Anda di halaman 1dari 73

PERPAJAKAN

KLARA KUMALASARI
S.AP M.AP
SUB MATERI 1. INTRODUCTION

2. DASAR-DASAR PERPAJAKAN

3. UNSUR-UNSUR PERJAKAN

4. HUKUM PAJAK

5. HAK DAN KEWENAGAN WAJIB PAJAK

6. HAK DAN KEWENANGAN FISKUS

7. REVIEW
SUB MATERI 9. PPH 21, 22, 23

10. PPH 24, 25

11 PPN

12. PPNB

13 BEA MASUK DAN BEA KELUAR

14. PAJAK DAERAH DAN RETREBUSI DAERAH

15 PERMASALAHAN PAJAK DI INDONESIA

16. REVIEW
PAJAK PANGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan atau PPh adalah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.

Pajak penghasilan menjadi kewajiban setiap wajib pajak sehingga pembayaran tidak dapat
diwakilkan.

Pada Bab I Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kewajiban membayar
pajak penghasilan dapat dikenakan untuk penghasilan yang diperoleh pada tengah atau akhir tahun
selama diterima di tahun pajak tersebut.
•PPh 21 adalah pajak pemotongan yang dikenakan atas penghasilan yang
PENGERTIAN diterima oleh seorang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam negeri
PAJAK atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukannya.
PENGHASILAN •PPh 21 dipotong dari penghasilan yang diterima oleh seseorang,

•sementara di sisi lain, PPh 23 dipotong dari penghasilan yang diterima


oleh suatu Badan.
•Umumnya PPh 21 ini berkaitan dengan pajak yang digunakan pada
sistem penggajian suatu perusahaan.

•Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015


Penghasilan Kena Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala dikenakan PKP
PERTIMBANGAN PENGENAAN
Kesederhanaan Pemotongan
Pengurangan Beban
Administratif
Pemerataan Pengenaan Pajak

Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan Ekonomi dan
Moneter
Ketentuan Umum

Subyek Pajak

UU PAJAK Obyek Pajak


• Obyek; bukan obyek; pengurang dan bukan pengurang
PENGHASILAN
Cara Menghitung Pajak
(UU 36/2008) • Tarif, struktur modal, harga transaksi, revaluasi
Perubahan keempat dari UU
7/1983 Pelunasan pajak dalam Tahun Berjalan
• PPh 21; 22; 23; 24; 25; 26

Perhitungan pajak akhir tahun


• PPh 28; PPh 29

Ketentuan lain-lain; Peralihan dan Penutup

8
JENIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL JENIS PAJAK
Pajak Penghasilan Pasal 21 PPh Pasal 21 ialah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, pembayaran lain

Pajak Penghasilan Pasal 22 pajak yang dikenakan pada bendahara atau badan-badan tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor
dan re-impor
Pajak Penghasilan Pasal 23 pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa atau hadiah
dan penghargaan selain yang telah dipotong oleh PPh 21.

Pajak Penghasillan pasal Pajak ini diperuntukkan untuk Wajib Pajak yang menerima penghasilan di luar
24 negeri
Pajak Penghasilan Pasal 25 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dibayar dengan
mengangsur oleh wajib pajak pribadi maupun badan.
JENIS PAJAK PENGHASILAN
PASAL JENIS PAJAK
Pajak Penghasilan Pasal 26 pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
luar negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) yang berada di
Indonesia.
Pajak Penghasilan Pasal 27 DI CABUT

Pajak Penghasilan Pasal 28 Mengatur kelebihan pembayaran pajak di akhir tahun

Pajak Penghasillan pasal 29 Pajak penghasilan kurang bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh..
PEMOTONG PPh PASAL 21
Pemotong PPh Pasal 21 sesuai Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah:

1. Pemberi kerja

2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah

3. Dana pensiun

4. Orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badang yang membayar
honorarium

5. Penyelenggara kegiatan
PENGHASILAN YANG
DIPOTONG PPh PASAL 21
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya;

3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun
atau penghasilan sejenisnya;

4. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang
dilakukan;
Lanjutan
5. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis
dengan nama apapun

6. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau
diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai
tetap pada perusahaan yang sama;

7. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
PENERIMA PENGHASILAN (WP
PPh PASAL 21)
Wajib Pajak PPh Pasal 21 terdiri atas:

1. Pegawai

2. Penerima uang pesangon

3. Bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap (tenaga kerja lepas)

4. Anggota dewan komisaris

5. Mantan pegawai

6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan


KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK
PPH 21
a. Setiap Pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke KPP

b. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir

c. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang

d. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21

e. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

f. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


PAJAK PENGHASILAN

PAJAK
PENGHASILAN
TIDAK FINAL PAJAK PENGHASILAN
FINAL
PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN
FINAL DAN TIDAK FINAL

1. Pada pajak penghasilan final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum
dalam SPT Tahunan PPh. Sedangkan, pada PPh Tidak Final penghasilan digabungkan dengan penghasilan lain
yang dikenai tarif umum

2. Pada pajak penghasilan final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final biaya tersebut dapat dikurangkan

3. Pada pajak penghasilan final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang
dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong dapat diperhitungkan sebagai kredit
pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut
ISTILAH DALAM PENGHASILAN
(BRUTO DAN NETTO)
1. Penghasilan neto adalah penghasilan yang terkena wajib pajak atau menjadi dasar dalam
penghitungan pajak penghasilan. Oleh karena itu, penghasilan neto sering kali disebut sebagai
penghasilan kena pajak. 

2. Penghasilan neto ini didapat berdasarkan pengurangan penghasilan bruto dengan beberapa
biaya tertentu. Sederhananya, penghasilan neto merupakan penghasilan bersih,

3. sedangkan penghasilan bruto merupakan penghasilan kotor yang masih harus dipotong
jumlahnya untuk membayar kewajiban-kewajiban tertentu.
ILUSTRASI 1- IDENTIFIKASI
PPH 21
CATUR ADALAH PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI KEMENTRIAN
PERDAGANGAN DENGAN RINCIAN GAJI SEBAGAI BERIKUT:
1. GAJI KOTOR (BRUTO) RP.3.200.000
2. GAJI POKOK RP. 2.600.000
3. GAJI JUMLAH BERSIH RP. 2.982.000
APAKAH CATUR TERMASUK PEGAWAI DENGAN PENGHASILAN KENA
PAJAK PPH 21?
RUMUS CARA PERHITUNGAN PPH 21 PRIBADI

Perhitungan PPh 21 dilakukan dengan mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak atau
jumlah bruto dari penghasilan ​yang ditetapkan.
PPH 22
Definisi

Merupakan pajak yang dipungut atas:

• Aktivitas pembayaran atas penyerahan barang bagi institusi


pemerintah dan swasta
• Aktivitas impor barang.
• Aktivitas penjualan atau pembelian barang di industri
tertentu.
• Aktivitas penjualan barang sangat mewah.

23
PEMUNGUT, PENYETOR, DAN
PELAPOR (1)
Aktivitas Penyerahan Barang

• Bendahara pemerintah untuk mekanisme pembelian barang.


• Bendahara pengeluaran untuk mekanisme Uang Persediaan (UP).
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar (SPM) untuk mekanisme Pembayaran Langsung (LS).

Aktivitas Impor

• Bank Devisa
• Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

24
PEMUNGUT, PENYETOR, DAN
PELAPOR (2)
Aktivitas di Industri Tertentu

• Badan usaha yang ditunjuk Kepala KPP untuk penjualan hasil


produksi dalam negeri di industri semen, kertas, baja, dan otomotif.
• Produsen atau importir BBM, gas, dan pelumas untuk penjualan
komoditas tersebut.
• Industri atau eksportir yang ditunjuk Kepala KPP untuk pembelian
bahan keperluan di sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan
perikanan.

25
Tarif Pajak PPH 22

Aktivitas Penyerahan Barang


• 1,5% dari harga pembelian.

Aktivitas Impor
• 2,5% dari nilai impor bagi pengguna Angka Pengenal Impor (API).
• 0,5% bagi pengguna API untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu.
• 7,5% dari nilai impor bagi non pengguna API.
• 7,5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai.
• Nilai impor = CIF ditambah Bea Masuk dan pungutan lain.

26
Ilustrasi pph 22
Koperasi cipta rakyat menandatangani kontrak dengan Kantor Humas Pemprov Jawa Tengah
untuk menyediakan furniture berbahan dasar kayu jati senilai Rp 350.000.000,00 untuk
ditempatkan di ruang tunggu yang sedang dibangun sebagai wujud pelaksanaan transformasi
pemerintah daerah menuju pelayanan prima. Berapakah besar beban PPh 22?

Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00

27
PPH 23
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pajak yang dipotong atas penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat adanya transaksi antara
pihak yang menerima penghasilan (penjual atau pemberi jasa) dan
pemberi penghasilan.

PPh 23 & 26 29
OBJEK PPH 23
1.Penilai (appraisal);

2.Aktuaris;

3.Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

4.Hukum;

5.Arsitektur;

6.Perencanaan kota dan arsitektur landscape; 

7.Perancang (design);

8.Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);

9.Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);

10.Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
OBJEK PPH 23
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

12. Penebangan hutan;

13. Pengolahan limbah;

14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);

15. Perantara dan/atau keagenan;

16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek
Indonesia (KPEI);

17. Sentra Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);

18. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;

19. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

20.  Mixing film;


OBJEK PPH 23
21. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;

22. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.

23. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;

24. Internet termasuk sambungannya;

25. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau program;

26. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 

27. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

28. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.

29. Maklon;

30. Penyelidikan dan keamanan;


OBJEK PPH 23
31. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;

32. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;

33. Pembasmian hama;

34. Kebersihan atau cleaning service;

35. Sedot septic tank;

36. Pemeliharaan kolam;

37. Katering atau tata boga;

38.  Freight forwarding;

39. Logistik;

40. Pengurusan dokumen;


OBJEK PPH 23
41. Pengepakan;

42. Loading dan unloading;

43. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;

44. Pengelolaan parkir;

45. Penyondiran tanah;

46. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;

47. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;

48. Pemeliharaan tanaman;

49. Permanenan;

50. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau perhutanan;


OBJEK PPH 23

51. Dekorasi;
52. Pencetakan/penerbitan;
53. Penerjemahan;
54. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan;
55. Pelayanan pelabuhan;
56. Pengangkutan melalui jalur pipa;
57. Pengelolaan penitipan anak;
58. Pelatihan dan/atau kursus;
59. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
60. Sertifikasi;
61. Survey;
62. Tester;
63. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah).
TARIF PPH 23
1. Tarif 15% PPh 23 dengan tarif 15% wajib dibayarkan oleh WP dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, dan
hadiah, penghargaan, bonus, atau sejenisnya, selain yang belum dipotong oleh PPh 21. Dalam Pasal 4 ayat (1) UU
36 Tahun 2008 tentang PPh, dividen yang dimaksud termasuk dividen yang diterima oleh pemegang polis asuransi
serta pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2. Sedangkan bunga adalah diskonto, premium, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. Sementara yang
dimaksud dengan royalti adalah imbalan atas penggunaan hak.

3. Tarif 2% Wajib pajak diwajibkan melunasi PPh sebesar 2% dari atas sewa dan penghasilan lain terkait
penggunaan harta

4. Tarif pajak PPh 23 dengan tarif 2% juga berlaku untuk imbalan jasa, di antaranya jasa teknik, konstruksi,
manajemen, konsultan, penilai, akuntansi, jasa hukum, jasa penerbitan/percetakan, dan jenis jasa lainnya seperti
yang diatur dalam peraturan Menteri Keuangan.
CARA MENGHITUNG PPH 23
Tarif dari pajak penghasilan 23 dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan,
yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya.

CONTOH :

1. Pak Anto menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp10.000.000, maka jumlah
PPh yang harus dibayarkan adalah?

2. PT karya widyaguna adalah sebuah badan usaha tetap yang menerima dibidang kontruksi
dengan jumlah bruto Rp15.000.000?
TERIMAKASIH
PAJAK PENGHASILAN (PPh) 24 dan
PPH 25
PERTEMUAN KE 10

KLARA KUMALASARI S.AP M.AP


PPH 24
KLARA KUMALASARI S.AP M.AP
PPH 24 MENGATUR:
Pajak yang terutang atau dibayarkan di luar negeri

atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang
boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang atas seluruh
penghasilan WP DN
Pengkreditan dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia

Tujuan  menghindarkan pajak berganda

Jumlah yang dikreditkan tidak melebihi penghitungan pajak yang


terutang berdasarkan UU PPh

41
PAJAK BERGANDA
1. Pajak berganda adalah pengenaan pajak atas penghasilan (objek pajak) yang sama terhadap wajib
pajak pajak yang sama oleh dua negara yang berbeda.

2. Pajak berganda dapat terjadi apabila dalam suatu transaksi lintas batas negara terdapat lebih dari
satu negara yang menyatakan hak pemajakan berdasarkan salah satu faktor penghubung.

3. Dengan kata lain, pajak berganda dapat terjadi karena adanya konflik kepentingan antara suatu
negara dan negara lainnya berupa perbedaan sistem atau prinsip pemajakan antara negara tersebut.

4. Konflik yang dimaksud ialah konflik antara suatu negara dan negara lainnya untuk menjadi negara
sumber dari suatu penghasilan tertentu

5.  Prinsip perpajakan global untuk Wajib Pajak dalam negeri dimana penghasilan dari dalam negeri dan
luar negeri dikenakan pajak oleh negara residen atau negara domisili Wajib Pajak
double taxation
double taxation, bisa menimpa pribadi, dan bisa juga badan.

Sebagai contoh, untuk wp pribadi  bisa terkena double taxation.

Pertama dikenakan pajak penghasilan atas gajinya dan kedua dikenakan pajak untuk konsumsinya
berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Demikian juga wp badan, pada level laba (profit) perusahaan, akan terkena pph badan, dan pada level
 pemegang saham akan dikenakan kenakan lagi pajak untuk dividen yang mereka terima.
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan perubahan terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 24
ayat (1),

1. PPh Pasal 24 mengatur tentang pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia.

2. PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar/dipotong/
terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh.
SUMBER PENGHASILAN PPH 24

1. Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-
benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4.  Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, serta kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar neger
SUMBER PENGHASILAN PPH 24
LANJUTAN …..
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan
dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan.

7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.

8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).
KOREKSI ATAS PPH PASAL 24

Adanya koreksi di luar negeri, yang menyebabkan pajak atas penghasilan


terutang di luar negeri dilaporkan lebih besar dalam SPT Tahunan, dan
menyebabkan pajak di luar negeri tertera kurang bayar, maka akan berakibatkemungkinan PPh yang di
Indonesia menjadi kurang bayar.

wajib pajak bisa melakukan koreksi sendiri dengan melakukan pembetulan atas SPT.

Jika pembetulan sudah dilakukan, maka bunga terutang atas pajak yang
kurang dibayar tidak akan ditagih.
SAAT PENGGABUNGAN
PENGHASILAN

• Bila di PKP • Dilakukan


(pengusaha • Pajak dari dalam tahun
kena pajak) ada penghasilan LN pajak
penghasilan dapat digabungkannya
dari LN dikreditkan thd penghasilan LN
PPh terutang di dan DN
Indonesia

48
KREDIT PAJAK YANG
DIPERBOLEHKAN DI PPH 24.

Besarnya kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah nilai terendah di antara tiga
perhitungan berikut ini:

Total PPh terutang

Penghasilan neto luar negeri : Total penghasilan dalam dan luar negeri x Total PPh terutang

PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri


TATA CARA PERHITUNGAN
KREDIT PAJAK LN
1. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan pajak yang
dibayar/terutang di LN tapi tidak boleh lebih dari jumlah tertentu (ordinary credit
method)
2. Jumlah tertentu pada no 1 dihitung dengan perbandingan penghasilan LN terhadap
PKP dikalikan dengan pajak terutang atas PKP. Paling tinggi sama dengan pajak yang
terutang atas PKP jikaPKP lebih kecil dari penghasilan LN
3. Jika penghasilan LN dari beberapa negara LN, penghitungan kerdit pajak dilakukan
untuk masing-masing negara
4. PKP yang digunakan sebagai perbandingan tidak termasuk penghasilan yang
dikenakan pajak final
5. Bila PPh yang dibayar/terutang di LN melebihi kredit pajak yang diperbolehkan,
kelebihan tidak dapat dikompensasikan pada tahun beriktunya.

50
PELAKSANAAN KREDIT PAJAK
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri

2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak (tax return) yang disampaikan di luar negeri

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

4. Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh
KASUS 1
• Amir adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jepang lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan. Penghasilannya hanya bersumber dari
pekerjaannya di Jepang saja.
• Dari penghasilannya di jepang, Amir juga sudah dikenakan dan dipotong
pajak di sana.
• Dari kasus tersebut, Amir sudah bukan lagi termasuk Subjek Pajak Dalam
Negeri,dengan begitu Amir sudah tidak dikenakan pajak penghasilan lagi di
Indonesia.
KASUS 2.
Budi adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jerman selama 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Selain penghasilan di Jerman, Budi juga masih mendapatkan penghasilan di Indonesia.

1. Dari kasus di atas, Budi harus tetap membayarkan pajaknya di Indonesia,

2. cara membayarnya sama dengan wajib pajak dalam negeri pada umumnya,

3. namun perpajakan dia di luar negeri bisa sebagai pengurang bagi pajak Budi di Indonesia (kredit pajak
luar negeri sesuai dengan Pasal 24 UU PPh).

4. Budi harus melaporkan SPT Tahunannya di Indonesia, dan di dalamnya Budi juga harus melaporkan
penghasilan yang didapatnya di luar negeri.
KASUS 3
Di tahun 2020, PT. Nusantara Jaya memperoleh pendapatan neto dari luar negeri sebesar 15 miliar
rupiah dan dalam negeri sebesar 30 miliar rupiah. Sesuai peraturan perpajakan di negara tersebut, PT.
Nusantara Jaya harus membayar pajak sebesar 15%. Dalam tahun 2020 PT tersebut tidak mendapatkan
rugi. Besaran yang terkena PPh 24 adalah?
RUMUS PPH 24

1. Penghasilan Neto dari Luar Negeri/Penghasilan dalam negeri) x Total PPh Terutang.

2. Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di Indonesia, maka pertama-
tama Anda harus menjumlahkan total pendapatan neto keseluruhan.
RINCIAN PADA KASUS 3
NETTO DALAM NEGERI :

NETO LUAR NEGERI :

Pajak yang dikenakan :


RINCIAN PADA KASUS 3
NETTO DALAM NEGERI : 15 miliar rupia

NETO LUAR NEGERI : 30 miliar rupiah

Pajak yang dikenakan : 15%


JAWABAN KASUS 3
1. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dalam negeri
Penghasilan dari Belanda
Jumlah Penghasilan Neto
2. Menghitung total PPh terutang
PPh (yg dikenakan pajak di luar negeri) X jumlah penghasilan
netto
3. Menghitung PPh Maksimum yang dapat dikreditkan
(Penghasilan Luar Negeri: total penghasilan) x total PPh
terutang
4. Menghitung PPh yang terutang atau dipotong di Belanda
JAWABAN KASUS 3
1. Menghitung total penghasilan kena pajak
Penghasilan dalam negeri Rp. 30.000.000.000
Penghasilan luar negeri Rp. 15.000.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp. 45.000.000.000
2. Menghitung total PPh terutang
PPh (yg dikenakan pajak di luar negeri) X jumlah penghasilan 15% x 45.000.000.000 :
netto 6.750.000.000

3. Menghitung PPh Maksimum yang dapat dikreditkan


(Penghasilan Luar Negeri/ total penghasilan dalam negeri) (15.000.000.000: 30.000.000)*
x total PPh terutang 6.750.000.000 = Rp3.375.000.000
ILUSTRASI KE 4
PT Adinda berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2006 sebagai berikut:

 Di negara A memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak yang
berlaku adalah 30%)

 Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp200.000.000


KESIMPULAN
Pajak penghasilan pasal 24 atau kredit pajak luar negeri, merupakan perhitungan berapa besar jumlah
pajak yang sudah dibayar atas penghasilan diluar negeri dan pajak tersebut dapat dikreditkan atau
dikurangkan dari penghasilan yang ada didalam negeri sehingga menghindari pengenaan pajak
berganda.
PPH 25
DEFINISI
Angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap
bulan pada tahun berjalan.

Angsuran PPh 25 dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak


terutang atas seluruh penghasilan WP di akhir tahun pajak yang
diaporkan dalam SPT Tahunan PPh.

Merupakan salah satu penentu nilai pajak kurang (lebih) bayar.

63
PPH 25 BAGI WP BARU
WP baru adalah orang pribadi atau badan yang baru pertama kali memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.

Angsuran bulanan dalam tahun berjalan didasarkan pada perkiraan penghasilan


berdasar bulan operasi awal.

Penghasilan netto adalah jumlah disetahunkan dari penghasilan satu bulan.


Bagi badan, PKP sama dengan penghasilan netto.
Bagi OP, PKP sama dengan penghasilan netto dikurangi PTKP.

64
CARA PENGHITUNGAN
Pajak terutang
sesuai SPT.

Kredit pajak • Kredit PPh 21, 22, 23 (Bagi OP)


• Dikurangi
dalam negeri. • Kredit PPh 22, 23 (Bagi Badan)

• Dikurangi Kredit pajak luar


negeri (PPh 24).

• Sama Angsuran PPh


Dengan 25 per tahun.

• Dibagi 12 Angsuran PPh


25 per bulan.

65
Pencatatan Transaksi PPh 25

Pencatatan angsuran pajak periode berjalan dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
◦ Pembebanan akhir tahun  Dicatat sebagai pembayaran pajak di muka.
◦ Pembebanan langsung  Dicatat sebagai beban pajak kini.
Kedua pendekatan akan mempengaruhi jurnal pada akhir periode.

66
ANGSURAN PPH 25 MENURUT BULAN
(PELAPORAN SPT TEPAT WAKTU)

Sesuai Angsuran
Januari – Bulan
Desember Tahun
Pelaporan SPT Pajak Lalu

Bulan Pelaporan Sesuai Angsuran


SPT – Desember Berdasar SPT
Tahun Berjalan Tahun Berjalan

67
SAAT PENYETORAN DAN
PELAPORAN
Saat penyetoran dan Paling lambat tanggal 15
pembayaran. bulan takwim berikutnya.

Saat pelaporan SPT Paling lambat 20 hari


Masa. setelah masa (bulan) pajak
berakhir, dalam bentuk
SSP lembar ketiga.

68
PENGHITUNGAN DALAM HAL TERTENTU

Penerbitan SKP.

Pajak tahun lalu lebih bayar


berdasar SPT.

WP berhak atas kompensasi


kerugian.

Penghasilan WP tidak teratur.

WP terlambat melaporkan SPT


PPh tahun lalu.

69
PENGHITUNGAN DALAM HAL TERTENTU
WP diberi perpanjangan
waktu pelaporan SPT PPh.

WP membetulkan sendiri
SPT PPh.

Perubahan keadaan usaha


atau kegiatan WP.

70
PENGAJUAN PERMOHONAN

WP mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP


tempat WP terdaftar.

WP menyampaikan penghitungan perkiraan PPh terutang


berdasar perkiraan penghasilan untuk bulan – bulan
tersisa tahun pajak berjalan.

Jika dalam waktu 1 bulan sejak tanggal diterima surat


permohonan Kepala KPP tidak memberi keputusan maka
permohonan diterima.

71
KESIMPULAN
PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai