Anda di halaman 1dari 24

ANDI TENRI AGUSNAWAN

02320150309

C1. SEMINAR AKUNTANSI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat izin dan
karunia-Nyalah sehingga penyusun memiliki kesempatan menyelesaikkan
makalah tentang ”Seminar akuntansi perpajakan” sesuai dengan waktu yang
telah diberikan meski banyak kekurangannya. Dalam penyusunan makalah ini
penyusun banyak mendapat pengetahuan tambahan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah . Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak hal-hal yang perlu
disempurnakan dan diperbaiki, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan untuk kesempurnaan makalah ini, agar
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Makassar, 6 maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ ...... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN
 Pph orang pribadi
A. Pengertian pph orang pribadi ....................................................... 3
B. subjek pph orang pribadi .............................................................. 3
C. objek pph orang pribadi ............................................................... 5
D. dasar pengenan pajak ................................................................... 6
E. contoh perhitungan pph orang pribadi ......................................... 6
 pph pasal 21
A. pengertian pph pasal 21 ................................................................ 7
B. subjek pph pasal 21 ...................................................................... 7
C. objek pph pasal 21 ........................................................................ 7
D. tata cara perhitungan dan tarif pph pasal 21................................. 7
E. dasar hukum pph pasal 21 ............................................................ 8
F. contoh perhitungan pph pasal 21.................................................. 9
 pph pasal 26
A. pengertian pph pasal 26 ................................................................ 14
B. subjek pph pasal 26 ...................................................................... 14
C. objek pph pasal 26 ........................................................................ 14
D. tarif dan tata cara perhitungan pph pasal 26................................. 14

ii
E. pelaporan dan penyetoran pph pasal 26 ....................................... 14
F. dasar hukum pph pasal 26 ............................................................ 15
G. contoh perhitungan pph pasal 25.................................................. 16
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.Sesuai falsafah
undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya
merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Tanggung jawab
atas kewajiban pembayaran pajak,sebagai pencerminan kewajiban
kenegaraan di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat
sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia.
Adapun bebrapa potongan pajak yang dibahas dalam makalah
ini adalah :
Pph orang pribadi, pph pasal 21 dan pph pasal 26 yang
menyakut tentang penghasilan yang terima wajib pajak dalam negeri
maupun luar negeri. Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan
menyatakan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam
konteks orang pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan usaha,
pekerjaan bebas ataupun penghasilan-penghasilan lainnya

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pph orang pribadi,objek dan subjek?
2. Bagaimana cara perhitungan pph orang pribadi dan SPT?
3. Apa yang dimaksud dengan pph pasal 21?
4. Bagaimana cara perhitungannya dan SPT?
5. Dasar hukum pph pasal 21?
6. Apa yang dimaksud dengan pph pasal 26 , objek dan subjek?
7. Bagaimana cara perhitungan pph pasal 24 dan SPT?
8. Dasar hukum pph pasal 26?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui maksud dari pelaporan, perhitungan dan
penyetoran pph orang pribadi
2. Untuk mengetahui maksud dari pelaporan, perhitungan dan
penyetoran pph pasal 21
3. Untuk mengetahui cara pelaporan,perhitungan dan penyetoran
pph pasal 26

2
BAB II

PEMBAHASAN

 Pajak penghasilan orang pribadi


A. Pengertian orang pribadi

Undang-undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa


penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam
konteks orang pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan usaha,
pekerjaan bebas ataupun penghasilan-penghasilan lainnya.

B. Subjek pajak orang pribadi


1) a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
2) Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya,BUMN/BUMD, firma, kongsi, koperasi, dana
pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi sosial
politik, lembaga dan bentuk usahalainnya termasuk kontrak
investasi kolektif
3) Bentuk usaha tetap (BUT)
4) Subjek pajak dalam negeri
a. Subjek pajak orang pribadi
 orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di
Indonesialebih dari 183 hari (tidak harus berturut-
turut) dalam jangka waktu 12 bulan, atau

3
 orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesiadan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia

b. subjek pajak badan


Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, kecuali unittertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
1) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2) Pembiayaan bersumber dari APBN atau APBD
3) Penerimannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah
pusat ataudaerah
4) Pembukuannta diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional negar
c. Subjek pajak warisan
5) Subjek pajak luar negeri
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadiyang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan diIndonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indoesia
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesai,
orang pribadiyang berada di Indoesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan diIndoesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesiatidak
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usahatetap di Indonesia

4
C. Objek Pajak Orang Pribadi
1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yangditerima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecualiditentukal lain dalam undang-undang
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan
3. laba usaha
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5. penerimaan kembali pembiayaan pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
7. dividen
8. royalti
9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlahtertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. keuntungan karena selisih kurs mata uang
13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. premi asuransi
15. iuran yang diterima atau diperoleh dari anggotanya yang terdiri
dariwajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belumdikenakan pajak
17. penghasilan dari usaha berbasis syriah
18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. surplus Bank Indonesia

5
D. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui


dasar pengenaan pajaknya. Untuk wajib pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) yangmenjadi dasar pengenaan pajak
adalah Penghasilan Kena Pajak. Sedangkan untuk wajib pajak luar
negeri adalah penghasilan bruto.Besarnya Penghasilan Kena Pajak
untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar penghasilan netto.
Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi dihitung sebesar
penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Secarasingkat dapat dirumuskan sebagai berikut

Penghasilan kena pajak (wajib badan ) = penghasilan neto

Penghasilan kena pajak (wajib badan orang pribadi ) = penghasilan neto - PTKP

E. Contoh perhitungan wajib pajak orang pribadi


Joko sudah menikah dan mempunyai anak, PTKP joko adalah :

Untuk wajib pajak sendiri Rp15.840.000

+ wp kawin Rp 1.320.000

+ 1 anak Rp 1.320.000

Jumlah Rp18.480.000

6
 PPH 21
A. Pengertian pph pasal 21
Pph 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

B. Subjek pajak
Orang pribadi yang menerima penghasilan sehunbungan dengan
pekerjaan jasa dan kegiatan

C. Objek pajak Penghasilan teratur


1. Penghasilan tidak teratur
2. Upah
3. Uang pensiun
4. Honorium
5. Kenikmatan dalam bentuk natura

D. Tarif dan perhitungan pph pasal 21


Dalam menghitung pph 21 terutang, secara umum, tarif pajak yang
berlaku adalah tarif pajak berdasarkan pasal 17 UU No 7/1983 tentang
pajak penghasilan jo UU no 36/2008
1. Tarif pajak penghasilan orang pribadi
Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak
Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Diatas Rp50.000.000 – Rp250.000.000 15%
Diatas Rp250.000.000 – Rp500.000.000 25%
Diatas Rp500.000.000 30%

7
2. Tarif 15%
a. Tarif 15% digunakan untuk menghitung pph 21 bagi WP
OP dalam negeri yang merupakan kelompok tenaga ahli
(pengacara, akuntan, arsitek, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris)

Pph 21 terutang = 15% × perkiraan penghasilan neto atau

Pph 21 terutang = 15% × penghasilan bruto

b. Tarif 15% (final) atas penghasilan bruto berupa honorium


dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh
pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan TNI/POLRI.
c. Tarif 5%
Tarif 5% digunakan untuk menghitung pph 21 bagi WP OP
dalam negeri yang merupakan pegawai tidak tetap yang
menerima upah harian, satuan atau borongan.

E. Dasar hukum pph pasal 21


Menurut UU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PENGHASILAN
1. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dan
badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dihitung dengan
menggunakan norma penghitungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 dan untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1).
2. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia dalam suatu tahun pajak dihitung

8
dengan cara mengurangkan dari penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dengan memerhatikan
ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3),
Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf
d, huruf e, dan huruf g.
3. Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri yang terutang pajak dalam suatu bagian tahun pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2A ayat (6) dihitung
berdasarkan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh dalam
bagian tahun pajak yang disetahunkan.

F. Contoh perhitungan pph pasal 21

1. Pph pasal 21 untuk pengawai tetap

Pak budi bekerja pada PT diandra sejahtera sebagai


pegawai tetap sejak 1 september 2009. Budi menikah tetapi
belum punya anak. Gaji sebulan adalah Rp4.000.000 dan iuran
pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp75.000. hitunglah pph
21 atas penghaslan tersebut !

Jawab :

Gaji sebulan Rp 4.000.000,00


5% X 4.000.000 = 200.000
Pengurangan : Maksimal diperbolehkan
1. Biaya Jabatan : Rp 108.000.
5% x Rp 4.000.000,00 Rp 108.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 75.000,00
Rp 183.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 3.817.000,00

Penghasilan neto setahun adalah


12 x Rp. 3.817.000,00 Rp 45.804.000,00

PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00

9
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 28.644.000,00

PPh Pasal 21 terutang


5% x Rp 28.644.000,00 = Rp 1.432.200,00

PPh Pasal 21 sebulan


Rp 1.432.200,00 : 12 = Rp 119.350,00

2. perhitungan pph pasal 21 atas uang pensiun

Ari bambang, berstatus duda dengan tiga anak yang masih


menjadi tangunggan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT MAM
dengan gaji sebulan sebesar Rp5.000.000. ari setiap bulan
membayar uang pensiun sebesar Rp250.000 kedana pensiun yang
pendirinya telah di sahkan oleh mentri keuangan. Berdasarkan
ketentuan yang berlaku di PT MAM terhitung mulai 1 juli 2009, ari
akan memasukkan masa pensiun. Hitunglah pph pasal 21 gaji
sebulan Ari ?

Jawab :

Gaji sebulan Rp 5.000.000,00


5% X 4.000.000 = 250.000
Pengurangan : Maksimal diperbolehkan
1. Biaya Jabatan : Rp 108.000.
5% x Rp 5.000.000,00 Rp 108.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 250.000,00
Rp 358.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 4.642.000,00

Penghasilan neto setahun adalah


12 x Rp. 4.642.000,00 Rp 27.852.000,00

PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- tambahan WP 3 anak Rp 3.960.000,00
Rp 19.800.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 8.052.000,00

PPh Pasal 21 terutang


5% x Rp 8.052.000,00 = Rp 402.600,00

PPh Pasal 21 sebulan


Rp 402.600,00 : 12 = Rp 67.100,00

10
3. Perhitungan pph pasal 21 terhadap penghasilan pegawai harian, tenaga
harian lepas, penerima upah satuan, dan penerima upah borongan

Sampai dengan hari ke 8, karena jumlah kumulatif upah yang


diterimah belum melebihi Rp1.320.000,00 maka tidak ada pph pasal
21 yang dipotong. Asumsikan bahwa yuni bekerja selama 9 hari
penghasilan yang diterima sebesar Rp1.350.000 (jumlah kumulatif
upah yang diterima melebihi Rp1.320.000). jadi, pph pasal 21 terutang
dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya
Jawab:

Upah s.d. hari ke 9 (Rp150.000 × 9) Rp1.350.000

PTKP sebenarnya (Rp15.840.000 × 9/360 ) Rp 396.000

Penghasilan kena pajak sampai dengan hari ke 9 Rp 954.000

Pph pasal 21 terutang s.d. hari ke 9

Rp954.000 × 5% Rp 47.700

Pph pasal 21 yang telah dipotong s.d. hari ke 9 Rp 0,00

Pph 21 yang harus dipotong pada hari ke 9 RP 47.700

Sehingga pada hari ke 9, upah bersih yang diterima sebesar :

Rp110.000 – Rp40.333 = Rp69.667

11
4. Perhitungan pph pasal 21 atas penghasilan yang diterima WP
OP yang bukan pegawai yang melakukan pekerjaan bebas dan
penarikan dana pada dana pensiun
anti wahyuni adalah seorang ibu rumah tangga yang
mempunyai 3 orang anak. Dia bekerja sebagai distributor
perusahaan multilevel marketing premium. Pada bulan januari 2009
anti memperoleh penghasilan sebesar Rp25.000.000. suami anti
wahyuni bekerja pada PT KMKP . hitunglah pph pasal 21 bulan
januari 2009 adalah sebagai berikut :
jawab :

Penghasilan bruto januari 2009 Rp25.000.000

PTKP (bulan januari 2009)

- Untuk Wp suami Rp 1.320.000

Penghasilan kena pajak Rp23.680.000

Pph pasal 21 adalah :

5% × Rp23.680.000 = Rp1.184.000

5. Perhitungan pemotongan pph pasal 21 atas honorium yang


diterima tenaga ahli
Dr.adi, SH, M.Kn adalah seorang notaris. Pada bulan mei 2009
menerima fee sebesar Rp60.000.000 dari kliennya sebagai imbalan
atas pemberian jasa kenotarisan yang dilakukannya. Pada bulan juli
2009 menerima pelunasan sisa fee sebesar Rp40.000.000.
hitunglah pph pasal 21
Jawab :

12
Bulan mei 2009 :

- 15% × Rp60.000.000 = Rp4.500.000

Bulan juli 2009

- 15% × 50% × Rp.40.00.000 = Rp.3.000.000

Jumlah Rp7.500.000

13
 Pajak penghasilan pasal 26

A. pengertian pph pasal 26


Pph pasal 26 adalah pajak atas penghasilan yang diterima WP luar
negeri

B. Subjek Pajak Pph 26


subjek pph 26 WP luar negeri selain BUT

C. Objek Pajak Pph 26


penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan penghasilan yang
berasal dari modal

D. Tarif Dan Tata Cara Perhitungan Pph Pasal 26


tarif pph pasal 26 adalah 20% (final) atau tarif tax treaty (final). Secara
matematika, besarnya pph pasal 26 adalah

pph pasal 26 = 20% × dasar pengenan pajak


pph pasal 26 = tarif tax treaty × dasar pengenan
pajak

E. pelaporan dan penyetoran pph pasal 26


1. PPh pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran
atau akhir bulan terutangnya penghasilan, tergantung yang mana
terjadi lebih dahulu.
2. Pemotong PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh
pasal 26 rangkap 3:
 lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri
 lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak.
 lembar ketiga untuk arsip Pemotong.
3. PPh pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos
denganmenggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat

14
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya
pajak.
4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua,
bukti pemotonganlembar kedua dan daftar bukti pemotongan
disampaikan ke KPP setempat palinglambat 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.

F. Dasar hukum pph pasal 26


Menurut UU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PENGHASILAN
1. Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki
hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat
ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan
seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri tersebut ke dalam bentuk biaya atau
pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tersebut.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
3. Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal
10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau
tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib

15
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang
disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua
atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan
yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat.

G. Contoh soal perhitungan pph pasal 26


Dalam rangka merayakan tahun baru PT T3 mengontrak
dan membayar artis andi tenri abeng dari korea
Rp20.000.000 pada tanggal 2 januari 2010. Hitunglah pph 26
yang harus dipotong dan bagaimana jurnal sejak tanggal 2
januari 2010 hingga 10 febuari 2010?
Jawaban:
PPh Pasal 26 = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000,00

Jurnal pembayaran jasa,


2 Jan 2010 20.000.000
Beban lain-lain
(jasa penyanyi)

Kas 16.000.000

Hutang PPh 26 4.000.000

Jurnal penyetoran PPh 26 ke kas negara,


10 Feb 2010 4.000.000
Hutang PPh 26

4.000.000
Kas

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemerintah mempercayai wajib pajak dengan menggunakan sistem


self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia,
dengan cara menghitung, melaporkan, menyetor serta membayar
sendiri pajak terutang bagi wajib pajak
Pph orang pribadi, pph pasal 21 dan pph pasal 26 yang
menyakut tentang penghasilan yang terima wajib pajak dalam negeri
maupun luar negeri. Berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan
menyatakan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam
konteks orang pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan usaha,
pekerjaan bebas ataupun penghasilan-penghasilan lainnya

B. Saran

kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan bagi
para pembaca makalah ini, agar dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Mansur.muhammad. B A P, hadi wardoyo. T, SE, AK modul pajak


terapan brevet A&B buku II 2007
 Herry purwono, dasar- dasar perpajakan dan akuntansi pajak
 Siti resmi, perpajakan, edisi buku 1

18

Anda mungkin juga menyukai