KLARA KUMALASARI
S.AP M.AP
SUB MATERI 1. INTRODUCTION
2. DASAR-DASAR PERPAJAKAN
3. UNSUR-UNSUR PERJAKAN
4. HUKUM PAJAK
7. REVIEW
SUB MATERI 9. PPH 21, 22, 23
11 PPN
12. PPNB
16. REVIEW
PAJAK PANGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan atau PPh adalah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.
Pajak penghasilan menjadi kewajiban setiap wajib pajak sehingga pembayaran tidak dapat
diwakilkan.
Pada Bab I Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kewajiban membayar
pajak penghasilan dapat dikenakan untuk penghasilan yang diperoleh pada tengah atau akhir tahun
selama diterima di tahun pajak tersebut.
•PPh 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan yang
PENGERTIAN diterima oleh seorang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri
PAJAK atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukannya.
PENGHASILAN •PPh 21 dipotong dari penghasilan yang diterima oleh seseorang,
Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
Ketentuan Umum
Subyek Pajak
8
JENIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL JENIS PAJAK
Pajak Penghasilan Pasal 21 PPh Pasal 21 ialah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, pembayaran lain
Pajak Penghasilan Pasal 22 pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor
dan re-impor
Pajak Penghasilan Pasal 23 pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa atau hadiah
dan penghargaan selain yang telah dipotong oleh PPh 21.
Pajak Penghasillan pasal Pajak ini diperuntukkan untuk Wajib Pajak yang menerima penghasilan di luar
24 negeri
Pajak Penghasilan Pasal 25 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dibayar dengan
mengangsur oleh wajib pajak pribadi maupun badan.
JENIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL JENIS PAJAK
Pajak Penghasilan Pasal 26 pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
luar negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) yang berada di
Indonesia.
Pajak Penghasilan Pasal 27 DI CABUT
Pajak Penghasillan pasal 29 Pajak penghasilan kurang bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh..
PEMOTONG PPh PASAL 21
Pemotong PPh Pasal 21 sesuai Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah:
1. Pemberi kerja
3. Dana pensiun
4. Orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badang yang membayar
honorarium
5. Penyelenggara kegiatan
PENGHASILAN YANG
DIPOTONG PPh PASAL 21
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya;
4. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang
dilakukan;
Lanjutan
5. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis
dengan nama apapun
6. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai
tetap pada perusahaan yang sama;
7. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
PENERIMA PENGHASILAN (WP
PPh PASAL 21)
Wajib Pajak PPh Pasal 21 terdiri atas:
1. Pegawai
3. Bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap (tenaga kerja lepas)
5. Mantan pegawai
c. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang
PAJAK
PENGHASILAN
TIDAK FINAL PAJAK PENGHASILAN
FINAL
PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN
FINAL DAN TIDAK FINAL
1. Pada pajak penghasilan final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum
dalam SPT Tahunan PPh. Sedangkan, pada PPh Tidak Final penghasilan digabungkan dengan penghasilan lain
yang dikenai tarif umum
2. Pada pajak penghasilan final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final biaya tersebut dapat dikurangkan
3. Pada pajak penghasilan final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang
dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong dapat diperhitungkan sebagai kredit
pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut
ISTILAH DALAM PENGHASILAN
(BRUTO DAN NETTO)
1. Penghasilan neto adalah penghasilan yang terkena wajib pajak atau menjadi dasar dalam
penghitungan pajak penghasilan. Oleh karena itu, penghasilan neto sering kali disebut sebagai
penghasilan kena pajak.
2. Penghasilan neto ini didapat berdasarkan pengurangan penghasilan bruto dengan beberapa
biaya tertentu. Sederhananya, penghasilan neto merupakan penghasilan bersih,
3. sedangkan penghasilan bruto merupakan penghasilan kotor yang masih harus dipotong
jumlahnya untuk membayar kewajiban-kewajiban tertentu.
ILUSTRASI 1- IDENTIFIKASI
PPH 21
CATUR ADALAH PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KEMENTRIAN
PERDAGANGAN DENGAN RINCIAN GAJI SEBAGAI BERIKUT:
1. GAJI KOTOR (BRUTO) RP.3.200.000
2. GAJI POKOK RP. 2.600.000
3. GAJI JUMLAH BERSIH RP. 2.982.000
APAKAH CATUR TERMASUK PEGAWAI DENGAN PENGHASILAN KENA
PAJAK PPH 21?
RUMUS CARA PERHITUNGAN PPH 21 PRIBADI
Perhitungan PPh 21 dilakukan dengan mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak atau
jumlah bruto dari penghasilan yang ditetapkan.
PPH 22
Definisi
23
PEMUNGUT, PENYETOR, DAN
PELAPOR (1)
Aktivitas Penyerahan Barang
Aktivitas Impor
• Bank Devisa
• Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
24
PEMUNGUT, PENYETOR, DAN
PELAPOR (2)
Aktivitas di Industri Tertentu
25
Tarif Pajak PPH 22
Aktivitas Impor
• 2,5% dari nilai impor bagi pengguna Angka Pengenal Impor (API).
• 0,5% bagi pengguna API untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu.
• 7,5% dari nilai impor bagi non pengguna API.
• 7,5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai.
• Nilai impor = CIF ditambah Bea Masuk dan pungutan lain.
26
Ilustrasi pph 22
Koperasi cipta rakyat menandatangani kontrak dengan Kantor Humas Pemprov Jawa Tengah
untuk menyediakan furniture berbahan dasar kayu jati senilai Rp 350.000.000,00 untuk
ditempatkan di ruang tunggu yang sedang dibangun sebagai wujud pelaksanaan transformasi
pemerintah daerah menuju pelayanan prima. Berapakah besar beban PPh 22?
Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00
27
PPH 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
Pajak yang dipotong atas penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara
pihak yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan
pemberi penghasilan.
PPh 23 & 26 29
OBJEK PPH 23
1.Penilai (appraisal);
2.Aktuaris;
4.Hukum;
5.Arsitektur;
7.Perancang (design);
8.Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
9.Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10.Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
OBJEK PPH 23
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI);
17. Sentra Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
22. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
26. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
27. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
29. Maklon;
32. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;
39. Logistik;
42. Loading dan unloading;
43. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
49. Permanenan;
51. Dekorasi;
52. Pencetakan/penerbitan;
53. Penerjemahan;
54. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
55. Pelayanan pelabuhan;
56. Pengangkutan melalui jalur pipa;
57. Pengelolaan penitipan anak;
58. Pelatihan dan/atau kursus;
59. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
60. Sertifikasi;
61. Survey;
62. Tester;
63. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah).
TARIF PPH 23
1. Tarif 15% PPh 23 dengan tarif 15% wajib dibayarkan oleh WP dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, dan
hadiah, penghargaan, bonus, atau sejenisnya, selain yang belum dipotong oleh PPh 21. Dalam Pasal 4 ayat (1) UU
36 Tahun 2008 tentang PPh, dividen yang dimaksud termasuk dividen yang diterima oleh pemegang polis asuransi
serta pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Sedangkan bunga adalah diskonto, premium, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. Sementara yang
dimaksud dengan royalti adalah imbalan atas penggunaan hak.
3. Tarif 2% Wajib pajak diwajibkan melunasi PPh sebesar 2% dari atas sewa dan penghasilan lain terkait
penggunaan harta
4. Tarif pajak PPh 23 dengan tarif 2% juga berlaku untuk imbalan jasa, di antaranya jasa teknik, konstruksi,
manajemen, konsultan, penilai, akuntansi, jasa hukum, jasa penerbitan/percetakan, dan jenis jasa lainnya seperti
yang diatur dalam peraturan Menteri Keuangan.
CARA MENGHITUNG PPH 23
Tarif dari pajak penghasilan 23 dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan,
yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya.
CONTOH :
1. Pak Anto menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp10.000.000, maka jumlah
PPh yang harus dibayarkan adalah?
2. PT karya widyaguna adalah sebuah badan usaha tetap yang menerima dibidang kontruksi
dengan jumlah bruto Rp15.000.000?
TERIMAKASIH
PAJAK PENGHASILAN (PPh) 24 dan
PPH 25
PERTEMUAN KE 10
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang
boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang atas seluruh
penghasilan WP DN
Pengkreditan dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia
41
PAJAK BERGANDA
1. Pajak berganda adalah pengenaan pajak atas penghasilan (objek pajak) yang sama terhadap wajib
pajak pajak yang sama oleh dua negara yang berbeda.
2. Pajak berganda dapat terjadi apabila dalam suatu transaksi lintas batas negara terdapat lebih dari
satu negara yang menyatakan hak pemajakan berdasarkan salah satu faktor penghubung.
3. Dengan kata lain, pajak berganda dapat terjadi karena adanya konflik kepentingan antara suatu
negara dan negara lainnya berupa perbedaan sistem atau prinsip pemajakan antara negara tersebut.
4. Konflik yang dimaksud ialah konflik antara suatu negara dan negara lainnya untuk menjadi negara
sumber dari suatu penghasilan tertentu
5. Prinsip perpajakan global untuk Wajib Pajak dalam negeri dimana penghasilan dari dalam negeri dan
luar negeri dikenakan pajak oleh negara residen atau negara domisili Wajib Pajak
double taxation
double taxation, bisa menimpa pribadi, dan bisa juga badan.
Pertama dikenakan pajak penghasilan atas gajinya dan kedua dikenakan pajak untuk konsumsinya
berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Demikian juga wp badan, pada level laba (profit) perusahaan, akan terkena pph badan, dan pada level
pemegang saham akan dikenakan kenakan lagi pajak untuk dividen yang mereka terima.
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan perubahan terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24
ayat (1),
1. PPh Pasal 24 mengatur tentang pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia.
2. PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar/dipotong/
terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.
SUMBER PENGHASILAN PPH 24
1. Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-
benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, serta kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar neger
SUMBER PENGHASILAN PPH 24
LANJUTAN …..
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan
dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).
KOREKSI ATAS PPH PASAL 24
wajib pajak bisa melakukan koreksi sendiri dengan melakukan pembetulan atas SPT.
Jika pembetulan sudah dilakukan, maka bunga terutang atas pajak yang
kurang dibayar tidak akan ditagih.
SAAT PENGGABUNGAN
PENGHASILAN
48
KREDIT PAJAK YANG
DIPERBOLEHKAN DI PPH 24.
Besarnya kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah nilai terendah di antara tiga
perhitungan berikut ini:
Penghasilan neto luar negeri : Total penghasilan dalam dan luar negeri x Total PPh terutang
50
PELAKSANAAN KREDIT PAJAK
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak (tax return) yang disampaikan di luar negeri
4. Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh
KASUS 1
• Amir adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jepang lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan. Penghasilannya hanya bersumber dari
pekerjaannya di Jepang saja.
• Dari penghasilannya di jepang, Amir juga sudah dikenakan dan dipotong
pajak di sana.
• Dari kasus tersebut, Amir sudah bukan lagi termasuk Subjek Pajak Dalam
Negeri,dengan begitu Amir sudah tidak dikenakan pajak penghasilan lagi di
Indonesia.
KASUS 2.
Budi adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jerman selama 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Selain penghasilan di Jerman, Budi juga masih mendapatkan penghasilan di Indonesia.
2. cara membayarnya sama dengan wajib pajak dalam negeri pada umumnya,
3. namun perpajakan dia di luar negeri bisa sebagai pengurang bagi pajak Budi di Indonesia (kredit pajak
luar negeri sesuai dengan Pasal 24 UU PPh).
4. Budi harus melaporkan SPT Tahunannya di Indonesia, dan di dalamnya Budi juga harus melaporkan
penghasilan yang didapatnya di luar negeri.
KASUS 3
Di tahun 2020, PT. Nusantara Jaya memperoleh pendapatan neto dari luar negeri sebesar 15 miliar
rupiah dan dalam negeri sebesar 30 miliar rupiah. Sesuai peraturan perpajakan di negara tersebut, PT.
Nusantara Jaya harus membayar pajak sebesar 15%. Dalam tahun 2020 PT tersebut tidak mendapatkan
rugi. Besaran yang terkena PPh 24 adalah?
RUMUS PPH 24
1. Penghasilan Neto dari Luar Negeri/Penghasilan dalam negeri) x Total PPh Terutang.
2. Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di Indonesia, maka pertama-
tama Anda harus menjumlahkan total pendapatan neto keseluruhan.
RINCIAN PADA KASUS 3
NETTO DALAM NEGERI :
Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak yang
berlaku adalah 30%)
63
PPH 25 BAGI WP BARU
WP baru adalah orang pribadi atau badan yang baru pertama kali memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.
64
CARA PENGHITUNGAN
Pajak terutang
sesuai SPT.
65
Pencatatan Transaksi PPh 25
Pencatatan angsuran pajak periode berjalan dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
◦ Pembebanan akhir tahun Dicatat sebagai pembayaran pajak di muka.
◦ Pembebanan langsung Dicatat sebagai beban pajak kini.
Kedua pendekatan akan mempengaruhi jurnal pada akhir periode.
66
ANGSURAN PPH 25 MENURUT BULAN
(PELAPORAN SPT TEPAT WAKTU)
Sesuai Angsuran
Januari – Bulan
Desember Tahun
Pelaporan SPT Pajak Lalu
67
SAAT PENYETORAN DAN
PELAPORAN
Saat penyetoran dan Paling lambat tanggal 15
pembayaran. bulan takwim berikutnya.
68
PENGHITUNGAN DALAM HAL TERTENTU
Penerbitan SKP.
69
PENGHITUNGAN DALAM HAL TERTENTU
WP diberi perpanjangan
waktu pelaporan SPT PPh.
WP membetulkan sendiri
SPT PPh.
70
PENGAJUAN PERMOHONAN
71
KESIMPULAN
PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.
TERIMAKASIH