Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Piutang
Piutang adalah tuntutan (klaim) atau tagihan perusahaan terhadap pihak lain baik terhadap perorangan
maupun badan usaha.
2.2 Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang Usaha
Piutang usaha yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Dalam kegiatan normal perusahaaan, piutang usaha biasanya akan dilunasi dalam tempo kurang dari
satu tahun, sehingga piutang usaha dikelompokkan kedalam kelompok aset lancar.
Sebagai contoh, PT. Komputer Kita, yaitu distributor komputer yang berlokasu di Jakarta,
menjual produknya senilai Rp.175.000.000 kepada Toko Duta Niaga, Bandung. Pihak pembeli baru
membayar sebesar Rp.50.000.000 pada saat terjadinya transaski tersebut dan sisanya akan dilunasi
pada bulan berikutnya. Atas transaksi ini jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut.
Tgl Kas 50.000.000
Piutang Usaha 125.000.000
Penjualan 175.000.000
2. Piutang Bukan Usaha
Pitang bukan Usaha, yaitu piutang yang timbul bukan sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa
yang dihasilkan perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Persekot dalam kontrak pembelian
b. Klaim terhadap perusahaan angkutan atasa barang yang rusak atau hilang
c. Klaim terhadap perusahaan asuransi atasa kerugia yang dipertanggungjawabkan
d. Klaim terhadap karyawan perusahaan
e. Klaim terhadap restitusi pajak
f. Piutang dividen
g. Dan lain-lain
Dari contoh PT. Komputer Kita sebelumnya, perusahaan tersebut selama bulan April 2012
memberikan pinaman kepada beberapa karyawan sebesar Rp. 12.000.000 dan membayar sebesar Rp.
15.000.000 kepada PT. Transportindom, sebuah perusahaan angkutan barang, yaitu uang pesanan jasa
angkutan barang ke Bali untuk bulan Juli 2012. Untuk transaksi ini jurnal yang perlu dibbuat adalah
sebagai berikut:
Tgl Piutang karyawan 12.000.000
Piutang Jasa Angkutan 15.000.000
Kas 27.000.000

3.3 Pencatatan Piutang


Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuang yang berlaku di Indonesia, piutang dicatat dan diakui
sebesar jumlah bruto (nilai jatuh tempo) dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak akan diterima.
Itu berarti piutang harus dicatat sebesar jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih. Karena itu
berkaitan dengan pengelolaan piutang, perusahaan harus membuat suatu cadangan piutang tidak
tertagih yang merupakan taksiran jumlah piutang yang tidak akan dapat ditagih dalam periode
tersebut.
Sebagai contoh, piutang usaha PT. Mitra Usaha adala Rp 190.000.000, sedangkan cadangan
kerugian piutangnya adalah Rp 24.000.000. Jadi, dalam laporan posisi keuangan piutang tersebut
dicatat sebagai berikut:
- Piutang usaha ....................................... 190.000.000
- Cadangan kerugiann piutang ................ (24.000.000)
- Piutang bersih ....................................... 166.000.000
Dalam membuat cadangan kerugian piutang /piutang tidak tertagih, terdapat dua unsur utama yang
dapat digunakan, yaitu :
1. Jumlah Penjualan (Persentase tertentu dari penjualan), yang berarti cadangan kerugian piutang
didasarkan pada persentase tertentu dari salldo akun penjualan pada saat cadangan kerugian piutang
tersebut ditetapkan, atau didasarkan pada persentase tertentu dari taksiran jumlah penjualan kredit
selama periode bersangkutan. Selain didasarkan pada saldo akun penjualan kredit, penetapan
besarnya cadangan kerugian piutang juga dapat didasarkan pada persentase tertentu dari anggaran
penjualan atau didasarkan pada persentase tertentu dari anggaran penjualan kredit ditahun
bersangkutan.
2. Saldo Piutang :
a. Persentase tertentu dari saldo piutang, yang berarti cadangan kerugian piutag didasarkan pada saldo
akun piutang pada saat piutang tersebut ditetapkan atau didasarka pada taksiran penjualan kredit pada
periode bersangkutan.
b. Analisis umur piutang, yaitu metode pembuatan cadangan kerugiann piutang dimana cadangan pitang
yang yang tidak dapat ditagih dari suatu perusahaan didasarkan pada besarnya risiko atau
kemungkinan tidak tertagihnya suatu piutang. Dasar dari metode ini adalah pemikiran bahwa semakin
lama umur piutang, semakin besar kemungkinan terjadinya kemacetan proses penagihan piutang
tersebut.
Dari contoh perusahaan tersebut, pada akhir tahun 2012 akuntan PT. Mitra Usaha melaporkan saldo
beberapa akun sebagai berikut.
- Piutang usaha Rp 190.000.000
- Penjualan Rp 4.200.000.000
- Penjualan kredit Rp 2.400.000.000
Sedangkan dari buku pembantu diketahui bahwa saldo piutang terdiri dari piutang kepada bebrapa
pelanggan seperti terlihat pada tabel berikut ini. Dari buku pembantu tersebut juga diketahui tanggal
terjadinya transaksi penjualan kredit oleh para pelanggan, sehingga dapat diketahui umur dari setiap
piutang per 31 Desember 2012

Tanggal Transaksi Nama Pelanggan Jumlah


9/10/2012 Toko Semoga Jaya 42.000.000
25/10/2012 Toko Eka Jaya 19.000.000
11/11/2012 Toko Pesona Niaga 32.000.000
27/11/2012 Toko Duta Elektronik 21.000.000
4/12/2012 U.D. Suara Gembra 29.000.000
18/12/2012 Toko Merah Putih 25.000.000
22/12/2012 U.D. Damai 22.000.000
190.000.000

Dari pengalaman selama beberapa tahun terakhir, manajemen PT. Mitra Usaha menyimpulkan bahwa
semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan tertagihnya. Kemungkinan tidak tertagihnya
sebesar 1% untuk umur piutang 1 s/d 15 hari; 3% untuk umur 16 s/d 30 hari; 5 % untuk umur 31 s/d
45 hari; 10 % untuk umur 46 s/d 60 hari; dan 20% untuk yang berumur lebih dari 61 hari.
Berdasarkan data tersebut, jika pada awal tahun 2013 PT. Mitra Usaha menetapkan cadangan
kerugian piutang, maka akan menghasilkan jurnal berikut jika penetapan cadangan itu:
a. Berdasarkan 1% dari total penjualan kredit. Jadi, jumlah piutang tak tertagih PT. Mitra Usaha untuk
tahun 2013 adalah 1% x Rp2.400.000.000 = Rp24.000.000, dan jurnal yang perlu dibuat untuk itu
adalah sebagai berikut:
Tanggal Beban Kerugian Piutang 24.000.000
Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000
b. Berdasarkan 10% dari total piutang usaha. Jadi, jumlah piutang cadangan piutang tak tertagih adalah
10% x Rp190.000.000 = Rp19.000.000, dan jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Beban Kerugian Piutang 19.000.000
Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000
c. Berdasarkan analisis umur piutang. Jadi jumlah cadangan kerugian piutang PT. Mitra Usaha harus
didasarkan pada risiko tidak tertagihnya piutang perusahaan akibat berlalunya waktu. Dari
pengalaman perusahaan, maka piutang PT. Mitra Usaha harus dikelompokan ke dalam 5 kelompok
risiko, yaitu kelompok risiko 1%, kelompok risiko 3%, kelompok risiko 10%, dan kelompok risiko
20%. Dari data perusahaan tersebut, maka piutang PT. Mitra Usaha pada tanggal 31 Desember 2012
yang berumur lebihh dari 61 hari adalah piutang kepada Toko Semoga Jaya dan Toko Eka Jaya karena
terjadi pada bulan Oktober 2012. Piutang yang berumur antara 46 hingga 60 hari adalah piutang
kepada Toko Pesona Niaga. Piutang yang berumur antara 31 hingga 45 hari adalah piutang kepada
Toko Elektrik karenaterjadi pada akhir bulan November 2012, dan piutang usaha yang berumur
hingga 30 hari adalah piutang kepada Toko Pesona Niaga. Sementara itu, piutang yang berumur 1
hingga 15 hari adalah piutang kepada Toko Merah Putih dan U.D. Damai.
Nama Pelanggan Umur Piutang

Toko Semoga Jaya 42 Juta


Toko Eka Jaya 19 Juta
Toko Pesona Niaga 32 Juta
Toko Duta Elektrik 21 Juta
U.D Suara Gembir 29.Juta
Toko Merah Putih 25 Juta
U.D Damai 22 Juta

Jumlah Piutang 47 Juta 29 Juta 21 Juta 32 Juta 61 Juta


Tingkat Risiko 1% 3% 5% 10% 20%
470.000 870.000 1.050.000 3.200.000 12.200.000

Jumlah rp
17.790.000
Setelah dikalikan dengan tingkat risiko kerugian dari setiap umur piutang, setiap kelompok tersebut
akan menghasilkan jumlah taksiran cadangan kerugian bagi setiap kelompok umur piutang, kemudian,
setiap kelompok cadangan cadangan kerugian piutang dijumlahkan sehingga menghasilkan jumlah
taksiran piutang yang tidak dapt ditagih pada periode bersangkutan. Dalam kasus perusahaan
sebelumnya, jumlah cadangan kerugian piutang yang ditetapkan adalah Rp.17.790.000. itu berarti
jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Beban Kerugian Piutang 17.790.000
Cadangan Kerugian Piutang 17.790.000

PENGHAPUSAN PIUTANG
Biasanya cadangan kerugian piutang ditetapkan pada awal periode akuntansi, dan cadangan kerugian
piutang merupakan suatu taksiran besarnya piutang yang tidak dapat ditagih pada suatu periode
akuntansi. Setalah periode tersebut berjalan, seringkali terdapat sejumlah piutang yang benar-benar
tidak dapat ditagih karena berbagai alasan. Piutang yang jelas-jelas tidak dapat ditagih karena debitor
nya lari, meninggal, bangkrut, atau sebab lain harus dihapus dari saldo piutang. Pengahapusan ini
merupakan kerugian karena pencatatannya tidak dibebankan ke akun kerugian piutang tetapi ke akun
cadangan kerugian piutang.
Untuk menghapus suatu piutang terdapat dua metode yang bisa digunakan, yaitu:
1. Metode cadangan kerugian ppiutang (seperti yang telah dibahas sebelumnya).
2. Metode penghapusan langsung, yaitu metode penghapusan piutang dengan cara menunggu sampai
diperoleh kepastian bahwa piutang tersebut benar-benar tidak dapat ditagih, tanpa perlu dibuat
estimasinya terlebih dahulu.
Misalkan dari contoh sebelumnya bahwa pada tanggal 1 Januari 2012 PT. Mitra Usaha telah
menetapkan cadangan kerugian piutang sebesar Rp 24.000.000. pada tanggal 15 April 2012, diperoleh
kepastian bahwa piutang kepada Toko Eka Jaya tidak dapat ditagih lagi karena toko tersebut bangkrut.
Manajemen PT. Mitra Usaha memutuskan bahwa piutang sebesar Rp.19.000.000 itu akan dihapuskan.
Jadi, jurnal yang perlu dibuat berkaitan dengan penghapusan piutang tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung
1/1/2012 Beban Kerugian Piutang 24.000.000 Tidak dijurnal
Cadangan Kerugian Piutang 24.000.000
15/4/2012 Cadangan Kerugian Piutang 19.000.000 Kerugian Piutang 19.000.000
Piutang 19.000.000 Piutang 19.000.000
Akibat penghapusan tersebut, piutang PT. Mitra Usaha akan berkurang sebesar Rp.19.000.000. Baik
dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan langsung, akibat yang ditimbulkan
terhadap saldo piutang bersihnya akan berbeda seperti terlihat dari catatan berikut ini:
Tanggal Metode Cadangan Metode Penghapusan langsung
1/1/2012
- Piutang 190.000.000 Piutang 190.000.000
- Cadangan kerugian (24.000.000)
- Piutang Bersih 166.000.000
- Piutang 171.000.000- Piutang 190.000.000
- Cadangan Kerugian (5.000.000)- Cadangan Kerugian (19.000.000)
- Piutang Bersih 166.000.000- Piutang Bersih 171.000.000

Ketika cadangan kerugian piutang ditetapkan sebesar Rp.24.00.000 pada tanggal 1 Januari 2012, saldo
piutang bersihh PT. Mitra Usaha akan menjadi sebesar Rp.166.000.000. Setelah terjadi penghapusan
piutang sebesar Rp.19.000.000, dibuatlah jurnal dengan mendebet akun cadangan kerugian piutang
sebesar Rp 19.000.000 dan mengkredit akun piutang sebesar Rp 19.000.000. Akibat dari jurnal
tersebut adalah saldo akun cadangan kerugian piutang akan berkurang sebesar Rp19.000.000 menjadi
Rp. 171.000.000. Sedangkan saldo akun cadangan kerugian piutang berkurang dengan jumlah yang
sama menjadi Rp.171.000.000. Akibatnya, saldo piutang bersih perusahaan tetap sebesar Rp
166.000.000, karena saldo piutang sebesar 171.000.000 dikurangi dengan saldo cadangan kerugian
piutang sebesar Rp.5.000.000.
Sementara itu, metode penghapusan langsung mengakibatkan saldo piutang berubah dari Rp
190.000.000 pada tanggal 1 Januari 2012 menjadi Rp.171.000.000 pada tanggal 15 April 2012 akibat
dikuranginya saldo piutang, yaitu dikuranginya saldo piutang, yaitu dikreditnya akun piutang sebesar
Rp 19.000.000.
PENGGUNAAN PIUTANG UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KAS
Seringkali perusahaan membutuhkan uang yang jumlahnya melebihi jumlah kas yang tersedia.
Kebutuhan kas ini dapat dipenuhi dengan piutang. Terdapat dua cara penggunaan piutang untuk
memenuhi kas segera, yaitu:
1. Piutang Dipakai sebagai jaminan
Perusahaan yang memerlukan kas dengan segera dapat meminjam uang ke bank atau lembaga
keuangan lainnya dengan jaminan berbentuk piutang usaha. Hasil tagihan dari pelanggan biasanya
dipakai untuk melunasi utang. Jika terjadi pelanggan yang tidak dapt ditagih, makan menjadi tanggung
jawab peminjam (perusahaan yang menjamin piutang) untuk mengganti jaminannya dengan piutang
lainnya.
Sebagai contoh, PT. Nusa Penida memiliki piutang kepada bebrapa pelanggannya sebesar Rp.
400.000.000. Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan meminjam dana pada Bank Pembangunan
Nusantara sebesar Rp. 250.000.000 dengan jaminan piutangnya tersebut. Bunga pinjaman yang
dikenakan adalah 24 % per tahun dengnan jangka waktu pengembalian maksimal 6 bulan. Semua
pelanggan PT. Nusa Penida tidak mengetahui penjaminan piutang tersebut dan semua aktivitas
tersebut dan semua aktivitas penagihan dilakukan PT. Nusa Penida. Pada tanggal 1 Agustus 2012,
PT. Nusa penida mengih piutangnya kepada salah pelanggannya sebesar Rp. 175.000.000 dan
langsung dibayarkan kepada Bank Pembangunan Nusantara serta bungan selama 4 bulan ( 4 x 2% x
Rp. 250.000.000). Pada tanggal 1 september 2012, PT. Nusa Penida menagih kembali piutangnya
kepada slah satu pelanggannya sebesar Rp. 100.000.000, dan PT. Nusa Penida langsung membanyar
serta melunasi utangnya kepada Bank Pembangunan Nusantara beserta bunga selama 1 bulan (2% x
Rp. 75.000.000). Dari transaksi penjaminan piutang dan pelunasan utang ini, jurnal yang perlu dibuat
adalah :

1/4/2012 Kas 250.000.000


Utang Bank 250.000.000
Piutang usaha yg dijaminkan 400.000.000
Piutang usaha 400.000.000

1/4/2012 Kas 175.000.000


Piutang Usaha yg dijminkan 175.000.000
Utang Bank 175.000.000
Beban bunga 20.000.000
Kas 195.000.000

1/9/2012 Kas 100.000.000


Piutang usaha yg dijaminkan 100.000.000
Utang Bank 75.000.000
Beban Bunga 1.500.000
Kas 76.500.000
Piutang usaha 125.000.000
Piutang usaha yang dijaminkan 125.000.000

2. Menjual Piutang (Anjak Piutang/ Factoring)


Kebutuhan uang dapat segera dapat dipenuhi dengan menjual piutang usaha ke bank atau
lembagai kredit atau ke perusahaan anjak piutang. Semua kemungkinan dan risiko yang timbul
berkaitan dengan piutang tersebut menjadi tanggung jawab pihak perusahaan yang membelinya.
Sebagai contoh, Kerena membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat, PT. Roda Niaga menjual piutang senilai
Rp. 500.000.000. Syarat pembayaran yang diterapkan perusahaan adalah 2/10, n/30. Cadangan
kerugia yang sudah dibentuk sebesar Rp. 20.000.000. piutang seharga Rp.450.000.000. setelah diteliti,
piutang yang masih dalam masa potongan adalah Rp. 400.00.000.
Jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:

Kas 450.000.0000
Potongan penjualan 8.000.000
CKP 20.000.000
Kerugian anjak piutang 22.000.0000
Piutang usaha 500.000.000

3. Mendiskontokan Wesel
Kebutuhan segera juga dapat dipenuhi dengan meminjam uang ke bank atau lembaga lain dengan
jaminan (mendiskontokan)wesel tagih (janji tertulis tidak bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk
membayar sejumlah uang dimasa mendatanng). Jika pada saat wesel jatuh tempo dan pihak penerbit
wesel tidak melunasi kewajibannya, maka pihak yang mendiskontokan wesel bertanggung jwab
terhadao pelunasan kewajibannya kepada pihak kreditor.

Sebagai contoh, PT. Kunci Mas memiliki wesel tagih bernilai nominal Rp.400.000.000. Wesel tagih bertanggal
1 April 2012 tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2012. Pada tanggal 21 April 2012, Kunci Mas
mendiskontokan wesel tagih tersebut dengan tingkat diskonto 15 %. Maka hal-hal Yang perlu dilakukan
adalah menghitung hari diskonto.
- April = tanggal 21 s/d 30 = 10 hari
- Mei = tanggal 1 s/d 31 = 31 hari
- Juni = tanggal 1 s/d 30 = 30 hari
- Juli (tanggal jatuh tempo) = 1 hari
- Jumlah diskonto = 72 hari
Jika wesel tersebut tidak berbunga, maka jumlah uang yang diterima PT. Kunci Mas adalah nilai
nominal wesel dikurangi dengan diskontonya, yaitu:
- Nominal wesel = Rp 400.000.000
- Diskonto = Rp (12.000.000)
- Uang yang diterima = Rp 388.000.000
Jadi, jurnal yang dibuat untuk transaksi pendiskontoan wesel tersebut adalah sebagai berikut :
Tanggal Kas 388.000.000
Beban bunga 12.000.000
Wesel tagih 400.000.000
Jika wesel tersebut berbunga, 24% per tahun, maka jumlah uang yang diterima oleh PT. Kunci Mas
adalah:
- Nominal wesel = 400.000.000
- Bunga wesel= 400.000.000 x12% x 3/12 = 24.000.000
- Nilai jatuh tempo = 424.000.000
- Diskonto =400.000.000 x15%x 72/360 =(12.000.000)
- Jumlah uang yang diterima = 412.000.000

Jadi, jurnal yang dibuat untuk transaksi pendiskontoan wesel tersebut adalah sebagai berikut :
Kas 412.000.000
Wesel tagih 400.000.000
Pendapatan bunga 12.000.000
Metode – metode yang ada dalam piutang :

 Metode Langsung
Metode penghapusan piutang langsung disebut juga direct method. Dalam metode langsung, penghapusan
piutang baru akan dicatat dalam pembukuan ketika piutang sudah benar-benar dinyatakan tidak dapat ditagih
lagi. Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan kecil atau perusahaan yang tidak dapat memperkirakan
penghapusan piutang atau piutang tak tertagih dengan tepat.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya tidak melakukan perhitungan akan kerugian piutang tak tertagih pada
tiap akhir periode pembukuan atau pencatatan keuangan. Namun kerugian piutang tersebut baru dicatat ketika
sudah benar-benar pasti tidak dapat ditagih.
 Metode Cadangan
Metode penghapusan piutang cadangan disebut juga allowance method. Dalam metode cadangan, perusahaan
perlu melakukan penaksiran terhadap piutang tak tertagih pada tiap akhir periode pembukuan. Metode ini
biasanya digunakan oleh perusahaan yang memiliki skala besar yang terbiasa mencatat perkiraan atau estimasi
piutang yang tak dapat ditagih.

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah:

1. Jurnal Penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
2. Jurnal Retur Penjualan, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi
retur penjualan.
3. Jurnal Penerimaan Kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi
penerimaan kas dari debitur.
4. Kartu Piutang, catatan akuntansi ini digunakan untu mencatat mutasi dan saldo piutang kepada debitur.

Tugas fungsi akuntansi dalam hubungannya dengan pencatatan piutang adalah:

1. Menyelenggarakan catatan piutang kepada setiap debitur, yang dapat berupa kartu piutang yang merupakan
buku pembantu piutang, yang digunakan untuk merinci rekening kontro piutang dalam buku besar, atau berupa
arsip faktur terbuka (open invoice file), yang berfungsi sebagai buku pembantu piutang.
2. Menghasilkan pernyataan piutang (account receivable statement) secara periodik dengan mengirimkannya
kesetiap debitur.
3. Menyelenggarakan catatan riwayat krredit setiap debitur untuk memudahkan penyediaan data guna
memutuskan pemberian kredit kepada pelanggan dan guna mengikuti data penagihan dari setiap debitur.

Macam-macam piutang ada 2 diantaranya :

 Piutang usaha
Yaitu tagihan yang timbul dari kegiatan penjualan usaha utama perusahaan.
 b. Piutang lain-lain
Yaitu tagihan yang timbul selain dari piutang usaha, diantaranya piutang bunga, piutang dividen, uang muka
perusahaan cabang/anak.

Penilaian Piutang

Menurut Budi Prijanto, SE., MMSI, penilaian piutang yang akan disajikan dalam laporan keuangan
meliputi :

1. Pengakuan piutang mula-mula


2. Taksiran jumlah kerugian piutang
3. Piutang yang tidak sepenuhnya dikuasai perusahaan atau piutang yang digunakan untuk mencarai dana.

Kita bahas satu-satu


1. Pengakuan piutang mula-mula; ada tiga cara untuk mengakui piutang yaitu :a. Metode kotor, mengakui jumlah
piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila debitur ternyata
mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan.
b. Metode bersih; mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata debitur
tidak memanfaatkan potongan, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas piutang.
Kelebihan ini diakui sebagai penghasil lain-lain/diluar operasi.
c. Metode cadangan; mengakui jumlah piutang sebesar jumlah sebelum dikurangi potongan, tapi penjualan
diakui sebesar setelah dikurangi potongan. Selisihnya dicatat sebagai “cadangan potongan penjualan”.

Contoh :

1. Pada tanggal 5 April 2010 PT. Liesti menjual barang dagang dengan syarat (termin) 2/10-
n/30 dengan harga Rp 10 juta.
2. Pada tanggal 14 April 2010 diterima pelunasan piutang dari penjualan barang dagang
tanggal 5 April 2010.
Penyelesaian :

2. Taksiran Jumlah Kerugian PiutangPiutang yang disajikan dalam Laporan Keuangan merupakan piutang bersih
yang diperkirakan bisa direalisasi atauu bisa ditagih (Net Realizable Value). Oleh karena itu harus ada prediksi
terhadap jumlah piutang yang tidak tertagih. Dan piutang yang tidak bisa tertagih itu diakui sebagai kerugian
piutang.
Untuk menentukan besarnya piutang yang wajar perlu dibentuk cadangan penghapusan piutang (allowance for
bad Debt).

Menurut Budi Prijanto, SE., MMSI, ada 3 cara menaksir besarnya cadangan penghapusan
piutang yaitu :

→ Menggunakan analisis umur piutang (aging Schedule)


PT. Liesti pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai data tentang piutang sbb :

→ Taksiran dari saldo akhir piutang di Neraca


Contoh : Dari data piutang PT. Liesti diatas bahwa piutang debitur A sebesar Rp 2 juta,
ditaksir 5% tak tertagih, maka cadangan kerugian piutang adalah sebesar 5% x Rp 2 juta =
Rp 100.000.

→ Taksiran dari jumlah penjualan kredit selama satu periode.


Contoh : PT. Liesti menjual barang selama satu tahun sebesar Rp 100.000.000, terdiri dari
penjualan tunai Rp 40.000.000 dan sisanya kredit. Misalnya cadangan piutang ditetapkan 2%
maka cadangan kerugian piutangnya adalah = 2% x (Rp 100juta – 40juta) = Rp 1.200.000

Pengakuan dan pencatatan kerugian piutang

1. Metode Langsung (Direct Write Off), kerugian piutang diakui dan dicatat ketika debitur sudah
tidak mungkin lagi membayar utangnya.

Misal Debitur A tidak bisa membayar utangnya sebesar Rp 2juta maka jurnalnya adalah :
Kerugian Piutang Rp 2 juta
Piutang Debitur A Rp 2 juta

Apabila Debitur A menyatakan membayar kembali utangnya maka :


→ Apabila pernyataan itu disampaikan dalam tahun yang sama dengan dilakukannya penghapusn
piutang maka dilakukan jurnal pembatalan (di-revers). Tinggal membalik jurnal diatas.
→ Apabila pernyataan disampaikan dalam tahun sesudahnya dilakukan penghapusan piutang maka,
jurnalnya
Piutang Debitur A Rp 2 juta
Laba Piutang tak tertagih Rp 2 juta

2. Metode Cadangan (Allowance for Uncollectible Method), menentukan kerugian putang pada
tanggal laporan keuangan dengan memperkirakan jumlah tertentu yang tidak bisa ditagih.

3. Misal Debitur A mencadangkan kerugian piutang sebesar Rp 2juta maka jurnalnya


Jurnalnya adalah :
→ Pada Waktu ditentukannya cadangan kerugian piutang :
Kerugian Piutang Rp 2juta
Cadangan kerugian piutang Rp 2juta
→ Apabila timbul piutang tak tertagih
Cadangan Kerugian Piutang Rp 2 juta
Piutang Rp 2juta
→ Apabila piutang debitur telah dihapus membayar kembali
Piutang Debitur A Rp 2 juta
Cadangan kerugian piutang Rp 2juta

Bagi perusahaan yang senang melakukan spekulasi, maka piutangyang belum jatuh tempo atau
belum dibayar oleh penerima jasa atau pembeli produk perusahaan, maka biasanya perusaan
melakukan hal-hal sebagai berikut

1. Menjaminkan piutang (assignment)


2. Menjual piutang (factoring)
3. Menggadaikan piutang (pledging)

Kita bahas satu demi satu penjelasan diatas.

1. Menjaminkan Piutang (Assignment)


Perlu kita pahami istilah – istilah dalam hal ini. Kalau belum mengetahui arti bahasa secara umum bisa dilihat
di kamus akuntansi.
Bagi perusahaan yang melakukan penjaminan piutang dinamakan Assignment sedangkan Penjamin piutang
dinamakan assignor misalnya bank.
Dalam hal ini perusahaan akan menjaminkan piutang kepada bank yang bertugas sebagai penjamin dan
perusahaan (assignment) akan mengangsur kepada assignor apabila piutang sudah tertagih, meliputi pokok
pinjaman, biaya pinjaman, dan biaya bungan.Piutang yang sudah dijaminkan akan mengurangi jumlah aktiva
lancar (modal kerja) didalam Neraca. Piutang yang dijaminkan harus dicantumkan secara jelas untuk
menunjukkan terbatasnya penguasaan perusaan atas piutang tersebut.
Contoh :
Pada tanggal 5 April 2011 PT. LIES menjaminkan piutang sebesar Rp 5.000.000 dengan memperoleh pinjaman
bank “EMAK” sebesar Rp 4.000.000 bungan 10% per tahun dari saldo akhir tahun utang berjalan, beban biaya
Rp 300.000.
Jurnal :
5 April Kas Rp 3.700.000*
Biaya Pinjaman Rp 300.000
Utang atas jaminan piutang Rp 4.000.000
(4.000.000 – 300.000)
(jurnal pada saat menerima dana dari bank atas menjaminkan piutang)
Piutang dijaminkan Rp 5.000.000
Piutang Rp 5.000.000
(jurnal mengakui piutang dijaminkan dengan mengurangi piutang pada Neraca)
Pada tanggal 5 Mei 2011, piutang dibayar ke perusahaan sebesar Rp 1.000.000 dan perusahaan
membayarkannya ke bank ditambah bunga.
Jurnalnya :
5 Mei Kas Rp 1.000.000
Piutang dijaminkan Rp 1.000.000
(jurnal pada saat menerima pembayaran piutang dari buyer)
5 Mei Utang atas jaminan piutang Rp 1.000.000
Biaya Bunga Rp 33.333,33
Kas Rp 1.033.333,33
(jurnal ketika perusahaan membayarkan dana yang sudah tertagih kepad bank dengan disertai bunga bank yang
sudah disepakati).
Biaya bunga = 4.000.000 x (10%/12) = Rp 33.333,33
Ingat bahwa bunga didasarkan pada saldo piutang akhir yang dijaminkan ke bank.
Penyajian dalam neraca adalah :
Aktiva Lancar :
Piutang Rp xxxx
Piutang dijaminkan Rp 5.000.000
Piutang atas jaminan Rp 4.000.000
Rp 1.000.000 +
Rp xxx.xxx
Apabila utang atas jaminan dilunasi sebelum debitur melunasi piutangnya maka akun piutang yang dijaminkan
dibatalkan.
Piutang Rp xxxx
Piutang dijaminkan Rp xxxx
2. Penjualan Piutang (Factoring)
Apabila perusahaan menjual piutang untuk mendapatkan dana, maka hak tagih berpindah tangan kepada
kreditor sebagai penerima jaminan piutang dari perusahaan.
Dalam hal ini piutang yang diakui sebesar piutang bersih yang sudah dikurangi dengan potongan dan cadangan
retur atas barang yang rusak maupun yang dikembalikan karena tidak sesuai dengan pesanan dan cadangan
penghapusan piutang (tidak tertagihnya piutang). Dalam hal ini pembeli piutang erusahaan akan membayar
sebagian saja. Dan rekening piutang didalam neraca dihapus.
Contoh :
Pada tanggal 5 April 2011 PT. LIES menjual piutang sebesar Rp 5.000.000 kepada bank “EMAK” , dan bank
EMAK membayar sebesar Rp 4.000.000 discont 5%, sedangkan Rp 1.000.000 (5juta-4juta) ditentukan sebagai
cadangan kemungkinan retur dan penghapusan piutang).
Jurnalnya :
5 April 2011 Kas (4 juta – 200.000) Rp 3.800.000
Biaya Penjualan Piutang (4 juta x 5%) Rp 200.000
Piutang pada bank EMAK Rp 1.000.000
Piutang Rp 5.000.000
(jurnal pada saat menerima dana dari Bank Emak disertai biaya-biaya yang timbul).
Apabila timbul pengembalian barang oleh debitur sebesar Rp 200.000 dan penghapusan piutang karena tidak
tertagih Rp 100.000 maka jurnalnya adalah :
Retur Penjualan Rp 200.000
Cadangan kerugian piutang Rp 100.000
Piutang pada bank EMAK Rp 300.000
Apabila seluruh piutang yang ditagih oleh bank EMAK sudah lunas maka sisanya menjadi hak perusahaan.
(Rp 5.000.000 – (200.000 + 100.000 + 4.000.000) = Rp 700.000
Jurnalnya adalah :
Piutang/kas Rp 700.000
Piutang pada bank EMAK Rp 700.000
3. Menggadaikan Piutang (Pledging)
Untuk penggadaian piutang (pledging), piutang tetap dicantumkan sebagai aktiva lancar seluruhnya hanya
diberi catatan masalah penggadaiannya. Pada prinsipnya sama seperti piutang usaha (utang biasa, utang bank
dsb).

Kadang piutang tidak dapat ditagih keseluruhan, hal ini menimbulkan kerugian. Jika jumlah piutang yang tidak dapat
ditagih relatif kecil, perusahaan tidak perlu membentuk cadangan / penyisihan. Tapi jika jumlah piutang yang tidak
dapat ditagih jumlahnya cukup besar dan berisiko maka sebaiknya perusahaan membentuk cadangan.

Metode penghapusan piutang yaitu :


a. Metode penghapusan langsung ( direct write off method )
Ketika dalam satu tahun buku ada piutang tidak tertagih maka pada akhir tahun dilakukan penghapusan dengan jurnal :

Biaya piutang tidak tertagih 5.000.000


Piutang Usaha 5.000.000

b. Metode penyisihan / cadangan ( allowance method )


Dengan metode ini, piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dicatat dengan jurnal. Contoh, piutang usaha Rp
20.000.000,- diperkirakan 2% tidak dapat ditagih. Maka jurnal untuk penyisihan piutang tidak tertagih adalah :

Biaya piutang tidak tertagih 400.000


Penyisihan piutang tidak tertagih 400.000
( 20.000.000 x 2% = 400.000 )
Akuntansi piutang dagang

Pengakuan. Kerangka konseptual pelaporan keuangan menjelaskan istilah pengakuan


(recognition) adalah proses dimasukkannya suatu item (transaksi atau kejadian) ke dalam laporan
posisi keuangan (neraca) atau laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain. Secara teknis,
pengakuan bisa diartikan sebagai menjurnal atau merekam data transaksi pertama kali ke dalam
sistem akuntansi sehingga mempengaruhi saldo-saldo akun buku besar umum.

Contoh pengakuan. Pada tanggal 1 Juli 2017, PT Jatmika menjual persediaan barang dagang secara
kredit kepada PT Permai dengan harga Rp1.000.000, syarat faktur 2/10, n/30. Pengaruh transaksi
tersebut terhadap posisi keuangan dan laba-rugi PT Jatmika bisa ditunjukkan dengan format ayat
jurnal umum sebagai berikut.

Agar fokus pada tujuan ilustrasi, debit dan kredit ke akun beban pokok penjualan dan persediaan
diabaikan. Dari ayat jurnal umum di atas terlihat bahwa transaksi penjualan kredit mempengaruhi
aset berupa Piutang Usaha dan penghasilan berupa Penjualan.

Contoh retur penjualan. Pada tanggal 5 Juli 2017, PT Permai meretur barang dagangan seharga
Rp100.000 kepada PT Jatmika. Pengaruh transaksi tersebut terhadap posisi keuangan dan laba-rugi
PT Jatmika bisa ditunjukkan dengan format ayat jurnal umum sebagai berikut.

Retur barang dagangan mengakibatkan piutang dagang dan pendapatan berkurang.

Contoh pencatatan penerimaan kas dari piutang. Pada tanggal 11 Juli 2017, PT Jatmika
menerima pembayaran dari PT Permai. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi pelunasan tersebut
adalah sebagai berikut.
Pengukuran setelah pengakuan awal (penilaian). Pada akhir periode pelaporan, piutang usaha
dilaporkan sebagai aset pada laporan posisi keuangan (neraca). PSAK 55/IAS 39 secara umum
menyarankan agar piutang dan pinjaman yang diberikan diukur dengan biaya diamortisasi
(amortized cost). Akan tetapi, praktik yang lazim mengabaikan faktor nilai waktu uang dengan
alasan materialitas, sehingga piutang usaha biasa dilaporkan dengan jumlah yang diharapkan dapat
ditagih/diterima pembayarannya atau direalisasi oleh perusahaan, dikenal dengan istilah nilai
realisasi neto (net realizable value).

Penjualan kredit juga mengakibatkan timbulnya risiko piutang tak tertagih. Penilaian piutang bisa
menyulitkan karena piutang yang tidak tertagih belum diketahui pada tanggal pelaporan, sehingga
mengharuskan dilakukannya estimasi.

Perlakuan piutang tak tertagih bisa dilakukan dengan salah satu dari dua metode berikut:

1. Metode penghapusan langsung. Metode penghapusan langsung secara teoretis lemah dengan alasan:
o Tidak mempertemukan beban dengan pendapatan/penghasilan.
o Piutang tidak dilaporkan dengan nilai realisasi neto.
o Tidak diterima dalam praktik pelaporan keuangan (tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan).
2. Metode cadangan. Metode cadangan melibatkan estimasi kerugian piutang.
o Lebih baik dalam hal mempertemukan beban dengan pendapatan/penghasilan.
o Piutang dinyatakan dengan nilai realisasi neto.
o Sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Contoh penerapan metode penghapusan langsung. Dengan metode penghapusan langsung,


kerugian piutang (beban) diakui pada saat akun pelanggan ditetapkan sebagai akun tak tertagih.
Sebagai contoh, pada tanggal 12 Desember 2017 PT Wardani menghapus saldo akun Mas Djarot
sejumlah Rp200.000 yang dianggap tak tertagih. Pengaruh kejadian tersebut terhadap posisi
keuangan dan laba-rugi PT Wardani ditunjukkan dengan ayat jurnal umum berikut:

Metode cadangan. Penerapan metode cadangan dilakukan dengan prosedur berikut:

1. Akun-akun pelanggan yang tidak dapat tertagih (uncollectible) diestimasi.


2. Estimasi piutang tak tertagih dicatat sebagai berikut:

3. Penghapusan saldo akun dicatat sebagai berikut:


Contoh penerapan metode cadangan. Pada tahun 2017, penjualan kredit PT Hamidah mencapai
Rp1.200.000.000. Dari angka tersebut, sejumlah Rp200.000.000 belum tertagih hingga 31
Desember. Manajer kredit PT Hamidah mengestimasi Rp12.000.000 dari penjualan sejumlah
Rp200.000.000 yang belum tertagih tersebut tidak akan tertagih. Ayat jurnal penyesuaian untuk
mengakui estimasi tersebut adalah sebagai berikut:

Setelah pengakuan beban dan cadangan tersebut, bagian aset lancar laporan posisi keuangan PT
Hamidah per 31 Desember 2017 akan tersaji sebagai berikut (dalam ribuan):

Pada saat penghapusan. Pada tanggal 1 Maret 2018, manajer kredit PT Hamidah menyetujui
penghapusan saldo akun piutang atas nama Raden Ayu Widya sebesar Rp500.000. Persetujuan
tersebut memiliki pengaruh secara keuangan sebagaimana ditunjukkan dengan ayat jurnal umum

berikut:

Ayat jurnal di atas menunjukkan bahwa penghapusan piutang hanya mempengaruhi akun-akun
laporan posisi keuangan (neraca). Piutang usaha menjadi bersaldo Rp199.500.000 [Rp1.200.000.000
– Rp500.000], sedangkan Cadangan Piutang Tak Tertagih menjadi bersaldo Rp11.500.000
[Rp12.000.000 – Rp500.000].

Nilai realisasi neto sebelum penghapusan adalah sebesar Rp188.000.000 [Rp200.000.000 –


Rp12.000.000]. Jumlah tersebut tetap sama setelah penghapusan, yaitu Rp188.000.000
[Rp199.500.000 – Rp11.500.000].
Pada saat pemulihan. Pada tanggal 1 Juli 2018, Raden Ayu Widya membayar sejumlah Rp500.000
yang sebelumnya telah dianggap sebagai akun tak tertagih oleh PT Hamidah. Pemulihan akun
piutang yang sebelumnya dianggap tak tertagih berdampak sebaliknya dari saat penghapusan.

Penerimaan kas dari Raden


Ayu Widya direkam dalam sistem akuntansi PT Hamidah sebagai berikut:

Metode cadangan bisa diterapkan dengan menggunakan dasar persentase penjualan atau persentase
piutang. Dasar persentase penjualan menekankan keterkaitan antara penghasilan dan beban dalam
rangka penghitungan laba-rugi. Sebaliknya, dasar persentase piutang menekankan keterkaitan antara
piutang dengan cadangan piutang tak tertagih dalam rangka penentuan nilai realisasi neto.

Anda mungkin juga menyukai