Tarif PPh 21 terbaru 2022 kini telah berlaku. Pemerintah melakukan perubahan yang cukup signifikan
terkait ketentuan perpajakan melalui Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan atau biasa dikenal pula
UU HPP.
KEWAJIBAN PEMOTONG
PAJAK
Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 21 adalah :
Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak atau
kantor penyuluhan Pajak setempat
Pemotongan pajak wajib menghibun, memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk
setiap akhir bukan takwaim. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau BAdan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).
PolitikPemotongan pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 meskipun nihil dengan
menggunakan surat pemberitahuan (SPT) masa ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan
pajak setempat selambatnya pada tanggal 20 bukan takwim berikutnya. Memahami dan memainkan
politik organisasi dapat membantu individu untuk mendapatkan keuntungan dan promosi.
PPH ATAS PEGAWAI TETAP
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak yang seringkali dikenakan atas penghasilan
yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi. PPh Pasal 21 sebenarnya merujuk pada pajak
yang dipotong berdasarkan Pasal 21 Undang-undang tentang Pajak Penghasilan. PPh Pasal 21
dikenakan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, pemberian jasa, dan kegiatan, yang
diterima oleh orang pribadi yang merupakan wajib pajak dalam negeri. Video pembelajaran ini
akan menjelaskan siapa saja penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21.
Untuk menghitung PPh Pasal 21, penerima penghasilan dikelompokkan ke dalam beberapa
golongan, antara lain pegawai tetap, ASN/anggota TNI/Polri, penerima pensiun, pegawai tidak
tetap, bukan pegawai, peserta kegiatan, penerima pesangon, dst. Penghitungan PPh Pasal 21
untuk masing-masing golongan seringkali berbeda.
PPH 21 ATAS PENGHASILAN TIDAK
TERATUR
PPH 21 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan pribadi yang
diterima secara teratur atau tidak teratur. Penghasilan tidak teratur biasanya
mengacu pada pendapatan yang tidak rutin atau tidak tetap, seperti bonus,
tunjangan, atau hadiah. Pajaknya dihitung berdasarkan tarif yang berlaku dan
disetor secara teratur oleh penerima penghasilan.
PPH 21 atas penghasilan tidak teratur merupakan salah satu ketentuan dalam
undang-undang pajak di Indonesia. Ini mengacu pada pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang tidak diterima secara rutin atau tetap, seperti bonus, tunjangan,
atau hadiah. Tarif pajaknya dihitung berdasarkan pendapatan kumulatif selama
satu tahun pajak, namun penerima penghasilan tidak teratur mungkin memiliki
tarif pajak yang lebih tinggi karena tidak memiliki pemotongan pajak secara
berkala. Oleh karena itu, perhitungan dan pemotongan pajak untuk penghasilan
tidak teratur sering kali lebih kompleks dan memerlukan perencanaan pajak yang
cermat.
PPH 21 ATAS UANG PENSIUN ATAU PESANGON
ATAS PENGHASILAN UANG PESANGON YANG DITERIMA OLEH PEGAWAI AKAN DIKENAKAN DAN DIPOTONG PPH PASAL 21
YANG BERSIFAT FINAL, PPH PASAL 21 ATAS PESANGON TERSEBUT WAJIB DISETOR KE NEGARA PALING LAMA 10 HARI SETELAH
MASA PAJAK BERAKHIR DAN DILAPORKAN PADA SPT PPH 21 MASA DENGAN MEMBUAT FORMULIR 1721-VII BUKTI
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (FINAL). BERIKUT DASAR HUKUM PPH 21 ATAS PESANGON PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 68 TAHUN 2009 PASAL 4 UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (UU PPH) PASAL 17 AYAT (1) HURUF A
PMK NO 16/PMK.03/2010 PASAL 1 AYAT 4 LAPISAN TARIF PROGRESIF UNTUK PPH 21 ATAS PESANGON SAMA DENGAN YANG
SEBELUMNYA, YAKNI :
• PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji = (Gaji Setelah Kenaikan Gaji X Tarif
PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji)
Jumlah gaji yang diterima oleh seseorang tidak • PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji = (Rp 5.000.000 X 10%) = Rp
tetap begitu saja, dapat mengalami kenaikan 500.000.
dalam masa kerjanya. menerus atau berulang –
ulang pada waktu tertentu”. Jadi, secara harfiah • Sehingga, perhitungan gaji rapel adalah;
kenaikan gaji berkala dapat diartikan • Gaji Rapel = (PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji – PPh Pasal 21 Sebelum
meningkatnya upah pekerjaan seseorang secara
terus menerus dalam kurun waktu tertentu. Kenaikan Gaji) Gaji Rapel = (Rp 500.000 – Rp 150.000) = Rp 350.000.
Jadi, Ayu akan menerima gaji rapel sebesar Rp 350.000 sebagai akibat dari
kenaikan gaji yang mengubah tarif PPh Pasal 21 yang diterapkan pada gajinya.
PPH 21 ATAS UPAH
Status pekerjaan dan tidak tetap. Artinya, PPh 21 untuk pekerja tidak tetap dihitung berbeda. Berdasarkan Peraturan DJP
Nomor PER-16/PJ/2016 menyatakan Pegawai Tidak Tetap yaitu pegawai yang menerima penghasilan dengan besar
penghasilan yang dihitung berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan, atau penyelesaian
jenis pekerjaan dari pemberi kerja. Istilah yang digunakan untuk penghasilan karyawan tidak tetap yaitu imbalan atau
upah harian, mingguan, atau upah borongan. Berikut jenis upah yang diperoleh oleh karyawan tidak tetap: