Anda di halaman 1dari 13

PERPAJAKAN

“PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26”


KELOMPOK 3

A.M. FADJAR ABIRAHAYU

Susi Susanti (2022110233)

Husna Dinda Sari (2022110106)

Anggi Palasyati (2022110158)

Sarah Jesnita (2022110177)


PENGERTIAN PENERIMAAN
PENGHASILAN PPH 21/26
PPH 21/26 ADALAH PAJAK ATAS PENGHASILAN YANG DIKENAKAN ATAS
PENGHASILAN BERUPA GAJI, UPAH, HONORARIUM, TUNJANGAN DAN
PEMBAYARAN LAIN DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN YANG DITERIMA
OLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI UNTUK
PPH PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JABATAN JASA DAN
KEGIATAN.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 SELANJUTNYA DISEBUT PPH PASAL 21/26


MERUPAKAN PAJAK YANG DIWAJIBKAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI DALAM NEGERI ATAS PENGHASILAN YANG TERKAIT
OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL
21
Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur Penghasilan yang diterima atau diperoleh
penerima industri secara teratur berupa uang industri atau penghasilan sejenisnya.
Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan industri yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat industri, tunjangan hari tua.

OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL


22
Objek PPh Pasal 22 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 adalah:
Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam yang dilakukan oleh eksportir Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah, dan lembaga-lembaga
negara lainnya
TARIF PAJAK DAN
PENERAPANNYA
Tarif pajak adalah dasar yang digunakan untuk mengenakan pajak yang menjadi tanggung jawab
wajib pajak berdasarkan pengelompokan Tarif pajak merupakan dasar yang digunakan untuk
mengenakan pajak atas objek pajak kepada wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya.Besarnya
tarif pajak ini dalam bentuk persentase yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang PPh dan UU PPN No. 42 Tahun 2009, beserta peraturan turunannya,
termasuk regulasi pemerintah daerah untuk jenis pajak tertentu yang menjadi kewenangan
pemda.Besar tarif pajak yang dikenakan atau menjadi tanggung jawab wajib pajak berbeda-beda
tergantung objek, subjek, hingga pengelompokannya.

TARIF PPH 21 TERBARU

Tarif PPh 21 terbaru 2022 kini telah berlaku. Pemerintah melakukan perubahan yang cukup signifikan
terkait ketentuan perpajakan melalui Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan atau biasa dikenal pula
UU HPP.
KEWAJIBAN PEMOTONG
PAJAK
Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 21 adalah :

Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak atau
kantor penyuluhan Pajak setempat

Pemotongan pajak wajib menghibun, memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk
setiap akhir bukan takwaim. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau BAdan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).

Pemotongan pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka


pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajk atau Kantor Penyuluhan Pajak
setempat.

PolitikPemotongan pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 meskipun nihil dengan
menggunakan surat pemberitahuan (SPT) masa ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan
pajak setempat selambatnya pada tanggal 20 bukan takwim berikutnya. Memahami dan memainkan
politik organisasi dapat membantu individu untuk mendapatkan keuntungan dan promosi.
PPH ATAS PEGAWAI TETAP

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak yang seringkali dikenakan atas penghasilan
yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi. PPh Pasal 21 sebenarnya merujuk pada pajak
yang dipotong berdasarkan Pasal 21 Undang-undang tentang Pajak Penghasilan. PPh Pasal 21
dikenakan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, pemberian jasa, dan kegiatan, yang
diterima oleh orang pribadi yang merupakan wajib pajak dalam negeri. Video pembelajaran ini
akan menjelaskan siapa saja penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.

Untuk menghitung PPh Pasal 21, penerima penghasilan dikelompokkan ke dalam beberapa
golongan, antara lain pegawai tetap, ASN/anggota TNI/Polri, penerima pensiun, pegawai tidak
tetap, bukan pegawai, peserta kegiatan, penerima pesangon, dst. Penghitungan PPh Pasal 21
untuk masing-masing golongan seringkali berbeda.
PPH 21 ATAS PENGHASILAN TIDAK
TERATUR
PPH 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan pribadi yang
diterima secara teratur atau tidak teratur. Penghasilan tidak teratur biasanya
mengacu pada pendapatan yang tidak rutin atau tidak tetap, seperti bonus,
tunjangan, atau hadiah. Pajaknya dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dan
disetor secara teratur oleh penerima penghasilan.

PPH 21 atas penghasilan tidak teratur merupakan salah satu ketentuan dalam
undang-undang pajak di Indonesia. Ini mengacu pada pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang tidak diterima secara rutin atau tetap, seperti bonus, tunjangan,
atau hadiah. Tarif pajaknya dihitung berdasarkan pendapatan kumulatif selama
satu tahun pajak, namun penerima penghasilan tidak teratur mungkin memiliki
tarif pajak yang lebih tinggi karena tidak memiliki pemotongan pajak secara
berkala. Oleh karena itu, perhitungan dan pemotongan pajak untuk penghasilan
tidak teratur sering kali lebih kompleks dan memerlukan perencanaan pajak yang
cermat.
PPH 21 ATAS UANG PENSIUN ATAU PESANGON

ATAS PENGHASILAN UANG PESANGON YANG DITERIMA OLEH PEGAWAI AKAN DIKENAKAN DAN DIPOTONG PPH PASAL 21
YANG BERSIFAT FINAL, PPH PASAL 21 ATAS PESANGON TERSEBUT WAJIB DISETOR KE NEGARA PALING LAMA 10 HARI SETELAH
MASA PAJAK BERAKHIR DAN DILAPORKAN PADA SPT PPH 21 MASA DENGAN MEMBUAT FORMULIR 1721-VII BUKTI
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (FINAL). BERIKUT DASAR HUKUM PPH 21 ATAS PESANGON PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 68 TAHUN 2009 PASAL 4 UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (UU PPH) PASAL 17 AYAT (1) HURUF A
PMK NO 16/PMK.03/2010 PASAL 1 AYAT 4 LAPISAN TARIF PROGRESIF UNTUK PPH 21 ATAS PESANGON SAMA DENGAN YANG
SEBELUMNYA, YAKNI :

PENGHASILAN BRUTO SAMPAI DENGAN RP 50.000.000 SEBESAR 0%


PENGHASILAN BRUTO DIATAS RP 50.000.000 S/D RP 100.000.000 SEBESAR 5%
PENGHASILAN BRUTO DIATAS RP 100.000.000 S/D RP500.000.000 SEBESAR 15%
PENGHASILAN BRUTO DIATAS RP 500.000.000 SEBESAR 25%
LAPISAN TARIF PROGRESIF UNTUK PPH 21 ATAS UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI
TUA MASIH SAMA DENGAN YANG SEBELUMNYA, YAKNI:

PENGHASILAN BRUTO SAMPAI DENGAN RP 50.000.000 SEBESAR 0%


PENGHASILAN BRUTO DIATAS RP 50.000.000 SEBESAR 5%
ORANG PRIBADI DALAM NEGERI YANG MENERIMA PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN,
TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS DIKENAI PEMOTONGAN PPH PASAL 21
BERSIFAT FINAL.
PPH 21 ATAS KENAIKAN GAJI

• PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji = (Gaji Setelah Kenaikan Gaji X Tarif
PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji)

Jumlah gaji yang diterima oleh seseorang tidak • PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji = (Rp 5.000.000 X 10%) = Rp
tetap begitu saja, dapat mengalami kenaikan 500.000.
dalam masa kerjanya. menerus atau berulang –
ulang pada waktu tertentu”. Jadi, secara harfiah • Sehingga, perhitungan gaji rapel adalah;
kenaikan gaji berkala dapat diartikan • Gaji Rapel = (PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji – PPh Pasal 21 Sebelum
meningkatnya upah pekerjaan seseorang secara
terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Kenaikan Gaji) Gaji Rapel = (Rp 500.000 – Rp 150.000) = Rp 350.000.

Jadi, Ayu akan menerima gaji rapel sebesar Rp 350.000 sebagai akibat dari
kenaikan gaji yang mengubah tarif PPh Pasal 21 yang diterapkan pada gajinya.
PPH 21 ATAS UPAH

Status pekerjaan dan tidak tetap. Artinya, PPh 21 untuk pekerja tidak tetap dihitung berbeda. Berdasarkan Peraturan DJP
Nomor PER-16/PJ/2016 menyatakan Pegawai Tidak Tetap yaitu pegawai yang menerima penghasilan dengan besar
penghasilan yang dihitung berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan, atau penyelesaian
jenis pekerjaan dari pemberi kerja. Istilah yang digunakan untuk penghasilan karyawan tidak tetap yaitu imbalan atau
upah harian, mingguan, atau upah borongan. Berikut jenis upah yang diperoleh oleh karyawan tidak tetap:

1. Upah harian: Upah yang diperoleh karyawan secara harian.


2. Upah mingguan: Upah yang diperoleh karyawan secara mingguan.
3. Upah satuan: Upah yang diperoleh karyawan berdasarkan jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan.
4. Upah borongan: Upah yang diperoleh karyawan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
Kesimpulan PPh 21/26 adalah Pajak atas penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri dan Luar negeri untuk PPh Pasal 26
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan. Dimana
PPH 21 atas penghasilan tidak teratur merupakan salah satu
ketentuan dalam undang-undang pajak di Indonesia. Ini mengacu pada
pajak yang dikenakan atas penghasilan yang tidak diterima secara rutin
atau tetap, seperti bonus, tunjangan, atau hadiah. Tarif pajaknya
dihitung berdasarkan pendapatan kumulatif selama satu tahun pajak,
namun penerima penghasilan tidak teratur mungkin memiliki tarif
pajak yang lebih tinggi karena tidak memiliki pemotongan pajak secara
berkala.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai