Anda di halaman 1dari 7

Nama : SITI LESTARI

NIM : 1805110716
Kelas : PE-AKT4
Prodi : Pendidikan Ekonomi
Akuntansi Keuangan Menengah II

BAB 17
INVESTASI

AKUNTANSI ASET KEUANGAN


Aset Keuangan (financial asset) adalah kas, investasi ekuitas dari perusahaan lain
(misalnya, saham biasa atau saham preferen), atau hak kontraktual untuk menerima kas dari
pihak lain (misalnya pinjaman, piutang, dan obligasi).
Beberapa penggunaan laporan keuangan mendukung pengukuran tunggal nilai wajar untuk
semua aset keuangan. Mereka melihat nilai wajar menjadi lebih relevan daripada pengukuran
lainnya dalam membantu investor menilai dampak dari peristiwa ekonomi terkini terhadap
arus kas masa depan aset tersebut. Mereka percaya bahwa informasi berbasis biaya (disebut
biaya perolehan diamortisasi) memberikan informasi yang paling relevan untuk memprediksi
arus kas masa depan dalam kasus ini. Lainnya menyatakan perhatian lebih bahwa
menggunakan informasi nilai wajar untuk mengukur aset keuangan tidak dapat diandalkan
ketika pasar untuk investasi tidak berfungsi dengan cara biasa.
IASB mencatat bahwa nilai wajar dan pendekatan berbasis biaya dapat memberikan
informasi yang berguna bagi pembaca laporan keuangan untuk aset keuangan jenis tertentu
dalam keadaan tertentu. Akibatnya, IASB mewajibkan perusahaan mengklasifikasikan aset
keuangan dalam dua kategori-biaya perolehan diamortisasi dan nilai wajar-tergantung pada
keadaannya.

Dasar Pengakuan-Melihat Lebih Dekat


Secara umum, IFRS mengharuskan perusahaan menentukan bagaimana mengukur aset
keuangan berdasarkan dua kriteria :
 Model bisnis perusahaan untuk mengelola aset keuangan, dan
 Karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan.

Jika perusahaan memiliki model (1) model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset
dalam rangka untuk mengumpulkan arus kas kontraktual dan (2) persyaratan kontraktual dari
aset keuangan yang memberikan tanggal tertentu untuk arus kas yang semata-mata
merupakan pembayaran pokok dan bunga atas jumlah pokok pinjaman, maka perusahaan
harus menggunakan biaya perolehan diamortisasi.
Investasi ekuitas pada umumnya dicatat dan dilaporkan pada nilai wajar. Investasi ekuitas
tidak memiliki bunga tetap atau daftar pembayaran pokok sehingga tidak dapat dicatat pada
biaya perolehan diamortisasi. Singkatnya, perusahaan mencatat investasi berdasarkan jenis
efek.

BAGIAN 1. INVESTASI UANG


Investasi utang (debt investments) ditandai dengan pembayaran kontraktual pada tanggal
tertentu dari pokok dan bunga atas jumlah pokok terutang. Perusahaan mengukur investasi
utang pada biaya perolehan diamortisasi jika tujuan dari model bisnis perusahaan adalah
untuk memiliki aset keuangan untuk menerima arus kas kontraktual (dimiliki untuk ditagih
–held-for-collection). Biaya perolehan diamortisasi (amortized cost) adalah jumlah
pengakuan awal dari investasi dikurangi pembayaran kembali, ditambah atau dikurangi
amortisasi kumulatif dan setelah dikurangi dengan pengurangan dari tidak tertagihnya. Jika
kriteria untuk pengukuran pada biaya perolehan diamortisasi tidak terpenuhi, maka investasi
utang dinilai dan dicatat sebesar nilai wajarnya. Nilai wajar (fair value) adalah jumlah
dimana aset dapat ditukar antara pihak yang berpengetahuan dalam transaksi yang wajar.

INVESTASI UTANG-BIAYA PEROLEHAN DIAMORTISASI


Investasi utang dapat diukur dengan biaya perolehan diamortisasi, jika perusahaan se[erti
carrefour (FRA) melakukan investasi dalam obligasi Nokia (FIN), maka akan menerima
arus kas kontraktual dari bunga selama umur obligasi dan pembayaran pokok pada jatuh
tempo. Jika strategi Carrefour untuk memiliki investasi ini agar dapat menerima arus kas
selama umur obligasi, perusahaan memiliki strategi dimiliki untuk ditagih dan akan
mengukur investasi pada biaya perolehan diamortisasi.

INVESTASI UTANG-NILAI WAJAR


Dalam beberapa kasus, perusahaan mengelola dan mengevaluasi kinerja investasi dengan
nilai wajar. Dalam situasi ini, investasi dikelola dan dievaluasi berdasarkan dokumentasi
manajemen risiko atau strategi investasi berdasarkan informasi niali wajar. Misalnya,
beberapa perusahaan sering memiliki investasi utang dengan tujuan untuk menjualnya dalam
waktu yang singkat. Investasi utang ini sering disebut sebagai investasi perdagangan
(trading investments) karena perusahaan sering membeli dan menjual investasi tersebut untuk
menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek dari selisih harga.
Perusahaan yang menghitung dan melaporkan investasi utang pada nilai wajar mengikuti
jurnal akuntansi yang sama dengan investasi utang yang dimiliki untuk ditagih selama
periode pelaporan. Artinya, investasi tersebut dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi.
Namun, pada setiap tanggal pelaporan, perusahaan menyesuaikan biaya perolehan ke nilai
wajar, dengan keuntungan atau kerugian akibat pemilikan yang belum direalisasi dilaporkan
sebagai bagian dari laba neto (metode nilai wajar–fair value method). Keuntungan atau
kerugian akibat pemilikan yang belum direalisasi (unrealized holding gain of loss) adalah
perubahan neto nilai wajar pada investasi utang dari satu periode ke periode lainnya.
Penjualan Investasi Utang
Jika perusahaan menjual obligasi sebagai nilai wajar sebelum tanggal jatuh tempo, maka
harus membuat jurnal untuk menghapus akun investasi utang atas biaya perolehan
diamortisasi dari obligasi yang dijual.

Penyajian Laporan Keuangan


Laporan posisi keuangan Webb pada tanggal 31 desember 2012 dan laporan laba rugi
2012 memasukkan item dan jumlah sebagai berukut (obligasi anacomp adalah aset lancar
karena obligasi yang dimiliki untuk diperdagangkan).

Laporaan posisi keuangan

Investasi
Investasi utang, pada nilai wajar $195.000
Aset lancar
Piutang bunga $xxx

Laporan laba rugi

Pendapatan dan beban lain


Pendapatan bunga $xxx
Kerugian atas pinjaman investasi 4.214
Keuntungan atau kerugian yang direalisasi 4.537

OPSI NILAI WAJAR


Dalam beberapa situasi, perusahaan yang memenuhi kriteria untuk menggunakan
akuntansi untuk investasi utang pada biaya perolehan diamortisasi, tetapi ada yang
menggunakan akuntansi untuk investasi pada nilai wajar, dengan semua keuntungan dan
kerugian yang terkait dengan perubahan nilai wajar yang dilaporkan dalam laba rugi. Alasan
yang paling umum adalah untuk mengatasi pengukuran atau pengakuan yang “tidak terkait”.
Perusahaan memiliki opsi untuk melaporkan sebagian besar aset keuangan pada nilai
wajar. Opsi ini diterapkan atas dasar instrumen per instrumen yang umunya hanya tersedia
pada saat perusahaan pertama kali melakukan pembelian aset keuangan atau terjadinya
liabilitas keuangan. Jika perusahaan memilih untuk menggunakan opsi nilai wajar, instrumen
ini diukur pada nilai wajar sampai perusahaan tidak memiliki kepemilikan.

BAGIAN 2. INVESTASI EKUITAS


Investasi ekuitas (equity investment) merupakan hak kepemilikan seperti saham biasa,
saham preferen, atau saham modal lainnya. Investasi ini juga termasuk hak untuk
memperoleh atau melepaskan kepemilikan pada harga yang telah disepakati atau ditentukan,
seperti waran dan hak. Biaya perolehan investasi ekuitas diukur pada harga pembelian efek.
Komisi broker dan biaya lain yang terkait dengan dengan pembelian dicatat sebagai beban.
Klasifikasi investasi tersebut tergantung pada persentasee hak suara investee yang
dipegang oleh investor :
1. Kepemilikan kurang dari 20 persen (metode nilai wajar) investor memiliki hak pasif.
2. Kepemilikan antara 20 persen dan 50 persen (metode ekuitas) investor memiliki pengaruh
signifikan.
3. Kepemilikan lebih 50 persen (laporan konslidasian) investor memiliki kepentingan
pengendalian.

INVESTASI EKUITAS PADA NILAI WAJAR


Jika investor memiliki hak kurang dari 20 persen, maka dianggap bahwa investor tersebut
memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh atas investee. Berdasarkan IFRS, anggapan bahwa
investasi ekuitas yang dimiliki untuk diperdagangkan. Artinya perusahaan memiliki efek
tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga. Seperti halnya investasi
obligasi yang dimiliki untuk diperdagangkan, akuntansi umum dan aturan pelaporan untuk
investasi ini adalah untuk menilai efek pada nilai wajar dan mencatat keuntungan dan
kerugian yang belum direalisasi atas laba neto (metode nilai wajar- fair valur method).
Namun, beberapa investasi ekuitas dimiliki untuk tujuan selain diperdagangkan. Investasi
ekuitas tidak diperdagangkan (non-trading equity investments) dicatat sebesar nilai wajar
pada laporan posisi keuangan, dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi akan
dilaporkan dalam penghasilan komprehensif lain.

METODE EKUITAS
Perusahaan investor dapat memiliki kepemilikan kurang dari 50 persen pada perusahaan
investee sehingga pengendalian secara hukum. Akan tetapi investasi dengan voting saham
kurang dari 50 persen masih dapat memberikan investor kemampuan untuk melakukan
pengaruh signifikan atas kebijakan operasi dan keuangan investee. Pengaruh signifikan
(signifikan influence) dapat ditunjukkan dalam beberapa cara. Contohnya termasuk
perwakilan pada dewan reaksi, partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, transaksi
material antarperusahaan, pertukaran personel manajerial, atau ketergantungan teknologi.
Pertimbangan penting lainnya adalah tingkat kepemilikan oleh investor dalam kaitannya
dengan konsentrasi kepemilikan saham lainnya. Untuk mencapai tingkat yang wajar dari
keseragaman dalam penerapan kriteria “pengaruh signifikan,” profesi menyimpulkan bahwa
investasi (langsung atau tidak langsung) dari 20 persen atau lebih dari hak suara investee
harus mengarah pada dugaan bahwa dengan tidak adanya bukti yang berkebalikan, investor
memiliki kemampuan untuk mempunyai pengaruh signifikan terhadap investee.

Kerugian Investee Melebihi Jumlah Tercatat


Jika saham investor dari kerugian investee melebihi jumlah tercatat dari investasi,
haruskah mengakui kerugian tambahan? Biasanya, investor harus menghentikan penerapan
metode ekuitas dan tidak mengakui kerugian tambahan.
Jika potensi kerugian investor tidak terbatas sampai jumlah investasi aslinya (dengan
jaminan obligasi investee atau komitmen lainnya untuk memberikan dukungan keuangan),
atau jika imbal hasil mendekati sampai operasi yang menguntungkan investee yang
tampaknya menyakinkan, investor harus mengakui kerugian tambahan.
KONSOLIDASI
Jika salah satu perusahaan mengakuisisi hak kepemilikan lebih dari 50 persen pada
perusahaan lain, maka dikatakan memiliki hak kepentingan pengendali (controlling
interest). Dalam hubungan tersebut, perusahaan investor disebut sebagai entitas induk
(parent) dan perusahaan investee sebagai entitas anak (subsidiary). Perusahaan menyajikan
investasi dalam saham biasa entitas anak sebagai entitas jangka panjang pada laporan
keuangan tersendiri dari entitas induk. Jika entitas induk memperlakukan entitas anak sebagai
investasi, maka entitas induk umumnya membuat laporan keuangan konsolidasian
(consolidated financial statements). Laporan keuangan konsolidasian memperlakukan entitas
anak sebagai satu entitas ekonomik.

PENURUNAN NILAI
Perusahaan harus mengevaluasi setiap investasi yang dimiliki untuk ditagih, pada setiap
tanggal pelaporan, untuk menentukan apakah investasi tersebut telah mengalami penurunan
nilai- kerugian nilai pada nilai wajar investasi dibawah nilai tercatatnya. Misalnya, jika
investee mengalami kebangkrutan atau krisis likuiditas yang signifikan investor dapat
mengalami kerugian yang permanen. Jika perusahaan menentukan bahwa investasi
mengalami penurunan nilai, perusahaan menurunkan atas dasar biaya perolehan diamortisasi
dari masing-masing efek untuk mencerminkan kerugian dalam nilai ini.
Untuk investasi utang, perusahaan menggunakan uji penurunan nilai untuk menentukan
apakah “kemungkinan besar investor tidak akan mampu untuk menagih semua jumlah yang
jatuh tempo sesuai dengan persyaratan kontraktual”. Jika investasi turun nilainya, perusahaan
harus mengukur kerugian yang disebabkan oleh penurunan nilai (impairment). Rugi
penurunan nilai ini dihitung sebagai selisih antara jumlah tercatat ditambah bunga yang masih
harus dibayar (accrued interest) dengan mendiskontokan arus kas masa depan yang
diharapakan pada suku bunga efektif historis dari investasi tersebut.

Pemulihan Rugi Penurunan Nilai


Setelah mencatat penurunan nilai, peristiwa atau kondisi ekonomi dapat berubah sehingga
jumlah rugi penurunan nilai menjadi berkurang (misalnya karena peningkatan dalam
peringkat kredit debitur). Dalam situasi ini, beberapa atau keseluruhan rugi penurunan nilai
yang diakui sebelumnya akan dibalik dengan mendebit akun investasi utang dan mengkredit
pemulihan rugi penurunan nilai.

PENGALIHAN ANTAR KATEGORI


Pengalihan investasi dari satu klasifikasi ke klasifikasi yang lain harus terjadi jika model
bisnis untuk mengelola investasi juga berubah. IASB berharap perubahan tersebut jarang
terjadi. Perusahaan mencatat pengalihan antarklasifikasi secara prospektif, pada awal periode
akuntansi setelah adanya perubahan model bisnis.

KONTROVERSI NILAI WAJAR


Pelaporan investasi adalah suatu yang kontroversial. Beberapa pihak menyukai
pendekatan sekarang, yang mencerminkan model atribut campuran berdasarkan pada model
bisnis perusahaan untuk mengelola investasi dan jenis efek. Dalam model ini, beberapa
investasi dihitung pada biaya perolehan diamortisasi dan lainnya pada nilai wajar. Pihak
lainnya mendukung pengukuran nilai wajar untuk semua aset keuangan, dengan keuntungan
atau kerugian dicatat sebagai laba rugi.

Pengukuran Berdasarkan Model Bisnis


Perusahaan menilai investasi utang pada nilai wajar atau biaya perolehan diamortisasi,
tergantung pada model bisnis untuk mengelola investasi tersebut. Beberapa pihak percaya
bahwa kerangka kerja ini memberikan informasi yang lebih relevan tentang kinerja dari
investasi tersebut. Beberapa pihak lainnya tidak setuju, mereka menyatakan bahwa dua
investasi utang yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang berbeda dalam laporan
keuangan. Mereka berpandangan bahwa pendekatan tersebut meningkatkan kompleksitas dan
mengurangi dapat dipahaminya laporan keuangan. Lebih lanjut, klasifikasi dimiliki untuk
ditagih bergantung pada rencana manajemen, yang dapat berubah. Dengan kata lain,
klasifikasi bersifat subjektif, yang mengakibatkan klasifikasi yang bersifat arbitrer dan tidak
dapat dibandingkan.

Keuntungan Perdagangan
Investasi yang diklasifikasikan sebagai pemiliki untuk ditagih akan dilaporkan biaya
perlohan diamortisasi. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi pada investasi ini
tidak diakui sebagai laba rugi. Demikian, pula keuntungan dan kerugian yang belum
direalsiasi pada investasi ekuitas yang tidak diperdagangkan juga tidak diakui sebagai laba
rugi. Dalam keuntungan perdagangan (gains trading), perusahaan menjual “pemenang” yang
dimiliki dan melaporkan keuntungan dalam laba rugi dan menyimpan yang bukan pemenang.
Lebih lanjut seperti yang dinyatakan oleh salah satu anggota IASB, dalam beberapa krisis
keuntungan yang baru-baru ini terjadi dari kerugian yang disignifikan dicatat sebagai
investasi yang memenuhi persyaratan untuk akuntansi dimana keuntungan dan kerugian yang
belum direalisasi tidak dilaporkan dalam laba rugi. Artinya, akuntansi nilai wajar akan
memberikan lebih banyak informasi yang tepat waktu terhadap investasi tersebut pada saat
pasar lebih membutuhkannya.

Liabilitas Yang Tidak Dinilai Dengan Wajar


Banyak pihak berpandangan bahwa jika perusahaan melaporkan investasi pada nilai wajar,
perusahaan juga harus melaporkan liabilitas pada nilai wajar. Mengapa? Dengan mengakui
perubahan nilai hanya pada satu sisi dari laporan posisi keuangan (sisi aset), tingkat
volatilitas yang tinggi dapat terjadi pada jumlah laba rugi dan ekuitas. Lebih lanjut, lembaga
keuangan terlibat dalam manajemen aset dan liabilitas( tidak hanya manajemen aset).

Nilai Wajar – Komentar Akhir


IASB (dan FASB) percaya bahwa informasi nilai wajar untuk aset keuangan dan liabilitas
keuangan memberikan informasi yang lebih berguna dan relevan dibandingkan dengan sistem
berbasis biaya. IASB dan FASB mengambil posisi ini karena nilai wajar mencerminkan
setara kas terkini dari instrumen keuangan dibandingkan biaya transaksi masa lalu. Sebagai
konsekuensinya, hanya nilai wajar byang memberikan pemahaman atas nilai investasi terkini.

Anda mungkin juga menyukai