Anda di halaman 1dari 12

MINI RESEARCH EKONOMI PUBLIK

Estimasi Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah dari Pajak

Dosen Pengampu : Pebri Hastuti, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Ayu Ria Lestari

Desmon Dasias

Ervia Nora Damanik

Evi Noviana Pardede

Jodianto Pasaribu

Maruli Hasibuan

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur
perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara
selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar
1945 Amendemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).

Secara garis besar struktur APBN adalah :

 Pendapatan Negara dan Hibah,


 Belanja Negara,
 Keseimbangan Primer,
 Surplus/Defisit Anggaran,
 Pembiayaan.

Setiap bulannya posisi penerimaan dan pengeluaran negara sering mengalami


ketidakcocokan, sehingga pemerintah sering mengalami deficit cyclical atau cash-mismatch.
Cash-mismatch terjadi akibat adanya ketidakseimbangan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah dalam suatu periode tertentu. Pengeluaran yang melebihi penerimaan
mengandung arti kebutuhan uang kas pemerintah relatif tinggi. Pada situasi tersebut, apabila
ketersediaan uang (cash availability) lebih kecil, akan mengakibatkan terjadinya defisit kas
(cash short). Kondisi sebaliknya, apabila penerimaan yang terjadi melebihi pengeluaran akan
berpotensi adanya dana kas yang menganggur (idle cash). Cash mismatch berpotensi
menyebabkan terjadinya tindakan anggaran yang tidak efisien dan timbulnya transaksi
pembiayaan yang berbiaya tinggi (Suyanto, 2007).

Pada tahun 2017, pemerintah berencana akan mengeluarkan instrumen SBN (Surat
Berharga Negara) yang akan dinamakan dengan “mismatch treasury bills”. Intrumen tersebut
digunakan untuk mencukupi kebutuhan pengeluaran belanja negara pada saat penerimaan
negara terlambat masuk (kontan.co.id, 19 Oktober 2017). Mismatch treasury bills atau
disebut juga surat perbendaharaan negara (SPN)/ TreasuryBills yang akan diterbitkan
pemerintah dengan tenor (jangka waktu) amat pendek yang unik, yaitu dalam hitungan satu
bulan atau bahkan minggu, tergantung kondisi cashflow pengelolaan kas (kontan.co.id, 29
September 2017). Penggunaan “mismatch treasury bills” akan memperhatikan kinerja
penerimaan (trend) dan besaran SAL (Saldo Anggaran Lebih) di akhir tahun berjalan
(kontan.co.id, 19 Oktober 2017).

Mismatch treasury bills adalah instrumen untuk mengelola kas-the cash management
bills (Akram dan Das, 2015). Sedangkan, cash-mismatch adalah peristiwa terjadinya ketidak-
cocokan antara penerimaan dan pengeluaran kas (CDFI, 2015 dan Brunnermeier, et. al
(2013). Dalam Metadata Bank Indonesia, Mei 2012, Treasury Bills didefinisikan sebagai
SPN (Surat Perbendaharaan Negara). SPN adalah Instrumen Pasar Uang jangka pendek yang
memilki risiko relatif kecil karena dijamin secara penuh oleh negara Indonesia. SPN
diterbitkan dengan pembayaran bunga secara diskonto.

Untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek akibat terjadinya cash-mismatch, pihak
yang membutuhkan dana dan yang kelebihan dana melakukan transaksi melalui pasar uang
(Samsul, 2006 dalam Sejati, 2010). Dalam transaksi SBN termasuk SPN pada tahun 2017,
untuk mengurangi adanya black box yang dilakukan broker sehingga pembentukan harga dan
yield makin efisien, pemerintah akan menerapkan ETP (Electronic Trading Platform). ETP
berfungsi untuk mempertemukan penjual dan pembeli dengan peralatan transaksi berupa
layar elektronik yang difasilitasi oleh Bursa Efek Indonesia (market.bisnis.com, 06 April
2017).

Sektor ekonomi tertentu (suku bunga, imbal hasil di pasar keuangan, inflasi, dan faktor
lainnya), Dalam perdagangan komoditas surat berharga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB),
yield menjadi salah satu pendekatan investor dalam menilai likuiditas. Penerbitan mismatch
treasury bills akan memiliki konsekuensi terhadap biaya pengelolaan kas negara. Biaya
pengelolaan kas yang akan terjadi terutama berupa pembayaran imbal hasil (yield) kepada
investor, yang dalam hal ini dibayarkan dengan mekanisme discount rate. Dalam
pelaksanaannya nanti, pemerintah tentunya perlu memprediksi perhitungan biaya penerbitan
mismatch treasury bills. Sedangkan bagi investor, perlu memprediksi perhitungan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh.
I.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran ataupun estimasi terhadap


penerimaan dan pengeluaran pemerintah dari sektor pajak. Dengan menggunakan data APBN
5 tahun terakhir yakni APBN 2015 – 2019.

I.3 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian diharapkan peneliti dapat memperkirakan besarnya penerimaan dan


pengeluaran pemerintah dari sektor pajak pada tahun berikutnya.

I.1A. TINJAUAN LITERATUR

I.2B Penerimaan dan Pengeluaran Negara

Penerimaan negara terdiri atas penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan negara
diperlukan untuk mengisi kas negara guna mencukupi pengeluaran belanja negara. Proses
penerimaan dan pengeluaran negara berlangsung selama tahun anggaran. Sampai dengan saat
ini, penerimaan pajak merupakan penyumbang terbesar pendapatan Negara. Sedangkan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) semakin menurun peranannya dalam pendapatan
negara. Akan tetapi, tren penerimaan pajak Indonesia ternyata juga mengalami penurunan
dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan target dan realisasinya.

Sumber penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan bentuk dari pembiayaan


pembangunan. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah mau
tidak mau pasti memerlukan biaya. Segala bentuk pembiayaan dalam hal ini sumber
penerimaan dan pengeluaran semuanya tercantum dalam APBN dan APBD.

Pengeluaran pemerintah pusat dalam hal ini belanja Negara, menurut UU No. 10 tahun
2011 adalah semua pengeluaran Negara yang digunakan untuk membiayai belanja
pemerintah pusat serta transfer ke daerah – daerah.

I.3C Pajak

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan
untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak
akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber
dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-
undang.
Pendapatan negara bisa didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan
pajak. Mari kita ulas mulai dari penerimaan negara melalui penerimaan perpajakan terlebih
dahulu. Penerimaan perpajakan untuk APBN bisa melalui kepabean & cukai, penerimaan
pajak, dan hibah. Berdasarkan data APBN 2018, penerimaan perpajakan mencapai Rp1.618,1
triliun. Angka tersebut didapatkan melalui:

o Kepabean & Cukai: Rp194,1 triliun.

o Penerimaan Pajak: Rp1.414 triliun:

o PPh Migas: Rp38,1 triliun.

o Pajak non Migas: Rp1.385,9 triliun.

I.4D Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah statistic deskriptif dan regresional
dengan rumus trend Ŷ, dengan persamaan regresi linear sederhana yaitu Ŷ = a + bX.
Dengan Y adalah Pendapatan total Negara pada APBN tahun berjalan, dan X1 adalah
Penerimaan Negara dari sektor pajak (untuk penerimaan), dan Y adalah Pendapatan total
Negara pada APBN tahun berjalan dan X1 adalah total belanja Negara (untuk pengeluaran).

Teknik regresi dilakukan melalui beberapa tahapan. Pada tahapan awal, dengan
menggunakan bantuan aplikasi Program SPSS. Kemudian di uji dengan cara variabel
ditentukan berdasarkan uji-t (parsial) dan uji F (uji bersama/serentak) untuk melihat pengaruh
semua variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara bersama-sama.

Analisis/uji regresi merupakan suatu kajian dari hubungan antara satu variabel, yaitu
variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau lebih variabel, yaitu
variabel yang menerangkan (the explanatory). Apabila variabel bebasnya hanya satu, maka
analisis regresinya disebut dengan regresi sederhana. Apabila variabel bebasnya lebih dari
satu, maka analisis regresinya dikenal dengan regresi linear berganda. Dikatakan berganda
karena terdapat beberapa variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebas.

Analisis/uji regresi banyak digunakan dalam perhitungan hasil akhir untuk penulisan
karya ilmiah/penelitian. Hasil perhitungan analisis/uji regresi akan dimuat dalam kesimpulan
penelitian dan akan menentukan apakah penelitian yang sedang dilakukan berhasil atau tidak.
Analisis perhitungan pada uji regresi menyangkut beberapa perhitungan statistika seperti uji
signifikansi (uji-t, uji-F), anova dan penentuan hipotesis. Hasil dari analisis/ uji regresi
berupa suatu persamaan regresi. Persamaan regresi ini merupakan suatu fungsi prediksi
variabel yang mempengaruhi variabel lain.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Penerimaan Pemerintah Dari Sektor Pajak

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Penerimaan
. Enter
pajaka

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Pendapatan Negara

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .548a .301 -.049 185.563

a. Predictors: (Constant), Penerimaan pajak

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi / hubungan ( R) yaitu sebesar 0, 548.
Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R square ) sebesar 0.301, yang
mengandung pengertian bahwa pengaruh variable bebas (Penerimaan Pajak) terhadap
Pendapatan Negara adalah sebesar 30,1%.

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 795.938 1203.051 .662 .576

Penerimaan pajak .662 .714 .548 .927 .452

a. Dependent Variable: Pendapatan Negara


Diketahui nilai Constant (a) sebesar 795.938, sedang nilai penerimaan pajak
(b/koefisien regresi) sebesar 0,662 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y = a + bX

Y = 795.938 + 0,662X

Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa :

a. Konstanta sebesar 795.938, mengandung arti bahwa nilai konsisten variable


Pendapatan Negara adalah sebesar 795.938

b. Koefisien regresi X sebesar 0,662 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai


penerimaan pajak, maka nilai pendapatan Negara bertambah sebesar 0,662.
Koefisien regresi tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengaruh variable X terhadap Y adalah positif.
II.2 Pengeluaran Pemerintah dari Sektor Perpajakan

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .875a .765 .648 107.541

a. Predictors: (Constant), Belanja Negara

Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi / hubungan ( R) yaitu sebesar 0, 875.
Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R square ) sebesar 0.765, yang
mengandung pengertian bahwa pengaruh variable bebas (Belanja Negara) terhadap
Pendapatan Negara adalah sebesar 76,5%.

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -2389.725 1684.743 -1.418 .292

Belanja Negara 2.038 .798 .875 2.552 .125

a. Dependent Variable: Pendapatan Negara

Diketahui nilai Constant (a) sebesar -2389.725, sedang nilai penerimaan pajak
(b/koefisien regresi) sebesar 2.038 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis :

Y = a + bX

Y = -2389.725 + 2.038X

Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa :

c. Konstanta sebesar-2389.725, mengandung arti bahwa nilai konsisten variable


Pendapatan Negara adalah sebesar -2389.725

d. Koefisien regresi X sebesar 2.038 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% nilai


belanja negara, maka nilai pendapatan Negara berkurang sebesar 2,038%. Koefisien
regresi tersebut bernilai negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh variable
X terhadap Y adalah negatif.
BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penerimaan
dari sektor perpajakan akan memiliki hubungan yang positif dengan pendapatan Negara.
Dimana setiap pertambahan nya akan meningkatkan pendapatan Negara. Dengan tingkat
pengaruh sebesar 0,662%, yang artinya setiap kenaikan penerimaan pajak 1% akan
berpengaruh sebesar 0,662% pada penerimaan pendapatan Negara, dan sisa nya berasal dari
faktor lain. Sedangkan, pada belanja Negara, akan memiliki hubungan yang negative dengan
pendapatan Negara. Dimana setiap meningkatnya belanja Negara, akan mengurangi jumlah
pendapatan Negara. Dengan tingkat pengaruh sebesar 2,038%, yang artinya setiap kenaikan
belanja Negara sebesar 1% akan mengurangi Pendapatan Negara sebesar 2,038% dan sisanya
berasal dari faktor lain.
DAFTAR PUSTAKA
Permana, Pepen. 2018. Pengantar Statistik. (Online).
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JERMAN/195906231987031-
SETIAWAN/PS_10.pdf. 20 April 2019

Anonim. 2018. Pajak. (Online). https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-


jenisnya. 20 April 2019

Anonim. 2016. Sumber penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat dan daerah.( Online ).
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/09/sumber-penerimaan-dan-pengeluaran-pemerintah-
pusat-daerah.html. 20 April 2019

Anonim. 2017. APBN. (Online).


https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia. 20 April 2019.

Sumantri, Joko. 2017. PENGARUH PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA TERHADAP IMBAL
HASIL MISMATCH TREASURY BILLS. (Online).
http://jurnal.pknstan.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/168/134. 20 April 2019

Anda mungkin juga menyukai