Anda di halaman 1dari 12

Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak di Era Pandemi

Disusun oleh:

Wira Wan Teguh

NIM : 43121010041

Pembimbing:

Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat dan Limpah
Rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Makalah Perpajakan yang berjudul
Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak di Era Pandemi.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan Tugas Besar 2 pada mata kuliah
Perpajakan yang diberikan oleh Bapak Dr. Sudjono , M.Acc.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dari segi Bahasa,
Penulisan dan Penyusunannya. Oleh karena itu, Saya mengharapkan Kritik dan Saran yang
berguna untuk membangun dari para pembaca agar Saya bisa menulis makalah yang lebih baik
dimasa yang akan datang.

Saya ucapkan Terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu saya dalam
menyusun makalah ini, Saya berharap makalah ini dapat menjadi penambah wawasan dan
ilmu pengetahuan dibidang Perpajakan bagi para pembacanya.

Saya juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Sudjono , M.Acc. Sebagai Dosen Mata kuliah
Perpajakan yang sudah banyak memberikan arahan dan bantuan yang membantu saya dalam
memahami materi perpajakan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan melalui Kata Pengantar ini, Saya harap makalah ini
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi para pembaca untuk memperdalam ilmu
dibidang perpajakan.

Jakarta Pusat,Mei 2022

Wira Wan Teguh


NIM : 43121010041
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


1.2. Batasan Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory


2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu
2.3. Hipotesis

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Penerapan
3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek
3.3 Pembahasan

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini Virus Corona (Covid-19) sudah menyebar luas di seluruh penjuru dunia yang
mengakibatkan terjadinya Pandemi. Pandemi ini menyebabkan dampak yang cukup besar bagi
seluruh Negara di Dunia, Seperti yang sudah diketahui bahwa pandemi ini memberikan banyak
dampak terutama pada roda pemerintahan dan perekonomian. Untuk mengatasi hal ini
pemerintah sudah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diharapkan mampu untuk
mengatasi permasalahan yang datang karena pandemi ini. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah pada masa pandemi ini adalah Social Distancing, Kebijakan Social Distancing ini
menyebabkan banyak permasalahan baru seperti penurunan aktivitas ekonomi. Tentu saja
dengan menurunnya aktivitas ekonomi akan berdampak pada penghasilan masyarakat, Dengan
menurunnya penghasilan masyarakat akan membuat penurunan pada jumlah pajak yang
dibayarkan oleh wajib pajak.

Dengan membayar pajak, kita sudah berkontribusi kepada Negara demi kemajuan dan
perkembangan Negara. Karena Pajak adalah salah satu penghasilan Negara yang Terbesar, Lebih
dari 70% penghasilan APBN berasal dari pajak yang menjadi penunjang Perekonomian, Fasilitas
Umum dan Pemerintahan. Oleh karena itu, Pajak sangat berpengaruh terhadap Kemajuan dan
Perkembangan Negara. Sebelum terjadi pandemi Covid-19 ini, Tidak semua Wajib pajak
memenuhi kewajibannya didalam membayar pajak. Ada banyak cara dilakukan agar dapat
menghindari pajak sebanyak mungkin. Biaya pajak yang “dianggap” terlalu besar menjadi salah
satu alasan kenapa ada banyak Wajib pajak yang mengindari membayar kewajiban pajaknya,
Padahal pajak yang dibayarkan oleh Wajib pajak sudah ditentukan oleh peraturan perpajakan
agar tidak terlalu membebani si Wajib pajak. Sehingga si Wajib pajak tetap bisa memenuhi
semua kebutuhan nya dan tetap bisa menikmati penghasilannya untuk hal-hal yang
diinginkannya. Oleh karena itu, Pemerintah harus memberikan cara dan kebijakan agar semua
Wajib pajak mau dan patuh terhadap kewajiban perpajakannya.

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini adalah untuk menganalisa pemahaman Wajib pajak,
kepatuhan Wajib pajak, kesadaran Wajib pajak dan kebijakan pemerintah dimasa pandemi
Covid-19.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah Seberapa patuh wajib pajak dimasa Pandemi ini dan
bagaimana cara pemerintah membuat wajib pajak agar memenuhi kewajiban pajaknya?
1.4. Tujuan

Tujuan Makalah ini adalah untuk menganalisa seberapa paham dan patuh wajib pajak terhadap
pajaknya serta seberapa efektif kebijakan pemerintah dimasa pandemi Covid-19 ini

1.5. Manfaat

1. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban untuk membayar
pajak dimasa Pandemi Covid-19.

2. Untuk mengetahui pemahaman wajib pajak tentang peraturan pembayaran pajak.

3. Untuk mengetahui seberapa efektif kebijakan pemerintah dimasa Pandemi Covid-19.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang KUP berbunyi: “Pajak adalah
konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Viqania mengatakan bahwa kepatuhan merupakan motivasi seseorang, kelompok atau
organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dengan
begitu, dapat dinyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban pajaknya adalah bukti
kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan.
Ritongga mengatakan bahwa kesadaran merupakan perilaku atau sikap terhadap suatu objek
yang melibatkan anggapan dan perasaan serta kecenderungan untuk bertindak sesuai objek
tersebut. Dengan begitu, dapat dinyatakan bahwa kesadaran wajib pajak akan kewajibannya
adalah bukti perilaku atau sikap yang memiliki perasaan yang melibatkan pengetahuan yang
diberikan oleh peraturan dan sistem perpajakan.
Rohmawati, Prasetyono, dan Rimawati berpendapat bahwa semakin besar keseriusan sosialisasi
perpajakan yang dilakukan oleh derektorat pajak, maka akan semakin besar juga tingkat
kepatuhan wajib pajak.
Mardiasmo menjelaskan bahwa pemahaman perpajakan ialah wajib pajak yang paham akan
sistem pemungutan dan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.
Hardiningsih Mengatakan bahwa apabila wajib pajak yang kurang menguasai peraturan
perpajakan secara lugas akan menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Maka dari itu pemahaman
akan hal perpajakan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Dengan sosialisasi pajak yang dilakukan oleh Dirjen Pajak (DJP) salah satunya berupa
penyuluhan. Diharapkan wajib pajak akan lebih mengetahui mengenai peraturan dan tata cara
perpajakan, maka wajib pajak akan melaksanakan kewajiban dan hak perpajakannya.

2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu

Herryanto dan Toly (2013)

Herryanto dan Toly berpendapat bahwa Sosialisasi dapat dilakukan dengan dua cara,Yaitu
sosialisasi langsung dan sosialisasi tidak langsung. Contoh sosialisasi langsung dapat berupa:
seminar, edukasi perpajakan, kuis perpajakan, Lomba dan seminar perpajakan. Dan contoh
sosialisasi tidak langsung adalah Siaran TV, ponsel (gadget), radio, surat kabar, majalah, buku,
media media cetak atau elektronik lainnya.
Supadmi (2010)

Dalam penelitian Supadmi, Disebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh
aparat pajak. Keramah tamahan petugas pajak dan kemudahan sistem informasi perpajakan
termasuk dalam pelayanan tersebut. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bengkong Kota
Batam. Dimana di kecamatan bengkong, jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang
membayar Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2013 mengalami penurunan yang sangat
signifikan dibandingkan dengan tahun 2012.

Binambuni (2013)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Binambuni, Dia menyimpulkan bahwa sosialisasi
Pajak bumi dan bangunan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi
dan bangunan.

Sapriadi dan Puspita (2013)

Penelitian yang dilakukan Sapriadi dan Puspita menyatakan bahwa Kualitas Pelayanan Pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Semakin baik kualitas
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan.

Anwar (2015)

Penelitian yang dilakukan oleh Anwar menyatakan sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap pengetahuan perpajakan wajib pajak.

Lusia et al (2013)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusia et al menyatakan bahwa pengetahuan Perpajakan
mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pajak. Semakin tinggi pengetahuan
perpajakan yang dimiliki wajib pajak akan meningkatkan kesadaran bagi wajib pajak tentang hak
dan kewajiban perpajakanya sehingga kepatuhan wajib pajak akan semakin meningkat.
Sebaliknya, jika pengetahuan perpajakan tidak meningkat maka wajib pajak tidak akan
menyadari hak dan kewajiban sebagai wajib pajak serta sanksi yang akan diterima jika tidak
memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan wajib pajak akan menurun.

2.3. Hipotesis

Sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai perpajakan berdampak positif bagi
masyarakat, Masyarakat dapat mengetahui peraturan dan tata cara perpajakan melalui berbagai
media. Hasil penelitian menunjukan bahwa sosialisasi pajak, kesadaran wajib pajak dan sanksi
pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penerapan

Winerungan berpendapat bahwa sanksi Pajak digunakan untuk mencapai kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. sanksi pajak Terjadi karena pelanggaran undang-
undang dan peraturan perpajakan di mana ada kelalaian atau pelanggaran terhadap peraturan
perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak. sanksi Yang diberikan akan lebih berat dan
kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat. jadi, Dengan pengenaan sanksi perpajakan Diharapkan
mampu memberikan kesadaran wajib pajak untuk lebih peduli dan bertanggung jawab memenuhi
kewajiban perpajakan.

Thomas R. Dye berpendapat bahwa kebijakan dan aturan pemerintah adalah tindakan atau
Kegiatan ditetapkan dan dilaksanakan pemerintah yang dapat memberikan Dampak besar pada
masyarakat. Dengan diperkenalkannya berbagai kebijakan peraturan pemerintah khususnya Di
masa pandemi covid-19 ini, semoga dapat membantu wajib pajak memenuhi kewajiban
perpajakannya.

Ardiyanti dan Supadmi berpendapat bahwa Sosialisasi Perpajakan perlu dilaksanakan dengan
maksimal karena jika tidak, maka akan berdampak pada rendahnya pengetahuan wajib pajak dan
pelaksanaan kewajiban perpajakannya tidak dapat berjalan dengan baik.
PenelitianArdiyanti dan Supadmi menjelaskan bahwa semakin baik pelaksaan sosialisasi
perpajakan, makakepatuhan juga dapat mengalami peningkatan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dharma & Suardana , Nirajenani & Aryani , Wardani &
Wati , dan Wijayanti & Sukartha yang membuktikan bahwa sosialisasi perpajakan memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Ketika sosialisasi perpajakan dilaksanakan secara
optimal maka wajib pajak tersebut akan lebih mematuhi pelaksanaan kewajiban pajak.

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib
Pajak untuk secara langsung dan bersamasama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Zulaekha berpendapat bahwa Kesadaran membayar pajak tidak menimbulkan sikap patuh, taat,
dan disiplin semata, tetapi diikuti sikap yang kritis, kesadaran dan kepedulian sukarela wajib
pajak. Kepatuhan dan kesadaran wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk
mencapai keberhasilan penerimaan pajak.

Prakoso et al berpendapat bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri Wajib
Pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan.
Pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk wajib pajak
Terdampak Wabah Virus Corona sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini dalam rangka
penanganan pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) sehingga perlu dilakukan perluasan
untuk menjangkau sektor yang akan diberikan insentif.

Pada sektor insentif usaha pemerintah memutuskan memberikan insentif pajak penghasilan (PPh)
dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.03/2020 yang telah
digantikan oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2020, dan saat ini digantikan
oleh oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.03/2020. Insentif pajak penghasilan
yang diatur dalam PMK tersebut antara lain adalah Insentif PPh Pasal 21, Insentif pajak PP 23
Tahun 2018, Insentif PPh pasal 22 impor, Insentif angsuran PPh Pasal 25 Dan Insentif Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)

Insentif yang diberikan berupa pajak ditanggung oleh pemerintah, sedangkan untuk insentif
angsuran PPh Pasal 25, pemerintah memberikan potongan besaran anguran sebesar 50%
sehingga wajib pajak harus tetap membayar angusran PPh Pasal 25. Pemberian insentif ini
sebagai respon pemerintah atas menurunnya produktivitas pelaku usaha di Indonesia, akibat
adanya pandemi COVID-19. Selama masa pandemi, tentu banyak masyarakat dan pelaku usaha
merasakan kesulitan untuk mendapatkan penghasilan atau menjalankan kegiatan operasional
usahanya seiring kebutuhan yang tetap harus dipenuhi.

Pemerintah telah melakukan beberapa langkah yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam melaporkan pajaknya, sebagai bagian dalam pembentukan basis data yang valid antara
lain menciptakan pelayanan publik yang profesional, mengelola uang pajak secara adil dan
transparan, serta membuat peraturan perpajakan yang mudah dipahami wajib pajak, dan
meningkatkan tindakan dalam penegakan hukum jika wajib pajak tidak patuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Sapriadi (2013), Wulandari (2014) menyatakan sanksi pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
semakin tinggi sanksi pajak yang dikenakan maka akan semakin tinggi tinggat kepatuhan wajib
pajak.
3.3 Pembahasan

Sebagai negara yang menggunakan self assessment system sebagai sistem perpajakan yang
berlaku di Indonesia, kepatuhan Wajib Pajak menjadi hal yang sangat penting. mengingat Wajib
Pajak diberikan kepercayaan secara penuh untuk melakukan kegiatan perhitungan, pembayaran
dan pelaporan kewajiban perpajakan yang dimilikinya. Kendati demikian tentunya pemerintah
akan tetap terus melakukan pengawasan dan juga berusaha meningkatkan kepatuhan pajak para
Wajib Pajak.

Istilah kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sebagai sifat taat kepada perintah atau aturan. Oleh karena itu, kepatuhan pajak dapat
diartikan taat kepada aturan perpajakan yang berlaku.

Rahayu berpendapat bahwa kepatuhan pajak adalah perilaku Wajib Pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakannya secara sukarela baik pembayaran sampai pelaporan pajak.
Apabila dilihat dari kondisi yang terjadi di negara Indonesia, kemungkinan ada beberapa faktor
yang membuat jumlah Wajib pajak yang membayar pajak PPh Pasal 25 justru menurun setelah
pemberian insentif berupa pengurangan angsuran sebesar 50%. Hal ini disebabkan oleh
penyebaran virus COVID-19 yang semakin naik dari hari ke hari yang menyebabkan Kegiatan
masyrakat yang semula berjalan normal, tidak lagi dapat berjalan seperti biasa.

Berdasarkan laman resmi kepresidenan Republik Indonesia, terhitung sejak pertama kali
ditemukan kasus positif COVID-19 di Indonesia, pemerintah menghimbau agar semua kegiatan
dialihkan agar masyarakat tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah, seperti sekolah dan
perguruan tinggi yang melakukan kegiatan secara daring, para pekerja yang bekerja dari rumah
dan lain sebagainya.

Hal ini tentu membuat roda perekonomian tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, banyak
pelaku usaha yang kesulitan dalam proses produksi dan memasarkan produknya, mereka banyak
kehilangan pelanggan sehingga banyak yang harus menutup usahanya. Faktor ini memungkinkan
Wajib pajak yang semula memiliki kewajiban dalam membayar angsuran PPh Pasal 25, tidak
lagi mampu membayarkan kewajibannya karena semakin menurunnya omset yang mereka dapat
bahkan harus menutup usahanya.

Oleh karena itu, Pemerintah harus mengambil peran dalam permasalah yang disebabkan oleh
pandemi Covid-19 ini. Dengan mengeluarkan kebijakan perpajakan yang membantu
meringankan beban Wajib pajak mulai dari Para pelaku UMKM hingga ke pengusaha besar.
Selain itu juga, Dengan melakukan sosialisasi perpajakan yang mudah dipahami oleh masyarakat
yang belum mengenal perpajakan akan sangat membantu masyarakat dalam memahami
perpajakan, Sehingga Masyarakat akan sadar dan patuh terhadap kewajibannya sebagai warga
Negara dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tentu saja hal ini akan sangat memengaruhi
pendapatan pajak yang akan diterima oleh Negara, Dengan begitu, Maka APBN Negara akan
terus meningkat bahkan dimasa Pandemi Covid-19 ini.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sosialisasi perpajakan dan Pemahaman wajib pajak sangat berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak, Sudah terbukti jika kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam sosialisasi
perpajakan yang dilakukan dengan berbagai media memberikan hasil positif dikalangan
masyarakat. PenelitianArdiyanti dan Supadmi menjelaskan bahwa semakin baik pelaksaan
sosialisasi perpajakan, makakepatuhan juga dapat mengalami peningkatan.
Ketika sosialisasi perpajakan dilaksanakan secara optimal maka wajib pajak tersebut akan lebih
mematuhi pelaksanaan kewajiban pajak. Selain itu, Ritcher Jr, (1987) juga berpendapat bahwa
Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat
berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan
atau peranan tertentu di masyarakat. Penyuluhan dan sosialisasi pajak merupakan salah satu
strategi paling penting di dalam memasyarakatkan pengetahuan dan peran penting pajak.
Oleh karena itu, Sosialisasi mengenai Perpajakan masih sangat perlu dilakukan oleh pemerintah
demi tercapainya Masyarakat yang Sadar dan Patuh akan kewajiban perpajakannya.
Tetapi masih ada banyak Wajib pajak yang belum patuh terhadap kewajiban pajaknya yang
membuat pendapatan untuk APBN belum maksimal Terlebih lagi di era Pandemi Covid-19 ini
yang banyak menyebabkan penurunan pendapatan pajak yang disebabkan oleh menurunnya
penghasilan Wajib pajak.
Oleh karena itu, Semakin besar Pemahaman dan kesadaran Wajib pajak terhadap kewajiban
pajaknya akan sangat menunjang kepatuhan Wajib pajak.
Selain itu, ada juga pendapat para ahli sebagai berikut :
Penelitian Anwar (2015) menyatakan sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
pengetahuan perpajakan wajib pajak.
Tambun (2016) menyatakan bahwa pengetahuan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.

4.2. Saran

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara mengoptimalkan penerimaan pajak
adalah dengan cara meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
membayar pajaknya , sebab ketidak kepatuhan wajib pajak menjadi salah satu kendala yang
dapat menghambat keefektifan dalam penerimaan pajak. Oleh Karena itu, Sosialisasi perpajakan
harus sering dilakukan dengan cara yang disukai oleh masyarakat agar menciptakan rasa nyaman
dan aman dalam masyarakat, Sehingga masyarakat akan memiliki kesadaran dan kepatuhan
terhadap kewajiban pajaknya. Manfaat dari membayar pajak harus lebih besar dari sanksi yang
diterima oleh Wajib pajak agar rasa senang dan nyaman muncul dibenak Wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, A. A. (2021). PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SOSIALISASI


PERPAJAKAN, INSENTIF PAJAK, DAN SISTEM E-SAMSAT TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI MASA PANDEMI COVID-19. ASSETS , 6.
Gusar, H. S. (2015). PENGARUH SOSIALISASI PEMERINTAH, PENGETAHUAN
PERPAJAKAN, SANKSI PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
(KECAMATAN BENGKONG). Jom FEKON Vol.2 No. 2 Oktober 2015 , 1-12.
Katman, R. I. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Islam , 95.
Ni Komang Ayu Juliantari, I. M. (2021). PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK,
KUALITAS PELAYANAN, KEWAJIBAN MORAL, SANKSI PAJAK, DAN SOSIALISASI
PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR SAMSAT GIANYAR. JURNAL KHARISMA , 113.
Nurlaela, M. P. (2021). Sikap, Kesadaran, Pengetahuan Dan Kepatuhan Wajib Pajak Di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal IAKP , 170-171.
Putri, A. A. (2018). Kepatuhan Wajib Pajak: Studi Aspek Penerapan E-Filing, Pemahaman
Perpajakan, Kesadaran dan Sosialisasi Pajak. Jurnal Akuntansi & Ekonomika , 262.
Ramayanti, L. S. (2022). Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Pada Masa Covid-19. Jurnal
IKRAITH-EKONOMIKA , 26-28.
Saniananda, M. Q. (2022). ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN INSENTIF PAJAK
UNTUK PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM
PMK NO.110/PMK.03/2020 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KOTA
MALANG. Jurnal Internasional , 9-10.
Suardana, G. P. (2014). PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SOSIALISASI
PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014): 340-353 , 343.
Wati, D. K. (2018). PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK DENGAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kebumen). JURNAL
NOMINAL / VOLUME VII NOMOR 1 / TAHUN 2018 , 36-41.

Anda mungkin juga menyukai