Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN DAN PIUTANG PAJAK

OLEH :

WAHYUDI MAKMUR (003804292020)


ANNINDIGALIH VALIFAUZY (003504292020)
JHUSI ANDRIANI (002204292020)

PROGRAM PASCASARSJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 03 Maret 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................................................. 1

BAB II Pembahasan ................................................................................................................. 4

BAB III Kesimpulan .................................................................................................................. 10

Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan
yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan.

Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni PPh yang dikenakan pada
wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai serta bukan pegawai maupun pengusaha
dan PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan, hingga objek
yang dikenakan PPh itu sendiri.

Dalam dunia usaha, pajak, salah satunya yaitu pajak penghasilan adalah salah satu
informasi yang disajikan perusahaan di dalam laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba
rugi. Penyajian informasi mengenai pajak penghasilan perusahaan secara tepat dan akurat
menjadi penting, karena adanya begitu banyak perbedaan antara peraturan perundangan
perpajakan dengan standar akuntansi keuangan (SAK), terutama dalam hal penyajian laporan
keuangan. Perbedaan ini tentu saja selain mempengaruhi pihak internal, juga terutama
mempengaruhi pihak eksternal perusahaan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan
mengenai pembiayaan atau investasi perusahaan. Untuk menjembatani perbedaan tersebut,
pada tanggal 1 Januari 1999 Ikatan Akuntansi Indonesia mengeluarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK 46) mengenai akuntansi pajak penghasilan. PSAK 46 ini tentu saja
diterbitkan agar salah satu komponen informasi perusahaan yang tak kalah penting, yaitu
perpajakan disajikan dalam laporan keuangan dengan lebih informatif bagi pembacanya. PSAK
wajib diterapkan oleh perusahaan yang telah go public mulai 1 Januari 1999 dan baru berlaku
pada perusahaan lainnya pada tanggal 1 Januari 2001. Dengan menerapkan PSAK 46 salah
satunya pada penyusutan aktiva tetap, pembaca laporan keuangan dapat mengetahui future tax
liability yang dimiliki perusahaan sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan.
PSAK 46 ini mengatur bagaimana pencatatan dan pengakuan atas pajak penghasilan disajikan
dalam laporan keuangan, bukan mengatur berapa jumlah pajak yang harus dibayar, karena untuk
menghitung berapa jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, acuan yang digunakan
tetap undang-undang perpajakan. Jadi perhitungan dan cara menghitung pajak tidak ada yang
berubah, hanya penyajian di dalam laporan keuangan saja yang berubah. Dengan demikian
laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih informatif bagi pembacanya, terutama bagi pihak
eksternal.
Pentingnya pencatatan akuntansi untuk pajak penghasilan ini sangatlah penting agar
tidak salah saji dalam pelaporan keuangan internal maupun pelaporan fiskal. Pentingnya
pencatatan ini mendorong penulis untuk membahas lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencatatan untuk Pajak Penghasilan pada saat pembayaran PPh yang
dibayar sendiri atau dipotong oleh pihak lain?
2. Bagaimana pencatatan untuk Pajak Penghasilan pada saat pemotongan atau
pemungutan atas penghasilan yang diterima oleh pihak lain?
3. Bagaimana pencatatan Piutang Pajak?

2
c. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui metode pncatatan untuk pajak penghasilan pada saat


pembayaran PPh yang dibayar sendiri atau dipotong oleh pihak lain
2. Untuk Mengetahui pencatatan untuk Pajak Penghasilan pada saat pemotongan
atau pemungutan atas penghasilan yang diterima oleh pihak lain.
3. Untuk mengetahui pencatatan piutang pajak.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi Pajak Penghasilan

1. PPh 21

Jurnal PPh 21 adalah pencatatan potongan pajak atas penghasilan pasal 21.
Penghasilan tersebut berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
Pencatatan Jurnal PPh 21
Pada pencatatan dalam jurnal PPh 21, pencatatan pemotongan pajak penghasilan ini
dibedakan sesuai posisi wajib pajak, yaitu pemberi kerja dan penerima kerja.

1. Pemberi Kerja

Jika dicatat dari posisi pemberi gaji, gaji maupun sejenisnya yang menjadi
penghasilan karyawan merupakan beban biaya bagi perusahaan (expense). Pembebanan
gaji untuk mendapatkan penghasilan kena pajak dilakukan dengan cara akrual basis.
Artinya, gaji bulan Desember yang dibayarkan pada bulan Januari tahun berikutnya
menjadi biaya bulan Desember.

Contoh:
Aldi merupakan karyawan PT Sukses Sejahtera dengan status TK/0, mendapat gaji
kotor beserta tunjangan dan penghasilan lainnya selama setahun sebesar Rp180,000,000.
Dari informasi penghasilan ini, diketahui potongan PPh Pasal 21 sebesar Rp22,000,000.
Maka, pencatatannya adalah sebagai berikut:

4
Jurnal PPh 21

Gaji Rp180,000,000

Kas/Bank Rp158,000,000

Utang PPh 21 Rp22,000,000

Utang pajak penghasilan pada jurnal di atas harus dilunasi oleh pemberi kerja
tanpa dilakukan penghitungan atau jurnal dengan pajak lainnya.

Saat menyetor PPh 21 ke Negara

Utang PPh 21 Rp22,000,000

Kas/Bank Rp22,000,000

Jurnal PPh 21 yang pertama dibuat pada saat gaji tersebut diberikan pada
karyawan. Lalu pada bulan selanjutnya, pemberi kerja menyetorkan pajak penghasilan
tersebut sehingga dibuatlah jurnal kedua untuk menyesuaikan utang pajak menjadi Rp 0,-

2. Penerima Kerja

Jika dicatat dari posisi penerima kerja, gaji karyawan dan sejenisnya diakui sebagai
penghasilan sebesar nilai kotor atau belum dikenakan dengan pajak penghasilan dalam
jurnal PPh 21. Mari lihat contoh soal berikut ini.

5
Contoh:

Aldi merupakan karyawan PT Sukses Sejahtera dengan status TK/0, mendapat gaji
kotor beserta tunjangan dan penghasilan lainnya selama setahun sebesar Rp180,000,000.
Dari informasi penghasilan ini, diketahui potongan PPh Pasal 21 sebesar Rp22,000,000.
Maka, pencatatan jurnal PPh 21 sebagai berikut:

Jurnal PPh 21

Kas/Bank Rp158,000,000

Piutang PPh 21 Rp22,000,000

Gaji Rp180,000,000

Selanjutnya, penerima kerja membuat jurnal penyesuaian untuk pph 21 yang


menjadi piutang. Penyesuaiannya dilakukan setelah karyawan menerima bukti potong
setoran pph 21 yang dilakukan oleh pemberi kerja, dalam hal ini perusahaan tempatnya
bekerja.

Setelah menyetor PPh 21 ke Negara

Piutang PPh 21 Rp22,000,000

Kas/Bank Rp22,000,000

6
2. PPh Pasal 25/29

PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh tahunan yang terutang, sedangkan PPh
Pasal 29 merupakan pelunasan atas seluruh PPh yang terutang dalam satu tahun pajak.
Besaran PPh Pasal 25 dinyatakan sendiri oleh Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh. Oleh
karena itu meskipun hanya bersifat angsuran, namun karena Wajib Pajak sudah
menyatakan sendiri besarnya angsuran tersebut, apabila tidak dibayar dapat dikenai
sanksi denda atau bunga sesuai ketentuan yang berlaku.

Contoh:

PT Marga Jaya menyatakan dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun 2013 bahwa
angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan mulai April 2014 adalah sebesar Rp500.000,-
per bulan. Sedangkan angsuran PPh Pasal 25 Januari-Maret 2014 mengikuti angsuran
bulan Desember 2013, yaitu sebesar Rp400.000,-
Pada bulan April 2015, PT Marga Jaya sudah menghitung bahwa besarnya PPh yang
terutang untuk satu tahun pajak adalah sebesar Rp9.000.000,-. Kredit pajak yang dimiliki
diantaranya adalah PPh Pasal 23 sebesar Rp1.000.000,- dan PPh Pasal 22 sebesar
Rp750.000,-

Maka pembukuan yang dilakukan oleh PT Marga Jaya adalah:


Mencatat angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan mulai bulan April 2014:

Uraian Debit Kredit

PPh Pasal 25 (Prepaid tax) 500.000,-

Kas 500.000,-

Mencatat Pelunasan PPh Pasal 29 di akhir tahun pajak:

7
Uraian Debit Kredit

Beban PPh Tahunan 9.000.000,-

PPh Pasal 25 (Prepaid Tax) 5.700.000,-

Uang Muka PPh Pasal 23 1.000.000,-

Uang Muka PPh Pasal 22 750.000,-

Kas 1.550.000,-

Prepaid tax sebesar Rp5.700.000,- diperoleh dari 3 bulan (Januari, Februari dan
Maret 2014) x Rp400.000,- dan 9 bulan (April-Desember 2014) x Rp500.000,-

3. PPh Pasal 23

Contoh Pencatatan untuk PPh Pasal 23 ialah sebagai berikut :


PT Sejahtera memberikan jasa konsultasi kepada CV Indah pada bulan Agustus
2019 dengan imbalan sebesar Rp20.000.000 tunai.

Jurnal PPh 23 atas Imbalan Jasa Konsultan PT Sejahtera kepada CV Indah

Kas AgustusRp19.600.000
PPh 23 dibayar di muka Rp400.000
Pendapatan Jasa Konsultasi Rp20.000.000

Penjelasan: Berdasarkan ketentuan PPh pasal 23, imbalan sehubungan dengan


jasa konsultasn dikenai PPh pasal 23 dengan tarif 2% dari penghasilan bruti. Jumlah PPH
pasal 23 yang dipotong adalah Rp400.000 (Rp20.000.000×2%). Akun PPh 23 dibayar di

8
muka adalah aktiva lancar yang akan ditutup (dikreditkan) ke PPh terutang pada akhir
tahun fiskal.

B. Akuntansi Piutang Pajak

Definisi piutang pajak berdasarkan pemerintahan ialah Piutang pajak adalah piutang yang
muncul karena pendapatan pajak yang telah diatur dalam UU Perpajakan belum dilunasi hingga
akhir periode laporan keuangan. Sedangkan dari sisi perusahaan sebaliknya, untuk perusahaan
lebih merujuk pada kondisi di mana perusahaan membayar pajak lebih besar dibandingkan
dengan nominal pajak yang seharusnya. Kondisi ini dikenal dengan nama lebih bayar.

Berikut contoh pencatatan untuk piutang pajak.

Setiap bulan pada tanggal 10, PT. A akan membayar pajak penghasilan sebesar Rp.
2.000.000. Pembayaran ini terus menerus dilakukan hingga 12 bulan (1 periode akuntansi). Saat
akhir periode ternyata diketahui bahwa pajak penghasilan yang harus dibayar adalah Rp.
20.500.000 saja. Dengan begini maka, perusahaan lebih bayar sekitar Rp. 3.500.000. Maka jurnal
yang terbit ialah
Beban PPh Tahunan Rp. 20.500.000
Piutang Pajak Rp. 3. 500.000
PPh 25 (Prepaid Tax) Rp. 24.000.00

BAB III

9
KESIMPULAN

PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan yang
dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.
Adapun beberapa jenis PPh seperti PPh pasal 15, PPh pasal 19, PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh
pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPh pasal 29 dan PPh final pasal 4 ayat 2.

DAFTAR PUSTAKA

10
Lathifa Dina. 2019. Online-Pajak: Jurnal PPh 21: Ketahui Contoh Pencatatan Transaksi &
Pemotongannya. https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/contoh-jurnal-pph-21
(Diakses pada 3 Maret 2021 Pukul 22.55).

Zsaya. 2019. Online-Pajak: Jurnal PPh Pasal 23: Ketentuan Pencatatan & Contoh Perhitungannya.
https://www.online-pajak.com/seputar-pajakpay/jurnal-pph-23 (Diakses pada 3 Maret
2021 Pukul 22.57).

Nasikhudin. 2015. Nasikhudinis.me: Akuntansi PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, dan PPh Pasal 26.
https://nasikhudinisme.com/2015/01/04/akuntansi-pph-pasal-24-pph-pasal-25-dan-
pph-pasal-26/ (Diakses pada 3 Maret Pukul 23.00).

Resmi Sitti. 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai