Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PAJAK PENGHASILAN”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Sektor Publik

Di Susun Oleh:

Kelompok 4

1. M. Ariansyah 200210111
2. Dian Widiya 200210189
3. Sahara Annisantiago 200210194
4. Wardatul Laili 200210111

Dosen Pengampu:

Bapak Oki Satria

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ekonomi Sektor Publik dengan judul “Pajak
Penghasilan”.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Oki Satria selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Sektor Publik, yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
1.4 Manfaat Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pajak Penghasilan


2.2 Apa Dasar Hukum Pengaturan Dari Pajak Penghasilan
2.3 Subjek Dari Pajak Penghasilan
2.4 Apa Objek Dari Pajak Penghasilan

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kompleksitas Peraturan Perpajakan Penghasilan di Indonesia Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak dan Efektivitas Pengumpulan Pajak
3.2 Dampak penghindaran pajak penghasilan terhadap penerimaan negara dan keadilan
dalam sistem perpajakan, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut
3.3 Keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan memengaruhi efektivitas dan efisiensi
pengumpulan pajak penghasilan, dan apa langkah-langkah yang dapat diambil untuk
memperbaiki situasi tersebut

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sedang pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan kepada
penghasilan perorangan , perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa
diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif.
Pajak penghasilan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perpajakan
suatu negara, termasuk di Indonesia. Pajak ini dikenakan pada penghasilan individu dan
perusahaan untuk membiayai kebutuhan publik, seperti pembangunan infrastruktur,
pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Meskipun pentingnya pajak penghasilan diakui,
implementasinya sering kali dihadapkan pada berbagai permasalahan.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib
pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib
pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan , pajak merupakan sumber
pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya
banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan.Untuk itu penulis akan membahas segala sesuatu yang
berkaitan dengan pajak penghasilan.
Beberapa latar belakang masalah yang relevan terkait dengan pajak penghasilan di
Indonesia mencakup kompleksitas peraturan perpajakan, kesenjangan antara hukum dan
praktik, penghindaran pajak, dan keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan.
Kompleksitas peraturan perpajakan sering kali membingungkan para wajib pajak, baik
individu maupun perusahaan, dalam memahami dan memenuhi kewajiban perpajakan
mereka. Selain itu, adanya kesenjangan antara hukum dan praktik dalam implementasi pajak
penghasilan dapat menimbulkan ketidakadilan serta menciptakan celah untuk penghindaran
pajak. Sementara itu, keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan juga dapat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengumpulan pajak.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana kompleksitas peraturan perpajakan penghasilan di Indonesia
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan efektivitas pengumpulan pajak?
1.2.2 Apa dampak penghindaran pajak penghasilan terhadap penerimaan negara dan
keadilan dalam sistem perpajakan, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut?
1.2.3 Bagaimana keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan memengaruhi
efektivitas dan efisiensi pengumpulan pajak penghasilan, dan apa langkah-langkah
yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi tersebut?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk menganalisis kompleksitas peraturan perpajakan penghasilan di Indonesia dan
memahami dampak kompleksitas tersebut terhadap kepatuhan wajib pajak, serta
mengevaluasi efektivitas pengumpulan pajak dalam konteks yang kompleks ini.
1.3.2 Untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak penghindaran pajak penghasilan
terhadap penerimaan negara dan mengevaluasi dampak penghindaran pajak terhadap
keadilan dalam sistem perpajakan serta untuk mengusulkan upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah penghindaran pajak.
1.3.3 Untuk mengevaluasi keterbatasan sumber daya administrasi perpajak dan untuk
menganalisis dampak keterbatasan tersebut terhadap efektivitas dan efisiensi
pengumpulan pajak penghasilan serta menyampaikan langkah-langkah yang dapat
diambil untuk memperbaiki situasi tersebut.
1.4 Manfaat Masalah
1.4.1 Memahami kompleksitas peraturan perpajakan penghasilan: Analisis yang mendalam
terhadap kompleksitas peraturan perpajakan akan memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh wajib pajak dan otoritas
pajak.
1.4.2 Meningkatkan kepatuhan wajib pajak: Dengan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, solusi yang tepat dapat diusulkan untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan dan pengumpulan pajak yang lebih efektif.
1.4.3 Mengoptimalkan penerimaan negara: Dengan menganalisis dampak penghindaran
pajak penghasilan terhadap penerimaan negara, dapat diidentifikasi dan diajukan
solusi yang dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak dan mengurangi
kerugian negara.
1.4.4 Meningkatkan keadilan dalam sistem perpajakan: Memahami dampak penghindaran
pajak terhadap keadilan dalam sistem perpajakan dapat memungkinkan penyesuaian
peraturan dan kebijakan yang lebih adil bagi semua wajib pajak.
1.4.5 Meningkatkan efektivitas pengumpulan pajak penghasilan: Dengan mengidentifikasi
dan memahami keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan, dapat diusulkan
langkah-langkah untuk memperbaiki efektivitas pengumpulan pajak.
1.4.6 Meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak penghasilan: Dengan mengatasi
keterbatasan sumber daya, dapat dicari cara untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya yang ada dan meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pajak Penghasilan


Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula
dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat
pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk
tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh karena itu dalam rangka memberikan
kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi
penting
2.2 Apa Dasar Hukum Pengaturan Dari Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh :

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan sistem pajak yang


ditanggung pemerintah yang diatur dalam :Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan juga beberapa kali
dalam:
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk tahun
pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung pemerintah).
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk tahun pajak 2006

2.3 Subjek Dari Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah


sebagai berikut:

1. Orang Pribadi
Yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Harta Warisan Belum Dibagi 
Yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi
menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.
3. Badan
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah; dan
 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
4. Bentuk usaha tetap 
Yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia,
yang melakukan kegiatan di Indonesia.
Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Badan perwakilan negara asing;


2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

• bukan warga Negara Indonesia; dan


• di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan
atau pekerjaannya tersebut;
• negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri


Keuangan dengan syarat :

• Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;


• tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran para anggota;

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

• bukan warga negara Indonesia; dan


• tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia
2.4 Objek Dari Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun .
Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang
dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.
Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan
ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama
memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan

Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang Pajak Penghasilan;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
 keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan
atau pengambilalihan usaha;
 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

 Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:

 bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;


 penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
 penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
 penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :

1. -Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima
zakat yang berhak.

- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;

2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kompleksitas Peraturan Perpajakan Penghasilan di Indonesia Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak dan Efektivitas Pengumpulan Pajak
Banyaknya peraturan dan seringnya perubahan peraturan membuat wajib pajak menjadi
bingung, dalam kondisi seperti ini bagaimana mungkin kita mengharapkan kepatuhan wajib
pajak jika wajib pajak tidak paham dan tidak mengerti. Hak setiap wajib pajak adalah
mendapat informasi yang terbaru tentang pajak, hal ini dikarenakan wajib pajak harus
menghitung pajak, termasuk haknya dalam mengajukan keberatan hingga banding (self
assessment system).
Menurut Tran-Nam dan Evans (2014) kompleksitas pajak adalah kesulitan, waktu, dan
biaya dalam menginterpretasi dan memenuhi regulasi pajak. Terdapat tiga hal kompleksitas
menurut Hoppe, Schanz, et al yaitu sebagai berikut:
 Pertama, perubahan regulasi pajak sering terjadi.
 Kedua, diperlukan adanya perhitungan yang cukup rumit untuk memenuhi kewajiban
perpajakan.
 Ketiga, regulasi yang detail seperti terlalu banyak peraturan, pengecualian, dan
keterkaitan dengan peraturan lain.
 Keempat, dokumentasi yang lengkap dan harus disiapkan serta di disimpan untuk
memenuhi kewajiban perpajakan.
 Kelima, formulir pajak yang rumit dan panjang untuk diisi.
 Keenam, tidak komprehensifnya regulasi pajak sehingga menyebabkan regulasi tidak
jelas dan tepat serta timbul keambiguan.
 Ketujuh, regulasi pajak tidak dapat diprediksi akan dijalankan secara tepat oleh
pemerintah.
Kompleksitas peraturan perpajakan penghasilan di Indonesia dapat memiliki dampak
signifikan pada kepatuhan wajib pajak dan efektivitas pengumpulan pajak. Berikut adalah
beberapa cara kompleksitas peraturan perpajakan dapat mempengaruhi hal tersebut:
1. Kesulitan Memahami dan Mematuhi Peraturan: Peraturan perpajakan yang kompleks
dapat menyulitkan wajib pajak untuk memahami persyaratan dan kewajiban perpajakan
mereka. Jika wajib pajak tidak dapat dengan jelas memahami peraturan tersebut, mereka
dapat membuat kesalahan dalam pengisian formulir pajak atau mengabaikan beberapa
kewajiban pajak yang penting. Hal ini dapat mengurangi kepatuhan wajib pajak secara tidak
sengaja.
2. Memerlukan Pengetahuan Khusus: Kompleksitas peraturan perpajakan juga memerlukan
pengetahuan yang mendalam tentang peraturan tersebut. Banyak wajib pajak, terutama
pelaku usaha kecil dan menengah, mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau
akses ke sumber daya yang diperlukan untuk memahami dan menerapkan peraturan
perpajakan yang rumit. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pelaporan pajak dan
ketidakpatuhan yang tidak disengaja.
3. Biaya Kepatuhan yang Tinggi: Kompleksitas peraturan perpajakan juga dapat
menyebabkan biaya kepatuhan yang tinggi bagi wajib pajak. Pelaksanaan yang rumit dan
persyaratan pelaporan yang detail dapat memakan waktu dan sumber daya yang signifikan.
Ini dapat menjadi beban finansial bagi wajib pajak, terutama bagi pelaku usaha kecil dan
menengah yang mungkin memiliki keterbatasan sumber daya.
Ruang untuk Penyimpangan dan Penghindaran Pajak: Kompleksitas peraturan perpajakan
seringkali menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan penyimpangan atau
penghindaran pajak yang tidak sah. Wajib pajak yang memiliki pengetahuan atau akses ke
konsultan perpajakan yang cerdik dapat mengeksploitasi celah ini untuk mengurangi
kewajiban pajak mereka. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pengumpulan pajak dan
mengakibatkan kehilangan pendapatan bagi pemerintah.
Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan efektivitas pengumpulan pajak, penting
untuk mempertimbangkan upaya untuk menyederhanakan peraturan perpajakan. Upaya ini
dapat meliputi penyederhanaan prosedur pelaporan, memberikan panduan yang lebih jelas
kepada wajib pajak, meningkatkan edukasi perpajakan, dan mengurangi beban administratif
yang tidak perlu. Dengan menyederhanakan peraturan perpajakan, diharapkan wajib pajak
dapat lebih mudah memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan mereka, sementara
pemerintah dapat meningkatkan efektivitas pengumpulan pajak dan meminimalkan praktik
penghindaran pajak yang tidak sah.
Di Indonesia menurut laporan tahunan Direktorat Jenderal Pajak 2020 tercatat jumlah
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar mencapai 42,3 juta wajib pajak. Sedangkan,
berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia per 2020
tercatat mencapai 270,2 juta jiwa. Dengan demikian, baru kurang lebih sekitar 15,6%
penduduk Indonesia yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi.
Dari 42,3 juta wajib pajak orang pribadi yang terdaftar tersebut, pada 2020 tercatat hanya
17,52 juta yang merupakan wajib pajak wajib SPT. Adapun jumlah wajib pajak orang pribadi
yang akhirnya menyampaikan SPT Tahunan pada 2020 sebanyak 13,86 juta.   
Dengan demikian, hanya 5,1% penduduk Indonesia yang terdaftar sebagai wajib pajak
orang pribadi dan menyampaikan SPT Tahunan kepada otoritas pajak pada tahun 2020.
Apabila dilihat dari tax ratio Indonesia masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan
negara lain. Besaran angka tax ratio di Indonesia rata-rata 12%. Dibandingkan dengan negara
lain seperti Amerika 26,6%, Australia 28,9%, Belanda 38,8%, Jepang 28%, dan Malaysia
30%.
Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan sukarela masyarakat Indonesia masih belum
terbentuk. Dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Wiyarni, Hartini, dan Djuharni.
Dengan menggunakan variabel kompleksitas peraturan perpajakan, kualitas pelayanan,
sanksi perpajakan dan pemeriksaan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak orang pribadi
pada KPP Pratama Singosari Malang. Hal ini menunjukkan bahwa kompleksitas peraturan
perpajakan berdampak terhadap kepatuhan pajak orang pribadi sebesar 97,2%.
3.2 Dampak penghindaran pajak penghasilan terhadap penerimaan negara dan keadilan dalam
sistem perpajakan, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
Dampak penghindaran pajak penghasilan terhadap penerimaan negara dan keadilan
dalam sistem perpajakan adalah signifikan. Penghindaran pajak mengacu pada tindakan yang
diambil oleh individu atau perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajak mereka secara sah
atau tidak sah. Meskipun penghindaran pajak tidak ilegal dalam beberapa kasus, hal ini dapat
mengurangi penerimaan negara dan mempengaruhi keadilan dalam sistem perpajakan.
Berikut adalah beberapa dampak dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
penghindaran pajak:
a. Penurunan Penerimaan Negara: Penghindaran pajak menyebabkan penurunan
penerimaan negara yang seharusnya digunakan untuk membiayai layanan publik seperti
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Hal ini dapat merugikan pemerintah dalam
menyediakan kebutuhan dasar masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:
 Perkuat Administrasi Pajak: Peningkatan efisiensi dan kapasitas administrasi pajak
dapat membantu mendeteksi dan mencegah penghindaran pajak. Pelatihan yang
memadai bagi petugas pajak, pengembangan teknologi informasi, dan kerjasama
internasional dalam pertukaran informasi perpajakan dapat membantu memperkuat
administrasi pajak.
 Peningkatan Transparansi: Memperkenalkan aturan dan kebijakan yang memperkuat
transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan, serta memberlakukan standar
pelaporan internasional seperti Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS)
atau Standar Pelaporan Pajak Internasional (BEPS), dapat mengurangi celah yang
digunakan untuk penghindaran pajak.
b. Ketidakadilan dalam Sistem Perpajakan: Penghindaran pajak dapat menciptakan
ketidakadilan dalam sistem perpajakan karena individu atau perusahaan yang mampu
melakukan penghindaran pajak dapat mengurangi beban pajak mereka, sementara
kelompok yang lebih rentan mungkin harus membayar lebih banyak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:
 Penyusunan Kebijakan Pajak yang Adil: Mengadopsi kebijakan pajak yang adil,
termasuk menutup celah hukum yang memungkinkan penghindaran pajak, dapat
membantu mengurangi kesenjangan dalam beban pajak antara kelompok
masyarakat.
 Peningkatan Kesadaran dan Edukasi: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
membayar pajak dan kontribusi pajak terhadap pembangunan negara dapat
membantu mengurangi penghindaran pajak. Edukasi tentang sistem perpajakan, hak
dan kewajiban pajak, serta konsekuensi dari penghindaran pajak dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat.
c. Kerjasama Internasional: Penghindaran pajak sering melibatkan transfer keuntungan
antarnegara atau praktik perpajakan lintas batas. Kerjasama internasional dalam
pertukaran informasi perpajakan dan koordinasi antarnegara dapat membantu mengatasi
masalah penghindaran pajak yang melibatkan perusahaan multinasional.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:
 Kesepakatan Pajak Internasional: Negara-negara dapat bekerja sama untuk
mencapai kesepakatan pajak internasional yang adil dan menghindari praktik
perpajakan yang merugikan. Contohnya adalah Inisiatif Base Erosion and Profit
Shifting (BEPS) yang dipimpin oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD).
 Pertukaran Informasi Perpajakan: Meningkatkan pertukaran informasi perpajakan
antarnegara dan memberlakukan standar transparansi internasional dapat membantu
mendeteksi dan mencegah penghindaran pajak yang melibatkan perusahaan
multinasional.
Pengatasi masalah penghindaran pajak membutuhkan upaya kolaboratif antara
pemerintah, lembaga perpajakan, dan masyarakat. Kombinasi langkah-langkah yang
mencakup perkuatan administrasi pajak, kebijakan pajak yang adil, peningkatan kesadaran
masyarakat, dan kerjasama internasional dapat membantu mengurangi penghindaran pajak
dan meningkatkan keadilan dalam sistem perpajakan.
3.3 Keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan memengaruhi efektivitas dan efisiensi
pengumpulan pajak penghasilan, dan apa langkah-langkah yang dapat diambil untuk
memperbaiki situasi tersebut
Administrasi pajak merupakan kunci keberhasilan dalam suatu kebijakan pajak.
Reformasi administrasi pajak idealnya merupakan instrumen untuk meningkatkan kepatuhan
sukarela WP, meningkatkan kepercayaan masyarakat (trust), dan meningkatkan integritas
aparat pajak.Kepatuhan pajak Indonesia masih terbilang rendah, yang tergambarkan dalam
stagnasi tax ratio yang masih berada di bawah negara lain pada kisaran 12-13 persen.Melalui
sistem e-registration, ebilling dan efiling pajak, sistem administrasi perpajakan Indonesia
menjadi lebih efisien.
Keterbatasan sumber daya administrasi perpajakan dapat mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi pengumpulan pajak penghasilan. Berikut adalah beberapa keterbatasan yang
mungkin terjadi:
1. Kurangnya Tenaga Ahli: Administrasi perpajakan membutuhkan tenaga ahli yang
terlatih dan kompeten untuk melaksanakan tugas-tugas perpajakan secara efektif.
Namun, kurangnya jumlah atau kualitas sumber daya manusia di bidang perpajakan
dapat menghambat kemampuan administrasi perpajakan untuk mengelola dan
mengawasi pemungutan pajak dengan baik.
2. Keterbatasan Teknologi: Penggunaan teknologi yang terbatas atau kurang canggih dalam
administrasi perpajakan dapat memperlambat proses pengumpulan, pemrosesan, dan
pelaporan data. Hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengenalan sistem
perpajakan yang lebih efisien, seperti penggunaan e-filing atau e-payment, yang dapat
meningkatkan efisiensi dan akurasi proses perpajakan.
3. Ketidakmampuan Mengatasi Penghindaran Pajak: Keterbatasan sumber daya
administrasi perpajakan dapat membuat sulit untuk secara efektif mengidentifikasi dan
menangani kasus penghindaran pajak. Kurangnya kemampuan untuk melakukan audit
yang menyeluruh dan pemeriksaan pajak yang efisien dapat mengakibatkan hilangnya
penerimaan yang seharusnya diterima oleh negara.
Untuk memperbaiki situasi tersebut, beberapa langkah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan Pelatihan dan Rekrutmen: Pemerintah dapat berinvestasi dalam pelatihan
dan rekrutmen pegawai perpajakan yang berkualitas. Ini termasuk meningkatkan
pendidikan dan pengetahuan mereka dalam bidang perpajakan, serta memperkenalkan
program pengembangan karir yang mendorong peningkatan kompetensi.
2. Investasi dalam Infrastruktur Teknologi: Pemerintah harus mengalokasikan sumber
daya yang memadai untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dalam administrasi
perpajakan. Hal ini meliputi pengembangan dan implementasi sistem perpajakan yang
terintegrasi, penggunaan e-filing, e-payment, dan penggunaan teknologi analitik untuk
mendeteksi penghindaran pajak.
3. Kerja Sama Internasional: Kerja sama dengan negara lain dalam hal pertukaran
informasi perpajakan dan pembuatan perjanjian penghindaran pajak ganda dapat
membantu memperkuat kemampuan administrasi perpajakan. Ini memungkinkan
pertukaran data dan informasi yang lebih efektif untuk melacak transaksi lintas batas
dan mengatasi penghindaran pajak yang melibatkan negara lain.
4. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi: Pemerintah dapat meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya kewajiban pajak serta konsekuensi hukum
dari penghindaran pajak. Kampanye edukasi yang efektif dan komunikasi yang jelas
tentang manfaat pajak bagi masyarakatdapat membantu meningkatkan kepatuhan
pajak.
5. Penggunaan Pendekatan Risiko: Administrasi perpajakan dapat menerapkan
pendekatan risiko yang lebih cerdas dalam melakukan audit dan pemeriksaan pajak.
Dengan menganalisis data dan memprioritaskan risiko yang lebih tinggi, sumber daya
dapat dialokasikan secara efisien untuk mengatasi kasus penghindaran pajak yang
berpotensi merugikan penerimaan negara.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan administrasi perpajakan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan pajak penghasilan dan
mengurangi kerugian akibat keterbatasan sumber daya.

BAB IV

PENUTUP
1. KESIMPULAN

Pajak penghasilan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem perpajakan
suatu negara, termasuk di Indonesia. Pajak ini dikenakan pada penghasilan individu dan
perusahaan untuk membiayai kebutuhan publik, seperti pembangunan infrastruktur, pelayanan
kesehatan, dan pendidikan. Meskipun pentingnya pajak penghasilan diakui, implementasinya
sering kali dihadapkan pada berbagai permasalahan.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha selaku wajib
pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib
pajak diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan , pajak merupakan sumber
pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya
banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan.Untuk itu penulis akan membahas segala sesuatu yang
berkaitan dengan pajak penghasilan.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut
dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun
pajak.

2. SARAN

Banyaknya peraturan dan seringnya perubahan peraturan membuat wajib pajak menjadi
bingung, dalam kondisi seperti ini bagaimana mungkin kita mengharapkan kepatuhan wajib
pajak jika wajib pajak tidak paham dan tidak mengerti. Hak setiap wajib pajak adalah mendapat
informasi yang terbaru tentang pajak, hal ini dikarenakan wajib pajak harus menghitung pajak,
termasuk haknya dalam mengajukan keberatan hingga banding (self assessment system).

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya


penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.
Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran
terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya
yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan
Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan efektivitas pengumpulan pajak, penting
untuk mempertimbangkan upaya untuk menyederhanakan peraturan perpajakan. Upaya ini dapat
meliputi penyederhanaan prosedur pelaporan, memberikan panduan yang lebih jelas kepada
wajib pajak, meningkatkan edukasi perpajakan, dan mengurangi beban administratif yang tidak
perlu. Dengan menyederhanakan peraturan perpajakan, diharapkan wajib pajak dapat lebih
mudah memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan mereka, sementara pemerintah dapat
meningkatkan efektivitas pengumpulan pajak dan meminimalkan praktik penghindaran pajak
yang tidak sah.

DAFTAR PUSTAKA
Modernisasi Administrasi Perpajakan : Upaya Penyempurnaan Pelayanan Pajak (I). (2017, maret 16).
Retrieved mei 20, 2023, from https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/modernisasi-
administrasi-perpajakan-upaya-penyempurnaan-pelayanan-pajak-bagian-1-1:
https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/modernisasi-administrasi-perpajakan-upaya-
penyempurnaan-pelayanan-pajak-bagian-1-1

jendelailmusebi.blogspot.com. (2013, juni 03). Pengertian Pajak Penghasilan (PPh). Retrieved mei 20,
2023, from http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-penghasilan-
pph.html

Kontan.co.id. (2020, november 23). Akibat penghindaran pajak, Indonesia diperkirakan rugi Rp 68,7
triliun. Retrieved mei 20, 2023, from https://nasional.kontan.co.id/news/akibat-penghindaran-
pajak-indonesia-diperkirakan-rugi-rp-687-triliun: https://nasional.kontan.co.id/news/akibat-
penghindaran-pajak-indonesia-diperkirakan-rugi-rp-687-triliun

https://yuklegal.com/pengaruh-kompleksitas-pajak-terhadap-kepatuhan-wajib-pajak-di-
indonesia/

https://yuklegal.com/pengaruh-kompleksitas-pajak-terhadap-kepatuhan-wajib-pajak-di-
indonesia/

http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-penghasilan/ptkp

http://www.ekonomi-holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-2013-dan-cara_291.html
http://www.pajakonline.co (Modernisasi Administrasi Perpajakan : Upaya Penyempurnaan
Pelayanan Pajak (I), 2017)m/engine/learning/view.php?id=272

Anda mungkin juga menyukai