Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

Dosen Pengampu:

Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Ivan Leonardo C1C021045

Dwi Juwita C1C021048

Novita Andriani C1C021059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya tugas makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu serta berjalan
dengan lancar. Penulisan makalah yang berjudul “Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21” dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan 2.
Dalam proses penyusunan makalah, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan isi makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak. selaku dosen
pengampu mata kuliah perpajakan 2, karena tugas yang telah diberikan ini dapat membantu
para mahasiswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan menjadi lebih luas.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan.
Maka dari itu, penulis akan sangat menghargai semua kritikan serta saran dari pembaca. Hal
itu bertujuan untuk membangun makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya.

Jambi, 13 September 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................................................ 2

2.1. Metode Perhitungan PPh Pasal 2 ............................................................................................ 2

2.2. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Gaji Bulanan, Gaji Mingguan ........................................ 3

2.3. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Bonus.............................................................................. 7

2.4. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Rapel .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 11

3.2 Saran ..................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan dari
usaha Wajib Pajak dengan peredaran bruto tertentu bersifat final dimaksudkan untuk
memberi kemudahan bagi Wajib Pajak yang menerima/memperoleh penghasilan dari
usaha dengan peredaran bruto tertentu dapat melakukan perhitungan, penyetoran dan
pelaporan pajak penghasilan terutang.

Pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang dipungut oleh
pemerintah berdasarkan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Salah satu jenis pajak penghasilan yang berhubungan langsung dengan
masyarakat Indonesia adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. PPh pasal 21 adalah
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi(Wandansari 2013).
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan
terhadap penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
yang diterima oleh pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan
lain sebagainya. Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada
praktiknya, setiap perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang
disesuaikan dengan tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimanakah perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 atas Gaji bulanan,
Gaji mingguan, bonus dan Rapel?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan disusunnya makalah ini ialah
untuk mengetahui tata cara perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 atas Gaji
Bulanan, Gaji Mingguan, Bonus dan Rapel.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Metode Perhitungan PPh Pasal 2


Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:
1. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut
belum dipotong PPh 21.
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai
Rp10.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
 Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
 Tarif PPh: 15%
 PPh 21 (yang ditanggung sendiri): Rp9.900.000/tahun atau
Rp825.000/bulan
 Gaji bersih (take home pay): Rp 9.175.000
2. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak
yang dipotong.
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai
Rp 10.000.000, maka perhitungannya:
 Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
 Tarif PPh: 15%
 Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau
Rp825.000/bulan
 Total gaji bruto: 10.825.000
 Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
 Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan
3. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang
mendapatkan gaji bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan.

2
Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
sejumlah Rp 10.000.000, maka: perhitungannya:
 Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
 Total gaji bruto: Rp 10.000.000
 Tarif PPh 21: 15%
 Pajak yang ditanggung perusahaan: Rp 9.900.000/tahun atau Rp
825.000/bulan
 Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan
 Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan

2.2. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Gaji Bulanan, Gaji Mingguan


Tahapan penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur berupa gaji
teratur secara bulanan, harian, dan mingguan
a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dihitung penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan yang
meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan, dan pembayaran teratur lainnya,
termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
b. Untuk perusahaan yang masuk program BPJS ketenagakerjaan, Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JK), dan premi jaminan
pemeliharaan kesehatan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada
perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi asuransi
tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi
kerja kepada pegawai.
c. Selanjutnya, dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto selama sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran
pensiun, iuran jaminan hari tua, dan/atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar
sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau kepala
Badan Penyelenggara Progran Jamsotek.

3
d. Selanjutnya, dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan sebulan
dikalikan 12 .
e. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektif sebagai wajib
pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan
januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan
neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai
bekerja sampai dengan bulan desember.
f. Selanjutnya, dihitung penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh, yaitu sebesar penghasilan neto setahun pada huruf d
atau e di atas dikurangi dengan PTKP.
g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a
UU PPh terhadap penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf f,
selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan/atau disetor ke
kas negara sebesar:
(1) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilam sebagaimana dimaksud pada
huruf d dibagi dengan 12; atau
(2) Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada
huruf e dibagi dengan banyaknya bulan WP mulai bekerja sampai dengan
desember.
h. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji
sebulan maka untuk perhitungan PPh Pasal 21, jumlah penghasilan tersebut
terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan mempergunakan faktor
perkalian sebagai berikut:
(1) Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;
(2) Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26.
i. Selanjutnya, dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 sebulan dengan cara seperti
dalam huruf d sampai g
j. PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh Pasal 21
sebulan dalam huruf i dibagi 4, sedangkan PPh Pasal 21 atas penghasilan sehari
dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan dalam huruf i dibagi 26.

4
Perhitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang bersifat
tetap secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
 Penghasilan bruto
1. Gaji sebulan Rp XXX
2. Tunjangan PPh Rp XXX
3. Tunjangan dan honorarium lainnya Rp XXX
4. Premi JKK, JK, JHT, JPK dibayar pemberi kerja Rp XXX
5. Premi asuransi yang dibayar pembayar kerja Rp XXX
6. Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan Rp XXX
pemotongan PPh Pasal 21
7. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d. 6) Rp XXX
 Pengurangan
8. Biaya jabatan (5% × penghasilan bruto, maks Rp Rp XXX
500.000 sebulan)
9. Iuran pensiun atau iuran THT/JHT (yang dibayar Rp XXX
oleh penerima penghasilan)
10. Jumlah pengurangan (jumlah 8+9) Rp XXX
 Perhitungan PPh Pasal 21:
11. Penghasilan neto sebulan (7-10) Rp XXX
12. Penghasilan neto setahun/disetahunkan (11 × 12 Rp XXX
bulan)
13. PTKP Rp XXX
14. Penghasilan kena pajak setahun (12-13) Rp XXX
15. PPh Pasal 21 yang terutang (14 × tarif Pasal 17 Rp XXX
ayat (1) huruf a
PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan (15 + 12 Rp XXX
bulan)
Catatan:
Besarnya PTKP per tahun adalah:
 Rp54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) untuk WP
 Rp4.500.000 (empat juta lima ratus rupiah) tambahan untuk WP yang menikah
 Rp4.500.000 (empat juta lima ratus rupiah) tambahan setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat,
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
PTKP per bulan adalah PTKP setahun dibagi 12, sebesar
 Rp4.500.000 untuk diri WP Orang Pribadi;
 Rp375.000 tambahan untuk WP yang menikah;
 Rp375.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
5
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
 Bagi karyawati menikah, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
 Bagi karyawati tidak menikah, sebesr PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.
Dikecualikan dari ketentuan tersebut, besarnya PTKP untuk pegawai yang baru
datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender ditentukan
berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagiaj tahun kalender yang
bersangkutan.

I. Contoh 1 pegawai tetap dengan gaji bulanan


Tommy Hakim bekerja di Universitas Nusantara. Ia memperoleh gaji sebulan
berupa gaji pokok Rp6.000.000. Tommy Hakim membeyar iuran pensiun sebesar
Rp100.000. Tommy sudah menikah, tetapi belum mempunyai anak.
Perhitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji sebulan Rp 6.000.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp6.000.000) Rp300.000
2. Iuran pensiun Rp100.000
Rp 400.000
Penghasilan neto sebulan Rp 5.600.000
Penghasilan neto setahun: 12 x Rp5.600.000 Rp67.200.000
PTKP (K/-)
- Untuk diri WP Rp54.000.000
- Tambahan WP menikah Rp 4.500.000
Rp58.500.000
Penghasilan kena pajak RP 8.700.000
PPh Pasal 21 setahun: 5% x Rp8.700.000 Rp 435.000
PPh Pasal 21 sebulan: Rp435.000 ÷ 12 Rp 36.250
II. Contoh 2 pegawai tetap dengan gaji mingguan
Gaguk Trimanto berstatus belum menikah dan tidak memiliki tanggungan. Ia
bekerja sebagai pegaawai tetap di PT Teguh Gemilang. Ia menerima gaji yang
dibayar mingguan sebesar Rp1.500.000. Pada minggu pertama Agustus 2016, Gaguk

6
menerima Gaji sebesar Rp1.500.000 dan dalam bulan tersebut hanya menerima
penghasilan berupa gaji saja.
Perhitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji sebulan: 4 × Rp1.500.000 Rp 6.000.000
Pengurangan:
Biaya jabatan 5% × Rp6.000.000 Rp 300.000
Penghasilan neto sebulan Rp 5.700.000

Penghasialan neto setahun: 12 × Rp5.700.000 Rp68.400.000


PTKP (TK/0):
- Untuk WP sendiri Rp54.000.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp14.400.000
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5%×Rp14.400.000 Rp720.000
PPh Pasal 21 sebulan: RP720.000÷12 Rp 60.000
PPh Pasal 21 atas gaji/upah minggu pertama:
Rp60.000÷4 Rp 15.000

2.3. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Bonus


Tahapan perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa bonus yang
sifatnya tidak tetap dan pada umumnya diberikan sekali dalam setahun
a) Hitungan 1. Menghitung PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan teratur (sebelum
ditambah bonus).
b) Hitungan 2. Menghitung PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan teratur ditambah
penghasilan tidak teratur.
c) Menghitung PPh atas penghasilan tidak teratur (bonus), sama dengan hitungan 2
dikurang hitungan1.
Contoh 3 pegawai tetap menerima bonus
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja di PT Qolbu Jaya dengan gaji sebesar
Rp5.000.000 sebulan. Pada Juli 2016, Joko menerima bonus sebesar Rp10.000.000.
Setiap bulannya, Joko membayar iuran pensiun ke Dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp60.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas uang bonus:
1. PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus (penghasilan setahun):

7
Gaji setahun (12×Rp5.000.000) Rp 60.000.000
Bonus Rp 10.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 70.000.000
Pengurangan:
 Biaya jabatan: 5%×Rp70.000.000 Rp3.500.000
 Iuran pensiun setahun: 12×Rp60.000 Rp 720.000
Rp4.220.000
Penghasilan neto setahun Rp65.780.000
PTKP
- Untuk WP sendiri Rp54.000.000
Penghasilan kena pajak Rp11.780.000

PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus: 5%×Rp11.780.000 Rp589.000


2. PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun
Gaji setahun (12×Rp5.000.000) Rp 60.000.000
Pengurangan:
 Biaya jabatan: 5%×Rp70.000.000 Rp3.500.000
 Iuran pensiun setahun: 12×Rp60.000 Rp 720.000
Rp 3.720.000
Penghasilan neto setahun Rp56.280.000
PTKP
- Untuk WP sendiri Rp54.000.000
Penghasilan kena pajak Rp 2.280.000

PPh Pasal 21 atas gaji dan bonus: 5%×Rp2.280.000 Rp114.000


3. PPh Pasal 21 atas bonus
PPh Pasal 21 atas bonus adalah:
Rp589.000- Rp114.000 Rp475.000

2.4. Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Rapel


Tahapan perhitungan PPh Pasal 21 atas uang rapel yang diterima oleh pegawai
tetap.mApabila kepada pegawai tetap, di samping dibayar gaji bulanan, juga dibayar

8
kenaikan gaji yang berlaku surut(rapel), misalnya 5 bulan, penghitungan PPh Pasal 21
atas rapel tersebut sebagai berikut.
a) Menghitung kenaikan gaji sebulan, sama dengan jumlah uang rapel dibagi
banyaknya bulan perolehan rapel (dalam hal ini 5 bulan).
b) Hitungan 1. Menghitung PPh Pasal 21 sebulan atas gaji sebelum ditambah
kenaikan gaji.
c) Hitungan 2. Menghitung PPh Pasal 21 sebulan atas gaji setelah ditambah kenaikan
gaji.
d) Menghitung PPh Pasal 21 atas kenaikan gaji sebulan, sama dengan Hitungan 2
dikurang Hitungan 1.
e) Menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel, sama dengan jumlah bulan (dalam hal
ini 5 bulan) dikalikan hasil perhitungan huruf d.
Contoh 5 pegawai tetap menerima uang rapel
Tommy Hakim, sebagaimana tersebut dalam Contoh 1, mendapatkan gaji sebulan
sebesar Rp6.000.000 dan iuran pensiun yang dibayarnya sebesar Rp100.000. Pada
Juni 2016, ia menerima kenaikan gaji pokok, menjadi sebesar Rp7.000.000 sebulan
dan berlaku surut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku
surut tersebut, Tommy Hakim menerima rapel sebesar Rp5.000.000 (kekurangan gaji
untuk masa Januari sampai Mei 2016). Untuk menghitung, PPh Pasal 21 atas uang
rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari
sampai Mei 2016 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Perhitungan PPh Pasal 21 sebelum kenaikan gaji:
Gaji pokok sebulan Rp 6.000.000
Pengurangan:
 Biaya jabatan (5% x Rp6.000.000) Rp300.000
 Iuran pensiun Rp100.000
Rp 400.000
Penghasilan neto sebulan Rp 5.600.000
Penghasilan neto setahun: 12 x Rp5.600.000 Rp67.200.000
PTKP (K/-)
- Untuk diri WP Rp54.000.000
- Tambahan WP menikah Rp 4.500.000
Rp58.500.000
9
Penghasilan kena pajak RP 8.700.000
PPh Pasal 21 setahun: 5% x Rp8.700.000 Rp 435.000
PPh Pasal 21 sebulan: Rp435.000 ÷ 12 Rp 36.250
Perhitungan PPh Pasal 21 setelah kenaikan gaji:
Gaji pokok sebulan Rp 7.000.000
Pengurangan:
 Biaya jabatan (5% x Rp7.000.000) Rp350.000
 Iuran pensiun Rp100.000
Rp 450.000
Penghasilan neto sebulan Rp 6.550.000
Penghasilan neto setahun: 12 x Rp6.550.000 Rp78.600.000
PTKP (K/-)
- Untuk diri WP Rp54.000.000
- Tambahan WP menikah Rp 4.500.000
Rp58.500.000
Penghasilan kena pajak RP20.100.000
PPh Pasal 21 setahun: 5% x RP20.100.000 Rp 1.005.000
PPh Pasal 21 sebulan: Rp 1.005.000 ÷ 12 Rp 83.750

PPh Pasal 21 Januari s.d. Mei 2016 seharusnya adalah:5×Rp83.750 Rp 418.750


PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2016: 5×Rp36.250 Rp 181.250
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan
terhadap penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
yang diterima oleh pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan
lain sebagainya.
Perhitungan PPh Pasal 21 terhadap Gaji bulanan dan mingguan sebagai
berikut:
a) Menghitung jumlah penghasilan bruto; dengan menjumlahka gaji pokok sebulan,
tunjangan PPh, Tunjangan dan honorarium lainnya, Premi JKK, JK, JHT, Jpk,
Premi Asuransi dan penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21;
b) Mengurangi jumlah penghasilan bruto dengan biaya jabatab (5% × penghasilan
bruto, maks Rp500,000 sebulan) dan Iuran Pensiun atau THT/JHT;
c) Menghitung PPh Pasal 21 yang dipotong
Tahapan perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa bonus
yang sifatnya tidak tetap dan pada umumnya diberikan sekali dalam setahun
a) Hitungan 1. Menghitung PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan teratur (sebelum
ditambah bonus).
b) Hitungan 2. Menghitung PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan teratur ditambah
penghasilan tidak teratur.
c) Menghitung PPh atas penghasilan tidak teratur (bonus), sama dengan hitungan 2
dikurang hitungan 1.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas rapel tersebut sebagai berikut.
a) Menghitung kenaikan gaji sebulan, sama dengan jumlah uang rapel dibagi
banyaknya bulan perolehan rapel (dalam hal ini 5 bulan).
b) Hitungan 1. Menghitung PPh Pasal 21 sebulan atas gaji sebelum ditambah
kenaikan gaji.
c) Hitungan 2. Menghitung PPh Pasal 21 sebulan atas gaji setelah ditambah kenaikan
gaji.

11
d) Menghitung PPh Pasal 21 atas kenaikan gaji sebulan, sama dengan Hitungan 2
dikurang Hitungan 1.
e) Menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel, sama dengan jumlah bulan (dalam hal
ini 5 bulan) dikalikan hasil perhitungan huruf d.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan/materi
atau referensi pembelajaran dan menembah pengetahuan mahasiswa/i khususnya
mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://pajaknesia.id/jasa-konsultan-pajak-cara-hitung-pph-
21/#:~:text=Besarnya%20PPh%2021%20yang%20terutang,000%2C00%20%3D%20Rp%20
240.000.
https://pajaknesia.id/jasa-konsultan-pajak-cara-hitung-pph-21/
https://bospajak.com/cara-menghitung-pph-21-atas-thr-atau-bonus
https://www.academia.edu/resource/work/73070543
https://pajak.warsidi.com/cara-perhitungan-pph-21-kenaikan-gaji/
Resmi, S. (2019). PERPAJAKAN Teori & Konsep. Yogyakarta: Salemba Empat.
Wandansari, Nini Dewi. 2013. “Perlakuan Akuntansi Atas Pph Pasal 21 Pada Pt. Artha Prima
Finance Kotamobagu.” Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1(3):
558–66.

13

Anda mungkin juga menyukai