaing.
7. Pengeluaran untuk pemeliharaan dalam hal mendapatkan masa manfaat.
8. Periode pengendalian aset.
9. Ketergantungan masa manfaat aset terhadap masa manfaat aset lainnya.
Aktiva tidak berwujud bisa dalam bentuk hak yang melekat pada produk intelektual
dimana fasilitasnya digunakan oleh pihak lain.
H. Beberapa Hak yang Termasuk Dalam Kategori Aktiva Tidak Berwujud
Berikut ini akan diberitahu ada hak-hak apa saja mengenai aktiva tidak berwujud dalam
perusahaan:

1. Hak Cipta
Diberikan pada penulis atau pencipta untuk menjual, mengawasi, atau menerbitkan hasil
karyanya. Hak cipta dapat dijual kepada pihak lain dengan perjanjian yang telah
disepakati. Harga perolehan hak cipta meliputi pengeluaran mulai penyusunan sampai
pengurusan ijin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima.
2. Hak Paten
Diberikan kepada pihak yang melakukan penelitian dan menemukan hal baru untuk
memproduksi, menjual, atau mengawasi temuannya dalam kurun waktu tertentu. Harga
perolehannya meliputi semua pengeluaran yang mencakup biaya penelitian,
pengembangan, pembuatan gambar, percobaan, dan pengurusan hak paten hingga
diterbitkannya sertifikat hak paten.
3. Hak Merek Dagang
Hak cipta dan hak untuk menggunakan simbol dari suatu produk. Harga perolehan hak
merek dagang ini mencakup biaya perencanaan, desain, pembuatan logo atau lambang
termasuk perijinan merk dagang sampai sertifikat merek dagang diterbitkan.
4. Hak Franchise
Menggunakan fasilitas tertentu dari suatu pihak ke pihak lain sebagai franchisee. Pihak
franchisee hanya diperkenankan menggunakan hak franchise sesuai dengan
kesepakatan, tidak berhak menjual hak franchise kepada pihak lain. Bagi pihak
franchisor harga perolehan hak franchise sebesar dana yang dikeluarkan untuk
mendapatkan izin hak franchise, sedangkan bagi franchisee harga perolehan sebesar
harga yang diberikan kepada franchisor.
5. Hak Sewa
Menggunakan aset tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian sewa menyewa.
Pencatatan akuntansi terhadap pengeluaran berkenaan dengan mendapatkan hak sewa
ditentukan dari cara pembayaran sewa yang dilakukan. Perolehan hak sewa mencakup
pembayaran sewa kepada pihak pemilik aset dan pengeluaran lain untuk persiapan aset
agar siap digunakan.
6. Hak Eksklusif
Hak khusus yang diberikan negara kepada suatu lembaga atau instansi untuk mengelola
fasilitas atau sumber daya alam milik negara. Harga perolehan dari hak ini meliputi
biaya survei, riset, pemetaan, eksplorasi, pembangunan fasilitas, perjanjian dan biaya
lainnya hingga hak tersebut dinyatakan siap.

I. Cara Penilaian Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset) dalam Perusahaan


Seperti yang sudah disebutkan di bagian sebelumnya, aktiva tak berwujud sifatnya
tetap. Sehingga untuk memberikan penilaian dari aset ini dilakukan dalam dua
pertimbangan. Kedua pertimbangan tersebut adalah pertimbangan mengenai biaya awal
dan amortisasi. Penjelasan mengenai kedua pertimbangan dari penilaian aktiva tidak
berwujud dapat anda simak pada penjelasan berikut ini. Menggunakan dua pertimbangan
tersebut, akhirnya penilaian bisa dilakukan pada aset yang tidak berwujud yang dimiliki
oleh setiap perusahaan tadi.
1. Penilaian Hak Paten
Hak paten juga dinilai melalui dua aspek yaitu biaya awal dan amortisasi. Biaya awal
dari hak paten yang dibeli adalah biaya imbalan jasa hukum dari perusahaan yang
memilikinya sebelumnya. Atau biaya awal juga bisa dihitung dari biaya yang
dihabiskan selama masa penemuan melalui riset. Lalu terkait amortisasi adalah
penilaian nilai aset yang diestimasi berdasarkan masa kegunaan hak paten dikurang
dari sisa masa hak paten secara hukum.
2. Penilaian Hak Cipta
Terkait penilaian dari aktiva tidak berwujud berupa hak cipta, maka juga dinilai
melalui dua aspek, yaitu biaya awal dan amortisasinya. Biaya awal dari satu hak cipta
dihitung dari biaya saat menciptakan karya tersebut, biaya administrasi publikasinya,
hingga biaya hukum untuk mendapatkan hak cipta yang dimaksud. Bisa juga dihitung
melalui nilai beli, jika anda membeli hak cipta dari perusahaan atau individu lain. Lalu
terkait dengan biaya amortisasi, sama seperti sebelumnya dihitung melalui estimasi
waktu kegunaannya.
3. Penilaian Merek Dagang
Merek dagang juga bisa dinilai asetnya berdasarkan biaya hukum yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendaftarkan nama tersebut menjadi merek dagangnya. Selain
biaya hukum, tentunya ada biaya administrasi dan biaya lainnya yang membuat merek
dagang ini sangat berharga. Jika merek dagang dibeli dari perusahaan lain yang
mengalami penggabungan, maka nilai beli itu pun termasuk menjadi biaya awalnya.
Sedangkan terkait penilaian dari amortisasinya, juga sama seberapa lama merek
dagang ini diestimasikan untuk digunakan.
4. Penilaian Goodwill
Penilaian dari aset tak berwujud seperti goodwill dihitung melalui transaksi
pembeliannya dari perusahaan lain. Nilai beli ini adalah nilai beli perusahaan secara
bersih mencakup aset dan kewajiban dalam perusahaan tersebut. Lalu terkait dengan
nilai amortisasinya, goodwill di Indonesia diakui masa kegunaannya hingga tidak lebih
dari 5 tahun. Namun ada kemungkinan untuk memperpanjangan amortisasi hingga
tidak lebih dari 20 tahun dengan alasan yang dapat diterima.
Secara akuntansi, perlakuan aset tak berwujud adalah sebagai berikut:

Pengakuan Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan:
 Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dari aset tersebut.
 Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal.

Penilaian/Pengukuran Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya perolehan aset
tidak berwujud terdiri dari:
1. harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat;
2. segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut
sehingga siap untuk digunakan.

Pencatatan Aset Tak Berwujud


Pencatatan akuntansi untuk pembelian dan amortisasi aset tak berwujud secara sederhana
adalah sebagai berikut:

Pembelian Amortisasi

Aset Tak
(D) (D) Biaya Amortisasi
Berwujud

     Aset Tak


     (K)      Kas      (K)
Berwujud

Pelaporan Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai dengan
nilai bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi.

1.2 AMORTISASI
Amortisasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata amortize. Secara harafiah, arti
kata amortize, yaitu “membawa mati”. Kemudian, istilah ini dipakai dalam bidang keuangan,
akuntansi dan perpajakan. Jadi, definisi amortisasi adalah suatu prosedur pembayaran utang
yang dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu periode tertentu. Misalnya, seperti
pembayaran bulanan untuk pinjaman KPR, KPA, kredit kendaraan, utang kartu kredit atau
pinjaman lainnya. Supaya amortisasi bisa berjalan, maka syaratnya adalah jumlah pembayaran
atau total angsuran harus cukup besar untuk membayar pokok pinjaman dan bunga.
Selain itu, definisi amortisasi juga mengacu pada penyebaran biaya modal untuk aset tak
berwujud selama jangka waktu tertentu (biasanya selama masa manfaat aset).
Bisa juga didefinisikan sebagai suatu prosedur akuntansi yang akan mengurangi nilai
biaya (kewajiban) dan aset tak berwujud secara bertahap, dengan umur ekonomis yang terbatas
melalui pembebanan secara berkala ke pendapatan.
Pengalokasian biaya aset tak berwujud mengacu kepada pengurangan kewajiban dengan
pembayaran pokok pinjaman beserta bunga dalam jumlah tertentu sampai pinjaman terbayar
selesai.
Amortisasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai penyusutan dari sebuah aset yang
mempunyai umur ekonomis yang lama. Dalam sebuah bisnis, jika perusahaan melakukan
amortisasi biaya, maka amortisasi dapat membantu mengaitkan biaya aset dengan pendapatan
yang dihasilkannya. Contohnya, jika perusahaan Anda membeli 1 lusin kain, maka perusahaan
akan menuliskan biaya pada tahun pembelian dan biasanya perusahaan akan menggunakan
semua kain pada tahun yang sama.
Namun sebaliknya, dengan aset besar (membeli kain dalam jumlah yang besar), bisnis
akan mendapatkan keuntungan dari biaya selama beberapa tahun. Hal ini bisa menghemat biaya
secara bertahap selama beberapa tahun.

A. Berbeda Dengan Depresiasi dan Deplesi


Seperti yang sudah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa amortisasi adalah
penurunan nilai penyusutan dari sebuah aset. Lalu, apa bedanya dengan depresiasi dan
deplesi? depresiasi adalah alokasi biaya penyusutan terhadap aset tetap selama masa
manfaatnya (umur ekonomis) aset tersebut.
Sementara itu, deplesi adalah penyusutan pada bidang sumber daya pertambangan.
B. Dana Amortisasi
Dana Amortisasi atau amortization fund adalah pengumpulan dana secara berkala untuk
membayar beban amortisasi tersebut tiap periodenya.
Sebenarnya, tujuan dari amortisasi adalah untuk mencerminkan nilai penjualan kembali.
 
Contoh Amortisasi
Sebuah perusahaan memiliki pinjaman sebesar Rp10 juta dan setiap tahun diangsur
sebesar Rp750.000 per tahun, maka perusahaan dianggap telah mengamortisasi pinjaman
sebesar yaitu Rp750.000 setiap tahun.
Sebuah perusahaan garmen memiliki hak paten atas mesin selama 10 tahun. Jika
perusahaan tersebut menghabiskan dana sebesar Rp250.000.000 untuk pengembangan
produk, maka akan diakui dan dicatat sebesar Rp25.000.000 per tahun selama 10 tahun
yaitu sebagai biaya amortisasi.

Cara Menghitung Amortisasi


Dengan adanya amortisasi, artinya, pembayaran utang terdiri dari pembayaran pokok
pinjaman (principal) dan pembayaran bunga (interest). Pokok adalah saldo pinjaman yang
masih beredar dan perlu untuk dilunasi.
Semakin banyak pokok yang dibayarkan, maka pembayaran bunga akan semakin
berkurang.
Seiring dengan waktu, porsi pembayaran bunga tiap bulan akan berkurang sedangkan
porsi pembayaran pokok meningkat.

Menghitung Amortisasi Pinjaman Bulan Pertama


Berikut ini adalah langkah untuk menghitung bunga dan pokok pinjaman pada bulan
pertama.
Langkah 1: Kumpulkan data untuk menghitung amortisasi pinjaman
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung amortisasi pinjaman adalah pokok
pinjaman, suku bunga, dan tenor pinjaman.
Misalnya (untuk contoh perhitungan):
Pokok pinjaman = Rp10.000.000
Suku bunga = 6%
Tenor = 12 bulan (1 tahun)
Langkah 2: Siapkan kertas kerja (spreadsheet)
Untuk mempermudah dalam perhitungan, gunakan Microsoft Excel untuk menghitung
amortisasi. Buat kolom untuk Bulan, Bunga, Angsuran Pokok, Angsuran Bunga, Total
Angsuran dan Pokok Pinjaman/Saldo Pinjaman
Langkah 3: Tentukan pinjaman bulan sebelumnya dan hitung total angsuran
Untuk menghitung total angsuran digunakan rumus, yaitu:
 Keterangan:
P = saldo pinjaman bulan sebelumnya 
Saldo pinjaman bulan sebelumnya = Rp10 juta (bulan nol)
Total angsuran = Rp10 juta x (6%/12) / (1 – (1+ (6%/12)–12) = Rp860.664
Nilai atau jumlah total angsuran pada bulan pertama hingga bulan kedua belas sama,
yaitu Rp860.664
Langkah 4: Hitung angsuran bunga
Untuk menghitung angsuran bunga, dipakai rumus:
Angsuran bunga = Saldo pinjaman bulan sebelumnya x Suku bunga x (30/360)
Angsuran bunga di bulan pertama, yaitu:
Angsuran bunga = Rp10 juta x 6% x (30/360) = Rp50.000
Langkah 5: Hitung angsuran pokok
Rumus untuk menghitung angsuran pokok, yaitu:
Angsuran pokok = Total angsuran – Angsuran bunga 
Angsuran pokok di bulan pertama:
Angsuran pokok = Rp860.664 – Rp50.000 = Rp810.664
Langkah 6: Hitung saldo pinjaman
Saldo pinjaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Saldo pinjaman = Saldo pinjaman bulan sebelumnya – Angsuran pokok
Saldo pinjaman di bulan pertama:
Saldo pinjaman = Rp10.000.000 – Rp860.664 = Rp9.189.336

1.3 PENYAJIAN AKTIVA TETAP DI NERACA


Di neraca, aktiva disajikan di sebelah Debet jika neraca tersebut berbentuk skontro,
atau di atas (mendahului penyajian pasiva) jika berbentuk stafel. Penyajiannya di dalam
neraca, aktiva dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu aktiva lancar, aktiva
investasi jangka panjang, dan aktiva tidak tetap.
a. Aktiva Lancar (current assets)
Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat diuangkan atau dapat dijadikan uang dalam
jangka pendek (dalam satu siklus akuntansi). Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar jika aktiva tersebut memenuhi persyaratan berikut:
(1) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka
waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan
direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
            Contoh dari aktiva lancar adalah kas, piutang usaha, persediaan barang dagangan,
supplies, asuransi dibayar dimuka, dan sebagainya. Penyusunannya di dalam neraca diatur
menurut urut-urutan tingkat likuiditasnya. Artinya,  aktiva lancar yang paling likuid
dicantumkan paling atas, disusul dengan pos-pos lainnya yang kurang likuid.
b. Investasi jangka panjang (long term investment)
      Perusahaan yang memiliki dana cukup besar dan tidak segera digunakan, maka akan
menanamkannya pada perusahaan lain, dalam bentuk pembelian surat-surat berharga (saham
atau obligasi) atau bentuk lainnya. Jika perusahaan mempertahankan kepemilikan tersebut 
dalam jangka panjang, maka aktiva ini disebut investasi jangka panjang. Tujuan dari
investasi ini adalah memanfaatkan dana perusahaan yang tidak/belum dipergunakan dengan
harapan dapat memperoleh keuntungan, baik berupa capital gain (kenaikan nilai investasi)
maupun dividen (bagian keuntungan)  atau bunga. Kepemilikan surat-surat berharga ini
direncanakan dalam jangka waktu panjang. Kalau kepemilikan surat berharga direncanakan
dalam jangka pendek (diperjualbelikan) maka investasi jenis ini termasuk aktiva lancar.
c. Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
PSAK 16 Revisi 1994 tidak berlaku untuk:
1. hutan dan sumber daya alam serupa yang dapat diperbaharui;
2. kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam dan sumber
daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva
tetap bila:
1. besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan,
2. biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Untuk aktiva lain yang mempunyai hubungan dengan aktiva tetap dan disajikan secara
terpisah dari aktiva tetap tersebut, perusahaan harus melakukan pertimbangan untuk
menentukan apakah aktiva tersebut dicatat sebagai aktiva tetap atau tidak. Pertimbangan
tersebut ada pada masa manfaat aktiva yang bersangkutan apakah melebihi satu periode
akuntansi atau tidak. Aktiva tetap yang diperoleh secara bersamaan dengan menggunakan
biaya gabungan dapat disajikan secara terpisah jika masing-masing memiliki masa manfaat
yang berbeda.
Aktiva yang diperoleh perusahaan dan memenuhi kualifikasi untuk digolongkan sebagai
aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Komponen biaya
perolehan sendiri terdiri dari:
a. harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-
refundable), setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian,
b. (biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke
kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
1. biaya persiapan tempat;
2. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-muat
(handling costs);
3. biaya pemasangan (installation costs); dan
4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
Perolehan aktiva tetap selain dengan pembelian tunai juga dapat dilakukan secara kredit.
Jika pembayaran terhadap aktiva tetap tersebut dalam jangka waktu kurang dari satu periode,
bunga atas hutang tersebut diakui sebagai beban bunga dan tidak dikapitalisasikan dalam nilai
aktiva tetap. Pengkapitalisasian bunga dalam perolehan aktiva tetap diatur dalam PSAK 26
Revisi 1994 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.
Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap (subsequent expenditures)
dikapitalisasikan jika menambah masa manfaat atau kemungkinan memberikan manfaat
ekonomis di masa depan bagi perusahaan. Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap
(subsequent expenditures) yang tidak menambah masa manfaat atau tidak memberikan
manfaat ekonomis di masa depan diakui sebagai beban pada periode tersebut.
Aktiva tetap disajikan pada pada nilai bukunya. Nilai buku aktiva tetap merupakan nilai
perolehan dari aktiva tetap tersebut dan dikurangi dengan akumulasi depresiasinya.
Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena
Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.
Ketika perusahaan melakukan penilaian kembali atas aset-asetnya, laporan keuangan harus
menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva
tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap
dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Contoh penyajian aktiva tetap di neraca adalah sebagai berikut:

1.2
BAB II
PENUTUP

2.1 KESIMPULAN
Investasi sekuritas semakin menjadi pilihan penting dalam pertimbangan investasi,
tentunya dengan semakin merebaknya pasar modal. Sesuai dengan maksudnya, investasi dalam
saham dapat untuk tujuan jangka pendek atau tujuan jangka panjang. Aktiva tetap adalah aktiva
berwujud yang diperoleh oleh perusahaan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih
dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai
dengan nilai bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi. Supaya amortisasi bisa
berjalan, maka syaratnya adalah jumlah pembayaran atau total angsuran harus cukup
besar untuk membayar pokok pinjaman dan bunga.
DAFTAR PUSTAKA

Sandy Markuf. Pengertian Amortisasi dan Contohnya (Soal dan Jurnal).


Akuntansilengkap.com https://goo.gl/ssZn9K
Admin. Amortisasi. Accelaninfinia.com – https://goo.gl/CL61BA
Admin. Cara Menghitung Amortisasi. Id.wikihow.com
https://goo.gl/cX1UEL
http://dendyraharjo.blogspot.com/2013/05/akuntansi-pajak-terhadap-investasi.html.
http://tama-anindita.blogspot.com/2014/05/akuntansi-investasi-jangka-panjang.html
http://ekhaitufhion.blogspot.com/2012/12/aktiva-passiva-aktiva-lancar-aktiva.html
http://siswidya.blogspot.com/2011/05/investasi-jangka-panjang-dan-aktiva.html
http://dwiiastuti.blogspot.com/2011/03/investasi-jangka-panjang-dan-aktiva.html
http://siswidya.blogspot.com/2011/05/investasi-jangka-panjang-dan-aktiva.html

Anda mungkin juga menyukai