GEOMORFOLOGI
2-2
Geomorfologi
Lokasi
Pemetaan
Gambar 2.1. Fisiografi regional daerah pemetaan ditandai dengan kotak merah
(Cameron, N.R, dkk. 1983)
2-3
Geomorfologi
3. Pembagian lembah dan bukit adalah batas atau titik belok dari bentuk
gelombang sinusoidal ideal Di alam, batas lembah dicirikan oleh tekuk lereng
yang umumnya merupakan titik-titik tertinggi endapan koluvial dan atau aluvial .
4. Penamaan satuan paling sedikit mengikuti prinsip tiga kata, atau paling banyak
empat kata bila ada kekhususan; terdiri dari bentuk / geometri / morfologi, genesa
morfologis (proses-proses endogen eksogen), dan nama geografis. Contoh:
lembah antiklin Welaran, punggungan sinklin Paras, perbukitan bancuh Seboro,
dataran banjir Lokulo; bukit jenjang vulkanik Selacau, kerucut gunungapi Guntur,
punggungan aliran lava Guntur, kubah lava Merapi, perbukitan dinding kaldera
Maninjau, perbukitan menara karst Maros, dataran teras Bengawan Solo, dataran
teras terumbu Cilauteureun, dsb.
Secara garis besar klasifikasi bentuk muka bumi (BMB), Budi Brahmantyo dan
Bandono (1999), ada 4 bentang alam yaitu, bentang alam pegunungan, bentang
alam dataran, bentang alam gurun, bentang alam glasial, berikut gambar
klasifikasi BMB. (gambar 2.3- gambar 2.7 menerangkan bentang alam
pegunungan, gambar 2.8 menerengkan bentang alam gurun, gambar 2.9
menerengkan bentang alam dataran, gambar 2.10 menerangkan bentang alam
glasial)
2-4
Geomorfologi
2-5
Geomorfologi
2-6
Geomorfologi
Gambar 2.8. bentang alam dataran sungai dan danau dan dataran pantai, delta dan laut
2-7
Geomorfologi
oleh struktur antiklin dan litologi yang terdiri dari batupasir karbonatan dan
batulempung yang cukup resisten terhadap erosi. Proses yang berkembang pada
satuan ini adalah erosi dan pelapukan.
2-9
Geomorfologi
informasi mengenai struktur dan proses yang terjadi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pola aliran sungai antara lain: kemiringan lereng, perbedaan
tingkat resistensi batuan, kontrol struktur, pembentukan pegunungan, proses
Geologi Kwarter dan Geomorfik dari cekungan pola pengaliran.
Berdasarkan interpretasi peta topografi dan pengamatan langsung dilapangan serta
sifat fisik batuan dan struktur geologi yang berpengaruh selanjutnya mengacu
pada klasifikasi Arthur D Howard, 1967 (Gambar 2.10), maka pola pengaliran
(Draignage Pattern) daerah penelitian terdapat satu pola pengaliran Denritik. Pola
pengaliran Denritik menurut Arthur D Howard (1967) adalah merupakan dari
pola percabangan anak sungai yang menyerupai dari percabangan pohon dengan
pola yang tidak teratur dan sudut yang beragam, berkembang di semua satuan
batuan yang ada pada daerah pemetaan dengan topografi yang curam.
2 - 10
Geomorfologi
Gambar 2.11. Pola perubahan bentuk alur sungai yang semula linear dan kemudian
menjadi meander. Proses perubahan sungai dari linear ke meander
disebabkan oleh sifat erosi vertikal berubah menjadi erosi lateral.
Meandering
2 - 11
Geomorfologi
2 - 12
Geomorfologi
7. Sungai Insekuen adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran dimana
lereng tidak dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau jenis batuan.
S O
R
Gambar 2.12. Blok diagram di daerah yang berstruktur komplek yang telah
mengalami erosi yang cukup intensif. Percabangan sungai yang
berkembangan didaerah ini secara genetik dapat diklasifikasikan
berdasarkan struktur geologi yang mengontrolnya
(r=resekuen; o=obsekuen; s=subsekuen).
2 - 13