Agus Abdul Wahab, S.E, M.Ak, Ak, BKP, CTT, CTAP, CTA
POKOK BAHASAN PPh 21
01 02 03
DASAR HUKUM DEFINISI PEMOTONG & SUBJEK
UU, PMK, Per-DJP PPh 21, Pegawai, Bukan Subjek Pajak Dalam Negeri,
Pegawai,Peserta Kegiatan, Pemotong, Bukan
Penerima Pensiun Pemotong
04 05 06
OBJEK PENGHITUNGAN SPT PPh 21
Objek & Bukan Objek Biaya Jabatan, PTKP, Tarif, Penghitungan, Pengisian
Contoh Kasus SPT PPh 21, Pelaporan
01
DASAR
HUKUM
DASAR HUKUM
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;
WITHHOLDING TAX
Sistem pelunasan/pembayaran pajak terutang yang dipotong /
dipungut wajib pajak/pemberi penghasilan PPh Pasal 21/26,
22, 23, 24, 15, 4 ayat (2) PPN, PPnBM.
PEMOTONGAN VS PEMUNGUTAN
PEMOTONGAN
memotong atau mengurangi pembayaran yang berkaitan
dengan jumlah yang diterima. Pemotongan pajak biasanya
dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan atau pihak yang
membayarkan PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh
Pasal 23, PPh Pasal 15.
WITHHOLDING TAX
2 (dua) mekanisme yang berbeda antara pemotongan &
pemungutan
PEMUNGUTAN
memungut atau menambah jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya diterima. Pemungutan pajak dilakukan oleh
penerima penghasilan atau pihak yang menerima pembayaran.
Namun, dalam kondisi tertentu dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan PPh Pasal 22, PPN, PPnBM.
MEKANISME PEMAJAKAN
FINAL
Pajak atas penghasilan tertentu dimana mekanisme
pemajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan
pemotongan, pemungutan atau penyetoran sendiri oleh Wajib
Pajak bersangkutan Tidak dapat dikreditkan Tetapi tetap
harus dilaporkan dalam SPT Tahunan WPOP 1770 atau 1770-
S
PAJAK PENGHASILAN
2 (dua) mekanisme pemajakan PPh Pasal 21
TIDAK FINAL
Uang muka pajak penghsilan yang dipotong, dipungut atau
dibayar sendiri Dapat dikreditkan atau dikurangkan dari
Pajak Penghasilan terutang selama satu tahun pajak
PENERIMA PENGHASILAN
Pasal 1 butir 9-14 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
2
1 BUKAN PEGAWAI
PEGAWAI
4
3 PENERIMA PENSIUN
PESERTA KEGIATAN
PENERIMA PENGHASILAN
PEGAWAI TETAP
Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
PEGAWAI
1 Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan
periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.
PESERTA KEGIATAN
3 Orang pribadi yang terlibat dalam dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk
mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.
PENERIMA PENSIUN
Orang pribadi yang atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa 4
lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
PENGHASILAN PEGAWAI
Pasal 1 butir 15-16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
TETAP
TERATUR
Penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam
tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara
periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja,
termasuk uang lembur.
PENGHASILAN
TIDAK TERATUR
Penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat
teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya,
antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
PENGHASILAN PEGAWAI TIDAK TETAP
Pasal 1 butir 17-20 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
UPAH
MINGGUAN
1 UPAH HARIAN
Upah atau imbalan yang Upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang
2 diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau
atau dibayarkan secara dibayarkan secara harian.
mingguan.
UPAH 3
UPAH SATUAN
BORONGAN
Upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh pegawai 4 Upah atau imbalan yang diterima
atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan
yang terutang atau dibayarkan
berdasarkan jumlah unit hasil
berdasarkan penyelesaian suatu
pekerjaan yang dihasilkan.
jenis pekerjaan tertentu.
PENGHASILAN BERUPA IMBALAN
Pasal 1 butir 21-23 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
PRIBADI
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
1 BADAN
Badan yang melakukan kegiatan usaha yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
PEMBERI yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
KERJA CABANG, PERWAKILAN, ATAU UNIT
Dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait
dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.
PEMOTONG BENDAHARA/
PEMEGANG KAS PEMERINTAH
Termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah
Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
2
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara
lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar
negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan;
Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
PEMOTONG
PENYELENGGARA KEGIATAN
Termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
5 perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk
apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
BUKAN PEMOTONG
Pasal 21 ayat (2) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 2 ayat (2) Peraturan DJP No.
PER-16/PJ/2016
1 Kantor perwakilan negara asing;
1 Pegawai;
1 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan
1
yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;
4 Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
OBJEK PPh PASAL 21
Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
5 imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang dilakukan;
Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
6
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
7 atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
8
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau
Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
9 berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 5 ayat (2) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
10
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final; atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit) Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
NATURA KENIKMATAN
Imbalan berupa barang Imbalan berupa fasilitas/pelayanan
Contoh: Pemberian mobil ex-dinas Contoh: Fasilitas Mobil Dinas
1 UANG RUPIAH
Sesuai dengan yang
diterima/diperoleh.
PENGHITUNGAN
3 BESARNYA
PENGHASILAN
NATURA/ 2
UANG ASING
KENIKMATAN Sesuai dengan Kurs
Sesuai Harga Pasar. Menteri Keuangan.
DIKECUALIKAN OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1a) UU HPP No. 7 Tahun 2021
Warga Negara Asing yang telah menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri hanya dikenai
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Indonesia saja, dengan syarat:
a. Memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. Berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri.
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 8 ayat (1) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
1
- -
Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto
Maks Rp 6.000.000/Tahun Maks Rp 2.400.000/Tahun
Rp 500.000/Bulan Rp 200.000/Bulan
1
BADAN HUKUM
JAMINAN KECELAKAAN 4
KERJA (JKK)
JAMINAN PENSIUN
JAMINAN KEMATIAN
(JKM) 3
5
JAMINAN HARI TUA
JAMINAN KEHILANGAN
(JHT)
PEKERJAAN (JKP)
PREMI ASURANSI – BPJS KETENAGAKERJAAN
BESARAN TARIF IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN
Pemerintah Ditanggung Ditanggung
Program BPJS Ketenagakerjaan Dasar Penghitungan
Pusat Pemberi Kerja Karyawan
1 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Bukan Penerima Upah - 1% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
Penerima Upah
I Risiko Sangat Rendah - 0,24% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
II Risiko Rendah - 0,54% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
III Risiko Sedang - 0,89% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
IV Risiko Tinggi - 1,27% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
V Risiko Sangat Tinggi - 1,74% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
2 Jaminan Kematian (JKM)
Bukan Penerima Upah - Rp 6.800,- -
Penerima Upah - 0,30% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
3 Jaminan Hari Tua (JHT)
Bukan Penerima Upah - 2% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
Penerima Upah - 3,70% 2% Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
4 Jaminan Pensiun - 2% 1% Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
5 Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) 0,22% 0,24% dari Sumber Pendanaan JKP Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
JKK = 0,14% JKM = 0,10% Tertinggi Rp 5 Juta / Bulan
Pemerintah Ditanggung Ditanggung
Program BPJS Kesehatan Dasar Penghitungan
Pusat Pemberi Kerja Karyawan
Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
1 BPJS Kesehatan 4% 1%
Min UMR Max Rp 12 Juta / Bulan
PREMI ASURANSI – BPJS KETENAGAKERJAAN
Lampiran Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
BIAYA JABATAN
Pasal 10 ayat (3) & (4) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto
Maks Rp 6.000.000/Tahun Maks Rp 2.400.000/Tahun
Rp 500.000/Bulan Rp 200.000/Bulan
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Pasal 1 PMK Nomor 101/PMK.010/2016, Pasal 7 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2021 HPP
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah besaran penghasilan yang ditentukan sebagai batasan tidak
kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)
PTKP WP OP : Rp 54.000.000
+ Status Kawin : Rp 4.500.000
+ Tanggungan : Rp @4.500.000 (maks. 3 tanggungan)
Tanggungan anggota keluarga sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
• Sedarah lurus: Ayah, ibu, anak kandung;
• Semenda lurus: Mertua, anak tiri, anak angkat
Syarat-syarat untuk dapat dijadikan tanggungan dalam perhitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
adalah:
• Tidak diperbolehkan memiliki penghasilan;
• Memiliki status belum menikah;
• Hidup satu atap dengan wajib pajak bersangkutan;
• Tidak lahir atau meninggal pada tahun pajak berjalan;
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Catatan :
TK : Tidak Kawin alias Belum Menikah
K : Kawin
K/I : Kawin dengan penghasilan suami dan istri digabung
Tanggungan maksimal 3 orang
Jika istri memiliki pekerjaan, penghasilan, dan NPWP sendiri, maka PTKP menggunakan
status TK/0. Tapi PTKP suami tetap dianggap status K/0 – K/3.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
(Pasal 11 ayat (5) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Pasal 11 ayat (3) & (4) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
1 KAWIN
(TK/0)
Hanya Untuk Dirinya
2 PTKP
Sendiri.
Catatan: Tarif menjadi 20% lebih tinggi dalam hal WP tidak memiliki NPWP
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
1
METODE GROSS
2 3 (TIGA)
METODE
METODE NET
3
METODE GROSS-UP
Walaupun penghitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun
pada praktiknya, setiap perusahaan memiliki metode
perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan
pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
METODE NET
Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima
2
penghasilan yang mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang
ditanggung perusahaan.
METODE GROSS
1 Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut
belum dipotong PPh 21.
METODE GROSS-UP
3
Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak
Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan
yang diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar
pajak yang dipotong.
Tunjangan Pajak = PPh Terutang Setahun Sebelum Tunjangan Pajak/12
100% - Tarif Tertinggi
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI BULANAN
Contoh Kasus 1:
Pada Tanggal 1 Maret 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji dan tunjangan transportasi
atas nama Irfan Ansori, status menikah mempunyai 1 anak dengan rincian sebagai
berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI BULANAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok 5.000.000 5.000.000 5.000.000
2 Tunjangan Transportasi 1.000.000 1.000.000 1.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) 53.400 53.400 53.400
4 JKM (0,30%x(1+2)) 18.000 18.000 18.000
5 Tunjangan PPh 21 - - 20.879
6 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5) 6.071.400 6.071.400 6.092.279
7 Biaya Jabatan (5% x 6) 303.570 303.570 304.614
8 Iuran JHT Dibayar Pegawai (2%x(1+2)) 120.000 120.000 120.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (6-7-8) 5.647.830 5.647.830 5.667.665
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 67.773.960 67.773.960 68.011.983
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 4.773.960 4.773.960 5.011.983
Dibulatkan 4.773.000 4.773.000 5.011.000
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 238.650 238.650 250.550
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 19.888 19.888 20.879
15 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2)) 222.000 222.000 222.000
16 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (6) 6.071.400 6.071.400 6.092.279
b. JKK Dibayar Perusahaan (3) (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4) (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai Pegawai (8) (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 (14) (19.888) - (20.879)
f. Dibayar ke Pegawai 5.860.113 5.880.000 5.880.000
17 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (14) 19.888 19.888 20.879
18 Disetorkan ke BPJS (3+4+8+15) 413.400 413.400 413.400
19 Total Pengeluaran Kas (16f+17+18) 6.293.400 6.313.288 6.314.279
20 Deductible Expense = (6+15) 6.293.400 6.293.400 6.314.279
21 NonDeductible Expense = (19-20) 19.888
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI BULANAN
Contoh Kasus 2:
Pada Tanggal 1 Maret 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji, tunjangan transportasi, dan
upah lembur atas nama Farida Noor, status menikah dan mempunyai 2 orang anak,
suami Farida Noor bekerja sebagai Polri dengan rincian sebagai berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
Upah Lembur (Overtime) = Rp 1.500.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI BULANAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok 5.000.000 5.000.000 5.000.000
2 Tunjangan Transportasi 1.000.000 1.000.000 1.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) 53.400 53.400 53.400
4 JKM (0,30%x(1+2)) 18.000 18.000 18.000
5 Lembur (Overtime ) 1.500.000 1.500.000 1.500.000
6 Tunjangan PPh 21 - - 135.054
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 7.571.400 7.571.400 7.706.454
8 Biaya Jabatan (5% x 6) 378.570 378.570 385.323
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 120.000 120.000 120.000
10 Penghasilan Neto Sebulan (7-8-9) 7.072.830 7.072.830 7.201.131
11 Penghasilan Neto Setahun (10)x12 84.873.960 84.873.960 86.413.574
12 PTKP (TK/0) 54.000.000 54.000.000 54.000.000
13 Penghasilan Kena Pajak (11-12) 30.873.960 30.873.960 32.413.574
Dibulatkan 30.873.000 30.873.000 32.413.000
14 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 1.543.650 1.543.650 1.620.650
15 PPh Pasal 21 Sebulan (14)/12 128.638 128.638 135.054
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2)) 222.000 222.000 222.000
17 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (7) 7.571.400 7.571.400 7.706.454
b. JKK Dibayar Perusahaan (3) (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4) (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9) (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 (15) (128.638) - (135.054)
f. Dibayar ke Pegawai 7.251.363 7.380.000 7.380.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 128.638 128.638 135.054
19 Disetorkan ke BPJS (3+4+9+16) 413.400 413.400 413.400
20 Total Pengeluaran Kas (17f+18+19) 7.793.400 7.922.038 7.928.454
21 Deductible Expense = (7+16) 7.793.400 7.793.400 7.928.454
22 NonDeductible Expense = (20-21) 128.638
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN TIDAK
TERATUR
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Contoh Kasus 3:
Pada Tanggal 1 April 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji, tunjangan karyawan, dan
THR atas nama Irfan Ansori, status menikah mempunyai 1 anak dengan rincian sebagai
berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
THR = Rp 5.000.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Ph TIDAK TERATUR
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok x 12 60.000.000 60.000.000 60.000.000
2 Tunjangan Transportasi x 12 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) x 12 640.800 640.800 640.800
4 JKM (0,30%x(1+2)) x 12 216.000 216.000 216.000
5 Tunjangan Hari Raya 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Tunjangan PPh 21 x12 - - 250.550
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 77.856.800 77.856.800 78.107.350
8 Biaya Jabatan (5% x 7) 3.892.840 3.892.840 3.905.367
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 1.440.000 1.440.000 1.440.000
10 Penghasilan Neto Setahun (7-8-9) 72.523.960 72.523.960 72.761.982
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 9.523.960 9.523.960 9.761.982
Dibulatkan 9.523.000 9.523.000 9.761.000
13 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji & THR (5%) 476.150 476.150 488.050
14 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji (5%) Data Sebelumnya No. 13 238.650 238.650 250.550
15 PPh Pasal 21 Sebulan Atas Gaji (5%) (14)/12 19.888 19.888 20.879
16 PPh Pasal 21 Setahun Atas THR (5%) (13-14) 237.500 237.500 237.500
17 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2))/12 222.000 222.000 222.000
18 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (1+2+3+4+6)/12)+(5) 11.071.400 11.071.400 11.092.279
b. JKK Dibayar Perusahaan (3)/12 (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4)/12 (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9)/12 (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 Atas Gaji (15) (19.888) - (20.879)
f. PPh Pasal 21 Atas THR (16) (237.500) - (237.500)
g. Dibayar ke Pegawai 10.622.613 10.880.000 10.642.500
19 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15+16) 257.388 257.388 258.379
20 Disetorkan ke BPJS (2+3+9+17)/12 209.900 209.900 209.900
21 Total Pengeluaran Kas (18g+19+20) 11.089.900 11.347.288 11.110.779
22 Deductible Expense = (1+2+3+4+17)/12)+(5) 11.089.900 11.089.900 11.089.900
23 NonDeductible Expense = (21-22) 257.388
PPh 21 PEG. TETAP
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Ph TIDAK TERATUR
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok x 12 60.000.000 60.000.000 60.000.000
2 Tunjangan Transportasi x 12 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) x 12 640.800 640.800 640.800
4 JKM (0,30%x(1+2)) x 12 216.000 216.000 216.000
5 Tunjangan Hari Raya 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Tunjangan PPh 21 x12 - - 499.900
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 77.856.800 77.856.800 78.356.700
8 Biaya Jabatan (5% x 7) 3.892.840 3.892.840 3.917.835
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 1.440.000 1.440.000 1.440.000
10 Penghasilan Neto Setahun (7-8-9) 72.523.960 72.523.960 72.998.865
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 9.523.960 9.523.960 9.998.865
Dibulatkan 9.523.000 9.523.000 9.998.001
13 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji & THR (5%) 476.150 476.150 499.900
14 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji (5%) Data Sebelumnya No. 13 238.650 238.650 250.550
15 PPh Pasal 21 Sebulan Atas Gaji (5%) (14)/12 19.888 19.888 20.879
16 PPh Pasal 21 Setahun Atas THR (5%) (13-14) 237.500 237.500 249.350
17 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2))/12 222.000 222.000 222.000
18 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (1+2+3+4)/12)+(5)+Rp 20.879+Rp 249.349,- 11.071.400 11.071.400 11.341.629
b. JKK Dibayar Perusahaan (3)/12 (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4)/12 (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9)/12 (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 Atas Gaji (15) (19.888) - (20.879)
f. PPh Pasal 21 Atas THR (16) (237.500) - (249.350)
g. Dibayar ke Pegawai 10.622.613 10.880.000 10.880.000
19 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15+16) 257.388 257.388 270.229
20 Disetorkan ke BPJS (2+3+9+17)/12 209.900 209.900 209.900
21 Total Pengeluaran Kas (18g+19+20) 11.089.900 11.347.288 11.360.129
22 Deductible Expense = (1+2+3+4+17)/12)+(5) 11.089.900 11.089.900 11.089.900
23 NonDeductible Expense = (21-22) 257.388
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI HARIAN
Contoh Kasus 4:
Indradi pada tahun 2022 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan PT. Textile
Jaya dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar Rp 250.000,00. Indradi
kawin dan mempunyai seorang anak. PT. Textile Jaya masuk program BPJS
Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00%
dan 0,30% dari gaji. PT. Textile Jaya membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji dan Indradi membayar iuran pensiun Rp 35.000,00 dan Jaminan
Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (26 x Rp 250.000,-) 6.500.000 6.500.000 6.500.000
2 JKK (1%x1) 65.000 65.000 65.000
3 JKM (0,30%x1) 19.500 19.500 19.500
4 Tunjangan PPh 21 - - 44.108
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 6.584.500 6.584.500 6.628.608
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 329.225 329.225 331.430
7 Iuran Pensiun 35.000 35.000 35.000
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) 130.000 130.000 130.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 6.090.275 6.090.275 6.132.177
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 73.083.300 73.083.300 73.586.128
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 10.083.300 10.083.300 10.586.128
Dibulatkan 10.083.000 10.083.000 10.585.828
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 504.150 504.150 529.291
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 42.013 42.013 44.108
15 PPh Pasal 21 Sehari (14)/26 1.616 1.616 1.696
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) 240.500 240.500 240.500
17 Penghitungan Per Bulan ( Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5) 6.584.500 6.584.500 6.628.608
b. JKK Dibayar Perusahaan (2) (65.000) (65.000) (65.000)
c. JKM Dibayar Perusahaan (3) (19.500) (19.500) (19.500)
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7) (35.000) (35.000) (35.000)
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8) (130.000) (130.000) (130.000)
f. PPh Pasal 21 (14) (42.013) - (44.108)
g. Dibayar ke Pegawai 6.292.988 6.335.000 6.335.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (14) 42.013 42.013 44.108
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) 490.000 490.000 490.000
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 6.825.000 6.867.013 6.869.108
21 Deductible Expense = (5+16) 6.825.000 6.825.000 6.869.108
22 NonDeductible Expense = (20-21) 42.013
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI MINGGUAN
Contoh Kasus 5:
Oka Sagala, belum menikah, pada tahun 2022 bekerja sebagai pegawai tetap pada
Perusahaan PT. Textile Jaya menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp
2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 minggu pertama bulan Agustus 2022 apabila
dalam minggu tersebut hanya menerima penghasilan berupa gaji saja adalah :
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI MINGGUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (4 x Rp 2.000.000,-) 8.000.000 8.000.000 8.000.000
2 JKK (1%x1) - - -
3 JKM (0,30%x1) - - -
4 Tunjangan PPh 21 - - 162.729
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 8.000.000 8.000.000 8.162.729
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 400.000 400.000 408.136
7 Iuran Pensiun - - -
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) - - -
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 7.600.000 7.600.000 7.754.592
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 91.200.000 91.200.000 93.055.109
11 PTKP (TK/0) 54.000.000 54.000.000 54.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 37.200.000 37.200.000 39.055.109
Dibulatkan 37.200.000 37.200.000 39.055.000
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 1.860.000 1.860.000 1.952.750
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 155.000 155.000 162.729
15 PPh Pasal 21 Seminggu (14)/4 38.750 38.750 40.682
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) - - -
17 Penghitungan Per Bulan ( Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5)/4 2.000.000 2.000.000 2.040.682
b. JKK Dibayar Perusahaan (2) - - -
c. JKM Dibayar Perusahaan (3) - - -
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7) - - -
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8) - - -
f. PPh Pasal 21 (15) (38.750) - (40.682)
g. Dibayar ke Pegawai 1.961.250 2.000.000 2.000.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 38.750 38.750 40.682
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) - - -
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 2.000.000 2.038.750 2.040.682
21 Deductible Expense = (5+16) 2.000.000 2.000.000 2.040.682
22 NonDeductible Expense = (20-21) 38.750
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI MINGGUAN
Contoh Kasus 6:
Muhammad Shodiq, pegawai pada perusahaan PT. Textile Jaya, memperoleh gaji
mingguan sebesar Rp 1.500.000,00. Muhammad Shodiq telah menikah dan mempunyai
seorang anak. PT. Textile Jaya masuk program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. PT. Textile Jaya
membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Muhammad Shodiq membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00 dan Jaminan Hari
Tua sebesar 2,00% dari gaji. Dalam minggu kedua pada bulan Agustus 2016
Muhammad Shodiq hanya memperoleh pembayaran berupa gaji saja sehingga
penghitungan PPh Pasal 21 untuk minggu kedua bulan Agustus adalah:
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI MINGGUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (4 x Rp 1.500.000,-) 6.000.000 6.000.000 6.000.000
2 JKK (1%x1) 60.000 60.000 60.000
3 JKM (0,30%x1) 18.000 18.000 18.000
4 Tunjangan PPh 21 - - 18.588
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 6.078.000 6.078.000 6.096.588
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 303.900 303.900 304.829
7 Iuran Pensiun 50.000 50.000 50.000
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) 120.000 120.000 120.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 5.604.100 5.604.100 5.621.759
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 67.249.200 67.249.200 67.461.103
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 4.249.200 4.249.200 4.461.103
Dibulatkan 4.249.000 4.249.000 4.461.012
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 212.450 212.450 223.051
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 17.704 17.704 18.588
15 PPh Pasal 21 Seminggu (14)/4 4.426 4.426 4.647
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) 222.000 222.000 222.000
17 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5)/4 1.519.500 1.519.500 1.524.147
b. JKK Dibayar Perusahaan (2)/4 (15.000) (15.000) (15.000)
c. JKM Dibayar Perusahaan (3)/4 (4.500) (4.500) (4.500)
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7)/4 (12.500) (12.500) (12.500)
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8)/4 (30.000) (30.000) (30.000)
f. PPh Pasal 21 (15) (4.426) - (4.647)
g. Dibayar ke Pegawai 1.453.074 1.457.500 1.457.500
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 4.426 4.426 4.647
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) 117.500 117.500 117.500
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 1.575.000 1.579.426 1.579.647
21 Deductible Expense = (5+16) 1.575.000 1.575.000 1.579.647
22 NonDeductible Expense = (20-21) 4.426
PEG. TIDAK TETAP/TK LEPAS
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008, PMK No. 102/PMK.010/2016
Pasal 9, Pasal 10 ayat (5), Pasal 12, Pasal 15 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah
Borongan Kumulatif satu bulan melebihi Rp10.200.000
PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
Contoh Kasus 7:
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT.
Textile Jaya. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000,00.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari 450.000 450.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari - -
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) - -
5 Take Home Pay s.d hari ke-9
Upah sehari 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) - -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 450.000 450.000
6 Upah s.d hari ke-10 4.500.000 4.500.000
7 Jumlah kumulatif belum melebihi 4.500.000,- 4.500.000 4.500.000
8 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-10 - -
9 PPh Pasal 21 s.d hari ke-10 (5%) - -
10 Take Home Pay s.d hari ke-10
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) - -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 450.000 450.000
11 Upah s.d hari ke-11 sudah melebihi 4.500.000,- 4.950.000 4.950.000
12 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 11 hari 1.650.000 1.650.000
13 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-11 3.300.000 3.300.000
14 PPh Pasal 21 s.d hari ke-11 (5%) 165.000 165.000
15 PPh Pasal 21 s.d hari ke-10 (5%) - -
16 PPh Pasal 21 hari ke-11 (5%) 165.000 165.000
17 Take Home Pay s.d hari ke-11
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) (165.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 285.000 450.000
18 Upah hari ke-12 450.000 450.000
19 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
20 Penghasilan Kena Pajak hari ke-12 300.000 300.000
21 PPh Pasal 21 hari ke-12 (5%) 15.000 15.000
22 Take Home Pay hari ke-12
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) (15.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 435.000 450.000
Dst
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
Contoh Kasus 8:
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2022 bekerja pada perusahaan PT. Textile
Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000,00 per hari.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari 650.000 650.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari 200.000 200.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 10.000 10.000
5 Take Home Pay s.d hari ke-6
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (10.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 640.000 650.000
6 Upah s.d hari ke-7 sudah melebihi 4.500.000,- 4.550.000 4.550.000
7 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 7 hari 1.050.000 1.050.000
8 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-7 3.500.000 3.500.000
9 PPh Pasal 21 s.d hari ke-7 (5%) 175.000 175.000
10 PPh Pasal 21 s.d hari ke-6 (5%) (60.000) (60.000)
11 PPh Pasal 21 hari ke-7 (5%) 115.000 115.000
12 Take Home Pay s.d hari ke-7
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (115.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 535.000 650.000
13 Upah hari ke-8 650.000 650.000
14 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
15 Penghasilan Kena Pajak hari ke-8 500.000 500.000
16 PPh Pasal 21 hari ke-8 (5%) 25.000 25.000
17 Take Home Pay hari ke-8
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (25.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 625.000 650.000
18 Upah hari ke-9 650.000 650.000
19 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
20 Penghasilan Kena Pajak Hari ke-9 500.000 500.000
21 PPh Pasal 21 hari ke-9 (5%) 25.000 25.000
22 Take Home Pay hari ke-9
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (25.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 625.000 650.000
Dst
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH SATUAN
Contoh Kasus 9:
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu
perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan
yaitu Rp 125.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja)
dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp 3.000.000,00
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH SATUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari (Rp 3.000.000,00/6) 500.000 500.000
2 Batas upah harian ti dak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari 50.000 50.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 2.500 2.500
5 PPh Pasal 21 seminggu (5%) 15.000 15.000
6 Take Home Pay s.d minggu ke-1
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (15.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.985.000 3.000.000
7 Upah s.d minggu ke-2 sudah melebihi 4.500.000,- 6.000.000 6.000.000
8 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 12 hari 1.800.000 1.800.000
9 Penghasilan Kena Pajak s.d minggu ke-2 4.200.000 4.200.000
10 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-2 (5%) 210.000 210.000
11 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-1 (5%) (15.000) (15.000)
12 PPh Pasal 21 minggu ke-2 (5%) 195.000 195.000
13 Take Home Pay s.d minggu ke-2
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (195.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.805.000 3.000.000
14 Upah minggu ke-3 3.000.000 3.000.000
15 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 6 hari 900.000 900.000
16 Penghasilan Kena Pajak minggu ke-3 2.100.000 2.100.000
17 PPh Pasal 21 minggu ke-3 (5%) 105.000 105.000
18 Take Home Pay minggu ke-3
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (105.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.895.000 3.000.000
19 Upah s.d minggu ke-4 sudah melebihi 10,2 juta 12.000.000 12.000.000
20 upah setahun 144.000.000 144.000.000
21 PTKP (TK/0) setahun 54.000.000 54.000.000
22 Penghasilan Kena Pajak setahun 90.000.000 90.000.000
23 PPh Pasal 21 setahun (5%) & (15%) 7.500.000 7.500.000
24 PPh Pasal 21 sebulan 625.000 625.000
25 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-1 (5%) (15.000) (15.000)
26 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-2 (5%) (195.000) (195.000)
27 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-3 (5%) (105.000) (105.000)
28 PPh Pasal 21 minggu ke-4 (5%) & (15%) 310.000 310.000
29 Take Home Pay minggu ke-4
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (310.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.690.000 3.000.000
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
Contoh Kasus 10:
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari (Rp 950.000,00/2) 475.000 475.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak sehari 25.000 25.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 1.250 1.250
5 PPh Pasal 21 borongan 2 hari (5%) 2.500 2.500
6 Take Home Pay
Upah 950.000 950.000
PPh Pasal 21 (5%) (2.500) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 947.500 950.000
Upah borongan Rp 4.750.000,00 dalam 10 hari
7 Upah sudah melebihi 4.500.000,- 4.750.000 4.750.000
8 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 10 hari 1.500.000 1.500.000
9 Penghasilan Kena Pajak borongan 10 hari 3.250.000 3.250.000
10 PPh Pasal 21 borongan 10 hari (5%) 162.500 162.500
11 Take Home Pay
Upah 4.750.000 4.750.000
PPh Pasal 21 (5%) (162.500) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 4.587.500 4.750.000
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN, SATUAN, BORONGAN DIBAYAR BULANAN
Contoh Kasus 11:
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 2022 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari
adalah Rp 250.000,00. Bagus Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
Upah bulan Januari 2022 5.000.000 5.000.000
1 upah setahun 60.000.000 60.000.000
2 PTKP (K/0) setahun 58.500.000 58.500.000
3 Penghasilan Kena Pajak setahun 1.500.000 1.500.000
4 PPh Pasal 21 setahun (5%) 75.000 75.000
5 PPh Pasal 21 bulan Januari 2022 (5%) 6.250 6.250
6 Take Home Pay
Upah 5.000.000 5.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (6.250) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 4.993.750 5.000.000
Memperoleh Bonus di bulan Januari 2022
7 upah setahun 60.000.000 60.000.000
8 Bonus 6.000.000 6.000.000
9 Penghasilan Neto setahun 66.000.000 66.000.000
9 PTKP (K/0) setahun 58.500.000 58.500.000
10 Penghasilan Kena Pajak setahun 7.500.000 7.500.000
11 PPh Pasal 21 atas upah & bonus setahun (5%) 375.000 375.000
12 PPh Pasal 21 atas upah setahun (5%) 75.000 75.000
13 PPh Pasal 21 atas bonus setahun (5%) 300.000 300.000
14 Take Home Pay
Upah 5.000.000 5.000.000
Bonus 6.000.000 6.000.000
PPh Pasal 21 atas upah (5%) (6.250) -
PPh Pasal 21 atas bonus (5%) (300.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 10.693.750 11.000.000
BUKAN PEGAWAI
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Berkesinambungan Tidak
Dari satu PK & Tidak ada
Bekerja di Beberapa PK berkesinambungan
Penghasilan Lain
(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara kumulatif
Dihitung secara kumulatif
PPh Pasal 21 :
Lainya
Tarif Pasal 17
UU PPh
Penghasilan Bruto
X
Tarif Psl 17
Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah
PENERIMA PENGHASILAN NON NPWP
Pasal 21 ayat (5a) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 20 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Diperhitungkan oleh
merupakan kredit pajak
pemotong dengan PPh Pasal
dalam SPT Tahunan PPh 21 bulan-bulan selanjutnya
Ketentuan Khusus
1) Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon,
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
bersifat final.
2) Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
atau Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dianggap
dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.
PESANGON
Pasal 18 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016, Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009
SAMPAI DENGAN 0%
Rp 50 JUTA
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 5%
Rp 100 JUTA
SAMPAI DENGAN 0%
Rp 50 JUTA
DI ATAS Rp 50 JUTA 5%
PESANGON, THT, JHT
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009
1) Dalam hal terdapat bagian penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun
berikutnya, pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada
Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
2) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak
pendahuluan atau kredit pajak.
3) (3) Atas pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku ketentuan Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua
puluh persen)
PESANGON
Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009
PESANGON
Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009
PT. Asgaramanah melakukan pembayaran uang pesangon kepada Tn. Firman secara
bertahap dengan jadwal pebayaran sbb;
a. Januari 2015: Rp 240.000.000,-
b. Januari 2016: Rp 120.000.000,-
c. Juli 2016: Rp 120.000.000,-
d. Januari 2017: Rp 120.000.000,-
maka PPh terutang adalah;
a. Januari 2015
0% x Rp 50.000.000,- = Rp 0,-
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp 140.000.000,- = Rp 21.000.000,- +
Rp 23.500.000,- (FINAL)
PESANGON
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009
b. Januari 2016
15% x Rp 120.000.000,- = Rp 18.000.000,- (FINAL)
c. Juli 2016
15% x Rp 120.000.000,- = Rp 18.000.000,- (FINAL)
d. Januari 2017
Karena telah lewat tahun ke- 2 maka uang pesangon dikenakan tarif pasal 17 UU PPh
(tidak final)
5% x Rp 60.000.000,- = Rp 3.000.000,-
15% x Rp 60.000.000,- = Rp 9.000.000,- +
Rp 12.000.000,- (TIDAK FINAL)
MANFAAT PENSIUN, THT, JHT
Pasal 5 PP No. 68 Tahun 2009
BPJS melakukan pembayaran manfaat pensiun kepada Tn. Firman secara bertahap
dengan jadwal pebayaran sbb;
a. Januari 2015: Rp 240.000.000,-
b. Januari 2016: Rp 120.000.000,-
c. Juli 2016: Rp 120.000.000,-
d. Januari 2017: Rp 120.000.000,-
maka PPh terutang adalah;
a. Januari 2015
0% x Rp 50.000.000,- = Rp 0,-
5% x Rp 190.000.000,- = Rp 9.500.000,- +
Rp 9.500.000 (FINAL)
MANFAAT PENSIUN, THT, JHT
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009
b. Januari 2016
5% x Rp 120.000.000,- = Rp 6.000.000,- (FINAL)
c. Juli 2016
5% x Rp 120.000.000,- = Rp 6.000.000,- (FINAL)
d. Januari 2017
Karena telah lewat tahun ke- 2 maka uang pesangon dikenakan tarif pasal 17 UU PPh
(tidak final)
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 60.000.000 = Rp 9.000.000 +
Rp 12.000.000 (TIDAK FINAL)
PNS/TNI/POLRI
PP No. 80 Tahun 2010 & PMK No. 262/PMK.03/2010)
PANGKAT/GOLONGAN TARIF
GOLONGAN II KE BAWAH 0%
GOLONGAN III 5%
GOLONGAN IV 15%
PPh Pasal 26
Pasal 26 UU PPh No. 36 Tahun 2008
PPh Pasal 26
Penghasilan Bruto
Memperhatikan
Ketentuan P3B
SAAT TERUTANG
Pasal 21 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Saat terutang
PPh Pasal 21/26
Kewajiban Pemotong