Anda di halaman 1dari 102

PPh PASAL 21

(Upd UU 7/2021 HPP & UU 6/2023 CIKA)

Agus Abdul Wahab, S.E, M.Ak, Ak, BKP, CTT, CTAP, CTA
POKOK BAHASAN PPh 21
01 02 03
DASAR HUKUM DEFINISI PEMOTONG & SUBJEK
UU, PMK, Per-DJP PPh 21, Pegawai, Bukan Subjek Pajak Dalam Negeri,
Pegawai,Peserta Kegiatan, Pemotong, Bukan
Penerima Pensiun Pemotong

04 05 06
OBJEK PENGHITUNGAN SPT PPh 21
Objek & Bukan Objek Biaya Jabatan, PTKP, Tarif, Penghitungan, Pengisian
Contoh Kasus SPT PPh 21, Pelaporan
01
DASAR
HUKUM
DASAR HUKUM
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 Tentang Perubahan Atas Undang-


2
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-
3 Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana
Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas
4
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas


5
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Dicabut
6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Penetapan Perppu Nomor 2
Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang;
DASAR HUKUM
7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 Tentang Petunjuk
8
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Tentang


9 Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;

10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.010/2016 Tentang


Penetapan Bagian Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan dari
Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap lainnya yang tidak
dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;
DASAR HUKUM
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2017 Tentang Tata Cara
11
Pelaporan Dan Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Atas Penghasilan Pegawai Dari Pemberi Kerja Dengan Kriteria Tertentu;

12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Tentang


Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara


13 Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang
pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari
Tua yang dibayarkan sekaligus;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.03/2022 Tentang Pencabutan
14 atas PMK Nomor 149/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib
Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019.

15 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 Tentang Tarif Pemotongan


dan Pengenaan PPh Pasal 21 yang Menjadi Beban APBN Atau APBD
02
DEFINISI
DEFINISI Pasal 1 butir 2 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
1 2 3 4

How Who What Whom


WITHHOLDING PEMOTONG PENGHASILAN PENERIMA
TAX
Pajak yang Harus Pemberi Gaji, Wajib Pajak Orang
Dipotong/Dipungut Penghasilan Upah,Honorarium, Pribadi Dalam Negeri
Tunjangan, dan
Pembayaran lain
DEFINISI
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang harus dipotong
(Withholding Tax) oleh pemberi penghasilan yang memberikan penghasilan
berupa Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, jabatan, dan kegiatan yang dilakukan Orang
Pribadi tersebut.

Pengertian PPh pasal 21 menurut Pasal 1 butir 3 Peraturan Direktur Jenderal


Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
SISTEM PELUNASAN PPh
SELF PAYMENT
Sistem pelunasan/pembayaran pajak terutang yang dibayar /
disetor sendiri wajib pajak/penerima penghasilan  PPh Pasal
25/29, Pasal 4 ayat (2).

SISTEM PELUNASAN PPh


2 (dua) sistem pelunasan PPh dalam tahun pajak berjalan

WITHHOLDING TAX
Sistem pelunasan/pembayaran pajak terutang yang dipotong /
dipungut wajib pajak/pemberi penghasilan  PPh Pasal 21/26,
22, 23, 24, 15, 4 ayat (2) PPN, PPnBM.
PEMOTONGAN VS PEMUNGUTAN
PEMOTONGAN
memotong atau mengurangi pembayaran yang berkaitan
dengan jumlah yang diterima. Pemotongan pajak biasanya
dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan atau pihak yang
membayarkan  PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh
Pasal 23, PPh Pasal 15.

WITHHOLDING TAX
2 (dua) mekanisme yang berbeda antara pemotongan &
pemungutan

PEMUNGUTAN
memungut atau menambah jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya diterima. Pemungutan pajak dilakukan oleh
penerima penghasilan atau pihak yang menerima pembayaran.
Namun, dalam kondisi tertentu dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan  PPh Pasal 22, PPN, PPnBM.
MEKANISME PEMAJAKAN
FINAL
Pajak atas penghasilan tertentu dimana mekanisme
pemajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan
pemotongan, pemungutan atau penyetoran sendiri oleh Wajib
Pajak bersangkutan  Tidak dapat dikreditkan  Tetapi tetap
harus dilaporkan dalam SPT Tahunan WPOP 1770 atau 1770-
S
PAJAK PENGHASILAN
2 (dua) mekanisme pemajakan PPh Pasal 21

TIDAK FINAL
Uang muka pajak penghsilan yang dipotong, dipungut atau
dibayar sendiri  Dapat dikreditkan atau dikurangkan dari
Pajak Penghasilan terutang selama satu tahun pajak
PENERIMA PENGHASILAN
Pasal 1 butir 9-14 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

2
1 BUKAN PEGAWAI
PEGAWAI

4
3 PENERIMA PENSIUN

PESERTA KEGIATAN
PENERIMA PENGHASILAN
PEGAWAI TETAP
Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
PEGAWAI
1 Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan
periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS


Pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai
yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
PENERIMA PENGHASILAN
BUKAN PEGAWAI
Orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan
2
dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh
Pasal 21 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.

PESERTA KEGIATAN
3 Orang pribadi yang terlibat dalam dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk
mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan,
pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.
PENERIMA PENSIUN
Orang pribadi yang atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa 4
lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
PENGHASILAN PEGAWAI
Pasal 1 butir 15-16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
TETAP
TERATUR
Penghasilan bagi Pegawai Tetap berupa gaji atau upah, segala macam
tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara
periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja,
termasuk uang lembur.

PENGHASILAN

TIDAK TERATUR
Penghasilan bagi Pegawai Tetap selain penghasilan yang bersifat
teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya,
antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun.
PENGHASILAN PEGAWAI TIDAK TETAP
Pasal 1 butir 17-20 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

UPAH
MINGGUAN
1 UPAH HARIAN
Upah atau imbalan yang Upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang
2 diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau
atau dibayarkan secara dibayarkan secara harian.
mingguan.

UPAH 3
UPAH SATUAN
BORONGAN
Upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh pegawai 4 Upah atau imbalan yang diterima
atau diperoleh pegawai yang
terutang atau dibayarkan
yang terutang atau dibayarkan
berdasarkan jumlah unit hasil
berdasarkan penyelesaian suatu
pekerjaan yang dihasilkan.
jenis pekerjaan tertentu.
PENGHASILAN BERUPA IMBALAN
Pasal 1 butir 21-23 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

IMBALAN KEPADA BUKAN PEGAWAI


1 Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan
kepada Bukan Pegawai sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang
dilakukan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis
lainnya..

IMBALAN KEPADA BUKAN PEGAWAI


2 BERKESINAMBUNGAN
Adalah imbalan kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu
kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

IMBALAN KEPADA PESERTA KEGIATAN


3 Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan
kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya.
03
PEMOTONG
& SUBJEK
PEMOTONG Pasal 21 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008
1
PEMBERI KERJA
2
BENDAHARA/
3 PEMEGANG KAS
PEMERINTAH
DANA PENSIUN, DLL
4
5 PEMBAYAR
PENYELENGGARA HONORARIUM,
KEGIATAN KOMISI, FEE
PEMOTONG
Pasal 2 ayat (1) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

PRIBADI
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
1 BADAN
Badan yang melakukan kegiatan usaha yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
PEMBERI yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
KERJA CABANG, PERWAKILAN, ATAU UNIT
Dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait
dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.
PEMOTONG BENDAHARA/
PEMEGANG KAS PEMERINTAH
Termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah
Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
2
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara
lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar
negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan;

DANA PENSIUN, DLL


3 Dana pensiun, Badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun
secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
PEMOTONG
PEMBAYAR HONORARIUM, KOMISI, FEE
4 Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
Badan yang membayar:
 Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya;

 Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan


sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak luar negeri;

 Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
PEMOTONG

PENYELENGGARA KEGIATAN
Termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
5 perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk
apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
BUKAN PEMOTONG
Pasal 21 ayat (2) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 2 ayat (2) Peraturan DJP No.
PER-16/PJ/2016
1 Kantor perwakilan negara asing;

2 Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan Menteri


Keuangan;
1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota; (Pasal 3 ayat (1) UU PPh No. 36 Th 2008
3 Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang
pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan
bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
SUBJEK PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI
Pasal 2 ayat (3) & (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008 s.t.d.t.d UU Cika No. 6 Tahun 2023
SUBJEK PAJAK OP SUBJEK PAJAK OP
DALAM NEGERI LUAR NEGERI
● Bertempat tinggal di Indonesia; ● Orang pribadi yang tidak bertempat
● Berada di Indonesia lebih dari tinggal di Indonesia;
183 hari dalam jangka waktu ● WNA yang berada di Indonesia tidak lebih
12 bulan; dari 183 hari dalam jangka waktu 12
● Atau dalam suatu tahun pajak bulan;
berada di Indonesia dan ● WNI yang berada di luar Indonesia lebih
mempunyai niat untuk
PPh 21 dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bertempat tinggal di Indonesia. bulan serta memenuhi persyaratan:
 tempat tinggal;
PPh 26  pusat kegiatan utama;
 tempat menjalankan kebiasan;
 status subjek pajak; dan/atau
 persyaratan tertentu lainnya.
SUBJEK PPh PASAL 21
Pasal 3 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

1 Pegawai;

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan


2
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

3 Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan


dengan pemberian jasa, meliputi:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris 8 profesi Tenaga Ahli menurut pajak (PAK PANDA);
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/
peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya;
SUBJEK PPh PASAL 21
c. Olahragawan;
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan
sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. Agen iklan;
h. Pengawas atau pengelola proyek;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
j. Petugas penjaja barang dagangan;
k. Petugas dinas luar asuransi;
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;

4 Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap


sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
SUBJEK PPh PASAL 21
5 Mantan Pegawai;

Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan


6 dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
a) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah
raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan
lainnya;
b) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
d) Peserta pendidikan dan pelatihan;
e) Peserta kegiatan lainnya.
NON SUBJEK PPh PASAL 21
Pasal 4 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

1 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;

Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh


2
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
04
OBJEK
OBJEK PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI Pasal 4 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008
1
Setiap tambahan 2
kemampuan PENGHASILAN
ekonomis yang diterima
5 atau diperoleh
Wajib Pajak
Dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.
4 3
yang dapat dipakai untuk konsumsi baik yang berasal dari
atau untuk menambah kekayaan Indonesia maupun
Wajib Pajak yang bersangkutan, dari luar Indonesia
OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 5 ayat (1) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan
1
yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur;

Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur


2 berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari


3 tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja;

4 Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
OBJEK PPh PASAL 21
Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
5 imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan jasa yang dilakukan;
Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
6
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
7 atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang
8
bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau

Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
9 berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 5 ayat (2) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
10
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final; atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit)  Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

NATURA KENIKMATAN
Imbalan berupa barang Imbalan berupa fasilitas/pelayanan
Contoh: Pemberian mobil ex-dinas Contoh: Fasilitas Mobil Dinas

Diberikan terkait hubungan


pekerjaan atau jasa
OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 7 ayat (1) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

1 UANG RUPIAH
Sesuai dengan yang
diterima/diperoleh.
PENGHITUNGAN
3 BESARNYA
PENGHASILAN
NATURA/ 2
UANG ASING
KENIKMATAN Sesuai dengan Kurs
Sesuai Harga Pasar. Menteri Keuangan.
DIKECUALIKAN OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1a) UU HPP No. 7 Tahun 2021

Warga Negara Asing yang telah menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri hanya dikenai
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Indonesia saja, dengan syarat:
a. Memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. Berlaku selama 4 (empat) tahun pajak yang dihitung sejak menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri.
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 8 ayat (1) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


1 dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa;
Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
2 apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah;
Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
3 telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja;
BUKAN OBJEK PPh PASAL 21
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
4 lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih


5
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 21
Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh No. 36 Tahun 2007 s.t.d.t.d UU HPP No. 7 Tahun 2021

Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
1

Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;


2

Natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja


3 dalam pelaksanaan pekerjaan;

4 Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;atau

5 Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu;


05
TATA CARA
PENGHITUNGAN
PEG. TETAP – Ph. TERATUR
Pasal 21 ayat (3) UU PPh No. 36 Tahun 2008
Pasal 10 ayat (1-4) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
Pegawai Tetap Penerima Pensiun

Gaji + Tunjangan + BPJS Kesehatan + JKK + Uang Pensiun Berkala


JKM Ditanggung Pemberi Kerja

- -
Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto
Maks Rp 6.000.000/Tahun Maks Rp 2.400.000/Tahun
Rp 500.000/Bulan Rp 200.000/Bulan

JHT + THT + Jaminan Pensiun + Iuran Pensiun


Dibayar Sendiri
Penghasilan Neto Setahun/Disetahunkan
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
PREMI ASURANSI – BPJS KETENAGAKERJAAN
UU No. 24 Tahun 2011 BPJS s.t.d.t.d UU Perppu No. 2 Tahun 2022
PP No. 84 Tahun 2013, PP Nomor 82 Tahun 2019, Perpres Nomor 64 Tahun 2020

1
BADAN HUKUM
JAMINAN KECELAKAAN 4
KERJA (JKK)
JAMINAN PENSIUN

JAMINAN KEMATIAN
(JKM) 3
5
JAMINAN HARI TUA
JAMINAN KEHILANGAN
(JHT)
PEKERJAAN (JKP)
PREMI ASURANSI – BPJS KETENAGAKERJAAN
BESARAN TARIF IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN
Pemerintah Ditanggung Ditanggung
Program BPJS Ketenagakerjaan Dasar Penghitungan
Pusat Pemberi Kerja Karyawan
1 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Bukan Penerima Upah - 1% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
Penerima Upah
I Risiko Sangat Rendah - 0,24% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
II Risiko Rendah - 0,54% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
III Risiko Sedang - 0,89% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
IV Risiko Tinggi - 1,27% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
V Risiko Sangat Tinggi - 1,74% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
2 Jaminan Kematian (JKM)
Bukan Penerima Upah - Rp 6.800,- -
Penerima Upah - 0,30% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
3 Jaminan Hari Tua (JHT)
Bukan Penerima Upah - 2% - Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
Penerima Upah - 3,70% 2% Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
4 Jaminan Pensiun - 2% 1% Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
5 Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) 0,22% 0,24% dari Sumber Pendanaan JKP Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
JKK = 0,14% JKM = 0,10% Tertinggi Rp 5 Juta / Bulan
Pemerintah Ditanggung Ditanggung
Program BPJS Kesehatan Dasar Penghitungan
Pusat Pemberi Kerja Karyawan
Gaji Pokok+Tunjangan Tetap
1 BPJS Kesehatan 4% 1%
Min UMR Max Rp 12 Juta / Bulan
PREMI ASURANSI – BPJS KETENAGAKERJAAN
Lampiran Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
BIAYA JABATAN
Pasal 10 ayat (3) & (4) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan,menagih,


dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan
dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai
pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan
ataupun tidak.  Lampiran PER-16/PJ/2016

Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto
Maks Rp 6.000.000/Tahun Maks Rp 2.400.000/Tahun
Rp 500.000/Bulan Rp 200.000/Bulan
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Pasal 1 PMK Nomor 101/PMK.010/2016, Pasal 7 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2021 HPP
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah besaran penghasilan yang ditentukan sebagai batasan tidak
kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP)
PTKP WP OP : Rp 54.000.000
+ Status Kawin : Rp 4.500.000
+ Tanggungan : Rp @4.500.000 (maks. 3 tanggungan)
Tanggungan  anggota keluarga sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi
tanggungan sepenuhnya.
• Sedarah lurus: Ayah, ibu, anak kandung;
• Semenda lurus: Mertua, anak tiri, anak angkat

Syarat-syarat untuk dapat dijadikan tanggungan dalam perhitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
adalah:
• Tidak diperbolehkan memiliki penghasilan;
• Memiliki status belum menikah;
• Hidup satu atap dengan wajib pajak bersangkutan;
• Tidak lahir atau meninggal pada tahun pajak berjalan;
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK

Catatan :
 TK : Tidak Kawin alias Belum Menikah
 K : Kawin
 K/I : Kawin dengan penghasilan suami dan istri digabung
 Tanggungan maksimal 3 orang
 Jika istri memiliki pekerjaan, penghasilan, dan NPWP sendiri, maka PTKP menggunakan
status TK/0. Tapi PTKP suami tetap dianggap status K/0 – K/3.
 Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
(Pasal 11 ayat (5) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Pasal 11 ayat (3) & (4) Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

1 KAWIN
(TK/0)
Hanya Untuk Dirinya

2 PTKP
Sendiri.

TIDAK KAWIN KAWIN


KARYAWATI
(TK/3) SUAMI TIDAK


Dirinya Sendiri;
Tanggungan Maks 3.
3 BERPENGHASILAN
(K/3)
Menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah • Dirinya Sendiri;
Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan, • Status Kawin;
bahwa suami tidak menerima/memperoleh penghasilan. • Tanggungan Maks 3
TARIF PPh PASAL 21
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh No. 36 Tahun 2008 s.t.d.t.d UU
HPP No. 7 Tahun 2021

Catatan: Tarif menjadi 20% lebih tinggi dalam hal WP tidak memiliki NPWP
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

1
METODE GROSS

2 3 (TIGA)
METODE
METODE NET
3
METODE GROSS-UP
Walaupun penghitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun
pada praktiknya, setiap perusahaan memiliki metode
perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan
pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
METODE NET
Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima
2
penghasilan yang mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang
ditanggung perusahaan.

METODE GROSS
1 Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut
belum dipotong PPh 21.

METODE GROSS-UP
3
Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak
Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan
yang diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar
pajak yang dipotong.
Tunjangan Pajak = PPh Terutang Setahun Sebelum Tunjangan Pajak/12
100% - Tarif Tertinggi
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI BULANAN
Contoh Kasus 1:
Pada Tanggal 1 Maret 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji dan tunjangan transportasi
atas nama Irfan Ansori, status menikah mempunyai 1 anak dengan rincian sebagai
berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI BULANAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok 5.000.000 5.000.000 5.000.000
2 Tunjangan Transportasi 1.000.000 1.000.000 1.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) 53.400 53.400 53.400
4 JKM (0,30%x(1+2)) 18.000 18.000 18.000
5 Tunjangan PPh 21 - - 20.879
6 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5) 6.071.400 6.071.400 6.092.279
7 Biaya Jabatan (5% x 6) 303.570 303.570 304.614
8 Iuran JHT Dibayar Pegawai (2%x(1+2)) 120.000 120.000 120.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (6-7-8) 5.647.830 5.647.830 5.667.665
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 67.773.960 67.773.960 68.011.983
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 4.773.960 4.773.960 5.011.983
Dibulatkan 4.773.000 4.773.000 5.011.000
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 238.650 238.650 250.550
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 19.888 19.888 20.879
15 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2)) 222.000 222.000 222.000
16 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (6) 6.071.400 6.071.400 6.092.279
b. JKK Dibayar Perusahaan (3) (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4) (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai Pegawai (8) (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 (14) (19.888) - (20.879)
f. Dibayar ke Pegawai 5.860.113 5.880.000 5.880.000
17 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (14) 19.888 19.888 20.879
18 Disetorkan ke BPJS (3+4+8+15) 413.400 413.400 413.400
19 Total Pengeluaran Kas (16f+17+18) 6.293.400 6.313.288 6.314.279
20 Deductible Expense = (6+15) 6.293.400 6.293.400 6.314.279
21 NonDeductible Expense = (19-20) 19.888
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI BULANAN
Contoh Kasus 2:
Pada Tanggal 1 Maret 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji, tunjangan transportasi, dan
upah lembur atas nama Farida Noor, status menikah dan mempunyai 2 orang anak,
suami Farida Noor bekerja sebagai Polri dengan rincian sebagai berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
Upah Lembur (Overtime) = Rp 1.500.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI BULANAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok 5.000.000 5.000.000 5.000.000
2 Tunjangan Transportasi 1.000.000 1.000.000 1.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) 53.400 53.400 53.400
4 JKM (0,30%x(1+2)) 18.000 18.000 18.000
5 Lembur (Overtime ) 1.500.000 1.500.000 1.500.000
6 Tunjangan PPh 21 - - 135.054
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 7.571.400 7.571.400 7.706.454
8 Biaya Jabatan (5% x 6) 378.570 378.570 385.323
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 120.000 120.000 120.000
10 Penghasilan Neto Sebulan (7-8-9) 7.072.830 7.072.830 7.201.131
11 Penghasilan Neto Setahun (10)x12 84.873.960 84.873.960 86.413.574
12 PTKP (TK/0) 54.000.000 54.000.000 54.000.000
13 Penghasilan Kena Pajak (11-12) 30.873.960 30.873.960 32.413.574
Dibulatkan 30.873.000 30.873.000 32.413.000
14 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 1.543.650 1.543.650 1.620.650
15 PPh Pasal 21 Sebulan (14)/12 128.638 128.638 135.054
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2)) 222.000 222.000 222.000
17 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (7) 7.571.400 7.571.400 7.706.454
b. JKK Dibayar Perusahaan (3) (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4) (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9) (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 (15) (128.638) - (135.054)
f. Dibayar ke Pegawai 7.251.363 7.380.000 7.380.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 128.638 128.638 135.054
19 Disetorkan ke BPJS (3+4+9+16) 413.400 413.400 413.400
20 Total Pengeluaran Kas (17f+18+19) 7.793.400 7.922.038 7.928.454
21 Deductible Expense = (7+16) 7.793.400 7.793.400 7.928.454
22 NonDeductible Expense = (20-21) 128.638
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN TIDAK
TERATUR
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Contoh Kasus 3:
Pada Tanggal 1 April 2022, PT. Textile Jaya membayar gaji, tunjangan karyawan, dan
THR atas nama Irfan Ansori, status menikah mempunyai 1 anak dengan rincian sebagai
berikut:
Gaji Pokok Sebulan = Rp 5.000.000,00
Tunjangan Transportasi = Rp 1.000.000,00
THR = Rp 5.000.000,00
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) 0,89% = Rp 53.400,00
Jaminan Kematian (JKM) 0,30% = Rp 18.000,00
Iuran JHT ditanggung Perusahaan 3,7% = Rp 222.000,00
Iuran JHT ditanggung karyawan 2% = Rp 120.000,00
PPh 21 PEG. TETAP
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Ph TIDAK TERATUR
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok x 12 60.000.000 60.000.000 60.000.000
2 Tunjangan Transportasi x 12 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) x 12 640.800 640.800 640.800
4 JKM (0,30%x(1+2)) x 12 216.000 216.000 216.000
5 Tunjangan Hari Raya 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Tunjangan PPh 21 x12 - - 250.550
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 77.856.800 77.856.800 78.107.350
8 Biaya Jabatan (5% x 7) 3.892.840 3.892.840 3.905.367
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 1.440.000 1.440.000 1.440.000
10 Penghasilan Neto Setahun (7-8-9) 72.523.960 72.523.960 72.761.982
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 9.523.960 9.523.960 9.761.982
Dibulatkan 9.523.000 9.523.000 9.761.000
13 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji & THR (5%) 476.150 476.150 488.050
14 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji (5%) Data Sebelumnya No. 13 238.650 238.650 250.550
15 PPh Pasal 21 Sebulan Atas Gaji (5%) (14)/12 19.888 19.888 20.879
16 PPh Pasal 21 Setahun Atas THR (5%) (13-14) 237.500 237.500 237.500
17 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2))/12 222.000 222.000 222.000
18 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (1+2+3+4+6)/12)+(5) 11.071.400 11.071.400 11.092.279
b. JKK Dibayar Perusahaan (3)/12 (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4)/12 (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9)/12 (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 Atas Gaji (15) (19.888) - (20.879)
f. PPh Pasal 21 Atas THR (16) (237.500) - (237.500)
g. Dibayar ke Pegawai 10.622.613 10.880.000 10.642.500
19 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15+16) 257.388 257.388 258.379
20 Disetorkan ke BPJS (2+3+9+17)/12 209.900 209.900 209.900
21 Total Pengeluaran Kas (18g+19+20) 11.089.900 11.347.288 11.110.779
22 Deductible Expense = (1+2+3+4+17)/12)+(5) 11.089.900 11.089.900 11.089.900
23 NonDeductible Expense = (21-22) 257.388
PPh 21 PEG. TETAP
GAJI BULANAN + THR, BONUS, DLL
Ph TIDAK TERATUR
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok x 12 60.000.000 60.000.000 60.000.000
2 Tunjangan Transportasi x 12 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 JKK (0,89%x(1+2)) x 12 640.800 640.800 640.800
4 JKM (0,30%x(1+2)) x 12 216.000 216.000 216.000
5 Tunjangan Hari Raya 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Tunjangan PPh 21 x12 - - 499.900
7 Penghasilan Bruto (1+2+3+4+5+6) 77.856.800 77.856.800 78.356.700
8 Biaya Jabatan (5% x 7) 3.892.840 3.892.840 3.917.835
9 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x(1+2)) 1.440.000 1.440.000 1.440.000
10 Penghasilan Neto Setahun (7-8-9) 72.523.960 72.523.960 72.998.865
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 9.523.960 9.523.960 9.998.865
Dibulatkan 9.523.000 9.523.000 9.998.001
13 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji & THR (5%) 476.150 476.150 499.900
14 PPh Pasal 21 Setahun Atas Gaji (5%) Data Sebelumnya No. 13 238.650 238.650 250.550
15 PPh Pasal 21 Sebulan Atas Gaji (5%) (14)/12 19.888 19.888 20.879
16 PPh Pasal 21 Setahun Atas THR (5%) (13-14) 237.500 237.500 249.350
17 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x(1+2))/12 222.000 222.000 222.000
18 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (1+2+3+4)/12)+(5)+Rp 20.879+Rp 249.349,- 11.071.400 11.071.400 11.341.629
b. JKK Dibayar Perusahaan (3)/12 (53.400) (53.400) (53.400)
c. JKM Dibayar Perusahaan (4)/12 (18.000) (18.000) (18.000)
d. Iuran JHT Dibayar Pegawai (9)/12 (120.000) (120.000) (120.000)
e. PPh Pasal 21 Atas Gaji (15) (19.888) - (20.879)
f. PPh Pasal 21 Atas THR (16) (237.500) - (249.350)
g. Dibayar ke Pegawai 10.622.613 10.880.000 10.880.000
19 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15+16) 257.388 257.388 270.229
20 Disetorkan ke BPJS (2+3+9+17)/12 209.900 209.900 209.900
21 Total Pengeluaran Kas (18g+19+20) 11.089.900 11.347.288 11.360.129
22 Deductible Expense = (1+2+3+4+17)/12)+(5) 11.089.900 11.089.900 11.089.900
23 NonDeductible Expense = (21-22) 257.388
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI HARIAN

Contoh Kasus 4:
Indradi pada tahun 2022 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan PT. Textile
Jaya dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar Rp 250.000,00. Indradi
kawin dan mempunyai seorang anak. PT. Textile Jaya masuk program BPJS
Ketenagakerjaan, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00%
dan 0,30% dari gaji. PT. Textile Jaya membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji dan Indradi membayar iuran pensiun Rp 35.000,00 dan Jaminan
Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (26 x Rp 250.000,-) 6.500.000 6.500.000 6.500.000
2 JKK (1%x1) 65.000 65.000 65.000
3 JKM (0,30%x1) 19.500 19.500 19.500
4 Tunjangan PPh 21 - - 44.108
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 6.584.500 6.584.500 6.628.608
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 329.225 329.225 331.430
7 Iuran Pensiun 35.000 35.000 35.000
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) 130.000 130.000 130.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 6.090.275 6.090.275 6.132.177
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 73.083.300 73.083.300 73.586.128
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 10.083.300 10.083.300 10.586.128
Dibulatkan 10.083.000 10.083.000 10.585.828
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 504.150 504.150 529.291
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 42.013 42.013 44.108
15 PPh Pasal 21 Sehari (14)/26 1.616 1.616 1.696
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) 240.500 240.500 240.500
17 Penghitungan Per Bulan ( Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5) 6.584.500 6.584.500 6.628.608
b. JKK Dibayar Perusahaan (2) (65.000) (65.000) (65.000)
c. JKM Dibayar Perusahaan (3) (19.500) (19.500) (19.500)
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7) (35.000) (35.000) (35.000)
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8) (130.000) (130.000) (130.000)
f. PPh Pasal 21 (14) (42.013) - (44.108)
g. Dibayar ke Pegawai 6.292.988 6.335.000 6.335.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (14) 42.013 42.013 44.108
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) 490.000 490.000 490.000
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 6.825.000 6.867.013 6.869.108
21 Deductible Expense = (5+16) 6.825.000 6.825.000 6.869.108
22 NonDeductible Expense = (20-21) 42.013
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI MINGGUAN

Contoh Kasus 5:
Oka Sagala, belum menikah, pada tahun 2022 bekerja sebagai pegawai tetap pada
Perusahaan PT. Textile Jaya menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp
2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 minggu pertama bulan Agustus 2022 apabila
dalam minggu tersebut hanya menerima penghasilan berupa gaji saja adalah :
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI MINGGUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (4 x Rp 2.000.000,-) 8.000.000 8.000.000 8.000.000
2 JKK (1%x1) - - -
3 JKM (0,30%x1) - - -
4 Tunjangan PPh 21 - - 162.729
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 8.000.000 8.000.000 8.162.729
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 400.000 400.000 408.136
7 Iuran Pensiun - - -
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) - - -
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 7.600.000 7.600.000 7.754.592
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 91.200.000 91.200.000 93.055.109
11 PTKP (TK/0) 54.000.000 54.000.000 54.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 37.200.000 37.200.000 39.055.109
Dibulatkan 37.200.000 37.200.000 39.055.000
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 1.860.000 1.860.000 1.952.750
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 155.000 155.000 162.729
15 PPh Pasal 21 Seminggu (14)/4 38.750 38.750 40.682
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) - - -
17 Penghitungan Per Bulan ( Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5)/4 2.000.000 2.000.000 2.040.682
b. JKK Dibayar Perusahaan (2) - - -
c. JKM Dibayar Perusahaan (3) - - -
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7) - - -
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8) - - -
f. PPh Pasal 21 (15) (38.750) - (40.682)
g. Dibayar ke Pegawai 1.961.250 2.000.000 2.000.000
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 38.750 38.750 40.682
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) - - -
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 2.000.000 2.038.750 2.040.682
21 Deductible Expense = (5+16) 2.000.000 2.000.000 2.040.682
22 NonDeductible Expense = (20-21) 38.750
PEGAWAI TETAP PENGHASILAN
TERATUR
GAJI MINGGUAN

Contoh Kasus 6:
Muhammad Shodiq, pegawai pada perusahaan PT. Textile Jaya, memperoleh gaji
mingguan sebesar Rp 1.500.000,00. Muhammad Shodiq telah menikah dan mempunyai
seorang anak. PT. Textile Jaya masuk program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. PT. Textile Jaya
membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan
Muhammad Shodiq membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00 dan Jaminan Hari
Tua sebesar 2,00% dari gaji. Dalam minggu kedua pada bulan Agustus 2016
Muhammad Shodiq hanya memperoleh pembayaran berupa gaji saja sehingga
penghitungan PPh Pasal 21 untuk minggu kedua bulan Agustus adalah:
PPh 21 PEG. TETAP Ph TERATUR
GAJI MINGGUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar Tunjangan
PPh 21
Pegawai Perusahaan PPh 21
1 Gaji Pokok (4 x Rp 1.500.000,-) 6.000.000 6.000.000 6.000.000
2 JKK (1%x1) 60.000 60.000 60.000
3 JKM (0,30%x1) 18.000 18.000 18.000
4 Tunjangan PPh 21 - - 18.588
5 Penghasilan Bruto (1+2+3+4) 6.078.000 6.078.000 6.096.588
6 Biaya Jabatan (5% x 5) 303.900 303.900 304.829
7 Iuran Pensiun 50.000 50.000 50.000
8 Iuran JHT Ditanggung Pegawai (2%x1) 120.000 120.000 120.000
9 Penghasilan Neto Sebulan (5-6-7-8) 5.604.100 5.604.100 5.621.759
10 Penghasilan Neto Setahun (9)x12 67.249.200 67.249.200 67.461.103
11 PTKP (K/1) 63.000.000 63.000.000 63.000.000
12 Penghasilan Kena Pajak (10-11) 4.249.200 4.249.200 4.461.103
Dibulatkan 4.249.000 4.249.000 4.461.012
13 PPh Pasal 21 Setahun (5%) 212.450 212.450 223.051
14 PPh Pasal 21 Sebulan (13)/12 17.704 17.704 18.588
15 PPh Pasal 21 Seminggu (14)/4 4.426 4.426 4.647
16 Iuran JHT Ditanggung Perusahaan (3,7%x1) 222.000 222.000 222.000
17 Penghitungan Per Bulan (Take Home Pay )
a. Penghasilan Bruto (5)/4 1.519.500 1.519.500 1.524.147
b. JKK Dibayar Perusahaan (2)/4 (15.000) (15.000) (15.000)
c. JKM Dibayar Perusahaan (3)/4 (4.500) (4.500) (4.500)
d. Iuran Pensiun Dibayar Pegawai (7)/4 (12.500) (12.500) (12.500)
e. Iuran JHT Dibayar Pegawai (8)/4 (30.000) (30.000) (30.000)
f. PPh Pasal 21 (15) (4.426) - (4.647)
g. Dibayar ke Pegawai 1.453.074 1.457.500 1.457.500
18 PPh Pasal 21 Disetorkan ke Negara (15) 4.426 4.426 4.647
19 Disetorkan ke BPJS (2+3+7+8+16) 117.500 117.500 117.500
20 Total Pengeluaran Kas (17g+18+19) 1.575.000 1.579.426 1.579.647
21 Deductible Expense = (5+16) 1.575.000 1.575.000 1.579.647
22 NonDeductible Expense = (20-21) 4.426
PEG. TIDAK TETAP/TK LEPAS
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008, PMK No. 102/PMK.010/2016
Pasal 9, Pasal 10 ayat (5), Pasal 12, Pasal 15 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah
Borongan Kumulatif satu bulan melebihi Rp10.200.000

Upah/Uang Saku Harian


Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp4,5 jt s.d. Rp10,2jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
Contoh Kasus 7:
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT.
Textile Jaya. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000,00.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari 450.000 450.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari - -
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) - -
5 Take Home Pay s.d hari ke-9
Upah sehari 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) - -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 450.000 450.000
6 Upah s.d hari ke-10 4.500.000 4.500.000
7 Jumlah kumulatif belum melebihi 4.500.000,- 4.500.000 4.500.000
8 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-10 - -
9 PPh Pasal 21 s.d hari ke-10 (5%) - -
10 Take Home Pay s.d hari ke-10
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) - -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 450.000 450.000
11 Upah s.d hari ke-11 sudah melebihi 4.500.000,- 4.950.000 4.950.000
12 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 11 hari 1.650.000 1.650.000
13 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-11 3.300.000 3.300.000
14 PPh Pasal 21 s.d hari ke-11 (5%) 165.000 165.000
15 PPh Pasal 21 s.d hari ke-10 (5%) - -
16 PPh Pasal 21 hari ke-11 (5%) 165.000 165.000
17 Take Home Pay s.d hari ke-11
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) (165.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 285.000 450.000
18 Upah hari ke-12 450.000 450.000
19 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
20 Penghasilan Kena Pajak hari ke-12 300.000 300.000
21 PPh Pasal 21 hari ke-12 (5%) 15.000 15.000
22 Take Home Pay hari ke-12
Upah 450.000 450.000
PPh Pasal 21 (5%) (15.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 435.000 450.000
Dst
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
Contoh Kasus 8:
Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2022 bekerja pada perusahaan PT. Textile
Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000,00 per hari.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari 650.000 650.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari 200.000 200.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 10.000 10.000
5 Take Home Pay s.d hari ke-6
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (10.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 640.000 650.000
6 Upah s.d hari ke-7 sudah melebihi 4.500.000,- 4.550.000 4.550.000
7 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 7 hari 1.050.000 1.050.000
8 Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-7 3.500.000 3.500.000
9 PPh Pasal 21 s.d hari ke-7 (5%) 175.000 175.000
10 PPh Pasal 21 s.d hari ke-6 (5%) (60.000) (60.000)
11 PPh Pasal 21 hari ke-7 (5%) 115.000 115.000
12 Take Home Pay s.d hari ke-7
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (115.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 535.000 650.000
13 Upah hari ke-8 650.000 650.000
14 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
15 Penghasilan Kena Pajak hari ke-8 500.000 500.000
16 PPh Pasal 21 hari ke-8 (5%) 25.000 25.000
17 Take Home Pay hari ke-8
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (25.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 625.000 650.000
18 Upah hari ke-9 650.000 650.000
19 PTKP (TK/0) dibagi 360 150.000 150.000
20 Penghasilan Kena Pajak Hari ke-9 500.000 500.000
21 PPh Pasal 21 hari ke-9 (5%) 25.000 25.000
22 Take Home Pay hari ke-9
Upah 650.000 650.000
PPh Pasal 21 (5%) (25.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 625.000 650.000
Dst
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH SATUAN
Contoh Kasus 9:
Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu
perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan
yaitu Rp 125.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja)
dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp 3.000.000,00
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH SATUAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari (Rp 3.000.000,00/6) 500.000 500.000
2 Batas upah harian ti dak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak Sehari 50.000 50.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 2.500 2.500
5 PPh Pasal 21 seminggu (5%) 15.000 15.000
6 Take Home Pay s.d minggu ke-1
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (15.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.985.000 3.000.000
7 Upah s.d minggu ke-2 sudah melebihi 4.500.000,- 6.000.000 6.000.000
8 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 12 hari 1.800.000 1.800.000
9 Penghasilan Kena Pajak s.d minggu ke-2 4.200.000 4.200.000
10 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-2 (5%) 210.000 210.000
11 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-1 (5%) (15.000) (15.000)
12 PPh Pasal 21 minggu ke-2 (5%) 195.000 195.000
13 Take Home Pay s.d minggu ke-2
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (195.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.805.000 3.000.000
14 Upah minggu ke-3 3.000.000 3.000.000
15 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 6 hari 900.000 900.000
16 Penghasilan Kena Pajak minggu ke-3 2.100.000 2.100.000
17 PPh Pasal 21 minggu ke-3 (5%) 105.000 105.000
18 Take Home Pay minggu ke-3
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (105.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.895.000 3.000.000
19 Upah s.d minggu ke-4 sudah melebihi 10,2 juta 12.000.000 12.000.000
20 upah setahun 144.000.000 144.000.000
21 PTKP (TK/0) setahun 54.000.000 54.000.000
22 Penghasilan Kena Pajak setahun 90.000.000 90.000.000
23 PPh Pasal 21 setahun (5%) & (15%) 7.500.000 7.500.000
24 PPh Pasal 21 sebulan 625.000 625.000
25 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-1 (5%) (15.000) (15.000)
26 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-2 (5%) (195.000) (195.000)
27 PPh Pasal 21 s.d minggu ke-3 (5%) (105.000) (105.000)
28 PPh Pasal 21 minggu ke-4 (5%) & (15%) 310.000 310.000
29 Take Home Pay minggu ke-4
Upah 3.000.000 3.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (310.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 2.690.000 3.000.000
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
Contoh Kasus 10:
Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp 950.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
1 Upah sehari (Rp 950.000,00/2) 475.000 475.000
2 Batas upah harian tidak dilakukan pemotongan 450.000 450.000
3 Penghasilan Kena Pajak sehari 25.000 25.000
4 PPh Pasal 21 sehari (5%) 1.250 1.250
5 PPh Pasal 21 borongan 2 hari (5%) 2.500 2.500
6 Take Home Pay
Upah 950.000 950.000
PPh Pasal 21 (5%) (2.500) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 947.500 950.000
Upah borongan Rp 4.750.000,00 dalam 10 hari
7 Upah sudah melebihi 4.500.000,- 4.750.000 4.750.000
8 PTKP (TK/0) dibagi 360 x 10 hari 1.500.000 1.500.000
9 Penghasilan Kena Pajak borongan 10 hari 3.250.000 3.250.000
10 PPh Pasal 21 borongan 10 hari (5%) 162.500 162.500
11 Take Home Pay
Upah 4.750.000 4.750.000
PPh Pasal 21 (5%) (162.500) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 4.587.500 4.750.000
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH HARIAN, SATUAN, BORONGAN DIBAYAR BULANAN
Contoh Kasus 11:
Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 2022 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari
adalah Rp 250.000,00. Bagus Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TK LEPAS
UPAH BORONGAN
TABEL AKUNTANSI PAJAK PPh 21
Beban Dibayar
PPh 21
Pegawai Perusahaan
Upah bulan Januari 2022 5.000.000 5.000.000
1 upah setahun 60.000.000 60.000.000
2 PTKP (K/0) setahun 58.500.000 58.500.000
3 Penghasilan Kena Pajak setahun 1.500.000 1.500.000
4 PPh Pasal 21 setahun (5%) 75.000 75.000
5 PPh Pasal 21 bulan Januari 2022 (5%) 6.250 6.250
6 Take Home Pay
Upah 5.000.000 5.000.000
PPh Pasal 21 (5%) (6.250) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 4.993.750 5.000.000
Memperoleh Bonus di bulan Januari 2022
7 upah setahun 60.000.000 60.000.000
8 Bonus 6.000.000 6.000.000
9 Penghasilan Neto setahun 66.000.000 66.000.000
9 PTKP (K/0) setahun 58.500.000 58.500.000
10 Penghasilan Kena Pajak setahun 7.500.000 7.500.000
11 PPh Pasal 21 atas upah & bonus setahun (5%) 375.000 375.000
12 PPh Pasal 21 atas upah setahun (5%) 75.000 75.000
13 PPh Pasal 21 atas bonus setahun (5%) 300.000 300.000
14 Take Home Pay
Upah 5.000.000 5.000.000
Bonus 6.000.000 6.000.000
PPh Pasal 21 atas upah (5%) (6.250) -
PPh Pasal 21 atas bonus (5%) (300.000) -
Dibayar ke Tenaga Kerja Lepas 10.693.750 11.000.000
BUKAN PEGAWAI
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
Berkesinambungan
Berkesinambungan Tidak
Dari satu PK & Tidak ada
Bekerja di Beberapa PK berkesinambungan
Penghasilan Lain

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara kumulatif
Dihitung secara kumulatif

Tarif Pasal 17 atas Peghasilan Kena Pajak


BUKAN PEGAWAI
DOKTER YANG BERPRAKTIK DI RUMAH SAKIT DAN/ATAU KLINIK
Contoh Kasus 12:
dr. Samudera Putra, Sp.OG merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan terkenal yang
melakukan praktik di Rumah Sakit Harapan Ibu dan Anak dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa
dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan
kepada dr. Samudera Putra, Sp.OG pada setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan
Ibu dan Anak, dr. Samudera Putra, Sp.OG juga melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya, dr.
Samudera Putra, Sp.OG telah memiliki NPWP dan pada tahun 2016, jasa dokter yang dibayarkan
pasien dari praktik dr. Samudera Putra, Sp.OG di Rumah Sakit Harapan Ibu dan Anak adalah
sebagai berikut:
BUKAN PEGAWAI
DOKTER YANG BERPRAKTIK DI RUMAH SAKIT DAN/ATAU KLINIK
Contoh Kasus 12:
Jasa Dokter yang dibayar
Bulan
Pasien (Rupiah)
Januari 45.000.000,00
Februari 49.000.000,00
Maret 47.000.000,00
April 40.000.000,00
Mei 44.000.000,00
Juni 52.000.000,00
Juli 40.000.000,00
Agustus 35.000.000,00
September 45.000.000,00
Oktober 44.000.000,00
November 43.000.000,00
Desember 40.000.000,00
Jumlah 524.000.000,00
BUKAN PEGAWAI
DOKTER YANG BERPRAKTIK DI RUMAH SAKIT DAN/ATAU KLINIK
Jasa Dokter yang dibayar Dasar Pemotongan PPh Dasar Pemotongan PPh Pasal Tarif Pasal 17 ayat PPh Pasal 21 terutang
Bulan
Pasien (Rupiah) Pasal 21 (Rupiah) 21 Kumulatif (Rupiah) (1) huruf a UU PPh (Rupiah)
(1) (2) (3) = 50% X (2) (4) (5) (6) = (3) X (5)
Januari 45.000.000,00 22.500.000,00 22.500.000,00 5% 1.125.000,00
Februari 49.000.000,00 24.500.000,00 47.000.000,00 5% 1.225.000,00
13.000.000,00 60.000.000,00 5% 650.000,00
Maret 47.000.000,00
10.500.000,00 70.500.000,00 15% 1.575.000,00
April 40.000.000,00 20.000.000,00 90.500.000,00 15% 3.000.000,00
Mei 44.000.000,00 22.000.000,00 112.500.000,00 15% 3.300.000,00
Juni 52.000.000,00 26.000.000,00 138.500.000,00 15% 3.900.000,00
Juli 40.000.000,00 20.000.000,00 158.500.000,00 15% 3.000.000,00
Agustus 35.000.000,00 17.500.000,00 176.000.000,00 15% 2.625.000,00
September 45.000.000,00 22.500.000,00 198.500.000,00 15% 3.375.000,00
Oktober 44.000.000,00 22.000.000,00 220.500.000,00 15% 3.300.000,00
November 43.000.000,00 21.500.000,00 242.000.000,00 15% 3.225.000,00
8.000.000,00 250.000.000,00 15% 1.200.000,00
Desember 40.000.000,00
12.000.000,00 262.000.000,00 25% 3.000.000,00
Jumlah 524.000.000,00 262.000.000,00 34.500.000,00
BUKAN PEGAWAI LAINNYA
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

PPh Pasal 21 :
Lainya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi, tantiem,


honorarium atau imbalan gratifikasi, bonus atau
yang bersifat tidak penarikan dana
imbalan lain yang bersifat pensiun
teratur
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


PESERTA KEGIATAN
Pasal 21 ayat (4) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 16 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

PPh Pasal 21:


Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto
X
Tarif Psl 17

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah
PENERIMA PENGHASILAN NON NPWP
Pasal 21 ayat (5a) UU PPh No. 36 Tahun 2008, Pasal 20 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120% lebih tinggi


daripada PPh Pasal 21 yangbseharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan PPh sebelum pemotongan PPh


Ber-NPWP
Pasal 21 bulan Pasal 21 bulan Desember
Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit pajak
pemotong dengan PPh Pasal
dalam SPT Tahunan PPh 21 bulan-bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


KETENTUAN KHUSUS
PP No. 68 Tahun 2009 & PP No. 80 Tahun 2010

Ketentuan Khusus

1. Uang Pesangon Penghasilan bersumber dari APBN/D


2. Uang Manfaat Pensiun yang diterima oleh Pejabat Negara,
3. THT/JHT PNS, Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus Pensiunannya

PP 68 Tahun 2009 PP 80 Tahun 2010


PESANGON, MANFAAT PENSIUN, THT,
JHT
Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan
hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi
Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia
pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
PESANGON, MANFAAT PENSIUN, THT,
JHT
Pasal 2 ayat (1) - (2) PP No. 68 Tahun 2009

1) Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon,
Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang
bersifat final.
2) Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
atau Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dianggap
dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.
PESANGON
Pasal 18 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016, Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009

TARIF PPh Final Pesangon Sekaligus


Pasal 4 PP 68/2009

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF

SAMPAI DENGAN 0%
Rp 50 JUTA

DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN 5%
Rp 100 JUTA

DIATAS Rp 100 JUTA


SAMPAI DENGAN 15%
Rp 500 JUTA

DI ATAS Rp 500 JUTA 25%


MANFAAT PENSIUN, THT, JHT
Pasal 18 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016, Pasal 5 PP No. 68 Tahun 2009

TARIF PPh Final Manfaat Pensiun


Pasal 5 PP 68/2009

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK TARIF

SAMPAI DENGAN 0%
Rp 50 JUTA

DI ATAS Rp 50 JUTA 5%
PESANGON, THT, JHT
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009

1) Dalam hal terdapat bagian penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun
berikutnya, pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan
atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada
Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
2) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak
pendahuluan atau kredit pajak.
3) (3) Atas pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berlaku ketentuan Pasal 21 ayat (5a) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua
puluh persen)
PESANGON
Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009
PESANGON
Pasal 4 PP No. 68 Tahun 2009
PT. Asgaramanah melakukan pembayaran uang pesangon kepada Tn. Firman secara
bertahap dengan jadwal pebayaran sbb;
a. Januari 2015: Rp 240.000.000,-
b. Januari 2016: Rp 120.000.000,-
c. Juli 2016: Rp 120.000.000,-
d. Januari 2017: Rp 120.000.000,-
maka PPh terutang adalah;
a. Januari 2015
0% x Rp 50.000.000,- = Rp 0,-
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp 140.000.000,- = Rp 21.000.000,- +
Rp 23.500.000,- (FINAL)
PESANGON
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009
b. Januari 2016
15% x Rp 120.000.000,- = Rp 18.000.000,- (FINAL)
c. Juli 2016
15% x Rp 120.000.000,- = Rp 18.000.000,- (FINAL)

d. Januari 2017
Karena telah lewat tahun ke- 2 maka uang pesangon dikenakan tarif pasal 17 UU PPh
(tidak final)
5% x Rp 60.000.000,- = Rp 3.000.000,-
15% x Rp 60.000.000,- = Rp 9.000.000,- +
Rp 12.000.000,- (TIDAK FINAL)
MANFAAT PENSIUN, THT, JHT
Pasal 5 PP No. 68 Tahun 2009
BPJS melakukan pembayaran manfaat pensiun kepada Tn. Firman secara bertahap
dengan jadwal pebayaran sbb;
a. Januari 2015: Rp 240.000.000,-
b. Januari 2016: Rp 120.000.000,-
c. Juli 2016: Rp 120.000.000,-
d. Januari 2017: Rp 120.000.000,-
maka PPh terutang adalah;
a. Januari 2015
0% x Rp 50.000.000,- = Rp 0,-
5% x Rp 190.000.000,- = Rp 9.500.000,- +
Rp 9.500.000 (FINAL)
MANFAAT PENSIUN, THT, JHT
Pasal 6 ayat (1) - (3) PP No. 68 Tahun 2009
b. Januari 2016
5% x Rp 120.000.000,- = Rp 6.000.000,- (FINAL)
c. Juli 2016
5% x Rp 120.000.000,- = Rp 6.000.000,- (FINAL)
d. Januari 2017
Karena telah lewat tahun ke- 2 maka uang pesangon dikenakan tarif pasal 17 UU PPh
(tidak final)
5% x Rp 60.000.000 = Rp 3.000.000
15% x Rp 60.000.000 = Rp 9.000.000 +
Rp 12.000.000 (TIDAK FINAL)
PNS/TNI/POLRI
PP No. 80 Tahun 2010 & PMK No. 262/PMK.03/2010)

TARIF PPh Final PNS/TNI/POLRI


PP 80/2010 & PMK 262/PMK.03/2010

PANGKAT/GOLONGAN TARIF

GOLONGAN II KE BAWAH 0%

GOLONGAN III 5%

GOLONGAN IV 15%
PPh Pasal 26
Pasal 26 UU PPh No. 36 Tahun 2008

PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
SAAT TERUTANG
Pasal 21 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

Saat dilakukannya akhir bulan dilaku-


pembayaran kannya pembayaran
atau atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
SAAT TERUTANG
Pasal 21 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016
KEWAJIBAN PEMOTONG
Pasal 22 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan
melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang
untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor
Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama
20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan
PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 21
Pasal 23 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


• dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
• diberikan paling lama 1 bulan setelah berhenti akhir tahun
atau pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
• Dibuat setiap kali ada pemotongan
• Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat
sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal
21
KEWAJIBAN PENERIMA PENGHASILAN
Pasal 22 Peraturan DJP No. PER-16/PJ/2016

Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu
Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek
Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd
Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
PerubahanTanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun
Kalender Berikutnya
THANKS
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?
aguswahabperpajakan@gmail.com
+62 812 2322 1879
aguswahab.aw.accworld@gmail.com

Please keep this slide for attribution

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons


by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai