Anda di halaman 1dari 15

PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 25

KELOMPOK 6
 
MAHASISWA :
ANISA DEWI RAHMAWATI /21201744
KUNI PUTRI SAFINAH/21201770
FASIH FAJRI MUHAMMAD/21201762
ANDIKA FIKRI JAYA LAKSONO/21201740
DOSEN MATAKULIAH :
ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd., M.Pd
PAJAK PPH PASAL 25 & DASAR HUKUMNYA

PAJAK Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pembayaran PPh secara angsuran dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak orang pribadi maupun badan setiap bulan
setelah dikurangi dengan kredit pajak.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:
 
• 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan.
Kategori Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni

• PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi yang terbagi atas pegawai
serta bukan pegawai maupun pengusaha
• PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan,
hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri
HAK & KEWAJIBAN PEMOTONGAN PAJAK PPH PASAL 25

• Berikut adalah hak yang dapat digunakan oleh Pemotong Pajak :


1. Jika ada hal yang membuat penyampaian SPT Tahunan menjadi tidak tepat waktu, maka pemotong
pajak dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk menyampaikan SPT Tahunan Pasal
21.
2 . Pemotong pajak berhak memperhitungkan kelebihan setoran PPh dalam satu bulan takwin yang
terutang pada bulat berikutnya pada satu tahun masa pajak PPh Pasal 21.
3. Pemotong pajak berhak memperhitungkan kelebihan setoran PPh dalam satu bulan pada bulan atau
tahun berikutnya.
4. Jika ada kesalahan penulisan, pemotong pajak dapat membetulkan SPT dengan menyampaikan
pernyataan tertulis dalam selang waktu 2 tahun setelah berakhir masa pajak, asalkan SPT itu belum
diperiksa oleh Direktur Jenderal Pajak.
5. Apabila ada yang kurang sesuai, pemotong pajak dapat mengajukan surat keberatan kepada
Direktur Jenderal Pajak berupa: a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, b) Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, c) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan d) Surat Ketetapan Pajak Nihil.
6. Apabila ada keberatan tentang keputusan Dirjen Pajak, pemotong pajak dapat mengajukan
permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada badan
peradilan Pajak
• Kewajiban Pemotongan Pajak PPH pasal 25
1.Pemotong Pajak harus mendaftarkan diri sebagai Pemotong Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

2.Dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, pemotong Pajak harus mengambil sendiri formulir
yang diperlukannya di Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

3.Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 25 yang terutang pada setiap bulan
takwim

4.Pemotong Pajak wajib melapor penyetoran PPh Pasal 25 meskipun nihil dengan menggunakan
surat pemberitahuan (SPT) masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak
setempat.

5. Saat melakukan pemotongan pajak, pemotong pajak harus memberikan bukti pemotongan pajak
kepada siapapun itu, tanpa terkecuali, entah diminta atau tidak
SUBJEK PAJAK PPH PASAL 25

Jenis Subjek PPh ,Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa
jenis, di antaranya:
• a. Orang Pribadi
Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.
-Subjek PPh Orang Pribadi (OP) ini terdiri terdiri dari:
1. Subjek PPh OP Dalam Negeri
2. Subjek PPh OP Luar Negeri
• b. Badan
Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai satu kesatuan, baik
yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha.
• c.Badan Usaha Tetap (BUT)
Subjek PPh BUT adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak padan badan dalam negeri .
OBJEK PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 25

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang industri, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPH PASAL 25

• Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling lambat 15 Maret
2014.
Jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional,
dan Pemilihan Umum), maka pembayaran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya – sesuai
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai
Peraturan Menteri Keuangan No. 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan
Penyetoran Pajak.
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei 2008, pembayaran
harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen sejenisnya.
SANKSI - SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PPH PASAL 25

Apabila wajib pajak terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga sebesar
2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Misalnya: untuk bulan Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarnya pada
16 Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.
OnlinePajak adalah aplikasi hitung, setor, dan lapor pajak menyediakan
kemudahan dalam membuat laporan PPN, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 21 yang
Anda butuhkan sebelum membuat laporan Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal
25).
HAK & KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PPH
PASAL 25
• Hak Wajib Pajak

1. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak


2. Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan
3. Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali
#Hak-Hak Wajib Pajak Lainnya
1.Hak kerahasiaan
2. Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran
3. Hak untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan
4. Hak untuk Pengurangan PPh Pasal 25
5. Hak untuk Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
6. Hak untuk Pembebasan Pajak
7. Hak Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak
• Kewajiban Wajib Pajak
1. Kewajiban Mendaftarkan Diri
2. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
3. Kewajiban dalam Hal Diperiksa
# Kewajiban yang diperiksa di antaranya:
-Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan, khususnya jenis
Pemeriksaan Kantor.
-Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi dasar serta berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. Untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus memberikan akses untuk melihat dan menyimpan data.
-Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu serta memberi bantuan untuk
memperlancar proses pemeriksaan.
-Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.
-Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik, khususnya untuk jenis
Pemeriksaan Kantor.
-Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.
4. Kewajiban Memberi Data
TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPH PASAL 25

• Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 dalam tahun berjalan


dihitung berdasarkan pajak penghasilan terutang sesuai dengan SPT
tahunan sebelumnya dikurangi dengan kredit pajak
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DI
TANGGUNGPEMERINTAH
Secara umum, ada empat fasilitas pajak yang ditawarkan pemerintah, yaitu;
• Pajak Penghasilan (PPh) ditanggung pemerintah (DTP),
• pembebasan PPh Pasal 22 Impor,
• pengurangan angsuran PPh pasal 25,
• kemudahan percepatan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
PPh DTP Untuk Jasa Konstruksi

Selain mengubah besaran angsuran PPh Pasal 25, ketentuan terbaru juga memperluas
pemberian insentif berupa PPh ditanggung pemerintah (DTP). Jika sebelumnya
fasilitas PPh DTP hanya diberikan atas PPh Pasal 21 dan PPh final UMKM, kini
ditambah dengan PPh final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
 
Biasanya, PPh final atas jasa konstruksi bisa dibayarkan dengan dua cara. Pertama,
dipotong langsung oleh pengguna jasa atau bisa dibayar sendiri oleh pemberi jasa.
Dengan ketentuan ini, mulai saat ini pengguna jasa tidak perlu melakukan pemotongan
PPh final tersebut. Adapun PPh yang tidak dipotong tersebut tidak menjadi penghasilan
kena pajak.
DAFTAR PUSTAKA

 
Aviantara. 2015. Kewajiban Perpajaan Bagi Wajib Pajak
Badan.https://aviantara.wordpress.com/2009/07/19/kewajiban-perpajakan-wajib-pajak-badan/ (diakses
pada tanggal 15 Maret 2020)
DJP. 2020. PPH Pasal 25. https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-25 (diakses pada tanggal 16 Maret 2020)
Nurdianto, Ardi. 2021. PPh 25 Ditanggung Pemerintah, Kemudahan dan Kendalanya Bagi Pemberi Kerja
https://mucglobal.com/id/news/2341/pph-25-ditanggung-pemerintah-kemudahan-dan-kendalanya-bagi-
pemberi-kerja (diakses pada tanggal 16 Maret 2021)
Asmarani, Nora Galuh Candra. 2020. Berlaku Sampai 31 Desember 2021, Ini Jenis Insentif PPh PMK
239/2020
https://news.ddtc.co.id/berlaku-sampai-31-desember-2021-ini-jenis-insentif-pph-pmk-239-2020-26985
(diakses pada tanggal 16 Maret 2021)
Cakadidi. 2018. Tata Cara Pemungutan Penyetoran dan Pelaporan PPH pasal 25.
https://www.google.com/amp/s/pajak4shared.wordpress.com/2008/10/15/tata-cara-pemungutan-
penyetoran-dan-pelaporan-pph-pasal-25/amp/ (diakses pada tanggal 16 Maret 2021)
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA.,AK, Dkk. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Markus, muda. 2005. Perpajakan Indonesia (Suatu Pengantar). Jakarta: PT. GramediaPutakaUtama.Dr.
Gunadi. 2001. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai