Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Fisiografi Regional

Fisiografi Lampung terbagi menjadi tiga satuan fisiografi yang meliputi Lajur
Jambi-Palembang, Lajur Bukit Barisan dan Lajur Bengkulu. Untuk Lajur Jambi-
Palembang menempati sekitar 50% luas daerah Lampung yang memiliki
morfologi berupa dataran rendah. Lajur Bengkulu menempati sekitar 20% luas
daerah Lampung yang memiliki morfologi daerah berupa perbukitan
bergelombang, pegunungan yang terdiri dari batuan sedimen dan produk
gunungapi umur Tersier sampai Kuarter. Lajur Bukit Barisan menempati 30%
luas daerah Lampung yang memiliki morfologi berupa perbukitan bergelombang,
pegunungan, kerucut gunungapi, dan dataran rendah yang terdiri dari batuan
gunungapi muda berumur Kuarter (Qhv), batuan beku, dan batuan malihan
(Mangga dkk., 1993). Daerah penelitian ini masuk kedalam satuan fisiografi Lajur
Bukit Barisan yang ditandai dengan area kotak berwarna merah (Gambar II.1).

Gambar II.1. Fisiografi Regional Daerah Lampung (Mangga dkk., 1993).

7
II.2 Tatanan Tektonik

Pulau Sumatra berada pada baratdaya Paparan Sunda. Sumatra merupakan hasil
dari subduksi antara lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia yang
terjadi secara miring dan mengakibatkan terbentuknya sesar di Pulau Sumatra,
yang dimulai pada saat Miosen Tengah. Subduksi miring ini terbagi atas Sistem
Sesar Sumatra yang memotong semua satuan batuan di sepanjang garis Sumatra
dan diperkirakan memiliki pergeseran 50-150 km (Hall, 2012).

Geologi Sumatra didominasi oleh busur vulkanik Kenozoikum dengan gunungapi


aktif yang dibangun di atas dasar Pra-Kenozoikum yang tersingkap di pegunungan
Barisan di sepanjang Sistem Sesar Sumatra (Barber dkk., 2005), daerah penelitian
di tandai dengan kotak area berwarna merah (Gambar II.2).

Gambar II.2. Blok tektonik pembentuk Pulau Sumatera


(Barber dkk., 2005).

8
II.3 Stratigrafi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Baturaja (Gambar II.3) daerah penelitian


tersusun oleh satu formasi batuan yaitu endapan gunungapi muda yang berumur
Kuarter (Qhv), terdiri dari Andesit, Basalt, Breksi Vulkanik, Tuf, dan Lava (Gafoer
dkk., 1994).

Gambar II.3 Stratigrafi Daerah Penelitian Lembar Batu Raja (Gafoer dkk., 1994).

II.4 Geomorfologi

Geomorfologi adalah ilmu yang berisikan tentang bentuk lahan yang ada di
permukaan bumi, yang meruju pada asal mula terbentuknya atau sering disebut
genesa yang berhubungan dengan lingkungan. Untuk analisis geomorfologi pada
daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan data citra yang meliputi data
DEM menggunakan skala 1:25.000, data ini digunakan sebagai acuan saat
pengamatan di lapangan. Kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data yang
mempertimbangkan data tatanan gunungapi sekitar, pusat erupsi, sebaran produk
gunungapi, pola kelurusan, pola aliran sungai, morfologi, dan pengontrol
geomorfologi baik secara eksogen maupun endogen serta satuan geomorfologi.

9
II.4.1 Sebaran Produk Gunungapi

Daerah penelitian masuk kedalam tipe gunungapi strato yang memiliki jenis
produk utama yaitu berupa aliran lava dan aliran piroklastik. Produk aliran ini
terbentuk mengikuti penyebaran lembah dan dikontrol oleh jarak dan sumber
erupsinya. Produk gunungapi aliran lava dan aliran piroklastik mempunyai ciri-
ciri berupa kemiringan lereng yang curam. Aliran lava terdiri dari kontur yang
sangat teratur dan menyebar disepanjang lembah, sedangkan aliran lava tua
umumnya berada di punggungan karena sifat resistennya dan mempunyai pola
kontur dengan rona lebih halus. Aliran piroklastik memiliki pola kontur dan rona
yang kasar (Yuwono, 2004).

II.4.2 Pola Aliran Sungai

Pola aliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat
erosi yang mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (Howard, 1967). Pola sungai yang terbentuk
ditentukan oleh lereng permukaan dan litologi. Oleh karena itu, pola aliran sungai
dapat mencerminkan keadaan lereng dan struktur ataupun tahapan berturut-turut
yang telah termodifikasi termasuk pengangkatan, lipatan, patahan, dan kekar,
serta pengendapan oleh laut, glasial, vulkanik, angin, dan sungai. Satu pola aliran
sungai mungkin disebabkan oleh satu maupun beberapa faktor (Zernitz, 1932).

Pola aliran sungai dibedakan menjadi pola pengaliran dasar dan pola pengaliran
modifikasi. Pola pengaliran dasar merupakan pola pengaliran yag mudah
dibedakan satu dengan yang lain serta dikontrol oleh struktur regional yang
berkembang, sedangkan pola pengaliran modifikasi telah mengalami perubahan
dari pola dasar namun tetap memperlihatkan ciri. Pola pengaliran dasar terdiri dari
dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial, anular, multibasinal, dan concorted
(Howard,1967).

10
II.5 Mekanisme Pengendapan Lahar

Lahar atau yang dapat dikenal dengan Mudflow atau Fragmental flow, merupakan
istilah yang menjelaskan tentang campuran produk bahan erupsi gunungapi
dengan air meteorik (Sumintadireja, 2012). Lahar terbagi menjadi dua jenis yaitu
lahar panas dan dingin. Lahar panas dapat terjadi akibat adanya air hujan yang
terkumpul pada dasar kepundan yang dapat mengalir bersamaan dengan letusan
gunungapi dan bahan-bahan magma. Sedangkan lahar dingin dapat terjadi jika
ada material gunugapi yang belum terkonsolidasi setelah erupsi dan kemudian
terjadi hujan, maka material piroklastik akan bergerak kebawah yang
dikendalikan oleh gaya berat dan topografi. Endapan lahar dingin dapat dicirikan
dengan pemilahan yang buruk, dengan fragmen yang cukup besar (Noor, 2014).

II.6 Vulkanostratigrafi

Vulkanostratigrafi adalah sistem klasifikasi yang menggolongkan endapan


gunungapi berdasarkan sumber, deskripsi, dan genesanya. Satuan batuan
gunungapi merupakan hasil dari proses kegiatan gunungapi secara primer
maupun skunder dalam suatu waktu. Untuk menentukan satuan gunungapi
terlebih dahulu harus mengetahui sumber erupsinya berupa kawah atau kaldera,
sehingga dapat diketahui genesa terbentuk dari aliran lava, aliran piroklastik,
jatuhan piroklastik atau lainnya (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

Penamaan satuan stratigrafi gunungapi berbeda dengan stratigrafi yang


digunakan untuk batuan sedimen. Pada dasarnya tatanama satuan
vulkanostatigrafi terdiri dari sumber, jenis batuan dan urutan kejadian dengan
menggunakan tiga karakter dari gabungan huruf dan angka (Gambar II.4).
Untuk karakter pertama menunjukan singkatan dari nama sumber erupsi, ditulis
dengan huruf besar. Karakter kedua menunjukkan nama satuan batuan maupun
endapan gunungapi, ditulis dengan huruf kecil. Karakter ketiga menunjukkan
urutan kejadian pada satu sumber erupsi, ditulis dengan angka (Martodjojo dan
Djuhaeni, 1996).

11
Gambar II.4. Tatanama satuan stratigrafi berdasarkan vulkanostratigrafi
(Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

12

Anda mungkin juga menyukai