– Sistem ini merupakan sistem perpajakan dimana pihak ketiga baik Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong
atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerimaan
penghasilan
Menghemat biaya
Meningkatkan kepatuhan
Payee atau payor dapat menunjuk pihak independent (biasanya konsultan pajak) untuk
memberikan opini atas perlakuan perpajakan yang sesuai secara teknis maupun praktis atas
kasus apabila masih belum mendapatkan titik temu antara keduanya
Pengajuan private ruling oleh salah satu pihak kepada pihak otoritas pajak selaku tax regulator
Pembuatan Kontrak
– cikal bakal terjadinya transaksi antara pihak-pihak terkait. Jika kontrak tidak ada,
dapat digantikan oleh SPK (Surat Perintah Kerja), atau PO (Purchase Order).
Oleh karena itu kesepakatan yang dibuat dalam kontrak harus mencakup
kesepakatan yang memengaruhi hak dan kewajiban perpajakan masing-masing
pihak.
pemungut PPh pasal 22
Pasal 9 ayat 1 dan ayat Pasal 13 ayat 1 Undang- Pasal 13 Ayat 2 Undang-
2a Undang-Undang KUP Undang KUP. Undang KUP.
– ekualisasi yang dilakukan oleh wajib pajak akan dapat melacak dan memastikan
apakah seluruh omzetnya sudah dipungut PPN
Rekonsiliasi obyek PPh bagi
perusahaan selaku pemotong
– penerbitan SKPKB merupakan hukuman karena pemberi penghasilan tidak melaksanakan kewajibannya. Sehingga
dua kali bayar pajak atas objek yang sama bukan karena kesalahan sistem tetapi karena sistem yang tidak berjalan
semestinya. Jika berjalan seperti yang ditentukan oleh UU PPh maka tidak ada pajak ganda atau dua kali bayar
pajak
– Contoh :
– Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan.
Wajib Pajak PT A mempunyai penghasilan kena pajak selama Tahun Pajak 2006 sebesar Rp100.000.000,00 dan
menyampaikan Surat Pemberitahuan tepat waktu.
Pada bulan April 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar maka sanksi
bunga dihitung sebagai berikut:
1. Penghasilan Kena Pajak Rp100.000.000,00
2. Pajak yang terutang
(30% x Rp100.000.000,00) Rp 30.000.000,00
3. Kredit pajak Rp 10.000.000,00 (-)
————————–
4. Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000,00
5. Bunga 24 bulan
(24 x 2% x Rp20.000.000,00) Rp 9.600.000,00 (+)
Contoh perhitungan pph pasal 22
Biaya asuransi yang dibayar diluar negeri dan biaya angkutpengapalan barang dari Jepang ke dalam
daerah pabean (Indonesia) masing-masing sebesar 2% dan 5% dari harga
faktur. Tarif bea masuk dan bea msuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Kurs
yangditetapkan oleh Menteri Keuangan pada saat itu adalah US$1.00 = Rp 8.500,00.
– Wira: bagaimana tax planning pph 22 untuk menyetor emas batangan dari dalam ke luar
negeri
– Vina: bagaimana tax planning untuk pkp yang non API
– Sabdo :Bagaimana tax palan dalam kegiatan ekspor impor
– Hana: Bagaimana optimaslisasi pengkreditan pajak pph 22
– Maulana: bagaimana pengenaan API terhadap pengenaan ekspor impor barang dan kapan
dikenakannya
– dian : kenapa masih ada withholding tax system jika di Indonesia sudah menerapkan self
assessment system
– Kevin :Apakah nilai freight dan insurance untuk impor sama dengan ekspor?jika beda tolong
jelaskan