Anda di halaman 1dari 18

Tax Planning

atas PPh pasal


22
FATHI AHMAD TAMAMI

NAUFALDY RIANJAH NANSATI

Pemotongan dan pemungutan


Withholding Tax System

– Sistem ini merupakan sistem perpajakan dimana pihak ketiga baik Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong
atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerimaan
penghasilan

Melaporkan pajak Menyetorkan ke


Memotong pajak
yang dipotong KPP
Manfaat withholding tax
Menjadikan waktu lebih efisien

Menghemat biaya

Meningkatkan akuntabilitas data

Meningkatkan kinerja diri WP dan fiscus

Meningkatkan kepatuhan

Meningkatkan penerimaan pajak


Mengelola perbedaan intrpretasi
dalam PPH pemotongan-
pemungutan
Payee dapat melakukan riset perpajakan tasa perlakuan pajak yang pernah ada sebelumnya yang
analog dengan jasa yang dikerjakan oleh payee berdasarkan regulasi yang pernah dikeluarkan oleh
otoritas perpajakan

Payee atau payor dapat menunjuk pihak independent (biasanya konsultan pajak) untuk
memberikan opini atas perlakuan perpajakan yang sesuai secara teknis maupun praktis atas
kasus apabila masih belum mendapatkan titik temu antara keduanya

Pengajuan private ruling oleh salah satu pihak kepada pihak otoritas pajak selaku tax regulator
Pembuatan Kontrak

– cikal bakal terjadinya transaksi antara pihak-pihak terkait. Jika kontrak tidak ada,
dapat digantikan oleh SPK (Surat Perintah Kerja), atau PO (Purchase Order).
Oleh karena itu kesepakatan yang dibuat dalam kontrak harus mencakup
kesepakatan yang memengaruhi hak dan kewajiban perpajakan masing-masing
pihak.
pemungut PPh pasal 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai


2. Bendahara pemerintah, instansi dan lembaga pemerintahan yang sumber dananya berasal dari APBN
3. Badan usaha tertentu yang meliputi BUMN, BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh pemerintah, badan usaha
tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidan industri semen, kertas, baja, otomotif, danfarmasi atas penjualan hasil
produksinya kepada distributor di dalam negeri
5. ATPM, APM, dan IU kendaraan bermotor atas penjualan kendaraan bermotor didalam negeri
6. Produsen atau importir BBM, BBG dan Pelumas, atas penjualan produk-produknya
7. Badan usaha yang memproduksi emas batangan
8. Industri atau eksportir yang bergerak dalam sector kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan atas
pembelian bahan-bahan untuk keperluanindustrinya
9. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara,mineral logam, dan mineral bukan
logam dari badan maupun orang pribadi
Objek Withholding Tax Pasal
22
– Atas impor barang mewah tertentu, dengan dasar hokum
PMK107/PMK.010/2015. Tarifnya adalah 10%
– Jika importir memiliki angka pengenal impor, maka dipungut
sebesar 2,5%, sedangkan jika tidak memiliki angka pengenal impor
maka dipungut sebesar 7,5%
– Atas semua transaksi pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB,
BendaharaPemerintah,BUMN dan BUMD, dengan tarif sebesar
1.5%
– Atas penjualan hasil produksi BBM, BBG dan Pelumas dengan tarif 0,25% untukSPBU
Pertamina dan 0,3% untuk selain itu. Pungutan kepada penyalur bersifat final,sedangkan
kepada bukan penyalur bersifat non fin
– Atas penjualan hasil produksi industri :
– Kertas, dengan tarif 0,1%
– Semen, dengan tarif 0,25%
– Baja dan obat, dengan tarif 0,3%
– Otomotif, dengan tarif 0,45%

– Atas pembelian barang untuk keperluan industri dari pedagang pengumpul


dikenakantarif 0,25%
– Atas penjualan barang sangat mewah seperti kapal pesiar, pesawat udara,
rumah beserta tanahnya dengan nilai pengalihan lebih dari 5 milyar atau luas lebih dari
400m persegi,apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan nilai pengalihan lebih
dari 6 milyaratau luas lebih dari 150m persegi, kendaraan bermotor roda empat dengan
harga juallebih dari 2 milyar atau kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc dikenakan tarif 5%
Sanksi administrasi sehubungan
dengan penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak
Penghasilan
– Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang KUP
(berisi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan).
– Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang KUP (berkaitan dengan tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan)
Sanksi administrasi sehubungan tidak
menyetorkan uang pajak yang
dipotong/dipungut ke kas negara.

Pasal 9 ayat 1 dan ayat Pasal 13 ayat 1 Undang- Pasal 13 Ayat 2 Undang-
2a Undang-Undang KUP Undang KUP. Undang KUP.

Pasal 13 Ayat 3 Undang- pasal 39 ayat 1 Undang-


Undang KUP. Undang KUP
Rekonsiliasi (Ekualisasi)

– ekualisasi merupakan bentuk tindak preventif untuk menghadapi pemeriksaan


pajak .Tujuan dilakukannya ekualisasi pajak yakni agar terhindar dari koreksi
pajak dan dalam rangka persiapan wajib pajak apabila dilakukan pemeriksaan
oleh kantor pajak.

– ekualisasi yang dilakukan oleh wajib pajak akan dapat melacak dan memastikan
apakah seluruh omzetnya sudah dipungut PPN
Rekonsiliasi obyek PPh bagi
perusahaan selaku pemotong

Cara : membandingkan objek pemotongan PPh berdasarkan angka


yang tertera dalam laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak
yang telah dilaporkan perusahaan dalam SPT masa PPh,mulai dari
pemotongan PPh pasal 4 ayat 2,15,21/26,22,23/26 tergantung
objeknya
Rekonsiliasi obyek PPh bagi
perusahaan selaku pihak yang dipotong

Cara :perusahaan dapat melakukan rekonsiliasi objek PPH


berdasarkan bukti potong yang diterima dari pelanggan
dengan penghasilan yang dilaporkan dalam SPT tahunan
PPH badan atau audit laporan keuangannya
Penerbitan SKPKB

– penerbitan SKPKB merupakan hukuman karena pemberi penghasilan tidak melaksanakan kewajibannya. Sehingga
dua kali bayar pajak atas objek yang sama bukan karena kesalahan sistem tetapi karena sistem yang tidak berjalan
semestinya. Jika berjalan seperti yang ditentukan oleh UU PPh maka tidak ada pajak ganda atau dua kali bayar
pajak
– Contoh :
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan.
Wajib Pajak PT A mempunyai penghasilan kena pajak selama Tahun Pajak 2006 sebesar Rp100.000.000,00 dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan tepat waktu.
Pada bulan April 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka sanksi
bunga dihitung sebagai berikut:
1. Penghasilan Kena Pajak Rp100.000.000,00
2. Pajak yang terutang
(30% x Rp100.000.000,00) Rp 30.000.000,00
3. Kredit pajak Rp 10.000.000,00 (-)
————————–
4. Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000,00
5. Bunga 24 bulan
(24 x 2% x Rp20.000.000,00) Rp 9.600.000,00 (+)
Contoh perhitungan pph pasal 22

– Contoh 1: Menghitung PPh Pasal 22 atas impor


PT Perdana adalah importir barang-barang elektrik yang
mempunyai API, pada bulan Mei 2011 melakukan imporbarang Jepang dengan harga faktur US
$100,000.00.

Biaya asuransi yang dibayar diluar negeri dan biaya angkutpengapalan barang dari Jepang ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga
faktur. Tarif bea masuk dan bea msuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs
yangditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah US$1.00 = Rp 8.500,00.

Hitunglah PPh pasal 22


a) Menentukan Nilai Impor
-Harga faktur (cost) US $ 100,000.00
-Biaya asuransi (insurance):2% x US $100,000,00 US $ 2,000.00
-Biaya angkut (freight):5% x US $ 100,000.00 US $ 5,000.00CIF (cost,insurance,freight) US $ 107,000.00Kurs US $1,00 =
Rp8.500,00CIF (dalam rupiah):US $107,000.00 x Rp8.500,00 = Rp 909.500.000,00
Ditambah:
-Bea masuk:
20% x Rp 909.500.000,00 Rp 181.900.000,00
-Bea masuk tambahan:10% x Rp909.500.000,00 Rp 90.950.000,00
Nilai impor Rp1.182.350.000,00

b) Menghitung PPh pasal 22-impor


2,5% x Rp1.182.350.000,00 = Rp 29.558.750,00
Jika importir yang bersangkutan tidak mempunyai API,besarnya PPh Pasal22 adalah:
7,5%x Rp1.182.350.000,00 = Rp 88.676.250,00
pertanyaan

– Wira: bagaimana tax planning pph 22 untuk menyetor emas batangan dari dalam ke luar
negeri
– Vina: bagaimana tax planning untuk pkp yang non API
– Sabdo :Bagaimana tax palan dalam kegiatan ekspor impor
– Hana: Bagaimana optimaslisasi pengkreditan pajak pph 22
– Maulana: bagaimana pengenaan API terhadap pengenaan ekspor impor barang dan kapan
dikenakannya
– dian : kenapa masih ada withholding tax system jika di Indonesia sudah menerapkan self
assessment system
– Kevin :Apakah nilai freight dan insurance untuk impor sama dengan ekspor?jika beda tolong
jelaskan

Anda mungkin juga menyukai