Anda di halaman 1dari 24

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS

TEKNOLOGI MINRAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

MAKALAH PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI


BENTANG ALAM DAN PROSES PEMBENTUKAN

Disusun oleh:
Irinus kum

4100210007

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral


Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA 2022
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa karena berkat karunia dan
rahmatnya bisa dapat menyelesaikan makalah praktikum geomorfologi ini dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah praktikum
geomorfolog. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui bentang
alam/susunan daerah tanah berdasarkan visualnya.
Dalam penyusunan tugas makalah ini, tentu tidak terlepas dari bimbingan
berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu;
1. Ignatius Adi Prabowo dan EV. Budiadi
2. Asisten Dosen Praktikum Geomorfologi
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………....….………I
KATA PENGANTAR.........................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................III
DAFTAR GAMBAR.........................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN………………….…………………………1

1.1 Latar Belakang……………………….……………….…………...1


1.2 Rumusan Masalah……………….…………………….……….....1
1.3 Tujuan Masalah……………………………………….………......1
BAB II PEMBAHASAN………………………………….……...…...2
2.1 Konsep Dasar Bentang Alam………………………….…..….…..2
2.2 Gaya Yang Berpengaruh Dalam Pembentukan Bentang Alam..….8
2.3 Jenis-Jenis Bentang Alam Berdasarkan Genesa………………....15
2.4 Kenampakan Bentang Alam Di Peta……………………….…....16
BAB III PENUTUP…………………………………………….…....17
3.1 Kesimpulan………………………………………………….…...17
3.1 Saran…………………………………………………………..…17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…….…18
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktural Bentang Alam……………………………..……3


Gambar 2 Morfologi Gawir Sesar……………………………………4
Gambar 3 Morfologi Bukit Tertekan………………………….………4
Gambar 4 Morfologi Cekungan Kantong……………….…………….5
Gambar 5 Morfologi Bukit Terpotong………………………………..5
Gambar 6 Morfologi Bukit Antiklin………………….……………….6
Gambar 7 Pelapukan Mekanik………………………………….…….7
Gambar 8 Pelapukan Kimiawi………………………………………..8
Gambar 9 Pelapukan Biologis……………………..…………………8
Gambar 10 Bentang Alam Aluvvial……………………………...……9
Gambar 11 Bentang Alam Eolion……………………………….…..10
Gambar 12 Bentang Alam Vulkanik…………………………...….…11
Gambar 13 Peta Kontur…………………………………...……...…17
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geomorfologi (geomorphology) adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta


aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga merupakansalah
satubagian dari geografi. Di mana geomorfologi yang merupakan cabang dari
ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan
luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape)
sampai pada satuanterkecil sebagai bentuk lahan (landform).

Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya


pegunungan, lembah, bukit, baik yang ada didarat maupun di dasar laut.
Bentangan alam yang sangat luas terdiri dari beragam bentukan alam dansumber
dayanya serta ragam sebaran vegetasi dan fauna yang hidup sesuai
dengankemampuan adaptasi mereka dengan lingkungan sehingga membuat
ekosistem tersendiri sesuai dengan kondisi wilayah dan makhluk hidup di
dalamnya. Bentukan geomorfologi alam terjadi akibat adanya proses alami dari
bumi ini. Misalnya bentukan alam alluvial hasil dari aliran aliran air, bentukan
dataran danlain sebagainya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Konsep dasar bentang alam


2. Gaya yang berpengaruh dalam pembentukan bentang alam
3. Jenis jenis bentang alam berdasarkan genesa
4. Kenampakan bentang alam di peta

1.3 TUJUAN MASALAH

1. mengetahui apa yang dimaksud dengan bentang alam dan proses


pembentukannya?
2. Mengetahui jenis-jenis bentang alam?
3. Membaca kenampakan bentang alam di peta?
BAB II PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR BENTANG ALAM


Bentang alam (Inggris: landform) adalah suatu unit geomorfologis yang
dikategorikan berdasarkan karateristik seperti elevasi, kelandaian, orientasi,
stratifikasi, paparan batuan, dan jenis tanah. Jenis-jenis bentang alam antara lain
adalah bukit, lembah, tanjung, dll, sedangkan samudra dan benua adalah contoh
jenis bentang alam tingkat tertinggi.
Beberapa faktor, mulai dari lempeng tektonik hingga erosi dan deposisi
dapat membentuk dan memengaruhi bentang alam.
Faktor biologi dapat pula memengaruhi bentang alam, contohnya adalah peranan
tumbuhan dan ganggang dalam pembentukan rawa serta terumbu karang. Istilah-
istilah bentang alam tidak hanya dibatasi bagi bentukan di bumi, melainkan
dapat pula digunakan untuk menjelaskan bentukan pada permukaan planet dan
objek-objek lain di alam semesta.
Sejarah genetika bentangalam dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Bentang alam kontruksional, yaitu semua bentang alam yang terbentuk
akibat gaya endogen (gaya eksogen belum bekerja disini, jadi masih berada
pada tingkat initial).
2. Bentang alam destruksional, yaitu semua bentangalam yang terbentuk
akibat gaya eksogen terhadap bentang alam yang dihasilkan oleh gaya
endogen, melalui proses pelapukan, erosi, abrasi, dan sedimentasi

2.2 GAYA YANG BERPENGARUH DALAM PEMBENTUKAN


BENTANG ALAM
A. FAKTOR ENDOGEN
Faktor endogen merupakan faktor dari dalam bumi yang membentuk bentangan
alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh gaya-gaya endogen, seperti
aktivitas gunung api, aktivitas magmatis dan aktivitas tektonik (perlipatan dan
patahan).
Aktifitas magmatis adalah aktifitas magma yang berasal dari dalam bumi,
sedangkan aktifitas tektonik adalah aktifitas atau gerakan yang berasal dari
lempeng-lempeng yang berada pada kerak bumi.
Bentuk bentangan alam yang dikendalikan oleh gaya endogen adalah :
1. Bentangan alam struktural
Bentangalam Struktural
adalah bentangalam yang proses
pembentukannya dikontrol
oleh gaya tektonik seperti
perlipatan dan atau patahan.
Gambar 2 adalah blok diagram
dari suatu patahan sesar mendatar
yang menghasilkan bentuk bentuk
bentangalam antara lain
Gambar 1 Struktural Bentang Alam

Gawir, Bukir Tertekan (pressure ridge), Sag Basin, Shutter Ridge, dan Offset

River. Merupkan proses pembentukan bentangan alam yang dipengaruhi oleh

gaya tektonik seperti lipatan dan patahan. Morfologi atau bentuk-bentuk lipatan

terbagi atas :

• Bukit antiklin (anticlinal ridges)


• Lembah antiklin (synclinal valleys)
• Bukit Sinklin (synclinal ridges)
• Lembah Sinklin (synclinal valleys)
• Bukit Monoklin (monoclinal ridges)

Morfologi “Escarpments” (Morfologi Gawir Sesar)

Morfologi Escarpment (Gawir Sesar)


adalah bentangalam yang berbentuk
bukit dimana salah satu lerengnya
merupakan bidang sesar. Morfologi
gawir sesar biasanya dicirikan oleh
bukit yang memanjang dengan
perbedaan tinggi yang cukup ekstrim
antara bagian yang datar
Gambar 2 Morfologi Gawir Sesar

dan bagian bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar
diendapkan material hasil erosi (talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan
berelief landai. Pada sesar mendatar, pergeseran memungkinkan salah satu bagian
bergerak kearah atas terhadap bagian lainnya yang kemudian membentuk gawir.
Pada gambar 3 diperlihatkan salah satu bentuk gawir sesar yang ada di wilayah
“Owen Valley” dan sesar ini terbentuk bersamaan dengan terjadinya gempabumi
pada tahun 1872. Tampak pada gambar, bagian depan berupa dataran dan latar
belakang berupa gawir dengan endapan talus yang diendapkan didepan bidang
sesar.

• Morfologi “Pressure Ridge” (Morfologi Bukit Tertekan)

Morfologi “Pressure Ridge” (Bentangalam Bukit Tertekan) adalah bentangalam


yang berbentuk bukit dan terjadi karena gaya yang bekerja pada suatu sesar
mendatar dan akibat tekanan tersebut mengakibatkan
Gambar 3 Mofologi Bukit Tertekan

batuan yang berada disepanjang patahan terpatahkan menjadi beberapa


bagian yang kemudian menekan batuan tersebut ke arah atas.

• Morfologi “Sag Basin” (Morfologi Cekungan Kantong)

Bentangalam Sag Basin adalah


bentangalam yang terbentuk dari
hasil pergeseran sesar mendatar
(strike slip fault), dengan bentuk
relief yang lebih rendah
dibandingkan dengan
pasangannya. Morfologi “Sag
Basin” merupakan pasangan
Gambar 4 Morfologi Cekungan Kantong dari morfologi “Pressure Ridge”

dan morfologi ini hanya terbentuk pada sesar mendatar saja.

• Morfologi “Shutter Ridge” (Morfologi Bukit Terpotong)

Bentangalam shutter ridge


landforms (bukit terpotong)
umumnya juga dijumpai pada
sesar mendatar. Shutter ridges
terjadi apabila salah satu sisi
dari bidang sesar

Gambar 5 Morfologi Bukit Terpotong merupakan bagian permukaan


tanah yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan yang lebih
rendah dan akibat adanya pergeseran ini dapat mengakibatkan tesrumbatnya aliran
sungai.

permukaan tanah yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan bagian permukaan
yang lebih rendah dan akibat adanya pergeseran ini dapat mengakibatkan
tesrumbatnya aliran sungai.

Morfologi ”Anticlinal ridges” (Morfologi Bukit Antiklin)

Morfologi Bukit Antiklin adalah


bentangalam yang
berbentuk bukit dimana
litologi penyusunnya telah
mengalami perlipatan
membentuk struktur antiklin.
Morfologi bukit antiklin
umumnya dijumpai di daerah
daerah cekungan sedimen yang

Gambar 6 Morfologi Bukit Antiklin

telah mengalami pengangkatan dan perlipatan. Morfologi bukit antiklin


merupakan bagian dari perbukitan lipatan yang bentuknya berupa bukit dengan
struktur antiklin. Jentera geomorfik ”Bukit Antiklin” diklasifikasikan kedalam
jentera geomorfik muda, artinya bahwa proses proses eksogenik (pelapukan,
erosi/denudasi) yang terjadi pada satuan morfologi ini belum sampai merubah
bentuk awalnya yang berupa bukit.

B. FAKTOR EKSOGEN

Faktor eksogen merupakan faktor dari luar bumi ,yaitu proses yang terjadi dari

interaksi antara selaput hidrosfer, atmosfer, litosfir, dan biosfer.

Bentuk-bentuk aktifitas yang dipengaruhi oleh faktor eksogen adalah

1. Pelapukan, Merupkan proses perubahan fisik (desintegrasi) atau

dekomposisi dari material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan

dipengaruhi oleh iklim, temperature dan komposisi kimia.

Bentuk – bentuk pelapukan adalah :


Pelapukan Mekanik

Faktor- faktor yang Menyebabkan


Pelapukan Mekanik

Ada beberapa faktor yang


menyebabkan pelapukan mekanik,
yaitu sebagai berikut:

▪ Perbedaan temperatur,
akibatnya batuan akan
mengalami

Gambar 7 Pelapukan Mekanik proses pemuaian apabila panas


dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin. Jika proses ini terus berlangsung
maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-
bongkah yang kecil.

▪ Akibat erosi di daerah pegunungan dan akibat membekunya air di sela-sela


batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar,
sehingga air tersebut akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak
struktur dari suatu batuan.
▪ Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan
yang selalu membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan.
Selain hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil
dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik). Dengan pengetahuan dan
teknologinya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap
dengan menggunakan dinamit.
▪ Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika terjadi pada air tanah yang
mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan garam akan
mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan yang
tersebar di sekitarnya, terutama batuan karang yang terdapat di daerah
pantai.

Pelapukan Kimiawi

Terdapat empat proses yang


termasuk pada pelapukan kimia,
yaitu sebagai berikut.

Hidrasi, yaitu proses


pembentukan batuan dengan cara
mengikat batuan di atas
permukaannya saja. Hidrolisa,
yaitu proses penguraian

Gambar 8 Pelapukan Kimiawi air (H2O) atas unsur-unsurnya


menjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan
pembentukan tanah liat.

Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi
umumnya akan memiliki warna kecokelatan karena kandungan besi dalam batuan
mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini ber langsung sangat lama, tetapi
batuan akan mengalami pelapukan.

Karbonasi, yaitu proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini
terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah
mengalami karbonasi adalah jenis batuan kapur.

• Pelapukan biologis
Pelapukan biologi atau sering pula
disebut pelapukan organik adalah
proses pelapukan batuan yang
dilakukan oleh organisme melalui
aktivitasnya di sekitar lingkungan
batuan tersebut. Adapun organisme
yang berperan dalam macam
Gambar 9 Pelapukan Biologis
pelapukan ini bisa berupa hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, hingga manusia.
Proses pelapukan biologi melibatkan 2 cara, yaitu cara biokimia dan
cara mekanis. Berikut ini adalah contoh pelapukan biologi melalui 2 cara tersebut.

Tumbuhnya lumut di permukaan batuan memungkinkan batuan mengalami


degradasi. Lembabnya permukaan batuan akibat proses penyerapan akar serta
tingginya pH di sekitar permukaan batuan tersebut akibat ekskresi sisa
metabolisme lumut membuat permukaan batuan mengalami korosi.

Penetrasi akar tumbuhan ke dalam sela-sela batuan menekan batuan sehingga


mengalami perpecahan.

2. Erosi, Merupakan proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun

hasil pelapukan batuan oleh media seperti air, angin, gletser.

3. Sedimentasi, Proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,

angin, gletser disuatu cekungan. Delta yang terdapat dimulut-mulut sungai adalah

hasil dari proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,

sedangkan Sand Dunes yang terdapat digurun-gurun dan di tepi pantai adalah

hasil pengendapan yang diangkut oleh angin.

2.3 JENIS-JENIS BENTANG ALAM BERDASARKAN GENESA

Bentang alam (landform) permukaan bumi menurut Van Zuldam (1979),

diklasifikasikan berdasarkan asal terbentuknya atau genesisnya dibagi menjadi :

1. Bentang alam Fluvial


Bentang alam alluvial adalah bentang
alam yang terbentuk dari proses yang
berkaitan dengan air permukaan/aliran
sungai (proses fluvial).

Gambar 10 Bentang Alam Fuvial


1. Sungai itu sendiri dapat dibedakan berdasar keberadaan saluran yang tetap
menjadi:

2. Stream; aliran sungai belum memiliki saluran yang tetap (masih dapat
berpindah).
3. River; aliran sungai telah memiliki saluran yang permanen. Sungai dapat
diklasifikasikan kembali berdasarkan stadium erosinya menjadi :
4. Sungai muda; bercirikan erosi vertical efektif, relative lurus dan mengalir
di atas batuan induk, tidak terjadi sedimentasi, dan penampang berbentuk
V.
5. Sungai dewasa; bercirikan erosi lateral efektif dan relatif kecil, terdapatnya
cabang-cabang sungai dan penampang berbentuk U.
6. Sungai tua; bercirikan erosi lateral sangat efektif dengan aliran berlikuliku
(meander), anak sungai relatif lebih banyak dibandingka dengan sungai
dewasa.

2. Bentang alam eolian

Bentang alam eolian adalah


bentang alam yang terbentuk
sebagai pengaruh dari angin.
Dalam hal ini, bentang alam
eolian akan lebih terlihat di
daerah gurun (gurun pasir)
karena sedikitnya faktor

Gambar 11 Bentang Alam Eolion

penghalang dan ketiadaan faktor pengikat oleh material-material bebas.

Di daerah ini, proses pembentukan yang terjadi pada umumnya meliputi

proses pengikisan oleh angin dan proses sedimentasi. Proses


sedimentasi (pengendapan) oleh angin ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

a) Dune; merupakan bukit yang terbentuk sebagai hasil dari timbunan pasir

oleh hembusan angin. Dune akan sangat dipengaruhi oleh kuatnya hembusan

dan kecepatan angin, bentuk dari permukaan dan adanya rintangan. Dune

memiliki berbagai macam tipe, yaitu :

1. Star dune; dune dengan banyak punggung bukit pasir ridge yang bertemu
pada satu titik.
2. Transverse dune; dune yang terbentuk di sepanjang jejak angin.
3. Barchan; bukit pasir lengkung bertanduk.

b) Loess; merupakan daerah yang luas yang tertutup oleh material-material

halus.

3. Bentang alam vulkanik


Bentang alam
vulkanik adalah
bentang alam yang terbentuk
sebagai akibat dari proses
atau kegiatan
vulkanisme/gunung berapi.
Vulkanisme dibagi dalam
menjadi tiga macam :

Gambar 12 Bentang Alam Vulkanik

1. Vulkanisme letusan; vulkanisme pada magma yang bersifat basa


dan

kental. Memiliki karakteristik letusan yang kuat dan umumnya

menghasilkan material piroklastik serta membentuk gunung api terjal.


2. Vulkanisme lelehan; vulkanisme pada magma asam dan bersifat
encer,

dimana vulkanisme ini memiliki letusan yang lemah. Vulkanisme jenis ini

akan membentuk gunung api jenis perisai.

3. Vulkanisme campuran; vulkanisme pada magma intermediate,


umumnya membentuk gunung api strato.

Gunung api dapat dibedakan berdasarkan tipe erupsinya menjadi :

a) Tipe Hawaii (perisai); tipe gunung ini memiliki tipe vulkanisme lelehan
dengan bentuk kubah yang relatif landai, umumnya tedapat kaldera.
b) Tipe Krakatau; memiliki tipe vulkanisme lelehan dan letusan.
c) Tipe Pelee; memiliki tipe vulkanisme letusan dengan bentuk bentang
gunung kerucut.

Berdasarkan penampakan morfologi, bentang alam gunung api


diklasifikasikan menjadi :

 Depresi vulkanik; umumnya berupa bentang alam cekungan. Depresi


vulkanik dapat berupa danau vulkanik, kawah, dan kaldera.
 Kubah vulkanik; bentang alam yang memiliki bentuk cembung ke atas,
berupa Parasite cone, Cinder cone.
 Vulkanik semu; bentang alam yang mirip gunung api, bahkan dapat
terbentuk karena proses vulkanisme yang berdekatan.
 Dataran vulkanik; dicirikan dengan puncak vulkanik yang datar dan
memiliki perbedaan/variasi perbedaan ketinggian yang tidak terlalu
mencolok. Dataran vulkanik berupa dataran rendah basal, plato basal, dan
dataran plato basal.

4. Bentang alam laut dan pantai

a. Tempat Terjadinya Bentang Alam Pantai


Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya

dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan

lautan (Thornbury, 1969).

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk morfologi pantai tersebut antara lain

adalah pengaruh diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi, pengaruh perubahan

naik turunnya muka air laut, serta pengendapan sediment asal daratan / sungai,

erosi daratan dan angin.

b. Proses Terjadinya Bentang Alam Pantai

Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung

maupun tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral,

pasang naik dan pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme laut.

4. Bentang Alam Kars

Karst adalah Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa

batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak

teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan

lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentang Alam Kars

A. Faktor Fisik

- Ketebalan Batugamping

- Porositas dan Permeabilita

- Intesitas Struktur Terhadap Batuan

B. Faktor Kimiawi
Faktor kimiawi yang berpengaruh dalam proses karstifikasi adalah kondisi kimia

batuan dan kondisi kimia media pelarut.

- Kondisi Kimia Batuan

- Kondisi Kimia Media Pelarut

C. Faktor Biologis

Aktifitas biologis dapat mempengaruhi pembentukan topografi kars, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

D. Faktor Iklim dan Lingkungan

Iklim dan lingkungan merupakan dua hal yang sering kali sulit untuk dipisahkan.

Lingkungan dalam arti sempit adalah kondisi disekitar tempat yang dimaksud

(dalam hal ini adalah lahan pembentukan topografi kars) dan lingkungan dalam

arti luas meliputi seluruh aspek biotik dan abiotik yang ada didaerah yang

dimaksud

5. Bentang Alam Glasial (Gletser)

Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mampu bergerak

karena pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami

kompaksi dan rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah

melewati beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau

hilang.

Ada dua tipe bentang alam glasial :

1) Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.


2) Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup

gletser. Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat

peleburannya pada musim panas sangat kecil. Gletser terbentuk


oleh akumulasi es dengan faktor-faktor pendukung sebagai

berikut:

1) Tingginya tingkat presipitasi


2) Suhu lingkungan yang sangat rendah

3) Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar


4) Pada musim panas tingkat peleburannya rendah

Benua Antartika menyimpan lebih dari 85 % cadangan es dunia, 10 % berada di

Greenland dan 5 % sisanya tersebar di tempat lain di seluruh dunia. Dari fakta ini

dapat disimpulkan bahwa Antartika menyimpan cadangan air dunia dalam jumlah

besar, sehingga bila es di Antartika meleleh maka muka air laut akan meningkat

60 meter (200 feet) yang dapat mngakibatkan banjir dan daratan tenggelam.

6. Bentang Alam Struktural

Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol

oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi yang paling

berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder,

yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Struktur sekunder biasanya

terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik.

Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan

lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk

relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.

Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi

dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran,

rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).


a. Beberapa kenampakan pada peta topografi yang dapat digunakan dalam

penafsiran bentang alam struktural adalah :

1. Pola pengaliran. Variasi pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh


variasi struktur geologi dan litologi pada daerah tersebut.

2. Kelurusan dari punggungan, puncak bukit, lembah, lereng dan


lainlain.
3. Bentuk-bentuk bukit, lembah dll.
4. Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan
dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan.

b. Macam-macam Bentang Alam Struktural

1. Bentang alam dengan struktur mendatar (Lapisan Horisontal)

2. Bentang alam dengan Stuktur Lipatan

3. Struktur antiklin dan sinklin

4. Struktur antiklin dan sinklin menunjam

5. Struktur lipatan tertutup

6. Bentang Alam dengan Struktur Patahan

2.4 KENAMPAKAN BENTANG ALAM DI PETA

Peta yang banyak digunakan untuk mengedentifikasi bentang alam adalah peta

topografi dan peta rupa bumi, karena peta tersebut memberikan gambaran

tentang ketinggian tempat (garis kontur) dan bentuk penggunaan lahan,

sehingga dapat diinterpretasi mengenai suhu udara, kemiringan, morfologi,

batuan, tanah, dan kondisi air.


Dengan bantuan garis kontur, pembaca peta dapat mengetahui ketinggian

suatu tempat pada bentang alam, dengan memperhatikan beberapa prinsip

berikut:

1. Garis-garis kontur menghubungkan titik-titik yang sama tinggi.


2. Garis kontur tidak pernah bertemu.
3. Jarak antara garis kontur menunjukkan tingkat kelandaian/kecuraman

suatu lereng. Jika garis kontur berimpit, tempat tersebut memiliki lereng

curam.

4. Garis yang melengkung ke dalam menunjukkan adanya cekungan (dapat

mewakili lekukan/alur lereng perbukitan/pegunungan.

Gambar 13 Peta Kontur

Ikutilah garis-garis yang ditarik dari peta kontur yang dipertemukan dengan

skala vertikal! Angka pada garis kontur mewakili ketinggian (dalam

meter).

Contoh kenampakan bentang alam pada peta untuk lebih memahami

pemakaian symbol warna dan garis kontur pada peta sebagai berikut :

1. Contoh penggunaan simbol

Simbol dalam peta digunakan untuk menunjukkan berbagai kenampakan alami

dan buatan, serta berbagai tempat penting lain.


2. Contoh penggunaan warna

Warna digunakan untuk menunjukkan perbedaan ketinggian tempat di

daratan.

3. Contoh penggambaran kontur

Kontur pada peta topografi menghubungkan tempat-tempat dengan

ketinggian sama.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Geomorfologi (geomorphology) adalah ilmu yang mempelajari tentang muka


bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Geomorfologi bisa juga
merupakan salah satubagian dari geografi.

Bentangan alam yang sangat luas terdiri dari beragam bentukan alam dan sumber
dayanya serta ragam sebaran vegetasi dan fauna yang hidup sesuai dengan
kemampuan adaptasi mereka dengan lingkungan sehingga membuat ekosistem
tersendiri sesuai dengan kondisi wilayah dan makhluk hidup di dalamnya.

Bentang alam (landform) permukaan bumi menurut Van Zuldam


(1979), diklasifikasikan berdasarkan asal terbentuknya atau genesisnya dibagi
menjadi :

a. Bentang alam alluvial


b. Bentang alam structural
c. Bentang alam kars
d. Bentang alam eolian
e. Bentang alam laut dan pantai
f. Bentang alam vulkanik
g. Bentang alam glacial dan periglasial

3.2 SARAN

Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurang tentang penjelasan


bentang alam untuk itu, bagi pembaca cari artikel atau jurnal yang lebih lengkap
tentang penjelasan bentang alam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim., 2015, “ Diktat penuntun Praktikum Geologi Umum” Universitas


Islam Bandung, Bandung Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 19.00 WIB
Noor.,Djauhari., 2009, “ Proses-proses Geologi”

Anda mungkin juga menyukai