Anda di halaman 1dari 12

Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Temu-3

Kelompok 3 :

Jovan Michael Sandricho (02)


Maria Magdalena Santalia Jhon (06)
Aloysius Mario Mardhani Sutardi (11)
Putu Ersanti Nurwita Devi (21)
Kadek Ayu Sasmita Cahyani (26)

Diploma III Perpajakan


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana
2019
Daftar Isi

Peta Konsep...............................................................................................................................................3
Bab I...........................................................................................................................................................4
Pembahasan...............................................................................................................................................4
1.1 Pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan Bentuk-Bentuk Usaha Tetap.....................................4
1.Pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT)............................................................................................4
2.Bentuk-Bentuk Usaha Tetap..............................................................................................................5
1.2 Subjek dan Objek Bentuk Usaha Tetap.............................................................................................6
1.Subjek Bentuk Usaha Tetap (BUT)...................................................................................................6
2.Objek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap................................................................................7
1.3 Penentuan Laba Bentuk Usaha Tetap (BUT)...................................................................................8
1.4 Penghasilan BUT yang Ditanamkan Kembali di Indonesia.............................................................9
Bab II........................................................................................................................................................11
Kesimpulan..............................................................................................................................................11
Referensi...................................................................................................................................................12

2
PETA KONSEP
Pengertian Pengertian
Pengertian Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap (BUT)
(BUT) :: Bentuk
Bentuk
Bentuk Usaha Usaha
Usaha Tetap
Tetap (BUT)
(BUT) adalah
adalah bentuk
bentuk usaha
usaha yang
yang
Tetap (BUT) dipergunakan oleh orang pribadi
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidakyang tidak
dan Bentuk- bertempat
bertempat tinggal
tinggal di
di Indonesia,
Indonesia, orang
orang pribadi
pribadi yang
yang
Bentuk Usaha berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
Tetap berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka
jangka waktu
waktu 1212 bulan.
bulan.

Bentuk-Bentuk
Bentuk-Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap :: Badan
Badan yang
yang
tidak
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia
Indonesia untuk
untuk menjalankan
menjalankan usaha
usaha atau
atau
melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan di
di Indonesia.
Indonesia.

Subjek Bentuk Usaha Tetap (BUT) :


Subjek dan
Objek Bentuk Subjek Pajak Luar Negeri
Usaha Tetap Wajib Pajak luar negeri Wajib Pajak luar
Bentuk Usaha
Tetap (BUT) negeri

Objek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap :

Penentuan Laba Penghasilan dari usaha


Bentuk Usaha Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan.
Tetap (BUT)
Penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26
yang diterima atau diperoleh kantor pusat

Biaya
Biaya administrasi
administrasi kantor
kantor pusat
pusat yang
yang
diperbolehkan
diperbolehkan dibebankan.
dibebankan.
Penghasilan BUT
Pembayaran
Pembayaran oleh
oleh BUT
BUT kepada
kepada kantor
kantor pusat
pusat yang
yang
yang Ditanamkan
Kembali di tidak
tidak diperbolehkan
diperbolehkan ::
Indonesia Royalti
Royalti
Imbalan
Imbalan
Bunga
Bunga

Perlakuan Kena Pajak sesudah dikurangi


pajak penghasilan dari suatu Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia, akan dikenakan
PPh pasal 26 sebesar 20% (bersifat final),
3
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia.
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN BENTUK USAHA TETAP (BUT) DAN BENTUK-BENTUK USAHA


TETAP

1. PENGERTIAN BENTUK USAHA TETAP (BUT)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Sesuai Pasal 2 Ayat 5 UU Nomor 17
Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua UU Nomor: 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan (selanjutnya disebut UU PPh), BUT diartikan sebagai bentuk usaha
yang dipergunakan oleh subyek pajak luar negeri (non resident taxpayer) baik
orang pribadi (nature person) atau badan (legal person) untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia. Menurut OECD Model, yang dimaksud
BUT adalah: suatu tempat usaha tetap yang digunakan perusahaan untuk
menjalankan seluruh atau sebagian besar usahanya.
Pengertian tersebut mengandung beberapa karakteristik yang mewarnai
suatu BUT perusahaan asing di Indonesia yaitu:
(i) adanya tempat usaha berupa prasarana
(ii) tempat usaha ini harus bersifat tetap
(iii) kegiatan usaha perusahaan dilakukan melalui tempat usaha tersebut, dan
(iv) sifatnya harus produktif, dimana BUT tersebut harus ikut andil dalam
meberikan laba usaha bagi perusahaannya (kantor pusatnya).
Sesuai Tax Treaty Model OECD, pengecualian timbulnya BUT yaitu sebagai
berikut:
 Apabila perusahaan dari suatu negara treaty partner menjalankan kegiatan-
kegiatan yang terbatas di Indonesia yang cakupan kegiatankegiatannya adalah

4
sebagai berikut: 1. Penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dimaksudkan
untuk menyimpan, memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik
perusahaan;
2. Pengurusan persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan
semata-mata dimaksudkan untuk disimpan, dipamerkan atau diolah lebih lanjut
oleh perusahaan lain;
3. Pengurusan tempat usaha tetap semata-mata dimaksudkan untuk pembelian
barang-barang atau barang dagangan, mengumpulkan informasi bagi keperluan
perusahaan, untuk tujuan periklanan, memberikan informasi atau untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan ataupun penunjang bagi
perusahaan.
 Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya melalui agen yang bertindak
bebas (independent agent). Agen independen adalah agen yang menjalankan
usahanya secara bebas tanpa instruksi dari perusahaan diluar negeri (non resident
taxpayer) misalnya makelar, komisioner umum.
 Apabila suatu perusahaan yang berkedudukan di suatu negara treaty partner yang
menguasai atau dikuasai oleh perusahaan lain yang berkedudukan di negara treaty
partner lainnya ataupun menjalanka

2. BENTUK-BENTUK USAHA TETAP

Ada beberapa bentuk bentuk usaha tetap yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Tempat kedudukan manajemen


2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel

5
7. Gudang
8. Ruang untuk promosi dan penjualan
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam,
10. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
11. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung
resiko di Indonesia.
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.

1.2 SUBJEK DAN OBJEK BENTUK USAHA TETAP

1. SUBJEK BENTUK USAHA TETAP (BUT)

Dalam hal ini, Subjek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah
Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari:
(i) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia.
(ii) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

6
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
(iii) Subjek Pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi
Wajib Pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari
Indonesia atau menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari
Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.

Wajib Pajak luar negeri:


 Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di
Indonesia.
 Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto
 Tarif pajak yang dipergunakan adalah tidak sepadan (tarif UU PPh pasal 26)
 Tidak wajib menyampaikan SPT

Subjek Pajak Luar Negeri melalui BUT dimulai saat menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri tidak melalui BUT dimulai saat menerima
atau memperoleh penghasilan di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2. OBJEK PAJAK PENGHASILAN BENTUK USAHA TETAP

Yang menjadi objek pajak penghasilan BUT adalah:


1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau
dikuasai.Sebagai contoh, Communitel Ltd. yang bergerak dalam usaha penjulan satelit
komunikasi mempunyai cabang di Jakarta dengan nama Communitel Indonesia. Apabila
Communitel Indonesia memperoleh laba melalui usaha penjualan satelit komunikasi, maka atas
laba penjualan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan sebagai pajak atas penghasilan Wajib
Pajak BUT.

7
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di
Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia.
Sebagai contoh, New York Bank mempunyai cabang di Jakarta (New York Bank-Indonesia).
Apabila New York Bank memperoleh penghasilan berupa bunga atas pinjaman yang diberikan
tanpa melalui New York Bank-Indonesia, maka penghasilan bunga tersebut tetap dianggap
sebagai penghasilan BUT (New York Bank-Indonesia).
3. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud.
Sebagai contoh, Foodz Inc. membuat perjanjian dengan PT Lezzat untuk menggunakan
merek dagang Foodz Inc. Atas penggunaan hak tersebut Foodz Inc. menerima imbalan berupa
royalti dari PT Lezzat. Dalam rangka pemasaran produk, Foodz Inc. juga memberikan jasa
manajemen kepada PT Lezzat melalui Foodz-Indonesia (BUTnya di Indonesia). Dalam hal
demikian, penggunaan merek dagang oleh PT Lezzat mempunyai hubungan efektif dengan BUT
di Indonesia. Oleh karena itu, penghasilan Foodz Inc. yang berupa royalti diperlakukan sebagai
penghasilan BUT (Foodz-Indonesia)

1.3 PENENTUAN LABA BENTUK USAHA TETAP (BUT)

Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah biaya yang
berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan Direktur Jenderal
Pajak.
2. Pembayaran oleh BUT kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai
biaya adalah:
a. Royalti atau imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-
hak lainnya
b. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya
c. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan

8
Sebagai konsekuensinya, atas pembayaran seperti tersebut di atas, yang diterima atau
diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Objek Pajak, kecuali bunga yang
berkenaan dengan usaha perbankan.

1.4 PENGHASILAN BUT YANG DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA

Perlakuan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh pasal 26 sebesar 20% (bersifat final),
kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. Penanaman kembali
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi
Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri
2. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana
dimaksud pada huruf a , harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
akte pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut didirikan
3. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau paling lama tahun
pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut
4. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduksi
komersial.
Bentuk Usaha Tetap yang melakukan penanaman kembali, wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk penanaman yang dilakukan kepada
Dirjen Pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh tahun pajak diterima atau
diperolehnya penghasilan yang bersangkutan.

Contoh:

9
 Foodz-Indonesia yang merupakan bentuk usaha tetap mempunyai penghasilan kena
pajak dalam tahun 2009 sebesar Rp 1.000.000.000,00.
Perhitungan pajak atas BUT tersebut adalah sebagai berikut:
Penghasilan kena pajak Rp 1.000.000.000,00
PPh terutang:
28% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00
Penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi
dengan pajak penghasilan Rp 720.000.000,00

Atas penghasilan tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar:


20% x Rp 720.000.000,00 atau sama dengan Rp 144.000.000,00
Namun apabila atas penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi pajak penghasilan
tersebut (sebesar Rp 720.000.000,00) ditanamkan kembali di Indonesia, maka atas
penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Jadi tidak ada pemotongan pajak
penghasilan sebesar 20% atau sebesar Rp 144.000.000,00.

10
BAB II

KESIMPULAN

Bentuk Usaha Tetap (BUT) suatu usaha yang didirikan di negara Indonesia
dengan tujuan komersil dan memperoleh keuntungan, dengan jangka waktu kurang
dari 12 bulan, namun secara ekonomi tetap dianggap sebagai salah satu sumber
pemasukan negara dari penarikan setoran pajaknya. BUT tidak dapat menikmati tax
treaty Indonesia dengan negara Treaty Partner lainnya karena ia bukan penduduk
Indonesia, laba bersihnya juga berupa branch profit tax. dilihat dari Undang-Undang
Pajak Penghasilan merupakan wajib pajak Luar Negeri (WPLN). Dengan berlakunya
UU PPh dan keterkaitannya dengan pajak berganda akan menimbulkan keuntungan
dari segi penerimaan terhadap negara, Pajak berganda dalam BUT ini juga bertujuan
pada dimungkinkannya pertukaran informasi dan pencegahan penyelundupan pajak
antar dua negara yang terlibatdengan berlakunya ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
perpajakan dalam UU PPh terhadap BUT dan perusahaan yang merupakan penduduk
di negara mitra tersebut, selain didasari kepada ketentuan-ketentuan dalam UU PPh
juga didasari pada ketentuan pada perjanjian perpajakan yang berlaku di Indonesia.

11
REFERENSI

Buku Bab 4 PER- 31/PJ/2009

12

Anda mungkin juga menyukai